Top Banner
TESIS APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK POLITEKNIK NEGERI BALI OLEH I NYOMAN SUTARNA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
152

aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser ...

Dec 31, 2016

Download

Documents

duongnga
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • TESIS

    APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES

    PEMOTONGAN PELAT ESER

    MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA

    DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK

    POLITEKNIK NEGERI BALI

    OLEH

    I NYOMAN SUTARNA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • TESIS

    APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES

    PEMOTONGAN PELAT ESER

    MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA

    DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK

    POLITEKNIK NEGERI BALI

    OLEH

    I NYOMAN SUTARNA

    NIM. 0990461010

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ERGONOMI FISIOLOGI KERJA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES

    PEMOTONGAN PELAT ESER

    MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA

    DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK

    POLITEKNIK NEGERI BALI

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

    pada Program Magister, Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    I NYOMAN SUTARNA

    NIM. 0990461010

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ERGONOMI FISIOLOGI KERJA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

    i

  • Lembaran Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    PADA TANGGAL, 9 SEPTEMBER 2011

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes. Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes.

    NIP. 19660309 199802 1003 NIP. 19681217 199303 1003

    Mengetahui

    Ketua Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Direktur

    Program Pascasarjana Program Pascasarjana

    Universitas Udayana, Universitas Udayana,

    Prof. dr. I. D. P. Sutjana, PFK., M.Erg Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K).

    NIP. 19470704 197903 1001 NIP. 19590215 198510 2001

    ii

  • Penetapan Panitia Penguji Tesis

    Tesis Ini Telah Diuji pada

    Tanggal, 9 September 2011

    Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Direktur Program

    Pascasarjana

    Universitas Udayana, No : 0368/H14.4/HK/2011, Tanggal 11 Pebruari 2011

    Ketua : Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M..Kes

    Sekretaris : Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes.

    Anggota :

    1. Prof. dr, Ketut Tirtayasa, MS., AIF

    2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And

    3. Dr. Ketut Karna, PFK., M. Kes

    iii

  • UCAPAN TERIMA KASIH

    Pertama-tama penulis panjatkan puji sukur kehadapan Ida Sang Hyang

    Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karurnia-Nya

    tesis ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan guna

    memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja,

    Program Pascasarjana Universitas Udayana. tesis ini berjudul Aplikasi

    Ergonomi Pada Proses Pemotongan Pelat Eser Meningkatkan Kinerja

    Mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.

    Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes, selaku

    pembimbing I, yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

    semangat bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister,

    khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya

    pula penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Drs. I Made Sutajaya, M.Kes, selaku

    pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

    semangat bimbingan dan saran selama penulis mengikuti program Magister,

    khususnya dalam penyelesaian tesis ini.

    Ucapan yang sama ditujukan kepada Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana,

    PFK., M.Erg, Ketua Program Studi Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja yang

    telah memberi kesempatan penulis untuk mengikuti kuliah serta selalu

    membimbing dan mendorong penulis di dalam menyusun tesis ini. Ucapan

    terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K),

    iv

  • Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberi

    bimbingan dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah dan

    menyelesaikan pendidikan Program Megister pada Program Pascasarjana

    Universitas Udayana.

    Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Prof. Drs. Ida Bagus

    Adnyana Manuaba, Hon.FErgs.,FIPS, guru besar ilmu faal sebagai panutan

    penulis dan para guru besar yang selalu memberikan didikan, etika, disiplin,

    motivasi dan ilmu serta pengalaman yang sangat berguna. Penulis juga

    mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. dr. Ketut

    Tirtayasa, MS., AIF, Prof. Dr. dr . J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And,

    dan Dr. Ketut Karna., PFK., M.Kes, selaku penguji yang telah banyak

    memberikan masukan, saran dan koreksi sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

    Pada kesempatan ini juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

    kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen dan staf serta rekan-rekan mahasiswa

    Program Magister Ergonomi-Fisiologi Kerja, Program Pascasarjana Universitas

    Udayana.yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis

    juga ucapkan terima kasih yang mendalam kepada istri tercinta Ni Nyoman

    Suriani, serta ananda Ni Putu Ayu Wulan Noviyanti dan Ni Made Widia Yulia

    Astari yang secara tulus ikhlas memberikan kesempatan, dorongan, perhatian

    dan pengorbanan baik materiil maupun moral sehingga penulis dapat lebih

    berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis ini.

    v

  • Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha esa selalu

    melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis

    dalam menyelesaikan tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

    Denpasar, Agustus 2011

    I Nyoman Sutarna

    vi

  • ABSTRAK

    APLIKASI ERGONOMI PADA PROSES PEMOTONGAN PELAT ESER

    MENINGKATKAN KINERJA MAHASISWA

    DI BENGKEL TEKNOLOGI MEKANIK

    POLITEKNIK NEGERI BALI

    Pemotongan pelat eser adalah suatu proses kerja yang mengharuskan

    terjadinya interaksi manusia dengan mesin. Proses pemotongan dilakukan

    dengan bantuan sebuah alat atau mesin potong pelat eser yang dioperasikan oleh

    pekerja dengan sikap kerja berdiri, tetap menyangga pelat, sambil mendorong

    dan menarik pelat eser. Hal ini dilakukan juga oleh mahasiswa praktikum di

    bengkel mekanik Politeknik Negeri Bali (PNB). Mesin potong pelat yang

    digunakan tidak dilengkapi alat penyangga pelat eser. Intervensi ergonomi yang

    dilakukan adalah dengan membuat alat tambahan kedudukan pelat eser pada

    proses pemotongan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

    peningkatan kinerja mahasiswa ditinjau dari penurunan keluhan muskuloskeletal,

    penurunan beban kerja, dan peningkatan produktivitas kerjanya.

    Penelitian dilakukan dengan rancangan sama subjek (treatment by subjects

    design) yang dikembangkan dalam bentuk rangcangan silang (two-period cross

    over design) dengan jumlah sampel 16 mahasiswa. Keluhan muskuloskeletal di

    ukur dengan kuesioner nordic body map, beban kerja diprediksi dengan cara

    mengukur denyut nadi mahasiswa dengan metode 10 denyut, dan produktivitas

    di ukur dengan perbandingan antara hasil produksi potongan pelat eser dibagi

    beban kerja dikalikan waktu kerjanya. Data dianalisis dengan uji t paired

    dengan taraf signifikan p

  • ABSTRACT

    ERGONOMICS APPLICATION IN ESER PLATE CUTTING PROCESS

    IMPROVING STUDENTS WORKING PERFORMANCE IN

    MECHANICAL TECHNOLOGY WORKSHOP OF POLITECHNIC BALI

    Eser cutting plate is a working process that requires human machin

    interaction. The process of cutting is carried out with the help of a tool or eser

    machine cutting plate operated by workers with standing working position, while

    still handling the plate, pushing and pulling the eser plate. This is also practiced

    by the students practicum in the mechanical workshop of Polytechnic of Bali.

    Plate cutting machines used are not equipped with Eser plate braces. Ergonomics

    interventions applied here is by making an additional tool of eser plate position

    on the cutting process. The purpose of this study was to determine the increase in

    student performance in terms of reduction in musculoskeletal complaints,

    decreased workload, and increased work productivity.

    The study was conducted has same subject design (treatment by subjects

    design) that was developed in two-period cross-over design. A sample size of 16

    students. Complaints on musculoskeletal was predicted through Nordic body

    map questionnaire, workload prediction by measur the pulse of students by the

    method of ten beats, and productivity was measured by the ratio between

    production cuts of eser plate is divided by the workload then multiplied by work

    time. The process was analyzed with paired t-test with significant level of p

  • DAFTAR ISI

    Judul Halaman

    SAMPUL DALAM

    PERSYARATAN GElLAR .......................................................................... i

    LEMBARAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

    PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS .................................................... iii

    UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................... iv

    ABSTRAK ....................................................................................................... vii

    ABSTRACT .................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUA N .............................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

    1.3.1 Tujuan umum ............................................................................... 6

    1.3.2 Tujuan khusus ............................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

    1.4.1 Manfaat praktis .............................................................................. 7

    1.4.2 Manfaat teoritis ............................................................................. 7

    ix

  • BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8

    2.1 Kinerja .................................................................................................... 8

    2.2 Pemotongan Pelat Eser ........................................................................... 9

    2.2.1 Klasifikasi mesin potong pelat eser ................................................ 9

    2.2.2 Pemotongan pelat eser dan permasalahan ergonomi ..................... 10

    2.3 Aspek Ergonomi ..................................................................................... 11

    2.4 Desain Stasiun Kerja ............................................................................... 12

    2.4.1 Antropometri dan perbaikan stasiun kerja .................................... 13

    2.4.2 Sikap kerja kaitannya dengan stasiun kerja ................................... 14

    2.5 Aktivitas Angkat dan Angkut secara Manual ......................................... 16

    2.5.1 Alat bantu angkat dan angkut ......................................................... 17

    2.5.2 Batasan beban yang boleh diangkat .............................................. 19

    2.6 Organisasi Kerja ..................................................................................... 21

    2.6.1 Waktu kerja .................................................................................... 21

    2.6.2 Waktu istirahat .............................................................................. 22

    2.7 Lingkungan Kerja .................................................................................... 22

    2.8 Beban Kerja ............................................................................................. 24

    2.9 Kelelahan Kerja ....................................................................................... 29

    2.9.1 Pengertian kelelahan ..................................................................... 29

    2.9.2 Keluhan Muskuloskeletal ............................................................... 29

    2.10 Produktivitas Kerja ............................................................................... 30

    2.10.1 Pengertian produktivitas .............................................................. 30

    2.10.2 Pengukuran produktivitas ............................................................ 32

    x

  • 2.10.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ........................ 33

    BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ................. 35

    3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................... 35

    3.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 36

    3.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 37

    BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 38

    4.1 Rangcangan Penelitian ........................................................................... 38

    4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 39

    4.3 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 39

    4.4 Populasi dan Sampel .............................................................................. 39

    4.4.1 Variabilitas populasi ...................................................................... 39

    4.4.2 Kriteria sampel .............................................................................. 40

    4.4.3 Besar sampel ................................................................................. 40

    4.4.4 Teknik penentuan sampel .............................................................. 41

    4.5 Variabel Penelitian .................................................................................. 42

    4.5.1 Indentifikasi dan klasifikasi variabel .............................................. 42

    4.5.2 Definisi operasional Variabel .......................................................... 43

    4.6 Instrumen Penelitian ................................................................................ 48

    4.7 Alur Penelitian ......................................................................................... 50

    4.8 Prosedur Penelitian ................................................................................... 51

    4.8.1 Tahap persiapan penelitian .............................................................. 51

    4.8.2 Jadwal pemberian perlakuan ........................................................... 51

    4.8.3 Protokol penelitian ........................................................................... 53

    xi

  • 4.8.4 Tahap pelaksanaan penelitian .......................................................... 55

    4.8.5 Prosedur pengukuran ........................................................................ 58

    4.9 Analisis Data ............................................................................................. 61

    4.10 Kelemahan Penelitian .............................................................................. 64

    BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 65

    5.1 Kondisi Subjek ....................................................................................... 65

    5.1.1 Karakteristik subjek ....................................................................... 65

    5.1.2 Data antropometri subjek ............................................................... 66

    5.2 Lingkungan Tempat Kerja ..................................................................... 67

    5.3 Keluhan Muskuloskeletal ....................................................................... 67

    5.3.1 Normalitas dat keluhan muskuloskeletal ...................................... 68

    5.3.2 Analisis komparabilitas ................................................................. 68

    5.3.3 Analisis efek periode (period effect) ............................................. 69

    5.3.4 Analisis efek residu (carry over effect) ......................................... 70

    5.3.5 Analisis efek perlakuan ................................................................. 71

    5.4 Beban Kerja ............................................................................................ 73

    5.4.1 Normalitas data beban kerja .......................................................... 73

    5.4.2 Analisis komparabilitas ................................................................. 74

    5.4.3 Analisis efek periode (period effect) ............................................. 75

    5.4.4 Analisi efek residu (carry over effect) ........................................... 75

    5.4.5 Analisis efek perlakuan ................................................................. 76

    5.5 Produksi Pemotongan Pelat Eser ............................................................ 78

    5.6 Produktivitas kerja .................................................................................. 81

    xii

  • BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 83

    6.1 Kondisi Subjek ...................................................................................... 83

    6.2 Kondisi Lingkungan .............................................................................. 84

    6.3 Keluhan Muskuloskeletal ...................................................................... 86

    6.4 Beban Kerja ........................................................................................... 87

    6.5 Produksi dan Produktivitas Kerja ......................................................... 89

    6.6 Peningkatan Kinerja Praktikan Ditinjau dari Penurunan Keluhan

    Muskuloskeletal, Penurunan Beban Kerja, dan Peningkatan

    Produktivitas Kerja ............................................................................... 90

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 92

    7.1 Simpulan ................................................................................................ 92

    7.2 Saran ...................................................................................................... 92

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 99

    xiii

  • DAFTAR TABEL

    Judul Halaman

    2.1 Beban Angkat dan Angkut bagi Laki-laki dan wanita .............................. 20

    2.2 Katagori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja ........................... 28

    4.1 Perhitunga Jumlah Sampel Berdasarkan Rumus Colton (174) ................. 41

    4.2 Jadwal Pemberian Perlakuan ..................................................................... 52

    5.1 Karakteristik Subjek .................................................................................. 65

    5.2 Data Antropometri Subjek ........................................................................ 66

    5.3 Kondisi Lingkungan Tempat Penelitian dan Komparabilitasnya ............ 67

    5.4 Analisis Normalitas Data Keluhan Muskuloskeletal ............................... 68

    5.5 Uji Indenpedent t-test Data Keluhan Muskuloskeletal Sebelum Praktikum

    antar Perlakuan Periode Pertama ............................................................. 69

    5.6 Uji Independent t-test Selisih Beda Keluhan Muskuloskeletal antar

    Kelompok I dan Kelompok II .................................................................. 70

    5.7 Uji Independent t-test Rerata Beda Keluhan Muskuloskeletal sebelum dan

    Sesudah Perlakuan antar Kelompok 1 dan Kelompok 2 ............................ 70

    5.8 Uji t-pair Rerat Beda Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah

    Praktikum .................................................................................................. 71

    5.9 Analisis Data Rerata Keluham Muskuloskeletal antar Kelompok 1 dan

    Kelompok 2 ............................................................................................... 72

    5.10 Analisis Normalitas Data Beban Kerja ................................................... 74

    5.11 Uji Independent t-test Denyut Nadi Istirahat antara Perlakuan pada

    Periode I .................................................................................................. 74

    5.12 Uji Independent t-test Rerata Selisih Beban Kerja antara

    Kelompok Perlakuan ............................................................................... 75

    xiv

  • 5.13 Uji Independent t-test Rerata Beban Kerja antara Kelompok Perlakuan 76

    5.14 Uji tpaired Rerata Beban Kerja Subjek antara Perlakuan .................... 76

    5.15 Data Denyut Nadi dan Analisis Deskriptif ............................................. 77

    5.16 Analisis Normolitas Data Produksi dan Produktivitas Kerja ................. 80

    5.17 Uji t- paired Rerata Produksi .................................................................. 80

    5.18 Analisis Normalitas Data Produksi dan Produktivitas Kerja .................. 81

    5.19 Uji t- paired Produktivitas Kerja ............................................................. 82

    xv

  • DAFTAR GAMBAR

    Judul Halaman

    2.1 Mesin Potong Pelat .................................................................................... 9

    2.2 Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ........................................................... 13

    2.3 Lokasi Vertebral Sakrallis (discus L4/L5 dan L5/S1) Kelainan

    Herneasi Akibat Mengangkat Terhadap pada L5/S1 ................................. 19

    3.1 Kerangka Konsep Penelitian. ..................................................................... 36

    4.1 Rancangan Penelitian Silang (Cross Over Design) .................................... 38

    4.2 Bagan Hubungan Antara Variabel Penelitian ............................................ 43

    4.3 Stasiun Kerja Sebelum Perbaikan (tanpa alat kedudukan pelat) ................ 44

    4.4 Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ............................................................ 44

    4.5 Alat Kedudukan Pelat Eser dan Mesin Potong Pelat ................................ 45

    4.6 Alur Penelitian............................................................................................ 50

    5.1 Hasil Desain Alat Kedudukan Pelat Eser ................................................... 66

    5.2 Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Perlakuan ..................... 73

    5.3 Grafik Denyut Nadi Istirahat, Denyut Nadi Kerja, dan Nadi kerja ........... 78

    5.4 Pemotongan Pelat Eser Sebelum Menggunakan Alat Kedudukan

    Pelat Eser ................................................................................................... 79

    5.5 Pemotongan Pelat Eser Setelah Menggunakan Alat Kedudukan

    Pelat Eser ................................................................................................... 79

    5.6 Grafik Rerata Produksi antar Perlakuan .................................................... 81

    5.7 Grafik Produktivitas Kerja antar Perlakuan ........................................... 82

    xvi

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Judul Halaman

    1. Koesioner Nordic Body Map .................................................................... 99

    2. Psikometri dan Perpindahan Kalor pada Permukaan Basah ..................... 100

    3. Karakteristik Subjek .................................................................................. 101

    4. Antropometri Subjek ................................................................................. 102

    5. Analisis Data Mikroklimat ........................................................................ 103

    6. Analisis Data Keluhan Muskuloskeletal ................................................... 104

    7. Analisis Beban Kerja ................................................................................. 105

    8. Analisis Data Hasil Produksi dan Produktivitas ....................................... 106

    9. Kegiatan Penelitian ................................................................................... 108

    xvii

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    v

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi

    berhubungan dengan mesin, lingkungan kerja, dipengaruhi oleh keterampilan,

    kemampuan dan sifat-sifat individu. Kinerja ditentukan oleh tiga hal yaitu: (1)

    kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan (Veithzal, 2005). Pemotongan

    pelat eser merupakan suatu proses kerja yang mengharuskan terjadinya interaksi

    manusia dengan mesin, dimana manusia memegang peranan dalam sistem ini.

    Proses pemotongan dilakukan dengan bantuan sebuah alat atau mesin potong

    pelat eser yang dioperasikan oleh pekerja dengan sikap kerja berdiri, tetap

    menyangga pelat eser, sambil mendorong dan menarik pelat eser. Mesin potong

    pelat eser yang digunakan adalah buatan Italia tidak dilengkapi alat penyangga

    pelat eser. Kondisi ini dapat meningkatkan beban kerja, menimbulkan berbagai

    keluhan sistem muskuloskeletal, yang akan diikuti oleh menurunnya

    produktivitas kerja.

    Proses pemotongan pelat eser dimulai dengan aktivitas mengangkat dan

    mengangkut pelat eser yang dilakukan oleh 4 orang dan diletakkan pada alat

    kedudukan pelat eser, kemudian dilakukan pengukuran pelat eser sesuai dengan

    ukuran yang diinginkan atau sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar

    perencanaan. Pelat eser yang dipotong diarahkan ke pisau potong yang ada pada

    mesin potong dimana garis potong yang ada pada pelat eser harus berimpit pada

    1

  • pisau potong agar didapatkan hasil pemotongan seperti diharapkan. Hal ini

    dilakukan berkali-kali dengan jumlah potongan pelat eser yang diinginkan.

    Mekanisme kerja yang sifatnya repetitif ini mempunyai kelemahan, yaitu;

    memerlukan konsentrasi yang tinggi, cepat lelah sehingga hasil potonganan pelat

    kurang teliti dan membahayakan keselamatan dan kesehatan mahasiswa.

    Grandjean (1998) pekerjaan yang dilakukan secara repetitif akan cepat

    menimbulkan kelelahan, dan mengganggu kesehatan.

    Pada proses pemotongan pelat eser meja kerja yang digunakan tingginya

    90 cm dan tidak sesuai dengan antropometri mahasiswa yaitu; meja kerja

    ukurannya libih tinggi dari siku. Meja kerja 10 sampai dengan 20 cm dibawah

    siku mahasiswa, agar dapat mengerahkan tenaganya dengan optimal dan dapat

    bekerja dengan nyaman, aman dan sehat (Manuaba, 2000). Disamping itu

    aktivitas angkat dan angkut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi. Beban

    yang diangkat seberat 115 kg per lembar pelat eser dan harus diangkat secara

    manual, sejauh 95 meter. Pada aktivitas tersebut disertai dengan sikap kerja yang

    tidak fisiologis, seperti posisi tubuh miring, sikap jongkok, membungkuk.

    Kendala seperti ini berpeluang menimbulkan keluhan muskuloskeletal dan

    meningkatkan beban kerja. Hasil studi pendahuluan terhadap 16 orang

    mahasiswa ditemukan peningkatan beban kerja sebesar 71,96%, dan peningkatan

    keluhan muskuloskeletal sebesar 81,25% antara sebelum dan sesudah kerja, yaitu

    gangguan otot-otot pada bagian bahu 75%, lengan bawah 87%, lengan atas

    83,33%, pinggang dan punggung 79%, pergelangan tangan 66,66%, tangan dan

    betis masing-masing 70,83%. Rerata denyut nadi kerja adalah 104,4 denyut per

    2

  • menit, dengan demikian dapat dikatakan bahwa beban kerjanya dalam katagori

    sedang (Grandjean, 1998).

    Kondisi ini akan semakin parah jika disertai dengan kondisi lingkungan

    yang tidak nyaman. Selain itu kerja monoton yang dilakukan secara repetitif juga

    berpeluang meningkatkan beban kerja dan menimbulkan keluhan

    muskuloskeletal. Perlu diterapkan istirahat pendek setiap satu jam kerja, karena

    istirahat pendek memiliki kelebihan dapat meningkatkan produktivitas dan

    mengurangi kelelahan otot (Grandjean, 1998).

    Proses angkat dan angkut pelat eser juga berisiko meningkatkan beban

    kerja dan keluhan muskuloskeletal. Perlu dilakukan perbaikan cara angkat dan

    angkut dengan ketentuan (1) beban yang diangkat dan diangkut untuk laki-laki

    20 kg, sedangkan untuk wanita 15 kg, (2) cara angkat dan angkut perlu dilakukan

    dengan benar, misalnya kedua tangan, lengan, dan seluruh tubuh ikut berperan,

    (3) kedua belah bahu dan tubuh terbebani secara merata (Adiputra, 1998a).

    Berbagai permasalahan tersebut yang menjadi masalah utama yang perlu

    diperbaiki, melalui pendekatan partisipatori dengan para pekerja atau pemotong

    pelat eser, seluruh staf yang ada di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik

    Negeri Bali. Alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan cara (a) mendesain

    alat kedudukan pelat eser yang disesuaikan dengan aspek ergonomi dan

    teknologi tepat guna yang meliputi pertimbangan teknis, ekonomi, ergonomi,

    sosial budaya, hemat energi, dan tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2004); (b)

    perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser, dan (c) perbaikan intensitas

    pencahayaan, dan aliran udara di ruang kerja. Alat kedudukan pelat eser

    3

  • berfungsi untuk mengangkut dan menyangga pelat eser pada proses pemotongan

    pelat eser.

    Setiap usaha perbaikan peralatan kerja hendaknya bersifat sederhana,

    murah biayanya, bisa dan mudah dilakukan, serta dapat meningkatkan

    produktivitas kerja (Sutjana, 2009). Khususnya yang menyangkut sumber daya

    manusia (pekerja) harus diberdayakan seoptimal mungkin, untuk mencapai

    tujuan tersebut, setiap pekerja harus diberikan fasilitas kerja yang nyaman, aman,

    dan efisien. Fasilitas kerja meliputi: fasilitas stasiun kerja dan sarana kerja,

    lingkungan kerja, dan organisasi kerja yang harus sesuai dengan kemampuan,

    kebolehan dan batasan pekerja dengan harapan tercapainya produktivitas yang

    setinggi-tingginya (Manuaba, 2003a).

    Perbaikan ergonomi, harus selalu berpusat kepada manusia pemakainya

    (human center). Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan partisipatori

    (participatory approach), sehingga seluruh komponen organisasi akan merasa

    terlibat, berkontribusi dan bertanggung jawab terhadap perbaikan yang dilakukan

    (Manuaba, 2006). Sikap kerja yang tidak fisiologis atau dengan sikap paksa

    akan cepat menimbulkan rasa lelah. Rasa lelah mahasiswa, sering beristirahat

    sehingga jam kerja efektif berkurang yang akhirnya kinerja dan produktivitas

    kerja menurun. Di samping itu juga sikap kerja yang tidak fisiologis yang terlalu

    lama dipertahankan akan menyebabkan adanya strain (reaksi), keluhan

    muskuloskeletal dan menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan.

    Arjani ( 2003 ), melakukan perbaikan stasiun kerja pada penggunaan

    meja conveyor di sektor industri perkayuan khususnya bagian penggergajian

    4

  • kayu dengan mesin band saw, dan dilakukan melalui pendekatan

    partisipatori ternyata dapat menurunkan beban kerja sebesar 21,64% (p

  • 2) Apakah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat

    menurunkan keluhan muskuloskeletal mahasiswa di Bengkel Teknologi

    Mekanik Politeknik Negeri Bali ?

    3) Apakah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser

    dapat meningkatkan produktivitas mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik

    Politeknik Negeri Bali ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan umum

    Tujuan umum yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengetahui

    aplikasi ergonomi dalam proses pemotongan pelat eser terhadap peningkatan

    kinerja mahasiswa.

    1.3.2 Tujuan khusus

    Tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat eser dapat

    meningkatkan kinerja dilihat dari penurunan beban kerja mahasiswa di

    Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.

    2) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat eser dapat

    meningkatkan kinerja dilihat dari penurunan keluhan muskuloskeletal

    mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.

    3) Mengetahui aplikasi ergonomi pada proses pemetongan pelat eser dapat

    6

  • meningkatkan kinerja dilihat dari peningkatan produktivitas mahasiswa di

    Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat praktis

    Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1) Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengubah sistem kerja agar ergonomis.

    2) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan di dalam mendesain

    suatu alat agar mengacu pada aspek ergonomi.

    3) Bermanfaat bagi instansi terkait dalam mengarahkan perubahan stasiun kerja

    agar mengacu pada prinsip ergonomi.

    1.4.2 Manfaat Teoritis

    Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam

    pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

    berkaitan dengan aplikasi ergonomi.

    2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai acuan oleh peneliti lain dalam

    melakukan penelitian sejenis.

    3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pekerja

    terutama di dalam mengurangi beban kerja dan keluhan muskuloskeletal serta

    peningkatan produktivitas kerja.

    7

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kinerja

    Kinerja adalah hasil atau tingkat keberasilan seseorang secara

    keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan

    dengan berbagai kemungkin, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau

    kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

    (Veithzal, 2005). Dan menurut Daryanto (1997) merinci pengertian kinerja

    adalah prestasi kerja, sesuatu yang dicapai atau diperlihatkan atau sesuatu

    kemampuan kerja. Jadi kinerja adalah kemampuan untuk melakukan kerja

    dengan hasil yang memuaskan, diukur dengan cara mengevaluasi hasil

    pekerjaan.

    Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendir, tetapi

    berhubungan dengan mesin, lingkungan kerja, dipengaruhi oleh keterampilan,

    kemampuan dan sifat-sifat individu. Kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga

    hal yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.

    Kinerja dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan

    kemampuan atau kinerja dapat ditingkatkan bila tuntutan tugas sesuai dengan

    kapasitas fisik dan mental mahasiswa. Tujuan tersebut dapat dicapai maka

    mahasiswa harus diberikan fasilitas meliputi: fasilitas stasiun kerja, sarana

    kerja, linkungan kerja, dan organisasi kerja dengan kemampuan, kebolehan, dan

    8

  • keterbatasan mahasiswa, dengan harapan tercapainya hasil kerja yang

    berkualitas.

    2.2 Pemotong Pelat Eser

    2.2.1 Klasifikasi mesin potong pelat eser

    Mesin potong pelat eser merk Colgar buatan Italia, tenaga potong

    dengan sistem hidrolik secara otomatis, dilengkapi dengan alat mengatur

    ketebalan pelat eser. Tebal pelat eser yang bisa dipotong maksimum 8 mm.

    Demensi mesin potong pelat eser; panjang 210 cm, lebar 60 cm dan tinggi 90

    cm (Susila, 2001). Di intervensi adalah stasiun kerja pada mesin potong pelat

    eser yang belum maksimal dapat menyangga pelat eser yang mempunyai ukuran

    panjang 240 cm, lebar 120 cm, tebal 0,3 cm, dan berat 115 kg, masih dipegang

    oleh mahasiswa. Hasil yang hendak dicapai dari proses pemotongan pelat eser

    adalah agar mahasiswa dapat secara aman, nyaman efektif, efisien sehingga

    produktivitas kerja dapat ditingkatkan. Mesin potong pelat eser dapat dicermati

    pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Mesin Potong Pelat

    9

  • 2.2.2 Pemotongan pelat eser dan permasalahan ergonomi

    Penelitian pendahuluan pada proses pemotong pelat eser di Bengkel

    Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali didapatkan gambaran bahwa terdapat

    permasalahan khususnya pada bagian proses pemotongan pelat eser yang dapat

    meningkatkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan menurunkan

    produktivitas kerja. Permasalahan yang dihadapi mahasiswa di bagian proses

    pemotong pelat eser dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

    1) Aktivitas angkat dan angkut, beban pelat eser cukup berat 115 kg/lembar

    dengan panjang 240 cm, lebar120 cm, tebal 0,3 cm, dilakukan 4 orang,

    jarak dari gudang material ke mesin potong 95 meter.

    2) Aktivitas angkat dan angkut pada pemotongan pelat eser meliputi;

    mengangkat, mengangkut, menyangga, mendorong, menarik dan menaruh

    pelat eser yang dipotong dilakukan secara manual.

    3) Posisi berdiri, tetap menyangga, mendorong, menarik pelat eser pada proses

    pemotongan pelat eser pekerjaan ini dilakukan sampai pelat eser itu selesai

    dipotong dengan ukuran 50 mm x 50 mm dalam waktu 1 jam. Sikap kerja

    berdiri dilakukan karena stasiun kerja tidak dilengkapi alat kedudukan pelat

    eser sebagai landasan pelat eser yang dipotong. Hal tersebut jelas

    menimbulkan beban tambahan dan menyebabkan kelelahan otot.

    Pengukuran pada mesin potong pelat eser dengan data lebar meja mesin

    60 cm, panjang 240 cm, tinggi 90 cm, data ini sebagai acuan dalam mendesain

    alat kedudukan pelat eser. Permasalahan tersebut di atas menimbulkan beban

    kerja tambahan dan keluhan muskuloskeletal bagi mahasiswa pada akhirnya

    10

  • dapat menurunkan produktivitas kerja. Mengatasi permasalahan yang berkaitan

    dengan tugas-tugas mahasiswa, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap stasiun

    kerja pada bagian pemotongan pelat eser.

    2.3 Aspek Ergonomi

    Aspek ergonomi dimaksudkan adalah tentang aspek manusia dalam

    lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, manajemen

    dan desain/perancangan (Manuaba, 2004). Pendekatan disiplin ilmu ergonomi

    diarahkan pada upaya memperbaiki kinerja manusia seperti kecepatan,

    keselamatan kerja disamping mengurangi kelelahan yang terlalu cepat dan

    mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan

    kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.

    Jadi ergonomi adalah ilmu, teknologi, dan seni untuk menyerasikan alat,

    cara kerja dilakukan pada kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia

    sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan

    efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya (Tarwaka, 2004).

    Merangcang stasiun kerja perlu diperhatikan seperti: aspek-aspek

    ergonomi, informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, kebolehan dan

    keterbatasan manusia, sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem

    tersebut dengan baik. Tujuan ini dapat dicapai malalui aktivitas dengan efisien,

    efektif, aman, dan nyaman. Tujuan ideal adalah mangatur pekerjaan tersebut

    berada dalam batas-batas dimana manusia bisa mentolerirnya, tanpa

    menimbulkan kelainan-kelainan (Manuaba, 2006).

    11

  • 2.4 Desain Stasiun Kerja

    Desain produk buatan Negara-negara maju, masih banyak ditemukan

    desain stasiun kerja khususnya mesin potong pelat eser yang tidak sesuai dengan

    antropometri pekerja lokal, sehingga pekerja tidak dapat melakukan gerakan

    dengan optimal, terangkatnya bahu, leher dan lengan, sebaliknya

    tempat penyangga pelat eser yang terlalu rendah menyebabkan tulang belakang

    membungkuk pada saat bekerja. Masalah tersebut dapat diatasi dengan

    penyesuaian antara karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap

    desain pekerjaan, mesin, sistemnya, ruangan, lingkungan kerja sehingga pekerja

    dapat bekerja secara sehat, aman, nyaman dan efisien (Manuaba, 2000).

    Kaitannya ergonomi dengan desain Sutalaksana (2000), konsep dasar ergonomi,

    bahwa dalam rangka mendukung efisiensi, kenyamanan, dan keselamatan dalam

    menggunakan desain alat kerja, maka desain yang ergonomis harus selalu

    mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi, dan teknologi tepat guna, seperti

    faktor-faktor reabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakian kemudahan

    dalam pemakian dan efisiensi dalam pemakian. Setiap peralatan yang dipakai

    tidak menimbulkan beban tambahan bagi pemakainya. Desain alat kedudukan

    pelat eser dapat dicermati pada Gambar 2.2.

    12

  • Gambar 2.2 Desain Alat Kedudukan Pelat eser

    2.4.1 Antropometri dan perbaikan stasiun kerja

    Ukuran tubuh pekerja Indonesia khususnya pemotong pelat eser, lebih

    kecil dibandingkan di negara-negara maju seperti Eropa. Kondisi tersebut

    sering menimbulkan masalah ergonomi terutama dalam menggunakan peralatan

    kerja yang dibuat oleh negara-negara maju tersebut. Data antropometri sangat

    bermanfaat dalam desain peralatan kerja termasuk dalam desain stasiun kerja.

    Teori ergonomi bahwa peralatan kerja dan fasilitas kerja yang digunakan harus

    sesuai dengan orang yang menggunakan.

    Keserasian intaraksi antara stasiun kerja dan manusia pemakainya akan

    sangat menentukan ergonomis tidaknya sikap kerja mahasiswa yang

    bersangkutan. Apabila ukuran atau desain stasiun kerja telah sesuai dengan

    ukuran tubuh pemakainya maka sikap kerja menjadi alamiah atau sebaliknya.

    Antropametri adalah pengukuran demensi tubuh dan karakteristik fisik tubuh

    lainnya yang digunakan untuk mendesain suatu produk atau alat (Sumamur

    160

    125

    50

    90

    13

  • (1984); Sanders.,Mecormick (1987).,Sutajaya (2009). setiap melakukan desain

    atau redesain stasiun kerja haruslah berpedoman pada data antropometri. Ini

    dimaksudkan agar pekerja dapat menggunakan stasiun kerja secara nyaman,

    aman, efektif, efisien untuk meningkatkan produktivitas kerja.

    Menentukan ukuran stasiun kerja alat kedudukan pelat eser pada mesin

    potong pelat eser, data antropometri mahasiswa memegang peranan penting.

    Mengetahui data antropometri dapat dilakukan perbaikan pada stasiun kerja yang

    sesuai bagi mahasiswa yang menggunakannya.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam mendesain stasiun kerja pemotong

    pelat eser adalah sebagai berikut.

    1) Tinggi alat kedudukan pelat eser

    pada mendesain alat kedudukan pela teser tingginya disesuaikan dengan meja

    pada mesin potong agar alat kedudukan pelat eser datar.

    2) Ruang gerak

    Stasiun kerja harus didesain sesuai dengan aktivitas, sehingga mahasiswa

    dapat bergerak bebas selama proses pemotongan pelat eser.

    2.4.2 Sikap kerja kaitannya dengan stasiun kerja

    Mendesain dan mengorganisasikan pekerjaan akan lebih bijak dari

    kebiasaan sikap kerja yang tidak alamiah dijadikan dasar dalam mengubah

    menjadi kebiasaan baru dan prilaku alamiah (Sutajaya 1998). Masalah yang

    dihadapi pekerja akibat stasiun kerja yang tidak ergonomis antara lain timbulnya

    sikap kerja yang tidak alamiah seperti; membungkuk, mengangkat lengan dan

    bahu, menyangga beban yang berat, hal ini akan menyebabkan terjadinya

    14

  • kelelahan otot. Menurut Bridger (1995) bahwa sikap kerja dipengaruhi oleh tiga

    faktor adalah sebagai berikut.

    1) Karakteristik fisik seperti umur,jenis kelamin, data antropometri, berat badan,

    cepat dan efisien.

    2) Jenis keperluan tugas seperti, pekerjaan yang memerlukan ketelitian,

    memerlukan kekuatan tangan, giliran tugas, waktu istirahat dan lain-lain.

    3) Desain stasiun kerja seperti, ukuran tempat duduk, ketinggian landasan kerja

    kondisi permukaan atau bidang kerja dan faktor lingkungan kerja.

    Kondisikerja pada pemotongan pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik

    belum sepenuhnya mengikuti tiga faktor tersebut di atas, sehingga perlu

    dilakukan perubahan. Kondisi kerja seperti itu dapat meningkatkan beban kerja,

    keluhan muskuloskeletal, dan menurunkan produktivitas. Mengatasi hal-hal yang

    tidak diinginkan dalam pemakian kerja hendaknya prinsip-prinsip ergonomi

    harus sudah dimasukkan semenjak mendesain suatu alat atau stasiun kerja atau

    pada tahap perencanaan (Manuaba, 2004).

    Sikap membungkuk, berdiri, berdiri miring adalah sikap kerja yang tidak

    alamiah yang memungkinkan tidak dapat melaksanakan pekerjaan dengan efektif

    dan usaha otot yang besar. Hal ini dilakukan karena tidak tahu bagiamana yang

    benar, terpaksa dilakukan karena ruangan terbatas, alat/mesin yang dioperasikan

    tidak dapat dilakukan dengan cara sikap alamian. Sikap kerja yang dilakukan

    pada pemotong pelat eser adalah sikap kerja berdiri sambil menyangga pelat

    eser, memdorong, menarik, sehingga menimbulkan sikap paksa pada beberapa

    15

  • otot-otot tubuh. Sikap kerja hendaknya diupayakan dalam posisi alamiah

    sehingga tidak menimbulkan sikap paksa (Adiatmika, 2007., Cumming, 2003).

    2.5 Aktivitas Angkat dan Angkut secara Manual

    Aktivitas mengangkat dan mengangkut dan meletakkan pelat eser yang

    beratnya 115 kg/lembar masih dilakukan oleh tenaga manusia. Mengatasi

    masalah-masalah yang timbul perlu diperhatikan; medan kerja, cara angkat dan

    angkut, berat beban, jarak, frekuensi dan banyaknya beban yang diangkat dan

    diangkut harus benar-benar serasi dengan kemampuan, kebolehan dan batasan

    pekerja (Grandjean, 1998 dan Manuaba, 2001). Hal tersebut harus diupayakan

    agar gerakan yang dilakukan bersifat alamiah untuk menghindari beban

    tambahan dan kelelahan dini. Cara angkat dan angkut perlu dilakukan dengan

    benar, misalnya kedua tangan, lengan dan seluruh tubuh ikut berperan. Harus

    diupayakan agar kedua belah bahu dan tubuh terbebani secara merata. Di

    samping itu beban harus benar-benar diukur sesuai kemampuan pekerja

    (Thurman, 1988 dan Kroemer, 1994).

    Titik kritis pada waktu mengangkat dan mengangkut objek terletak pada

    tidak terpenuhinya kebutuhan dan ketersediaan tenaga, belum tersedianya

    petunjuk praktis secara lengkap dalam mengangkat dan mengangkut objek,

    kurangnya proses pendidikan dan pelat eser bagi pekerja, lemahnya pengawasan

    di lapangan, dan tidak tersedianya program berkelanjutan (Adiputra, 1998a).

    16

  • 2.5.1 Alat bantu angkat dan angkut

    Upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan kerja yang sebesar-

    besarnya, maka tenaga manusia hendaknya tidak dijadikan sebagai alat angkat

    dan angkut utama. Menghindari manusia sebagai alat angkat dan angkut utama,

    maka pekerja perlu dilengkapi dengan alat bantu yang sesuai dengan jenis

    pekerjaan dan di desain sesuai dengan antropometri pekerjanya. Jenis alat bantu

    angkat dan angkut yang dapat digunakan antara lain; roller Conveyors, belt

    comveyors, trolley conveyors, sliding rails conveyors dan sebagainya.

    Aktivitas angkat dan angkut secara manual pada proses pemotongan pelat

    eser banyak melibatkan aktivitas mengangkat, menurunkan, mendorang,

    menarik, mengangkut, dan menyangga beban. Mencegah dan mengurangi cedera

    maka aktivitas angkat dan angkut secara manual tersebut perlu dilakukan dengan

    benar dan dilengkapi dengan alat bantu kerja yang ergonomi. Ada beberapa

    pedoman dalam melakukan modifikasi terhadap angkat dan angkut secara

    manual adalah sebagai berikut.

    1) Kurangi tenaga mengangkat dan menurunkan dengan cara:

    a. Mengeliminasi mengangkat dan mengangkut objek secara manual dengan

    menggunakan alat bantu elevating conveyors.

    b. Mengurangi beban angkat dengan memperkecil ukuran objek, mengurangi

    kontainer, mengurangi jumlah objek yang diangkat.

    c. Mengurangi aktivitas menahan dari tubuh dengan mengubah bentuk objek,

    menyediakan pegangan yang tepat.

    17

  • 2) Kurangi tenaga mendorong dan menarik dengan cara:

    a. Mengeliminasi keperluan untuk mendorong dan menarik dengan

    menggunakan power conveyors, sliders, rollers.

    b. Mengurangi berat objek dengan memperkecil ukuran objek.

    c. Mengurangi jarak mendorong dan menarik dengan memperbaiki tata letak

    ruangan, relokasi ruang produksi, areal penyimpanan.

    3) Kurangi tenaga mengangkut dengan cara:

    a. Mengubah mengangkut secara manual menjadi mendorong atau menarik

    dengan menggunakan conveyors, sliders atau alat bantu yang sejenis.

    b. Mengurangi berat objek angkut dengan memperkecil ukuran objek.

    c. Mengurangi jarak angkut dengan memperbaiki tata letak ruang kerja.

    4) Kurangi tenaga menyangga dengan cara:

    a. Mengurangi berat objek dengan memperkecil ukuran objek.

    b. Mengurangi waktu menyangga beban.

    c. Mengeliminasi menyangga dengan alat penyangga (jigs), meja conveyors.

    Aktivitas angkat dan angkut secara manual pada proses pemotongan pelat

    eser meliputi; mengangkat, menurunkan, mendorang, menarik, menyangga dan

    mengangkut pelat eser, maka prinsip-prinsip modifikasi di atas dapat dijadikan

    pedoman dalam perbaikan stasiun kerja. Salah satu alat bantu yang dapat

    digunakan untuk mengurangi beban aktivitas menyangga, mendorong dan

    menarik pelat eser adalah dengan mendesain alat kedudukan pelat eser sebagai

    penyangga dan mengangkut pelat eser dalam proses pemotongan pelat eser.

    18

  • 2.5.2 Batasan beban yang boleh diangkat

    Mengurangi cedera otot bagian belakang seperti; pinggang dan punggung

    pada aktivitas angkat dan angkut pelat eser maka harus dipertimbangkan kriteria

    angkat baik secara fisiologik maupun psikofisik. Batasan angkat didasarkan

    pada perhitungan risiko cedera pada discus lumbar-5 dan sacral-1 (L5/S1), maka

    batas angkat maksimum yang direkomendasikan adalah sebesar 3,4 Kn sebagai

    gaya tekan pada discus tersebut.

    Di antara ruas-ruas tulang belakang terdapat discus yang berfungsi sebagai

    peredam bila ada gesekan atau benturan. Cedera atau nyeri sering terjadi pada

    discus (intervertebrae disc) yang berada di antara discus ke-4 dan ke-5 (L4/L5)

    atau terletak di antara lumbar ke-5 dan sacrum ke-1(L5/S1). Ilustrasi dari discus

    L4/L5 dan L5/S1 dapat dicermati pada gambar 2.3.

    Gambar 2.3 Lokasi Vertebral Lumbalis Sakrallis (discus L4/L5 dan L5/S1).

    Kelainan Herniasi Akibat Mengangkat Terdapat pada L5/S1.

    Sumber: Helander (1995)

    19

  • Batasan angkat secara fisiologik dilakukan dengan cara

    mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang

    berulang-ulang ( repetitive lifting), dapat ditentukan dari jumlah kebutuhan

    oksigen. Kelelahan kerja yang terjadi akibat aktivitas angkat yang berulang-

    ulang akan meningkatkan risiko rasa nyeri pada tulang belakang. Selanjutnya

    batasan angkat secara psikofisik pada penilaian subjektif pekerja

    mempertimbangkan sejauh mana individu merasa mampu mengangkat beban

    maksimum (Helander, 1995 dan Bridger, 1995). Secara umum beban angkat

    perseorangan yang direkomendasikan oleh International Labor Organisation

    (ILO) untuk pria dan wanita dicermati pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1

    Beban Angkat dan Angkut bagi Laki-laki dan Wanita yang

    Direkomendasi

    Umur (tahun) Maksimum untuk Maksimum untuk

    Laki-laki (Kg) Wanita (Kg)

    14 16 15 10

    16 18 19 12

    18 20 23 14

    20 35 25 15

    35 50 21 13

    > 50 16 10

    Sumber: Pheasant (1991).

    Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara mengangkat dan

    mengangkut, beban yang diangkat dan diangkut, ketinggian landasan

    mengangkat dan jarak angkut berpengaruh terhadap beban kerja, kelelahan dan

    produktivitas kerja. Faktor tugas pekerjaan, lingkungan kerja juga dapat

    mempengaruhi performansi kerja.

    20

  • 2.6 Organisasi Kerja

    Manuaba (2000) bahwa jam yang berlebihan, jam kerja lembur diluar

    batas kemampuan akan dapat mempercepat munculnya kelelahan,

    menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja. Setiap fungsi tubuh

    memerlukan keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian

    energi (kerja istirahat). Organisasi kerja menurut Sumamur (1982) terutama

    mengenai waktu kerja, istirahat, dan waktu makan. Ketiganya menentukan

    tingkat kesehatan, dan effisiensi tenaga kerja. Waktu kerja menyangkut aspek-

    aspek lamanya waktu kerja, istirahat dan periode waktu, sedangkan

    menurut Grandjean (1998) dan Manuaba (2001) dengan menambah waktu kerja

    lama, menyebabkan irama kerja menjadi lambat dan output per jam turun.

    Sebaliknya dengan memperpendek waktu kerja dari 8,5 menjadi 8 jam per hari

    output meningkat antara 3-10,5% terutama untuk pekerja manual.

    2.6.1 Waktu kerja

    Masalah waktu kerja yang memicu timbulnya kelelahan pekerja,

    manajemen berupaya untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan

    waktu istirahat yang cukup untuk proses pemulihan kondisi fisik yang lelah,

    juga di lakukan pengetahuan waktu kerja yang di selingi dengan waktu

    istirahat. Perubahan waktu kerja dapat memberikan dampak terhadap efisiensi

    kerja. Menurut Grabdjean (1998) dan Wignjosoebroto (2003) bahwa

    memperpendek jam keja dari 8 jam per hari bisa meningkatkan keluaran

    antara 3% sampai 10%.

    21

  • Waktu kerja 8 jam adalah waktu kerja optimal manusia bekerja sehari.

    Setiap 50 menit jam kerja diberi istirahat 10 menit, sehingga dapat meningkatkan

    produktivitas (Pheasent, 1991). Dalam setiap satu jam diperkenankan istirahat 10

    menit atau setiap setengah jam terdapat 5 menit istirahat untuk mengurangi

    kelelahan otot. Jika hal ini dilampaui akan dapat mengakibatkan kerugian bagi

    pekerja. Bagi pekerja berat memperpanjang waktu kerja harian misalnya kerja

    lembur, bila dilakukan berlebihan dapat mengakibatkan kerugian yang biasa

    di mulai dengan meningkatkan absensi karena sakit akibat rasa lelah yang

    berlebihan (Manuaba, 2003a; Wignjosoebroto, 2003).

    2.6.2 Waktu istirahat

    Sumamur (1984), terdapat empat jenis waktu istirahat yaitu istirahat

    secara spontan, istirahat curian, istirahat karena adanya kaitan dengan proses

    kerja dan istirahat karena ditetapkan. Istirahat spontan istirahat pendek yang

    segera setelah pembebanan. Istirahat curian terjadi karena beban kerja tidak

    seimbang dengan kemampuan kerja. Istirahat oleh karena proses kerja adalah

    tergantung dari peralatan atau prosedur-prosedur kerja. Istirahat yang ditetapkan

    adalah istirahat yang diatur, misalnya istirahat paling sedikit 45 menit sampai 60

    menit setelah empat jam kerja berturut-turut (Grandjean, 1998).

    2.7 Lingkungan Kerja

    Faktor lingkungan kerja dapat mempengaruhi beban kerja, kelelahan dan

    produktivitas kerja adalah sebagai berikut.

    22

  • 1) Kebisingan adalah suatu bunyi yang tidak dikehendaki dan tidak diinginkan

    dan bersifat menggangu kenyamanan dan kesehatan telinga (Buchari,2007).

    Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau

    media lain. Faktor yang mempengaruhi kebisingan adalah indensitas, sifat

    bising, dan paparan waktu kerja (Tana.L, 2002). Kebisingan juga dapat

    mempengaruhi fisiologi tubuh seperti denyut jantung meningkat, tekanan

    darah meningkat, metabolisme meningkat dan menurunnya aktivitas alat

    pencernaan (Adiputra, 2002). Nilai ambang batas (NBA) kebisangan adalah

    nilai intensitas suara tertinggi yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa

    mengakibatkan gangguan daya dengar yang tetap untuk waktu kerja tidak

    lebih dari 8 jam sehari ditetapkan 85 dBA (Pulat, 1992).

    2) Getaran adalah suatu assillasi mekanik (mechanical ascillation), yang dapat

    diterima oleh pekerja (Grandjean, 1998). Efek fisiologi getaran dapat berupa

    efek getaran seluruh tubuh (whole-body vibration) maupun efek pada tangan

    dan lengan (hand-arm vibration), dan getaran dapat menyebabkan efek

    performansi.

    3) Debu yang ada di Bengkel Teknologi Mekanik khususnya pada bagian

    pemotongan pelat eser tidak ada masalah, sudah mendapat perhatian dari

    kepala bengkel. Sumamur (1984), bahwa debu dapat masuk melalui:

    a. Saluran pernapasan yang akan dibawa ke dalam paru-paru.

    b. Mata, yang dapat menyebabkan iritasi, gatal, merah, bengkak.

    c. Mulut, yang akan dibawa menuju saluran pencernaan yang dapat

    menyebabkan iritasi, mual, muntah, mulas dan lain-lain.

    23

  • Mencegah dan mengendalikan terjadinya efek pernapasan akibat debu di

    tempat kerja dapat dilakukan dengan cara pengendalian teknis,

    administraktif dan proteksi diri (Sumamur, 1984 dan Grandjean, 1998).

    Lingkungan kerja yang tidak dikendalikan dengan baik akan berpengaruh

    terhadap tingkat kenyamanan pekerja, hal ini dapat menyebabkan adanya beban

    kerja tambahan yang memicu timbulnya kelelahan lebih cepat.

    2.8 Beban Kerja

    Pekerja dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan akan dihadapkan pada

    beban kerja yang bervariasi. Menurut Adiputra (1998) bahwa beban kerja

    (work load) dapat dibedakan menjadi dua kelompok adalah sebagai berikut:

    1) External load adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh dari

    pekerjaan yang dilakukan. Termasuk external load adalah tugas ( task),

    organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga asfek ini disebut sebagai stressor

    (Adiputra, 1998).

    a. Tugas (task) yang dilakukan bersifat fisik seperti stasiun kerja,

    sikap kerja, dan kecepatan lain-lain, yang bersifat mental seperti

    kompleksitas pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja.

    b. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, upah,

    stasiun kerja, tim kerja, kerja bergilir dan lain-lain.

    c. Lingkungan kerja, seperti mikroklimat, intensitas penerangan, kebisingan,

    getaran, debu, dan lain-lain.

    24

  • 2) Internal load adalah beban kerja yang berasal dari dalam tubuh

    pekerja yang berkaitan erat dengan adanya harapan, keinginan,

    kepuasan, taboe dan lain lain (Adiputra, 1998b).

    Penilaian untuk dapat mengetahui tingkat beban kerja yang diterima

    oleh pekerja. Menurut Rodahl (1989) penilaian beban kerja dapat

    dilakukan dengan dua metode adalah sebagai berikut:

    1) Metode subjektif, yaitu penilaian yang dilakukan oleh orang

    bersangkutan sebagai pengalaman pribadinya, misalnya beban kerja

    yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit atau

    pengalaman lain yang dirasakan.

    2) Metode objektif, yaitu penilaian yang dapat diukur dan dilakukan oleh

    pihak lain seperti reaksi fisiologi (denyut nadi, dan perubahan tindak

    tanduk).

    Penilaian beban kerja secara objektif yang paling mudah dan murah

    secara kuantitatif dapat dipercaya akurasinya adalah pengukuran frekuensi

    denyut nadi, sedangkan penilaian beban kerja subjektif dapat dilakukan dengan

    menggunakan kuesioner, dengan kuesioner akan terlihat adanya suatu kelelahan

    yang dialami pekerja, karena adanya interaksi pekerja dengan jenis pekerjaan,

    tempat kerja, cara kerja, peralatan kerja dan lingkungan, aktivitas yang disertai

    adanya stress mental dapat meningkatkan rerata denyut nadi secara bermakna

    sebesar 16,80 denyut per menit pada pria dan 18,70 denyut per menit pada

    wanita (p

  • Penilaian beban kerja pemotong pelat eser dapat dilihat dari derajat beban

    kerja dengan menghitung denyut nadi kerja yaitu rerata denyut nadi kerja selama

    bekerja. Nadi kerja (work pulse) dihitung berdasarkan selisih denyut nadi saat

    kerja dengan denyut nadi istirahat (resting pulse). Grandjean (1998) bahwa

    meningkatnya denyut nadi istirahat ke denyut nadi saat bekerja yang diijinkan

    adalah 35 denyut per menit bagi laki-laki seperti; denyut nadi istirahat dihitung

    pada saat duduk dan 30 denyut per menit bagi wanita seperti denyut nadi

    istirahat dihitung pada saat duduk agar kerja bisa berlangsung 8 jam

    berkesinambungan. Adiputra (2002) denyut nadi per menit menggambarkan

    aktivitas jantung dalam memompa darah keluar masuk organ jantung. Hal ini

    sangat berhubungan dengan metabolisme tubuh. Semakin besar denyut jantung

    per menitnya itu berarti semakin tinggi aktivitas tubuh sehingga metabolisme

    tubuhpun semakin tinggi. Tubuh yang sedang bekerja, dapat saja direfleksikan

    oleh denyut nadi per menit atau besar asupan oksigen, suhu tubuh, dan

    pengeluaran kalorinya.

    Salah satu cara yang digunakan untuk menghitung denyut nadi secara

    palpasi adalah dengan meraba denyut nadi kerja pada arteri radialis dan dicatat

    secara manual memakai jam henti (stop watch) menggunakan metode 10 denyut

    (Kilbon, 1992). Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban

    kerja mempunyai beberapa keuntungan, lebih mudah, cepat dan murah juga tidak

    diperlukan peralatan yang mahal dengan hasil yang cukup reliabel. Kepekaan

    denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi.

    26

  • Denyut nadi akan segera berubah selaras dengan perubahan pembebanan, baik

    yang berasal dari pembebanan mekanika, fisika maupun kimiawi.

    Grandjean (1998) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk

    mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung denyut

    nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada

    batas tertentu nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti

    tubuh mempunyai hubungan linier tinggi dengan konsumsi oksigen atau

    pekerjaan yang dilakukan. Adiputra (2002) dan Suyasning (2007) bahwa beban

    kerja meningkat dibutuhkan Adenosin Triphosphat (ATP) atau energi lebih

    banyak. ATP atau energi diperoleh dari hasil metabolisme baik aerobik maupun

    anaerobik. Pada metabolisme aerobik dibutuhkan oksigen yang bersenyawa

    dengan glukosa sehingga terbentuk CO2 + H2O + ATP (Energi). Oksigen dibawa

    ke otot-otot oleh sirkulasi darah. Dengan demikian apabila beban kerja

    meningkat maka kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Memenuhi kebutuhan

    oksigen ini, denyut nadi bekerja lebih cepat.

    Salah satu katagori penentuan berat ringannya beban kerja didasarkan

    pada perhitungan denyut nadi kerja, dapat dicermati pada Tabel 2.2.

    27

  • Tabel 2.2

    Katagori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

    N0 Katagori Beban Kerja

    Denyut Nadi Kerja

    ( denyut per menit )

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Sangat ringan

    Ringan

    Sedang

    Berat

    Sangat berat

    Luar biasa beratnya(ekstrim)

    60 70

    75 100

    100 125

    125 150

    150-175

    Diatas 175

    Sumber : Grandjean (1998)

    Pada pekerjaan manual handling seperti pada pemotongan pelat eser

    sistem energi memegang peranan yang sangat penting. Pembentukan energi

    dalam otot dimulai dari rangsangan otot pada motor endplate yaitu awal dari

    adanya pengubahan ikatan energi kimiawi dalam bentuk ATP ke energi mekanis

    (ATP ADP + Phosphat + Energi). Oleh karena simpanan ATP sangat terbatas,

    maka dibentuk secara terus menerus dari energi yang didapat dalam oksidasi

    glucose dan lemak. Selanjutnya oksigen ditransportasikan ke otot-otot darah.

    Apabila oksigen cukup maka sistem aerobik berlangsung, karena merupakan

    metabolisme yang lengkap dengan hasil akhir energi yang lebih banyak.

    Kelelahan otot sering dihubungkan dengan metabolisme anaerobic, karena

    penurunan pH akibat dari terbentuknya asam laktat. Grandjean (1998)

    menjelaskan bahwa beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kilo

    Joule (kJ) yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat,

    dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya

    yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut, maka denyut

    nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja,

    khususnya beban kerja fisik.

    28

  • 2.9 Kelelahan Kerja

    2.9.1 Pengertian Kelelahan

    Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

    terhindar dari cedera lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat

    (Eko, 2008). Kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari

    setiap individu, tetapi semuanya akan bermuara kepada kehilangan efisiensi

    dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Fitrihana, 2008 dan

    Grandjean, 1998). Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kelelahan

    otot adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Dan kelelahan

    umum adalah biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja

    yang disebabkan oleh karena monotomi, intensitas dan lamanya kerja fisik,

    keadaan lingkungan sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi

    (Grandjean, 1998 dan Waters & Bhattacharya, 1996). Secara gejala kelelahan

    dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan

    dan kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja (Astrand &

    Rodohl, 1997 dan Pulat, 1992). Kelelahan otot dan kelelahan umum disebabkan

    karena jenis pekerjaan yang bersifat fisik berat dan lingkungan kerja.

    2.9.2 Keluhan Muskuloskeletal

    Sistem muskuloskeletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat

    pada tulang yang terdiri atas otot-otot serat lintang yang sifat gerakannya

    dapat diatur (voluter). Pada pemotongan pelat eser banyak melibatkan kerja otot

    statis maupun dinamis. Kerja otot statis terjadi pada aktivitas mengangkat,

    menyangga, mendorong, menarik dan menurunkan beban ( otot lengan, bahu,

    29

  • pinggang dan punggung), sedangkan kerja otot dinamis terjadi pada aktivitas

    mengangkut, mendorong, dan menarik seperti; otot-otot bagian bawah.

    Mengurangi tingkat kelelahan otot pada pemotongan pelat eser dapat dilakukan

    dengan menggunakan alat kedudukan pelat eser sebagai landasan pelat eser

    sebelum dan sesudah pelat eser dipotong sehingga aktivitas

    menyangga dapat ditiadakan. Sikap paksa sewaktu bekerja dan berlangsung

    lama dapat menyebabkan adanya beban pada sistem muskuloskeletal dan efek

    negatif pada kesehatan (Santoso, 2004). Kroeman (1994) menyatakan bahwa

    kelelahan otot terjadi akibat adanya kerja otot statik.

    Kelelahan otot merupakan fenomena fisiologi dapat diukur secara

    langsung dengan Electromyography (EMG) untuk mendeteksi penyebab

    terjadinya kelelahan, sedangkan metode pengukuran secara tidak langsung

    berupa penilaian subjektif pada pekerja dengan menanyai dan menunjukan

    diagram tubuh atau kuesioner untuk menentukan lokasi kelelahan atau gangguan

    muskuloskeletal disebut Nordic Body Map. Kuesioner Nordic Body Map dipilih

    sebagai alat ukur untuk menilai kelelahan otot berupa gangguan muskuloskeletal

    dengan alasan digunakan metode ini karena mudah, murah dan cukup reliabel.

    Penerapan di lapangan dilakukan penjelasan sederhana kepada pekerja.

    2.10 Produktivitas Kerja

    2.10.1 Pengertian Produktivitas

    Produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan

    masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan meningkat

    apabila jumlah keluaran meningkat dengan jumlah masukan yang sama (Chew,

    30

  • 1991 dan Hardjosoedarmo, 1996). Manuaba (2004) menyatakan bahwa

    produktivitas dapat ditingkatkan melalui pendayagunaan seoptimal mungkin

    sumber daya manusia atau mengalihkan teknologi tepat guna, disamping upaya

    mengefisienkan kemampuan melalui penggunaan alat, cara kerja, dan lingkungan

    yang serasi.

    Mendesain atau meredesain stasiun kerja harus memperhatikan aspek

    ergonomi yang ada. Dan konsep teknologi tepat guna yang dipadukan dengan

    pendekatan SHIP yang harus dilakukan secara konsekuen dan berkesinambungan

    (Manuaba, 2009a). Melalui pndekatan SHIP bahwa masalah harus dipecahkan:

    1) Secara sistemik atau melalui pendekatan sistem dimana semua faktor

    yang ada di dalam suatu sistem dan diperkirakan dapat menimbulkan

    masalah harus ikut diperhitungkan, sehingga tidak ada lagi masalah baru

    sebagai akibat dari keterkaitan sistem.

    2) Secara holistik dimana suatu faktor yang terkait atau diperkirakan ada

    masalah haruslah dipecahkan secara proaktif dan menyeluruh.

    3) Secara interdisipliner, artinya semua disiplin terkait harus dimanfaatkan

    karena makin kompleknya masalah yang ada tidak akan dipecahkan secara

    maksimal jika dikerjakan melalui satu disiplin, sehingga perlu dipecahkan

    melalui lintas disiplin ilmu.

    4) Secara partisipatori, artinya semua orang yang terlibat dalam

    pemecahan masalah tersebut harus dilibatkan sejak awal secara

    maksimal agar dapat di wujudkan mekanisme kerja yang kondusif dan

    31

  • diperoleh produk yang berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman (Manuaba,

    2003a).

    Pendekatan ergonomi holistik atau teknologi tepat guna adalah suatu

    pendekatan dimana teknologi yang akan digunakan harus dikaji secara

    komprehensip melalui enam kriteria yaitu; secara teknis, ekonomis,

    ergonomis, sosio budaya bisa dipertanggung jawabkan, hemat akan energi, dan

    tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2007).

    2.10.2 Pengukuran produktivitas

    Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan

    (input) per satuan waktu (time). Konsep ini bisa dipakai di dalam menghitung

    produktivitas kerja di semua sektor kegiatan termasuk perbaikan stasiun kerja

    penggunaan alat kedudukan pelat eser sebagai penyangga dan mengangkut pelat

    eser sebelum dan setelah dilakukan pemotongan pelat eser. Pengukuran

    produktivitas dapat dilakukan dengan menghitung produktivitas total, yaitu

    perbandingan antara total keluaran dengan total masukan per satuan waktu. Hal

    ini semua faktor masukan terhadap total keluaran diperhitungkan. Menghitung

    produktivitas parsial, yaitu perbandingan dari keluaran dengan satu jenis

    masukan seperti upah tenaga kerja, bahan energi, beban kerja, skor keluhan

    sujebtif dan lain-lain. Produktivitas dihitung secara parsial dari sudut pandang

    ergonomi. Manuaba (2000) secara umum produktivitas dapat diformulasikan

    adalah sebagai berikut.

    Luaran (output)

    Produktivitas = (1)

    Masukan (input) x Waktu (time)

    32

  • Keterangan formulasi produktivitas adalah sebagai berikut:

    1) Luaran/produksi (output) adalah rerata jumlah hasil potongan pelat

    eser.

    2) Masukan (input) adalah rerata nadi kerja denyut per menit yang

    didapat dari selisih rerata denyut nadi waktu kerja dikurangi rerata

    denyut nadi istirahat.

    3) Waktu (time) adalah lama proses pemotongan pelat eser dalam satuan

    menit.

    2.10.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas

    Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja baik yang

    berhubungan dengan tenaga kerja maupun yang berhubungan dengan lingkungan

    tempat kerja. Manuaba (2003a) dan Pheasant (1991) menyatakan bahwa faktor-

    faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah sebagai berikut:

    1) Tenaga kerja seperti; umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan dan psikologis

    pekerja.

    2) Peralatan kerja seperti; alat, sarana kerja, mesin-mesin dan lain-lain.

    3) Lingkungan kerja seperti; kebisingan, getaran, suhu, kelembaban, debu dan

    lain-lain.

    Manuaba (2005) menyatakan usaha-usaha yang harus dilakukan dalam

    perbaikan produktivitas kerja untuk pencapaian tujuan ergonomi dilakukan

    dengan memperhatikan delapan aspek ergonomi adalah sebagai berikut:

    1) Status nutrisi yang memadai sebagai sumber energi seorang pekerja untuk

    menyelesaikan suatu pekerjaan.

    2) Aplikasi tenaga otot secara optimal dan efisien untuk menekan stress

    pekerja sampai batas minimum.

    3) Sikap tubuh yang diterapkan dalam sikap kerja dengan memperhatikan situasi

    33

  • pembebanan terhadap tubuh, jenis pekerjaan dan ruang lingkungan pekerjaan.

    4) Kondisi lingkungan kerja untuk mencegah beban yang berlebihan terhadap

    fisik dan mental.

    5) Kondisi yang berkaitan dengan waktu atau yang berkaitan dengan pola kerja,

    waktu kerja dan waktu istirahat.

    6) Kondisi informasi untuk menunjukkan penampilan (performance) kerja secara

    puas dan luas.

    7) Kondisi sosial untuk meningkatkan kualitas intraksi antar pekerja. Tugas yang

    dilakukan sudah menjadi udaya kerja karena dilakukan dengan cara nyaman

    dapat menyokong kehidupan yang sejahtera bagi karyawan.

    8) Intraksi manusia dengan mesin dengan proporsi pembagian tugas pekerjaan

    yang tepat antara manusia dengan mesin/alat.

    34

  • BAB III

    KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

  • BAB III

    KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Berpikir

    Posisi berdiri sambil menyangga pelat eser dan cara angkat dan angkut

    pelat eser yang tidak benar pada proses pemotongan pelat eser yang dilakukan

    oleh mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali, telah

    menimbulkan masalah pada mahasiswa yang melakukan proses pemotongan

    pelat eser tersebut. Posisi berdiri dan sambil menyangga pelat eser, serta cara

    angkat dan angkut yang tidak benar pada proses pemotongan pelat eser.

    Kendala seperti ini berpeluang menimbulkan keluhan muskuloskeletal,

    meningkatkan beban kerja. Terbukti dari hasil studi pendahuluan terhadap 16

    mahasiswa ditemukan peningkatan beban kerja sebesar 71,96% dan keluhan

    muskuluskeletal 81,25% antara sebelum dan sesudah kerja. Di samping itu

    ketidaksesuaian antropometri pekerja dengan stasiun kerja dan intensitas

    pencahayaan serta sirkulasi udara di ruang kerja juga berpontensi

    menurunkan kinerja mahasiswa, sehingga perlu diatasi.

    Kondisi seperti inilah yang akan diperbaiki dalam penelitian ini, dengan

    melakukan intervensi berupa aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat

    eser dalam bentuk perbaikan stasiun kerja pada proses pemotongan pelat eser

    dengan mendesain alat kedudukan pelat eser yang mengacu pada antropometri

    mahasiswa dan perbaikan cara angkat dan angkut pelat eser, diharapkan mampu

    35

  • menurunkan beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan meningkatkan

    produktivitas kerja. Hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai adalah

    meningkatnya kinerja mahasiswa.

    3.2 Kerangka Konsep Penelitian

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    Subjek

    Antropometri

    Umur

    Jenis Kelamin

    Pengalaman kerja

    Kesehatan

    Pendidikan

    Stasiun Kerja

    Alat kedudukan pelat eser pada mesi potong

    pelat eser

    Organisasi Kerja

    Waktu kerja

    Waktu istirahat

    Lingkungan Kerja

    Kelembaban

    Kebisingan

    Getaran

    Proses

    Aplikasi ergonomi pada

    proses pemotongan pelat

    eser berupa:

    a) Desain alat kedudukan

    pelat eser

    b) Perbaikan cara angkat-

    angkut pelat eser

    c) Perbaikan intensitas

    pencahayaan dan

    sirkulasi udara

    Luaran

    a) Beban kerja

    b) Keluhan

    muskuloskeletal

    c) Produktivitas

    mahasiswa

    36

  • 3.3 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah, kerangka

    berpikir, dan konsep penelitian adalah sebagai berikut.

    1) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat menurunkan

    beban kerja mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali.

    2) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat menurunkan

    keluhan muskuloskeletal mahasiswa di Bengkel TeknologiMakanik Politeknik

    Negeri Bali.

    3) Aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser dapat meningkatkan

    produktivitas mahasiswa di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri

    Bali.

    37

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

  • RS RA

    Klp I

    Klp II

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

    rancangan sama subjek (treatment by subjectsdesign) yang dikembangkan dalam

    bentuk rangcangan silang (two-period cross overdesign).Rancangan sama subjek

    adalah rancangan serial, dimana sampel mengalami menjadi kontrol dan juga

    perlakuan, dengan periode waktu yang berbeda. Rancangan silang antara

    periode waktu diperlukan washing out, untuk menghilangkan efek perlakuan

    menghilangkan efek perlakuan pertama terhadap perlakuan berikutnya (Colton,

    1974., Zainuddin, 2008). Rancangan penelitian dapat dicermati pada Gambar

    4.1.

    Periode I

    WO Periode II

    PO

    O1 O2

    PO

    O3 O4

    P1

    O5 O6

    P1

    O7 O8

    Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Silang (two-period cross over design)

    Keterangan :

    P : Populasi.

    S : Sampel.

    RS : Random Sampling.

    RA : Random Alokasi.

    PO : Sebelum aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser.

    P1 : Sesudah aplikasi ergonomi pada proses pemotongan pelat eser.

    Klp I : Kelompok yang bekerja di tempat tanpa aplikasi ergonomi pada proses

    pemotongan pelat eser terlebihdahulu, dilanjutkan dengan bekerja

    P S

    38

  • di tempat yang sudah diaplikasikan ergonomi pada proses

    pemotongan pelat eser.

    Klp II : Kelompok yang bekerja di tempat dengan aplikasi ergonomi pada

    proses pemotongan pelat eser terlebih dahulu, dilanjutkan dengan

    bekerja di tempat yang tidak diaplikasikan ergonomi pada proses

    pemotongan pelat eser.

    O1,O3,O5,O7 : Pendataan awal sebelum kerja dimulai terhadap: denyut nadi

    istirahat dan keluhan muskuloskeletal.

    O2,O4,O6,O8 : Pendataan akhir setelah selesai bekerja terhadap: denyut nadi

    kerja, keluhan muskuloskeletal dan produktivitas.

    Wo : Washing Out untuk menghilangkan efek kerja sebelumnya, diberikan

    selama 2 hari.

    4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri

    Bali. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011.

    4.3 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang ergonomi-fisiologi

    kerja yang difokuskan pada beban kerja, keluhan muskuloskeletal dan

    produktivitas. Aplikasi ergonomi diterapkan pada proses pemotongan pelat eser.

    4.4 Populasi dan Sampel

    4.4.1 Variabilitas populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa memotong pelat eser di

    Bengkel Teknologi Mekanik Politeknik Negeri Bali. Populasi target adalah

    mahasiswa semester II yang berjumlah 56 mahasiswa, sedangkan populasi

    terjangkau adalah mahasiswa semester II yang telah memenuhi kriteria inklusi

    adalah 28 mahasiswa

    39

  • 4.4.2 Kriteria sampel

    Kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1) Kriteria Inklusi

    a. Mahasiswa pemotong pelat eser di Bengkel Teknologi Mekanik

    Politeknik Negeri Bali.

    b. Jenis kelamin laki-laki.

    c. Umur antara 18 sampai dengan 20 tahun.

    d. Pendidikan minimal SMK.

    e. Tidak dalam kondisi sakit dan cacat fisik.

    f. Bersedia sebagai objek penelitian sampai selesai.

    2) Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel

    Kriteria dropout, tidak dilakukan sebagai sample yang dipertimbangkan

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Tidak hadir pada saat penelitian dilaksanakan.

    b. Menderita sakit pada saat penelitian dilaksanakan.

    c. Karena alasan tertentu mengundurkan diri sebagai sampel.

    4.4.3 Besar sampel

    Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

    rumus Colton (1974), sebagai berikut :

    01

    2

    n ( 3 )

    40

  • Keterangan :

    n = jumlah sampel.

    Z = Z skor untuk tingkat tipe I untuk =0,05, pada uji 2 sisi nilai Z = 1,96

    Z = Z skor untuk tingkat II untuk = 10%, maka nilai Z = - 1,645.

    = simpangan baku.

    o = rerata variabel penelitian sebelum dilakukan perbaikan.

    1 = perkiraan penurunan atau peningkatan rerata variabel penelitian setelah

    dilakukan perbaikan atau interve