name: Ria Rohma (Ria Difikarayen) from: nursing faculty, university Jember
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKOPENIA DAN LEUKEMIA
MAKALAH
oleh:
1. Dahlia Kurniawati U. 1123101010052. Ria Rohma Wati 1123101010153. Aldita Berliandra W. 1123101010214. Ayesie Natasa Zulka 1123101010325. Dita Oktaviana M. 1123101010396. Aditya Wahyu Kurniawan 1123101010497. Kukuh Aria Wijaya 112310101059
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER
2013
2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN LEUKOPENIA DAN LEUKEMIA
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik 6B dosen pengajar: Ns. Ratna Sari Hardiani, M.Kep
oleh:
1. Dahlia Kurniawati U. 1123101010052. Ria Rohma Wati 1123101010153. Aldita Berliandra W. 1123101010214. Ayesie Natasa Zulka 1123101010325. Dita Oktaviana M. 1123101010396. Aditya Wahyu Kurniawan 1123101010497. Kukuh Aria Wijaya 112310101059
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER
2013
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Swt. karena berkat ridho
dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat guna
memenuhi tugas IKK 6B.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dr. Sujono Kardis Sp.Kj yang
mendukung kegiatan kami.
2. Ns. Ratna sebagai dosen pengajar mata kuliah IKK 6B
3. Teman-teman sebagai sumber inspirasi yang juga telah banyak membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kritik dan saran yang membangun juga kami harapkan dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Kami juga berharap bahwa makalah ini nantinya dapat berguna bagi para
pembaca dalam mencari ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
L-asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya.
d. Prednisone.
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping berupa
alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis.
Hendaknya lebih berhati-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
e. Infeksi sekunder dihindarkan.
f. Imunoterapi.
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai
diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian
imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar
terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap
sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga
diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
18
Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan
mendapatkan masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut,
pada prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:
1. Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba-
gai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sam-
pai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa
remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika
separuh dosis biasa.
4. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan
setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi
selama 10-14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah
leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad.
untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi
ini tidak diulang pada reinduksi.
6. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali
dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
2.11 Pencegahan
Cara paling efektif untuk menangani leukopenia adalah dengan mengatasi
penyebabnya (simptomatik). Belum ada pola makan atau diet yang berhubungan
untuk menambah jumlah sel darah putih. Setiap obat yang dicurigai harus
dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah pasien harus dilindungi oleh setiap
19
sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium (misal: hidung, mulut) juga darah
sangat penting. Dan jika demam harus ditangani dengan antibiotik sprektrum luas
sampai organisme dapat ditemukan. Higiene mulut juga harus dijaga. Irigasi
tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga agar tetap bersih
dari eksudat nekrotik. Tujuan penanganan, selain pemusnahan infeksi adalah
menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum tulang akan
kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma) dalam 2 atau 3
minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah.
20
BAB 3. TINJAUAN TEORI LEUKEMIA
3.1 Definisi
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang artinya putih dan
haima yang artinya darah. Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi
sumsum tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang
membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan
membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel
semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.
Dan terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang. Dimana sel-sel baru
ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati
seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Beberapa pengertian dari leokimia menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan
sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, dkk, 2002)
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam
jaringan pembentuk darah (Suriadi, 2001).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sumsum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, 2001)
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka penulis menarik kesimpulan
bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal
21
dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk
darah.
3.2 Epidemiologi
Insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5
tahun yaitu ALL (Acute Lymphoid Leukemia). Anak perempuan menunjukkan
prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Dan ANLL (Acute
Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak.
Dan resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan
kromosom bawaan seperti Sindrom Down (Smeltzer, 2001).
Leokemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya
merupakan sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Menurut Handayani
(2008) ada beberapa data epidemiologi menunjukkan hasil sebagai berikut.
1. Insidensi
Insidensi leukemia di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/
tahun. Dan leukemia merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum
ada angka pasti mengenai insiden leukemia di Indonesia.
2. Frekuensi relatif
Frekuensi relatif di Negara Barat menurut Guns yaitu: Leukemia
akut 60%, CLL 25%, CML 15%. Sedangkandi Indonesia, frekuensi CLL
sangat rendah. Dan CML merupakan leukemia kronis yang paling sering
di jumpai.
3. Usia
ALL terbanyak pada anak-anak dan dewasa
AML pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa
CML pada semua usia tersering usia 40-60 tahun
CLL terbanyak pada orang tua
4. Jenis kelamin
Leukimia lebih sering di jumpai pada laki-laki dibandingkan
wanita dengan perbandingan 2:1.
22
3.3 Etiologi
Penyebab yang pasti dari penyakit ini belum diketahui, akan tetapi terdapat
beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia
menurut, yaitu :
3.3.1 Genetik
Adanya penyimpangan kromosom. Insidensi leukemia meningkat pada
penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991 dalam
Handayani 2008) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau
pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
3.3.2 Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik
dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini
berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
(Wiernik,1985 dalam Handayani, 2008) .
3.3.3 Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ANLL (Wiernik,1985; Wilson, 1991 dalam Handayani, 2008).
3.3.4 Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia
menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi
tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang
23
merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan (Wiernik, 1985
dalam Handayani, 2008). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang
ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia (Kumala, 1990 dalam Reeves, 2001).
3.3.5 Bahan Kimia dan Obat-obatan
Paparan kromis dari bahan kimia (benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen (Wiernik,1985; Wilson, 1991 dalam dalam Handayani, 2008).
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML,
antara lain: produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik (Soeparman, 1998).
3.3.6 Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat
mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (Soeparman, 1998).
3.3.7 Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ( ANLL ) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus
lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat
dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang
terekspos radiasi dan para radiologis.
3.4 Klasifikasi Leukimia
Leukemia pada dasarnya di bedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
3.4.1 Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
24
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia
(Mansjoer, 2002). Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi
utamanya pada orang dewasa (85%) daripada anak-anak (15%) dan lebih sering
terjadi pada laki-laki dari pada wanita. Dan gejala klinis yang dapat terlihat pada
klien LMA adalah rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, petekie,
pendarahan, nyeri tulang, serta infeksi dan pembesaran kelenjar getah bening,
limpa, hati, dan kelenjar mediastinum. Kadang0kadang juga ditemukan hipertrofi
gusi, khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonolitik (Handayani,
2008).
3.4.2 Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun (Mansjoer, 2002).
Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan,
pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa dan limpa membesar (Handayani, 2008).
3.4.3 Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4
tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu
perkembangan sel normal (Mansjoer, 2002).
3.4.4 Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain (Mansjoer, 2002)
25
3.5 Tanda dan Gejala
Hal-hal yang dapat di perhatikan untuk mengidentifikasi leokemia yaitu
dengan adanya tanda dan gejala sebagai berikut (Baughman,2000).
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsumtulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasihemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.
Anak yang menderitaleukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang
sesak nafas.
2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya
tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya
tahantubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosaseperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering
disebut petekia.Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Apabila kadar trombositsangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkanberbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
Selain apa yang telah di sebutkan dan dijelaskan diatas ada beberapa sumber
yang juga menyebutkan tanda dan gejala yang dapat muncul utamanya pada anak
yaitu: anak terlihat pucat., demam, anemia, perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan,
Purpura, pembesaran hepar dan lien, adanya gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang
karena infiltrasi sel-sel ganas, jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat,
dapat ditemukan tanda meningitis, peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein
dan penurunan glukosa (Nursalam, 2005).
26
3.6 Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya
sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-seldarah tetapi yang dihasilkan adalah sel
darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat
dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu:
1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan
padaleukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena
produksi yangdihasilkan adalah sel yang immatur.
2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan
vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian
darikonsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik.
Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit
dalam sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegali,
hepatomegali). Poliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal
sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pengembangan/pembelahan sel yang
cepat dan ke sitopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari sel darah putih
mengakibatkan menurunnya immunocompetence dengan meningkatnya
kemungkinan terjadi infeksi (Long, 1996).
Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan struktur
antigen manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka akan ditolak oleh
tubuh. Dimana struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari
berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak dipermukaan
tubuh (Ngastiyah, 1997).uriadi (2001 dalam prosesnya meliputi: normalnya tulang
marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adnya
proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan pletelet terganggu sehingga akan
menimbulkan anemia dn trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan
27
terpengaruh dan menyebkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudanh
mengalami infeksi, manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone
marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat, gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan
leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan meningkatnya tekanan jaringan dan
adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati,
limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.
3.7 Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
a. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam umlah yang memadai, yaitu:
o Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)
o Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
o Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
b. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat
menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak
efektif.
c. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya
yang normal.
d. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi
saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan
limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar
getah bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
f. Kematian.
28
3.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
3.8.1 Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%).48 Pada penderita LMA ditemukan penurunan
eritrosit dan trombosit.31 Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari
50.000/mm3,48 sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis
lebih dari 50.000/mm3.
3.8.2 Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa
sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam
sumsum tulang.20 Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh
limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95%
pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.47 Sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah
megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari
30.000/mm3.
3.9 Penatalaksanaan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang
diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase :
induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6
minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan
remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi
untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi
rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang
remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison
(antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar
29
asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia
granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin
(menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut) (Betz,Cecily L.
2002).
Selain apa yang telah di jelaskan diatas, pada klien dengan leokemia dapat
dilakukan beberapa penatalaksaan sebagai berikut.
1. Pelaksanaan kemoterapi
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi
kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem
saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap
untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi
sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
2. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Hidayat, 2008) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
o Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang
dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
30
o Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi
prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker
sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi
dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara
sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang
tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa
remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar
pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun
remisi terus menerus.
3. Pencangkokan sumsum tulang
4. Irradiasi krania
3.10 Pencegahan
3.10.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif
Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang
penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas radiologi
dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti radiasi, mengurangi
paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat
31
dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah
mungkin sesuai kebutuhan klinis.
b. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia
Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan
benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan
memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan-bahan karsinogen
agar pekerja dapat bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan langsung terhadap
zat-zat kimia tersebut.
c. Mengurangi frekuensi merokok
Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar dapat
berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA disebabkan
oleh merokok.45 Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang
bahaya merokok yang bisa menyebabkan kanker termasuk leukemia (LMA).
d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah.
Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-masing calon mempelai.
Apabila masing-masing pasangan atau salah satu dari pasangan tersebut
mempunyai riwayat keluarga yang menderita sindrom Down atau kelainan gen
lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi. Jadi pasangan
tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.
3.10.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan
penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau
ketidakmampuan.43 Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini
dan pengobatan yang cepat dan tepat.
32
BAB 4. PATHWAY LEUKOPENIA
Disfungsi sum-sum tulang
Leukosit menurun
Menurunnya neutrofil
neutropenia
Menurunkan sistem pertahanan tubuh sekunder
Radiasi sinar X, penggunaan obat-obatan yang berlebihan
Resiko infeksi
Anoreksia, mual, muntah
MonositopeniaS. integumen
Menurunnya eosinofil Menurunnya
monosit
eosinopenia
Efek kemoterapi
Menurunnya monosit
Kompensasi tubuh
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Limfosit T4 hancur, leukosit turun
Infeksi opurtunitas
Imun defisiensiSpt. HIV dan AIDS
Imunitas turun
Menyerang CD4
S. pencernaan
Peradangan pd jar. paru
S. Pernafasan
Infeksi jamur Peradangn Kulit
Sesak
Gg. Pertukaran gas
Peradangan mulut
Gg. Keb nutrisi krg dr keb tubuhSulit menelan, mual
Timbul lesi bercak kulit Gatal, nyeri, bersisik
Gangg. Rasa nyamanKerusakan integritas kulit
33
34
BAB 5. PATHWAY LEUKEMIA
Radiasi, terpajan kimia, aberasi genetik
Sel blast
Kerusakan sum-sum tulang
Proliferasi leukosit immature
Akumulasiasi
IInfiltrasi ekstra medulartrasi
ekstra medular
hati Tulangng
hepatomegali
Nyeri
SSP
S. neurologis terganggu
Sakit kepala, penglihatan kabur
Resiko Injuri
Depresi sum-sum tulangang
Hematopoesis terganggu
anemia
Pucat, lesu
Intoleransi aktivitas
Hb Turun
O2 ke jaringan turun
G. perfusi jaringan
Sel kekurangan makananngan
makanan
MeMetabolismetabolisme
Perubahan metabolisme tubuhbahan metabolisme
Pembekuan darah terganggu
Perdarahan
trombositopenia Resiko syok hipovolemik
Anoreksia, mual, muntah, muntah
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
limpa
Eritrosit turun
limpadenopati
trombositopenia
Pembekuan darah terganggu
Resiko syok hipovolemik
Mekanisme imun terganggu
Resiko infeksi
35
BAB 6. ASUHAN KEPERAWATAN LEUKOPENIA
6.1 Pengkajian
Ruangan :
Tgl. / Jam MRS : Dx. Medis :
No. Reg. :
TGL/Jam Pengkajian :
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan :untuk membangun hubungan saling percaya
sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan
keperawatan
2. Tempat tgl lahir/usia :untuk membantu melakukan pengukuran dosis
dalam pemberian medikasi atau pengobatan.
3. Jenis kelamin :Bisa terjadi pada wanita maupun laki-laki
Data disamping tujuannya yaitu untuk mempermudah dalam melakukan pengenalan dan pendataan terkait pelayanan yang nantinya akan diberikan kepada pasien.
36
4. Agama :untuk mengkaji status spiritual sehingga kebutuhan
baik fisik, psikis dan spiritual dapat dipenuhi
5. Pendidikan :tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tindakan
pencegahan terhadap leukopenia oleh penderita.
6. Alamat :untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal
yang mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya,
seperti radiasi
7. Tgl masuk :untuk melihat bagaimana perkembangan status
kesehatannya dari hari ke hari semakin baik atau
buruk selama dilakukan perawatan.
8. Tgl pengkajian :untuk memastikan perkembangan status kesehatan
pada saat itu.
9. Diagnosa medik :untuk mengetahui penyakit apa yang diderita oleh
pasien
10. Rencana terapi : teroid dan vitamin yang diresepkan oleh dokter
untuk mengaktifkan sumsum tulang untuk
menghasilkan lebih banyak sel darah putih.
Beberapa terapi seperti terapi sitokin dan kemoterapi
digunakan untuk pengobatan leukopenia.Identitas
Orang tua
1. Ayah
a. N a m a :untuk membina hubungan saling percaya sehingga saat
mendekati anak dapat lebih mudah.
b. U s i a :
c. Pendidikan :untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua
akan penyakit yang menimpa anaknya.
d. Pekerjaan/sumber penghasilan :
37
e. A g a m a :mengkaji aspek spiritual yang mungkin anaknya
sebelumnya pernah dibawa ke pengobatan alternatif.
f. Alamat :untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal yang
mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya.
2. Ibu
a. N a m a :
b. U s i a :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan:
e. Agama :
f. Alamat :
C. Identitas Saudara Kandung
NoN A M A
U S I A HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
Identitas saudara kandung sangat diperlukan karena saudara kandung
merupakan salah satu orang yang mungkin dekat dengan pasien. Status
kesehatan dari saudara kandung diperlukan untuk mengetahui keterkaitan.
dan memungkinkan penularan penyakit-penyakit infeksi.
II. Riwayat Kesehatan
Sama dengan kondisi dan penjelasan pada ayah.
38
A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan Utama :
Anak mungkn menjadi rewel, demam, malaise, dan anak mengalami
kesulitan untuk menelan ataupun menyusu.
Riwayat Keluhan Utama :
Terdapat 4 unsur utama dalam anamnesis riwayat penyakit sekarang,
yakni: (1) kronologi atau perjalanan penyakit, (2) gambaran atau deskripsi
keluhan utama, (3) keluhan atau gejala penyerta, dan (4) usaha berobat.
Kronologis atau perjalanan penyakit dimulai saat pertama kali pasien
merasakan munculnya keluhan atau gejala penyakitnya. Setelah itu
ditanyakan bagaimana perkembangan penyakitnya apakah cenderung
menetap, berfluktuasi atau bertambah lama bertambah berat sampai
akhirnya datang mencari pertologan medis.
Keluhan Pada Saat Pengkajian :
Keluhan utama saat pengkajian yang mungkin muncul adalah demam,
kelemahan otot, dan kesulitan saat menelan
B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
Riwayat kesehehatan kehamilan ibu selama kehamilan, apakah ibu
sering terpapar bahan-bahan radiasi. Selain itu riwayat kesehatan ibu
yang pernah mengalami penyakit imunodefisiensi taupun pernah
mengalami penyakit leukopenia selama kehamilan
2. Natal
. Tempat melahirkan : bayi bisa terinfeksi oleh virus-virus dan bakteri
rumah misalnya saja melahirkan di dukun bayi yang personal
higienenya kurang sehingga bayi dapat terinfeksi dikarenakan
tingkat sistem kekebalan tubuh bayi masih rendah.
39
b. Jenis persalinan : …………………………………………….
c. Penolong persalinan : bukan petugas medis (dukun bayi) sehingga
alat yang digunakan untuk membantu persalinan tidak terjamin
kesterilannya
3. Post natal
a. Kondisi bayi : prematur karena infeksi bakteri menyebabkan
anak : .....................................................................
43
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Pengalaman keluarga terhadap sakit dan hospitalisasi berpengaruh terhadap
perasaan cemas pada anak dan keluarga. Biasanya orang yang tidak pernah
menjalani hospitalisasi cenderung lebih cemas dibandingkan yang tidak pernah.
Anak paling dekat dengan keluarga atau orang tua, sehingga mimiliki ikatan batin
yang kuat. Sehingga perasaan orang tua yang cemas juga berdampak pada
ketenangan anak saat proses pengobatan di rumah sakit
X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Anak dapat makan dan
menghabiskan makanan
porsinya
Anak menjadi susah
makan karena muncul
kesulitan menelan pada
saat sakit dan
kehilangan nafsu
makannya
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan
4. Cara pemenuhan
Normal Anak kesulitan untuk
minum karenan
mengalami kesulitan
dalam menelan
C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat
pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
normal Menjadi lebih sering
untuk BAB
44
3. Konsistensi
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang
- Malam
2. Pola tidur
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur
Normal Anak menjadi sulit
tidur, rewel karena
kondisi yang tidak
nyaman saat sakit,
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga
2. Jenis dan
frekuensi
3. Kondisi setelah
olah raga
Normal Terjadi pengurangan
frekuensi untuk olahraga
karena kelemahan saat
sakit
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara
Tergantung dari
perawatan personal
Orang tua harus lebh
memperhatikan personal
45
- Frekuensi
- Alat mandi
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara
3. Gunting kuku
- Frekuensi
- Cara
4. Gosok gigi
- Frekuensi
- Cara
hygien individu hygien anaknya
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal
harian
3. Penggunaan alat
Bantu aktifitas
4. Kesulitan pergerakan
tubuh
Anak dapat melakukan
aktifitas sehari-hari
Anak menjadi
lemah sehingga
mengurangi
aktivitas sehari-
harinya
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat Anak dapat melakukan Anak membatasi
46
sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah
rekreasi
4. Waktu senggang
klg
5. Kegiatan hari libur
aktivitas rekreasi saat
libur aupun waktu
luang
aktivitas di luar rumah
karena kelemahan
kondisinya
XI. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : .composmentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : > 120/80mmHg
b. Denyut nadi : >100x / menit
c. Suhu : > 36o C
d. Pernapasan : .>24 x/ menit
4. Berat Badan : . mengalami penurunan atau kurang dari normal (bayi
baru lahir 3,25 Kg, usia 12 bulan 10,5 Kg
5. Tinggi Badan : .tidak mengalami kelainan
6. Kepala
Keadaan rambut & Hygiene kepala :
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : penyebaran rambut merata
c. Mudah rontok : kering mudah rontok
d. Kebersihan rambut :bersih/tergantung personal
hygine yang di lakukan
Palpasi: tidak ditemukan kelainan
7. MukaInspeksi
47
a. Simetris / tidak : simetris b. Bentuk wajah : normalc. Gerakan abnormal : tidak adad. Ekspresi wajah : meringis kesakitanPalpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan
Data lain :
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : tidak ada edema
b. Sclera : biru hingga putih
c. Conjungtiva : tidak anemis
d. Pupil : - Isokor
- Myosis / midriasis
- Refleks pupil terhadap cahaya : ada (+)
e. Posisi mata : Simetris
f. Gerakan bola mata : normal
g. Penutupan kelopak mata : normal
h. Keadaan bulu mata : normal
i. Keadaan visus : normal
j. Penglihatan : normal
Palpasi
Tekanan bola mata : Tidak ada
Data lain :
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : simetris
c. Keadaan septum : normal
48
d. Secret / cairan : tidak ada
Data lain : -
9. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : normal
b. Ukuran / bentuk telinga : normal
c. Aurikel : normal
d. Lubang telinga : Bersih / serumen, tergantung dari personal hygiene
anak
e. Pemakaian alat bantu : -
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada
10.Mulut Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi : meliputi kebersihan gigi, warna gigi
yang tergantung dari personal hygiene anak
- Karang gigi / karies : ada tidaknya karies, tergantung dari
personal hygiene anak
- Pemakaian gigi palsu : -
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tampak merah
c. Lidah
Kotor / tidak : tampak merah karena defisiensi B12
dan asam folat
Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : pucat
49
- Basah / kering / pecah : kering, kemungkinan diakibatkan
oleh adanya hipertermi dan tidak diimbangi oleh asupan cairan.
- Mulut berbau / tidak : tidak
- Kemampuan bicara : normal
Data lain : -
11. Tenggorokan
a. Warna mukosa :merah
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan : ada
12. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : normal/ tidak terjadi pembesaran
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Teraba
b. Kaku kuduk / tidak : -
c. Kelenjar limfe :
Data lain :
13. Thorax dan pernapasan
14.Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada :simetris
b. Irama pernafasan: tidak teratur
c. Pengembangan di waktu bernapas :simetris/ mengembang
sempurna
d. Tipe pernapasan : dapat takipneu
Data lain : -
Palpasi
a. Vokal fremitus : simetris bilateral
50
b. Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
a. Suara nafas :Vesikuler
b. Suara tambahan : tidak ada
15.Jantung
Palpasi
Ictus cordis : tidak ada
Perkusi
Pembesaran jantung : tidak ada, suara jantung
redup
Auskultasi
a. BJ I : normal
b. BJ II : normal
c. BJ III : -
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
Data lain : -
16.Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : tidak membuncit
b. Ada luka / tidak : tidak terdapat luka
Palpasi
a. Hepar : tidak teraba
b. Lien : tidak teraba
c. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi
51
Peristaltik : penurunan peristaltik usus
(normal 12-30x/menit)
Perkusi
a. Tympani : tympani pada seluruh area abdomen
b. Redup : -
Data lain : -
17. Genitalia dan Anus : Periksa kebersihan dari
genitalia dan anus, adakah luka ataupun cairan yang keluar dari genitalia
18.Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : pergerakan tangan lemah
dikarenakan metabolisme yang tidak optimal menyebabkan otot
tidak dapat melakukan fungsinya.
- Pergerakan abnormal : tidak ada
- Kekuatan otot kanan / kiri : melemah
- Tonus otot kanan / kiri : menurun
- Koordinasi gerak : menurun
b. Refleks
- Biceps kanan / kiri : normal
- Triceps kanan / kiri : normal
c. Sensori
- Nyeri : lebih sensitif atau terjadi
iritabilitas terhadap rangsang nyeri
- Rangsang suhu : normal
- Rasa raba : normal
19.Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
52
a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : normal
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : normal
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : normal
- Gerakan kelopak mata : simetris bilateral
- Pergerakan bola mata : simetris/normal
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : lebih sensitif terhadap
rangsang nyeri
- Refleks dagu : positif
- Refleks cornea : positif
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : normal
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : normal
- Refleks muntah : normal
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal
- Suara : normal
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : dapat dilakukan/
normal
- Mengangkat bahu : dapat dilakukan/ normal
-
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : normal
Tanda – tanda perangsangan selaput otak
53
a. Kaku kuduk : tidak ada kelainan
b. Kernig Sign : negatif
c. Refleks Brudzinski : negatif
d. Refleks Lasegu : negatif
Data lain
pemeriksaan reflek : -
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar
Pada motorik kasar, umumnya anak dengan leukopenia akan
mengalami kelemahan, sehingga aspek dari motorik kasar mungkin
akan terlambat untuk dilalui (delayed) atau mungkin tidak dapat dilalui
(failed) jika telah masuk ke tahap kronis.
2. Motorik halus
3. sonoBahasa
4. Personal social
XII. Test Diagnostik
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah didapatkan, pada smear darah tepi menunjukkan
penurunan yang ditandai atau tidak adanya neutrofil. Pada sumsum tulang
mungkin menunjukkan myeloid hypoplasia atau tidak adanya myeloid prekursor.
Dalam banyak kasus, sumsum tulang selular dengan pematangan promyelocyte di
sumsum tulang belakang. Pada kesempatan ini, mungkin hypercellular sumsum.
6.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d peradangan pada paru-paru
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d peradangan pada kulit
Pada umumnya tidak mengalami kemunduran yang berarti dalam ketercapaian dari masing-masing aspek di samping.
54
3. Kerusakan integritas kulit b.d peradangan pada kulit
4. Resiko infeksi b.d penurunan sistem pertahanan tubuh sekunder
5. kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah
6.3 Intervensi
Diagnosa 1:Gangguan pertukaran gas b.d peradangan pada paru-paru
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam masalah gangguan
pertukaran gas pasien teratasi
Kriteria hasil:
1. RR 16-24x/menit
2. pasien tampak tidak sesak
3. nilai AGD dalam batas normal
No Intervensi Rasional
1
2
Kaji/awasi secara rutin kulit
dan membrane mukosa.
Palpasi fremitus
Sianosis mungkin perifer atau sentral
keabu-abuan dan sianosis sentral
mengindikasi kan beratnya
hipoksemia.
Penurunan getaran vibrasi diduga
adanya pengumplan cairan/udara.
Tachicardi, disritmia, dan perubahan
tekanan darah dapat menunjukan
efek hipoksemia sistemik pada
55
3
4
Awasi tanda vital dan irama jantung
Berikan oksigen tambahan
sesuai dengan indikasi
fungsi jantung.
Dapat memperbaiki atau mencegah
memburuknya hipoksia.
Diagnosa 2:Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d peradangan pada kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam pasien menunjukkan
pengurangan nyeri
Kriteria Hasil:
- Skala nyeri 3
- Kulit tampak tidak merah
- Pasien mengatakan nyerinya berkurang
No Intervensi Rasional
1 Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
Untuk mengetahui penyebab, derjat
nyeri, sehingga dapat menentukn
intervensi selanjutnya
Nyeri akibat perdangan pada kulit
56
2
3
ketidaknyamanan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Kolaborasi pemberian analgesik
dan antiinflamasi
dapat digambarkan dengan pasien
tampak memegangi area yang sakit
Memberikan suasana relaks dan
tenang untuk membantu mengurangi
nyeri
Membantu mengurangi nyeri dan
mengobati peradangan pada kulit
Diagnosa 3: Kerusakan integritas kulit b.d peradangan pada kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam pasien menunjukkan perbaikan
pada area kulit
Krteria Hasil:
1. Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan
2. pasien melaporkan tidak adanya rasa gatal, nyeri
3. sensasi dan warna kulit normal
No Intervensi Rasional
57
1
2
3
4
Anjurkan pasien menggunakan
pakaian yang longgar
Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih
Monitor kulit akan adanya
kemerahan
Kolaborasi dengan ahli gizi terkait
pemberian diet tinggi protein,
mineral dan vitamin
Untuk menghindari gesekan
sehingga tidak memperparah kondisi
kulit
Untuk menghindari kontaminasi
bakteri sehingga tidak memperparah
kondisi kulit
Warna kulit tampak merah bisa
diakibatkan oleh efek inflamasi
tampak memegangi area yang sakit
Untuk membantu proses
penyembuhan dari kerusakan
integritas kulit
Diagnosa 4 : Resiko infeksi b.d penurunan sistem pertahanan tubuh sekunder
58
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam pasien tidak
menunjukkan tidak adanya infeksi
Kriteria Hasil:
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
No Intervensi Rasional
1
2
3
4
5
Pertahankan teknik aseptif
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Tingkatkan intake nutrisi
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas,
Kolaborasi pemberian terapi
antibiotik
Untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan
adanya infeksi
Mengantisipasi adanya infeksi
Meningkatan kebutuhan nutris dan
energi sehingga diharapkan daya
tahan tubuh meningkat
Mengantisipasi adanya infeksi pada
kulit
Untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi
59
Diagnosa 5 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia mual, muntah
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, mual muntah dapat
teratasi sehingga kbutuhan nutrisi klien
Kriteria Hasil:
1. Mual dan muntah berkurang
2. pasien dapat mengahbiskan porsi makannya
No Intervensi Rasional
1
2
Kaji pola nutrisi klien dan
perubahan yang terjadi.
Timbang berat badan klien.
Kaji faktor penyebab gangguan
pemenuhan nutrisi
Sebagai data untuk melakukan
tindakan keperawatan dan
pengobatan selanjutnya
Berat badan dapat menunjukkan
perubahan status nutrisi klien
Biasanya pada pasien leukopenia
terdapat manifestasi klinis kesulitan
60
3
4
4.
5
Berikan diet dalam kondisi hangat
dan porsi kecil tapi sering
Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain dalam penentuan diet klien
menelan
Diet porsi kecil dan dalam keadaan
hangat membantu mengurangi mual
dan muntah
Pemberian diet yang tepat akan
membantu pemenuhan nutrisi pasien
6.4 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
1. Gangguan
pertukaran gas b.d
peradangan pada
paru-paru.
1. Telah dikaji atau diawasi secara rutin
kulit dan membrane mukosa.
2. Telah dilakukan Palpasi fremitus.
3. Telah diawasi tanda vital dan irama
jantung.
4. Telah diberikan oksigen tambahan sesuai
dengan indikasi.
2. Gangguan rasa
nyaman: Nyeri b.d
1. Telah dilakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
61
peradangan pada
kulit.
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
2. Telah dilakukan observasi reaksi
nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Telah dilakukan pengontrolan lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
4. Telah dilakukan kolaborasi pemberian
analgesik dan anti inflamasi.
3. Kerusakan integritas
kulit b.d peradangan
pada kulit.
1. Telah dianjurkan pasien menggunakan
pakaian yang longgar.
2. Telah dijaga kebersihan kulit agar tetap
bersih.
3. Telah dilakukan monitor kulit akan
adanya kemerahan.
4. Telah dilakukan kolaborasi dengan ahli
gizi terkait pemberian diet tinggi protein.
mineral dan vitamin
4 Resiko infeksi b.d
penurunan sistem
pertahanan tubuh
sekunder.
1. Telah dipertahankan teknik aseptif.
2. Telah dimonitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
3. Telah ditingkatkan intake nutrisi.
4. Telah di inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan, panas.
5. Telah dilakukan kolaborasi pemberian
terapi antibiotik
5. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
1. Telah dikaji pola nutrisi klien dan
perubahan yang terjadi.
62
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia mual,
muntah.
2. Tlah ditimbang berat badan klien.
3. Telah dikaji faktor penyebab gangguan
pemenuhan nutrisi.
4. Telah diberikan diet dalam kondisi hangat
dan porsi kecil tapi sering.
5. Telah dilakukan kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam penentuan diet
klien.
6.5 Evaluasi
Diagnosa 1
S:- Pasien mengatakan, “Sus, saya sudah tidak sesak lagi”
- Keluarga pasien mengatakan bahwa anak sudah tidak merasa sesak lagi
O: 1. Pasien tampak tidak sulit bernafas
2. Pasien terlihat tenang dan nyaman dengan kondisinya
3. Nafas normal (RR= 24x/menit)
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Diagnosa 2
S:- Pasien mengatakan, “Sus, saya sudah tidak nyeri lagi”
- Keluarga pasien mengatakan bahwa anak sudah tidak rewel lagi
O: 1. Pasien tampak tidak kesakitan
1. Pasien terlihat tenang dan nyaman dengan kondisinya
A: Masalah teratasi
63
P: Intervensi dihentikan
Diagnosa 3
S: - Kelurga pasien mengatakan “Anak saya sudah tidak merasa gatal lagi suster”
- Pasien mengatakan “Badan saya sudah tidak terasa gatal lagi dokter”
O: 1. Pasien tampak tidak sedang menggaruk – garuk kulitnya
2.Pasien terlihat tenang dan nyaman dengan kondisinya
3. kulit sudah kembali normal (tidak bersisik)
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Diagnosa 4
S: - Keluarga pasien mengatakan “Anak saya sudah tidak panas lagi dan tidak ada
bekas kemerahan pada kulitnya”
- Pasien mengatakan “Badan saya sudah tidak panas lagi”
O: - Suhu dalam rentang normal
- Turgor kulit membaik
- Pasien terlihat tenang dan nyaman dengan kondisinya
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Diagnosa 5
S:- Pasien mengatakan, “Sus, saya sudah tidak merasa mual dan makan saya
sangat lahap lagi”
- Keluarga pasien mengatakan bahwa anak sudah tidak mengalami sulit
menelan lagi,dan nafsu makannya pun meningkat.
64
O: 1. Pasien tampak makan dengan lahap
2.Pasien terlihat tenang dan nyaman dengan kondisinya
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
65
BAB 7. ASUHAN KEPERAWATAN LEUKEMIA
7.1 Pengkajian
Ruangan :
Tgl. / Jam MRS : Dx. Medis :
No. Reg. :
TGL/Jam Pengkajian :
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan :Anak D
2. Tempat tgl lahir/usia :untuk membantu melakukan pengukuran dosis
dalam pemberian medikasi atau pengobatan.
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama :untuk mengkaji status spiritual sehingga kebutuhan
baik fisik, psikis dan spiritual dapat dipenuhi
5. Pendidikan :tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tindakan
pencegahan terhadap leukopenia oleh penderita.
6. Alamat :jember
Data disamping tujuannya yaitu untuk mempermudah dalam melakukan pengenalan dan pendataan terkait pelayanan yang nantinya akan diberikan kepada pasien.
66
7. Tgl masuk : 20-10-2009
8. Tgl pengkajian : 21-10-2009
9. Diagnosa medik : ALL
10. Rencana terapi :
1. Ayah
a. N a m a :Bapak Fahiqi
b. U s i a : 69 tahun
c. Pendidikan :tidak tamat SD
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Petani
e. A g a m a :mengkaji aspek spiritual yang mungkin anaknya
sebelumnya pernah dibawa ke pengobatan alternatif.
f. Alamat :untuk mengkaji status lingkungan tempat tinggal yang
mungkin mempengaruhi keadaan sakitnya.
2. Ibu
a. N a m a :
b. U s i a :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan/Sumber penghasilan:
e. Agama :
f. Alamat :
C. Identitas Saudara Kandung
NoN A M A
U S I A HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
Sama dengan kondisi dan penjelasan pada ayah.
67
Identitas saudara kandung sangat diperlukan karena saudara kandung
merupakan salah satu orang yang mungkin dekat dengan pasien. Status
kesehatan dari saudara kandung diperlukan untuk mengetahui keterkaitan.
dan memungkinkan penularan penyakit-penyakit infeksi
I. Keluhan Utama
Alasan masuk ke RS: anak D kelihatan lesu, lemas dan pucat dan
diindikasikan ALL
II. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal:
Ibu dari anak mengatakan selama hamil an. D, ia tidak mengalami
kelainan dan gizinya cukup.
2. Intranatal:
Ibu mengatakan, an.D lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir
dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan
panjang badan 42cm. Saat lahir, An. D menangis spontan.
3. Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelah
melahirkan. Kondisinya normal.
III. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Ibu mengatakan, an.D pernah menderita ALL.
2. Pernah dirawat di RS :
Sebelumnya, an.D pernah di rawat di RS
68
3. Obat-obatan yang pernah digunakan :
Orang tua an.D mengatakan bahwa dulu an.D pernah
mengkomsumsi kortikosteroid, sitostatik dan imunoterapi.
4. Alergi :
An.D tidak memiliki riwayat alergi.
5. Kecelakaan :
An.D tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya.
Kalaupun jatuh, an.D tidak sampai mengelami luka berat.
6. Riwayat imunisasi :
I II III
BCG
DPT
POLIO
CAMPAK
HEPATITIS
B
IV. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Tanggal 21 Oktober 2009 kemaren, an.D telah mendapatkan kemo terapi.
Saat pengkajian tanggal 22 Oktober 2009, an. D sedang demam, suhu 38,6 0C. An.D tidak mau makan, perutnya kembung dan lidahnya terdapat
sariawan.. Setelah diberi roti, an.D muntah. An.D mengeluhkan nyeri pada
sendinya dan terasa pegal-pegal. An.D meraba-raba perutnya dan
mengatakan sakit pada perutnya.
69
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu an.D mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit
turunan yang seperti dialami oleh an.D.
VI. Riwayat Tumbuh Kembang
1. Kemandirian dan bergaul :
Sebelum sakit, an.D mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
makan sendiri, pasang baju sendiri. An.D berteman baik dengan teman
sebaya. Tapi semenjak sakit, An. D sudah tidak mampu melakukan
aktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain dengan
teman-temannya.
2. Motorik kasar :
Umur 3 bulan, an.D sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bisa
duduk, umur 9 bln berdiri dan umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan.
3. Motorik halus :
Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa menulis coret-coretan
4. Kognitif dan bahasa :
Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa memahami perintah dari orang lain,
an.D mengerti apa yang ditanyakan orang padanya. Perkembangan
bahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12 bulan.
5. Psikososial :
Saat pengkajian, An.D mau berinteraksi dengan orang lain selain orang
tua bila di beri mainan terlebih dahulu.
6. Lain-lain :
Emosi an.D saat ini labil
VII. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh klien :
70
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
2. Hubungan dengan anggota keluarga :
An.D merupakan anak kandung dari Ibu N dan Bpk Fahiqi. Saat
pengkajian, Bapak dari An.D sering memaksa anaknya makan-minum
dengan paksa dan sedikit marah-marah pada an.D
Menurut Ibunya, An.D sangat sayang sama adiknya. Mereka jarang
sekali ribut.
3. Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, an.D berteman baik dengan teman sebayanya.
4. Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah
(anak tidak sinroma down)
5. Lingkungan rumah :
- Luas rumah 8 x 10 m
- Ventilasi cukup, penerangan cukup
- Pakai sumur gali
- Sampah dibakar
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalu jauh kira-kira
10 m
VIII. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : sadar/compos mentis
2. TB/BB (cm) :111 cm/ 15 kg
3. Kepala :46 cm
a. Lingkar kepala :
b. Rambut : kebersihan.(bersih) warna. (hitam)
Tekstur (kasar) distribusi rambut.(merata)
Kuat/mudah tercabut....( kuat )
4. Mata :
71
a. Sklera :Normal/non ikterik
b. Konjungtiva :anemis
c. Palpebra :
d. Pupil :ukuran........2mm.........bentuk.....isokor.........