Top Banner

of 14

Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

Apr 03, 2018

Download

Documents

Lutfi Assidiqi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    1/14

    1

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    A. ANATOMI FISIOLOGINasofaring merupakan suatu ruang atau rongga yang berbentuk kubus yang

    terletak di belakang hidung. Rongga ini sangat sulit untuk dilihat, sehingga dahulu

    disebut rongga buntu atau rongga tersembunyi. Batas-batas rongga nasofaring, di

    sebelah depan adalah koana (nares posterior). Sebelah atas, yang juga merupakan

    atap adalah basis cranii. Sebelah belakang adalah jaringan mukosa di depan

    vertebra servikal. Sebelah bawah adalah ismus faring dan palatum mole, dan batas

    lainnya adalah dua sisi lateral.

    Gambar 1 : Anatomi Hidung dan Nasofaring Tampak Samping

    Gambar 2 : Anatomi Nasofaring Tampak Belakang

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    2/14

    2

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    Bangunan-bangunan penting yang terdapat di nasofaring adalah:

    1. Adenoid atau Tonsila LushkaBangunan ini hanya terdapat pada anak-anak usia kurang dari 13 tahun. Pada

    orang dewasa struktur ini telah mengalami regresi.

    2. Fosa Nasofaring atau Forniks NasofaringStruktur ini berupa lekukan kecil yang merupakan tempat predileksi fibroma

    nasofaring atau angiofibroma nasofaring.

    3. Torus TubariusMerupakan suatu tonjolan tempat muara dari saluran tuba Eustachii (ostium

    tuba)

    4. Fosa RosenmulleriMerupakan suatu lekuk kecil yang terletak di sebelah belakang torus tubarius.

    Lekuk kecil ini diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang disebut

    sulkus salfingo-faring. Fossa Rosenmulleri merupakan tempat perubahan atau

    pergantian epitel dari epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat

    pergantian ini dianggap merupakan predileksi terjadinya keganasan nasofaring.

    Mukosa atau selaput lendir nasofaring terdiri dari epitel yang bermacam-

    macam, yaitu epitel kolumnar simpleks bersilia, epitel kolumnar berlapis, epitel

    kolumnar berlapis bersilia, dan epitel kolumnar berlapis semu bersilia. Pada tahun

    1954, Ackerman dan Del Regato berpendapat bahwa epitel semu berlapis pada

    nasofaring ke arah mulut akan berubah mejadi epitel pipih berlapis. Demikian juga

    epitel yang ke arah palatum molle, batasnya akan tajam dan jelas sekali. Yang

    terpenting di sini adalah pendapat umum bahwa asal tumor ganas nasofaring itu

    adalah tempat-tempat peralihan atau celah-celah epitel yang masuk ke jaringan

    limfe di bawahnya.

    Walaupun fosa Rosenmulleri atau dinding lateral nasofaring merupakan lokasi

    keganasan tersering, tapi kenyataannya keganasan dapat juga terjadi di tempat-

    tempat lain di nasofaring. Moch. Zaman mengemukakan bahwa keganasan

    nasofaring dapat juga terjadi pada:

    1. Dinding atas nasofaring atau basis kranii dan tempat di mana terdapat adenoid.2. Di bagian depan nasofaring yaitu terdapat di pinggir atau di luar koana.3. Dinding lateral nasofaring mulai dari fosa Rosenmulleri sampai dinding faring

    dan palatum molle.

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    3/14

    3

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    B. PENGERTIANKarsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa

    nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring.

    Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berlokasi di daerah

    faring. Hampir 60% tumor ganas pada daerah kepala dan leher merupakan

    karsinoma nasofaring.

    Karsinoma nasofaring merupakan suatu bentuk genasan saluran pernafasan,

    yang insidensi dan etiologinya sangat dipengaruhi oleh etnik. Kanker nasofaring

    sangat jarang ditemukan di Amerika maupun Eropa. Di Asia kanker nasofaring

    menyebabr luas di China terutama di istrik Kwangdong. Diduga virus Epstein Barr

    (EBV) menjadi salah satu sebagai penyebab, dimana virus ini berkembang pada sel

    epiyelial dari nasofaring. Kanker nasofaring lebih banyak menyerang lai-laki

    dibandingkan perempuan, dengan puncak frekwensi kejadian pada umur 40 60

    tahun.

    C. ETIOLOGITerjadinya Ca Nasofaring mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya

    mungkin mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya

    kanker nasofaring adalah:

    1. Kerentanan GenetikWalaupun Ca Nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan

    terhadap Ca Nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol dan

    memiliki fenomena agrregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gan HLA

    (Human luekocyte antigen dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1)

    kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap Ca Nasofaring, mereka berkaitan

    dengan timbulnya sebagian besar Ca Nasofaring. Penelitian menunjukkan

    bahwa kromosom pasien Ca Nasofaring menunjukkan ketidakstabilan , sehingga

    lebih rentan terhadap serangan berbagai faktor berbahaya dari lingkungan dan

    timbul penyakit.

    2. Virus EBMetode imunologi membuktikan virus EB membawa antigen yang spesifik

    seperti antigen kapsid virus (VCA), antigen membran (MA), antigen dini (EA),

    antigen nuklir (EBNA), dll. Virus EB memiliki kaitan erat dengan Ca

    Nasofaring , alasannya adalah :

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    4/14

    4

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    a. Di dalam serum pasien Ca Nasofaring ditemukan antibodi terkait virus EB( termasuk VCA-IgA, EA-IgA, EBNA, dll ) , dengan frekuensi positif

    maupun rata-rata titer geometriknya jelas lebih tinggi dibandingkan orang

    normal dan penderita jenis kanker lain, dan titernya berkaitan positif dengan

    beban tumor . Selain itu titer antibodi dapat menurun secara bertahap sesuai

    pulihnya kondisi pasien dan kembali meningkat bila penyakitnya rekuren atau

    memburuk.

    b. Di dalam sel Ca Nasofaring dapat dideteksi zat petanda virus EB sepertiDNA virus dan EBNA.

    c. Epitel nasofaring di luar tubuh bila diinfeksi dengan galur sel mengandungvirus EB, ditemukan epitel yang terinfeksi tersebut tumbuh lebih cepat,

    gambaran pembelahan inti juga banyak.

    d. Dilaporkan virus EB di bawah pengaruh zat karsinogen tertentu dapatmenimbulkan karsinoma tak berdiferensiasi pada jaringan mukosa nasofaring

    fetus manusia.

    3. Faktor LingkunganFaktor lingkungan juga berperan penting. Penelitian akhir-akhir ini

    menemukan zat berikut berkaitan dengan timbulnya Ca Nasofaring :

    1. Hidrokarbon aromatik, pada keluarga di area insiden tinggi kankernasofaring, kandungan 3,4 benzpiren dalam tiap gram debu asap mencapai

    16,83 ug, jelas lebih tinggi dari keluarga di area insiden rendah.

    2. Unsur renik : nikel sulfat dapat memacu efek karsinognesis pada prosestimbulnya kanker nasofaring .

    3. Golongan nitrosamin : banyak terdapat pada pengawet ikan asin. Terkaitdengan kebiasaan makan ikan asin waktu kecil, di dalam air seninya

    terdeteksi nitrosamin volatil yang berefek mutagenik.

    D. PathofisiologiSudah hampir dipastikan ca.nasofaring disebabkan oleh virus eipstein barr.

    Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya protein-protein laten pada

    penderita ca. nasofaring. Sel yang terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protin

    tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi dan mempertahankan kelangsungan

    virus didalam sel host. Protein tersebut dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV,

    seperti EBNA-1 dan LMP-1, LMP-2A dan LMP-2B. EBNA-1 adalah protein

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    5/14

    5

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    nuclear yang berperan dalam mempertahankan genom virus. EBV tersebut mampu

    aktif dikarenakan konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-zat

    karsinogen yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak

    terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein laten(EBNA-1). Hal

    inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada nasofaring, dalam hal ini

    terutama pada fossa Rossenmuller.

    Karsinoma nasofaring dapat diklasifikasikan berdasarkan stadium klinis dan

    gambaran histopatologisnya. Penentuan stadium karsinoma nasofaring digunakan

    sistem TNM menurut UICC.

    1. T (Tumor Primer)T0 = Tidak tampak tumorT1 = Tumor terbatas pada satu lokasi saja (lateral, porterosuperior, atap, dll)

    T2 = Tumor terdapat pada dua lokasi atau lebih tetapi masih di dalam

    rongga nasofaring

    T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (ke rongga hidung atau orofaring

    T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

    mengenai saraf-saraf otak

    Tx = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap

    2. N (Pembesaran kelenjar getah bening regional)N0 = Tidak ada pembesaran KGB

    N1 = Terdapat pembesaran KGB homolateral dan masih bisa digerakkan

    N2 = Terdapat pembesaran KGB kontralateral/bilateral dan masih bias digerakkan

    N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral/kontralateral/bilateral yang sudah

    melekat pada jaringan sekitar

    3. M (Metastasis jauh)M0 = Tidak ada metastasis jauh

    M1 = Terdapat metastasis jauh

    Dari keterangan di atas, karsinoma nasofaring dikelompokkan menjadi 4

    stadium, yaitu:

    a. Stadium I : T1 N0 M0

    b. Stadium II : T2 N0 M0

    c. Stadium III : T1/2/3 N1 M0 atau T3 N0 M0

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    6/14

    6

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    d. Stadium IV : T4 N0 M0 atau T1/2/3/4N2/3 M0 atau T1/2/3/4N0/1/2/3 M1

    D. TANDA DAN GEJALABerkait dengan hal tersebut, maka gejala yang timbul pada karsinoma

    nasofaring cukup kompleks dan digolongkan dalam 4 kelompok yaitu:

    1. Gejala nasofaringGejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung. Hal ini

    perlu pemeriksaan cermat seperti nasofaringoskop.

    2. Gejala telingaLetak nasofaring yaitu dekat dengan muaratuba eustakius, sehingga gangguan

    yang timbul dapat berupa tinitus, rasa tidak enak ditelinga bahkan kadang-

    kadang timbul nyeri pada telinga (otolgia).

    3. Gejala mataNasofaring berhubungan dan dekat dengan rongga tengkorak melalui beberapa

    lubang. Penjalaran dari karsinoma melalui foramen laserum akan mengenai saraf

    otak iii, iv dan vi. Gejala yang nampak dari gangguan tersebut adalah diplopia

    dan neuralgia trigeminal.

    4. Gejala sarafProses karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ix, x, xi dan xii.

    Penderita akan mengalami kesulitan dalam mengunyah.

    E. KOMPLIKASISel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai

    organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, paru-

    paru dan hati. Secara rinci Metastasis kanker nasofaring adalah :

    1. Tulang 20 %2. Paru-paru 20 %3. Hati 10 %4. Otak 4 %5. Ginjal 0.4 %6. Tiroit 0.4 %

    F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. CT scan kepala dan leher

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    7/14

    7

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    Dengan pemeriksaan ini tumor primer yang tersembunyi pun tidak terlalu

    sulit ditemukan.

    2. Pemeriksaan Serologi IgA untuk infeksi virus Epstein-BarrPemeriksaan ini hanya digunakan untuk menentukan prognosis pengobatan

    karenan spesifisitasnya yang rendah. Titer yang didapat berkisar antara 80

    hingga 1280 dan terbanyak pada titer 160.

    3. BiopsiIni merupakan diagnosis pasti untuk karsinoma nasofaring. Biopsi dapat

    dilakukan dengan 2 cara, melalui hidung atau mulut. Biopsi melalui hidung

    dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy). Cunam biopsi

    dimasukkan melalui rongga hidung menelusuri konka media ke nasofaring,

    kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsi.

    Biopsi melalui mulut dengan bantuan kateter nelaton yang dimasukkan

    melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan

    diklem bersama dengan ujung kateter yang berada di hidung sehingga palatum

    molle tertarik ke atas. Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring.

    Biopsi dilakukan dengan melihat kaca tersebut atau dengan memakai

    nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut dan massa tumor akanterlihat jelas. Biopsi tumor dilakukan dengan anestesi topikal dengan xylocain

    10%.

    4. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narkosisBila dengan biopsi masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

    dapat dilakukan pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam

    narkosis.

    G. PENATALAKSANAAN MEDISPenatalaksanaan karsinoma nasofaring pada dasarnya ada 2 macam, yaitu

    pencegahan dan pengobatan.

    1. PencegahanKarena penyebab kanker nasofaring belum jelas, maka pencegahan yang

    dilakukan hanya berdasarkan faktor-faktor yang dinilai berpengaruh akan

    timbulnya karsinoma nasofaring tersebut. Usaha tersebut adalah penggunaan

    vaksin virus Epstein-Barr, mengurangi dan menghindari bahan-bahan atau

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    8/14

    8

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    polutan yang dapat mempengaruhi timbulnya karsinoma nasofaring, dan

    perbaikan sosial ekonomi.

    2. PengobatanDalam pengobatan kanker umumnya meliputi tindakan bedah atau operasi,

    penggunaan obat-obatan sitostatika dan hormon, radioterapi dan imunoterapi.

    a. PembedahanPembedahan dapat dilakukan dengan cara pembedahan transpalatal

    (Diefenbach, Welson) maupun transmaksiler paranasal (Moure Ferguson),

    tetapi terapi bedah ini tidak berkembang, dan hasilnya menjadi kurang efektif.

    Terapi bedah dapat juga dilakukan pada tumor metastase dengan membuang

    kelenjar limfe di leher. Operasi ini untuk membuang kelenjar limfe permukaan

    tetapi sulit untu membuang kelenjar di daerah retrofaring dan parafaring.

    b. RadioterapiRadiasi ditujukan pada daerah tumor induk dan daerah perluasannya.

    Radioterapi dikenal 2 macam, yaitu teleterapi dan brakiterapi. Teleterapi bila

    sumber sinar jauh dari tumor dan di luar tubuh penderita. Sedangkan

    brakiterapi, sumber sinar dekat dengan tumor dan dipasang dalam tubuh

    penderita. Teknik penyinaran dengan teleterapi diberikan bila ada perluasantumor ke depan yaitu daerah hidung dan sekitarnya serta belum ada metastase

    ke kelenjar limfe leher.

    c. Obat-obatan SitostatikaDapat diberikan sebagai obat tunggal maupun kombinasi. Obat tunggal

    umumnya dikombinasikan dengan radioterapi. Obat yang dapat dipergunakan

    sebagai sitostatika tunggal adalah methotrexat, metomycine C, Endoxan,

    Bleocyne, Fluorouracyne, dan Cisplastin. Obat ini memberikan efek adiktif dan

    sinergistik dengan radiasi dan diberikan pada permulaan seri pemberian radiasi.

    Obat bisa juga diberikan sebelum dan sesudah penyinaran sebagai sandwich

    terapy.

    Obat kombinasi diberikan sebagai pengobatan lanjutan setelah radiasi,

    serta penting pada pengobatan karsinoma yang kambuh. Banyak kombinasi

    obat ganda yang dipakai antara lain kombinasi: BCMF (Adriamycin,

    Cyclophosphamide, Methotrexat dan Fluoroacil), ABUD (Adriamycin,

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    9/14

    9

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    Bleomycin, Umblastin dan Decarbazine), COMA (Cyclophosphamide,

    Vincristine, Methotrexat, dan Adriamycin).

    d. ImunoterapiDalam pengobatan keganasan, imunoterapi telah banyak dilakukan di

    klinik onkologi, tetapi sampai saat ini tampaknya masih merupakan research

    dan trial. Untuk karsinoma nasofaring telah dilakukan penelitian antara lain

    dengan menggunakan interferon dan Poly ICLC.

    e. Obat AntivirusAcyclovir dapat menghambat sintesis DNA virus sehingga dapat

    menghambat pertumbuhan virus termasuk juga Virus Epstein Barr. Obat

    antivirus ini penting pada karsinoma nasofaring anaplastik yang merupakan

    EBV carrying tumor dengan DNA EBV positif

    H. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    10/14

    10

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    1. Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenekdengan riwayat kanker payudara

    2. Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayutertentu.

    3. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaanmakan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan

    ikan).

    4. Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaanlingkungan dan kebiasaan hidup.

    5. Tanda dan gejala :a. Aktivitas

    Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-

    faktor yangmempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.

    b. SirkulasiAkibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan

    darah, epistaksis/perdarahan hidung.

    c. Integritas egoFaktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal

    diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarikdiri, marah.

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    11/14

    11

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    d. EliminasiPerubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,

    perubahan bising usus, distensi abdomen.

    e. Makanan/cairanKebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia,

    mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat

    badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.

    f. NeurosensoriSakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus

    g. Nyeri/kenyamananRasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku

    di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran

    h. PernapasanMerokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok),

    pemajanan

    i. KeamananPemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama /

    berlebihan, demam, ruam kulit.

    j. SeksualitasMasalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat

    kepuasan.

    k. Interaksi sosialKetidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

    I. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri biologi2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan

    dengan : faktor biologis (anoreksia)

    3. Risiko infeksi dengan faktor resiko Pertahan primer tidak adekuat4. Ansietas b.d. ancaman perubahan status kesehatan5. Defisiensi pengetahuan berhubungan tidak familier dengan sumber

    informasi

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    12/14

    12

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    J. INTERVENSI KEPERAWATANNo

    Diagnosa

    KeperawatanTujuan Intervensi

    1. Nyeri akut

    berhubungan

    dengan:

    Agen injuri

    biologi

    Setelah dilakukan tinfakan

    keperawatan selama .

    Pasien tidak mengalami

    nyeri, dengan kriteria

    hasil:1. Mampu mengontrol

    nyeri.

    2. Melaporkan bahwanyeri berkurang dengan

    menggunakan

    manajemen nyeri3. Mampu mengenali

    nyeri (skala, intensitas,

    frekuensi dan tanda

    nyeri)

    4. Menyatakan rasanyaman setelah nyeri

    berkurang

    5. Tanda vital dalamrentang normal

    6. Tidak mengalamigangguan tidur

    NIC :1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

    termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

    kualitas dan faktor presipitasi

    2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

    menemukan dukungan

    4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhinyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

    kebisingan

    5. Kurangi faktor presipitasi nyeri6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

    intervensi

    7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napasdala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

    8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ...9. Tingkatkan istirahat10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab

    nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan

    antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

    11. Monitor vital sign sebelum dan sesudahpemberian analgesik pertama kali

    2. Ketidakseimb

    angan nutrisi

    kurang dari

    kebutuhan

    tubuh

    Berhubungan

    dengan :

    faktor

    biologis(anoreksia)

    NOC:Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan

    selama.nutrisi kurang

    teratasi dengan indikator:

    a. Pemasukan nutrisiyang adekuat

    b. Pasien mampumenghabiskan dietyang dihidangkan

    c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

    d. Nilai laboratorim,protein total,

    Albumin, Globulin,

    HB normal

    e. Membran mukosadan konjungtiva

    tidak pucat

    f. Menunjukkan

    NIC1. Monitor masukan makanan/minuman2. Berikan perawatan mulut3. Pantau hasil labioratoriun protein, albumin,

    globulin, HB

    4. Juahkan benda-benda yang tidak enak untukdipandang seperti urinal, kotak drainase, bebat

    dan pispot

    5. Sajikan makanan hangat dengan variasi yangmenarik6. Libatkan keluarga dan pasien7. Identifikasi makanan yang disukai pasien

    termasuk kebutuhan etnik atau cultural

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    13/14

    13

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    tingkat energi biasa

    g. MendemontrasikanBB normal dengan

    nilai laboratorium

    normal

    3. Risiko infeksi

    dengan faktor

    resiko

    Pertahan

    primer tidak

    adekuat

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama

    pasien tidak mengalami

    infeksi dengan kriteria

    hasil:1. Klien bebas dari tanda

    dan gejala infeksi

    2. Menunjukkankemampuan untuk

    mencegah timbulnya

    infeksi

    3.Menunjukkan perilakuhidup sehat

    NIC :1. Pertahankan teknik aseptif2. Batasi pengunjung bila perlu3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

    keperawatan

    4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alatpelindung

    5. Tingkatkan intake nutrisi6. Berikan terapi antibiotik7. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

    lokal

    8.

    Pertahankan teknik isolasi k/p9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadapkemerahan, panas, drainase

    10. Monitor adanya luka11. Dorong masukan cairan12. Dorong istirahat13. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala

    infeksi

    4. Ansietas b.d.

    ancaman

    perubahanstatus kese-

    hatan

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama X

    24 jam kecemasan orangtua berkurang / hilang,

    dengan criteria :

    NOC

    Mengotrol cemasa. Klien/keluarga

    mampu

    mengidentifikasi dan

    mengungkapkan

    gejala cemas.

    b. Mengidentifikasi,mengungkapkan, dan

    menunjukkan teknik

    untuk mengontrol

    cemas

    c. Vital sign (TD, nadi,respirasi) dalam batas

    normal

    d. Postur tubuh, ekspresiwajah, bahasa tubuh,

    dan tingkat aktivitas

    menunjukkan

    NIC

    Menurunkan Cemas

    1. Gunakan pendekatan dengan konsepatraumatik care2. Jangan memberikan jaminan tentang prognosis

    penyakit

    3. Jelaskan semua prosedur dan dengarkankeluhan klien/keluarga

    4. Pahami harapan pasien/keluarga dalam situasistres

    5. Temani pasien/keluarga untuk memberikankeamanan dan mengurangi takut

    6. Bersama tim kesehatan, berikaninformasi mengenai diagnosis, tindakan

    prognosis

    7. Anjurkan keluarga untuk menemani anakdalam pelaksanaan tindakan keperawatan

    8. Lakukan massage pada leher dan punggung,bila perlu

    9. Bantu pasien mengenal penyebab kecemasan10.Dorong pasien/keluarga untuk

    mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

    tentang penyakit

  • 7/29/2019 Askep Knf. Sukses Amiin Ya Allah

    14/14

    14

    Keperawatan Medikal Bedah Budi Setiawan,

    S.Kep

    berkurangnya

    kecemasan.

    e. Menunjukkanpeningkatan

    konsentrasi dan

    akurasi dalam berpikir

    Indikator skala :

    1. Tidak pernahdilakukan

    2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

    5. Defisiensi

    pengetahuanberhubungan

    tidak familier

    dengan

    sumber

    informasi

    Setelah dilakukan

    tindakan keperawatanselama X 24 jam

    keluarga mengerti tentang

    kondisi pasien, dengan

    criteria hasil

    NOC

    Knowledge : Diease

    proses (1803)a. Keluarga menyatakan

    pemahaman tentang

    penyakit kondisiprognosis dan program

    pengobatan

    b. Keluarga mampumenjelaskan faktor

    resiko penyakit anak

    c. Keluarga mampumenjelaskan tanda dan

    gejala penyakit anak

    d. Keluarga mampumenjelaskan kembali

    apa yang dijelaskanperawat/ tim kesehatan

    lainya

    Indikator skala :

    1. Tidak pernahdilakukan

    2. Jarang dilakukan3. Kadang dilakukan4. Sering dilakukan5. Selalu dilakukan

    NIC

    Teaching : Diease process1. Berikan penilaian tentang penyakitpengetahuan pasien tentang proses penyakit

    yang spesifik

    2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit danbagaimana hal ini berhubungan dengan

    anatomi fisiologi dengan cara yang tepat

    3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasamuncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

    4. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yangtepat