Page 1
LAPORAN PENDAHULUAN
RUPTUR UTERI
A. DEFINISI
Ruptur Uteri adalah kerobekan (diskontinutias) dinding rahim yang terjadi saat
kehamilan persalinan. (Dr. Chrisdiono M. Achadiat, Sp.OG)
Ruptur uteri adalah disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari
kedaruratan obstetrik yang paling serius. Angka mortalitas maternal berkisar dari
3-15%; mortalitas janin mendekati 50%. (dr. Teddy Supriyadi – dr. Johanes
Gunawan).
Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinitas dinding rahim akibat dilampauinya
daya regang miometrium. (Sarwono Prawirohardjo,2002)
B. ETIOLOGI
1. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
2. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
3. Presentasi abnormal (terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus).(
helen, 2001 )
4. Penyebab ruptur uteri adalah disporporsi janin dan panggul, partus macet
atau traumatik. (Sarwono Prawirohardjo,2002)
5. Tindakan obstetri
Page 2
6. Ketidakseimbangan fetopelvik
7. Letak lintang yang diabaikan (kasep)
8. Kelebihan dosis obat bagi nyeri persalinan atau induksi persalinan.
9. Jaringan parut pada uterus: keadaan setelah seksio sesria, miomenukleasi,
operasi Strassmann, eksisi baji satu tuba
10. Kecelakaan ( Prof.Dr.Luz Heller)
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala rupture uteri
1. Nyeri abdomen dapat tiba – tiba, tajam dan seperti disayat pisau. Apabila
terjadi rupture sewaktu persalinan, kontraksi uterus yang intermiten, kuat
dapat berhenti dengan tiba-tiba. Pasien mengeluh nyeri uterus yang menetap.
2. Perdarahan per vaginam dapat simptomatik karena perdarahan aktif dari
pembuluh darah yang robek.
3. Gejala-gejala lainnya meliputi berhentinya persalinan dan syok, yang mana
dapat diluar proporsi kehilangan darah eksterna karena perdarahan yang tidak
terlihat. Nyeri bahu dapat berkaitan dengan perdarahan intraperitoneum. (dr.
Teddy Supriyadi – dr. Johanes Gunawan).
Gejala yang bisa didapatkan pada pasien dengan ruptur uteri adalah :
1. Penderita pucat dan perdarahan vaginal;
2. Pada saat terjadi ruptur penderita kesakitan sekali dan merasa ada robekan di
perutnya;
3. Gejala kolaps dan kemudian syok.
Sedangkan tanda yang bisa kita dapatkan pada pemeriksaan adalah:
1. Penderita pucat;
2. Tachicardi;
3. Perdarahan vaginal;
4. Dapat diraba jelas bagian-bagian janin langsung di bawah dinding perut;
5. Perut kembung, kadang-kadang defance muscular dan pada keadaan ini janin
sukar diraba;
Page 3
6. Dapat ditemukan uterus sebagai benda sebesar kepala bayi di samping bagian
janin;
7. Denyut jantung janin negatif;
8. His berhenti;
9. Diantara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang
yang bertambah lama bertambah tinggi, menunjukan SBR yang semakin tipis
dan teregang.
10. Tanda-tanda adanya cairan bebas dalam kavum peritonii;
11. Pada pemeriksaan vaginal bagian bawah janin tidak teraba lagi atau teraba
tinggi dalam jalan lahir. Kadang robekan dapat diraba, demikian pula usus
pada rongga perut melalui robekan
12. Pemeriksaan penunjang: laboratorium darah hemoglobin, hematokrit.
D. KLASIFIKASI
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
1. Menurut tingkat robekan
a. Ruptur uteri komplit, bila
robekan terjadi pada seluruh
lapisan dinding uterus.
Page 4
b. Ruptur uteri inkomplit, bila
robekan hanya sampai
miometrium, disebut juga
dehisensi. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan melakukan
eksplorasi dinding rongga
uterus setelah janin dan
plasenta lahir.
c. Ruptur uteri imminens, bila baru ada gejala akan terjadi ruptur. Penderita
merasa kesakitan terus menerus baik waktu his maupun di luar his. Teraba
ligamentum rotundum menegang. Teraba cincin Bandle setinggi pusat.
Segmen bawah rahim menipis. Urine kateter kemerahan.
2. Menurut etiologinya
a. Ruptur uteri spontan
Yaitu bila ruptur uteri terjadi secara spontan pada uterus tanpa parut (utuh)
dan tanpa adanya manipulasi dari penolong. Faktor pokok disini ialah
bahwa persalinan tidak maju karena rintangan, misalnya panggul sempit,
hidrosepalus, janin dalam letak lintang dan sebagainya, sehingga segmen
bawah uterus makin lama makin meregang. Faktor yang merupakan
predisposisi terhadap terjadinya rupture uteri adalah multiparitas, disini
ditengah – tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang
menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga regangan
lebih mudah menimbulkan robekan. Oleh banyak penulis dilaporkan pula
bahwa kebiasaan yang dilakukan oleh dukun – dukun memudahkan
timbulnya rupture uteri. Pada persalinan yang kurang lancar, dukun –
dukun biasanya melakukan tekanan keras kebawah terus – menerus pada
fundus uteri, hal ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah uterus
yang sudah meregang dan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri.
Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlampau tinggi dan atau atas
indikasi yang tidak tepat, bisa pula menyebabkan ruptur uteri
Page 5
b. Ruptur uteri traumatika
Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh,
kecelakaan seperti tabrakan dan sebagainya. Robekan demikian itu yang
bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi karena
rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih
sering terjadi adalah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta. Di
sini karena distosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha
vaginal untuk melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptur uteri. Hal
itu misalnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan
bertentangan dengan syarat-syarat untuk tindakan tersebut. Kemungkinan
besar yang lain ialah ketika melakukan embriotomi. Berhubung dengan
itu, setelah tindakan-tindakan tersebut diatas dan juga setelah ekstraksi
dengan cunam yang sukar perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri
dengan tangan untuk mengetahui apakah terjadi rupture uteri. Gejala-
gejala ruptur uteri violenta tidak berbeda dari ruptur uteri spontan.
c. Ruptur uteri pada parut uterus
Ruptur uteri demikian ini terdapat paling sering pada parut bekas seksio
sesarea, peristiwa ini jarang timbul pada uterus yang telah dioperasi untuk
mengangkat mioma (miomektomi) dan lebih jarang lagi pada uterus
dengan parut karena kerokan yang terlampau dalam. Di antara parut-parut
bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah seksio sesarea klasik lebih
sering menimbulkan rupture uteri daripada parut bekas seksio sesarea
profunda. Perbandingannya ialah 4:1. Hal ini disebabkan oleh karena luka
pada segmen bawah uterus yang menyerupai daerah uterus yang lebih
tenang dalam masa nifas dapat sembuh dengan lebih baik, sehingga parut
lebih kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio bisa menimbulkan gejala- gejala
seperti telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa
banyak menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi
robekan secara mendadak, melainkan lambat laun jaringan disekitar bekas
luka menipis untuk akhirnya terpisah sama sekali dan terjadilah ruptur
Page 6
uteri. Disini biasanya peritoneum tidak ikut serta, sehingga terdapat ruptur
uteri inkompleta. Pada peristiwa ini ada kemungkinan arteria besar
terbuka dan timbul perdarahan yang untuk sebagian berkumpul di
ligamentum latum dan untuk sebagian keluar. Biasanya janin masih
tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada. Sementara itu
penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan tempat bekas
luka. Jika arteria besar luka, gejala-gejala perdarahan dengan anemia dan
syok, janin dalam uterus meninggal pula.
3. Menurut waktu terjadinya:
a. Ruptur Uteri Gravidarum, terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi
pada korpus
b. Ruptur Uteri Durante Partum, Terjadi waktu melahirkan anak, lokasinya
sering pada SBR. Jenis inilah yang terbanyak.
4. Menurut lokasi:
a. Korpus uteri, biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami
operasi, seperti seksio sesarea klasik (korporal) atau miomektomi.
b. Segmen bawah rahim (SBR), biasanya pada partus sulit dan lama (tidak
maju). SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah
ruptur.
c. Servik uteri, biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forcep atau
versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
d. Kolpoporeksis-kolporeksis, robekan-robekan diantara servik dan vagina.
E. PATOFISIOLOGIS
a) Ruptur uteri spontan.
Page 7
Ruptur uteri ini terjadi secar spontan pada uterus yang utuh (tanpa parut). Faktor
pokok disini adalah bahwa persalinan tidak dapat berjalan dengan baik karena ada
halangan misalnya: panggul yang sempit, hidrosefalus, janin yang letak lintang,
dll. Sehingga segmen bawah uterus makin lama makin diregangkan. Pad suatu
saat regangan yang terus bertambah melampaui batas kekuatan jaringan
miometrium, maka terjadilah ruptur uteri.
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya ruptur uteri adalah multiparitas,
stimulus oksitosin, dll. Disini ditengah-tengah miometrium sudah terdapat banyak
jaringan ikat yang menyebabkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang,
sehingga regangan lebih mudah menimbulkan robekan. Pada persalinan yang
kurang lancar, dukun-dukun biasanya melakukan tekanan keras kebawah terus-
menerus pada fundus uterus, hal ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah
uterus yang sudah regang dan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri. Pemberian
oksitosin dalam dosis yang terlalu tinggi / indikasi yang tidak tepat bisa
menyebabkan ruptur uteri.
b) Ruptur uteri traumatic.
Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan.
Robrkan ini yang bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, jarang terjadi
karena rupanya otot uterus cukup tahan terhadap trauma dari luar. Yang lebih
sering terjadi adalah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta. Disini
karena dystosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal
untuk melahirkan janin mengakibatkan timbulnya ruptur uteri. Hal itu misalnya
terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan bertentangan
dengan syarat. Kemungkinan besar yang lain adalah ketika melakukan
embriotomi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan kavum uteri dengan tangan
untuk mengetahui terjadinya ruptur uteri..
c) Ruptur uteri pada luka bekas parut.
Page 8
Diantara parut-parut bekas seksio sesarea, parut yang terjadi sesudah seksio
sesarea klasik lebih sering menimbulkan ruptur uteri dari pada parut bekas seksio
sesarea profunda. Hal ini disebabkan karena luka pada segmen bawah uterus yang
menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh
dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat. Ruptur uteri pad bekas parut sesarea
klasik juga lebih sering terjadi pad kehamilan tua sebelum persalinan dimulai,
sedang peristiwa tersebut pada parut bekas seksio sesarea profunda umumnya
terjadi waktu persalinan.
Ruptur uteri pasca seksio sesarea bisa menimbulkan gejala-gejala seperti telah
diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa banyak menimbulkan
gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan secara mendadak,
melainkan lambat laun jaringan disekitar bekas luka menipis untuk akhirnya
terpisah sama sekali dan terjadilah ruptur uteri. Disini biasanya peritoneum tidak
ikut serta sehingga terdapat ruptur uteri inkompleta. Pada peristiwa ini ada
kemungkinan arteri besar terbuka dan timbul perdarahan yang sebagian
berkumpul di ligametum dan sebagian keluar. Biasanya janin masih tinggal dalam
uterus dan his kadang-kadang masih ada.
Sementar itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan tempet
bekas luka. Jika arteria besar terluka, gejal-gejal perdarahan, anemia dan syok,
janin dalam uterus meningggal pula.
F. PATHWAY
Page 9
SPONTANDinding Rahim lemah, luka seksio,lukaenoldean mioma, bypoplasia uteri, kuretase, pelepasan plasenta secara manualsepsis pasca persalinan/pasca abortus.
VIOLETTrauma, penolongan versi dan ekstrasi
His korpus uteri berkontraksiDinding korpus uteri menebal dan volume korpus uteri lebih kecil
Tubuh janin menempati korpus uteri terdorongnya kebawahdan kedalam SBR.
SBR lebih lebar
Dinding SBR menipis karena tertarik keatas oleh kontraksi SAR kuat.
Lingkaran retralgi fisiologis meninggi kearah pusat melewati fisiologis menjadi patofisiologis.
Lingkaran bundle meningkat
SBR tertarik dan His berlangsung kuat terus menerus
Tentukan di serviks dan his berlangsung kuat terus menerus
Bagian bawah janin tidak kunjung turun kebawah melalui
jalan lahir
Page 10
F. PENATALAKSANAAN KEBIDANAN
Penanganan ruptura uteri memerlukan tindakan spesialistis dan hanya mungkin
dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas transfusi darah. Sikap bidan kalau
menerima kiriman penderita dengan ruptura uteri di pedesaan adalah melakukan
observasi saat menolong persalinan sehingga dapat melakukan rujukan bila terjadi
ruptura uteri mengancam atau membakat. Oleh karena itu, kerja sama dengan dokter
puskesmas atau dokter keluarga sangat penting.
Penanganan rupture uteri harus segera dilakukan :
1. Pemasangan infus untuk mengganti cairan dan perdarahan untuk mengatasi
keadaan syok
2. Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik. Sehingga infeksi dapat
dikurangi.
3. Segera merujuk penderita dengan didampingi petugas agar dapat memberikan
pertolongan
4. Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan dalam untuk menghindari
terjadinya perdarahan baru.
G. PENATALAKSANAAN KLINIS
Lingkar retraksi semakin meninggi
Robek pada SBR
Rupture uteri
Page 11
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita
dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila
keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi
dengan tindakan jenis operasi :
1. Histerektomi baik total maupun sub
total
2. Histerorafia, yaitu luka di eksidir
pinggirnya lalu di jahit sebaik-
baiknya
3. Konserfatif : hanya dengan
temponade dan pemberian
antibiotika yang cukup.
Gambar Robekan utrerus saat laparotomi
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adala :
1. Keadaan umum penderita
2. Jenis ruptur incompleta atau completa
3. Jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata dan sudah
banyak nekrosis
4. Tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim
5. Perdarahan dari luka : sedikit, banyak
6. Umur dan jumlah anak hidup
7. Kemampuan dan ketrampilan penolong
PENUTUP
Page 12
A. Kesimpulan
Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi penyebabnya adalah riwayat
pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus, induksi dengan oksitosin yang
sembarangan atau persalinan yang lama serta presentasi abnormal ( terutama terjadi
penipisan pada segmen bawah uterus ) ( Helen, 2001 ) dengan Tanda dan gejala
ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut waktu
terjadinya, Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum, Menurut etiologinya,
dan Menurut simtoma klinik
B. Saran
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang
dapat menunjang perkuliahan, khususnya mata kuliah Kebidanan Maternitas dan
mata kuliah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Page 13
1. Hanifa,winkjosastro.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan
2. Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
3. Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta
: EGC
4. Rustam, mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EG
5. Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB.
Lippincot Company, Pholadelpia.
6. Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
7. Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
8. Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia,
Jakarta.
9. RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya
10. Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.
11. Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “Z”
Page 14
KALA II DENGAN RUPTUR UTERI DI RSUD.WALUYO JATI KRAKSAAN
PENGKAJIAN DATA
1. Identitas
Nama : Ny. “Z” Nama suami : Tn. “X”
Umur : 42 tahun Umur : 47 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kraksaan Alamat : Kraksaan
2. Status perkawinan
Umur kawin : 15 tahun
Lama kawin : 1 tahun
3. Keluhan utama :
Ibu mengeluh perutnya terasa mules dan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian
bawah sekitar pukul 15.00 Wib serta mengeluarkan lendir bercampur darah dari
kemaluannya sekitar pukul 17.00 Wib.
4. Riwayat kebidanan :
a. Haid
Manarche : 14 tahun
Siklus : 1 minggu/ teratur / ±28 hari
Banyaknya : 2 - 3 softek
Warnanya : Warna khas, merah terkadang hitam
Baunya : Khas, anyir
Keluhan : Desminorhea
Flour albus : Kadang – kadang
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Perka Kehamilan Persalinan Anak Nifas K
Page 15
winan BKe Usia Jenis Penolg TmptPenyul BBL Seks H M PenyulitAsi
1 1 36-
37mgg
SC Dokter RS Letsu 2700
gram
L - - Ekskl
usif
-
1 2 H A M I L I N I
c. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 13 Mei 2015 TP: 30 Februari 2016
ANC : Trimester 1 : 1x di bidan
: Trimester II : 2x di bidan
: Trimester III : 2x di bidan & dokter
Keluhan : Trimester 1 : Mual dan muntah
Trimester II : Sering BAK
Trimester III : Sering BAK, nyeri di perut
Imunisasi : 1x sesudah nikah
5. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan (Diabetes, hipertensi, paru-paru)
penyakit menular (hepatitis, HIV/AIDS) dan penyakit menahun (Jantung).
6. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan (Diabetes, hipertensi, paru-paru)
penyakit menular (hepatitis, HIV/AIDS) dan penyakit menahun (Jantung) serta
tidak memiliki keturunan kembar baik dari pihak ibu maupun suami.
7. Pola kebiasaan sehari- hari
a. Pola nutrisi : Ibu sudah menghabiskan setengah gelas teh hangat.
b. Pola eliminasi: Ibu tidak BAB & BAK
c. Pola istirahat : Ibu tidak bisa tidur
8. Data psikososial
Page 16
Hubungan ibu dengan keluarga dan suami harmonis, dengan lingkungan
sekitarnya baik dan kehamilan ini sangat diharapkan dan direncanakan serta
menginginkan bayinya lahir sehat.
9. Data sosial budaya
Ibu melakukan selametan 4 bulanan dan 7 bulanan, selama hamil ibu tidak pernah
minum jamu- jamuan dan tidak pernah pijat di dukun.
10. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum : Compos mentis
b.Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 80 / 60 mmHg
Pernapasan : 30x/ menit
Nadi : 110 x/menit, tidak teratur
Suhu : 37,9°C
11. Pemeriksaan fisik umum
a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak rontok
Wajah : Menyeringai, tampak pucat, tidak ada oedema
Mata : Bentuk simetris, konjungtiva pucat, sklera putih, palpebra tidak
oedema
Hidung: Bentuk simetris, tidak ada polip dan cuping hidung
Telinga: Bentuk simetris, tidak ada kelainan
Mulut : Bentuk simetris, bibir lembab, tidak ada gigi palsu, tidak ada caries,
lidah kotor, tidak terdapat stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe
Dada : Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi, puting susu menonjol,
colostrum sudah keluar
Perut : Terdapat luka bekas operasi sesar melintang, tidak ada striae
gravidarum, pembesaran sesuai usia kehamilan, Nampak lingkaran
bandl melintang yang bertambah tinggi
Genetalia eksterna : Tidak ada kelainan, tidak ada oedema, keluar darah
Page 17
segar
Anus : Tidak ada varises, tidak ada haemorhoid
Ekstremitas : Tangan dan kaki : Bentuk simetris, tidak ada varises,
Tidak ada oedema
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid dan bendungan vena
jugularis
Mamae : Tidak ada tumor, colostrum sudah keluar
Perut : L I : TFU 3 jari dibawah px (28cm), bagian fundus teraba bulat,
Lunak, tidak melenting (bokong)
L II : Bagian kanan perut ibu teraba bagian tekecil janin
(ekstremitas). Bagian kiri perut ibu teraba bagian keras,
memanjang, ada tahanan (punggung)
L III : Bagian terendah janin teraba bulat melenting (kepala)
L IV : Kepala sudah masuk PAP (divergent), 3/5 bagian
TBJ : (28 – 11) x 155 = 2.635 gram
- Dapat diraba jelas bagian-bagian janin langsung di bawah dinding perut.
c. Auskultasi
Thorax : Tidak terdengar wezhing/ronchi
Abdomen : DJJ: (-) negative
d. Perkusi
Refleks patella : Tidak terkaji
12. Pemeriksaan Panggul Luar
Tidak dilakukan pemeriksaan
13. Pemeriksaan Dalam
VT jam : 18.00 wib
Pembukaan : 7cm
Efficement : 75%
Ketuban : +
Presentasi : kepala
Page 18
Denominator : UUK Kanan depan
Hodge : 1/5
Tidak ada bagian kecil janin disamping bagian terdahulu
Bagian bawah janin tidak teraba lagi atau teraba tinggi.
14. Pemeriksaan Penunjang
Haemoglobin : 7g/dl
A. SUBJEKTIF
Ibu mengeluh perutnya terasa mules dan nyeri pinggang menjalar ke perut bagian
bawah sekitar pukul 15.00 Wib serta mengeluarkan lendir bercampur darah dari
kemaluannya sekitar pukul 17.00 Wib.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Compos mentis
b.Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 80 / 60 mmHg
Pernapasan : 30x/ menit
Nadi : 110 x/menit, tidak teratur
Suhu : 37,7°C
2. Pemeriksaan fisik umum
a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak rontok
Wajah : Menyeringai, tampak pucat, tidak ada oedema
Mata : Bentuk simetris, konjungtiva pucat, sklera putih, palpebra tidak
oedema
Hidung: Bentuk simetris, tidak ada polip dan cuping hidung
Telinga: Bentuk simetris, tidak ada kelainan
Mulut : Bentuk simetris, bibir lembab, tidak ada gigi palsu, tidak ada caries,
lidah kotor, tidak terdapat stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar lymphe
Dada : Bentuk simetris, terdapat hiperpigmentasi, puting susu menonjol,
Page 19
colostrum sudah keluar
Perut : Terdapat luka bekas operasi sesar melintang, tidak ada striae
gravidarum, pembesaran sesuai usia kehamilan, Nampak lingkaran
bandl melintang yang bertambah tinggi
Genetalia eksterna : Tidak ada kelainan, tidak ada oedema, keluar darah
segar
Anus : Tidak ada varises, tidak ada haemorhoid
Ekstremitas : Tangan dan kaki : Bentuk simetris, tidak ada varises,
Tidak ada oedema
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid dan bendungan vena
jugularis
Mamae : Tidak ada tumor, colostrums sudah keluar
Perut : Tidak terkaji
c. Auskultasi
Thorax : Tidak terdengar wezhing/ronchi
Abdomen : DJJ: (-) negative
d. Perkusi
Refleks patella : Tidak terkaji
3. Pemeriksaan Panggul Luar
Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Pemeriksaan Dalam
Tidak terkaji
C. ANALISA DATA
GII PI A0 inpartu kala II dengan Ruptur uteri
A. Planning
Page 20
Tanggal 01 februari 2016, pukul 18.30 wib
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan (ibu sudah pembukaan lengkap tetapi ada
penyulit yang menyertai, menjelaskan kemungkinan untuk ditranfusi darah, dan
dilakukan operasi)
e/. Ibu mengerti
2. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
e/. ibu merasa nyaman
3. Memberi dukungan psikologis pada ibu
e/. Ibu termotivasi dan ingin melahirkan bayinya dengan selamat
4. Memberi cairan Ringer Laktat 28 tetes/menit
e/. Cairan sudah diberikan dengan 28 tetes/menit
5. Memantau Denyut Jantung Janin secara ketat (setiap 15 menit)
e/. Obervasi DJJ sudah dilakukan setiap 15 menit
6. Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik. Sehingga infeksi dapat
dikurangi.
e/. Sudah diberikan pada ibu
7. Segera merujuk ibu dengan didampingi petugas agar dapat memberikan
pertolongan
e/. Ibu dan keluarga bersedia
LEMBAR KONSULTASI
Page 21
NAMA MAHASISWA ( KELOMPOK 3 ) :
Anggie DheanaAnika NovitaArdillahEndang Zulfatul LLuluk Megawati
Nurul MaulidaSiti FajarenaSiti KhotijaSiti MaisyarohVeranica Widi O
NO TANGGAL MATERI KONSUL EVALUASI TTD