BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAbdomen adalah sebuah rongga
besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral
dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal.
Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae.
Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga
dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis
atau rongga panggul.Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis
dibatasi dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai
peritoneum parietalis. Membran ini juga membungkus organ yang ada
di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.Pada vertebrata, di
dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian
besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah
organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna:
lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai
cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti:
hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih
seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ
lain seperti limpa (lien).Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen
menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang
biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama.
Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berpa
tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan,
infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan
perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi
saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.Evaluasi awal sangat
bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang
tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat
disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul
dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya
menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.Aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang
bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita
mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun
ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat
terjadi pada daerah abdomen.Insiden trauma abdomen meningkat dari
tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul
abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru
sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma
tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa
dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.Trauma abdomen
akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda
yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan
tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan
diagnosis.
B. Tujuan Penulisana. Tujuan UmumMengetahui asuhan keperawatan
gawat darurat pada klien dengan trauma abdomen.b. Tujuan Khusus1.
Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen.2. Mengetahui Etiologi Trauma
Abdomen.3. Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen.4. Mengetahui
Manifestasi Klinis Trauma Abdomen.5. Mengetahui Penatalaksanaan
Trauma Abdomen yaitu penatalaksanaan awal dan dirumah sakit6.
Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen.7. Mengetahui Asuhan
Keperawatan Trauma Abdomen.1) Mengetahui tindakan keperawatan pada
pasien dengan trauma abdomen2) Mengetahui masalah yang mungkin
timbul pada pasien dengan trauma abdomen
BAB IITINJAUAN TEORITISA. DefinisiTrauma adalah cedera fisik dan
psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera.
(Sjamsuhidayat,1997).Trauma abdomen adalah terjadi atau kerusakan
pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis
sehingga terjadi gangguan metabolism, kelainan imunologi dan
gangguan faal berbagai organ. (Sjamsuhidayat,1997).Trauma abdomen
adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer,
2001).Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat
terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).Trauma pada abdomen
dapat dibagi menjadi dua jenis:1. Trauma penetrasi dan trauma non
penetrasia. Trauma penetrasi1) Trauma tembak2) Trauma tumpulb.
Trauma non penetrasi1) Kompresi2) Hancur akibat kecelakaan3) Sabuk
pengaman4) Cedera akselerasi2. Trauma pada dinding abdomen terdiri
kontusio dan laserasi.a. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma
non penetrasiKontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam
jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.b.
LaserasiJika terdaat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi
karena trauma penetrasi.Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut
Sjamsuhidayat (1997) terdiri dari:1. Perforasi organ visceral
intraperitoneumCedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti
adanya cedera pada dinding abdomen.2. Luka tusuk (Trauma
Penetrasi)pada abdomen.Luka tusuk pada abdomen dapat menguji
kemampuan diagnostic ahli bedah3. Cedera thoraks abdomenSetiap luka
pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafrgma, atau sayap
kanan dan hati harus dieksplorasi.
B. EtiologiBerdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium).Disebabkan oleh: a. Luka akibat terkena tembakanb. Luka
akibat tikaman benda tajamc. Luka akibat tusukan2. Trauma tumpul
(trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium) Disebabkan
oleh:a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuhb. Hancur
(tertabrak mobil)c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan
perutd. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah
raga
C. PatofisiologiBila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada
tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan,
kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya
trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktorfaktor fisik
dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan
disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang
menghentikan tubuh juga penting.Trauma juga tergantung pada
elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas
adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga
bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma
yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan
dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif
terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera
organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:1.
Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman
yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur
dari organ padat maupun organ berongga.2. Terjepitnya organ intra
abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.3. Terjadi gaya
akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek
pada organ dan pedikel vaskuler.
D. Manifestasi Klinis1. Trauma tembus (trauma perut dengan
penetrasi kedalam rongga peritonium):a. Hilangnya seluruh atau
sebagian fungsi organb. Respon stres simpatisc. Perdarahan dan
pembekuan darahd. Kontaminasi bakterie. Kematian sel2. Trauma
tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).a.
Kehilangan darah.b. Memar/jejas pada dinding perutc. Kerusakan
organ-organ.d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan
(rigidity) dinding perute. Iritasi cairan usus
E. Pemeriksaan Diagnostik1. Foto thoraksUntuk melihat adanya
trauma pada thorak.2. Pemeriksaan darah rutinPemeriksaan Hb
diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus
menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi
menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura
lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan
transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.3. Plain
abdomen foto tegakMemperlihatkan udara bebas dalam rongga
peritoneum, udara bebas retro perineal dekat duodenum, corpus
alineum dan perubahan gambaran usus.4. Pemeriksaan urine
rutinMenunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital.5. VP (Intravenous Pyelogram)Karena alasan
biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
ginjal6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)Dapat membantu menemukan
adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat
amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).a. Indikasi untuk
melakukan DPL adalah sebagai berikut: 1) Nyeri abdomen yang tidak
bisa diterangkan sebabnya2) Trauma pada bagian bawah dari dada3)
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas4) Pasien cedera
abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)5)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang)6) Patah tulang pelvisb. Kontra indikasi relatif melakukan
DPL adalah sebagai berikut:1) Hamil2) Pernah operasi abdominal3)
Operator tidak berpengalaman4) Bila hasilnya tidak akan merubah
penatalaksanaan7. Ultrasonografi dan CT ScanSebagai pemeriksaan
tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya
trauma pada hepar dan retro peritoneum.Pemeriksaan khususa.
Abdomonal ParacentesisMerupakan pemeriksaan tambahan yang sangat
berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum.
Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100200 ml larutan NaCl 0.9%
selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.b. Pemeriksaan
LaparoskopiDilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui
langsung sumber penyebabnya.c. Bila dijumpai perdarahan dan anus
perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
F. Penatalaksanaan1. Pre HospitalPengkajian yang dilakukan untuk
menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan
cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus
melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.a. AirwayDengan kontrol
tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik head tilt
chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa
adakah benda asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan
napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.b.
BreathingDengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara lihat dengar rasakan tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).c. CirculationDengan kontrol perdarahan hebat.
Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka
bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda
sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi
dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi
dada dan 2 kali bantuan napas).d. Penanganan awal trauma non-
penetrasi (trauma tumpul): 1) Stop makanan dan minuman2)
Imobilisasi3) Kirim kerumah sakite. Penetrasi (trauma tajam)1) Bila
terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.2)
Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau
sehingga tidak memperparah luka.3) Bila ada usus atau organ lain
yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan
kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam
tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.4)
Imobilisasi pasien.5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.6)
Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.7)
Kirim ke rumah sakit.
2. Hospitala. Trauma penetrasiBila ada dugaan bahwa ada luka
tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan
memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar
yang berdekatan.b. Skrinning pemeriksaan rontgenFoto rontgen torak
tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium.
Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan
peluru atau adanya udara retro peritoneum.c. IVP atau Urogram
Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis
cedera ginjal yang adad. UretrografiDi lakukan untuk mengetauhi
adanya rupture uretra.e. SistografiIni digunakan untuk mengetauhi
ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada: 1)
Fraktur pelvis2) Trauma non penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit: a.
Pengambilan contoh darah dan urineDarah di ambil dari salah satu
vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.b. Pemeriksaan rontgenPemeriksaan
rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retro peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.c. Study kontras urologi dan
gastrointestinal Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah
duodenum, kolon ascendensatau decendens dan dubur. Sumber : (Hudak
& Gallo, 2001).
G. Komplikasi1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera2. Lambat :
infeksi3. Trombosis Vena4. Emboli Pulmonar5. Stress Ulserasi dan
perdarahan6. Pneumonia7. Tekanan ulserasi8. Atelektasis9.
Sepsis
H. Konsep asuhan keperawatanDasar pemeriksaan fisik head to toe
harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala
ke ujung kaki.Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart
(2001), adalah :1. Aktifitas / istirahatData Subyektif : Pusing,
sakit kepala,nyeri, mulasData Obyektif : Perubahan kesadaran,
masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).2. SirkulasiData
Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).3. Integritas egoData
Subyektif : Perubahan tingkah laku / kepribadian (tenang atau
dramatis)Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.4. EliminasiData
Subyektif : Inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami
gangguan fungsi.5. Makanan dan cairanData Subyektif : Mual, muntah,
dan mengalami perubahan selera makan.Data Obyektif : Mengalami
distensi abdomen6. NeurosensoriData Subyektif : Kehilangan
kesadaran sementara,vertigoData Obyektif : Perubahan kesadaran bisa
sampai koma, perubahan statusmental, kesulitan dalam menentukan
posisi tubuh7. Nyeri dan kenyamananData Subyektif : Sakit pada
abdomen dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya
lama.Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.8.
PernafasanData Subyektif : Perubahan pola nafas9. KeamananData
Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.Data Obyektif :
Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak
I. Diagnosa Keperawatana. Defisit Volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan perdarahanb. Nyeri berhubungan dengan adanya
trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.c. Risiko infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan
kerusakan kulit. infeksi tidak terjadi / terkontrol.d. Ansietas
berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatane.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisikf.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.
J. Intervensi Keperawatana. Defisit Volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan perdarahan.Tujuan : Terjadi keseimbangan volume
cairan.Kriteria hasil: Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :1) Kaji tanda-tanda vitalRasional: untuk
mengidentifikasi defisit volume cairan2) Pantau cairan parenteral
dengan elektrolit, antibiotik dan vitaminRasional: mengidentifikasi
keadaan perdarahan3) Kaji tetesan infuseRasional: awasi tetesan
untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan.4) Kolaborasi : Berikan
cairan parenteral sesuai indikasi.Rasional: cara parenteral
membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh.5) Kolaborasi Tranfusi
darahRasional: menggantikan darah yang keluar.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.Tujuan : Nyeri teratasiIntervensi :1) Kaji
karakteristik nyeriRasional: mengetahui tingkat nyeri klien.2) Beri
posisi semi fowler.Rasional: mengurngi kontraksi abdomen3) Anjurkan
tehnik manajemen nyeri seperti distraksiRasional: membantu
mengurangi rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian4) Kolaborasi
pemberian analgetik sesuai indikasi.Rasional: analgetik membantu
mengurangi rasa nyeri.5) Managemant lingkungan yang nyamanRasional:
lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien
c. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi,
prosedur invasif dan kerusakan kulit.Tujuan : infeksi tidak terjadi
/ terkontrol.Kriteria hasil :1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
seperti pus.2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.3)
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :1) Pantau tanda-tanda vital.Rasional : mengetahui
keadaan umum klien2) Lakukan perawatan luka dengan teknik
aseptik.Rasional : menjaga agar luka bersih dan kering3) Lakukan
perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter,
drainase lukaRasional : mencegah terjadi infeksi lebih lanjut4)
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
seperti Hb dan leukosit.Rasional : memberikan data penunjang
tentang resiko infeksi5) Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik.Rasional : membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan
status kesehatanTujuan : Ansietas teratasiIntervensi :1) Perilaku
koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada
waktu laluRasional: koping yang baik akan mengurangi ansietas
klien.2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan
rasa takut dan berikan penangananRasional: mengetahui ansietas,
rasa takut klien bisa mengidentifikasi masalah dan untuk memberikan
penjelasan kepada klien.3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan
beripenguatan penjelasan mengenai penyakitRasional: apabila klien
tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan dilakukan,
klienmengerti dan diharapkan ansietas berkurang4) Pertahankan
lingkungan yang tenang dantanpa stressRasional: lingkungan yang
nyaman dapat membuat klien nyaman dalam menghadapi situasi5) Dorong
dan dukungan orang terdekatRasional: memotifasi klien
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
fisikTujuan : Dapat bergerak bebasIntervensi :1) Kaji kemampuan
pasien untuk bergerakRasional: mengidentifikasi kemampuan klien
dalam mobilisasi2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan
pasienRasional: meminimalisir pergerakan kien3) Berikan latihan
gerak aktif pasifRasional: melatih otot-otot klien4) Bantu
kebutuhan pasienRasional: membantu dalam mengatasi kebutuhan
dasarklien5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.Rasional: terapi
fisioterapi dapat memulihkan kondisi klien
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera
tusuk.Tujuan: Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang
sesuai.Kriteria Hasil :1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti
pus.2) Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.3) Tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi:1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap
perkembangan luka.Rasional : mengetahui tingkat kerusakan kulit
klien2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe
cairan lukaRasional : mengkaji resiko terjadinya infeksi3) Pantau
peningkatan suhu tubuh.Rasional : mengontrol tanda-tanda infeksi4)
Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan
kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.Rasional : membantu
proses penyembuhan luka dan menjaha agar luka kering dan bersih5)
Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.Rasional : memperbaiki keutuhan integritas kulit secara
cepat6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai
kebutuhan.Rasional : menjaga luka agar tidak terpapar
mikroorganisme7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai
indikasi.Rasional : membunuh mikroba penyebab infeksi
K. Pathway
Trauma benda tajam (Pisau, peluru, dll)Trauma paksa (jatuh,
benda tumpul, kompresi dll)
Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas
tubuh
Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi
Trauma Abdomen
Trauma TumpulTrauma Tajam
Kompresi organ abdomenKerusakan jaringan vaskulerKerusakan organ
abdomenKerusakan Jaringan Kulit
Luka terbukaPerforasi lapisan abdomen(Kontusio, Laserasi, jejas,
hematoma)PerdarahanPerdarahan intra abdomen
Resiko kekurangan volume cairanPeningkatan TIA
Resiko infeksi
Nyeri akutDistensi Abdomen
Syok HipovilemikMual/muntah
Kerusakan integritas kulitResiko ketidak seimbangan nutrisi
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN TRAUMA TUMPUL
ABDOMEN DI INSTALASI GAWAT DARURATRUMAH SAKIT DATOEK BINANGKANG
No. Register : 355678/9897Ruang: UGDTgl/Jam MRS: 02-03-2015/Jam
09.50Tgl. Pengkajian: 02-03-2015/Jam 10.00Diagnosa Medis: Ruptur
Limfa e.c Trauma Tembus Abdomen
A. IDENTITAS1. Biodata PasienNama: Tn. SJenis Kelamin:
Laki-lakiUmur: 50 TahunAgama: IslamSuku/Bangsa:
Mongondow/IndonesiaPendidikan: SMPPekerjaan: TaniAlamat: Bilalang
2
2. Penanggung JawabNama: Tn. MJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 25
TahunAgama: IslamSuku/Bangsa: Mongondow/IndonesiaPendidikan:
SMAPekerjaan: Karyawan swastaAlamat: Bilalang 2
B. RIWAYAT KESEHATAN1. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri
pada perut sebelah kiri2. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien masuk
Rumah Sakit 1 jam yang lalu (Kronologis klien: ketika sedang
mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda motor
klien ditabrak mobil angkot yang ada di belakangnya saat pulang
kerja, Klien terjatuh membentur aspal, tertancap paku 10 cm dan
sempat pingsan. Klien langsung dibawa ke rumah sakit dengan
dijemput anaknya. Klien merasa perut sebelah kiri sakit, mual.3.
Riwayat Penyakit Dahulu : Klien Pernah mengalami Hipertensi dan
pernah dirawat dirumah sakit 1 tahun yang lalu4. Riwayat Penyakit
Keluarga : Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit
turunan dan penyakit menular.5. Riwayat Alergi : Klien dan keluarga
mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik makanan ataupun
obat-obatan.
C. PEMERIKSAAN1. Airway : Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada
secret.2. Breathing: Klien bernafas secara spontan. Klien
menggunakan O2 4 liter/ menit, Frekuensi napas: 24 x/ menit,
pernafasan reguler3. Circulation: TD : 140/ 80 mmHgN : 82 x/
menitCapillary reffil: < 3 detik4. DisabilityKesadaran : Compos
MentisGCS : E= 4, M= 5, V= 65. ExposureTerdapat luka tembus
disertai sedikit perdarahan, jejas dan hematoma pada abdomen
sebelah kiri atas.
D. DATA PSIKOLOGISKlien mengatakan takut dengan kondisinya
sekarang, klien tampak gelisah, cemas, dan bingung.
E. DATA SOSIAL1. Pendidikan: SMP2. Sumber Penghasilan: Bertani3.
Pola Komunikasi: Klien komunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa daera4. Pola Interaksi: Klien mampu berinteraksi dengan
tetangga dan keluarga
F. DATA SPIRITUALKlien beragama islam dan juga sering
melaksanakan solat 5 waktu, sekarang klien hanya berdoa agar
diberikan kesembuhan.
G. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan Umum: Cukup, Perdarahan: minimal
di abdomen kiri atas.2. Kesadaran:Compos mentis3. Tanda-Tanda
VitalTD: 140/80 mmHgNadi: 82x/menitRR: 24x/mntSuhu: 370C4.
KepalaEkspresi Wajah: Klien tampak meringis Rambut: Rambut dan
kulit kepala cukup bersihMata: Pupil Isokor, Sklera tidak ikterik,
konjungtiva tampak anemisTelinga: Tampak bersih, tidak ada serumen,
tidak ada peradangan, pendengaran baikHidung: Simetris, tidak ada
peradangan, penciuman baikMulut: Kurang bersih, mukosa lembab,
terdapat karies, gigi lengkap, tidak ada peradanganLeher: Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk.5. ThoraxInspeksi:
Bentuk simetris, gerakan antara kanan dan kiri samaPalpasi:
Fremitus vokal kanan dan kiri samaPerkusi: SonorAuskultasi:
Vesikuler6. AbdomenInspeksi:Terdapat Jejas Dan Hematoma Pada
Abdomen Sebelah KiriPalpasi: Ada Pembesaran HatiPerkusi:
PekakAuskultasi: Peristaltik Usus 5x/Menit7. EkstremitasEkstermitas
atas dan bawah tidak ada oedem, turgor kulit baik. Kekuatan otot
ektermitas atas dan bawah dalam batas normal.8. Genetalia: Tidak
ada kelainan
H. Pemeriksaan Penunjang1. Hasil laboratorium tanggal
02-03-2015/Jam 11.00a. Hemoglobin : 9,5 g/dl (n : 14-17,5 g/dl)b.
Eritrosit : 5,00 105/ul (n : 4,5-5,9 106c. Leukosit : 10,5 104/ul
(n : 4,0-11,3 103/ul)d. Hematokrit : 41,8% (n : 40-52%)e. Trombosit
: 208f. Gol darah : Ag. HBSAG : - (negatif)h. Hasil USG
AbdomenGambaran: ruptur dan perdarahan pada limfa anterior.
terdapat luka tembus namun tidak mengenai organ dalam abdomen.
I. TherapyTerpasang IVFD cairan RL 30 gtt/menitInjeksi Cefotaxim
1 gr/12 jam/IVInjeksi Ketorolac 2 mg/8 jam/IV
J. Analisa DataNama:Tn. SRuang: UGDUmur:50 ThnJenis Kelamin:
Laki-lakiNoData FokusEtiologiMasalah
1Ds: - Klien mengatakan perutsebelah kiriDo: Klien tampak
meringis menahan nyeri Terdapat luka lecet dan jejas pada abdomen
sebelah kiri atasIntensitas nyeriP : bila bergerak dan bernafasQ :
seperti tertusuk-tusukR : perut sebelah kananS : 7T : hilang timbul
Tanda tanda vitalTD:140/80mmHgNadi: 82x/menitRR: 24x/mntSuhu:
370CAdanya trauma abdomen atau luka tembus abdomenNyeri akut
2Ds: -Do: - Terdapat luka lecet pada perut kanan Terdapat jejas
dan hematoma pada abdomen sebelah kanan Hb : 9,5 g/dl Leukosit :
10,5 104/ul Luka non-penetrasi abdomenKontaminasi bakteri, luka
tembus abdomenResiko tinggi infeksi
3.Ds:Do:- Hasil USG: Terdapat ruptur dan perdarahan pada limfa
anterior Konjungtiva anemis Kulit pucat Turgor kulit
elastisPerdarahan intra abdomenResiko kekurangan volume cairan
K. Diagnosa keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan perdarahan intra abdomen2. Nyeri akut
berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus abdomen3. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri dan luka
tembus abdomen
21
L. Intervensi keperawatanNama:Tn. SRuang: UGDUmur:50 TahunJenis
Kelamin: Laki-lakiNoDx kepTujuan/KHIntervensirasional
1.Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan perdarahan intra abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit, volume
cairan seimbang.Dengan KH: Turgor elastic Konjungtiva tidak anemis
Hasil lab normal (HB) Tidak ada perdarahan lanjutan1. Kaji
tanda-tanda vital
2. Kaji tetesan infuse
3. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan
vitamin
4. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.5.
Kolaborasi Tranfusi darah6. Kolaborasi tindakan pembedahan
1. Untuk mengidentifikasi defisit volume cairan2. Awasi tetesan
untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan3. Cara parenteral membantu
memenuhi kebutuhan cairan tubuh4. Mengidentifikasi keadaan
perdarahan5. Menggantikan darah yang keluar dan memperbaiki
Hemostasis.6. Memperbaiki kondisi hepar dan menghentikan
perdarahan
2Nyeri akut berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus
abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x10 menit, nyeri
berkurang dengan Kriteria Hasil : Klien mengatakan nyeri
berkurang/hilang Klien tenang tidak mengerang-erang kesakitan Skala
nyeri 4-51. Kaji intensitas nyeri2. Jelaskan penyebab nyeri3. Beri
posisi sesuai kenyamanan klien4. Ajarkan teknik relaksasi5.
Kolaborasi pemberian analgetik
1. Untuk menentukan intervensi yang tepat2. Untuk menenangkan
klien dan keluarga.3. Meningkatkan kenyamanan klien4. Mengurangi
ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri5. Analgetik berfungsi
menghilangkan nyeri
3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri
dan luka tembus abdomen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 20 menit, tidak
terjadi infeksiKriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi Tidak
ada perdarahan Suhu tubuh normal : 36-37oC Tidak terjadi
tetanus
1. Monitoring tanda-tanda infeksi2. Anjurkan perawatan luka
dengan prinsip aseptic3. Monitor hasil laboratorium terutama Hb,
leukosit4. Kolaborasi pemberian antibiotic5. Kolaborasi pemberian
suntik anti tetanus (TT1. Mengetahui tanda infeksi pada pasien2.
Mencegah infeksi karena port de entry kuman.3. Mengetahui
perkembangan klien4. Mencegah infeksi5. Mencegah infeksi tetanus
akibat luka tembus
M. Implementasi Nama: Tn. SRuang: UGDUmur: 50 TahunJenis
Kelamin: Laki-lakiNoDx. keperawatanHari/tglImplementasiParaf
1Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan perdarahan intra abdomen
Senin 02-03-15/Jam 10.001. Mengkaji tanda-tanda vital
TD:140/80mmHgNadi: 82x/menitRR: 24x/mntSuhu: 370C2. Mengkaji
tetesan infuseInfus Rl 30 gtt/mnt3. Memantau cairan parenteral
dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin4. Mengkolaborasi :
Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.Terpasang cairan infuse
RL 30gtt/mnt5. Mengkolaborasi pemberian Tranfusi darah6.
Mengkolaborasi tindakan pembedahan
2Nyeri akut berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus
abdomen
Senin 02-03 15/Jam 10.151. Mengkaji intensitas nyeriP : bila
bergerak dan bernafasQ : seperti tertusuk-tusukR : perut sebelah
kananS : 7T : hilang timbul2. Menjelaskan penyebab nyeri kepada
klien dengan hasil klien mengeri tentang penjelasan perawat3.
Memberikan posisi sesuai kenyamanan klien4. Mengajarkan teknik
relaksasi5. Mengkolaborasi pemberian analgetikKetorolac 2mg/IV
3Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri
dan luka tembus abdomenSenin 02-03 15/Jam 10.301. Memonitor
tanda-tanda infeksi dengan hasil belum terdapat tanda-tanda
infeksi2. Menganjurkan perawatan luka dengan prinsip aseptic3.
Memonitor hasil laboratorium terutama Hb, leukosit4. Mengkolaborasi
pemberian antibioticCefotaxim 1 gr/IV5. Mengkolaborasi pemberian
suntik anti tetanus (TT)
N. EvaluasiNama:Tn. SRuang: UGDUmur:50 tahunJenis Kelamin:
Laki-lakiNoDx. KepHari/TglEvaluasiParaf
1Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan perdarahan intra abdomen
Senin 02-03-15/Jam 11.00S. O: - Turgor Elastik konjungtiva
anemis TTVTD: 120/70 mmHgNadi: 72x/ menitRR: 20x/mntHb : 9,5 g/dl
Perdarahan tidak adaA. Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan
intervensi di bangsal
2.Nyeri akut berhubungan adanya trauma abdomen atau luka tembus
abdomen
Senin 02-03-15/Jam 11.00S: - Klien mengatakan nyeri sedikit
berkurangO: - Klien masih gelisah- Klien masih tampak merintih
kesakitan Skala nyeri 5A: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan
intervensi di bangsal
3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi bakteri
dan luka tembus abdomenSenin 02-03-15/Jam 11.00S:O: - Tidak ada
tanda- tanda infeksi Hb : 9,5 g/dl Leukosit : 10,5 104/ulA: Masalah
teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi di bangsal
BAB IVPENUTUP
A. KesimpulanTrauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat
berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja.Prioritas keperawatan tertuju pada menghentikan
perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan cemas
pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang
penyakit dan kebutuhan pasien. Prinsipprinsip pengkajian pada
trauma abdomen harus berdasarkan A (Airway), B (Breathing), C
(Circulation).Pada kasus di atas Tn. S mengalami Trauma tembus
(trauma perut dengan penetrasi ke dalam rongga peritonium) akibat
luka akibat tusukan. Masalah keperawatan yang timbul pada klien
antara lain: defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan perdarahan intra abdomen; nyeri berhubungan adanya trauma
abdomen atau luka tembus abdomen; resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan kontaminasi bakteri dan luka tembus abdomen.
B. SaranDalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan
serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan
materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada
semua pmbaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam
pembuatan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKAAmerican College of Surgeon Committee of Trauma.
2004. Advanced Trauma Life Support Seventh Edition. Indonesia:
IkabiBrooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31.
Jakarta: EGCCarpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa
Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta:
EGCDorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGCENA (Emergency
Nurse Association). 2000. Emergency Nursing Core Curiculum, 5th.
USA: W.B. Saunders CompanyFKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Jakarta: Binarupa AksaraMarilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC Smeltzer C. Suzanne, Brunner
& Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGCTesta,A.Paul. 2008. Abdominal Trauma.
Internet: