PROSIDING SNIPS 2018 123 9 – 10 Juli 2018 Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim Dan Lahan Pada Tanaman Nanas (Studi Kasus di wilayah Kab.Subang, Jawa Barat) Plato Martuani Siregar 1,a) , Musa A.M 1,b) , Ni Putu N.D.R. 1,c) dan Sujeki R. 1,d) 1 Program Studi Meteorologi, Kelompok Sains Atmosfer, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132 a) [email protected]b) [email protected]c) [email protected]d) [email protected]Abstrak Kecamatan Jalancagak merupakan sentra utama pengembangan nanas di Kab.Subang dengan luas areal 2608 Ha atau sekitar 80 % dari total pengembangan seluas 3.253 Ha. Sebagai tanaman rakyat,budidaya nanas masih bersifat sampingan yang dilakukan secara sederhana,terpencar di sekitar pekarangan rumah dan tegalan dengan produktivitas pada umumnya masih berkisar antara 20–35 ton/ha. Buah nanas mengandung enzim bromelain(enzim protease yang dapat menghidrolisa protein),sehingga dapat digunakan melunakkan daging,sebagai obat penyembuh penyakit sembelit,gangguan saluran kencing,mual-mual,flu,wasir dan kurang darah. Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari nanas adalah buahnya, meskipun serat daunnya telah digunakan sebagai bahan baku tekstil serta usaha agroindustri skala kecil mengolahnya menjadi produk olahan seperti dodol,manisan,kripik dan jus.Pengetahuan para petani tentang dampak perubahan cuaca mempengaruhi intensifikasi budidaya dan produksi menurun. Keterbatasan data hujan observasi diperoleh melalui teknik remote sensing dan hasilnya data curah hujan sekunder lebih seragam tersebar,lalu iklim di Kab.Subang dihitung menggunakan metoda Schmidt-Fergutson hasilnya adalah iklim dominan dipengaruhi oleh Monsunal dengan tipe B dan C. Evaluasi lahan dilakukan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan dan mempertimbangkan input yang diberikan berdasarkan faktor pembatas yang ada pada setiap lahan.Untuk menghitung indek iklim dan lahan dapat dilakukan dengan metode Storie dan Square Root yang dipadukan dengan metode perubahan penggunaan lahan menggunakan Geographic Information System(GIS),sehingga diperoleh faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dan upaya pencegahannya. Kata kunci:nanas,indek iklim,intensifikasi,kesesuaian lahan,monsun PENDAHULUAN Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya, meskipun akhir- akhir ini serat daunnyauga digunakan sebagai bahan baku tekstil. Manfaat nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman (seperti selai,buah dalam sirop dan lain-lain). Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar,sehingga disukai masyarakat secara luas. Disamping itu, buah tersebut mengandung gizi cukup tinggi & lengkap,juga mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi KB(Keluarga Berencana) ISBN: 978-602-61045-4-0
10
Embed
Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROSIDING SNIPS 2018
123 9 – 10 Juli 2018
Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim Dan Lahan Pada Tanaman Nanas
(Studi Kasus di wilayah Kab.Subang, Jawa Barat)
Plato Martuani Siregar1,a), Musa A.M1,b), Ni Putu N.D.R.1,c) dan Sujeki R.1,d)
1Program Studi Meteorologi, Kelompok Sains Atmosfer,
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132
Kecamatan Jalancagak merupakan sentra utama pengembangan nanas di Kab.Subang dengan luas areal 2608 Ha atau sekitar 80 % dari total pengembangan seluas 3.253 Ha. Sebagai tanaman rakyat,budidaya nanas masih bersifat sampingan yang dilakukan secara sederhana,terpencar di sekitar pekarangan rumah dan tegalan dengan produktivitas pada umumnya masih berkisar antara 20–35 ton/ha. Buah nanas mengandung enzim bromelain(enzim protease yang dapat menghidrolisa protein),sehingga dapat digunakan melunakkan daging,sebagai obat penyembuh penyakit sembelit,gangguan saluran kencing,mual-mual,flu,wasir dan kurang darah. Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari nanas adalah buahnya, meskipun serat daunnya telah digunakan sebagai bahan baku tekstil serta usaha agroindustri skala kecil mengolahnya menjadi produk olahan seperti dodol,manisan,kripik dan jus.Pengetahuan para petani tentang dampak perubahan cuaca mempengaruhi intensifikasi budidaya dan produksi menurun. Keterbatasan data hujan observasi diperoleh melalui teknik remote sensing dan hasilnya data curah hujan sekunder lebih seragam tersebar,lalu iklim di Kab.Subang dihitung menggunakan metoda Schmidt-Fergutson hasilnya adalah iklim dominan dipengaruhi oleh Monsunal dengan tipe B dan C. Evaluasi lahan dilakukan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan dan mempertimbangkan input yang diberikan berdasarkan faktor pembatas yang ada pada setiap lahan.Untuk menghitung indek iklim dan lahan dapat dilakukan dengan metode Storie dan Square Root yang dipadukan dengan metode perubahan penggunaan lahan menggunakan Geographic Information System(GIS),sehingga diperoleh faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dan upaya pencegahannya.
Kata kunci:nanas,indek iklim,intensifikasi,kesesuaian lahan,monsun
PENDAHULUAN
Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya, meskipun akhir-
akhir ini serat daunnyauga digunakan sebagai bahan baku tekstil. Manfaat nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman (seperti selai,buah dalam sirop dan lain-lain). Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar,sehingga disukai masyarakat secara luas. Disamping itu, buah tersebut mengandung gizi cukup tinggi & lengkap,juga mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi KB(Keluarga Berencana)
dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nanas[4]. Dari tabel 1 dibawah ini memperlihatkan Kec.Jalancagak merupakan sentra utama pengembangan nanas di Kabupaten Subang dengan luas areal 2608 Ha atau sekitar 80 % dari total pengembangan seluas 3.253 Ha.
Tabel 1. Keragaan Sentra Produksi Nenas di Kabupaten Subang Tahun 2003 Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
Sumber : Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Subang, 2004
Sedangkan desa lainnya dibawah 200 ha. Sebagai tanaman rakyat, budidaya nanas di Kabupaten Subang dilakukan secara sederhana di sekitar pekarangan rumah dan tegalan, dengan input teknologi yang terbatas. Bentuk kebun rata-rata belum sehamparan dan letaknya terpencar. Rendahnya produktivitas nanas juga disebabkan karena tanaman yang diusahakan sebagian besar berumur diatas 10 tahun. Agar tanaman dapat berproduksi tinggi dengan kualitas yang terjamin, perlu dilakukan pembongkaran tanaman dan menggantikannya dengan pertanaman baru yang berasal dari bibit baru. Sebagian petani yang bermodal telah melakukan budidaya secara intensif dan mereka umumnya juga mempunyai posisi kuat dalam pemasaran. Sentra utama pengembangan nanas di Kabupaten Subang, tersebar di lima Kecamatan, yaitu Kecamatan Sagalaherang, Jalancagak, Cisalak, Tanjungsiang dan Cijambe.
Nanas di Desa Panribuan merupakan varietas lokal yang terkenal dengan rasa manis dan kandungan air yang tinggi tidak sama seperti nanas pada umumnya walaupun varietas yang digunakan tergolong sama. Nanas di Desa Panribuan telah dibudidayakan secara turun-temurun dari para pendahulu didesa ini. Bertani nanas menjadi pilihan bagi kebanyakan penduduk di desa Panribuan dikarenakan pemeliharan nanas tergolong sederhana. Pemeliharan yang dilakukan hanya dengan membersihkan gulma dengan cara mengolah tanah di sela-sela tanaman nanas, namun untuk hama lain dan penyakit petani tidak perlu untuk melakukan penyemprotan pestisida karena sampai saat ini belum ada hama dan penyakit tanaman yang serius hingga menurunkan produksi nanas. Menurut penduduk setempat tanaman ini juga menjadi solusi kebutuhan ekonomi karena bisa dipanen secara rutin sekali dalam dua minggu sehingga ini bisa dijadikan pendapatan rutin. Pembersihan lahan nanas juga menjadi salah satu faktor penentu produksi nanas selain pemupukan [3].
Disamping itu adanya dampak perubahan iklim juga memungkinkan perubahan peta lokasi dan distribusi kesesuaian iklim untuk tanaman nanas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pH, TSS, total vitamin C dan kandungan gula dari nanas (pineapple juice) dihasilkan dari bahaya buah secara fisis tidak terlalu berbeda dari buah yang tak berbahaya. Penyimpanan 9 hari berkontribusi pada perubahan dalam komposisi gula dari nanas dan tentu memberikan rasa yang berubah rasa manisnya. Efek ini membutuhkan penelitian lebih jauh untuk memahami latarbelakang fisiologi dan dampakanya pada kualitas. Oleh karena itu, nanas yang rusak ini dapat digunakan untuk produksi jus nanas pasteurisasi. Pasteurisasi adalah faktor penting lain yang mempengaruhi kualitas nutrisi dan sensoris jus nanas. Parameternya (waktu dan suhu) perlu dipelajari secara lebih rinci untuk memungkinkan optimalisasi bagian dari rantai produksi jus nanas ini [2].
Sejak tahun 1988, pemerintah Indonesia melalui Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) telah membakukan metode survey dan klasifikasi tanah untuk prasyarat tumbuh nanas varietas madu dan lokal [6].
PENENTUAN KARAKTERISTIK IKLIM DAN KELAS KESESUAIAN LAHAN
Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah.
Tabel 2. Kategori Iklim Schmidt-Ferguson (1951) Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi
A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan hujan tropika
ISBN: 978-602-61045-4-0
PROSIDING SNIPS 2018
125 9 – 10 Juli 2018
B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika
C 33,3 – 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim kemarau D 60,0–100,0 Daerah sedang, hutan musim E 100,0–67,0 Daerah agak kering, hutan sabana F 167,0–00,0 Daerah kering, hutan sabana G 300,0–00,0 Daerah sangat kering, padang ilalang H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang
Iklim Schmidt-Ferguson sering disebut dengan Q model karena didasarkan atas nilai indeks, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Adapun tahapan menghitung Q adalah sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah tiap tahun. 2. Menjumlahkan hasil no.1 dalam suatu periode (misal 30 tahun). 3. Menghitung nilai Q = Jumlah rata-rata bulan kering / Jumlah rata-rata bulan basah x 100%
SYARAT TUMBUH TANAMAN NANAS (PINEAPPLE)
Iklim yang cocok untuk Budidaya nanas adalah pada keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah agak kering) dan F (daerah kering). Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 °C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 ° C [1]. Media tanamnya pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir,subur,gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah. Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil & klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium dan Molibdinum dengan cepat. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus diperhatian adalah aerasi & drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akat. Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas,namun sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering. Ketinggian tempat untuk Budidaya nanas pada 800-1200 m dpl dan pertumbuhan optimumnya antara 100-700 m dpl [5].
PENENTUAN KELAS KESESUAIAN IKLIM DENGAN METODE PENGHARKATAN (SCORING)
Klasifikasi kesesuaian lahan nanas hanya akan dibahas dari tingkat ordo dan kelas saja. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian no. 79/Permentan/Ot.140/8/2013, kelas yang dianjurkan oleh FAO dalam kesesuaian lahan dan iklim sebanyak tiga kelas dalam ordo S, yaitu S1, S2, S3 dan dua kelas dalam ordo N, yaitu N1, dan N2. Metode pengharkatan (scoring) merupakan metode pemberian skor/harkat terhadap masing-masing nilai parameter lahan dan iklim untuk menentukan tingkat kemampuan lahannya.Teknik pemberian skor yang dilakukan adalah dengan menggunakan perkalian. Untuk menghitung indek iklim dan lahan dapat dilakukan dengan metode Storie dan Square Root:
𝑴𝒆𝒕𝒐𝒅𝒂 𝑺𝒕𝒐𝒓𝒊𝒆 𝑰 = 𝑨 × 𝑩𝟏𝟎𝟎
× 𝑪𝟏𝟎𝟎
× … (𝑨, 𝑩, 𝑪, … . : 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈) (1)
𝑴𝒆𝒕𝒐𝒅𝒂 𝑺𝒒𝒖𝒂𝒓𝒆 𝑹𝒐𝒐𝒕 𝑰 = 𝑹𝒎𝒊𝒏 × √ 𝑨𝟏𝟎𝟎
× 𝑩𝟏𝟎𝟎
× 𝑪𝟏𝟎𝟎
× … (2) Dimana I: indeks, Rmin adalah minimum rating dan A,B,C,… adalah rating atau nilai disamping nilai minimum. Dari perhitungan “rating indek” diatas maka didapatkanlah nilai indek untuk masing-masing karakteristik/kualitas lahan.
ISBN: 978-602-61045-4-0
PROSIDING SNIPS 2018
126 9 – 10 Juli 2018
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Penelitian yang diarsil pada gambar 1. Kab. Subang,Jawa Barat terletak pada posisi geografis 107º31' 107º54' Bujur Timur dan 6º11'-6º49' Lintang Selatan. Berdasarkan topografinya, wilayah Kabupaten Subang mempunyai daerah pegunungan di bagian selatan dengan ketinggian antara 500 – 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl), daerah berbukit dan dataran di bagian tengah dengan ketinggian 50-500 meter dpl, dan daerah dataran rendah di bagian utara 0-50 meter dpl (BPS Subang, 2014). Sebagian besar wilayah (80%) Kabupaten Subang memiliki tingkat kemiringan lereng 0° - 17°, 11% wilayah memiliki tingkat kemiringan 18° - 45°, dan 9% wilayahnya memiliki kemiringan lebih dari 45°.Secara umum wilayah Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100 hari (BPS Subang 2014). Sumber daya air dipenuhi dari 4 DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu: (1) DAS Cipunagara, (2) DAS Cilamaya,DAS Ciasem, dan DAS Cigadung (Bappeda Subang,2009).
Gambar 1. Lokasi penelitian Kabupaten Subang
Sumber data yang digunakan yaitu data reanalisis ECMWF-ERA INTERIM pada rentang waktu tahun 2008-2015 untuk suhu udara permukaan. Data ketinggian geopotensial dan angin dari reanalisis ECMWF-ERA INTERIM ketinggian 500 mb untuk rentang waktu tahun 2008-2015. Data curah hujan dari Climate Hazards Group InfraRed Precipitation (CHIRPS) untuk rentang waktu tahun 2008-2015. Data tata guna lahan Kabupaten Subang dari SPOT-6 untuk tahun 2015. Data tipe tanah berupa data tipe tanah Kabupaten Subang sumber dari Badan Pertanahan Nasioanal.
Gambar 2. Grid data yang digunakan dalam penelitian
Dengan pengelompokan data curah hujan CHIRPS grid untuk wilayah Kab.Subang hanya diperoleh empat lokasi yang memiliki perbedaan bentuk dan pola distribusi hujan tahunan,sedangkan lokasi lainya mendekati pada pola 1 sampai 4 di gambar 2. Oleh karena itu,telah terlihat bahwa lokasi 1-4 sama-sama memiliki pola hujan monsunal bentuk V dengan hujan minimum terjadi pada JJA (Juni,Juli,Agustus) dan hujan maksimum terjadi pada DJF (Desember,Januari,Februari). Untuk lokasi 1 dan 2 dekat dengan pantai umumnya puncak hujan tertinggi pada bulan Januari hal ini disebabkan oleh monsun pengaruh lautan sangat kuat,sedangkan lokasi 4 puncak hujan terjadi pada bulan maret hal ini karena lokasinya sekitar pegunungan vulkanik dengan hutan tropis yang masih dapat menyimpan cadangan air hingga pada bulan maret dan lokasi
SUBANG
CIANJUR
KARAWANG
BANDUNG
BEKASI
SUMEDANG
GARUT
INDRAMAYU
BANDUNG BARAT
PURWAKARTA
BOGOR
BANDUNG
MAJALENGKA
TASIKMALAYA
CIMAHI
WADUK CIRA
MAJALENGKACIAMIS
107.154336
107.154336
107.377909
107.377909
107.601482
107.601482
107.825055
107.825055
108.048628
108.048628
-7.1
7947
4
-7.1
7947
4
-6.8
7605
3
-6.8
7605
3
-6.5
7263
2
-6.5
7263
2
-6.2
6921
1
-6.2
6921
1
-5.9
6579
0
-5.9
6579
0
ISBN: 978-602-61045-4-0
PROSIDING SNIPS 2018
127 9 – 10 Juli 2018
3 meskipun dekat pegunungan tapi wilayah ini telah dipenuhi banyak pemukiman sehingga pengaruh hutan tropis semakin tidak terlihat.
Tabel 3. Perhitungan Kategori iklim menurut untuk curah lokasi 1 J F M A M J J A S O S D JBB JBK JBL
Mean 390 327 415 336 197 109 85 43 51 120 342 389 8.75 2.875 0.375 Jumlah bulan Q= 32.86 B 70 23 3
Kriteria Kering Lembab Basah
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa posisi 1 dan 2 bertipe C dekat dengan laut jawa,sedangkan 3 dan 4 bertipe B dekat dengan gunung tangkuban Parahu.
ISBN: 978-602-61045-4-0
PROSIDING SNIPS 2018
128 9 – 10 Juli 2018
Gambar 3. Distribusi hujan musiman sepanjang tahun 2008-2015
a) b) c) d)
Gambar 4. Distribusi hujan musiman sepanjang tahun 2008-2015 yakni a)DJF, b)MAM, c)JJA dan d)SON
Warna balok biru pada gambar 3 merupakan curah hujan musiman DJF berkaitan dengan Gambar 4.a
yakni angin berhembus dari Asia menuju Australia dan suhu rendah di Asia( warna biru/tekanan Tinggi) dengan uap air yang banyak sehingga perioda ini disebut sebagai musim hujan. Warna oranye pada balok gambar 3 terkait dengan gambar 4.b yakni angin menjadi tak menentu arahnya wilayah subang diapit oleh suhu udara rendah di Asia dan Austalia dimana periode ini dikenal dengan perlaihan pertama dengan ciri curah hujan mulai menurun perbulan berikutnya dan warna balok merah pada gambar 3 berkaitan dengan gambar 4.c dimana angin berasal dari benua Australia yang kering sehingga terjadi rentang waktu musim kemarau. Kemudian balok kuning gambar 3 berkaitan dengan gambar 4.d yakni musim peralihan kedua dengan curah hujan mulai meningkat perbulan berikutnya.
a) b)
Gambar 5. Trend curah hujan rentang waktu tahun 2008-2015 Pada gambar 5 adalah plot curah hujan untuk 5a lokasi 1 mewakili dekat pantai dan 5b lokasi 3 mewakili
dekat dengan pegunungan telah memperlihatkan penurunan curah hujan dalam jangka perioda 2008-2015,dengan demikian ini jelas memperlihatkan efek perubahan iklim regional seperti MJO dan global
0
100
200
300
400
J F M A M J J A S O S D
Cura
h hu
jan(
mm
/bul
an)
Distribusi curah hujan bulanan lokasi 1
y = -0.1632x + 207.22
0
500
1000
2008
2008
2009
2009
2010
2010
2011
2012
2012
2013
2013
2014
2015
2015
Cura
h hu
jan(
mm
/bul
an)
Tahun
Curah hujan Pada Lokasi 1
y = -0.3497x + 250.59
0
500
1000
2008
2008
2009
2009
2010
2010
2011
2012
2012
2013
2013
2014
2015
2015
cura
h hu
jan(
mm
/bul
an)
Tahun
Curah hujan Pada Lokasi 3
ISBN: 978-602-61045-4-0
PROSIDING SNIPS 2018
129 9 – 10 Juli 2018
(ENSO atau pemanasan global) sehingga akibat perubahan ini syarat tumbuh nanas pada satuan lahan di Kab.Subang menjadi bergeser.
Data Meteorologi dan Iklim-Curah hujan-Suhu udara
Data Peta tanah-Lereng-Karakteristik tanah
Peta Topografi-Relief-Elevasi
Karakteristik Lahan
Pencocokan(MATCHING)
Kesesuaian Lahan Nanas
ARAHANPENGGUNAAN
LAHAN
Penggunaan Lahan Aktual
Syarat Tumbuh Tanaman Nanas
Peta Tataguna Lahan
Gambar 6. Diagram alir metoda analisis kesesuaian pedo-agroklimat
Gambar 6 merupakan urutan pekerjaan penelitian yang diawali survey data dan peta iklim,peta tanah
dan peta topografi dari instansi pemerintah. Pengkategorian untuk media tanam dan iklim dilakukan dengan metoda pengharkatan,hasil ini di overlay dengan peta satuan lahan sehingga menghasilkan kesesuaian pedoklimat untuk komoditas nanas di Kab.Subang,lalu di overlay kembali dengan kondisi lahan actual sehingga diperoleh arahan penggunaan lahan kedepan. Satuan lahan merupakan hasil dari tumpang tindih (Overlay) beberapa peta, yaitu peta bentuk lahan, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta kemiringan lereng,hasilnya terlihat pada gambar 7 yang dipakai untuk keperluan memperoleh peta kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman nanas [6].
ISBN: 978-602-61045-4-0
PROSIDING SNIPS 2018
130 9 – 10 Juli 2018
Gambar 7. Satuan lahan untuk Kabupaten Subang
ISBN: 978-602-61045-4-0
PROSIDING SNIPS 2018
131 9 – 10 Juli 2018
Gambar 8. Peta dari (a) Soil Organic Carbon, (b) Total Nitrogen,(c) pH,(d) Exchangeable (K, Ca, Mg, Na), (e) CEC;
(f) Base Saturation,(g) P2O5 dan (h) K2O sumber [6]
Gambar 9. Peta kesesuaian iklim dan lahan untuk tanaman nanas di Kabupaten Subang
Hasil pengharkatan satuan lahan,kesesuaian agroklimat dan peta media tanaman akan menghasilkan peta
kesesuaian lahan untuk tanaman nanas di Kab.Subang yang terlihat pada gambar 9 yakni bagian Selatan Kab Subang dengan dominan S1 warna hijau artinya sesuai untuk perkebuan nanas,di bagian utara Kab Subang S2 warna hijau muda memiliki faktor pembatas iklim agar nanas dapat tumbuh dan di bagian tengah didominasi oleh S3 warna oranye dan N warna putih memiliki faktor pembatas iklim dan tanah pada gambar 8 untuk peta media tanah (soil organic carbon, total Nitrogen,pH,Exchangeable (K, Ca, Mg, Na),CEC,Base Saturation,P2O5 dan K2O.
KESIMPULAN
Pengembangan dan kerentanan kebun nanas di Kabupaten Subang sangat tergantung pada perubahan iklim khususnya faktor MJO,ENSO dan pemanasan global dimana hasil perhitungan kecondongan regresi
ISBN: 978-602-61045-4-0
PROSIDING SNIPS 2018
132 9 – 10 Juli 2018
curah hujan terhadap tahun untuk rentang waktu tahun 2008-2015 telah memperlihatkan penurunan curah hujan tahunan dengan gradien -0.16 untuk lokasi di Utara yang berdekatan laut Jawa dan -0.35 untuk lokasi di Selatan berdekatan dengan G.Tangkuban parahu. Distribusi curah hujan tahunan sangat dipengaruhi oleh sistem sirkulasi monsun Asia tenggara(musim hujan) dan Australia (musim kemarau),dengan demikian jika kehadiran monsun terlambat atau lebih cepat akan mempengaruhi produksi nanas di Kabupaten Subang.
Pada peta kesesuaian iklim untuk nanas di bagian Selatan Kab Subang memperlihatkan luas area S1 lebih dominan yang sesuai untuk perkebuan nanas sedangkan bagian Utara Kab Subang didominasi oleh kelas S2 memiliki faktor pembatas iklim agar nanas dapat tumbuh dan di bagian tengah didominasi S3 atau N yang memiliki kedua faktor pembatas iklim serta media tanaman (tanah).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Makalah ini didanai oleh P3MI,Institut Teknologi Bandung 2018. REFERENSI 1. Elodie Dorey, Patrick Fournier, Mathieu Lechaudel and Philippe Tixier, Validity of the pineapple crop
model SIMPINA across the climatic gradient in Réunion Island, European Journal of Agronomy (2015) 2. Menouwesso h. Hounhouigan, anita r. Linnemann1,4, paul t.m. Ingenbleek, mohamed m. Soumanou,
hans c.m. Van trijp and martinus a.j.s. Van boekel, Effect of physical damage and storage of pineapple fruits on their suitability for juice production, Journal of Food Quality (2014)
3. Muhammad Afwan Hadi, Razali, dan Fauzi, Pemetaan status unsur hara fosfor dan kalium di perkebunan nanas (ananas comosus l. merr) rakyat desa panribuan kecamatan dolok silau kabupaten simalungun, Jurnal Online Agroekoteknologi (2014)
4. Soedarya. P., Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Nanas. Pustaka Grafika. Bandung (2009) 5. Sutanto. R., Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta (2005) 6. Widiatmaka, Wiwin Ambarwulan,Paulus B.K.Santoso,Supiandi Sabiham, Machfud, Muhammad
Hikmat, Remote sensing and land suitability analysis to establish local specific inputs for paddy fields in Subang, West Java, The 2nd International Symposium on LAPAN-IPB Satellite for Food Security and Environmental Monitoring 2015, LISAT-FSEM, Procedia Environmental Sciences (2015)