BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Imunisasi 2.1.1 Pengertian Imunisasi adalah berasal dari kata imun, kebal atau resistensi. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003) Imunisasi adalah proses menginduksi imunisasi secara artifical dengan pemberian bahan antigenik seperti agent imunologi. (Berhman, 2000) 2.1.2 Macam-macam kekebalan Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2 yakni : 1. Kekebalan tidak spesifik (non spesific resistance) Yang dimaksud dengan faktor-faktor non spesifik (khusus) adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit, misalnya air mata, cairan-cairan khusus yang 9
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Imunisasi
2.1.1 Pengertian
Imunisasi adalah berasal dari kata imun, kebal atau resistensi.
Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003)
Imunisasi adalah proses menginduksi imunisasi secara artifical
dengan pemberian bahan antigenik seperti agent imunologi.
(Berhman, 2000)
2.1.2 Macam-macam kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan
menjadi 2 yakni :
1. Kekebalan tidak spesifik (non spesific resistance)
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non spesifik (khusus) adalah
pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat
melindungi badan dari suatu penyakit, misalnya air mata, cairan-
cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya reflek-reflek
tertentu, misalnya batuk dan sebagainya.
2. Kekebalan spesifik (spesific resistence)
Kekebalan spesific dapat diperoleh dari dua sumber, yakni :
a. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetis biasanya
berhubungan dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok
etnis, misalnya orang kulit hitam cenderung lebih resisten
terhadap penyakit malaria jenis vivax.
b. Kekebalan yang diperoleh (acquired immunity)
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif dapat diperoleh
9
setelah orang sembuh dari penyakit campak ia akan kebal
terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif juga dapat
diperoleh melalui imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya
dimasukkan organisasi pathogen (bibit) penyakit. Kekebalan
pasif diperoleh dari ibunya melalui plasenta, ibu yang telah
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu misalnya
campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk
beberapa bulan pertama. Kekebalan pasif bersifat sementara.
(Notoatmodjo, 2003)
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan
1. Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan
orang tua lebih mudah terserang. Dengan kata lain orang pada usia
sangat muda atau usia tua lebih rentan. Kurang kebal terhadap
penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini mungkin disebabkan
karena kedua kelompok tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2. Sex
Untuk penyakit-penyakit menular tertentu, seperti polio dan
diptheria lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.
3. Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap
penyakit-penyakit menular tertentu, misalnya polio, pneumonia,
malaria serta amubiasis. Sebaliknya untuk penyakit thypoid dan
meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
4. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi
tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, tetapi sebaliknya
kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit
infeksi.
5. Trauma
Stress salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab
kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
(Notoatmodjo, 2003)
2.1.4 Jenis-jenis imunisasi
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi :
1. Imunisasi pasif (pasive imunization)
Imunisasi pasif adalah tubuh anak tidak membuat zat antibodi
sendiri tetapi diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak
sehingga proses cepat tapi tidak bertahan lama misalnya
pemberian vaksin ATS (Anti Tetanus Serum).
2. Imunisasi aktif (active imunization)
Imunisasi pasif adalah kekebalan yang diperoleh tubuh setelah
mendapat vaksin (imunisasi). Imunisasi yang diberikan pada anak
adalah :
a. BCG untuk mencegah penyakit TBC.
b. DPT untuk mencegah penyakit diphteri, pertusis dan tetanus.
c. Polio untuk mencegah penyakit polio mitetis.
d. Campak untuk mencegah penyakit campak (measles).
e. Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B.
f. Imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah
imunisasi TT untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi
yang dilahirkan.
2.1.5 Tujuan program imunisasi
1. Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
kematian dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada
saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah diptheri, tetanus,
pertusis (batuk rejan), polio, tuberculosis, hepatitis B dan campak
(measles).
2. Sasaran
a. Bayi di bawah umur 1 tahun (0 – 11 bulan).
b. Ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan).
c. Wanita usia subur (calon mempelai wanita).
d. Anak sekolah kelas I dan IV.
3. Pokok-pokok kegiatan
a. Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap)
1) Imunisasi BCG 1x.
2) Imunisasi DPT 3x.
3) Imunisasi polio 4x.
4) Imunisasi hepatitis B 3x.
5) Imunisasi campak 1x.
b. Pencegahan terhadap anak sekolah dasar
Imunisasi DPT, imunisasi TT.
c. Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS (calon
mempelai wanita)
Imunisasi TT 2x.
(Notoatmodjo, 2002)
2.1.6 Jadwal imunisasi
Tabel 2.1
Jadwal Imunisasi
Umur Jenis imunisasi
0 – 7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
Hepatitis B 1
BCG, Polio 1
DPT Hb Combo 1, Polio 2
DPT Hb Combo 2, Polio 3
DPT Hb Combo 3, Polio 4
Campak
(Sumber : Depkes RI, 2002)
2.1.7 Antigen yang digunakan sebagai vaksin
Tabel 2.2
Preparat antigenik yang digunakan sebagai vaksin.
Jenis antigen Contoh vaksin
Organisme hidup
Organisme utuh
Fragmen subseluler
Toksoid
Berbasis
Rekombinasi DNA
Alamiah
Dilemahkan
Virus
Bakteri
Kapsul
Polisakorida
Antigen
Permukaan
Ekspresi
Klongen
Vaksinia (untuk cacat)
Vaksin polio oral (sabin) campak,
parotitis, rubela, demam kunin,
naricela, zoster (human herpes
virus 3), BCG (untuk
tuberculosis)
Polio (salk), rabies, influenza,
hepatitis A, tifus (bukan demam
tifoid)
Pertusis, demam tifoid, kolera,
pes
Pneumokokkus, meningokokus
haemophilus influenza
Hepatitis B
Tetanus, dipteri
Hepatitis B (dari rage)
Sumber : Wahab, 2002
2.1.8 Efektivitas vaksin
Vaksin yang efektif harus memiliki hal-hal sebagai berikut :
1. Merangsang timbulnya imunitas yang tepat, antibodi untuk toksin
dan organisme, ekstra seluler seperti streptococeus pneumonia,
imunitas seluler untuk organisme intraseluler seperti hasil
tuberkulosis. Bila jenis respons imunitas yang paling sesuai untuk
suatu jenis infeksi tidak jelas seperti pada metona, lebih sulit pula
dibuat vaksin yang efektif untuk penyakit tersebut.
2. Stabil dalam penyimpanan
Hal ini sangat penting untuk vaksin hidup yang biasanya perlu
disimpan di tempat dingin atau memerlukan rantai pendingin yang
sempurna dari pabrik ke pabrik.
3. Mempunyai imunogeritas yang cukup
Imunogeritas vaksin bahan mati sering perlu dinaikkan dengan
anjuvan (bahan yang ditambahkan atau diesmudifikasikan pada
antigen untuk meningkatkan produksi antibodi).
2.1.9 Persyaratan pemberian vaksin
1. Pada bayi atau anak yang sehat.
2. Pada bayi yang sedang sakit.
a. Sakit keras.
b. Dalam masa tunas suatu penyakit.
c. Defisiensi imunologi.
3. Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es suhu 2 – 8oC dan
belum lewat masa berlakunya.
4. Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat.
5. Mengetahui jadwal vaksinasi dengan melihat umur dan jenis
imunusasi yang telah diterima.
6. Meneliti jenis vaksin yang telah diberikan.
7. Memperhatikan dosis yang akan diberikan.
(Wahab, 2002)
2.2 Konsep Dasar Imunisasi Campak
2.2.1 Pengertian
Vaksin campak adalah preparat virus hidup yang dilemahkan
dan berasal dari berbagai strain virus campak yang diisolasikan pada
tahun 1950. Virus vaksin ditumbuhkan pada media sel embrio ayam.
2.2.2 Komposisi
Titer vaksin standar mengandung tidak kurang dari 3log 10
(1000) unit infeksius per dosis.
2.2.3 Indikasi
Vaksin campak diindikasi pada anak usia 9-11 bulan untuk
memberi imunisasi aktif melawan infeksi yang disebabkan oleh virus
campak (genus morbilivirus).
2.2.4 Kontra indikasi
Sebaiknya tidak diberikan pada orang yang punya riwayat
kejang demam, demam berat.
2.2.5 Efek samping
Reaksi lokal yang umumnya sering dilaporkan adalah rasa
sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikkan
reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya berkurang dalam
8 – 10 hari setelah vaksinasi.
2.2.6 Dosis dan penggunaan
1. Vaksin campak disuntikkan secara subkutan, suntikan di bagian
otot deltoid sepertiga lengan bagian atas.
2. Waktu pemberian pada umur 9 bulan, diberikan sebanyak 1x.
2.2.7 Cara penyimpanan
Vaksin campak harus didinginkan pada suhu yang sesuai (2 –
8oC) karena sinar matahari atau panas dapat membunuh virus vaksin
campak. Bila virus vaksin mati sebelum disuntikkan, vaksin tersebut
tidak akan mampu menginduksi respons imun.
2.2.8 Cara pemberian vaksin campak
1. Melarutkan vaksin campak (vaksin beku kering)
a. Cek label flacon vaksin, berapa cc pelarut yang dibutuhkan.
b. Ambil semprit 5 cc dan jarum oplos yang steril.
c. Semprit dan jarum ini hanya dipergunakan untuk oplos bukan
untuk suntikan.
d. Buka ampul pelarut/ flacon pelarut yang diperlukan.
e. Sedotlah pelarut ke dalam semprit.
f. Bersihkan tutup flacon dengan kapas basah dan masukkan
pelarut ke dalam vaksin campak.
g. Kocok sampai vaksin betul-betul tercampur.
2. Mengatur posisi bayi
a. Dudukkan bayi di pangkuan ibu.
b. Lengan kanan bayi dijepit di ketiak ibunya.
c. Ibu menopang kepala bayi.
d. Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi.
3. Mengisi semprit
a. Ambil semprit 1 cc yang telah steril dan jarum ukuran no. 23
gunakan jarum yang sama untuk mengisi semprit dan
menyuntik anak.
b. Bersihkan tutup karet flacon yang akan digunakan dengan
kapas basah.
c. Isap 0,5 cc vaksin ke dalam semprit.
d. Semprit ditegakkan-luruskan ke atas untuk melihat gelembung
udara. Apabila ada gelembung udara ketuk pelan-pelan supaya
gelembung naik ke atas lalu dorong piston sehingga
gelembung udara keluar.
4. Cara penyuntikan vaksin campak
a. Tempat yang akan disuntik adalah sepertiga lengan kiri bagian
atas.
b. Ambil sedikit kapas yang telah dibasahi dengan air bersih dan
bersihkan sekitar kulit lengan yang akan disuntik.
c. Jepitlah lengan yang hendak disuntik dengan jari tangan kiri.
d. Masukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit dengan sudut
kira-kira 45 derajat terhadap lengan, jangan masukkan jarum
terlalu dalam, kontrol jarumnya dengan cara menekan semprit
dengan tangan anda, lalu tariklah sedikit pistonnya untuk
meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh darah,
bila mengenai pembuluh darah jarum dicabut, pindahkan ke
tempat lain.
e. Tekan pistonnya pelan-pelan dan suntikkan sebanyak 0,5 cc.
f. Cabut jarum dan usap bekas suntikan dengan kapas yang untuk
membersihkan kulit tersebut.
(IDAI, 2001)
2.2.9 Hal-hal yang diperhatikan
1. Vaksin diberikan secara subcutan
2. Vaksin dilarutkan dengan HCL 5 cc
3. Vaksin terhindar dari sinar matahari dan berada di tempat yang
bersuhu 2 – 8oC
4. Jangan melarutkan vaksin sebelum siap diberikan.
5. Sisa vaksin dibuang dan tidak dapat dipakai setelah 3 jam