ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA DENGAN MASALAH HIPERTENSI DIRUANG ANGGREK PANTI WREDH PUCANG GADING SEMARANG Disusun Oleh KHOIRIYAH G2A5040700 SARINTI G2A50407004 WAHYUNINGSIH G2A5040700
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA
DENGAN MASALAH HIPERTENSI DIRUANG ANGGREK
PANTI WREDH PUCANG GADING SEMARANG
Disusun Oleh
KHOIRIYAH G2A5040700
SARINTI G2A50407004
WAHYUNINGSIH G2A5040700
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik ( BPS ),
pada tahun 1996 jumlah penduduk Indonesia adalah 198,83 juta jiwa.Dari
jumlah tersebut terdapat 13,5 juta penduduk yang berumur antara 60 – 75
tahun keatas atau biasa disebut sebagai kelompok usia lanjut.
Kelompok usia lanjut dari tahun ke tahun semakin bertambah. Akan
tetapi pada umumnya kelompok ini merupakan kelompok yang kurang
produktif, ditambah lagi dengan kondisi kesehatan yang mulai menurun
seiring dengan bertambahnya usia mereka. Degenerasi organ tubuh yang
menyebabkan kelompok usia usia lanjut sangat rentan terhadap penyakit baik
yang bersifat akut maupun kronik. Beberapa penyakit pada usia lanjut yang
sering kita temui adalah ISPA, Kardiovaskuler, Pembuluh darah, penyakit
urogenital, penyakit pencernaan, dan penyakit degeneratif seperti
osteoporosis, ostewo arthritis, PPOK, hipertensi, dan lain – lain ( Depkes RI,
1994 ).
Salah satu penyakit yang akan dibahas adalah hipertensi pada lansia.
Dimana Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi 90
mmHg.
Secara umum penyakit ini bisa menimpa pada laki – laki dan
perempuan, karena proses perubahan pada pembuluh darah dan pengaruh dari
perubahan krdiovaskuler. Hal ini akibat dari proses degeneratif dan pengaruh
diit sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di ruang Anggrek terdapat
80% dari jumlah kelayan yang mengalami masalah hipertensi dengan
keluhan nyeri kepala, kaku pada tengkuk, kelemahan pada satu sisi,
gringgingen ( kesemutan ). Dengan demikian kelompok merasa tertarik untuk
membuat makalah tentang asuhan keperawatan dengan masalah hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Makalah ini dibuat agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran secara
nyata dan lebih mendalam tentang asuhan keperawatan dan lansia dengan
masalah hipertensi diruang Anggrek Panti Wredha Pucang Gading
Semarang.
2. Tujuan khusus
Setelah tersusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan konsep tentang masalah hipertensi.
b. Menyusun konsep asuhan keperawatan dengan masalah hipertensi.
c. Menerapkan asuhan keperawatan pada kelayan dengan masalah
hpertensi.
C. Proses Pembuatan Makalah
Penulisan makalah pada studi khusus menggunakan metode deskriptif
yaitu menggambarkan masalah-masalah yang terjadi dan didapat pada saat
melaksanakan asuhan keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah :
1. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab langsung kepada kelayan.
2. Observasi partisipatif aktif
Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap kelayan serta
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
3. Studi kepustakaan
Yaitu mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah
hipertensi.
4. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan hasil
pemeriksaan yang ada.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian
Lansia merupakan perubahan progresif pada organ yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat inversible serta
menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu (Charlotte,
2005). Menua bukan suatu penyakit tetapi proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsang dari dalam maupun luar
tubuh.
Pengelompokkan lansia menurut WHO (1996) :
1) Model Age (45 – 49 tahun)
2) Alder Age (60 – 74 tahun)
3) Old Age (75 – 90 tahun)
2. Teori Perubahan Lansia menurut Charlotte (2005) terdiri dari :
a. Teori Biologis
1) Genetik
Teori genetik dipercaya sebagai faktor dominan yang
menyebabkan perubahan pada lansia. Seorang lebih mudah
ditentukan tipe fungsi mental dan fisik yang secara genetik
menentukan cepat tua dan lama hidup seseorang.
2) Stochastice
Merupakan akumulasi kerusakan pada molekul vital (DHA,
protein) yang menyebabkan penurunan fisik secara progresif dan
akhirnya mati.
3) Reaksi Autoimun
Sistem penting pertahanan melawan sustansi asing yang masuk
tubuh. Menua merupakan penurunan kemampuan untuk
memproduksi antibodi yang melawan penyakit.
4) Wear and tear
Adalah primer menua tidak terbatas pada organ tetapi sampai
pada tingkat sel, suplemen nutrisi dan pengobatan yang mampu
untuk memperbaiki dan memelihara organ atau sel.
5) Penyakit
Bakteri, jamur, virus dan beberapa mikroorganisme lain dapat
menjadi faktor terjadinya proses menua. Pada beberapa kasus
patologis hal ini disebabkan karena sistem antibodi.
6) Radiasi
Radiasi sinar ultraviolet juga merupakan faktor yang
mempengaruhi perubahan pada lansia, hal ini karena radiasi
dapat menyebabkan mutasi sel.
7) Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat mempengaruhi kesehatan
dan proses penuaan. Misalnya obesitas dapat meningkatkan
resiko terjadinya berbagai penyakit.
b. Teori psikologis
Teori psikologis yang mempengaruhi penuaan disebabkan karena
proses mental, lingkungan dan emosi.
B. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi 90 mmHg.
2. Etiologi
Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor antara lain:
- Kelelahan - Proses penuaan
- Keturunan - Diet yang tidak seimbang
- Stress - Sosial budaya
Akibat/ komplikasi dari penyakit hipertensi:Gagal jantung, gagal ginjal, stroke (kerusakan otak), kelumpuhan.
3. Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan
tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya
normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer.
Kenaikan tahanan perifer ini disebabkan karena vasokonstriksi arteriol
akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi
sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan
struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika interna
dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi,
maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga
terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya
sklerosis koroner.
4. Tanda dan gejala
a. Sakit kepala - Perdarahan hidung
b. Vertigo - Mual muntah
c. Perubahan penglihatan - Kesemutan pada kaki dan tangan
d. Sesak nafas - Kejang atau koma
e. Nyeri dada
C. Pengkajian Data Dasar
1. Data dasar pengkajian klien dengan hipertensi
- Aktifitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung
- Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner.
Tanda: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disarythmia.
- Integritas Ego
Gejala: Ancietas, depresi, marah kronik, faktor-faktor stress.
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, otot mulai tegang.
- Eliminasi
Riwayat penyakit ginjal, obstruksi.
- Makanan/ cairan
Gejala: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol),
mual, muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan
diuretik.
Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
- Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan
retina optik.
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan.
- Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
- Pernafasan
Gejala: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk
dengan/ tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat
bantu pernafasan.
- Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara brejalan.
2. Pemeriksaan Diagnostik
- Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas).
- BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
- Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan
kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Kolesterol dan trygliserid
- Px tyroid
- Urin analisa
- Foto dada
- CT Scan
- EKG
Prioritas keperawatan:
- Mempertahankan/ meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
- Mencegah komplikasi.
- Kontrol aktif terhadap kondisi.
- Beri informasi tentang proses/ prognose dan program pengobatan.
3. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
- Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
- Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
- Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
- Batasi aktivitas.
4. Kemungkinan Diagosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan:
1. Intoleran aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
- Kaji respon terhadap aktifitas.
- Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.
- Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan kursi
saat mandi, sisir rambut.
- Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara bertahap jika
dapat ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.
2. Nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Hasil yang diharapkan: melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
- Pertahankan tirah baring selama fase akut.
- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti pijat
punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri
kepala,misal: membungkuk, mengejan saat buang air besar.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.
3. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan fungsi
motorik sekunder terhadap kerusakan neuron motorik atas.
Kriteria:
Klien akan menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1) Ajarkan klien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas
yang tidak sakit pada sedikitnya empat kali sehari.
R/ Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit tiga sampai
empat kali sehari. Lakukan latihan dengan perlahan untuk memberikan
waktu agar otot rileks dan sangga ekstremitas di atas dan di bawah sendi
untuk mencegah regangan pada sendi dan jaringan.
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak
digunakan. Kontraktur pada otot fleksor dan adduktor dapat terjadi
karena otot ini lebih kuat dari ekstensor dan abduktor.
3) Bila klien di tempat tidur lakukan tindakan untuk meluruskan postur tubuh.
R/ Mobilitas dan kerusakan fungsi neurosensori yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kontraktur permanen.
4) Siapkan mobilisasi progresif.
R/ Tirah baring lama atau penurunan volume darah dapat menyebabkan
penurunan tekanan darah tiba-tiba (hipotensi orthostatik) karena darah
kembali ke sirkulasi perifer. Peningkatan aktivitas secara bertahap akan
menurunkan keletihan dan peningkatan tahanan.
5) Secara perlahan bantu klien maju dari ROM aktif ke aktivitas fungsional
sesuai indikasi.
R/ Memberikan dorongan pada klien untuk melakukan secara teratur.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA
DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI RUANG ANGGREK
PANTI WREDHA PUCANG GADING SEMARANG
A. Data Umum
1. Nama Panti : Pucang Gading Semarang
2. Alamat Panti : Jl. Pucang Gading
3. Nama Pimpinan Panti :
4. Pengelola :
5. Karakteristik Penghuni
a. Berdasarkan umur : 60 – 90 tahun
b. Berdasarkan Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
c. Berdasarkan Agama : Islam
d. Keluhan Utama : Sebagian besar klien mengatakan
pusing, lemas, tengkuk terasa kaku dan
marah – marah.
B. Data Khusus
1. Biologis
a. Keadaan kesehatan : 10 keluhan saat dilakukan pengkajian 31 -7-2008
No Nama Klien
KeluhanPegal/ nyeri sendi
Pusing Gatal BatukSulit tidur
KatarakTengkuk
kakuSesak nafas
Pendengaran berkurang
Tekanan darah sistolik > 140- 230
1 Ny. SS V V V V V2 Ny. A V V V V V V3 Ny. SR V V V V V4 Ny. Mryt V V5 Ny. W V V V V6 Ny. Ng V V V7 Ny. Y V V8 Ny. K V V V V9 Ny. Mrsm V V V V V10 Ny. R V V V11 Ny. J V V12 Ny. Wg V V V13 Ny.S V V14 Ny.Sp V V15 Ny.P V V V16 Ny.S V17 Ny.M V V V V V V18 Ny.S V19 Ny.Wj V20 Ny.A V21 Ny.Pn V V V22 Ny.H V23 Ny.S V V24 Ny.St V V V V V25 Ny.Ks V V
Total 10 10 5 3 6 4 8 3 9 16
Prosentase 40 40 20 12 24 16 32 12 36 64
b. Pola Makan dan Minum
Klien makan 3 x sehari, menu sesuai yang tersedia dipantai. Jenis nasi
+ kerupuk + tahu tempe. 70% kien makan nasi + tempe/tahu +
kerupuk. Minum ± 3 gelas per hari jenis air putih.
c. Pola Tidur
Sebagian besar klien tidur siang jam 13.00 s/d 15.00 WIB dan tidur
malam jam 21.00 s/d 03.00 WIB. Tetapi dalam tidurnya klien selalu
terbangun dan keluhan terbesarnya karena pusing dan tengkuk merasa
kaku.
2. Psikologis dan Sosial
a. Kebiasaan buruk kelompok
1) Membuang sampah sembarangan
2) BAB / BAK di tempat tidur terutama klien dengan gangguan …..
3) Meludah disembarang tempat
b. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Para klien di ruang Anggrek sebagia besar tidak memeriksakan
kesehatan ke Poli yang ada di pantai, karena klien beranggapan
penyakit yang diderita merupakan penyakit kebanyakan orang lansia.
c. Keadaan ekonomi
Para klien di ruang Anggrek semua kebutuhan dipenuhi oleh panti
karena sebagian besar kegiatan klien tidak pernah berkunjung ke panti.
3. Keadaan Lingkungan Dalam
a. Penerangan
Penerangan di ruang Anggrek terang terdapat lampu didalamnya.
b. Kebersihan dan kerapian
Dalam ruangan kurang karena para klien sebagian besar tidak dapat
membersihkan tempat tidur sendiri maupun ruangan karena
keterbatasan aktivitas fisik.
c. Sirkulasi udara
Di ruang Anggrek memiliki Jendela yang cukup banyak tapi jarang
dibuka, ventilasi kurang.
d. Sumber air minum
Air minum dan kebutuhan lainnya didapat dari sumur tanah.
4. Keadaan lingkungan dan halaman
a. Pemanfaatan halaman
Halaman depan ruang Anggrek diberikan tempat duduk yang
digunakan duduk para kelayan.
b. Pembuangan air limbah
Air limbah dibuang pada saluran got.
c. Pembuangan sampah
Setiap ruang terdapat tempat sampah.
d. Sanitasi
Kebersihan di Ruang Anggrek kurang terjaga dan sanitasi lingkungan
terhadap populasi udara kurang baik.
e. Sumber pencemaran
Sumber pencemaran berasal dari BAK / BAB di dalam ruangan serta
sampah di sekitar lingkungan.
C. Analisa Data
No Data Diagnosa Keperawatan
1. DS : - 70% kelayan mengeluh kalau
lantai kamar mandi di ruang
Anggrek licin
- 30% klien mengeluh pengelihatan
kabur.
DO : - Penerangan di kamar mandi
Ruang Anggrek kurang terang.
- Membuang sampah sembarangan
- Membuang ludah sembarangan
-
Resiko injury berhubungan
dengan lingkungan yang
kurang mendukung.
2. DS : - 64% kelayan TD tinggi, dan suka
marah – marah antar kelayan
- 40% kelayan mengatakan pusing,
lemas, tengkuk kaku
DO : - Kelayan tidak dapat menahan
emosi, dalam komunikasi antar
kelayan .
- sering terjadi keributan antar
kelayan.
Resiko terjadi peningkatan
tekanan darah b.d kerusakan
komunikasi sosial antar
kelayan
D. Prioritas Masalah Keperawatan
1. Resiko cidera berhubungan dengan lingkungan yang kurang mendukung.
2. Resiko terjadi peningkatan tekanan darah b,d kerusakan komukasi social
antar kelayan.
E. Rencana Keperawatan
Dx. Kep TUM TUK Strategi Rencana
Keperawatan
Rencana Evaluasi
Kriteria StandarResiko cidera
berhubungan
dengan
lingkungan
yang kurang
mendukung
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2 x 24
jam diharapkan
risiko cidera
pada kelayan
diruang anggrek
dapat
diminimalkan.
Klien
mampu
menjaga
kebersihan
lingkungan.
- Menciptakan
lingkungan
yang aman
(orientasi
tempat)
- Menganjurkan
untuk
menggunakan
alat bantu.
1. Kaji lingkungan
sekitar panti
Wredha
2. Motivasi klien
untuk menjaga
kebutuhan
lingkungan dengan
membuang sampah
pada tempatnya.
3. Bantu klien dalam
personal hygiene
bagi klien yang
tidak mampu
beraktifitas.
4. Kolaborasi dalam
penambahan tempat
sampah, lampu.
5. Sediakan tempat pot
sputum.
Klien merasa
aman dalam
beraktifitas.
Klien mampu
menjaga
kebersihan
lingkungan.
Resiko
terjadi
peningkatan
darah b.d
kerusakan
komunikasi
social antar
kelayan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam diharapkan
tidak terjadi
peningkatan
tekanan darah
pada kelayan
diruang anggrek
F. Implementasi
Tgl/Jam
NoDx
Implementasi Respon Ttd
I 1. Mengkaji lingkungan
sekitar panti Wreda
S : Klien mengatakan lampu
penerangan kurang.
O : - Lantai licin
- Sampah berserakan
2. Memotivasi klien untuk
menjaga kebutuhan
lingkungan dengan
membuang sampah
pada tempatnya.
S : Klien mengatakan akan
membuang sampah di tempat
sampah.
O : Sebagian klien masih
membuang sampah
sembarangan.
3. Membantu klien dalam
personal hygiene
berhubungan dengan
klien tidak mampu
beraktifitas.
S : -
O : Perawat membantu klien
berjalan dengan memapah
klien ke kamar mandi untuk
BAB
4. Berkolaborasi dalam
penambahan tempat
sampah, lampu
penerangan, alat bantu
jalan.
S : Pegawai panti mengatakan
akan mengusahakan barang-
barang yang dibutuhkan panti.
O : Pegawai mengangguk setuju.
5. Mengatur menu
makanan setiap hari
S : Juru masak mengatakan untuk
mengatur jenis makanan yang
bergizi sulit karena dana yang
tidak mencukupi.
O : - Pegawai panti
menggelengkan kepala.
- Pegawati tampak berpikir.
Tgl/Jam
NoDx
Implementasi Respon Ttd
6. Mengkaji pola makan
klien
S : - Klien mengatakan makan
3x sehari dengan nasi +
tempe/tahu + kerupuk, teh
hanget kadang-kadang.
O : - Menu makan nasi +
tempe + kerupuk.
7. Berkolaborasi dengan
juru masak untuk
menghindari “benjol”
S : Juru masak mengatakan akan
mempertimbangkan dengan
pegawai panti yang lain.
O : Juru masak kooperatif.
G. Evaluasi
Tgl/jam
No. Dx
Evaluasi Ttd
13 Nov
2007
1 S : - Klien mengatakan lantai masih kotor dan
penerangan masih kurang.
- Pegawai panti mengatakan akan
mempertimbangkan masalah keamanan panti.
O : - Lantai dibersihkan setiap hari
- Lam penerangan 1
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
2 S : - Klien mengatakan menu makan masih sama
seperti kemarin.
- Pegawai panti mengatakan belum bisa
melaksanakan pemenuhan nutrisi gigi klien di
panti.
O : Menu makan nasi + tempe/tahu + kerupuk ditambah
kadang-kadang sayur sup.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC.
Carpenito L.J. (2001). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Eliopoulus, Arif. (2005). Gerontologi Nursing. Sixth Edition. Lipincott Willans. Philadelpia.
Manjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta : FKUI.
Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Prince, Sylvia Anderson. (1999). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.