Aplikasi Bakteri Asam Laktat Hasil Fermentasi Limbah Kubis
sebagai Pengawet Alami Ikan Segar Oleh : Afina Alfasia, Ilham
Ayuning Tanjung Sari, Viola SMA Yayasan Pendidikan Vidya Dahana
Patra Kompetisi Karya Tulis Ilmiah 2012 Chemist Fun Day Universitas
Mulawarman ABSTRAK Larutan limbah kubis (Brassica oleracea) adalah
hasil dari fermentasi limbah kubis. Larutan ini dapat digunakan
sebagai pengawet alami pada makanan. Penelitian ini dilakukan
karena maraknya penggunaan zat kimia berbahaya seperti formalin
yang digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan. Larutan limbah
kubis yang digunakan sebagai pengawet pada ikan menghasilkan asam
laktat yang dapat menurunkan pH sehingga bersifat asam dan dapat
menyebabkan pertumbuhan bakteri perusak dan pembusuk pada makanan
terhambat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektifitas larutan limbah kubis (Brassica oleracea) dalam
mengawetkan ikan, mencari alternatif bahan pengawet alami makanan,
memanfaatkan limbah kubis sebagai pengawet alami makanan yang mudah
dan efisien, meningkatkan produksi usaha pangan khususnya ikan di
daerah Kalimantan Timur serta memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa limbah kubis dapat dimanfaatkan menjadi bahan
pengawet alami makanan yang tidak berbahaya. Penelitian ini
bersifat eksperimen. Objek penelitian ini adalah ikan tambak.
Penelitian ini dilakukan dengan empat perlakukan yaitu ikan tambak
tanpa perendaman (kontrol), ikan tambak direndam selama 5 menit,
ikan tambak direndam selama 30 menit, dan ikan tamabak direndam
selama 1 jam. Hasil penelitian menujukkan bahwa ikan paling awet
jika direndam dalam jangka waktu 1 jam dengan masa simpan 13 hari.
Dengan demikian diharapkan para produsen makanan tidak menggunakan
formalin sebagai bahan pengawet pada makanan dan beralih
menggunakan larutan hasil fermentasi limbah kubis sebagai pengawet
alami makanan. BAB PENDAHULUAN Latar Belakang Maraknya penggunaan
formalin di Indonesia sebagai bahan pengawet pada makanan terutama
ikan segar merupakan bentuk penyalahgunaan fungsi dari formalin.
Formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan maupun minuman,
karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel
kanker. Hal ini dilakukan produsen karena
belum menemukan jalan keluar untuk dapat mempertahankan kualitas
ikan dalam jangka waktu yang lama dengan menggunakan pengawet alami
makanan yang ada saat ini. Harga yang terjangkau serta pemakaian
yang mudah membuat para produsen lebih memilih pengawet buatan yang
berbahaya seperti formalin dibandingkan pengawet alami.
Penanggulangan masalah tersebut dapat diatasi dengan mencari
alternatif bahan pengawet makanan yang mudah didapat dan efisien.
Kombinasi fermentasi limbah kubis dan penyimpanan suhu rendah dapat
memperpanjang masa simpan ikan. Limbah kubis yang umumnya sudah
tidak dapat digunakan lagi ternyata bisa menjadi jalan keluar bagi
masalah ini. Pemanfaatan limbah kubis dalam proses fermentasi dapat
menghasilkan bakteri asam laktat yang dapat menghambat proses
pembusukkan pada ikan karena bersifat membunuh bakteri pembusuk.
Penyimpanan ikan pada suhu rendah juga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri pembusuk karena sebagian besar bakteri tidak dapat hidup
pada suhu 5 -10o C. Namun, meskipun telah disimpan pada suhu rendah
masih ada saja bakteri pembusuk yang dapat bertahan. Oleh karena
itu diperlukan penambahan bakteri asam laktat pada ikan untuk
memperpanjang kualitas dan masa simpan ikan. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang dikemukakan di atas, penulis akan membahas
empat masalah yang timbul yaitu: 1. Bagaimanakah proses fermentasi
limbah kubis? 2. Apa yang menyebabkan hasil fermentasi limbah kubis
dapat digunakan sebagai pengawet alami pada ikan? 3. Bagaimana
pengaruh waktu rendaman ikan dalam larutan fermentasi limbah kubis
terhadap masa simpan ikan? Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan
karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui proses
fermentasi limbah kubis. 2. Mengetahui penyebab hasil fermentasi
limbah kubis dapat digunakan sebagai pengawet alami pada ikan. 3.
Mengetahui pengaruh waktu rendaman ikan dalam larutan fermentasi
limbah kubis terhadap masa simpan ikan. 4. Mengetahui pengaruh
penyimpanan ikan yang telah direndam dalam larutan fermentasi
limbah kubis dalam suhu rendah. 5. Memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa limbah kubis dapat dimanfaatkan menjadi bahan
pengawet alamimakanan yang tidak berbahaya. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1.
Memberikan alternatif bahan pengawet alami makanan yang mudah dan
efisien. 2. Menambah pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan dan di
bidang kesehatan pangan.
BAB TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Berbagai cara di tempuh
manusia untuk mengawetkan makanan. Tidak jarang produsen
menggunakan pengawet berbahaya untuk mengawetkan makanan karena
harganya lebih terjangkau dan masa simpannya lebih tahan lama
dibandingkan dengan pengawet alami. Perlunya informasi yang baik
mengenai pengawetan makanan dapat membantu masyarakat untuk memilih
makanan yang bebas dari pengawet makanan berbahaya. Bakteri Asam
Laktat Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri gram-positif
yang tidak membentuk spora dan dapat memfermentasikan karbohidrat
untuk menghasilkan asam laktat. Sebagian besar bakteri asam laktat
dapat tumbuh sama baiknya di lingkungan yang memiliki dan tidak
memiliki O2 (tidak sensitif terhadap O2), sehingga termasuk anaerob
aerotoleran. Bakteri yang tergolong dalam bakteri asam laktat
memiliki beberapa karakteristik tertentu yang meliputi: tidak
memiliki porfirin dan sitokrom, katalase negatif, tidak melakukan
fosforilasi transpor elektron, dan hanya mendapatkan energi dari
fosforilasi substrat. Hampir semua bakteri asam laktat hanya
memperoleh energi dari metabolisme gula sehingga habitat
pertumbuhannya hanya terbatas pada lingkungan yang menyediakan
cukup gula atau bisa disebut dengan lingkungan yang kaya nutrisi.
Kemampuan mereka untuk menghasilkan senyawa (biosintesis) juga
terbatas dan kebutuhan nutrisi kompleks bakteri asam laktat
meliputi asam amino, vitamin, purin, dan pirimidin (Wikipedia,
2012). Bakteri asam laktat dapat menghambat pertumbuhan bakteri
lain dengan memproduksi protein yang disebut bakteriosin. Salah
satu contoh bakteriosin yang dikenal luas adalah nisin, diproduksi
oleh Lactobacillus lactis ssp. lactis. Nisin dapat menghambat
pertumbuhan beberapa bakteri, yaitu Bacillus, Clostridium,
Staphylococcus, dan Listeria. Senyawa bakteriosin yang diproduksi
bakteri asam laktat dapat bermanfaat karena menghambat bakteri
patogen yang dapat merusak makanan ataupun membahayakan kesehatan
manusia, sehingga keamanan makanan lebih terjamin. Fermentasi
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan
memiliki daya simpan yang lama serta mempertahankan sifat-sifat
fisik dan kimia makanan sehingga tidak terjadi penurunan kualitas
makanan tersebut, dengan kata lain tidak terjadi proses pembusukan.
Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan
yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya
tarik produk pengawetan makanan.
Proses pengawetan makanan dapat dilakukan dengan beberapa cara,
salah satunya dengan memanfaatkan bakteri yang bersifat antagonis
terhadap bakteri pembusuk dan patogen pada bahan pangan, misalnya
bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat dapat dihasilkan dengan
cara fermentasi asam laktat. Secara umum, fermentasi adalah salah
satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi
yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron
eksternal. Limbah Kubis Kubis (Brassica olerace) merupakan salah
satu jenis sayuran yang banyak tumbuh di daerah dataran tinggi.
Jenis kubis ada beberapa macam, diantaranya kubis putih dan kubis
hijau. Selama ini kubis dijual hanya sebagai sayuran saja dalam
jumlah kecil (Wikipedia, 2011). Pemakaian kubis sebagai sayuran
terkadang menghasilkan limbah yang tidak pernah digunakan. Kita
dapat menjumpai limbah kubis di pasar. Seringkali produsen membuang
lapisan terluar kubis karena tidak layak untuk dikonsumsi akibat
faktor kotor dan dapat menurunkan harga jual. Akan tetapi limbah
kubis yang biasanya tidak digunakan tersebut masih menyimpan
kandungan gizi, terutama karbohidrat untuk dimanfaatkan dalam
fermentasi asam laktat untuk menghasilkan bakteri asam laktat.
Tabel 1 : Kandungan gizi limbah kubis mentah, energi 103 kJ (25
kcal) Kandungan Gizi Nilai gizi per 100 g (3.5 oz) Karbohidrat 5,8
g Gula 3,2 g Diet serat 2,5 g Lemak 0,1 g Protein 1,28 g sumber :
http://eemoo-esprit.blogspot.com/2010/10/nilai-gizi-kubis-kembang-kolcabbage.html
Fermentasi limbah kubis dalam jangka waktu tertentu akan
menghasilkan bakteri asam laktat yang dapat digunakan sebagai
pengawet alami pada makanan. Penyimpanan pada Suhu Rendah Suhu
lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan
pembusukan pada daging ikan.Penyimpanan pada suhu rendah diketahui
dapat memperlambat proses kemunduran mutu dan memperpanjang masa
hidup jaringan-jaringan di dalam bahan pangan dengan menghambat
aktivitas enzim dan bakteri pembusuk. Namun, beberapa bakteri
pembusuk mampu bertahan pada penyimpanan suhu rendah karena proses
ini bersifat menghambat pertumbuhan bukan untuk membunuh atau
menghentikan mikroorganisme sama sekali.
Uraian Mengenai Pendapat Terdahulu yang Berkaitan dengan Masalah
yang Dikaji Dikompilasi oleh : Hengky K. Martin, Universitas
Padjajaran, 2010 sumber: http://meexchild.wordpress.com/ Larutan
Fermentasi Selada sebagai Pengawet Alami Penanganan pascapanen
produk perikanan merupakan hal yang penting untuk dicermati karena
akan berpengaruh pada kualitas produk yang akan dihasilkan dan
nilai jualnya. Namun, penanganan pascapanen pada tingkat nelayan
tradisional atau pembudidaya masih rendah, misalnya tempat
pelelangan ikan dan pasar ikan tradisional di Indramayu sebagian
besar penanganan ikan masih didominasi oleh penggunaan es sebagai
media pengawet. Es dapat memperpanjang masa simpan ikan, namun ada
beberapa bakteri pembusuk yang dapat bertahan pada suhu rendah,
sehingga diperlukan kombinasi penggunaan zat antibakteri sebagai
bahan pengawet. Terdapat banyak sekali alternatif bahan pengawet
yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan, mulai dari yang
alami sampai bahan-bahan kimia yang bersifat antibakteri atau pun
yang bersifat antioksidan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam melilih dan menggunakan bahan pengawet, yaitu sifat kimia dan
antibakteri dari bahan pengawet tersebut, sifat dan komposisi bahan
pangan, jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat pada bahan
pangan, kepastian bahwa bahan pengawet tersebut tidak merugikan
kualitas produk, ekonomis, dan yang terpenting adalah keamanannya.
Salah satu bahan pengawet alami yang aman dan secara efektif mampu
mengawetkan ikan segar melalui prinsip-prinsip biologis adalah
larutan fermentasi selada. Larutan fermentasi selada merupakan
starter bakteri asam laktat. Selain memproduksi bakteri asam
laktat, larutan fermentasi selada juga mengandung senyawa
antibakteri seperti asam organik dan hasil metabolit lainnya yang
dapat berfungsi secara langsung untuk menghambat atau membunuh
bakteri pembusuk. Selada (Lactuca sativa) merupakan salah satu
jenis sayuran komersial yang memiliki sifat mudah layu, rusak, dan
busuk. Selada merupakan tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah
beriklim sedang maupun daerah tropika. Selama ini pemanfaatan
selada hanya sebatas untuk dikonsumsi, namun selada juga dapat
dimanfaatkan sebagai starter bakteri asam laktat yang mampu
memperpanjang masa simpan bahan pangan. Selada mempunyai tingkat
kandungan nutrisi yang dapat memacu pertumbuhan berbagai jenis
bakteri asam laktat dalam proses fermentasi. Selada merupakan
isolat yang menghasilkan persentase asam laktat yang tinggi.
Fermentasi selada lebih aman digunakan dibandingkan dengan zat
antibakteri lain yang bersifat kimia. Penggunaan larutan fermentasi
selada sebagai pengawet alami pada ikan dapat memperpanjang masa
simpan ikan, selain itu dapat meningkatkan pemanfaatan selada
selain untuk dikonsumsi. Pada fermentasi selada, L. mesenteroides
dapat tumbuh lebih cepat dari bakteri asam laktat lainnya. Dalam
pertumbuhannya bakteri ini menghasilkan karbondioksida dan
asam laktat yang dapat dengan cepat menurunkan pH sehingga
menghambat bakteri yang tidak diinginkan keberadaannya.
Karbondioksida menggantikan udara dan menciptakan suatu kondisi
anaerobik yang merupakan kondisi lingkungan yang ideal untuk
pertumbuhan spesies bakteri-bakteri asam laktat yang lainnya secara
berurutan. Akan tetapi pertumbuhan dari setiap spesies berlangsung
berdasarkan urutan toleransi asamnya sehingga akan selalu ada
pertumbuhan yang saling tumpang tindih. Pada proses fermentasi
selada, jenis bakteri asam laktat yang memiliki sifat lebih tahan
terhadap kondisi asam dibandingkan jenis bakteri asam laktat
lainnya, yaitu L. plantarum baru terhitung setelah hari ke-4.
Jumlah bakteri L. plantarum mencapai maksimum pada hari ke-10 dan
setelah itu akan mengalami penurunan sampai akhirnya pada hari
ke-20 sudah tidak terdapat lagi dalam substrat fermentasi. BAB
METODOLOGI PENELITIAN Sumber Literatur dan Data Eksperimen Untuk
membuktikan bahwa larutan fermentasi limbah kubis dapat
menghasilkan bakteri asam laktat yang dapat digunakan sebagai
pengawet, maka kami melakukan percobaan langsung dengan cara
membandingkan kualitas ikan segar yang telah direndam dengan
larutan fermentasi dengan ikan segar yang tidak direndam dengan
larutan fermentasi. Observasi Berdasarkan pengamatan yang kami
lakukan tentang penggunaan pengawet makanan khususnya pada ikan,
produsen menggunakan es batu untuk menyimpan ikan dalam suhu rendah
supaya tidak terjadi pembusukkan. Pengolahan Data dan Informasi
Penulisan karya ilmiah ini didasarkan pada data primer yaitu data
hasil analisis eksperimen yang telah kami lakukan. Penelitian yang
kami lakukan merupakan bentuk pengembangan dari beberapa penelitian
terdahulu. Pencantuman literatur yang kami pakai, kami cantumkan
dalam daftar pustaka pada karya tulis ini. Waktu dan Tempat
Penelitian pelaksanaan : 26 hari waktu : 22 Desember 2011 - 16
Januari 2012 tempat : laboratorium Kimia SMA YPVDP. Variabel
Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu
variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat. Variabel
bebas : perendaman ikan Variabel kontrol : suhu dan jumlah ikan
Variabel terikat : masa simpan ikan
BAB ANALISIS DAN SINTESIS Analisis Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, pengaruh larutan hasil fermentasi limbah
kubis sebagai pengawet ikan segar adalah sebagai berikut: Tabel 3 :
Hasil penelitian pengaruh larutan hasil fermentasi limbah kubis
terhadap masa simpan ikan
No. 1. 2. 3. 4.
Objek yang ditelilti Ikan A Ikan B Ikan C Ikan D
Lama perendaman tanpa perendaman 5 menit 30 menit 1 jam
Masa simpan 2 hari 5 hari 9 hari 13 hari
Ikan dengan perendaman 5 menit
Ikan dengan perendaman 30 menit
Ikan dengan perendaman 1 jam
Ikan kontrol (tanpa perendaman) Sintesis Proses fermentasi
limbah kubis langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan.
Adapun alat yang digunakan adalah pisau, neraca ohauss, toples,
sendok, cling warp, plastik hitam, dan baskom. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah limbah kubis, ikan tambak segar, garam, dan air.
Langkah kedua adalah mengiris limbah kubis sepanjang dua sentimeter
kemudian irisan tersebut ditimbang sebanyak 100 gram selanjutnya
dimasukkan ke dalam toples yang bagian luarnya ditutup dengan
kantong plastik berwarna hitam. Langkah selanjutnya adalah
menambahkan irisan limbah kubis dengan larutan garam 2,5% dengan
konsentrasi limbah kubis 100g/L kemudian diaduk rata dan ditutup
rapat. Limbah kubis tersebut diinkubasi (didiamkan) selama enam
hari pada suhu ruang dan dibiarkan terjadi proses fermentasi.
Proses inkubasi limbah kubis harus bebas dari oksigen. Setelah
diinkubasi, hasil fermentasi disaring sehingga diperoleh larutan
fermentasilimbah kubis yang siap digunakan sebagai bahan pengawet.
Penggunaan larutan fermentasi limbah kubis yakni dengan cara
perendaman. Ikan direndam dalam larutan kubis dalam waktu lima
menit, tiga puluh menit, dan satu jam selanjutnya ditutup
menggunakan cling warp. Ikan yang telah dikemas menggunakan cling
warp langsung disimpan dalam pendingindengan suhu 5-10oC.
Fermentasi asam laktat merupakan proses produksi energi dalam sel
dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).Fermentasi asam laktat
terbagi menjadi dua jenis, yaitu homofermentatif dan
heterofermentatif. Pada penelitian kali ini proses fermentasi
limbah kubis yang terjadi adalah fermentasi asam laktat jenis
homofermentatif yang sebagian besar hasil akhirnya menghasilkan
bakteri asam laktat. Jalur metabolisme yang digunakan pada
homofermentatif adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas. Beberapa
contoh genus bakteri
yang merupakan bakteri homofermentatif adalah
Streptococcus,Enterococcus, Lactococcus, Pediococcus, dan
Lactobacillus. Mekanisme pembentukkan asam laktat adalah piruvat
akan diubah menjadi asam laktat dan diikuti dengan proses transfer
elektron dari NADH menjadi NAD+.
Gambar 5 : Diagram homofermentatif pembentukan bakteri asam
laktat Proses fermentasi limbah kubis menghasilkan banyak bakteri
asam laktat salah satunya jenis Lactobacillusplantarum. Bakteri ini
lebih banyak dihasilkan pada tahap akhir proses fermentasi.
Lactobacillus plantarum memiliki daya hambat paling tinggi terhadap
pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen pada bahan pangan
dibandingkan spesiesbakteri asam laktat lainnya, penghambatannya
terkait dengan produksi senyawa metabolit (asam laktat, bakteriosin
dan hidrogen peroksida). Akumulasi senyawa metabolit dari bakteri
asam laktat akan mengalami peningkatan seiring lamanya proses
fermentasi. Produksi asam laktat oleh bakteri asam laktat akan
terus meningkat, sehingga pH lingkungan dalam larutan fermentasi
limbah kubis akan terus mengalami penurunan. Hasil penelitian
terdahulu pada fermentasi seladamenunjukkan bahwa pH terendah
dicapai selama delapan belas hari yaitu pH 3,5 dengan kadar asam
laktat tertinggi.Bakteri asam laktat juga menghasilkan senyawa
antibakteri berupa bakteriosin dan hidrogen peroksida yang penting
peranannya dalam pengawetan bahan pangan. Gambar 6 : Bakteri
Lactobacillus plantarum Dengan penambahan bakteri asam laktat jenis
Lactobacillus plantarum yang dapat menurunkan pH daging ikan ini,
dapat memperlambat pertumbuhan bakteri pembusuk sehingga penguraian
protein oleh bakteri pembusuk terhambat juga. Dengan terhambatnya
pertumbuhan bakteri pembusuk serta penyimpanan ikan pada suhu
rendah tersebut maka masa simpan ikan akan menjadi lebih lama.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, masa simpan ikan
segar tanpa perendaman dalam larutan fermentasi limbah kubis pada
suhu rendah adalah dua hari. Perendaman dalam larutan fermentasi
limbah kubis selama limamenit pada suhu rendah memberikan masa
simpan selama lima hari. Sedangkan penggunaan larutan fermentasi
limbahkubis selama satu jam menunjukkan pengaruh terbaik terhadap
masa simpan dan kualitas ikan selama penyimpanan suhu rendah, yaitu
dengan batas penyimpanan hingga hari ke-13 dibandingkan dengan
perendaman selama 30 menit dan penyimpanan suhu rendah dengan masa
simpan sembilan hari. Ikan A, yakni ikan tanpa perendaman air
fermentasi limbah kubis mengalami pembusukan dalam waktu dua hari.
Pada saat hari ke-2, ikan ini berbau menyengat, struktur ikan sudah
lunak, dan memberikan penampakan bahwa ikan sudah tidak segar
lagi.
Ikan B, yakni ikan dengan perendaman selama lima menit mengalami
pembusukan dalam waktu lima hari. Pada saat hari ke-5, ikan ini
menunjukkan tanda-tanda kebusukan yang sama seperti ikan A. Namun,
dengan perendaman selama lima menit dengan menggunakan air
fermentasi limbah kubis memberikan masa simpan tiga hari lebih lama
dibandingkan dengan ikan A yang tidak melalui proses perendaman.
Ikan C, yakni ikan dengan perendaman selama 30 menit mengalami
pembusukan dalam waktu sembilan hari. Pada saat hari ke-9,
tanda-tanda kebusukan pada ikan C sama seperti ikan A dan ikan B.
Namun, dengan perendaman yang lebih lama dibandingkan dengan ikan
B, masa simpan ikan C adalah empat hari lebih lama. Sedangkan Ikan
D, yakni dengan perendaman selama satu jam mengalami pembusukan
dalam waktu tiga belas hari dan merupakan ikan dengan masa simpan
terlama dibandingkan dengan ketiga ikan yang diteliti. Penelitian
yang kami lakukan menunjukkan bahwa bakteri asam laktat hasil
fermentasi limbah kubis ternyata dapat digunakan sebagai pengawet
alami pada ikan. gambar tambahan (tidak termasuk dalam karya
tulis)
BAB PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
data primer di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Larutan fermentasi limbah kubis dapat digunakan sebagai bahan
pengawet alami yang mudah didapat, harga terjangkau dan tepat guna
2. Lama perendaman dalam larutan fermentasi kubis dapat berpengaruh
terhadap lama masa simpan ikan 3. Bakteri Asam Laktat menghasilkan
asam laktat melalui proses fermentasi. Saran Berikut ini merupakan
saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
penggunaan larutan fermentasi limbah kubis atau sebagai penelitian
selanjutnya: 1. Limbah kubis dapat diganti dengan limbah sayuran
lain seperti nanas yang memiliki kemampuan unggul menghasilkan asam
laktat sebanyak 0,80 % 2. Pengawetan bahan makanan tidak terbatas
pada ikan saja tetapi penggunaan larutan fermentasi limbah kubis
ini bisa dilakukan pada udang dan bakso ikan.
DAFTAR PUSTAKA http://meexchild.wordpress.com. Pengawet Alami
Ikan yang Murah dan Efisien Melalui Fermentasi Selada.
http://id.wikipedia.org/wiki/Fermentasi. Fermentasi.
http://eemoo-esprit.blogspot.com/2010/10/nilai-gizi-kubis-kembang-kol-cabbage.html.
Nilai Kandungan Gizi Kubis - kembang kol cabbage.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri_asam_laktat . Bakteri Asam
Laktat.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=bakteri%20asam
%20laktat&source=web&cd=2&sqi=2&ved=0CCcQFjAB&url=http%3A%2F
%2Fresources.unpad.ac.id%2Funpadcontent%2Fuploads%2Fpublikasi_dosen
%2FPERANAN%2520BAKTERI%2520ASAM
%2520LAKTAT.PDF&ei=dMH9TuaWNcfmrAeG1dHnDw&usg=AFQjCNFhuouSDFwRp
yyv7F6RsarEHhYn4g&cad=rja. Peranan Bakteri Asam Laktat.
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/07/peranan-bakteri-asam-laktat-dancendawan-aspergillus-niger-dalam-pengolahan-fermentasi-kacang-kedelai/.
PERANAN BAKTERI ASAM LAKTAT DAN CENDAWAN Aspergillus niger
DALAM
PENGOLAHAN FERMENTASI KACANG KEDELAI.
notes: Naskah karya tulis ini merupakan salah satu persyaratan
lomba Chemist Fun Days 2012 yang dilaksanakan oleh Universitas
Mulawarman Samarinda. KIR kami Alhamdulillah mendapatkan Juara 2
setelah penilaian presentasi dan penilaian naskah. ;D Akan tetapi,
banyak masukan-masukan serta komentar dari para juri terkait dgn
KIR ini. Diantaranya yaitu : - Kesalahan konsep antara judul dengan
isi yang diuraikan "Bakteri Asam Laktat" yang seharusnya "Asam
Laktat" saja - Penulisan daftar pusataka serta kutipan yang kurang
sempurna - Kesimpulan yang harus menjawab semua point pada Rumusan
Masalah - dan lain-lain Beberapa diantara masukan2 di atas telah
kami perbaiki dalam karya tulis ini.