ANALISA DATA
NEOPLASMA OVARIUM1. Pengertian kista ovarium adalah bentuk
neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak, memiliki struktur
dinding yang tipis, mengandung cairan serosa dan sering terjadi
selama menopause.
2. Anatomi dan fisiologi ovarium :
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan,
masing-masing di kanan dan kiri rahim.
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum.
Sebagian besar ovarium berada di intraperitoneal dan tidak dilapisi
oleh peritoneum. Bagian ovarium kecil berada di dalam ligamentum
latum. Di situ masuk pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium.
Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang ligamentum latum dengan
ovarium dinamakan mesovarium.
Bentuknya seperti buah almun, sebesar ibu jari tangan (jempol)
berukuran 2,5 5 cm x 1,5 2 cm x 0,6 1 cm.
Menurut strukturnya ovarium terdiri dari :
Kulit (korteks) atas zona parenkimatosa, yang terdiri dari
tonika albuginea, jaringan ikat di sela-sela jaringan lain, stroma,
folikel de graaf, dari sel-sel warthorat.
Inti (medula) yang terdiri dari : stroma berisi pembuluh darah,
serabut saraf, beberapa otot polos.
Adapun fungsi ovarium (indung telur) : menghasilkan sel telur
(ovum), menghasilkan hormon (progesteron dan ekstrogen) dan ikut
serta mengatur haid.
3. Etiologi
Penyebab dari kista ovarium, tetapi biasanya terjadi pada :
a. Usia lebih dari 45 tahun dan nulipara.
b. Ovulasi yang lebih dari 40 tahun dan menopause yang
lambat.
c. Adanya riwayat kanker ovarium dalam keluarga khususnya
saudara perempuan dan ibunya.
d. Kehamilan pertama setelah berusia lebih dari 30 tahun.
4. Gejala klinik
Banyak kista ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda terutama
kista ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah
akibat dari pertumbuhannya, aktivitas endokrin, atau komplikasi
tumor-tumor tersebut.
Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.
Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak seberapa besar berada
pada tepat uterus dapat menekan kandung kencing dan dapat
menimbulkan gangguan miksi, selain itu tumor dapat mengakibatkan
obstipasi dan edema pada tungkai.
Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu
mengeluarkan hormon dan dapat menyebabkan ameinorea.
Akibat komplikasi
Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit
sehingga berangsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal, akan tetapi kalau
perdarahan dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dari
kista sehingga menimbulkan rasa nyeri perut mendadak.
Adapun gejala-gejala keganasan kista ovarium terdiri dari :
Tumor cepat besar.
Benjol-benjol.
Terdapat asites.
Tubuh bagian atas kering sedangkan bawah edema tungkai.
5. Klarifikasi
Di antaranya ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat
non neoplastik. Sedangkan tumor-tumor neoplastik dibagi menjadi
tumor jinak dan ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi atas
kistik dan solid.
a. Tumor ovarium non neoplastik
1.) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai
berovulasi, namum tumbuh terus menjadi kista folikel, atau terdiri
dari folikel primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan
membesar menjadi kista.
2.) Kista kapur luteum
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorea diikuti dengan perdarahan tidak teratur. Adanya kerja
dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah.
3.) Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian kecil
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium, dan lebih banyak
terdapat pada wanita yang lanjut umurnya dan biasanya jarang
melebihi diameter 1 cm. Kista ini terletak di bawah permukaan
ovarium : dindingnya terdiri dari satu lapisan epitel kubik dan
isinya cairan jernih dan serus.
4.) Kista endometrium
Kista ini berlokasi di ovarium.
b. Tumor ovarium neoplastik jika (benigna)
1.) Kistoma ovari simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan cairan di dalam kista jernih,
serus dan berwarna kuning.
2.) Kistodenoma ovari serosum
Para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari permukaan
dalam
Memiliki ciri : ukuran kista jenis ini tak mencapai ukuran yang
amat besar, permukaan tumor biasanya licin dan berongga satu, warna
kista putih keabu-abuan.
3.) Kista endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin : pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel.
4.) Kista dermoid
Ciri-ciri yang khas pada kista dermoid adalah kista kelihatan
putih, keabuan, dan agak tipis.
6. Stadium-stadium dari : kista ovarium.
StadiumI:Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
StadiumII:Pertumbuhan melibatkan satu atau kedua ovarium dengan
perluasan ke rongga panggul.
StadiumIII:Pertumbuhan melibatkan satu atau dua ovarium dengan
metastasis intraperitoneal keluar rongga panggul.
StadiumIV:Perumbuhan melibatkan satu atau kedua ovarium dengan
penyebaran jauh, metastasis ke parenkim hati.
7. Dasar diagnosis kista ovarium
Metode-metode yang dapat dilakukan dalam pembuatan diagnosis
yang tepat, antara lain :
a. Laparaskopis
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.
b. Ultrasonografi
Dapat menentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah tumor kistik dan
solid, dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan berguna untuk menunjukkan adanya hidrotoraks.
d. Parasentris
Telah diketahui fungsi pada asites berguna untuk menentukan
sebab asites.
8. Terapi yang paling efektif adalah doksorubisin dan sisplatin
yang dikombinasi dengan siklofosfermid dan heksametilmelamin.
Penanganan adalah pembedahan, prosedur standarnya adalah dengan
Histerektomi Totalis dan Bilateral Salpingo Ooforektomi(BSO)B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi, dan
memulihkan kesehatan melalui 4 tahap proses keperawatan yang
terdiri dari :
1. Pengkajian (assesment)
2. Perencanaan (planning)
3. Pelaksanaan (implementasi)
4. Penilaian (evaluasi)
Yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan
keterampilan tenaga keperawatan.
Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistematis yang
diterapkan dalam pelaksanaan fungsi keperawatan. Ide pendekatan
yang dimiliki karakteristik, sistematis, bertujuan, interaksi,
dinamis, dan alamiah.
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama :
Riwayat keluhan yang lalu tentang penyakit yang berhubungan
dengan kista ovarium.
Riwayat kesehatan keluarga : tentang anggota keluarga yang
pernah mengalami penyakit yang sama dengan klien saat ini.
Riwayat psikososial klien meliputi tentang penerimaan klien
terhadap penyakit serta harapan terhadap pengobatan yang akan
dijalani.
Perlu dikaji pula ekspresi wajah klien yang meringis dan murung
serta keluhan klien yang mengatakan nyeri pada saat bergerak.
Riwayat kebiasaan makanan : hari yang meliputi pemenuhan
kebutuhan nutrisi, eliminasi (BAB/BAK) aktivitas klien sehari-hari,
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
c. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Kesadaran umum:Kesadaran, tensi, nadi, pernafasan, suhu, tinggi
badan, dan berat badan.
Inspeksi:Kepala, mata, mulut, telinga, hidung, leher, dada,
payudara, abdomen, genetalia, dan ekstremitas.
Palpasi:Adanya massa, ada nyeri tekan.
Perkusi:Refleks positif atau tidak, dan bunyi abdomen.
Auskultasi:Peristaltik usus, bunyi jantung, bunyi mur-mur bising
usus.
Jika perlu dikaji pula adanya keluhan klien tentang nyeri yang
dirasakan saat ini, serta keadaan luka pada saat itu juga.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : tentang biokimia darah baik SGOT
maupun SGPT.
Pemeriksaan USG.
Pemeriksaan laboratorium patologi : tentang plane test.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah data tersebut dianalisa maka dapat disimpulkan beberapa
diagnosa yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan pasien.
Adapun diagnosa kepada pasien post op. kista ovarium adalah
:
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas
jaringan.
b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka
operasi.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan
tubuh.
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang kurang.
3. Rencana keperawatan
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dianalisa kemudian
ditetapkan diagnosa keperawatannya yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan,
yaitu :
1.) Tujuan :
Nyeri hilang atau teratasi.
2.) Kriteria hasil :
Klien tidak mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
3.) Rencana tindakan :
Kaji tingkat nyeri.
Atur posisi yang menyenangkan.
Anjurkan tehnik pemberian analgesik.
Penatalaksanaan pemberian analgesik.
4.) Rasionalisasi
Nyeri merupakan respon klien yang spesifik sifatnya dan
merupakan indikator-indikator untuk melakukan tindakan
selanjutnya.
Dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.
Dengan tehnik distraksi diharapkan perhatian klien tidak
berpusat pada nyeri dan melupakan penyebab nyeri yang
dirasakan.
Pemberian analgesik dapat menekan reseptor nyeri sehingga nyeri
tidak dapat diteruskan.
b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka
operasi.
1.) Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
2.) Kriteria hasil :
Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, demam,
bengkak, dan fungsilesa).
3.) Rencana tindakan
Kaji tanda-tanda infeksi.
Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam melakukan
tindakan.
Ganti balutan setiap basah dan kotor.
Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
4.) Rasionalisasi
Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
Dengan menggunakan tehnik aseptik dan antiseptik dapat mencegah
terjadinya infeksi.
Untuk mencegah media pertumbuhan mikroorganisme yang menyebabkan
terjadinya infeksi.
Untuk mencegah terjadinya infeksi.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan
fisik.
1.) Tujuan :
Pemenuhan ADL terpenuhi.
2.) Kriteria hasil :
Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan minum).
3.) Rencana tindakan
Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
4.) Rasionalisasi
Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.
Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien
terpenuhi.
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
1.) Tujuan :
Kecemasan klien hilang atau berkurang.
2.) Kriteria hasil :
Ekspresi wajah ceria.
Klien tidak bertanya lagi tentang penyakitnya.
3.) Rencana tindakan :
Kaji tingkat kecemasan.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Libatkan keluarga/orang terdekat untuk menemani klien.
4.) Rasionalisasi
Sebagai indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Agar klien merasa diperhatikan.
Agar klien merasa tidak dikecilkan dan klien merasa
diperhatikan.
Dengan mengetahui tentang penyakitnya, kecemasan klien
berkurang.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang kurang.
1.) Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2.) Kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat.
3.) Intervensi :
Pantau masukan makanan setiap hari.
Ukur tinggi badan dan berat badan tiap minggu.
4.) Rasional :
Mengidentifikasi kekuatan/defesiensi nutrisi.
Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori.
Membuat waktu makan lebih menyenangkan yang dapat meningkatkan
masukan.
4. Penatalaksanaan
Pelaksanaan keperawatan adalah pengolahan dan perwujudan dari
rencana keperawatan. Untuk memperoleh hasil pelaksanaan yang
efektif dituntu keterampilan dan pengetahuan yang luas dari perawat
untuk memberikan pelayanan perawatan yang telah ditentukan dapat
tercapai.
Adapun pelayanan keperawatan yang baik memerlukan kecakapan
intelektual, keterampilan, dan gabungan antar manusia yang baik
semuanya berdasarkan pemikiran yang rasional.
Ada 2 syarat hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan
keperawatan, yaitu :
a. Adanya bukti bahwa pasien sedang dalam menuju tujuan
perawatan atau bahkan telah mencapai tujuan tersebut.
b. Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan keperawatan dapat
diterima oleh pasien
Adapun proses pelaksanaan keperawatan mencakup :
1.) Melaksanakan renpra.
2.) Mengidentifikasi reaksi/tanggapan pasien.
Untuk mengetahui proses pelaksanaan keperawatan penulis akan
menguraikan beberapa hal yang tersebut di atas dengan urutan
sebagai berikut :
1.) Melaksanakan renpra
Segala informasi yang tercakup dalam pelaksanaan rencana
perawatan merupakan dasar/pedoman dalam upaya dan tindakan yang
agak khusus direncanakan oleh perawat harus berdasarkan prinsip dan
peraturan yang telah ditentukan.
2.) Mengidentifikasi reaksi/tanggapan pasien, dituntut usaha
usaha yang teliti agar dapat menemukan reaksi pasien sebagai akibat
tindakan perawatan yang diterimanya dengan melihat kembali tujuan
perawatan.
3.) Mengavaluasi tanggapan/reaksi pasien
Mengevaluasi tanggapan/reaksi pasien dengan cara
membandingkannya terhadap syarat yang diharapkan langkah ini
merupakan tahap akhir apabila perawat telah membuktikan bahwa
pasien atau telah mencapai tujuan.
5. Evaluasi (nursing evaluation)
Akhir dari proses perawatan adalah ketentuan hasil yang
diharapkan terhadap prilaku pasien. Dari segi hasil yang diharapkan
terhadap prilaku pasien.
Dari beberapa hasil evaluasi ini dapat dirumuskan masalah,
tujuan serta tindakan keperawatan berikutnya.
Tahap dari evaluasi ini menggambarkan apakah pelayanan sudah
dicapai atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan masalah
apa yang perlu dikaji kembali.
Tujuan evaluasi adalah memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
melalui perbandingan hasil pelayanan yang telah diberikan dengan
standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam asuhan keperawatan pada pasien post op. kista ovarium
perlu dilakukan evaluasi dan observasi dengan pertanyaan sebagai
berikut :
a. Apakah pasien dapat mengatakan nyeri hilang atau
berkurang.
b. Resiko infeksi tidak terjadi.
c. Pemenuhan ADL pasien terpenuhi.
d. Apakah pasien mengatakan rasa cemasnya hilang.
e. Pemenuhan nutrisi tercapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
No. Register:048714
Tgl. MRS:13 07 2002
Tgl. Pengkajian:17 07 2002
Dx. Medis:Kista Ovarium Post Op. Hari II
A. Data biografi
1. Identitas pasien :
a. Nama:Nn. P
b. Umur:25 tahun
c. Jenis kelamin:Perempuan
d. Agama:Islam
e. Suku:Makassar
f. Pendidikan:SMA
g. Pekerjaan:-
h. Alamat:Tombolo, Gowa
2. Identitas penanggung :
Ditanggung oleh JPS.
B. Riwayat keluhan utama
1. Keluhan utama : Nyeri pada daerah opaerasi.
2. Riwayat keluhan utama :
Keluhan ini dirasakan 2 hari yang lalu setelah selesai operasi
(tgl 15 07 2002) pada daerah abdomen yang sifatnya hilang timbul,
keluhan dirasakan bertambah bila bergerak, keluhan dirasakan
berkurang bila beristirahat.
3. Riwayat keluhan masa lalu :
Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama.
Klien tidak pernah dioperasi.
Klien tidak pernah diopname.
4. Genogram
Keterangan :
:Laki-laki
:Perempuan
:Klien
:Meninggal
:Serumah
Keterangan lain :
Nenek pasien meninggal karena usia lanjut.
Kakek pasien meninggal karena usia lanjut.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
Klien tinggal serumah dengan saudaranya.
5. Riwayat reproduksi
a. Riwayat haid.
Menarche:15 tahun
Siklus:28 30 tahun
Durasi:5 7 hari
Dysmenerhoe:kadang-kadang
6. Pola kegiatan sehari-hari.
a. Nutrisi :
Jenis:Nasi, lauk-pauk, dan buah.
Frekuensi:3 x sehari
Tidak ada makanan pantang.
Perubahan selama MRS :
Tidak ada perubahan.
Klien memperoleh dan instalasi gizi.
b. Eliminasi :
BAB
Frekuensi:2 x sehari.
Konsistensi:kenyal
Warna:kuning.
Perubahan selama sakit : klien setelah operasi belum BAB.
BAK
Frekuensi:6 7 x sehari.
Warna:kuning.
Bau:amoniak.
Perubahan selama MRS : klien setelah operasi klien baik melalui
kateter. Jumlah 1000 cc/hari.
7. Kebersihan diri
a. Mandi:3 x sehari
b. Sikat gigi:3 x sehari
c. Keramas:2 x semingu
8. Istirahat dan tidur
a. Tidur malam:22.00 05.00
b. Tidur siang:14.00 16.00
Perubahan selama MRS :
a. Tidur malam:jam 21.00 03.00
b. Tidur siang:jam 12.00 14.00
9. Olahraga dan aktivitas
a. Klien biasanya jalan-jalan subuh.
b. Klien biasanya melakukan aktivitas di dalam rumah (memasak
dan mencuci).
Perubahan selama MRS :
a. Segala kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
b. Klien belum mampu beraktivitas.
10. Pemeriksaan kesehatan umum :
a. Keadaan umum : klien nampak lemah, kesadaran :
composmentis.
b. Tanda-tanda vital :
TD:110/80 mmHg
N:88 x/m
S:36,2 0C
P:24 x/menit
c. TB dan BB : tidak dilakukan.
d. Kepala :
Inspeksi :
Rambut berwarna hitam.
Penyebaran rambut merata.
Kepala tidak botak.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan.
Rambut tidak mudah rontok.
e. Muka :
Inspeksi :
Bentuk lonjong.
Warna kulit sama dengan daerah sekitar.
Ekspresi wajah nampak meringis dan nampak murung.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan.
f. Mata :
Inspeksi :
Kedua mata simetris kiri dan kanan.
Kelopak mata tidak pucat.
Conjungtiva tidak pucat.
Sklera tidak icterus.
Palpasi :
Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler.
g. Hidung dan sinus :
Inspeksi :
Hidung nampak simetris.
Tidak nampak adanya perdarahan.
Tidak ada deviasi septum.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada hidung dan sinus.
h. Mulut dan gigi :
Inspeksi :
Bibir lembab.
Lidah kotor.
Tidak ada caries.
Mulut berbau.
i. Telinga
Inspeksi :
Simetris kiri dan kanan.
Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.
Fungsi pendengaran baik.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan.
j. Leher
Inspeksi :
Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tyroid.
Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi :
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe.
k. Payudara
Inspeksi :
Payudara simetris kiri dan kanan.
Warna aorta mamae : merah kecoklatan.
Putting susu menonjol.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan.
l. Dada dan paru
Inspeksi :
Bentuk dada normal.
Kedua dada simetris.
Frekuensi pernafasan : 24 x/menit.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan.
Taktil fremitus seimbang kiri dan kanan.
Perkusi :
Bunyi pekak pada daerah hati.
Bunyi sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi :
Bunyi nafas vesikuler.
Tidak terdengar suara tambahan.
m. Jantung
Inspeksi :
Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi :
Teraba ictus cordis pada ICS 4 5.
Perkusi :
Batas jantung pada ICS 3 4 5, mid klavikula kiri.
Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II murni.
n. Abdomen
Inspeksi :
Perut datar.
Nampak adanya luka operasi yang ditutup verband.
Palpasi :
Nyeri tekan pada daerah sekitar luka operasi.
Perkusi :
Pekak pada daerah hati.
o. Genetalia dan anus
Inspeksi :
Nampak terpasang kateter.
Anus :
Tidak ada keluhan
p. Ekstremitas
1.) Ekstremitas atas :
Nampak terpasang infus Dextrose 5 % pada tangan kanan.
Tidak tampak adanya pembengkakan.
2.) Ekstremitas bawah :
Tidak nampak adanya pembengkakan.
Tidak nampak adanya varises.
C. Data psikologis
Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.
Klien sering bertanya tentang penyakitnya.
D. Data sosial dan spiritual
Orang yang paling dekat dengan klien saudaranya.
Klien dalam kehidupan keluarga rukun.
Klien rajin shalat 5 waktu.
Klien rajin melaksanakan ibadah puasa.
E. Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
Tgl. 13 06 2002Normal
1. Ureum darah 10, 2 mg/dl( 10 50 mg/dl
2. Kreatinin darah 1,03( LK : < 1,3, Pr : < 1,1
3. SGOT 36( LK : < 38, Pr : < 24
4. SGPT 19( LK : < 41, Pr : < 31
Tgl. 13 06 2002Normal
LEDjamI(waktu bekuan:jam 10.00( (4 10 menit)
JamII(waktu perdarahan:02.00( (1 7 menit)
Laboratorium patologi. Tgl 8 07 2002
Plano test ( Pemeriksaan USG :
Tanggal 09 07 2002
Kista bisapta, asites (, permukaan licin, tidak tampak pembuluh
darah molignent.
Kesimpulan : kista ovarium.
Perawatan dan pengobatan :
Perawatan :
Ganti verband.
Mobilisasi dini.
Pengobatan
Panoxilin 1 gram/IV/8 jam
Novalgin 1 amp/IV/8 jam
Salticin 1 amp/IV/ 8 jam
Dalsic 1 amp /IV/ 8 jam
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF :
Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
Klien mengeluh lemah.
Klien bertanya tentang penyakitnya.
Klien berharap supaya luka bekas operasi cepat sembuh.
Klien tidak mampu beraktivitas.
Klien mengatakan segala kebutuhan dibantu oleh keluarga dan
perawat.
DATA OBYEKTIF :
Post op hari II
Ekspresi wajah nampak murung.
Ekspresi wajah nampak meringis bila ada serangan nyeri.
KU lemah.
Nampak terpasang infus dextrose 5 % pada tangan kiri.
Nampak adanya luka operasi yang tertutup oleh verband.
Nampak terpasang kateter.
Klien nampak baring di tempat tidur.
Klien nampak baring di tempat tidur.
Mulut berbau.
ANALISA DATA
No.D a t a PenyebabMasalah
1.
2.
3.
4.DS :
Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
DO :
Post operasi hari ke II.
Ekspresi wajah meringis bila ada serangan nyeri.
DS :
Klien mengeluh lemah.
Klien mengeluh nyeri bila bergerak.
Klien mengatakan segala kebutuhan dibantu oleh pe-rawat.
DO :
Klien tampak lemah.
Nampak terpasang infus Dexstrose 5 % pada tangan kiri.
Nampak terpasang kateter.
Klien nampak baring di tempat tidur.
DS :
Klien bertanya tentang pe-nyakitnya.
Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.
DO :
Ekspresi wajah nampak mu-rung.
DS :
Tampak luka operasi pada perut.
DO : -
Kista ovarium
(Tindakan operasi
(Terputusnya kontinuitas jaringan
(Mengeluarkan zat-zat bradikinin
(pons, medula, mesephalon
(Cortex serebri
(Nyeri dipersepsikan
Tindakan operasi
(Kelemahan fisik
(Keterbatasan aktivitas
(Gangguan pemenuhan ADL
Perubahan status kesehatan
(Kurangnya informasi
(Stressor dan klien
(Koping in adekuat
(Kecemasan
Luka operasi
(Terputusnya kontinuitas jaringan
(Pintu masuknya kuman
(Resiko terjadi infeksi Nyeri.
Gangguan pemenu-han ADL.
Kecemasan.
Resiko terjadi in-feksi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
KISTA OVARIUM POST OP. HARI KE II
Nama:Nn. PNo. Register:048714
Umur:25 tahunTgl. MRS:13 07 2002
Jenis kelamin:PerempuanTgl. Pengkajian:17 07 2002
Alamat:Tombolo, GowaDx. Medis:Kista ovarium
NoHari/TglDiagnosa KeperawatanRencana Asuhan Keperawatan
TujuanIntervensiRasional
1.
2.
3.
4.Rabu,
17-07-02
Rabu,
17-07-02
Rabu,
17-07-02
Rabu,
17-07-02
Nyeri berhubungan dengan terputus-nya kontuinitas jaringan
ditandai de-ngan :
DO :
Ekspresi wajah meringis.
DS :
Klien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
Gangguan pemenuhan ADL berhubu-ngan dengan kelemahan fisik,
ditandai dengan :
DO :
KU nampak lemah.
Nampak terpasang infus dextrose 5 % pada tangan kiri.
Nampak terpasang kateter.
Klien nampak baring di tempat tidur.
DS :
Klien mengeluh lemah.
Klien mengeluh sulit bergerak.
Klien mengatakan segala kebutu-han dibantu oleh perawat.
Kecemasan berhubungan dengan status kesehatan ditandai dengan
:
DO :
Ekspresi wajah nampak murung.
DS :
Klien sering bertanya tentang penyakitnya.
Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.
Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka operasi, ditandai
dengan :
DO :
Nampak luka operasi yang ditutup oleh verband
DS : -
Nyeri hilang atau teratasi dengan kriteria :
Ekspresi wajah ceria.
Klien tidak mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.
Pemenuhan ADL terpenuhi dengan kriteria :
KU klien baik.
Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan mandi).
Kecemasan klien hilang atau berkurang dengan kriteria :
Ekspresi wajah nampak ceria.
Klien tidak bertanya lagi tentang penyakitnya.
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria :
Tidak tampak adanya tan-da-tanda infeksi (beng-kak, warna kulit
merah.
Luka dapat sembuh de-ngan baik.1. Kaji tingkat nyeri.
2. Atur posisi yang menye-nangkan.
3. Anjurkan tehnik dis-raksi.
4. Penatalaksanaan pembe-rian analgesik inj/IV/8 jam.
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
2. Bantu klien memenuhi kebutuhannya.
3. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
4. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan-nya
1. Kaji tingkat kecemasan.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengung-kapkan
perasaannya.
3. Libatkan keluarga/orang terdekat untuk menema-ni klien.
4. HE tentang penyakitnya.
1. Kaji-kaji tanda infeksi.
2. Gunakan tehnik aseptik dan antiseptik dalam melakukan
tindakan.
3. Ganti balutan setiap basah dan kotor.
4. Penatalaksanaan pembe-rian antibiotik inj/IV/8 jam.
1. Merupakan respon klien yang spesifik sifatnya dan merupakan
indika-tor untuk melakukan tindakan selanjutnya.
2. Dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.
3. Dengan tehnik distraksi diharapkan perhatian klien tidak
terpusat pada nyeri dan melupa-kan penyebab nyeri yang
dirasakan.
4. Pemberian analgesik dapat menekan reseptor nyeri sehingga
nyeri ti- dak dapat diteruskan ke otak.
1. Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.
2. Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
3. Agar klien mudah men-jangkau kebutuhannya.
4. Dengan adanya hubu-ngan dan kerjasama dari keluarga kebutuhan
kli-en terpenuhi.
1. Sebagai indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.
2. Agar klien merasa di-pertahankan.
3. Agar klien merasa tidak dikecilkan merasa di-perhatikan.
4. Dengan mengetahui tentang penyakitnya ke-cemasan klien
berku-rang.
1. Untuk mengetahui ada-nya tanda-tanda infeksi.
2. Dengan menggunakan tehnik aseptik dapat mencegah terjadinya
infeksi.
3. Untuk mencegah mikro-organisme yang menye-babkan terjadinya
in-feksi.
4. Untuk mencegah terja-dinya infeksi.
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI I
No.Hari/TglJamImplementasiEvaluasi
1.
2.
3.
4.
Rabu,
17-07-02
Rabu,
11-07-02
Rabu,
11-07-02
Rabu,
17-07-02
09.00
08.30
10.00
08.10
09.00
08.30
10.00
09.00
08.00
09.00
10.00
-
07.30
08.10
1. Mengkaji tingkat nyeri.
Hasilnya : nyeri sedang
2. Mengatur posisi yang menyenang-kan dengan cara tidur
terlentang.
3. Menganjurkan tehnik distraksi yaitu memberi bacaaan surat
kabar.
4. Penatalaksanaan pemberian obat analgesik
Novalgin 1 ampul inj/IV
Dolsic 1 amp inj/IV
1. Mengkaji tingkat pemenuhan kebu-tuhan ADL.
Hasil : klien dapat memenuhi kebu-tuhan bila dibantu.
2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
Menyisir rambut.
3. Mendekatkan alat-alat yang dibutu-tuhkan oleh klien misalnya
gelas dan piring.
4. Melibatkan keluarga dalam meme-nuhi kebutuhannya :
Misalnya dalam hal memberikan makanan atau minum serta
mandi.
1. Mengkaji tingkat kecemasan.
Hasil : kecemasan tingkat sedang.
2. Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
3. Melibatkan keluarga atau orang ter-dekat (saudara) untuk
menemani klien.
4. Memberi HE tentang penyakitnya.
1. Mengkaji tanda-tanda infeksi.
Hasil : Tidak ada tanda-tanda infek-si (merah, bengkak, nyeri,
demam, fungsiolaesa).
2. Penatalaksanaan pemberian anti-biotik.S :
Klien mengeluh nyeri pada daerah operasi.
O :
Ekspresi wajah nampak me-ringis.
A :
Nyeri belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
2. Memberikan posisi yang menyenangkan terlen-tang serta miring
kanan dan kiri.
3. Menganjurkan tehnik distraksi dengan mem-berikan bahan
bacaan.
4. Penatalaksanaan pembe-rian analgesik.
S :
Klien mengeluh lemah.
O :
KU nampak lemah.
Nampak terpasang infus dex trose 5 % pada tangan kiri.
Klien baring di tempat tidur.
A :
Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan.
3. Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan oleh klien.
4. Melibatkan keluarga da-lam memenuhi kebutu-hannya.
S :
Klien sering bertanya ten-tang penyakitnya.
Klien berharap luka bekas operasi cepat sembuh.
O :
Ekspresi wajah murung
A : Kecemasan teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, dan 4
S : -
O :
Nampak luka operasi tertu-tup verband.
A :
Infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI II
No.Hari/TglJamImplementasiEvaluasi
1.
2.
3.
4.
Kamis,
18-07-02
Kamis,
18-07-02
Kamis,
11-07-02
Kamis,
18-07-02
08.10
08.20
18.25
09.00
10.10
10.05
10.10
11.30
11.00
08.00
08.20
1. Mengkaji tingkat nyeri.
Hasilnya : nyeri ringan
2. Mengatur posisi yang menyenang-kan dengan memberikan posisi
terlentang.
3. Penatalaksanaan pemberian obat analgesik
Dolsic 1 amp inj/IV
1. Mengkaji tingkat pemenuhan ADL
Hasil : klien dapat memenuhi kebutuhan bila dibantu.
2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan :
3. Mendekatkan ke dekat pasien misalnya gelas dan piring.
4. Melibatkan keluarga dalam meme-nuhi kebutuhannya :
Misalnya dalam hal memberikan makanan atau minum serta
mandi.
1. Mengkaji tingkat kecemasan.
Hasil : kecemasan teratasi.
4. Memberi HE tentang penyakitnya.
1. Mengkaji tanda-tanda infeksi.
Hasil : Tidak ada tanda-tanda infek-si (merah, bengkak, nyeri,
demam, dan fungsiolaesa).
2. Penatalaksanaan pemberian anti-biotik.
Amoxillin 500 gr/IV/8 jam.
Salicil 1 amp/IV/8 jam
S :
Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi.
O :
Ekspresi wajah nampak me-ringis.
A :
Nyeri belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
3. Penatalaksanaan pembe-rian analgesik.
S : -
Klien mengeluh lemah.
O :
KU nampak lemah.
Nampak terpasang infus dex trose 5 %.
Klien baring di tempat tidur.
A :
ADL dapat terpenuhi seba-gian.
P : Lanjutkan intervensi.
1. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan.
2. Mendekatkan alat-alat ke dekat klien.
3. Melibatkan keluarga da-lam memenuhi kebutu-hannya.
S :
Klien tidak bertanya ten-tang penyakitnya.
O : Ekspresi wajah ceria
A : Kecemasan teratasi
P : -
S : -
O :
Nampak luka operasi yang tertutup verband.
A :
Infeksi tidak terjadi
P :
Penatalaksanaan pemberian
Amoxillin 500 gr/IV/8 jam.
Salicil 1 amp/IV/8 jam
PAGE 1