FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 1 ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DI KELAS V C SDN No. 80/I MUARA BULIAN SKRIPSI Oleh YULIA PURNAMA SARI NIM A1D114003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018
23
Embed
ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN PEMAHAMAN ...repository.unja.ac.id/4371/1/ARTIKEL ILMIAH.pdfpelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 1
ARTIKEL ILMIAH
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME)
DI KELAS V C SDN No. 80/I
MUARA BULIAN
SKRIPSI
Oleh
YULIA PURNAMA SARI
NIM A1D114003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 2
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIC
MATHEMATICS EDUCATION (RME)
DI KELAS V C SDN No. 80/I
MUARA BULIAN
Diajukan Oleh:
YULIA PURNAMA SARI
NIM A1D114003
PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI
ABSTRAK
Sari, Yulia Purnama. 2018. “Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika
Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di
Kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian”. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Jambi,
Pembimbing: (1) Dr. Yantoro, M.Pd dan (2) Agung Rimba Kurniawan,
S.Pd,. M.Pd.
Kata Kunci: Pemahaman Konsep Matematika, Pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME).
Berdasarkan latarbelakang masalah, Masalah rendahnya pemahaman konsep
matematika siswa, terjadi di kelas V C SD Negeri 80/I Muara Bulian setelah
melakukan observasi dan kolaborasi dengan guru kelas. Berdasarkan penjelasan
guru kelas, Siswa masih bingung ketika diberi soal tetapi siswa tidak bisa
mengerjakan karena siswa tidak paham konsep matematika yang diajarkan. Siswa
tidak ada yang bertanya kepada guru ketika siswa belum memahami materi yang
diajarkan. Sehingga pada saat guru memberi soal latihan banyak siswa yang
kesulitan mengerjakan dan nilai hasil belajar siswapun rendah yang
mengindikasikan bahwa pemahaman konsep Matematika siswa rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Pemahaman Konsep
Matematika Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
di Kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian. Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang membahas tentang Bagaimana penerapan pendekatan
Realistic Mathematics Education (RME) dalam meningkatkan pemahaman
konsep matematika di kelas V C SD Negeri 80/I Muara Bulian. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan dengan 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian yang berjumlah
23 orang yang terdiri dari 13 orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-laki.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 3
Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I mengenai hasil observasi
pemahaman konsep Matematika yaitu sebesar 46,81% dan mengalami
peningkatan pada siklus II menjadi 72,28%. Hasil evaluasi tes tertulis dengan
ketuntasan klasikal 65,21% pada siklus I, dan mengalami peningkatan pada siklus
II menjadi 82,60%. Berdasarkan hasil penelitian, Peneliti lain hendaknya lebih
kritis dalam menghadapi masalah yang muncul dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam masalah pembelajaran sehingga hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai referensi dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan RME.
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pendekatan RME memiliki
peran dalam meningkatkan pemahaman konsep Matematika di kelas V C SDN
No. 80/I Muara Bulian.
1 PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika,
para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
(abstraksi).
Sesuai dengan salah satu tujuan matematika pada pendidikan adalah agar
siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika. Pemahaman konsep
sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa
dalam mempelajari matematika. Menurut Bloom (Susanto, 2013:6) “pemahaman
konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi
pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang
mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi
konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Untuk mencapai tujuan pendidikan matematika yang merupakan ilmu
abstrak, dan agar siswa dapat memahami konsep matematika, seorang guru
dituntut memiliki keterampilan dan kemampuan untuk berkreasi. Hal tersebut
bertujuan untuk mengemas pembelajaran matematika menjadi lebih menarik,
konkret, dan sesuai dengan tahap perkembangan berpikir anak dengan
menghadirkan benda atau contoh-contoh nyata yang ada disekeliling siswa,
siswa akan lebih paham tentang materi pembelajaran yang disampaikan oleh
guru sehingga setiap pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran
matematika pada siswa Sekolah Dasar tidak lagi mengutamakan pencapaian
materi, tetapi lebih mengutamakan pada bagaimana siswa dapat mengolah
informasi dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat
mempengaruhi hasil belajar ideal matematika yang harus dicapai oleh masing-
masing siswa.
Anggapan siswa yang memandang atau berfikir bahwa matematika hanya
penuh dengan rumus dan abstrak karena dengan bentuk pengajaran yang
diberikan guru di sekolah tidak menampakkan bentuk-bentuk aplikasi
matematika dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika sehingga pemahaman
konsep siswa terhadap matematika menjadi rendah.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 4
Masalah rendahnya pemahaman konsep matematika siswa, terjadi di kelas
V C SDN No. 80/I Muara Bulian setelah melakukan observasi dan kolaborasi
dengan guru kelas. Berdasarkan penjelasan guru kelas, Siswa masih bingung
ketika diberi soal tetapi siswa tidak bisa mengerjakan karena siswa tidak paham
konsep matematika yang diajarkan.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 28
September 2017 ditemukan masalah-masalah yang ada di kelas tersebut yaitu,
pada indikator pertama yaitu kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep
hitung perkalian pada pecahan , pada saat pembelajaran berlangsung guru hanya
memberi contoh di papan tulis kemudian siswa di suruh memperhatikan dan
siswa di suruh mengerjakan latihan yang ada di buku paket halaman 29. Siswa
cepat lupa mengenai pembelajaran karena pembelajaran tidak bermakna yaitu
tidak dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Dan siswa juga tidak bisa
mengungkapkan kembali apa yang telah diajarkan oleh gurunya.
Berdasarkan data hasil observasi ini didapat persentase observasi sebanyak
4 indikator dan setiap indikator terdapat 3 deskriptor yang menjelaskan setiap
point-point yang diamati. Dari point tersebut deskriptor yang memiliki
persentase tertinggi, yaitu pada deskriptor: siswa mampu menyebutkan konsep
hitung perkalian pada pecahan dengan tepat. Pada deskriptor tersebut memiliki
persentase 60,86% atau sebanyak 14 siswa yang mampu menyebutkan konsep
hitung perkalian pada pecahan dengan tepat. Sedangkan deskriptor yang
memiliki persentase terendah, yaitu pada deskriptor siswa mampu menjawab
soal dengan cepat dan tepat, siswa dapat menjawab benar apabila pernyataaan
yang diberikan itu benar, dan siswa dapat menyebutkan perkalian sesuai
konsepnya secara lisan dengan lancar. Pada masing-masing deskriptor tersebut
memiliki persentase 21,73 atau sebanyak 5 siswa.
Berdasarkan hal tersebut peneliti memberikan pretest mengenai tingkat
pemahaman konsep siswa pada tanggal 4 Oktober 2017. Siswa yang hadir saat
pretest yang peneliti lakukan berjumlah 23 orang, yang terdiri dari 10 siswa laki-
laki dan 13 siswa perempuan. Hasil pretest yang menunjukkan dari 23 orang
siswa hanya 5 orang yang nilainya di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan sekolah di dalam dokumen Guru, yaitu 65. Hal itu menunjukkan
hanya 21,7 % dari jumlah siswa yang menunjukkan rata-rata nilai sesuai KKM.
Keadaan tersebut menunjukkan belum optimalnya hasil belajar yang
mengindikasikan pemahaman konsep matematika siswa yang rendah.
Pembelajaran masih berpusat pada buku dan guru hanya memberi contoh di
depan dan siswa langsung disuruh mengerjakan soal latihan.
Masalah rendahnya pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
matematika ini tentu harus segera dilakukan sebuah tindakan supaya pemahaman
konsep matematika di kelas V C SDN No. 80/I Muara Bulian meningkat.
Pendekatan pembelajaran yang sesuai bisa menambah pemahaman konsep siswa
adalah dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematics Education
(RME). RME adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
kebermaknaan ilmu pengetahuan. Suatu ilmu pengetahuan akan bermakna bagi
pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah Realistic. Menurut
Fathurrohman (2015:189) pendekatan RME juga diberi pengertian “cara
mengajar dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelidiki dan
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 5
memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi nyata”. Hal
ini dimaksudkan agar pembelajaran bermakna bagi siswa sehingga siswa akan
memahami materi yang diajarkan oleh gurunya..
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan RME menekankan akan
pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi pengetahuan
matematika oleh siswa sendiri, dapat memberikan kesempatan siswa aktif dan
kreatif. Siswa akan lebih mudah mengingat jika mereka membangun
pengetahuan itu sendiri. Melalui konteks nyata siswa lebih mudah memahami
suatu konsep, sehingga dengan pendekatan RME diharapkan siswa akan lebih
memahami dan mengingat materi yang dipelajari, karena kebermaknaan ilmu
pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam proses belajar.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti rumuskan dalam
judul: “Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Menggunakan
Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) di Kelas V C SDN No. 80/I
Muara Bulian”.
2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoretik
2.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
2.1.1.1 Pengertian Matematika
Istilah matematika memiliki beberapa pengertian bergantung pada cara
pandang orang yang melaksanakannya. Syafri (2016:8) mengemukakan bahwa
“kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematika, awalnya diambil dari
bahasa Yunani mathematike yang artinya mempelajari. Mathematika berasal dari
kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu”. Berdasarkan asal kata
tersebut, matematika berarti ilmu pengetahuan yang di dapat dengan cara belajar
(berpikir).
Matematika merupakan kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dengan
struktur-struktur deduktif, mempunyai peran yang penting dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut BSNP (2006:147) “matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya. Dari
penjelasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa dalam belajar
matematika tidak cukup menghafal, tetapi siswa juga harus memahami konsep-
konsepnya. Dalam mempelajari konsep-konsep matematika harus berurutan,
yaitu dari konsep dasar kemudian ke konsep yang lebih tinggi agar siswa mudah
belajar.
2.1.1.2 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Kedua aspek tersebut akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan
pembelajaran berlangsung yang didalamnya akan terjadi proses interaksi antara
guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Dimyati (Susanto,
2013:186) “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar”.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 6
2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Berdasarkan lampiran Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi
dalam (Wijaya, 2012:16) mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut: (a)Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah; (b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifa,
malakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (c) Memecahkan masalah;
(d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah; (e) Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah. (Wijaya, 2012:16)
Tujuan pembelajaran matematika tersebut agar tercapai, seorang guru
seharusnya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan siswa
menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian siswa dapat membentuk
makna dari pelajaran tersebut melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksinya
dalam ingatan sehingga ilmu yang didapat tidak akan mudah lupa dan siswa akan
mudah untuk menerima materi yang telah diberikan oleh guru. Menurut Piaget
(Susanto, 2013:191) “pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan,
dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri”. Jadi, untuk mencapai tujuan
pembelajaran matematika diperlukan suatu pembelajaran yang akan membuat
siswa menemukan sendiri konsep matematika dan siswa itu sendiri yang
mengembangkan konsep matematika tersebut, sehingga siswa tidak akan mudah
lupa dan tujuan pembelajaran matematika tercapai.
2.1.1.4 Teori Belajar Matematika
a. Teori Belajar William Brownell
Menurut William Brownell (Karso,dkk, 2008:1.23) “belajar itu pada
hakekatnya merupakan suatu proses yang bermakna. Ia mengemukakan bahwa
belajar matematika itu harus merupakan belajar bermakna dan pengertian”.
Belajar matematika menurut William Brownell (Syafri, 2016:12) “belajar
bermakna, dalam arti setiap konsep yang dipelajari harus benar-benar dimengerti
sampai pada latihan atau hafalan”.
2.1.2 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai
12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Heruman, 2007:1) “mereka berada pada fase
operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan
dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun
masih terikat dengan objek yang bersifat konkret”.
2.1.3 Pemahaman Konsep Matematika
2.1.3.1 Pengertian Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman menurut Bloom (Susanto, 2013:6) “pemahaman adalah
seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 7
hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.Menurut Dorothy J.
Skeel dalam Susanto (2013:8) “konsep merupakan sesuatu yang tergambar dalam
pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu pengertian”. Menurut Gagne dalam
Karso, dkk (2008:1.29) “belajar matematika ada dua objek, yaitu objek langsung
belajar matematika dan objek tidak langsung dari belajar matematika. Objek
langsung meliputi fakta, operasi, konsep, dan prinsip. Sedangkan objek tidak
langsung mencakup kemampuan menyelidiki, memecahkan masalah, disiplin diri,
bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar”. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa konsep adalah objek tak langsung dari matematika yang dapat diperoleh
oleh siswa.
Dari penjelasan yang telah di uraikan dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep matematika adalah kemampuan menyerap arti dari suatu ide
abstrak yang dapat digunakan untuk mengelompokkan objek-objek itu termasuk
atau tidak termasuk kedalam ide abstrak yang dipelajari melalui kegiatan
mengenal, menjelaskan dan menarik kesimpulan. Dalam mengajarkan konsep
kepada siswa, guru dapat menggunakan berbagai macam sumber untuk digunakan
dalam mengajarkan konsep tersebut.
2.1.3.2 Indikator Pemahaman Konsep Matematika
Menurut Sanjaya (2009: 21) indikator yang termuat dalam pemahaman
konsep matematika adalah: (1)Mampu menyatakan ulang sebuah konsep. (2) mampu menyajikan situasi
matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan. (3) mampu
mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan
yang membentuk konsep tersebut. (4) mampu menerapkan hubungan antara konsep
dan prosedur. (5) mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang
dipelajari. (6) mampu menerapkan konsep secara algoritma. (7) mampu
mengembangkan konsep yang telah dipelajari. ( Sanjaya, 2009:21)
Dalam penelitian ini peneliti memilih indikator yang akan digunakan untuk
observasi pemahaman konsep Matematika kepada siswa antara lain:
1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep
Yaitu kemampuan siswa dapat mengungkapkan kembali apa yang telah diajarkan
oleh gurunya.
2. Kemampuan menguasai konsep
Yaitu kemampuan siswa dapat menjelaskan sebagian atau keseluruhan bahan
pelajaran dengan menggunakan bahasa atau cara mereka sendiri. Sehingga apabila
siswa telah dinyatakan paham terhadap konsep berarti siswa tersebut dapat
menyatakan sebuah konsep dengan cara mereka sendiri setelah mereka diberikan
materi pelajaran. Dengan kemampuan siswa menjelaskan, maka siswa tersebut
sudah memahami konsep dari suatu mata pelajaran yang telah diberikan meskipun
penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama persis
dengan konsep tetapi maksudnya itu sama.
3. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika
Yaitu kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat
matematis.
4. Kemampuan membedakan contoh dan bukan contoh
Yaitu kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh yang benar dan contoh
yang tidak benar dari suatu konsep. Siswa yang dapat mengerti contoh yang benar
FKIP UNIVERSITAS JAMBI Page | 8
dari suatu materi pelajaran dan dapat mengerti contoh yang tidak benar dari suatu
materi pelajaran, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut sudah paham