<> BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti saat ini yang sudah semakin canggih, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat berkembang, baik itu dalam bidang teknologinya maupun dalam pengetahuannya. Hal ini tentunya memberi dampak atau manfaat yang baik untuk kita dalam berkehidupan sebagai manusia. Ilmu kimia analisis tidak bisa lepas dengan bidang ilmu yang lain, misalkan dengan ilmu statistika, terutama terkait dengan penggunaan statistika untuk pengolahan data hasil anaslisis. Pada awalnya, tujuan utama kimia analisis adalah terkait dengan penentuan komposisi suatu senyawa dalam suatu bahan/sampel yang lazim disebut dengan Kimia Analisis kualitatif. Dalam kimia analisis modern, aspek-aspeknya tidak hanya mencakup kimia analisis kualtitaif, akan tetapi juga mencakup kimia analisis kuantitatif baik dengan menggunakan metode konvensional maupun dengan metode modern (Gandjar, 2012). Pada analisis kimia dikenal berbagai macam cara penetapan kadar baik yang memakai gravimetri maupun volumetri. Secara garis besar klasifikasi volumetri dapat dibagi menjadi: Titrasi asam-basa, titrasi redoks, titrasi, pengendapan, dan titrasi kompleksometri. Pada percobaan ini saya akan membahas tentang “Titrasi pengendapan (Argentometri)”.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
<>
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini yang sudah semakin canggih, dimana ilmu
pengetahuan dan teknologi sudah sangat berkembang, baik itu dalam bidang
teknologinya maupun dalam pengetahuannya. Hal ini tentunya memberi dampak atau
manfaat yang baik untuk kita dalam berkehidupan sebagai manusia.
Ilmu kimia analisis tidak bisa lepas dengan bidang ilmu yang lain, misalkan
dengan ilmu statistika, terutama terkait dengan penggunaan statistika untuk pengolahan
data hasil anaslisis. Pada awalnya, tujuan utama kimia analisis adalah terkait dengan
penentuan komposisi suatu senyawa dalam suatu bahan/sampel yang lazim disebut
dengan Kimia Analisis kualitatif. Dalam kimia analisis modern, aspek-aspeknya tidak
hanya mencakup kimia analisis kualtitaif, akan tetapi juga mencakup kimia analisis
kuantitatif baik dengan menggunakan metode konvensional maupun dengan metode
modern (Gandjar, 2012).
Pada analisis kimia dikenal berbagai macam cara penetapan kadar baik yang
memakai gravimetri maupun volumetri. Secara garis besar klasifikasi volumetri dapat
dibagi menjadi: Titrasi asam-basa, titrasi redoks, titrasi, pengendapan, dan titrasi
kompleksometri. Pada percobaan ini saya akan membahas tentang “Titrasi pengendapan
(Argentometri)”.
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak.
Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+
(Khopkar, S.M, 2010).
Argentometri sering digunakan untuk menetapkan kadar garam dapur, potassium,
dan bromida. Selain itu dalam bidang farmasi, argentometri sering digunakan untuk
menetapkan kadar obat seperti Papaverin HCl. Umumnya zat yang ditetapkan kadarnya
adalah zat yang mengandung halogen karena halogen mudah bereaksi dengan ion Ag+
dan membentuk endapan. Namun selain halogen, ada juga zat bukan halogen yang biasa
ditetapkan kadarnya yaitu Kalium Tiosianat. Macam-macam metode pengendapan dalam
<>
titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, metode K. Fajans dan metode
Liebig (Al. Underwood, 1992).
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan mempelajari serta memahami cara menentukan kadar suatu
senyawa dengan menggunakan metode argentometri.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan kadar NaCl dengan menggunakan metode Mohr dan menentukan
kadar vitamin B1 dengan menggunakan metode Volhard.
I.3 Prinsip Percobaan
Dimana reaksi pegendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap
penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk
melihat titik akhir titrasinya.
I.4 Reaksi Percobaan
Reaksi pada percobaan ini yaitu :
1. Metode Mohr
AgCl + NaCl AgCl
AgCl + K2CrO4 AgCrO4
2Ag+ + CrO4²¯ Ag2CrO4 ( Merah Bata)
2. Metode Volhard
Ag+ + SCN¯ AgSCN
Fe3+ + SCN¯ Fe (SCN)3 (Merah)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
<>
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan
senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada
suasana tertentu (M.S, Sudjadi, 2012).
Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem
pengendapan. Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion
halogen, ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan
standarnya. Dalam titrasi argentometri ini terdapat 4 cara untuk menentukan titik akhir
atau titik ekivalen, yaitu (Gandjar, 2012):
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan kalium kromat
sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan
setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi
dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah
dengan reaksi (Gandjar, 2012) :
CrO42- + 2Ag+ ( Ag2CrO4
Titrasi dengan cara ini harus dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH
6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan
dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi
adalah (Gandjar, 2012) :
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO7
2- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH
2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Kerugian dari metode Mohr adalah (Gandjar, 2012) :
a. Bromida dan klorida kadarnya dapat ditetapkan dengan metode Mohr akan tetapi
untuk iodida dan tiosianat tidak dapat memeberikan hasil yang memuaskan, karena
endapan perak iodida atau perak tiosianat akan mengadsorbsi ion kromat, sehingga
memberikan titik akhir yang kacau.
b. Adanya ion-ion seperti sulfida, fosfat, dan arsenat juga akan mengendap.
c. Titik akhir kurang sensitif jika menggunakan larutan yang encer.
<>
d. Ion-ion yang teradsorbsi dari sampel menjadi terjebak dan mengakibatkan hasil
yang rendah sehingga penggojongan yang kuat mendekati titik akhir titrasi
diperlukan untuk membebaskan ion yang terjebak.
2. Metode Volhard
Metode ini menggunakan perak yang dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana
asam dengan larutan baku kalium atau amonium tiosianat. Kelebihan tiosianat dapat
ditetapkan dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai
indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat dalam
lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dengan suasana asam,
sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, titik akhir
tidak dapat ditunjukkan dan pH larutan harus dibawah 3 dan ion feri akan bereaksi
dengan kelebihan ion tiosianat memebentuk ion kompleks {Fe(SCN)6}3- yang
berwarna coklat. Reaksinya sebagai berikut (Khopkar, 1990) :
X + Ag+ ( AgX + Ag+ sisa
Ag+ sisa + SCN- ( AgSCN
Fe3+ + 6 SCN- ( {Fe(SCN)6}3-
3. Metode K. Fajans
Pada metode ini menggunakan indikator adsorbsi, yang mana pada titik ekivalen,
indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan perubahan warna
kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
metode ini ialah endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid. Ada
beberapa contoh dari indikator adsorbsi yakni : Diklorofluoresein, Fluoresein, Eosin,