Husni Ahmad Khusaeri, S.Si., Apt.
Husni Ahmad Khusaeri, S.Si., Apt.
INFLAMASI
RADANGADALAH RESPON VASCULER DAN SELULER DARI JARINGAN HIDUP
TERHADAP CIDERA
Inflamasi
Perbaikan jaringan yang cidera
Keberadaan Benda Asing
Dalam Jaringan: - Jaringan donor - Agen Biologis - Benda mati
Kerusakan Jaringan yang menimbulkan Nekrosa; Infark; Hemoragi; Thrombus
Terkait infeksi : Trauma fisik,
Radiasi, Racun, Suhu Ekstrim, Respon Imun.
a. Rubor ( Redness ) = Kemerahanb. Kalor ( Heat ) = Panasc. Tumor ( Swelling ) = Bengkakd. Dolor ( Pain ) = rasa Sakite. Fungsio laesa ( Loss Of Function ) = Fungsi jaringan / organ terganggu
Agen kausatif, respon jaringan sekitar agen serta sel nekrotik di daerah radang akan menghasilkan mediator inflamasi
Mediator Inflamasi menginduksi vascula, aliran darah, dan mengaktifkan leukosit
Terjadinya vaso dilatasi arterioli maupun kapiler disekitar daerah radang menimbulkan perlambanan aliran darah dan leukosit mengalir ditepi lumen vasculer. ( Aliran non axial )
Endothel kapiler meregang, timbul rongga, permiabilitas meningkat, plasma darah keluar terakumulasi di jaringan perivasculer.
Endothel menjadi lengket, leukosit menggelinding dan melekat ( adhesi ) pada permukaan endothel
Leukosit masuk ruang antar endothel (diapedesis) dan keluar dari vasculer (ekstravasasi)
Leukosit akan bergerak (migrasi) menuju agen causatif inflamasi
PROSES INFLAMASI
Leukosit memfagosit baik agen asing, sel inang terinfeksi, maupun jaringan inang yang nekrotik degradasi agen secara enzymatik.
PROSES INFLAMASI
PROSES INFLAMASI
Respon VaskulerCidera aktivasi media inflamasi
vasodilatasi kapiler--------------------------------------------------------------Respon Seluler Aktivasi Leucosit
fagositosis
a. Rubor ( Redness ) = Kemerahanb. Kalor ( Heat ) = Panasc. Tumor ( Swelling ) = Bengkakd. Dolor ( Pain ) = rasa Sakite. Fungsio laesa ( Loss Of Function ) = Fungsi jaringan / organ terganggu
a. Rubor ( Redness ) = Kemerahanb. Kalor ( Heat ) = Panasc. Tumor ( Swelling ) = Bengkakd. Dolor ( Pain ) = rasa Sakite. Fungsio laesa ( Loss Of Function ) = Fungsi jaringan / organ terganggu
ANTI-INFLAMASI
Anti-inflammatory
corticosteroid NSAIDNon Steroid Antiinflammation Drugs
Pembagian Antiinflamasi
Anti-inflammatory
corticosteroid NSAIDNon Steroid Antiinflammation Drugs
Pembagian Antiinflamasi
Bersifat kurang spesifik, dan telah digunakan bertahun-tahun untuk terapi inflamasi dan penyakit imunologis pada mata.
Untuk mencegah efek inflamasi: pembentukan jaringan ikat &neovaskularisasi
Lebih efektif pada fase akut
Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006
Peran pada hampir semua aspek inflamasi:Vaskular:Permiabilitas pembuluh darah ↓
Selular :Penghambatan proliferasi limfosit (limfosit T), dengan imunitas selular ↓Penekanan kerja limfokin dalam migrasi makrofag dan produksi faktor pertumbuhan Inhibisi degranulasi netrofil granulosit, makrofag, sel mast, dan basofilsupresi sintesis asam arakidonat produksi prostaglandin ↓
Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006
Prednisolone
Studi menunjukkan bahwa Prednisolone memiliki efektivitas anti-inflamasi terbesar dibanding steroid topikal mata lainnya.
Prednisolone acetate 1% merupakan steroid topikal mata yang paling efektif untuk terapi uveitis dan inflamasi kornea.
Dapat digunakan pada inflamasi berat mata seperti episkleritis, iritis, luka bakar kimiawi atau thermal pada kornea.
Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006
Dexamethasone
Pada konsentrasi yang sesuai, Dexamethasone secara klinis kurang efektif dibanding prednisolone dan berpotensi lebih besar dalam menaikkan Tekanan Intra Okular drug of second choice.
Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006
Fluorometholones
Memiliki sifat antiinflamasi yang cukup baik, tetapi juga menyebabkan peningkatan TIO sekunder.
Terdapat dalam dua bentuk formulasi: fluorometholone alkohol dan asetat.
Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006
Fluorometholone alkohol
Digunakan untuk menangani kondisi inflamasi sedang pada permukaan mata, memerlukan lama terapi yang panjang (hingga 3-4 minggu) seperti pada iridosiklitis kronik dan alergi.
Bermanfaat pada kondisi kronis o.k. Kurang menimbulkan peningkatan TIO
Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006
Fluorometholone acetate
Merupakan bentuk klinis yang lebih aktif. Menimbulkan efektivitas yang lebih besar.
Indikasi: bila terdapat efek samping dengan preparat kortikosteroid yang lain
Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006
Rimexolone
Cukup poten dan relatif aman, tapi tidak seefektif prednisolone acetate1% ; pengaruh pada TIO menyerupai fluorometholones.
Reveiw of optamometry; June 2006Reveiw of optamometry; June 2006
Bentuk Sediaan:TopikalSistemikPeriokular
Keuntungan: Dapat diberikan
didekat lokasi yang memerlukan indikasi untuk inflamasi segmen anterior
Dapat digunakan untuk salah satu mata saja
Menghindari efek sistemik
Kerugian:Terkadang dapat
terjadi supresi adrenal
Keratopati epitel bila penggunaan terlalu sering
Terkadang menimbulkan infeksi konjungtiva
Peningkatan TIO Dapat menimbulkan kebutaan permanen bila tidak
terdeteksi/diterapi Meningkatkan kerawanan terhadap infeksi virus
atau jamur Berpotensi menimbulkan kebutaan
Penipisan sklera/kornea Berpotensi menimbulkan kebutaan
Penundaan atau gangguan penyembuhan luka Katarak
• Digunakan pasca operasi untuk inflamasi pada mata
• Hanya boleh digunakan dibawah panduan dokter spesialis mata
• Dosis diturunkan bertahap sebelum dihentikan sepenuhnya• Dihentikan mendadak: rebound
effectMenimbulkan relaps
Tetes Mata Kortikosteroid
TopikalPreparat:
prednisolone, dexamethasone, fluorometholone, remixolone
Mekanisme: menghambat pelepasan asam arakidonat dari
fospolipid dengan cara menghambat fosfolipase A2 Indikasi kegunaan inflamasi segmen
anterior pasca operasi, uveitis anterior, konjungitvitis alergi
berat, konjungtivitis vernal, pencegahan reaksi penolakan graft kornea, episkleritis, skleritis
Efek samping: rawan terhadap infeksi, glaukoma, katarak, ptosis,
midriasis, pelunakan sklera, atrofi kulit Prednisolone dan Dexamethasone paling poten
menimbulkan tekanan intraokular (TIO)
Keuntungan: Mudah
pemberiannya: dengan tablet
Dapat mencapai seluruh mata dengan lebih baik
Kerugian:Terkadang dapat
terjadi supresi adrenal
Efek sistemik
Peningkatan TIO Hipertensi Gula darah >> Berat badan
>/edema Gangguan sal cerna Gangguan psikiatrik
Osteoporosis Katarak Supresi adrenal
Sistemik:Preparat:
prednisolone, cortisone, triamcinolone, depomedrol
Indikasi : inflamasi segmen posterior Uveitis posterior, neuritis optikus, arteritis
temporal anterior dengan neuropathy iskemikEfek samping:
Lokal: posterior subcapsular cataract, glaukoma, central serous retinopathy
Sistemik: supresi aksis hipofisis-adrenal, hyperglikemia, osteoporosis, ulkus peptikum, psikosis
Pada pasien DM, gagal ginjal, hipertensi Sistemik: KI pada ulkus peptikum,
osteoporosis, psikosis Topikal: KI pada glaukoma KI pada sebagian besar infeksi, oleh
karena:Tidak membunuh bakteriMenurunkan resistensi terhadap
mikroorganismeMenyamarkan progresivitas infeksi
Anti-inflammatory
corticosteroid NSAIDNon Steroid Antiinflammation Drugs
Pembagian Antiinflamasi
Merupakan inhibitor sintesis prostaglandin dan berperan sebagai antiinflamasi dan analgesik
Keuntungan NSAID dibanding KS adalah bahwa NSAID tidak memicu penurunan aktivitas sistem pertahanan tubuh dan tidak meningkatkan TIO
NSAID tidak berinteraksi dengan sistem hemodinamik
Mekanisme kerja: menghambat cyclooxygenase (COX)
menghambat produksi prostaglandin
Terdapat 2 jenis COX: COX-1 – penting dalam kondisi non inflamasi
penghambatan COX1 dapat menghindari ESO (misal ESO lambung)
COX-2 – diinduksi pada kondisi inflamasi inhibisi COX-2 berperan dalam antiinflamasi
Aspirin, ibuprofen – menghambat COX-1 & COX-2
Sebagian besar NSAID menghambat COX-1 dan COX-2
Penghambatan jalur sintetik dari asam arakidonat menjadi prostaglandin dapat menimbulkan peningkatan leukotrien yang dapat menimbulkan inflamasi
Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi serius pada beberapa pasien mis. Serangan asthma
Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 20062006
Efek Antiinflamasi Prostaglandins merupakan mediator utama
inflamasi.
Efek Analgesik Penurunan inflamasi penurunan nyeri. Prostaglandin juga merupakan mediator nyeri pada
jaringan perifer inhibisi PG menimbulkan analgesi
Efek antipiretik (=penurunan panas)
Saat inflamasi, endotoksin bakteri merangsang makrofag untuk melepaskan IL-1, suatu pyrogen (=agen yang menimbulkan demam) yang menstimulasi pembentukan prostaglandin E di hipotalamus dan meningkatkan set-point pengatur temperatur tubuh.
Saat ini digunakan pada kondisi intra- dan pasca-operasi untuk menurunkan miosis pada saat operasi dan inflamasi yang mengikut operasi katarak dan laser trabeculoplasty.
Juga digunakan pada terapi dan pencegahan cystoid macular oedema dan konjungtivitis alergika.
Vale J; Ophthalm Physiol Opt 1998Vale J; Ophthalm Physiol Opt 1998
- Inflamasi segmen anterior mata, yang belum dapat ditentukan penyebabnya apakah dari virus atau bakteri, seperti pada edema kornea, edema konjungtiva dan skleritis.
- Reaksi inflamasi oleh karena trauma- Neovaskularisasi kornea karena
penggunaan lensa kontak dan peradangan yang ditimbulkan
Vale J; Ophthalm Physiol Opt 1998Vale J; Ophthalm Physiol Opt 1998
Preparat topikal NSAID yang dikenal:- Diclofenac sodico- Flubiprofene sodico- Ketorolac trometamina- Piroxicam- Indometacina- Suprofene
Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006Genevieuve N; Clinical and Experimental Optometry 2006
Pada mata, preparat NSAID topikal lebih disukai daripada sistemik, oleh karena NSAID topikal memberikan konsentrasi obat yang lebih besar dengan kurang menimbulkan efek samping sistemik.
NSAID digunakan sebagai antiinflamasi dan antinyeri pada kondisi inflamasi non infeksi atau pasca trauma operasi.
Topikal NSAID: jarang menimbulkan toksisitas sistemik
Toksisitas lokal: sensasi terbakar, tersengat, iritasi dan hiperemia konjungtiva kerusakan epital, penipisan kornea perforasi
Komplikasi kornea: pelunakan kornea (Diklofenak)
Inflamasi (perioperatif) Nyeri (operasi refraktif) Alergi pada mata (jarang) Antiinflamasi pre-operatif dan Pasca operatif
Reaksi lokal (rasa terbakar) Tidak menimbulkan peningkatan TIO Tidak menimbulkan potensiasi infeksi HSV
dan jamur Dapat menimulkan regresi pada operasi
refraktif Jarang: kerusakan kornea (diklofenak)
E.g. ketorolac, diclofenac, flurbiprofen Mekanisme: inaktivasi of cyclo-
oxygenase Indikasi: pasca operasi, konjungtivitis
alergika ringan, episkleritis, uveitis rignan, cystoid macular edema, pra operasi untuk mencegah miosis pada saat operasi.
Efek Samping: reaksi lokal
Terima Kasih