KLP 8 “ GANGGUAN ENDOKRIN PADA LANSIA” oleh KELOMPOK 8 Gusnadin C12112275 Nur Aisyah Fajriah C12112276 La Ode Muh. Suyatno C12112274 Dian Eka Wati Uspa C12112270 Nurul Sakinah Fatiasari C12112271 Meylani C12112272 Afrianto C12112277 Yuridha Arisda C12112273 Thamrin C12113750 Susanti Marsa Oli C12113747 Erna C12113753 Sri Wijiati C12113748 Ulfa C12113751 Rosdiana S C12113752 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN PSIK FK UH Page 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KLP 8
“ GANGGUAN ENDOKRIN PADA LANSIA”
oleh
KELOMPOK 8
Gusnadin C12112275Nur Aisyah Fajriah C12112276La Ode Muh. Suyatno C12112274Dian Eka Wati Uspa C12112270Nurul Sakinah Fatiasari C12112271Meylani C12112272Afrianto C12112277Yuridha Arisda C12112273Thamrin C12113750Susanti Marsa Oli C12113747Erna C12113753Sri Wijiati C12113748Ulfa C12113751Rosdiana S C12113752
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PSIK FK UH Page 1
KLP 8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Gangguan Endokrin Pada
Lansia”.
Selain itu, tujuan dari makalah yang kami buat ini agar kita perawat mengetahui tentang
gangguan endokrin pada lansia terutama penyakit osteoporosis, diabetes mellitus dan
pankreatitis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah memberi dukungan serta
semangat sampai akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterimakasih
kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan
makalah ini.
Meskipun demikian, kami juga menyadari bahwa makalah ini juga tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 19 Oktober 2013
Kelompok 8
PSIK FK UH Page 2
KLP 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .........................................................................................B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................C. TUJUAN................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
A. PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN PADA LANSIA........................................B. DIABETES MELITUS PADA LANSIA ................................................................
1) PENGERTIAN
2) ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS PADA LANSIA.......
C. OSTEOPOROSIS
1) PENGERTIAN
2) ASUHAN KEPERAWATAN PADA OSTEOPOROSIS
D. PANKREATITIS
1) PENGERTIAN PANKREATITIS
2) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PANKREATITIS
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN ......................................................................................................B. SARAN....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
PSIK FK UH Page 3
KLP 8
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses penuaan pasti terjadi baik perempuan maupun laki-laki, juga pada semua makhluk
hidup. hingga kini belum ditemukannya cara untuk mencegah proses penuaan. Penyebab
penuaan adalah mulai berkurangnya proses pertumbuhan,pembelahan sel, dan berkurangnya
proses metabolisme tubuh. Akibatnya, terjadigangguan terhadap kulit, selaput lendir, tulang,
sistem pembuluh darah, alirandarah,metabolisme vitamin, dan fungsi otak.Masalah kesehatan
yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin terjadi sepanjang siklus kehidupan.
Sistem endokrin penting untuk mempertahankan dan mengatur fungsi vital tubuh, misalnya
stress, tumbuh kembang, homeostasis,reproduksi, dan metabolisme energi. Salah satu
penyakit yang terdapat pada system endokrin yaitu diabetes militus. Diabetes melitus (DM)
merupakan keadaan yang seringkali dikaitkan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan
kematian. Lanjut usia(lansia) yang menderita DM seringkali juga mengalami penyakit
lainnya,ketidakmampuan fisik, gangguan psikososial dan fungsi kognisi, serta meningkatnya
pelayanan kedokteran. Pada akhirnya, komplikasi yang terjadi akan mempengaruhi kualitas
hidup lansia.Prevalensi DM sebesar 15,8% didapatkan pada kelompok usia 60-70 tahun dan
lansia wanita memiliki prevalensi lebih tinggi dari lansia pria. Rata-rata skor domainkondisi
lingkungan lebih tinggi pada lansia yang tidak menderita DM dan rata-rata skor kesehatan
fisik lebih tinggi pada lansia yang menderita obesitas. Semakin besar indeks massa tubuh
maka skor domain kesehatan fisik akan semakin meningkat secara drastis. kebanyakan di
rumah sakit ditemui orang yang menderita DM adalah lansia dan kita sebagai perawat dapat
melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi penyakit DM pada lansia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang
berusia di atas 20 tahun sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan terdapat
penderita DM di daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah rural sejumlah 5,5 juta.
Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan
terdapat 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun maka diperkirakan terdapat
penderita sejumlah 12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. (PERKENI, 2006) .
Pertumbuhan penduduk lansia di negara-negara maju, juga diikuti oleh negara
berkembang, diantaranya adalah Indonesia. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011
PSIK FK UH Page 4
KLP 8
sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10% jumlah penduduk. Padahal, sekitar tahun 1970 baru ada
2 juta orang. Selama 40 tahun, pertambahan jumlah lansia 10 kali lipat, sedangkan jumlah
penduduk hanya bertambah 2 kali lipat. Para ahli memproyeksikan pada tahun 2020
mendatang usia harapan hidup lansia menjadi 71,7 tahun dengan perkiraan jumlah lansia 28,8
juta jiwa atau 11,34%.
Peningkatan jumlah lansia tersebut akan menimbulkan masalah pada usia lanjut
terutama masalah degeneratif. Salah satu penyakit degeneratif yang semakin tinggi angka
prevalensinya dan perlu diwaspadai adalah osteoporosis.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2009 osteoporosis
menduduki peringkat kedua dibawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama
dunia. Menurut data Internasional Osteoporosis Foundation (IOF) lebih dari 30% wanita
diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis,
bahkan mendekati 40%, sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13% (WHO,
2009).
Angka ini yang semakin menunjukkan bahwa lansia jelas memiliki resiko yang besar
terhadap kejadian kanker atau bahkan osteoporosis.
Penyakit lainnya dalam yang dapat dialami oleh lansia yaitu pankreatitis. Pankreas
merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin (endokrin : kelenjar yang getahnya
(hormone) langsung dicurah kedalam darah) dan eksokrin , dan kedua fungsi ini saling
berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk memfasilitasi proses pencernaan
melalui sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum proksimal. Sekretin dan kolesistokinin-
pankreozimin (CCC-PZ) merupakan hormon traktus gastrointestinal yang membantu dalam
mencerna zat-zat makanan dengan mengendalikan sekret pankreas. Sekresi enzim pankreas
yang normal berkisar dari 1500-2500 mm/hari.
B. MASALAH- MASALAH
1. Jelaskan perubahan sistem endokrin pada lansia ?
2. Jalaskan penyakit yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin dan
metabolic pada lansia?
3. Jelaskan askep penyakit yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin dan
metabolic pada lansia?
PSIK FK UH Page 5
KLP 8
C. TUJUAN
1. Mahasiwa mampu mengetahui perubahan sistem endokrin pada lansia
2. Mahsiswa mampu mengetahui penyakit yang berhubungan dengan gangguan
sistem endokrin dan metabolic pada lansia.
3. Mahasiswa mampu mengetahui askep penyakit yang berhubungan dengan sistem
endokrin dan metabolic pada lansia
PSIK FK UH Page 6
KLP 8
BAB 2
PEMBAHASAN
A.PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN PADA LANSIA
Perubahan Sistem Endokrin Yang Terjadi Pada Lansia Menurut Nugroho (1995),
perubahan yang terjadi pada lansia yaitu :
a. Produksi hampir semua hormon menurun
b. Penurunan kemampuan mendeteksi stres
c. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan dengan
orang yang lebih muda
d. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
e. Penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follice stimulating hormone selama
menopause, yang menyebabkan thrombosis dan osteoporosis
f. Penurunan kadar progesteron.
g. Penurunan kadar aldesteron serum sebanyak 50%.
h. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%
B.PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLIK PADA LANSIA
1) DIABETES MILITUS
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,dengan
tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidakadanya gejala klinik
akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulinefektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yangbiasanya disertai juga
gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2001).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan matiatau
nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh
infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman danberbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar ditungkai.
( Askandar, 2001).
PSIK FK UH Page 7
KLP 8
2. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm,lebar 5 cm,
mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata – rata 60 – 90gram. Terbentang
pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.Pankreas merupakan kelenjar
endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuhbaik hewan maupun manusia.
Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak padalekukan yang dibentuk oleh
duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badanyang merupakan bagian utama
dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagianekornya menyentuh atau terletak
pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis,kelenjar pankreas terbentuk dari epitel
yang berasal dari lapisan epitel yangmembentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
(1). Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
(2). Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapimenyekresi
insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
(1). Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon
yangmenjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin
likeactivity “.
(2). Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
(3). Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.
3. Etiologi Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapatmenyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegangperanan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagaikemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalansel beta
melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agenyang dapat
menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses
secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
PSIK FK UH Page 8
KLP 8
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yangdisertai
pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan selbeta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringanterhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang
responsir terhadap insulin.
4. Patofisiologi Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salahsatu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkannaiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai denganendapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.Pasien – pasien yang mengalami defisiensi
insulin tidak dapatmempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi sesudahmakan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal
normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul
glikosuriakarena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa.Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan
poliuridisertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya
poliurimenyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar
bersamaurine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat
badanmenurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia
ataukekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk
yangdisebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan jugaberkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi.Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan
arterosklerosis, penebalanmembran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan
memudahkanterjadinya gangren.
GANGREN KAKI DIABETIK
PSIK FK UH Page 9
KLP 8
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibathiperglikemia,
yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel danjaringan
tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yangberlebihan ini
tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim aldose reduktase akan diubahmenjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut danmenyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semuaprotein,
terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasipada protein
membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makromaupun mikro
vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktordisebutkan
dalam etiologi.
Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalahangiopati, neuropati dan infeksi.
1. Angiopati
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
2. Neuropati
Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer
akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan
sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus
pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki.
3. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran
darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.
5. Pengobatan pada penyakit DM
PSIK FK UH Page 10
KLP 8
1) Terapi Non FarmakologiTerapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologiyang sangat
direkomendasikan bagi penyandang diabetes. Terapi gizimedis ini pada prinsipnya
adalah melakukan pengaturan pola makanyang didasarkan pada status gizi diabetes dan
melakukan modifikasi dietberdasarkan kebutuhan individual.Beberapa manfaat yang
telah terbukti dari terapi gizi medis iniantara lain : menurunkan berat badan,
menurunkan tekanan darahsistolik dan diastolik, menurunkan kadar glukosa darah,
memperbaikiprofil lipid, meningkatkan sensitivitas resseptor insulin,
memperbaikisystem koagulasi darah. Adapun tujuan dari terapi gizi medis ini
adalahuntuk mencapai dan mempertahankan :
1) Kadar glukosa darah mendekati normal,
(1) Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl
(2) Glukosa darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dl
(3) Kadar Hb AlC < 7%
2) Tekanan darah < 130/80 mmHg
3) Profil lipid
(1) Kolesterol LDL < 100 mg/dl
(2) Kolesterol HDL > 40 mg/dl
(3)Trigliserida < 150 mg/dl
4) Berat badan senormal mungkin
Pada tingkat individu target pencapaian terapi gizi medis inilebih difokuskan pada
perubahan pola makan yang didasarkan padagaya hidup dan pola kebiasaan makan, status
nutrisi dan faktorkhusus lain yang perlu diberikan prioritas. Beberapa faktor yangharus
diperhatikan sebelum melakukan perubahan pola makandiabetes antara lain, tinggi badan,
berat badan, status gizi, statuskesehatan, aktivitas fisik, dan faktor usia (Soebardi, 2006).
2) Terapi Farmakologi
a) Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatritidak berbeda dengan
pasien dewasa sesuai dengan algoritma,dimulai dari monoterapi untuk terapi
kombinasi yang digunakandalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi
kombinasioral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan digantimenjadi
insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulinpada pasien lanjut usia
tidak berbeda dengan pasien dewasa,prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang
PSIK FK UH Page 11
KLP 8
meningkatkan risikohipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita
diabetespasien lanjut usia.
Alat yang digunakan untuk menentukan dosisinsulin yang tepat yaitu dengan
menggunakan jarum suntik insulinpremixed atau predrawn yang dapat digunakan
dalam terapi insulin.Lama kerja insulin beragam antar individu sehinggadiperlukan
penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenisinsulin dan frekuensi
penyuntikannya ditentukan secara individual.Umumnya pasien diabetes melitus
memerlukan insulin kerja sedangpada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja
singkat untukmengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak
mudahbagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campurantetap dari
kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang(Anonim, 2000).
b) Obat Antidiabetik Oral
1. Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OADgenerasi kedua yaitu
glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat,karena adanya non ionic-binding
dengan albumin sehingga resikointeraksi obat berkurang demikian juga resiko
hiponatremi danhipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis
rendah.Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif
sedangkanmetabolit gliburid bersifat aktif (Djokomoeljanto, 1999). Glipizidedan
gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang lebih pendek ataumetabolit tidak
aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasiendiabetes geriatri. Generasi terbaru
sulfoniluera ini selain merangsangpelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas
juga memilikitambahan efek ekstrapankreatik (Chau dan Edelman, 2001).
2. Golongan Biguanid
Metformin pada pasien lanjut usia tidak menyebabkanhipoglekimia jika
digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakansecara hati-hati pada pasien
lanjut usia karena dapat menyebabkananorexia dan kehilangan berat badan.
Pasien lanjut usia harusmemeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin
yang rendahdisebakan karena massa otot yang rendah pada orangtua.
Metformintidak boleh diberikan bila klirens kreatinin <60mg/dl (Chau
danEdelman, 2001).
3. Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
PSIK FK UH Page 12
KLP 8
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase,suatu enzim
pada lapisan sel usus, yang mempengaruhidigesti sukrosa dan karbohidrat
kompleks. Sehingga mengurangiabsorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan
peningkatanglukosa postprandial (Soegondo, 1995). Walaupun kurang
efektifdibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut dapat
dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami diabetes ringan. Efek
samping gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapijuga bermanfaat bagi
mereka yang menderita sembelit. Fungsi hatiakan terganggu pada dosis tinggi,
tetapi hal tersebut tidak menjadimasalah klinis (Chau dan Edelman, 2001).
4. Thiazolidinediones
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yangbaik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkanPPAR alpha reseptor.
Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektifuntuk pasien lanjut usia dan tidak
menyebabkan hipoglekimia.Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal
jantung.Thiazolidinediones adalah obat yang relatif mahal tetapi obat
tersebutsangat berguna bagi pasien lanjut usia (Chau dan Edelman, 2001).
5. Glinid
Repaglinide (Prandin) adalah obat oral glukosa baru yangdapat digunakan dalam
penggunaan monoterapi atau kombinasidengan metformin untuk diabetes tipe 2.
Serupa dengan sulfonilureautama yaitu dapat meningkatkan sekresi insulin
pankreas tapi sistemkerjanya terpisah pada sel β pancreas dan memiliki sistem
kerja lebihpendek, dan lebih cepat bereaksi daripada golongan
sulfonilurea.Seperti sulfonilurea, repaglinide dapat menyebabkan
hipoglikemiayang serius dan berhubungan dengan kadar insulin yang
meningkatdan juga berat badan. Tetapi obat ini bermanfaat bagi pasien lanjut usia
dengan pola makan yang tidak teratur atau mereka yang rentanterhadap
hipoglikemia .Megtilinida harus diminun cepat sebelum makan dan
karenaresorpsinya cepat, maka mencapai kadar puncak dalam 1 jam. Insulinyang
dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya. Ekskresinyajuga cepat sekali,
dalam waktu 1 jam sudah dikeluarkan tubuh (Tjaydan Raharja, 2007).
Penatalaksanaan DM pada lanjut usia tidak akan berhasil bila tidak melakukan
langkah beriuktnya setelah diet, olahraga dan obat, yaitu melakukan edukasi, evaluasi
dan rehabilitasi pada penderita.
PSIK FK UH Page 13
KLP 8
Edukasi: memberikan penjelasan mengania DM dan komplikasi yang akan terjadi
sampai kepada apa yang mesti dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh
penderita dan keluarganya. Pada edukasi perlu dibuat komitmen antara dokter,
penderita dan keluarganya mengenai tujuan akhir terapi yang diberikan, bukan
hanya sekedar mengontrol gula darah tetapi juga mencegah komplikasi dengan
mengeliminir semua faktor resiko atherosclerosis yang dimiliki oleh penderita dan
sekaligus menerapi komorbid yang ada.
Evaluasi: evaluasi harus dilakukan secara berkesinambungan terutama untuk:
evaluasi status fungsional penderita, harapan hidup, support social dan financial
serta hasrat/ kemauan lansia itu sendiri untuk berobat. Bila tidak memperhatikan
hal-hal tersebut biasanya akan terjadi kegagalan terapi atau kebosanan penderita
diabetes untuk terus berobat.
Rehabilitasi: sangat penting dilakukan dengan program individual untuk tiap
penderita, tergantung kepada kapasitas fungsional penderita, komplikasi DM dan
penyakit komorbid yang diderita. Pada prinsipnya rehabilitasi harus dilakukan
secepatnya tidak perlu menunggu kondisi pasien stabil, tetapi harus sesuai dengan
keadaan penderita saat itu.
C.. ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS PADA LANSIA
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yangmempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalammenentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita ,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapt diperolehmelalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium sertapemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masukrumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka
yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanyanyeri pada luka.
PSIK FK UH Page 14
KLP 8
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka sertaupaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang adakaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanyariwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosklerosis, tindakanmedis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang
biasa digunakanoleh penderita.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluargayang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapatmenyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialamipenderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluargaterhadap penyakit penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umumMeliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan,berat badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,telinga kadang-