Aroma dupa yang khas banget wanginya dan suara lagu sembahnyang
Hindu menjadi diorama yang bisa saya bangun dikepala saya. Jadi,
ini merupakan Kuil Dewa Murugan. Nama Kuil ini adalah Kuil Palani
Andawer. Dewa Murugan sendiri adalah Dewa kebersihan. Jadi disini
gak bakal ada yang namanya bau amis atau bau gak enak. Serba
bersih, gitu kata gurgel nya (red : pendeta). Ditembok itu ada
seperti cerita perjalanan Dewa Murgan ini. Mulai dari kecil sampai
beliau dewasa. Untuk peralatan sembahyang, mereka punya Alka.
Diatas Alka yang berbentuk sperti meja kecil, ada beberapa sajian
untuk Dewa Ganesha dan sebuah arca burung Camar di alka yang lain.
Untuk waktu sembahyang, ada sebuah arca Dewa Murgan berukuran
sedang yang mana arca tersebut hanya dibuka tirainya diwaktu
pelaksanaan ibadah yang ditandai dengan bunyi lonceng 9x.
Selain itu, saya tertarik pada ornamen Nandi yang ternyata punya
tempat istimewa bagi kaum Hindu. Selama ini kan orang mikir kalo
Sapi adalah Tuhan orang Hindu, sebenarnya itu keliru. Sapi atau
yang disebut Nandi adalah hewan yang sangat berjasa. Bayangkan,
kita semua rata rata minum susu sapi kan? Secara gak langsung,
Nandi juga ikut menghidupi kita manusia. Maka dari itu, kaum Hindu
sangat menghormati Nandi.
Stuktur & Makna Pura di Bali berdasarkan Asta
Kosala-Kosali
Konsep bangunanPuradi Bali mengacu pada pemahaman umatHindu
Baliterhadap Alam dan ajaran agama Hindu. Konsep pembuatan
arsitektur Pura mengacu padaSastra/Lontar Asta Kosala-Kosaliyang di
dalamnya terdapat falsafah perwujudan arsitektur Pura yaituTri Hita
Karana, Panca Maha Bhuta, Nawa Sanga.Ketiga falsafah tersebut
menjadi dasar pembuatan arsitektur Pura yang di dalamnya terdapat
suatu pemahaman mengenai alam yang dikaitkan dengan kepercayaan
umat Hindu, seperti keterlibatan pengaruh Dewa- dewa yang terdapat
pada setiap penjuru mata angin. Selain itu, bangunan Pura juga
memiliki satuan ukur bangunan yang mengacu pada ukuran anatomi
manusia itu sendiri.Hal tersebut mengacu pada logika manusia
sebagai pengguna bangunan. Pemahaman tentang alam juga
mempengaruuhi struktur Pura yang dilihat dari denahnya juga mengacu
pada pemahaman masyarakat Hindu Bali mengenai pembagian alam.Pada
umumnya struktur atau denah pura di Bali dibagi atas tiga bagian,
yaitu:Jabapura atau jaba pisan (halaman luar), jaba tengah (halaman
tengah) dan jeroan (halaman dalam).Di samping itu ada juga pura
yang terdiri dari dua halaman, yaitu: jaba pisan (halaman luar) dan
jeroan (halaman dalam) dan ada juga yang terdiri dari tujuh halaman
(tingkatan). Pembagian halaman pura ini, didasarkan atas konsepsi
makrokosmos (bhuwana agung), yakni : pembagian pura atas 3 (tiga)
bagian (halaman) itu adalah lambang dari triloka, yaitu: bhurloka
(bumi), bhuvaaloka (langit) dan svaaloka (sorga). Pembagian pura
atas 2 (dua) halaman (tingkat) melambangkan alam atas (urdhaa) dan
alam bawah (adhaa), yaitu akauadan pativi.Sedang pembagian pura
atas 7 bagian (halaman) atau tingkatan melambangkan Saptaloka yaitu
tujuh lapisan/tingkatan alam atas, yang terdiri dari: bhurloka,
bhuvaaloka, svaaloka, mahaoka, janaloka, tapaloka dan satyaloka.
Dan pura yang terdiri dari satu halaman adalah simbolis dari
ekabhuvana, yaitu penunggalan antara alam bawah dengan alam atas.
Pembagian halaman pura yang pada umumnya menjadi tiga bagian itu
adalah pembagian horizontal sedang pembagian (loka) pada
pelinggih-pelinggih adalah pembagian yang vertikal. Pembagian
horizontal itu melambangkan prakati (unsur materi alam semesta)
sedangkan pembagian yang vertikal adalah simbolis puruua (unsur
kejiwaan/spiritual alam semesta). Penunggalan konsepsi prakati
dengan puruua dalam struktur pura adalah merupakansimbolis dari
pada Super natural power.Pemahaman masyarakat Hindu terhadap
keyakinannya jelas tercermin ke dalam konsep bangunan Pura. Dilihat
dari struktur pembagian denah Pura maupun bangunan yang ada di
dalamnya merupakan cerminan dari pengertian alam yang di pahami
masyarakat Hindu Bali. Hal tersebut dilakukan karena masyarakat
Hindu Bali menginginkan suatu keseimbangan hubungan antara manusia
dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Sang Hyang
Widi Wasa agar kebahagiaan dapat tercapai bagi seluruh
manusia.Sebagian besar pura di Bali menggunakan struktur denah Pura
Tri Mandala, yaitu :1) Nista MandalaNista Mandala atau yang biasa
disebut jaba pisan adalah bagian terluar dari arsitektur Pura.
Bagian ini merupakan bagian Nista atau kotor dan tidak sakral dari
sebuah pura. Setiap orang dapat memasuki bagian ini. Bangunan yang
terdapat pada mandala ini diantaranya : Bale Kulkul, sebagai tempat
kentongan digantung, Bale Wantilan, yaitu balai tempat pementasan
kesenian yang diadakan di dalam pura, kemudian Bale Pawaregan yaitu
bangunan yang digunakan sebagai dapur tempat sesaji dibuat, dan
Lumbung yaitu bangunan yang digunakan untuk menyimpan beras.2)
Madya MandalaMadya Mandala atau biasa disebut jaba tengah, adalah
bagian tengah dari arsitektur Pura. Bagian madya mandala adalah
bagian dalam pura yang sakral. Pada bagian ini umat Hindu sudah
mulai terfokus untuk menghadap Sang Hyang Widi Wasa. Biasanya pada
areal ini terdiri dari bangunan Bale Agung (Balai Panjang), Bale
Pagongan (Balai tempat gamelan), selain itu juga terdapat Bale
Panyimpenan (ruangan tempat menyimpan barang-barang berharga Pura)
biasanya di atas pintu masuk bale panyimpenan terdapat karang
Bhoma,yang berfungsi untuk menjaga barang-barang yang berada dalam
ruangan tersebut.3) Utama MandalaUtama Mandala atau jeroan adalah
bagian terdalam dan tersuci/tersakral dari sebuah Pura. Pada bagian
Utama ini, umat diharuskan benar-benar fokus untuk menghadap Sang
Hyang Widhi dengan meningggalkan nafsu keduniawiannya. Di bagian
ini terdapat pelinggih-pelinggih seperti padmasana untuk
menstanakan Sang Hyang Widhi (sebagai Trimurthi atau Tripurusa)
atau pelinggih-pelinggih lain untuk pemujaan roh leluhur. Selain
bangunan pelinggih, juga terdapat bale Piasan, dan bangunan
Panglurah (bangunan yang menempatkan pangawal Sang Hyang Widhi).
Untuk memasuki jeroan, umat Hindu satu persatu masuk melalui pintu
pada Kori Agung yang dijaga oleh Karang Bhoma. Biasanya jika tidak
ada upacara keagamaan, umat Hindu memasuki jeroan lewat
bebetelan.Makna Bangunan yang terdapat di dalam Pura1. Candi
BentarCandi Bentar merupakan pintu masuk yang membatasi antara
bagian Nista Mandala dengan bagian luar Pura. Candi Bentar dianggap
sebagai perwujudan dari pangkal gunungMaha Meru, oleh karena itu
dianggap kurang sakral daripada Kori Agung. Biasanya area sirkulasi
dari candi bentar dibuat lebar. Hal ini dimaksudkan agar para umat
Hindu datang dengan leluasa. Candi Bentar juga merupakan pintu
masuk yang membatasi Nista Mandala dengan Madya Mandala, biasanya
area sirkulasinya sama dengan Candi Bentar sebelumnya yang
membatasi antara Nista Mandala dengan bagian luar Pura.
Ruangan/pintu candi bentar dibuat agak lebar,dimaksudkan agar umat
dapat lebih banyak masuk jaba tengah sekaligus. Juga mengandung
arti umat boleh dengan leluasa keluar masuk dari jaba sisi ke jaba
tengah atau sebaliknya. Bangunan ini merupakan sebagai pintu masuk
penyaring atau penanda dimana setelah melewati pintu masuk ini,
umat Hindu sudah mulai melepaskan keduniawiannya.2. Kori
AgungMerupakan pintu masuk dan batas wilayah antara jaba tengah
(Madya Mandala) dengan jeroan (Utama Mandala). Ruang/pintu tempat
masuk sengaja dibuat kecil, hanya cukup untuk satu orang. Diatasnya
terdapat ornament berupa karang Boma, dan dijaga oleh dua buah
patung Dwara Pala. Hal ini mengandung pengertian untuk masuk jeroan
(Utama Mandala), tidak setiap orang bebas leluasa melainkan masuk
satu persatu,maksudnya agar mereka yang masuk ke dalam jeroan atau
(Utama Mandala) benar-benar orang yang satu antara bayu
(tenaganya), Sabha (perkataannya), Idep (pikirannya), dan bulat
tertuju hanya untuk memuja Tuhan.3. PadmasanaPadmasana yang
dikembangkan olehDanghyang Nirartha atau Pedanda Sakti Wawu Rauh.
Ia seorang sastrawan Majapahit sekaligus pendeta yang
memperkenalkan arsitektur pura. Beliau datang ke Bali untuk
menyebarkan agama HinduSiwa Sidhantapada abad ke-15 ketika
kekuasaan kerajaan Majapahit mulai memudar.Ajarannya yang pertama
adalah mendirikan padmasana di setiap komplek pura maupun pamerajan
sebagai tempat pemujaan Sang Hyang Widhi Wasa. Pembangunan
padmasana ini dilakukan untuk memperbaiki kesalahan persepsi
masyarakat terhadap Sang Hyang Widhi. Sebelumnya masyarakat Bali
membuat pelinggih dari bambu atau pohon pinang yang tidak permanen
dan biasanya dicabut kembali setelah upacara selesai.Hal tersebut
menyababkan timbulnya pura-pura fungsional yaitu pura yang memiliki
fungsi khusus, sebagai contoh : Pura Ulun Siwi untuk menyembah-Nya
sebagai penguasa kemakmuran, Pura Melanting untuk menyembah-Nya
sebagai penguasa pasar dan sebagainya. Timbulnya pura-pura tersebut
menyebabkan persepsi bahwa Tuhan itu banyak. Maka Danghyang
Nirartha menganjurkan pendirian padmasana untuk memperbaiki
persepsi yang salah tersebut.Sebutan Padmasana berasal dari
kataPadma yang berarti bunga Teratai, dan Asana berarti sikap yang
terbaik dalam memuja. Teratai/Padma adalah salah satu simbol
kesucian dalam agama Hindu, karena bunga Teratai ini dianggap dapat
bertahan hidup walaupun hidupdalam lumpur, tidak sedikitpun lumpur
yang menempel pada bunganya. Dengan tidak adanya kotoran yang
melekat ini merupakan simbol bahwa kesucian itu akan bebas dari
segala kemelekatan atau noda.Pada bagian kepala/sari terdapat
Singghasana seperti kursi yang diapit olehnaga tatsaka. Pada bagian
belakangnya terdapat ulon yang bagian tengahnya terdapat ukiran
lukisanSang Hyang Acintyasebagai simbol perwujudan Ida Sang Hyang
Widhi. Lukisan ini menggambarkan sikap tari dari dewa Siwa yang
disebut dengan Siwa Natyaraja dalam menciptakan alam
semesta.Sebenarnya posisi Padmasana adalah sikap duduk bersila
dengan kedua telapak kaki dilipat ke atas, sehingga tampak seperti
posisi yang berbentuk lingkaran. Hal ini tidak sesuai dengan apa
yang terlihat di lapangan bahwa pada puncak padmasana terdapat
Singghasana yang berupa kursi berkaki empat. Jadi nama Padmasana
sebenarnya digunakan karena isi dari pedagingan yang ditanamkan
pada puncak bangunan tersebut berupa padma yang terbuat dari emas.
Sedangkan pada padmasana yang menggunakan Bhedawang Nala,
pedagingan berjumlah tiga buah, yang ditanamkan pada dasar, tengah,
dan puncak.Fungsi utama padmasana adalah sebagai tempat pemujaan
Tuhan Yang Maha Esa atau Sang Hyang Widhi Wasa sehinggatidak ada
padmasanayang dijadikan sebagai pemujaan roh leluhur. Pelinggih
padmasana adalah simbol stana Sang Hyang Widhi dengan berbagai
sebutan, yaitu Sanghyang Siwa Raditya, dalam manifestasi yang
terlihat atau dirasakan manusia sebagai matahari atau surya dan
Sanghyang Tri Purusa dalam tiga manifestasi yaitu sebagai Siwa,
Sada Siwa, dan Parama Siwa. Oleh karena itu, padmasanamerupakan
pelinggih yang digunakan oleh umat Hindu sekte Siwa Sidhanta karena
sentral manifestasi Hyang Widhi yang menjadi pujaan utama adalah
sebagai Siwa.Berdasarkan tata letak, padmasana dibedakan
berdasarkan arah mata angin, yang terbagi menjadi sembilan jenis,
yaitu :1. Padma Kencana, di timur (purwa) menghadap ke barat
(pascima)2. Padmasana, di selatan (daksina) menghadap ke utara
(uttara)3. Padmasari, di barat (pascima) menghadap ke timur
(purwa)4. Padma Lingga, di utara (uttara) menghadap ke selatan
(daksina)5. Padma Asta Sedhana, di tenggara (agneya) menghadap ke
barat laut (wayaba)6. Padma Noja, di barat daya (nairity) menghadap
ke timur laut (airsaniya)7. Padma Karo, di barat laut (wayabya)
menghadap ke tenggara (agneya)8. Padma Saji, di timur laut
(airsanya) menghadap ke barat daya (nairity)9. Padma Kurung, di
tengah-tengah pura (madya) menghadap ke pintu masuk/keluar
(pemedal)Pemilihan letak padmasana berdasarkan pertimbangan letak
pura dankonsep hulu-teben. Dikarenakan manusia sulit membayangkan
Hyang Widhi, maka Hyang Widhi dianggap seperti organ tubuh manusia
yaitu memiliki kepala, badan, dan kaki. Kepala dikatakan sebagai
hulu, badan sebagai madya dan kaki sebagai teben. Yang utama selalu
berada di hulu. Hal tersebut mempengaruhi pembagian mandala pada
pura yang dibagi menjadi bagian nista, madya, utama. Hulu teben
memakai dua acuan yaitu timur sebagai hulu dan barat sebagai teben,
atau gunung sebagai hulu dan laut sebagai teben.Sedangkan
berdasarkan bentuk pepalihan (undakan) dan rong (ruang) bangunan
padmasana terdiri dari :1. Padma Anglayang, bangunan padmasana yang
memakai Bhedawang Nala, bertingkat tujuh / berpalih tujuh dan di
puncaknya terdapat tiga ruang. Digunakan selain sebagai tempat
distanakannya Sang Hyang Siwa Raditya atau Sang Hyang Tripurusa,
juga Trimurti2. Padma Agung, memakai dasar Bhedawang Nala,
bertingkat lima/ berpalih lima dan di puncaknya terdapat dua ruang.
Dipakai sebagai tempat distanakannya Sang Hyang Siwa Raditya atau
Sang Hyang Tripurusa, juga stana Ardanareswari yaitu
kekuatan/kesaktian Hyang Widhi sebagai pencipta segala yang berbeda
misalnya, lelaki-perempuan, siang-malam, kiri-kanan dan
seterusnya.3. Padmasana, memakai dasar Bhedawang Nala, bertingkat
lima/ berpalih lima dan di puncaknya terdapat satu ruang. Digunakan
selain sebagai stana Sang Hyang Siwa Raditya atau Sang Hyang
Tripurusa, juga sebagai stana Sang Hyang Tunggal yaitu Hyang Widhi/
Yang Maha Esa.4. Padmasari, tidak memakai dasar Bhedawang Nala,
bertingkat/ berpalih tiga dan di puncaknya terdapat satu ruang.
Digunakan hanya untuk stana Sang Hyang Siwa Raditya atau Sang Hyang
Tripurusa.5. Padma Capah, tidak memakai dasar Bhedawang Nala
bertingkat/berpalih dua dan di puncaknya terdapat satu ruang.
Digunakan sebagai Baruna (Dewa Lautan)4. GedongBentuknya serupa
dengan tugu hanya bagian kepalanya terbuat dari konstruksi kayu,
atapnya alang-alang, ijuk atau bahan-bahan penutup lain mengikut
bentuk dan fungsinya. Bagian badan dan kaki, pasangan batu halus
tanpa atau sedikit perekat siar-siar pasangan. Denah bujur sangkar
dengan ukuran sisi dasar sekitar 1m dan tinggi sekitar 3m.Fungsi
Gedong beragam sesuai dengan tempatnya di pamrajan, pura, kahyangan
atau dilain tempat tertentu. Tata letak gedong, bentuk konstruksi
atap dan ketentuan lain mengikut fungsi gedong tersebut. Pemakaian
bahan, penyelesaian konstruksi dan hiasannya sesuai dengan
tingkatan utama, madya dan sederhana dari suatu pura yang
ditempatinya.Terdapat juga gedong kembar dengan dua ruangan dan
gedong tiga ruangan atau rong telu untuk kemulan di sanggah atau
pamerajan. Gedong dengan atap bertumpang disebut gedong sari untuk
kahyangan jagat dari suatu pura tertentu.Dasar ukuran gedong,
proporsi berbaturan dan rangka ruangnya didasarkan pada ketentuan
tradisional. Bentuk penyelesaian, bagian-bagian dan hiasannya
bervarisi mengikuti kreasi logika dan estetika perancangnya.5.
MeruBentuk Meru menonjolkan keindahan atap bertingkat-tingkat yang
disebut atap tumpang. Jumlah tumpang atap selalu ganjil, yaitu
tumpang 3, 5, 7, 9, dan tumpang 11 yang tertinggi. Keindahan
banguanan meru timbul dari ketepatan proporsi, teknik konstruksi
dan hiasannya. Tata letak meru di suatu pura adalah di halaman
jeroan bagian utara. Meru umunya menghadap kearah barat di sisi
timur sebagai tempat pemujaan utama. Menurut mitologi Hindu, Meru
merupakan nama sebuah gunung di Sorgaloka. Salah satu puncaknya
disebut Kailasa, yang merupakan tempat bersemayamnya Bhatara Siwa.
Gunung tersebutlalu diturunkan ke dunia menjadi gunung Himalaya di
India, GunungMahamerudi Jawa, dan gunung Agung di Bali.6.
Pelinggih-pelinggih RuntutanMeru, Padmasana, Gedong dan Kemulan
merupakan bangunan-bangunan pelinggih tempat pemujaan utama.Untuk
bangunan pelengkap dengan fungsi tertentu di suatu Pura atau
Pamerajan dibuat bangunan-bangunan runtutan sebagai berikut : Tajuk
atau pepelik ; bentuk dan konstruksinya serupa bangunan gedong
terbuka tiga sisi ke depan dan sisi samping. Fungsinya untuk
penyajian sarana dan perlengkapan upacara. Bangunan dan paliangan ;
bentuk dan konstruksinya serupa dengan gedong, sedikit lebih besar
dan ada yang memakai tiang jajar. Fungsinya untuk menstanakan
symbol-simbol dan saran upacara. Taksu nenggeng ; semacam gedong
bertiang satu dan taksu nyangkil semacam gedong ruang dua empat
tiang, dua tiang gantung di tepi kanan. Manjangan salu wang ;
Serupa dengan gedong, terbuka tiga sisi, didepan memakai tiang
tengah dengan kepala manjangan. Gedong Mas Catu dan Mas Sari ;
bentuk dan konstruksinya sama dengan gedong. Mas Catu puncak
atapnya tumpul dan Mas Sari puncaknya kerucup lancip. Fungsinya
untuk tempat pemujaan Sri Sedana, harta kekayaan untuk
kesejahteraan. Gedong Agung, Gedong Ibu dan Gedong Batu ; bangunan
gedong besar dengan dinding batu berhias ornament pepalihan.
Fungsinya tempat pemujaan leluhur di sanggah dan pamerajan.
Terdapat juga di Pura Kahyangan Tiga. Selain bangunan-bangunan itu
terdapat juga bangunan-bangunan yang digunakan sebagai pelengkap
upacara, yaitu ; Bale Piyasan :sebuah bangunan tipe sakepat,
sakenem, astasari, atau sakaroras sesuai dengan besarnya tingkatan
pura. Fungsinya untuk tempat penyajian sarana-sarana upacara.
Terbuka pada keempat sisinya. Letaknya di sisi barat halaman atau
sisi lain menghadap meru, gedong atau padmasana. Atap dari
alang-alang dan bahannya dari klas khusus untuk bangunan pemujaan.
Bale Pawedaan : bangunan sakepat atau lebih besar, letaknya di sisi
sehadapan dengan bangunan pemujaan. Bale Pawedaan dibangun di
pura-pura besar yang sering menyelenggarakan upacara tingkat utama.
Pewaregan Suci, letaknya di Jaba tengah atau jaba sisi. Bentuk
bangunannya memanjang deretan tiang dua-dua,luas bangunan
tergantung keperluan dari besarnya suatu pura. Fungsi bangunan
untuk dapur mempersiapkan keperluan sajian upacara di Pura yang
jauh dari desatempat pemukiman. Bale Gong, terletak di jaba tengah
atau jaba sisi, bangunan tanpa balai-balai jajaran tiang tepi tanpa
tiang tengah. Fungsi bangunan untuk tempat menabuh gamelan gong
atau gamelan lainnya. Bale Kul-kul, letaknya di sudut depan
pekarangan pura. Fungsinya untuk tempat kulkul yang dibunyikan
awal, akhir dan saat tertentu pada upacara. Penggunaan, letaknya
dibagian selatan menghadap ke utara atau jabaan. Bentuk bengunan
sederhana, fungsinya untuk tempat penyajian banten upacara.Pura
dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis, namun walaupun demikian,
tidak mempengaruhi bentuk fisik dari pura tersebut. Pengelompokkan
adalah sebagai berikut :a. Berdasarkan Fungsinya Pura Jagat, yaitu
Pura yang berfungsi sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa
atau Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasinya atau dengan
segala perwujudannya. Pura Kawitan, yaitu Pura sebagai tempat suci
untuk memuja roh suci leluhur. Masyartakat Bali percaya bahwa
setelah melalui upacara penyucian, roh leluhur memasuki alam
dewata. Secara fisik tidak terlihat perbedaannya, tetapi hal
tersebut dapat dibedakan dengan pedagingannya.b. Berdasarkan pemuja
pura Pura yang penyungsungnya atau pemujanya berasal dari satu
keluarga atau mempunyai hubungan darah. Kelompok Pura ini adalah
Sanggah, sebutan untuk golongan jaba (diluar Tri Wangsa), Pemerajan
(sebutan untuk golongan Tri Wangsa), Dadia dan Kawitan. Pura yang
penyungsungnya atau pemujanya berasal dari satu wilayah atau
teritorial yang sama. Kelompok Pura ini pura Kahyangan Tiga (Pura
Desa dan Bale Agung, Pura Puseh, Pura Dalem). Pura Kahyangan Tiga
memiliki tiga macam Pura yang masing-masing merupakan tempat
pemujaan Trimurthi (perwujudan Sang Hyang Widhi), yaitu; Pura yang
diperuntukkan untuk memuja Dewa Brahma, yaitu perwujudan Ida Sang
Hyang Widhi sebagai pencipta alam semesta. Pura ini letaknya di
pusat desa dan biasa disebut sebagai Pura Desa. Pura yang
diperuntukkan untuk memuja Dewa Wisnu, yaitu perwujudan Ida Sang
Hyang Widhi sebagai pemelihara alam semesta. Pura ini disebut Pura
Puseh dan letaknya berdekatan dengan Pura Desa atau satu tempat
dengan Pura Desa. Pura yang diperuntukkan untuk memuja Dewa Siwa,
yaitu perwujudan Ida Sang Hyang Widhi sebagai Sang Pelebur. Pura
ini disebut Pura Dalem, dan biasanya terletak di dekat kuburan
desa, di tepi, atau di luar desa. Pura yang penyungsungnya atau
pemujanya mempunyai kepentingan yang sama atau fungsional. Pura ini
biasa disebut sebagai Pura Pengulu. Pura ini diperuntukkan bagi
umat Hindu yang memiliki profesi yang sama, sebagai contoh petani,
nelayan, dan lain-lain. Pura yang penyungsungnya atau pemujanya
mempunyai ikatan keagamaan secara umum untuk seluruh umat tidak ada
batasannya. Kelompok Pura ini adalah Pura Sad Kahyangan (Pura
Besakih, Pura Lempuyang, Goa Lawah, Pura Luhur Uluwatu, Pura Bukit
Pengelengan, Pura Watukaru), Pura Kahyangan jagat (Pura Batur, Pura
Andakasa, Pura Tanah Lot, Pura Pulaki, dan lain lain termasuk Pura
Sad Kahyangan di atas) yang tersebar di seluruh Bali. Biasanya Pura
Sad Kahyangan dijadikan tempat untuk mengadakan upacara yang
diperuntukkan untuk alam, seperti hutan, kebun, ladang, gunung,
laut, danau, dan lain-lain.c. Pura Penunggu,yaitu Pura yang sengaja
dibangun di tempat-tempat yang dianggap angker atau ada
penunggunya, seperti goa,lokasi tempat terjadi kecelakaan, dekat
pohon besar yang dianggap angker, dan lain-lain.Sebagai bagunan
suci, Pura merupakan sarana peribadatan bagi umat Hindu dalam
usahanya melakukan penyerahan diri dan mendekatkan diri kehadapan
Sang Hyang Widhi Wasa sehingga dapat meningkatkan kualitas umat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Di tempat suci
seperti Pura, diharapkan manusia dapat mengembangkan dirinya untuk
saling mengenal diantara sesama umat sehingga kerukunan intern umat
Hindu dapat terwujud.Pura digunakan oleh umat Hindu untuk melakukan
upacaraupacara yang bersifat keagamaan. Secara keseluruhan,
kegiatan upacara dapat dibagi menjadi lima macam upacara
(Panca-Yadnya). Panca Yadnya merupakan lima pokok penuntun
pelaksanaan upacara yadnya di Bali.GAYATRI MANTRA PENANGKAL ampuh
BLACK MAGIC
Ya Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta,jauhkanlah kami
dari segala kejahatan danbimbinglah kami memperoleh yangbermanfaat
bagi kamiYajurveda XXX.3.Adayang mengatakan agama Hindu sangat
dekat dengan magic khususnya black magic, karena Hindu memuja dewi
Durga! Bukankah Durga adalah ratunya para leyak? Kami terkejut
mendengar pernyataan ini. Bahwa agama Hindu dinyatakan sebagai
agama yang sangat dekat dengan black magic. Hindu Dharma atau agama
Hindu meliputi cakupan yang sangat luas. Berbagai aspek kehidupan
mendapat bimbingan dari ajaran Hindu. Agama Hindu senantiasa
mengajarkan umat-Nya untuk senantiasa berbuat baik, menjauhkan diri
dari segala bentuk kejahatan termasuk juga niat untuk berbuat
jahat.Kitab suci Veda, khususnya Atharvaveda dengan tegas menolak
atau menjauhkan umat manusia dari kecendrungan untuk berbuat jahat.
Mantram-mantram Veda selalu memberikan bimbingan dan perlindungan
kepada umat-Nya. Kenyataannya masih saja ada manusia berbuat jahat.
Memang dalam agama Hindu Tuhan Yang Maha Esa menciptakan alam
semesta dan segala isinya dalam dua kondisi, positif dan negatif,
baik buruk jujur dan jahat dan lain sebagainya.Kejahatan atau
seseorang berbuat jahat menurut agama Hindu dipengaruhi oleh aspek
negatif (Krodha) dari Tuhan Yang Maha Esa. Ketika Tuhan Yang Maha
Esa menciptakan umat manusia, maka diciptakan pula Bhuta, Kala,
Raksasa, Pisaca dan lain-lain yang akan mengganggu umat manusia.
Penguasaan atau pengendali dari mahluk-mahluk ini Rudra, Durga atau
Gana. Supaya umat manusia jangan sampai dikuasai oleh mahluk-mahluk
atau kekuatan-kekuatan yang menyesatkan itu, setiap orang dituntut
untuk mendekatkan diri dengan Tuhan yang Maha Esa. Dalam Hindu
Tuhan Yang Maha Esa dipuja melalui berbagai
menifestasi-manifestasi-Nya. Diantara berbagai manifestasi atau
Udbhava-Nya, maka manifestasi utama-Nya adalah sebagai Brahma,
Visnu dan Siva dan ketiganya sering disubut dengan istilah Tri
Murti (tiga perwujudan). Masing-masing dari manifestasi utama-Nya
itu memiliki power, sakti atau kekuatan untuk menciptakan,
memelihara dan melebur seluruh jagat raya, maka Brahma saktinya
adalah Sarasvati, dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, Visnu,
saktinya adalah Sri dan Laksmi, dewi kemakmuran dan kebahagiaan dan
Siva dengan saktinya Durga atau Parvati.Kata Rudra artinya yang
sangat menakutkan sedang kata Durga artinya yang sulit di atasi.
Rudra adalah aspek Krodha dari Tuhan Yang Maha Esa. Iringan para
Rudra adalah para Marut (Maruta), Bhuta, Kala, Raksasa, Pisaca,
Asura dan lain-lain. Kekuatan-kekuatan negatif yang cenderung
destruktif ini perlu pengendalian sehingga tidak menghancurkan umat
manusia, untuk itu umat manusia dituntut untuk selalu mendekatkan
diri dengan Tuhan Yang Maha Esa, Hayng Widhi atau Siva Mahadeva
untuk keselamatannya.Dalam agama Hindu Tuhan Yang Maha Esa
digambarkan dalam dua aspek, yaitu aspek Santa (damai) dan aspek
Krodha (marah). Demikian pula dewa Dharma adalah Yama pada saat
mengadili orang-orang yang baik yang mengantarkannya mencapai
sorga, tetapi sebaliknya bagi orang-orang jahat, Dharma adalah Yama
yang mengerikan yang mengantarkan orang menuju neraka. Baik aspek
Krodha maupun Santa dipuja oleh umat Hindu. Aspek Santa Tuhan Yang
Maha Esa, misalnya Siva adalah Tuhan Yang Mahaesa yang
menganugrahkan keberuntungan atau kerahayuan (the asupicious God),
tetapi sebaliknya Ia menjadi Rudra yang sangat menakutkan, demikian
pula Parwati adalah dewi yang maha kasih, tetapi Ia adalah Durga,
dewi yang sangat menakutkan bagi pelaku perbuatan jahat.Walaupun
Durga adalah dewi yang menakutkan, tetapi umat Hindu juga memuja
dewi ini. Dewi Durga atau Sang Hyang Rudra menganugrahkan kekuatan
atau prana kepada umat manusia. Prana atau power ini dapat didaya
gunakan untuk hal-hal yang positif, misalnya kita jumpai dalam
ajaran Yoga atau Tantra. Power yang dimiliki dapat berubah menjadi
negatif atau black magic bila digunakan untuk tujuan-tujuan yang
bertentangan dengan agama. Power yang diselewengkan inilah menjadi
ajaran yang kita kenal di Bali dengan berbagai nama di antaranya
adalah "Ajiwegig", ilmu untuk mencelakakan orang. Dalam "Ajiwegig"
ini kekuatan Bhuta, Kala, Dengan, Desti dan sebagainya didaya
gunakan dan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tersebut. Umat yang
lemah Sraddha atau imannya, maka akan mudah ditundukkan oleh
kekuatan-kekuatan negatif yang mencelakkan ini.Gayatri Mantram
Penangkal yang ampuhDi antara ribuan mantram Veda yang merupakan
sabda Tuhan Yang Maha Esa yang diterima oleh para Maharesi, maka
Gayatri Mantra (mantra pertama dari puja Tri Sandhya) disebut
sebagai mantra yang sangat bertuah dan paling ampuh dalam mengatasi
berbagai persoalan hidup. Gayatri Mantra di dalam Atharvaveda (XIX)
disebut sebagai Vedamata, ibu dari kitab suci Veda. Disebutkan pula
bahwa Gayatri bersemayam pada setiap hati sanubari yang suci. Para
Resi dan segenap umat manusia memuja keagungan-Nya yang
menganugrahkan panjang umur, keturunan, binatang ternak yang subur,
kekayaan dan cahaya spiritual. Brahman sebagai yang menganugrahkan
mantram Gayatri yang bersifat gaib dijelaskan pula oleh kitab-kitab
Vedanta. Gayatri sebagai ibu dari Chanda (metrum) Veda senantiasa
memberi anugrah kepada penyembahnya. Gayatri adalah Sarasvati yang
menjadi obyek pemujaan pada senja hari, membebaskan segala dosa
yang dilakukan pada siang hari sebelumnya dan malam sesudahnya.
Gayatri intisasi dari kekuatan maha kasih, menaklukkan kekuatan
negatif, penuh cahaya gemerlapan. Gayatri adalah wujud semua
dewata. Gayatri adalah kebenaran mutlak yang disimbolkan dengan
Pranava adalah Savitri, adalah Sarasvati. Ia bersthana pada tiap
hati penyembahnya.Lebih jauh tentang Gayatri, di dalam Mahabharata
(Bhismaparva IV.19) dinyatakan: Ia yang mengetahui dan
merealisasikan kebenaran dan kesuciann Gayatri mantram memiliki
segala kebajikan, ia tidak terbelenggu oleh keduniawian yang
menghancurkan.Bagaimanakah Gayatri dapat berfungsi sebagai
penangkal Black Magic, marilah kita pendapat seorang Yogi besar
pada abad ini, Swami Sivananda sebagai berikut: "Dari seluruh
mantram yang sangat tinggi dan terpenting yang merupakan kekuatan
dari segenap tenaga, maha besar adalah Gayatri Mantram. Hal inilah
yang mendorong setiap orang yang mencari kebenaran sejati yang
meyakini keampuhan, kekuatan dan keagungan mantram ini yang tidak
membedakan seseorang dalam kelahiran, kepercayaan, sekta dan
perbedaan lainnya. Hanyalah satu keyakinan dan kesucian hati dapat
merealisasikannya. Sungguh Gayatri Mantram adalah senjata dan
benteng spiritual yang benar-benar tangguh yang menjaga dan
melindungi Sadhaka-Nya (yang melakukan praktek Gayatri/Gayatri
Sadhana), yang mentransformasikan (mengubah perilaku) menjadi suci
dan dirahmati dengan cahaya spiritual yang terang benderang. Apapun
Istadevata (dewa pujaan) anda, dengan secara teratur melakukan Japa
Gayatri (mengucapkan berulang-ulang mantram Gayatri) dengan sarana
Japamala (tasbih) setiap hari, Tuhan Yang Maha Esa akan
menganugrahkan kebajikan, ketentraman dan kebahagiaan di dunia ini
maupun di alam sana. Adalah anggapan yang keliru bahwa mantram ini
hanya digunakan oleh para Pandita saja. mantram ini dapat dipakai
secara universal, mantram ini ditujukan kepada Yang Maha Agung.
Mantram ini adalah satu-satunya mantram yang membimbing menuju
cahaya spiritual yang transendental bagi kemanusiaan. Mantram ini
adalah mantram yang paling luhur dari semua mantram, adalah Brahman
itu sendiri. Mantram ini diakui dan diterima oleh segenap atau
berbagai macam siswa kerohanian, ada yang meyakini sebagai pemujaan
kepada dewi Durga, Hari, Asditya, dan juga sebagai yang maha murni,
Brahman yang Nirguna. Cahaya kerohanian akan memancar bagi para
Brahmacari, memberikan dorongan, kesejahtraan dan ketentraman bagi
para Grhastha (bagi yang berumah tangga). Demikian pula kekuatan
dan kebahagiaan bagi Vanaprastha (yang mengurangi ikatan
keduniawian). , juga sejak Brahmacari dengan upacara Upanayana
(penganugrahan mantram Gayatri pertama kali oleh guru) sampai
seseorang menjadi sannyasin (Yogi). Gayatri mantra merupakan
pembimbing, pendorong dan pemberi kekuatan sepanjang hidup.Bagi
uamt Hindu di India, sejak bayi baru lahir (sehabis dimandikan oleh
perawat), seorang rohaniwan atau orang tuanya (bapak atau pamannya)
membisikkkan mantram Gayatri pada masing-masing lobang telinga
kanan dan kiri. Anak yang mendapat bisikan mantram sejak lahirnya,
akan sehat dan cerdas dan patuh kepada orang tuanya. Demikian pula
bagi yang dalam keadaan sakit, mendapatkan halangan (kecelakaan),
mimpi buruk, tidak mendapatkan pekerjaan, tidak memperoleh
anak.keturunan atau yang menginginkan anak laki-laki atau perempuan
dianjurkan untuk merapalkan dengan kekhusukkan dan kesucian hati
mahon karunia Sang Hyang Widhi melalui mantram Gayatri yang sangat
utama ini.Bila seseorang terlatih melakukan pemujaan dan Japa
Gayatri, maka mantram Gayatri akan berfungsi sebagai Kavaca (baju
spiritual) yang melindungi tubuh seseorang dari berbagai penyakit
dan pikiran-pikiran jahat. Demikian pila bila di rumah seluruh
keluarga mantap melakukan puja Tri Sandhya dan Japa Gayatri, maka
mantram ini berfungsi sebagai Panjara (benteng) yang melindungi
keluarga yang bersangkutan dari berbagai gangguan Bhuta, Kala,
Desti dan lain sebagainya. Pengalaman bagi mereka yang telah
melakukan hal ini secara sungguh-sungguh membuktikan berbagai
gangguan magic dapat berhasil diatasi. Bahkan seorang teman yang
kehilangan sepeda motornya dengan tekun melakukan Gayatri Sadhana,
pencurinya sendiri yang mebawakan motornya itu kembali. Berbagai
mujizat yang telah dapat dialami oleh mereka yang dengan tekun
melakukan Japa Gaytri atau Gayatri Sadhana. Ternyata Gayatri sangat
ampuh menanggulangi black magic.
Mantra Mrtyunjaya Mampu Usir Makhluk Halus SeketikaGede Agus
Budi Adnyana
Pengertian Immanen harus kita persempit sekarang, jika kita
ingin berbicara masalah tuah dari sebuah mantra yang diucapkan.
Demikian juga dengan transedensi. Jika saya dapat artikan secara
sempit, maka immanen adalah badan jasmani kita sedangkan
transedensinya adalah hal-hal yang niskala yang berkaitan dengan
tubuh jasmani kita sendiri. Maka dengan demikian, kita akan
menemukan bahwa jasmani ini akan dipengaruhi hal-hal yang tidak
nampak secara material, baik secara energi dan juga mahluk halus
yang hanya punya badan halus tanpa badan kasar.
Mantra Mrtyunjaya menyeberangi dua sisi alam berbeda ini dan
memberikan energi baru untuk sebuah peyegaran dan kesehatan, juga
perlindungan bagi manusia yang mengucapkannya dengan kesungguhan
hati. Berbeda dengan mantra yang lain, mantra ini memang memiliki
fungsi untuk proteksi diri secara jasmani dan rohani. Mengapa saya
nyatakan demikian. Begini penjelasannya.
Para pembaca yang budiman perlu tahu sebuah kisah unik dan nyata
tentang kedahsyatan mahamantra ini. Suatu ketika, seorang teman
yang kini sudah menempuh pendidikan di Malaysia sudah pernah
membukikan kekuatan mantra ini. Pulau Bali, bukan hanya dikenal
sebagai pulau suga, tetapi pulau yang penuh dengan daya pikat magis
dan mistik. Terkait dengan hal ini, tentu saja pasukan makhluk
tidak terlihat juga banyak di Bali. Suatu ketika, teman saya yang
bernama I Wayan Yadi, melakukan sebuah tindakan yang mengundang
kemarahan pasukan makhluk halus.
Suatu ketikka ia mengangkat sebuah batu besar hitam yang dia
temukan di pinggir sungai dengan alasan untuk tempat duduk. Wayan
sangat gemar memancing dan layaknya pemancing mania, dia tidak
segan-segan datang ke sungai lebar dan tenget. Batu yang dia duduki
ternyata rumah dari sekumpulan makhluk halus, dan kontan saja hal
itu membuat petaka besar. Kakinya tiba-tiba terasa kesemutan dan
susah bergerak, lalu kaku dan sama sekali tidak bisa digerakkan.
Dia mengerang kesakitan, dan pancing yang dia bawa dilepaskan.
Ia lantas berteriak minta tolong sekeras mungkin, namun tidak
ada yang datang, sebab tukad itu jauh dari pusat keramaian. Dia
ingat dengan pesan mendiang nenek, bahwa tukad dimanapun pasti ada
penunggunya. Teringat pesan itu, ia kemudian matur: Aduh kalau saya
pernah berbuat salah di sini, mohon maaf. Saya hanya memancing dan
jika saya keliru saya minta maaf. Setelah berkata demikian, Wayan
masih saja tidak dapat bergerak dan kakinya kaku laksana kayu
kering. Darah mudanya mulai memuncak, merasa sudah minta maaf malah
sakitnya menjadi-jadi, maka timbullah niatnya untuk melawan makhluk
halus itu kali ini. Wayan ingat dengan sebuah mantra yang diberikan
guru SMA nya dulu yang katanya baik untuk melindungi diri. Mantra
itu yang bernama Mrtyunjayamantra dan itulah yang diucapkannya
sekarang.
Dia baca mantra itu keras-keras dengan perasaan melawan dan
berkali-kali, dia sendiri tidak sadar berapa kali dia bacakan
mantra itu. Anehnya, kakinya sekarang terasa ringan kembali, tidak
kaku lagi. Kesemutannya berangsur menghilang dan dengan segera dia
bangkit lalu pergi meniggalkan tempat itu. Merasa kurang aman lalu
dia nunas baos ke balian, dan menemukan jawaban bahwa batu yang dia
duduki adalah rumah dari bangsa Jin. Makhluk halus itu ketakutan
mendengar suara Mantra dan badannya seperti dibakar, oleh sebab itu
mereka kabur.
Saya sendiri yang dikisahi demikian, kemudian menalar dengan
seksama bahwa mantra sejatinya adalah gelombang-gelombang
elektromagnetik yang dapat membawa perubahan energi potensial bagi
tubuh. Kekuatan ini tidak dapat dilihat secara mata telanjang sebab
dia berada di jalur transedensi, sedangkan tubuh jasmani kita ada
di jalur immanen. Kekuatan niskala inilah yang datang kemudian
meliputi dunia material dan membawa pengaruh yang kuat. Jadi
kekuatan mantra, berada dalam dua aspek, pertama niskala dan kedua
adalah sekala.
Dengan demikian, keselamatan yang didapat lewat membaca mantra
adalah keselamatan jasmani dan rohani. Sebab tubuh kita akan
mengalami gangguan jika dunia niskala terganggu. Untuk kasus ini
sudah banyak bukti yang membenarkan. Sekarang pembaca budiman yang
memiliki bagiannya, entah yakin atau tidak, yang jelas begitu
mantra diucapkan kekuatan itu sudah langsung bereaksi.
Sama dengan ketika seorang pasien datang berobat ke dokter. Sang
dokter memberikan obat, kemudian si pasien entah yakin atau tidak
dengan obat itu, ketika obat itu diminum, obat itu akan bereaksi,
demikian juga mantra. Namun karena kekuatan itu bersifat
transedensi, maka perlu sebuah ketulusan. Disinilah mengapa sebelum
orang membaca mantra, dia harus melihat dan memahami arti mantra
tersebut.
Sebab orang-orang yang membaca mantra, itu bukan semuanya
memiliki ketulusan hati, sebab ada juga yang membaca mantra hanya
sekedar-sekedar. Namun meskipun demikian, klasifikasi ketika mantra
diucapkan biasanya akan memenuhi hal berikut ini: (1) Ketika bhakti
tulus, mantra diucapkan. Dan hal ini adalah yang paling baik. sebab
reaksi mantra juga akan semakin baik, apalagi dengan konsentrai
pikiran yang jernih. (2) Ada orang yang membaca mantra karena ingin
perlindungan. Entah karena takut dalam gelapnya malam, atau tengah
pentas calonarang sambil ngundang Leak, maka orang yang
bersangkutan perlu membaca mantra untuk proteksi diri sendiri dari
gangguan niskala. (3) Orang membaca mantra karena ingin sembuh dari
sakit. Hidup ini tidak selamany ideal seperti dalam gambaran
hayalan kita. Kadangkala seseorang harus jatuh sakit, dan
menderita. Dia mengucapkan mantra untuk memberikan kesembuhan.
Mantra disamping memberikan gelombang energi, juga memberikan
sugestifitas yang baik untuk sebuah optimistis sembuh bagi semua
penderita penyakit. Jadi alangkah baiknya dibaca. (4) Ada juga yang
membaca mantra untuk kekuatan (kawisesan) seperti para penekun
spiritual di Bali.
Apa pun bentuknya, yang jelas Mahamantra Mrtyunjaya memberikan
semua hal itu kekuatan. Sebab yang dipuja adalah Maharudra, aspek
Tuhan yang menjadi bapak bagi jalan Prawerti Marga dan Niwerti
Marga. Pemilik mantra ini adalah Sang Hyang Asuthosa, yang paling
cepat berkenan yang paling bermurah hati. Layaknya seorang ayah,
apa pun yang diminta oleh sang anak, maka sang ayah akan
memberikannya.
Jadi apakah mantra ini sama dengan ayat kursi dalam agama
Abrahamik untuk membunuh setan? Jawabannya tidak, sebab Mahamantra
ini bukan untuk mengusir, untuk mentralisir. Jika mengusir, ini
akan berada dalam kapasitas blok kanan dan blok kiri, sedangkan
netral adalah tanpa ada atribut. Layaknya atom yang terdiri dari
kekuatan positif (+) Proton, kemudian (-) electron dan netral
(Neutron). Kelebihan muatan electron akan dientralkan oleh Neutron.
Kelebihan ketakutan, dengan membaca mantra, dinetralkan agar
gelombang otak yang kacau, menjadi lebih stabil lagi. atau ketika
kekuatan tanpa badan jasmani (mahluk halus) menggangu, maka
kekuatan mantra menetralisirnya, jadi mahluk itu hanya diusir.
Bukan dibunuh. Sebab mereka (jin) juga makhluk Tuhan.
Jadi sekarang terserah para pembaca yang meyakininya. Namun saya
ingatkan, hidup di alam semesta, adalah hidup dalam gelombang
energi, dan salah menggunakan energi atau benturan dengan energi
lain, cukup membawa dampak fatal bagi kesehatan anda. Jadi
rajin-rajinlah membaca mantra sebagai ekspresi keimanan kepada Ida
Hyang Widhi.
Gayatri Mantram, Menangkal & Mengobati Ilmu HitamOm
Swastiastu
Berdoa dan sembahyang adalah kewajiban kita sebagai mahkluk
Tuhan sebagai ungkapan rasa syukur, memohon keselamatan dan
kebahagiaan rohani/spiritual. Agama adalah jalan menuju kepada-Nya,
dan setiap agama ada suatu ungkapan kata-kata indah dan relegius
sebagai sarana komunikasi mendekatkan diri kepada Beliau Yang Maha
Esa. Semua kata-kata suci tersebut tercantum dalam kitab suci agama
masing-masing.
Dalam agama Hindu secara universal kita mengenal yang namanya
mantra/mantram. Mantra bukanlah hanya sekedar nyanyian kata-kata,
namun sebagai sarana memusatkan pikiran menuju alam kebahagiaan
spiritual Tuhan/Sang Hyang Widhi dan sebagai sarana komunikasi yang
mempunyai nilai yang sangat religius. Mantra tidak hanya diucapkan
berkali-kali tetapi juga harus dimengerti dan direnungkan. Dengan
begitu anda akan dapat merasakan kebahagiaan spiritual menuju
kepada Hyang Widhi.
Mantra yang paling penting kita kenal dan merupakan pokok atau
ibu dari semua mantra dan weda adalah mantram Gayatri. Mantra
Gayatri juga menjadi bagian dalam mantra Tri Sandhya yang menjadi
mantra persembahyangan umat Hindu di Bali.Mantram Gayatri juga
dinyatakan sebagai Ibu dari segala mantram, Gayatri juga disebut
sebagai doa yang universal yang terdapat dalam Kitab Suci Weda,
baik Reg Weda, Yajur Weda maupun Sama Weda. Mantra ini dapat
dipergunakan untuk memohon kejernihan akal budi agar tercipta
kebenaran tanpa penyimpangan. Mantram Gayatri dianggap sebagai
intisari dari seluruh ajaran weda, sehingga ada orang yang
menyatakan bahwa sesungguhnya orang tidak perlu mengucapkan Mantram
aapun selain Gayatri Mantram.
Gayatri Mantram untuk pengobatanBanyak orang yang mengatakan
bahwa mantram Gayatri sangat ampuh digunakan sebagai pengobatan,
dan dibawah ini ada beberapa cara pengobatan menggunakan Gayatri
mantram :A. Kalau terkena sihir ilmu tenung leak dll,Pegang air
dalam gelas depan dada,satukan cipta rasa degan membayangkan kuasa
tuhan sambil menarik nafas,umpamakan menrik air api angin,lalu
rasakan ,asuk ketubuh dan bersemayam dijantung.ucapkan gayatri
mantram dengan menahan nafas 11 kali,kemudian ucapkan om 11 kali,
lalu barulah air diminum.dan mengusapkan keseluruh tubuh.lakukan
sampe sakit hilang.
B. Menghilangkan keresahan galau dan takut.:Rasakan saat menarik
nafas dan mengeluarkan sambil merasakan suara om,sampai tarik nafas
hitungan ke 9x.lalu ucapkan gayatri mantra dlm hati sungguh2
9x.lalu hembuskan nafas dan usap seluruh tubuh.
C.menghilangkan serangan ilmu hitam,dan gangguan mahluk
halus.ucapkan gayatri mantra sebelum tidur 3x.bangun pagi 7x,ketika
menginjakkan kaki ucapkan om sambil berjalan beberapa
langkah.lakukan seumur hidup
Namun demikian, dengan lebih sering berjapa Gayatri Mantram kita
akan sedikit demi sedikit dapat mencapai kesucian itu. Teruslah
berjapa dan jangan pernah bosan. Lambat tapi pasti, ketenangan jiwa
akan mulai terasa.
Mantra Gayatri melindungi kita karena Gayatri adalah Annapurna,
Ibu Jagat Raya, kekuatan yang menjiwai segala kehidupan. Bila kita
dilindungi Annapurna, Tuhan sebagai Ibu, kita tidak perlu menangis
untuk pangan atau papan. (Karena itu, kita harus mengucapkan Mantra
Gayatri sesering mungkin. Semakin banyak kita mengucapkan Mantra
Gayatri, semakin besar manfaatnya bagi kita.
Om Santih, Santih, Santih, Om
Doa Sehari-Hari Menurut HinduOm Swastyastu. Buku ini
di-punia-kan kepada umat Hindu di mana pun berada, sebagai sebuah
Jnyana-Yadnya dari kami, dengan harapan dapat digunakan di saat
bersembahyang baik dalam rangka suatu upacara tertentu maupun dalam
kehidupan sehari-hari.Kita mengetahui bersama bahwa pada dewasa ini
umat Hindu sedang menghadapi tantangan yang cukup berat sebagai
dampak pengaruh globalisasi dunia yang tidak hanya menyangkut
bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya, tetapi juga telah
memasuki bidang spiritual.Oleh karena itu umat Hindu, khususnya
kaum muda, pelajar, dan mahasiswa perlu mempunyai pegangan yang
teguh dalam ke-Hindu-an mereka, antara lain dalam mengucapkan doa,
puja, dan mantra yang tepat dan benar.Dalam hubungan itu, kami dari
Lembaga Stiti Dharma, yakni sebuah LSM yang berdiri di Singaraja
Bali tanggal 16 Nopember 2005, berupaya menyumbangkan tenaga dan
pikiran untuk menegakkan Hindu yang kokoh di mana para pemeluknya
berpegang teguh pada ajaran Trihita Karana, yakni:1. Memelihara
bhakti yang luhur kepada Hyang Widhi.2. Menjaga hubungan yang
harmonis dengan sesama umat manusia, melimpahkan kasih sayang, dan
mencintai semua mahluk di bumi.3. Memelihara alam dan lingkungan
agar tetap lestari.Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Putu Setia dari Penerbit Pustaka Manikgeni yang telah
menghimpun doa-doa dalam buku ini, dan juga kepada Dewan Pengelola
Dana Punia Peduli Umat Majalah Hindu Raditya, yang telah membiayai
penerbitan buku kecil yang khusus disumbangkan ini.Om Santih Santih
Santih OmSingaraja, 1 Januari, 2006LEMBAGA STITI DHARMA-MARI
BERSEMBAHYANGMantramTrisandhyaKramaning Sembah/Panca SembahMemuja
di PadmasanaMemuja di Kahyangan TigaMemuja di Pura PrajapatiMemuja
di Pemerajan, Pura SegaraMemuja di Pura Batur, Pura UlundanuMemuja
di Hari SaraswatiMemuja di Pura Rsi AgungMemuja Hyang Ganapati
(Ganesha)DOA SEHARI-HARIDoa menjelang tidurDoa bangun pagiDoa
membersihkan mukaDoa gosok gigiDoa berkumurDoa membersihkan kakiDoa
mandiDoa mengenakan pakaianDoa panganjaliDoa menghadapi makananDoa
mencicipi makananDoa selesai makanDoa sebelum memulai pekerjaanDoa
selesai bekerja/bersyukurDoa mohon bimbingan TuhanDoa mohon
inspirasiDoa mohon kecerdasan/kesucianDoa mulai belajarDoa mohon
ampun segala dosaDoa memotong hewanDoa mengunjungi orang sakitDoa
mendengar/melayat orang meninggalDoa untuk keselamatan pengantenDoa
untuk memelihara ketenangan rumah tanggaDoa untuk kelahiran bayiDoa
untuk mohon cinta kasihnyaDoa mohon umur panjangDoa pembukaan
rapat/pertemuanDoa penutup rapat/pertemuanDoa untuk pedagangDoa
sebelum meditasiDoa diucapkan ketika sakitDoa pelantikan pejabat
NegaraDoa mengheningkan ciptaDoa paramasanti-MARI BERSEMBAHYANGPada
umumnya, sebelum melakukan persembahyangan baik dengan Puja
Trisandya maupun Panca Sembah didahului dengan penyucian badan dan
sarana persembahyangan. Urutannya sebagai berikut:1. Duduk dengan
tenang.Lakukan Pranayamadan setelah suasananya tenang ucapkan
mantram ini:OM PRASADA STHITI SARIRA SIWA SUCI NIRMALAYA NAMAH
SWAHAArtinya: Ya Tuhan, dalam wujud Hyang Siwa, hamba-Mu telah
duduk tenang, suci, dan tiada noda.2. Kalau tersedia air bersihkan
tangan pakai air.Kalau tidak ada ambil bunga dan gosokkan pada
kedua tangan. Lalu telapak tangan kanan ditengadahkan di atas
tangan kiri dan ucapkan mantram:OM SUDDHA MAM SWAHAArtinya: Ya
Tuhan, bersihkanlah tangan hamba (bisa juga pengertiannya untuk
membersihkan tangan kanan).Lalu, posisi tangan dibalik. Kini tangan
kiri ditengadahkan di atas tangan kanan dan ucapkan mantram:OM ATI
SUDDHA MAM SWAHAArtinya: Ya Tuhan, lebih dibersihkan lagi tangan
hamba (bisa juga pengertiannya untuk membersihkan tangan kiri).3.
Kalau tersedia air (maksudnya air dari rumah, bukan tirtha), lebih
baik berkumur sambil mengucapkan mantram di dalam hati:OM ANG
WAKTRA PARISUDDMAM SWAHAatau lebih pendek:OM WAKTRA SUDDHAYA
NAMAHArtinya: Ya, Tuhan sucikanlah mulut hamba.4. Jika tersedia
dupa, peganglah dupa yang sudah dinyalakan itu dengan sikap amusti,
yakni tangan dicakupkan, kedua ibujari menjepit pangkal dupa yang
ditekan oleh telunjuk tangan kanan, dan ucapkan mantra:OM AM DUPA
DIPASTRAYA NAMA SWAHAArtinya: Ya, Tuhan/Brahma tajamkanlah nyala
dupa hamba sehingga sucilah sudah hamba seperti sinar-Mu.5. Setelah
itu lakukanlah puja Trisandya.Jika memuja sendirian dan tidak hafal
seluruh puja yang banyaknya enam bait itu, ucapkanlah mantram yang
pertama saja (Mantram Gayatri) tetapi diulang sebanyak tiga
kali.Mantram di bawah ini memakai ejaan sebenarnya, v dibaca
mendekati w. Garis miring di atas huruf, dibaca lebih panjang.
Permulaan mantram Om bisa diucapkan tiga kali, bisa juga sekali
sebagaimana teks di bawah ini:Mantram TrisandhyaOM BHUR BHVAH
SVAHTAT SAVITUR VARENYAMBHARGO DEVASYA DHIMAHIDHIYO YO NAH
PRACODAYATTuhan adalah bhur svah. Kita memusatkan pikiran pada
kecemerlangan dan kemuliaan Hyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat
pikiran kita.
OM NARAYANA EVEDAM SARVAMYAD BHUTAM YAC CA BHAVYAMNISKALANKO
NIRAJANO NIRVIKALPONIRAKHYATAH SUDDO DEVA EKONARAYANO NA DVITYOSTI
KASCITYa Tuhan, Narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan
apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari
perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa Narayana, Ia hanya
satu tidak ada yang kedua.
OM TVAM SIVAH TVAM MAHADEVAHSVARAH PARAMESVARAHBRAHMAVISNUSCA
RUDRASCAPURUSAH PARIKRTITAHYa Tuhan, Engkau dipanggil Siwa,
Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, dan
Purusa.
OM PAPOHAM PAPAKARMAHAMPAPATMAPAPASAMBHAVAHTRAHI MAM
PUNDARIKAKSASABAHYABHYANTARAH SUCIHYa Tuhan, hamba ini papa,
perbuatan hamba papa, diri hamba ini papa, kelahiran hamba papa,
lindungilah hamba Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga hamba.
OM KSAMASVA MAM MAHADEVASARVAPRANI HITANKARAMAM MOCA SARVA
PAPEBYAHPALAYASVA SADASIVAYa Tuhan, ampunilah hamba HyangWidhi,
yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba
dari segala dosa, lindungilah hamba oh Hyang Widhi.
OM KSANTAVYAH KAYIKO DOSAHKSANTAVYO VACIKO MAMAKSANTAVYO MANASO
DOSAHTAT PRAMADAT KSAMASVA MAMYa Tuhan, ampunilah dosa anggota
badan hamba, ampunilah dosa hamba, ampunilah dosa pikiran hamba,
ampunilah hamba dari kelahiran hamba.
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OMYa Tuhan, semoga damai, damai,
damai selamanya.
Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau
tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di
rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah
membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau
kawangen yang akan dipakai muspa.Ambil bunga atau kawangen itu
diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:OM PUSPA DANTAYA
NAMAH SWAHAArtinya: Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan
suci.Kramaning Sembah (Panca Sembah)Urutan sembahyang ini sama
saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun
bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah
melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang.Kalau
hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan
mantram-mantram pendek sebagai berikut:1. Dengan tangan kosong
(sembah puyung).Cakupkan tangan kosong dan pusatkan pikiran dan
ucapkan mantram ini:OMATMATATTWATMASUDDHA MAM SWAHAArtinya: Ya
Tuhan, atma atau jiwa dan kebenaran, bersihkanlah hamba.2.
Sembahyang dengan bunga, ditujukan kepada Hyang Widhi dalam
wujudNya sebagai Hyang Surya atau Siwa Aditya. Ucapkan mantram:OM
ADITYASYAPARAM JYOTIRAKTA TEJO NAMOSTUTESWETA PANKAJA
MADHYASTHABHASKARAYA NAMOSTUTEArtinya: Ya Tuhan, Sinar Hyang Surya
Yang Maha Hebat. Engkau bersinar merah, hamba memuja Engkau. Hyang
Surya yang berstana di tengah-tengah teratai putih. Hamba memuja
Engkau yang menciptakan sinar matahari berkilauan.3. Sembahyang
dengan kawangen.Bila tidak ada, yang dipakai adalah bunga.
Sembahyang ini ditujukan kepada Istadewata pada hari dan tempat
persembahyangan itu. Istadewata ini adalah Dewata yang diinginkan
kehadiran-Nya pada waktu memuja.Istadewata adalah perwujudan Tuhan
Yang Maha Esa dalam berbagai wujudNya. Jadi mantramnya bisa
berbeda-beda tergantung di mana dan kapan bersembahyang.Mantram di
bawah ini adalah mantram umum yang biasanya dipakai saat Purnama
atau Tilem atau di Pura Kahyangan Jagat:OM NAMA DEWA
ADHISTHANAYASARWA WYAPI WAI SIWAYAPADMASANA EKA
PRATISTHAYAARDHANARESWARYAI NAMO NAMAHArtinya: Ya Tuhan, kepada
dewata yang bersemayam pada tempat yang luhur, kepada Hyang Siwa
yang berada di mana-mana, kepada dewata yang bersemayam pada tempat
duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba
memuja.4. Sembahyang dengan bunga atau kawangen untuk memohon
waranugraha.Usai mengucapkan mantram, ada yang memperlakukan bunga
itu langsung sebagai wara-nugraha, jadi tidak
dilentikkan/dipersembahkan tetapi dibungakan di kepala (wanita)
atau di atas kuping kanan (laki-laki).Mantramnya adalah:OM ANUGRAHA
MANOHARAMDEWA DATTANUGRAHAKAARCANAM SARWAPUJANAMNAMAH
SARWANUGRAHAKADEWA-DEWI MAHASIDDHIYAJANYA NIRMALATMAKALAKSMI
SIDDHISA DIRGHAYUHNIRWIGHNA SUKHA WRDDISCAArtinya: Ya Tuhan, Engkau
yang menarik hati pemberi anugrah, anugrah pemberian Dewata, pujaan
segala pujaan, hamba memujaMu sebagai pemberi segala anugrah.
Kemahasiddhian pada Dewa dan Dewi berwujud jadnya suci,
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, bebas dari rintangan,
kegembiraan dan kemajuan rohani dan jasmani.5. Sembahyang dengan
cakupan tangan kosong, persis seperti yang pertama. Cuma sekarang
ini sebagai penutup. Usai mengucapkan mantram, tangan
berangsur-angsur diturunkan sambil melemaskan badan dan pikiran.
Mantramnya:OM DEWA SUKSMA PARAMACINTYAYA NAMA SWAHA.OM SANTIH,
SANTIH, SANTIH, OMArtinya: Ya Tuhan, hamba memuja Engkau Dewata
yang tidak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib. Ya Tuhan,
anugerahkan kepada hamba kedamaian, damai, damai, Ya Tuhan.Untuk
memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan
mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan
bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram
sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan
kepada Istadewata. Berikut ini contohnya:Untuk memuja diPadmasana,
Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram
di bawah ini:OM,AKASAM NIRMALAM SUNYAMGURU DEWA BHYOMANTARAMCIWA
NIRWANA WIRYANAMREKHAOMKARA WIJAYAMArtinya: YaTuhan, penguasa
angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana
di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara
yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.OM NAMA DEWA ADHISTHANAYASARVA
WYAPI VAI SIWAYAPADMASANA EKAPRATISTHAYAARDHANARESWARYAI
NAMONAMAHArtinya: Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat
yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana,
kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai
satu tempat, kepada Ardhanaresvar, hamba memujaMu.Untuk di
puraKahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram
sebagai berikut:OM ISANAH SARWA WIDYANAMISWARAH SARWA
BHUTANAMBRAHMANO DHIPATIR BRAHMASIVO ASTU SADASIWAArtinya: Ya
Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa
menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan
Sadasiwa.Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh,
mantramnya begini:OM, GIRIMURTI MAHAWIRYAMMAHADEWA PRATISTHA
LINGGAMSARWADEWA PRANAMYANAMSARWA JAGAT PRATISTHANAMArtinya: Ya
Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi
stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.
Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga:OM, CATUR
DIWJAMAHASAKTICATUR ASRAME BHATTARISIWA JAGATPATI DEWIDURGASARIRA
DEWIArtinya: YaTuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh
catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi
Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan
hamba dari segala bencana.Untuk bersembahyang di PuraPrajapati,
mantramnya:OM BRAHMAPRAJAPATIH SRESTHAHSWAYAMBHUR WARADO
GURUHPADMAYONIS CATUR WAKTROBRAHMASAKALAM UCYATEArtinya: Ya Tuhan,
dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk,
maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah
mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu
badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.Untuk
di PuraPemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau
padharman, mantramnya:OM BRAHMAWISNU ISWARA DEWAMTRIPURUSA
SUDDHATMAKAMTRIDEWA TRIMURTI LOKAMSARWA WIGHNA WINASANAMArtinya: Ya
Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa
MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari
segala bencana.
Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya:OM NAGENDRA
KRURA MURTINAMGAJENDRA MATSYA WAKTRANAMBARUNA DEWA MASARIRAMSARWA
JAGAT SUDDHATMAKAMArtinya: Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai
raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa
Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba
memujaMu.Untuk di PuraBatur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya:OM
SRIDHANA DEWIKARAMYASARWA RUPAWATI TATHASARWA JANA MANISCAIWASRI
SRIDEWI NAMOSTUTEArtinya: Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi
Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki segala
keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha
Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.
Untuk bersembahyang pada hariSaraswati, atau tatkala memuja
Hyang Saraswati. Mantramnya:OM SARASWATI NAMAS TUBHYAMWARADE KAMA
RUPINISIDDHARAMBHAM KARISYAMISIDDHIR BHAWANTU ME SADAArtinya: Ya
Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah,
terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala
kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.Untuk
bersembahyang di pemujaan paraRsi Agungseperti Danghyang Dwijendra,
Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan
lainnya, gunakan mantram ini:OM DWIJENDRA PURVANAM SIWAMBRAHMANAM
PURWATISTHANAMSARWA DEWA MA SARIRAMSURYA NISAKARAM DEWAMArtinya:
Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita,
la adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, la yang menyatu dalam
semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan,
kami memuja Siwa para pandita agung.Demikianlah beberapa mantram
yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu.
Sekali lagi, mantram ini menggantikan mantram umum pada saat
menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada
Panca Sembah.Terakhir, ini sembahyang ke hadapan
HyangGanapati(Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru
(rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak
ada kaitannya dengan Panca Sembah:OM GANAPATI RSI PUTRAMBHUKTYANTU
WEDA TARPANAMBHUKTYANTAU JAGAT TRILOKAMSUDDHA PURNA
SARIRINAMDemikianlah mantram untuk Istadewata.-DOA
SEHARI-HARIInilah doa untuk sehari-hari. Lazimnya tentulah
dihafalkan. Namun kalau panjang, apalagi untuk di depan umum,
misalnya, membuka rapat/ pertemuan, mantram ini bisa dibaca dengan
memegang buku.Doa menjelang tidur:OM ASATO MASAT GANAYATAMASO
MAJAYATIR GANAYAMRITYOR MAMRITAM GAMAYA(Ya Tuhan tuntunlah hamba
dari jalan yang sesat menuju jalan yang benar, dari jalan gelap ke
jalan terang, hindarkanlah hamba dari kematian menuju kehidupan
abadi.)Doa bangun pagi:OM UTEDANIM BHAGAWANTAH SYAMOTAPRAPITWA UTA
MANDHYE AHNAMUTODITAMAGHAWANTA SURYASYA WAYAMDEWANAM SUMANTAU
SYAMA(Ya Tuhan Yang Maha Pemurah, jadikanlah hamba orang yang
selalu bernasib baik pada hari ini, menjelang tengah hari, dan
seterusnya. Semoga para Dewa melindungi diri hamba.)Doa
membersihkan/mencuci muka:OM CAM CAMANI YA NAMAH SWAHAOM WAKTRA
PARISUDAHAYA NAMAH SWAHA(Ya Tuhan, hamba memujaMu, semoga muka
hamba menjadi bersih.)Doa menggosok gigi:OM RAHPHAT ASTRAYA NAMAHOM
SRI DEWI BHATRIMSA YOGINI NAMAH(Ya Tuhan, sujud hamba kepada Dewi
Sri, Bhatari Yogini, semoga bersihlah gigi hamba.)Doa berkumur:OM
ANG WAKTRA PARISUDHAMAM SWAHA(Ya Tuhan, semoga bersihlah mulut
hamba.)Doa membersihkan kaki:OM AM KHAM KHASOLKHAYA ISWARAYA NAMAH
SWAHA(Ya Tuhan, semoga bersihlah kaki hamba.)Doa mandi:OM
GANGGAAMRTA SARIRA SUDHAMAM SWAHAOM SARIRA PARISUDHAMAM SWAHA(Ya
Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan
hamba menjadi bersih dan suci.)Bisa pula dengan doa atau mantram
ini:OM GANGGE CA YAMUNE CAIWAGODAWARI SARASWATINARMADE
SINDHUKAWERIJALESMIN SANNIDHIM KURU(Ya Tuhan, ijinkanlah hamba
memanggil sungai suci Gangga, Yamuna, Godawari, Saraswati, Narmada,
Sindhu dan Kaweri, semoga menganugerahkan kesucian kepada
hamba.)Doa pada waktu mengenakan pakaian:OM TAM MAHADEWAYA NAMAH
SWAHAOM BHUSANAM SARIRABHYO PARISUDHAMAM SWAHA(Tuhan dalam
perwujudanMu sebagai Tat Purusha, Dewa Yang Maha agung, hamba sujud
kepadaMu dalam menggunakan pakaian ini. Semoga pakaian hamba
menjadi bersih dan suci.)Selesai berpakaian hendaknya melakukan
persembahyangan Trisandya.Doa panganjali:Diucapkan saat berjumpa
dengan seseorang atau memulai suatu pembicaraan dalam sebuah
pertemuan. Tangan dicakupkan seperti menyembah, diangkat sejajar
dada.OM SWASTYASTU(Semoga selalu dalam keadaan.selamat di bawah
lindungan Tuhan.)Doa menghadapi makanan:OM HIRANYAGARBHAH
SAMAWARTATAGREBHUTASYA JATAH PATIREKAASITSADADHARA PRITIWIM DYAM
UTEMAMKASMAI DEWAYA HAWISA WIDHEMAOM PURNAM ADAH PURNAMIDAMPURNAT
PURNAM UDACYATEPURNASYA PURNAMADAYAPURNAMEWAWASISYATE(Ya Tuhan Yang
Maha Pengasih. Engkau asal alam semesta dan satu-satunya kekuatan
awal. Engkau yang memelihara semua makhluk, seluruh bumi dan
langit. Hamba memuja Engkau. Ya Tuhan Yang Maha Sempuma dan yang
membuat alam sempurna. Alam ini akan lenyap dalam kesempurnaanMu.
Engkau Maha Kekal. Hamba mendapat makanan yang cukup berkat
anugrahMu. Hamba manghaturkan terima kasih.)Doa di atas baik untuk
makan bersama, misalnya, pesta atau istirahat makan dalam suatu
pertemuan. Jika sendirian bisa mengucapkan doa pendek ini yang
diambil dari kitab suci Yajurveda:OM ANNAPATE ANNASYANO
DEHYANMIWASYA SUSMINAHPRA-PRA DATARAM TARISURJAMNO DHEHI DWIPADE
CATUSPADE(Ya Tuhan, Engkau penguasa makanan, anugerahkanlah makanan
ini, semoga memberi kekuatan dan menjauhkan dari penyakit.
Bimbinglah hamba anugerahkan kekuatan kepada semua mahkluk.)Doa
mulai mencicipi makanan:OM ANUGRAHA AMRTADI SAJIWANI YA NAMAH
SWAHA(Ya Tuhan, semoga makanan ini menjadi penghidup hamba lahir
dan bathin yang suci.)Doa selesai makan:OM DHIRGAYUR ASTU,
AWIGHNAMASTU, SUBHAM ASTUOM SRIYAM BHAWANTU, SUKHAM BHAWANTU,
PURNAM BHAWANTU, KSAMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHAOM, SANTIH, SANTIH,
SANTIH, OM(Ya Tuhan, semoga makanan yang telah masuk ke dalam tubuh
hamba memberikan kekuatan dan keselamatan, panjang umur dan tidak
mendapat sesuatu apapun. Ya Tuhan, semoga damai, damai di hati,
damai di dunia, damai selama-lamanya.)Doa sebelum memulai suatu
pekerjaan:OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHHAMOM SIDHIRASTU TAD ASTU
SWAHA(Ya Tuhan, semoga atas perkenanMu, tiada suatu halangan bagi
hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil baik).Doa selesai
bekerja/bersyukur:OM DEWA SUKSMA PARAMA ACINTYAYA NAMAH SWAHASARWA
KARYA PRASIDHANTAMOM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM(Ya Tuhan dalam
wujud Parama Acintya yang maha gaib dan maha karya, hanya atas
anugrahMu-lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik. Semoga
damai, damai di hati, damai di dunia, damai selamanya).Doa mohon
bimbingan Tuhan:OM ASATO MASADYAMAYATAMASO MAJYOTIR GAMAYAMRTYOR
MAAMRTAM GAMAYAOM AGNE BRAHMA GRBHNISWADHARUNAMA SYANTA RIKSAM
DRDVAMHABRAHRNAWANITWA KSATRAWAHI SAJATAWANYU DADHAMI BHRATRWYASYA
WADHYAYA(Tuhan Yang Maha Suci, bimbinglah hamba dari yang tidak
benar menuju yang benar. Bimbinglah hamba dari kegelapan pikiran
menuju cahaya pengetahuan yang terang. Lepaskanlah hamba dari
kematian menuju kehidupan yang abadi. Tuhan Yang Maha Suci,
terimalah pujian yang hamba persembahkan melalui Weda mantra dan
kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat
menghancurkan musuh yang ada pada hamba (nafsu). Hamba menyadari
bahwa Engkaulah yang berada dalam setiap insani (jiwatman),
menolong orang terpelajar pemimpin negara dan para pejabat. Hamba
memuja Engkau semoga melimpahkan anugrah kekuatan kepada hamba.)Doa
mohon inspirasi:OM PRANO DEWI SARASWATIWAJEBHIR WAJINIWATIDHINAM
AWIYAWANTU(Ya Tuhan dalam manifestasi Dewi Saraswati, Hyang Maha
Agung dan Maha Kuasa, semoga Engkau memancarkan kekuatan rohani,
kecerdasan pikiran, dan lindungilah hamba selama-lamanya.)Doa mohon
dianugrahi kecerdasan dan kesucian:OM PAWAKANAH SARASWATIWAJEBHIR
WAJINIWATIYAJAM WASTU DHIYAWASUH(Ya Tuhan sebagai manifestasi Dewi
Saraswati. Yang MahaSuci, anugrahilah hamba kecerdasan. Dan
terimalah persembahan hamba ini.)Doa mulai belajar:OM PURWE JATO
BRAHMANO BRAHMACARIDHARMAM WASANAS TAPASODATISTATTASMAJJATAM
BRAHMANAM BRAHMALYESTHAM DEWASCA SARWE AMRTTNA SAKAMA(Ya Tuhan,
muridMu hadir di hadapanMu, Oh Brahman yang berselimutkan kesaktian
dan berdiri sebagai pertama. Tuhan, anugrahkanlah pengetahuan dan
pikiran yang terang. Brahman yang agung, setiap makhluk hanya dapat
bersinar berkat cahayaMu yang senantiasa memancar.)Doa mohon ampun
dalam segala dosa:OM DEWAKRTASYAINASO AWAYA JANAMASI MANUSYAKRTASI
NAMA AWAYA JANAMASIPITRA KITASI NAMO AWAYA JANAM
ASYATMAKRTASYAENASO AWAYA JANAMASYENA SA ENASE WAYA JANAM
ASIYACCHAHAM ENO VIDVAMSCAKARAYACCHAVIDVAMS TASYA VA YA JANAM
ASI(Ya Tuhan, ampunilah dosa hamba terhadapMu, ampunilah dosa hamba
terhadap sesama manusia, terhadap orangtua hamba, terhadap teman
hamba, Tuhan ampunilah dosa hamba terhadap segala macam dosa,
terhadap dosa yang hamba lakukan dengan sadar atau tidak sadar.
Tuhan, semoga berkenan mengampuni semuanya itu.)Doa memotong
hewan:OM PASU PASAYA WIMAHE SIRASCADAYA DHIMAHI TANO JIWAH
PRACODAYAT(Semoga atas perkenan dan berkahMu para pemotong hewan
dalam upacara kurban suci ini beserta orang-orang yang telah
berdana punia untuk yadnya ini memperoleh kesejahteraan dan
kebahagiaan. Tuhan, hamba memotong hewan ini, semoga rohnya menjadi
suci.)Doa mengunjungi orang sakit:OM SARWA WIGHNA SARWA KLESA SARWA
LARA ROGA WINASAYA NAMAH(Ya Tuhan semoga segala halangan, segala
penyakit, segala penderitaan dan gangguan Engkau lenyapkan
semuanya.)Doa mendengar atau melayat orang meninggal dunia:OM ATMA
TATTWATMA NARYATMASWADAH ANG AHOM SWARGANTU, MOKSANTU, SUNYANTU,
MURCANTUOM KSAMA SAMPURNAYA NAMAH SWAHA(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa,
semogalah arwah yang meninggal mendapat sorga, menunggal denganMu,
mencapai keheningan tanpa derita. Ya Tuhan, ampunilah segala
dosanya, semoga ia mencapai kesempurnaan atas kekuasaan dan
pengetahuan serta pengampunanMu.) .Doa untuk keselamatan
penganten:OM IHA IWA STAM MAWI YAUSTAMWISWAMAYUR WYASNUTAMKRIDANTAU
PUTRAIR NAPTRBHIHMODAMANAU SWE GRHE(Ya Tuhan, anugerahkanlah kepada
pasangan penganten ini kebahagiaan, keduanya tiada terpisahkan dan
panjang umur. Semoga penganten ini dianugerahkan putra dan cucu
yang memberikan penghiburan, tinggal di rumah yang penuh
kegembiraan.)Doa memohon ketenangan rumah tangga:OM WISOWISO WO
ATITHIMWAJAYANTAH PURUPRIYAMAGNIM WO DURYAM WOCAHSTUSE SUSASYA
MANMABHIH(Ya Tuhan, Engkau adalah tamu yang datang pada setiap
rumah. Engkau amat mencintai umatMu. Engkau adalah sahabat yang
maha pemurah. Perkenankanlah hamba memujaMu dengan penuh kekuatan,
dalam ucapan maupun tenaga dan dalam lagu pujian.)Doa untuk
kelahiran bayi:OM BRHATSUMNAH PRASAWITANIWESANOJAGATAH
STHATURUBHAYASYA YO WASISA NO DEWAH SAWITASARMA YACCHA
TWASMEKSAYAYA TRIWARUTHAM AMHASAH(Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, yang
memberi kehidupan pada alam dan menegakkannya. la yang mengatur
baik yang bergerak dan yang tidak bergerak, semoga Ia memberi
rahkmatNya kepada kami untuk ketentraman hidup dengan kemampuan
untuk menghindari kekuatan yang jahat.)Setelah bayi dimandikan,
ayah bayi atau orang yang dituakan yang hadir di sana diminta
membisikkan Mantram Gayatri (bait pertama Puja Trisandya)
masing-masing tiga kali pada lobang telinga kanan dan kiri bayi
itu.Doa untuk memohon cinta kasih-Nya:OM WICAKRAME PRTHIWIM ESA
ETAMKSETRAYA WISNUR MANUSE DASASYANDRUWASO ASYA KIRQYA
JANASAURUKSITIM SUJANIMACAKARA(Ya Tuhan, Engkau Hyang Wisnu yang
membentang di bumi ini, menjadikah tempat tinggal bagi manusia.
Kaum yang hina aman sentosa di bawah lindungan-Nya. Yang mulia
telah menjadikan bumi tempat yang lega bagi mereka.)Doa untuk
memohon panjang umur:OM TACCAKSUR DEWAHITAM SUKRAM UCCARATPASYEMA
SARADAH SATAMJIWEMA SARADAH SATAM(Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga
seratus tahun hamba selalu melihat mata yang bersinar ciptaanNya,
semoga hamba hidup seratus tahun lamanya.)Doa pembukaan
rapat/pertemuan:OM SAM GACCHADWAM SAM WADADWAMSAM WO MANAMSI
JANATAMDEWA BHAGAM YATHA PURWESAMJANANA UPASATEOM SAMANI WA
AKUTIHSAMANAHRDAYANI WAHSAMANAM ASTU WOMANO YATHA WAH SUSAHASATIOM
ANO BHADRAH KRATTAWO YANTU WISWATAH(Ya Tuhan, hamba berkumpul di
tempat ini hendak bicara satu dengan yang lain untuk menyatukan
pikir sebagai mana halnya para dewa selalu bersatu. Ya Tuhan,
tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati, bersatu
dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan
bahagia. Ya Tuhan, semoga pikiran yang baik datang dan segala
penjuru.)Doa penutup rapat/pertemuan:OM ANUGRAHA MANOHARAMDEVADATTA
NUGRAHAKAARCANAM SARWAPUJANAMNAMAH SARWA NUGRAHAKAOM KSAMA SWAMAM
JAGADNATHASARWA PAPAHITANKARAHSARWA KARYA SIDHAM DEHIPRANAMYA
SURYESWARAMOM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM(Ya Tuhan limpahkanlah
anugrahMu yang menggembirakan kepada hamba. Tuhan yang maha
pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya
Tuhan, pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah
dosa hamba dan anugrahilah hamba dengan keberhasilan atas semua
karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci, ibaratnya sang surya
memancarkan sinarnya, hamba sujud kepadaMu. Ya Tuhan, semoga damai,
damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)Untuk menutup
pertemuan, bisa pula dipakai doa di bawah ini yang diambilkan dari
kitab Yajurveda. Mantram ini disebut Santi Mantram. Bunyinya:OM
DYAUH SANTIR ANTARIKSAM SANTIHPRTHIWI SANTIRAPAH SANTIRASADHAYAH
SANTIH WANASPATAYAH SANTIRWISWE DEWAH SANTIR BRAHMA SANTIHSARVAM
SANTIH SANTIR EWA SANTIHSAMASANTIR EDHI(Ya Tuhan Yang Mahakuasa,
anugerahkanlah kedamaian di langit, damai di bumi, damai di air,
damai pada tumbuh-tumbuhan, damai pada pepohonan, damai bagi para
dewata, damailah Brahma, damailah alam semesta. Semogalah kedamaian
senantiasa datang pada kami)Doa untuk pedagang:OMAWISWANI AMRTA
SAUBHAGANI(Ya Tuhan, semoga Engkau menganugerahkan segala
keberuntungan yang memberikan kebahagiaan kepada hamba.)Doa untuk
kebajikan, juga dipakai sebelum meditasi:OM WISWANI DEWA
SAWITARDURI TANI PARASUWAYAD BHADRAM TANNAASUWA(Ya Tuhan, Sawitar,
usirlah jauh-jauh segala kekuatan jahat. Berikanlah hamba yang
terbaik.)Doa mohon perlindungan, juga baik diucapkan ketika
sakit:OM TRAYAMBHAKAM YAJAMAHESUGANDHIM PUSTI WARDHANAMUNWARUKAM
IWA BANDHANATMRTYOR MUKSIYA MAMRTAT(Ya Tuhan, hamba memuja Hyang
Trayambhaka/Rudra yang menyebarkan keharuman dan memperbanyak
makanan. Semoga la melepaskan hamba seperti buah mentimun dari
batangnya, melepaskan dari kematian dan bukan dari kekekalan.)Doa
untuk pelantikan pejabat negara:(Yang dilantik biasanya
menirukan)OM A BRAHMAN BRAHMANO BRAHMAWARCASI JAYATAMARASTE
RAAJANAH SURA ISAWYO TIWYADHI MAHARATHO JAYATAMDOGDHRI
DHENURYODANAD WANASUH SAPTIH PURANDHIRYOSAJISNURATHESTHAH SABHEYO
YUWASYAJAYAMANASYA WIRO JAYATAMNIKAAME-NIKAME NAH PARJANYO WARSATU
PHALAWATYO NAOSADHAYAH PACYANTAM YOGAKSEMO NAH KALPATAAM(Ya Tuhan
Yang Maha Kuasa, semogalah di negara ini lahir orang-orang yang
memiliki pengetahuan spiritual. Semoga pula pemimpin-pemimpin yang
perkasa pandai menggunakan kebijaksanaan seperti menggunakan
senjata, pahlawan yang tangguh, sapi yang banyak memberikan susu,
lembu pembawa barang dan kuda yang cepat. Demikian pula lahir
wanita yang sempurna. Pemuda yang baik dan berguna bagi masyarakat,
sedia berkorban. Semoga hujan turun memberi kemakmuran. Semoga
pepohonan berbuah lebat. Semoga usaha kami berhasil.)Doa
mengheningkan cipta:OM-MATA BHUMIH PUTRO AHAM PRTHIVYDH(Ya Tuhan,
semoga kami mencintai tanah air ini sebagai ibu dan hamba adalah
putra-putranya yang siap sedia membela seperti para pahlawan
kami.)Doa paramasanti:OM SANTIH, SANTIH, SANTIH, OM(Semoga damai,
damai di hati, damai di dunia, damai selama-lamanya.)Related
posts:1. Melaksanakan Panca Yadnya Sehari-Hari2. Mengamalkan
Nilai-Nilai Brata Siwaratri Dalam Kehidupan Sehari-Hari3. Alam
Semesta Menurut Hindu4. Poligami Menurut Hindu5. Perbedaan Wangsa
Menurut HinduShare+Bookmark| 52,816 Views | Category:Upacara|
Tags:Doa Sehari-Hari,Hindu|118 comments to Doa Sehari-Hari Menurut
Hindu Older Comments1...567 61antara luckysays:December 5, 2014 at
21:23ratu bhagawan ,ampura tityang mataken indik Doa sadurung
sirep, napike dados menghaturkan doa nganggen bahasa
indonesia?matur suksma.om santih,santih,santih,om. Reply 62antara
luckysays:December 5, 2014 at 21:28Ratu Bhagawan,, Ampura tityang
mataken indik Doa, napike dados menghaturkan doa nganggen bahasa
indonesia,? suksma Ratu. Reply
62.1
bhagawan dwijasays:December 9, 2014 at 16:13Om Swastyastu,Doa,
dalam tradisi beragama Hindu di Bali mungkin bisa diartikan sebagai
Mantra dan Puja. Mantra adalah kata-kata suci yang bersumber dari
catur Weda. Puja adalah kata-kata yang diucapkan dan ditujukan
kepada Sanghyang Widhi dan/atau roh suci lainnya dari leluhur,
Bhatara, dll. Kata-kata itu mulanya dalam Bahasa Kawi atau
Jawa-Kuno, kemudian dewasa ini banyak para Ekajati menggunakan
Bahasa Bali lumrah (sehari-hari).Berkaitan dengan pertanyaan anda,
menurut pendapat saya pribadi, boleh menggunakan Bahasa Indonesia
dengan alasan :1. Bahasa adalah alat komunikasi, baik antar
manusia, mahluk hidup, maupun dengan Tuhan/Roh suci.2. Bahasa
Indonesia yang digunakan untuk berdoa adalah Puja (bukan Mantra).
Oleh karena itu tidak digunakan untuk nuwur Ida Bhatara, ngaturang
sesajen, dll upacara/ritual yang sudah ada acuannya dalam
lontar-lontar tertentu.3. Dengan berbahasa Indonesia, pemuja
mungkin bisa lebih berkonsentrasi pada pikiran/keinginan untuk
berkomunikasi dengan-Nya.4. Digunakan dalam kegiatan
pribadi/sendiri, dan tidak secara bersama-sama.Om Santih, santih,
santih, Om Reply
62.1Adriansays:August 3, 2014 at 10:21NOT AS DEPICTED BUYER
BEWARE This seller is very miidealsng in their item description and
picture. The item I ordered was completely different than this, it
looked like it was flatter and possibly made of metal or plastic. I
paid over 11 dollars for this item and after I recieved it, the
seller changed the picture and now it sells for 2.75. NOW, it isnt
even available. I am not happy. Reply 62.1Dianesays:August 5, 2014
at 21:30While I would never watch an entireseaosnin a marathon
sitting, I would certainly follow THE GILMORE GIRLS, THE ROCKFORD
FILES and THE COMEBACK. And BLACKADDER (except for the first,
vastly inferior, series). And maybe even KOJAK.I would not follow
ABSOLUTELY FABULOUS or THE YOUNG ONES. Ive seen reruns, and neither
one has aged well. Esp not THE YOUNG ONES which turned out to
mostly be a lot of wackiness and loud shouting. Reply 63Kumpulan
Doa Sehari-Hari Menurut Hindu - Bali Mediasays:July 24, 2010 at
11:51[...] MantramTrisandhya Kramaning Sembah/Panca Sembah Memuja
di Padmasana Memuja di Kahyangan Tiga Memuja di Pura Prajapati
Memuja di Pemerajan, Pura Segara Memuja di Pura Batur, Pura
Ulundanu Memuja di Hari Saraswati Memuja di Pura Rsi Agung Memuja
Hyang Ganapati (Ganesha) [...] Reply 64Doa Sehari-Hari Menurut
Hindu | hinducintadamai1says:February 7, 2011 at 06:32[...]
MantramTrisandhya Kramaning Sembah/Panca Sembah Memuja di Padmasana
Memuja di Kahyangan Tiga Memuja di Pura Prajapati Memuja di
Pemerajan, Pura Segara Memuja di Pura Batur, Pura Ulundanu Memuja
di Hari Saraswati Memuja di Pura Rsi Agung Memuja Hyang Ganapati
(Ganesha) [...] Reply 65Doa Sehari-Hari Menurut Hindu |
_pandejuliana_says:May 24, 2013 at 09:44[...] Sumber : Stiti Dharma
[...] Reply