BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai bidang termasuk bidang farmasi. Semakin banyaknya industri-industri farmasi yang turut menerapkan kemajuan teknologi, semakin meningkat pula jumlah produk-produk farmasi yang tersedia untuk masyarakat. Industri farmasi saat ini tidak hanya memfokuskan perhatian pada bidang pembuatan dan penyediaan obat, melainkan juga telah mencakup berbagai produk yang tersedia dalam masyarakat seperti makanan dan kosmetik. Dalam penyediaan suatu produk farmasi dipergunakan berbagai senyawa-senyawa yang dikombinasikan satu dengan yang lain untuk menghasilkan suatu senyawa baru yang sangat bermanfaat. Pengkombinasian ini melibatkan berbagai senyawa baik yang mudah larut dalam air, maupun yang tidak.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai
bidang termasuk bidang farmasi. Semakin banyaknya industri-industri
farmasi yang turut menerapkan kemajuan teknologi, semakin
meningkat pula jumlah produk-produk farmasi yang tersedia untuk
masyarakat. Industri farmasi saat ini tidak hanya memfokuskan
perhatian pada bidang pembuatan dan penyediaan obat, melainkan
juga telah mencakup berbagai produk yang tersedia dalam masyarakat
seperti makanan dan kosmetik. Dalam penyediaan suatu produk
farmasi dipergunakan berbagai senyawa-senyawa yang
dikombinasikan satu dengan yang lain untuk menghasilkan suatu
senyawa baru yang sangat bermanfaat. Pengkombinasian ini
melibatkan berbagai senyawa baik yang mudah larut dalam air,
maupun yang tidak.
Khusus dalam penetapan kadar senyawa yang sukar larut
diterapkan metode tertentu sebab sifat dari senyawa yang sukar larut
memiliki sifat tertentu yang tidak dimiliki oleh senyawa yang larut.
Salah satu metode tersebut adalah argentometri. Metode ini hanya
ditekankan bagi senyawa yang diketahui sukar larut. Dengan adanya
percobaan ini diharapkan praktikan mampu menentukan kadar suatu
senyawa yang tidak larut dalam air. Oleh karena itulah diadakan
percobaan ini.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar zat
dengan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan kadar NaCL, KBr, NH4Br, minimal 1 tablet
dengan metode argentometri.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Penetapan natrium klorida menggunakan Metode Mohr dengan
menimbang 400 mg dilarutkan dalam 50 ml air. Titrasi dengan
AgNo3 0,0997 N menggunakan indikator kalium kromat dimana titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna endapan menjadi
merah.
2. Penetapan kadar KBr menggunakan Metode Volhard dengan
menimbang 400 mg. Dilarutkan dalam 40 ml air dan 5 ml AgNo3
serta 50 ml AgNo3 0,0997 N. Lalu dititrasi dengan amonium
tiosianat 0,1 N menggunakan indicator besi (III) ammonium sulfat.
3. Penetapan kadar NH4Br menggunakan Metode Volhard dengam
menimbang 400 mg, dilarutkan dalam 50 ml air, 10 ml HCl encer
dan 50 ml AgNo3 0,0997 N. Dititrasi dengan NH4SCN
menggunakan 2 ml indikator besi (III) ammonium sulfat dimana titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna endapan menjadi
merah.
4. Penetapan kadar luminal dengan metode Budde, dengan
menimbang 2 gr ditambahkan 20 ml air dan 3 g natrium bikarbonat
diaduk hingga larut. Titrasi dengan AgNo3 0,0997 N hingga terjadi
kekeruhan yang jelas, dimana titik akhir titrasi ditandai dengan
terjadinya keruh mantap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan larutan
perak nitrat sebagai titran, dimana terbentuk garam perak yang sukar
larut (1).
Titrasi pengendapan atau argentometri didasarkan atas terjadinya
pengendapan kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan
pengukur yang diketahui kadarnya pada larutan senyawa yang
hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian titran sudah
membentuk endapan (2).
Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri
yang tergolong pembentukan kompleks) dibedakan atas 3 macam
berdasarkan indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir, yaitu :
a. Cara Mohr
Titrasi pertama untuk penentuan ion klorida dan bromida
dalam larutan, sedangkan indikator yang dipakai adalah kalium
kromat (K2CrO4) dan larutan baku AgNO3 sebagai titran. Pada
titik akhir kromat terikat oleh ion perak membentuk senyawa yang
sukar larut berwarna merah bata. Disini terjadi pengendapan 2
tingkat yaitu pembentukan AgCl dan pembentukan Ag2CrO4.
Perak klorida merupakan garam sukar larut sehingga konsentrasi
ion klorida tinggi, maka AgCl diendapkan.
b. Cara Volhard
Ion halogen diendapkan oleh ion perak berlebih, kelebihan
ion perak dititrasi dengan NH4SCN atau KSCN. Indikator yang
digunakan adalah besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat,
sampai titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titran dan ion
perak membentuk endapan putih :
Ag+ + SCN- AgSCN (putih)
Sedikit kelebihan titran kemudian bereaksi dengan indikator,
membentuk ion kompleks yang sangat kuat warnanya (merah).
SCN- + Fe3+ FeSCN2+
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.
c. Cara Fajans
Dalam titrasi secara Fajans digunakan indikator adsorbsi.
Indikator adsorbsi adalah zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna,
penyerapan ini dapat titik ekivalen, antara lain dengan memilih
macam indikator yang dipakai dan pH. Indikator ini adalah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan
dengan ion perak. Misalnya fluoresein yang dapat digunakan
dalam titrasi ion klorida dalam suasanan netral (3).
d. Cara Leibig
Pada metode ini titik akhir titrasinya tidak ditentukan
dengan indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya
kekeruhan.(4)
II.2 Uraian Bahan
1. Kalium bromida (4,328)
Nama resmi : Kalii bromidum
Sinonim : Kalium bromida
RM/BM : KBr / 119,01
Pemerian : Hablur tidak berwarna, transparan atau buram
atau serbuk butir tidak berbau, rasa asin dan
agak pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan
dalam lebih kurang 200 bagian etanol 90 % P.
Khasiat : Sedativum
Kegunaan : Sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
2. AgNO3 (4,47)
Nama resmi : Argenti Nitras
Sinonim : Perak nitrat
RM/BM : AgNO3/169,87
Pemerian : Hablur transparan atau hablur berwarna putih,
tidak berbau menjadi gelap jika kena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam
etanol 95 % P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung cdari
cahaya.
Khasiat : Sebagai antiseptikum ekstern
Kegunaan : Sebagai larutan baku.
3. Air suling (4,96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Sinonim : Air suling, Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak mempunyai bau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut
4. K2CrO4 (1,690)
Nama resmi : Kalii Chromat
Sinonim : Kalium kromat
RM : K2CrO4
Pemerian : Hablur, kuning
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan jernih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
5. NaCl ( FI III : 403 )
Nama resmi : Natrii Chloridum
Sinonim : Natrium Klorida
RM/BM : NaCl / 58,44
Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna, tidak
berbau,rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air: 2,7 bagian air
mendidih: sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
6. NH4Br ( FI III : 87 )
Nama resmi : Amonii Bromidum
Sinonim : Amonium Bromida
RM/BM : NH4Br / 97,96
Pemerian : Hablur, putih, tidak berbau,higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam 1,3 bagian air: 12 bagian etanol