Top Banner
ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA DEPAN: STUDI EMPIRIS USAHA BATIK DI JAWA TENGAH Sony Heru Priyanto Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Jony O. Haryanto Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Agung Podo Moro University Roos Kities Andadari Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Maria Rio Rita Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRACT Batik is an Indonesian cultural products. To deal with the ASEAN Economic Community, batik entrepreneurs need to have the anticipation of future markets to increase their competitiveness. The aim of this study, first to know the effect of the background of entrepreneurs and entrepreneurship to anticipate future business. Second, to determine the consequences of future anticipation of the extra effort, customer value and market performance. Third, to know the process of entrepreneurship formation. For the first and second purpose of the studies, this research uses the positivistic paradigm by applying descriptive explanatory method. Population taken from three locations: Lasem, Pekalongan and Solo in Central Java, taken 50 businessmen respectively, employing quota sampling technique. Techniques of analysis using structural equation modeling. For the third goal, researchers use the paradigm of phenomenology by applying qualitative descriptive technique. It has been depth-observed for 6 participants from three locations.The results demonstrated that the background and entrepreneurial of businesses positively affect future anticipation. Meanwhile, anticipation of future positively affected the extra effort, customer value and market performance. This research also produced finding that entrepreneurial learning process in batik employers occurs through 3 learning process they are through parents, become employees and also through direct experience to be an entrepreneur. This is referred to as a hybrid entrepreneurship. Further research should be directed to investigate the role of information technology in anticipating of the future and examine the role of hybrid entrepreneurship learning process, studied from various aspects Keywords: entrepreneurship, entrepreneur background, anticipation of the future, hybrid entrepreneurship, SEM
24

ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Oct 27, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR

MASA DEPAN: STUDI EMPIRIS USAHA BATIK DI JAWA

TENGAH

Sony Heru Priyanto

Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Jony O. Haryanto

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Agung Podo Moro University

Roos Kities Andadari

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Maria Rio Rita

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRACT

Batik is an Indonesian cultural products. To deal with the ASEAN Economic Community, batik

entrepreneurs need to have the anticipation of future markets to increase their competitiveness. The aim of

this study, first to know the effect of the background of entrepreneurs and entrepreneurship to anticipate future business. Second, to determine the consequences of future anticipation of the extra effort, customer

value and market performance. Third, to know the process of entrepreneurship formation. For the first and

second purpose of the studies, this research uses the positivistic paradigm by applying descriptive

explanatory method. Population taken from three locations: Lasem, Pekalongan and Solo in Central Java,

taken 50 businessmen respectively, employing quota sampling technique. Techniques of analysis using

structural equation modeling. For the third goal, researchers use the paradigm of phenomenology by

applying qualitative descriptive technique. It has been depth-observed for 6 participants from three

locations.The results demonstrated that the background and entrepreneurial of businesses positively affect

future anticipation. Meanwhile, anticipation of future positively affected the extra effort, customer value

and market performance. This research also produced finding that entrepreneurial learning process in

batik employers occurs through 3 learning process they are through parents, become employees and also

through direct experience to be an entrepreneur. This is referred to as a hybrid entrepreneurship. Further

research should be directed to investigate the role of information technology in anticipating of the future

and examine the role of hybrid entrepreneurship learning process, studied from various aspects

Keywords: entrepreneurship, entrepreneur background, anticipation of the future, hybrid

entrepreneurship, SEM

Page 2: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Batik merupakan produk budaya Indonesia. Untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN,

pengusaha batik perlu memiliki antisipasi pasar masa depan untuk meningkatkan daya saingnya. Penelitian

ini bertujuan, pertama untuk mengetahui pengaruh latar belakang dan kewirausahaan pengusaha batik pada

antisipasi masa depan. Kedua, untuk mengetahui konsekuensi antisipasi masa depan terhadap upaya ekstra,

nilai pelanggan dan kinerja pasar. Ketiga, untuk mengetahui proses terbentuknya kewirausahaan. Penelitian

ini menggunakan paradigma positivistik dengan menerapkan jenis penelitian deskriptif eksplanasi untuk

tujuan penelitian pertama dan kedua. Populasi diambil dari 3 lokasi yaitu Lasem, Pekalongan dan Solo Jawa

Tengah, masing-masing diambil 50 pengusaha, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel kuota.

Teknik analisis menggunakan model persamaan struktural. Sedangkan untuk tujuan ketiga, digunakan

paradigma fenomenologi dengan menerapkan teknik deskriptif kualitatif. Telah diamati secara mendalam

6 partisipan dari 3 lokasi penelitian tersebut diatas.Temuan menunjukkan bahwa latar belakang dan

kewirausahaan pelaku usaha berpengaruh positif terhadap antisipasi masa depan. Antisipasi masa depan

mempengaruhi secara positif usaha ekstra, nilai pelanggan dan kinerja pasar. Riset ini juga menghasilkan

temuan bahwa proses pembelajaran kewirausahaan pada pengusaha batik terjadi melalui 3 proses

pembelajaran yaitu melalui orang tua, menjadi pegawai dan melalui pengalaman langsung menjadi

pengusaha. Hal inilah yang disebut sebagai kewirausahaan hibrida. Penelitian mendatang perlu diarahkan

untuk meneliti peranan teknologi informasi dalam antisipasi masa depan serta meneliti peranan proses

pembelajaran kewirausahaan hibrida dilihat dari berbagai aspek

Kata kunci: kewirausahaan, latar belakang pengusaha, antisipasi masa depan, kewirausahaan hibrida, SEM

Page 3: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Antisipasi masa depan merupakan persepsi pelanggan tentang semua kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan yang mencoba untuk memberikan solusi atas keinginan dan kebutuhan

pelanggan di masa yang akan datang. Mengingat masih terbatasnya penelitian dan literatur tentang

antisipasi masa depan maka digunakanlah pendekatan dari futuristik atau futurologi, yaitu ilmu

yang mempelajari tentang masa depan saat ini terus berkembang dan mendapatkan perhatian yang

mendalam dari para akademisi (Mello, et.al, 2009). Meskipun ilmu ini akan memberikan implikasi

yang sangat besar dalam dunia pemasaran, namun penelitian dan teori tentang masa depan masih

sangat jarang dibahas dalam ranah ilmu pemasaran.

Riset sebelumnya mengenai antisipasi masa depan, belum secara modelling meneliti kaitan

antara antisipasi masa depan dengan berbagai aspek sekaligus seperti upaya ekstra, nilai pelanggan

dan kinerja pasar. Penelitian Morales (2005) dan Cardoso (1965) hanya meneliti kaitan antara

upaya antispasi masa depan dan upaya ekstra. Sementara itu Destan, et.al (2006) hanya meneliti

kaitan antara antisipasi masa depan dan kinerja usaha. Flint, Blocker & Boutin (2011) meneliti

kaitan antara antisipasi masa depan dengan nilai dan kebutuhan pelanggan. Fontela, et al (2006)

menyarankan untuk meneliti menggunakan analisis trend dan ekstrapolasi serta model structural

terkait dengan antispasi masa depan untuk mengidentifikasi kejadian masa lalu dan (jika mungkin)

sebab-akibat dasar, dan dengan demikian mengembangkan asumsi tentang kelanjutan mereka ke

masa depan. Dalam konteks inilah, penelitian ini penting dilakukan.

Batik merupakan produk budaya Indonesia, yang berasal dari kreasi keraton pada jaman

kerajaan. Dahulu belum menjadi aktivitas bisnis, namun hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan

sandang para puteri keraton. Secara formal, UNESCO telah mengakui bahwa batik merupakan

brand produk Indonesia. Ini berarti batik adalah Indonesia. Brand ini merupakan salah satu

kekuatan untuk bermain di pasar dunia, khususnya Asean. Dengan adanya kesepakatan untuk

membentuk Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), batik harus menjadi salah satu andalan Indonesia

untuk masuk dan diperdagangkan di MEA.

Dengan kondisi global seperti sekarang ini, bagaimana Jawa Tengah menyikapinya? Jawa

Tengah merupakan salah satu propinsi yang populer di Indonesia sebagai penghasil batik.

Berdasarkan wilayah, di Jawa batik dikelompokkan dari wilayah produksinya yaitu Solo dan

Yogya serta wilayah di luar Solo dan Yogya. Batik yang dikerjakan di luar wilayah Solo dan

Yogya sering disebut sebagai batik pesisiran. Perbedaan antara ragam pesisiran dan non pesisiran

adalah pada sifat ragam hias dan warnanya.1 Di Jawa Tengah, hampir semua kabupaten bisa

menghasilkan batik, namun yang menonjol secara brand adalah Pekalongan, Solo dan Lasem.

Terkait dengan senjang penelitian mengenai antisipasi masa depan serta persoalan empiris

yang terjadi di usaha batik, belum ada riset yang meneliti mengenai antisipasi masa depan yang

1Perbedaan batik Jawa Tengah dan Jawa Timur. www.kriyalea.com/perbedaan batik jawa tengah dan jawa timur.

Page 4: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

terkait dengan antesenden maupun konsekuensinya, baik dari sisi subyek riset maupun obyek

risetnya. Untuk itulah riset ini dilakukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa belum banyak yang melakukan

riset yang mengkaitkan antara kewirausahaan, latar belakang pengusaha dan antisipasi masa depan

serta bagaimana kepemilikan terhadap antisipasi masa depan dikaitkan dengan upaya yang ekstra,

nilai pelanggan dan kinerja pasar. Penelitian ini bertujuan, pertama untuk mengetahui pengaruh

latar belakang dan kewirausahaan pengusaha batik pada antisipasi masa depan. Kedua, untuk

mengetahui konsekuensi antisipasi masa depan terhadap upaya ekstra, nilai pelanggan dan kinerja

pasar. Ketiga, untuk mengetahui proses terbentuknya kewirausahaan yang memungkinkan

pengusaha batik mampu mengantisipasi masa depan usahanya.

KAJIAN PUSTAKA

Antisipasi Masa Depan (Future Anticipation)

Adam (2008) menyatakan bahwa masa depan merupakan bagian perusahaan untuk

membentuknya. Hal ini diasumsikan sebagai sumber saat ini yang dapat digunakan untuk meraih

keuntungan dan daya saing bagi perusahaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa menciptakan dan

membentuk masa depan merupakan hak setiap manusia maupun perusahaan. Hal ini berarti bahwa

perusahaan merupakan pembentuk dari masa depan. Fakta yang terjadi bahwa perusahaan

membelanjakan uang dan dana dalam jumlah yang besar untuk kegiatan penelitian dan

pengembangan dalam rangka untuk memberikan nilai unggul pelanggan di masa depan.

Perusahaan berlomba-lomba berinovasi dalam pengembangan produk dan jasa sebagai bagian dari

antisipasi masa depan. Apabila perusahaan tidak melakukan antisipasi masa depan maka mereka

hanya menunggu kematian mereka. Salah satu contoh yang menarik adalah Nokia yang merupakan

pemimpin pasar selama beberapa dekade dalam pasar telepon genggam. Dikarenakan Nokia tidak

memiliki kemauan yang kuat untuk melakukan inovasi yang merupakan kegiatan antisipasi masa

depan maka pada akhirnya Iphone dn Blackberry mengambil pasar Nokia secara signifikan.

De Roo (2009) menjelaskan bahwa masa depan merupakan kegiatan yang berhubungan

secara materi, sosial dan politik. Menyangkut sosial karena berkaitan dengan banyak orang untuk

memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Menyangkut materi karena

memerlukan banyak dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi tren di masa

yang akan datang. Dikatakan bersifat politik karena sebenarnya perusahaan menginginkan untuk

mendikte pasar guna meningkatkan daya saing mereka. Meskipun masa depan sangat kompleks

untuk diteliti namun hal ini tidak berarti masa depan tidak dapat diprediksikan. Banyak pemimpin

perusahaan di perusahaan multinasional seperti Pizza Hut atau United Color of Benetton

melakukan riset dengan melakukan pembicaraan bahkan tinggal bersama anak-anak muda selama

beberapa hari untuk memahami kebutuhan mereka saat ini sekaligus mencoba memahami

preferensi mereka di masa yang akan datang. Mereka melakukan hal ini untuk mencoba

memahami masa depan karena dengan memahami masa depan maka mereka dapat melakukan

serangkaian antisipasi untuk mendapatkan manfaat (Adam, 2008).

Page 5: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Berkaitan dengan antisipasi masa depan, Chang, et.al (2007) mengenalkan proses

pencarian pelanggan potensial melalui analisa kebutuhan di masa depan. Proses ini dimulai dari

penetapan profil pelanggan loyal dilanjutkan dengan pencarian pelanggan potensial dan akhirnya

berujung kepada pencarian pelanggan potensial melalui prediksi tentang kebutuhan mereka di

masa depan. Adapun gambar proses tersebut dapat dilihat dalam gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Proses Pencarian Pelanggan Potensial di Masa Depan (Chang et al., 2007)

Gambar 1 di atas menunjukkan pentingnya mengidentifikasi pola penjualan untuk produk

inti dan latar belakang pelanggan untuk memahami profil pelanggan loyal. Setelah itu perlu

dilakukan analisa terhadap pembeli potensial yang tidak pernah melakukan pembelian beserta

dengan karakteristik mereka untuk memahami peluang pembelian yang ada. Bagian terakhir

adalah menggunakan data yang ada saat ini untuk memahami peluang pembelian di masa depan

sehingga menghasilkan proyeksi terhadap pelanggan potensial. Analisa ini penting untuk UMKM

mengingat selama ini mereka jarang melakukan identifikasi terhadap pola penjualan maupun profil

pelanggan mereka (Haryanto, 2007). Dengan memahami pola penjualan dan profil pelanggan saat

ini yang dikombinasikan dengan antisipasi kebutuhan dan keinginan di masa depan maka peluang

Page 6: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

untuk mengambil pasar potensial akan menjadi semakin besar yang berarti peningkatan kinerja

pemasaran UMKM tersebut.

Kewirausahaan dan Antisipasi Masa Depan

Apa yang membedakan pengusaha dari non-pengusaha adalah cara pandang mereka

terhadap dunia. Pengusaha sukses melihat kesempatan secara simultan, bersamaan dengan saat

memperhitungkan risiko dalam lingkungan perubahan terus-menerus. Aktivitas kewirausahaan

menekankan antisipasi dan seni eksplorasi di masa depan. Ada kaitan yang erat antara kepemilikan

kewirausahaan seseorang dengan kemampuan mereka dalam mengantisipasi masa depan.

Antisipasi masa depan disusun berbasis pada kemampuan diri pengusaha tersebut dalam hal kreasi,

keberanian, dan imaginasinya (http://magazine.startus.cc/entrepreneurial-anticipation/).

Ketika seorang pengusaha merebut pada kesempatan yang baru, kemungkinan pasar baru

diciptakan. Jika seorang pengusaha menciptakan produk baru, mereka akan menciptakan

kemungkinan produk komplementer dan meningkatkan permintaan untuk input menjadi produk

baru (tetapi juga dapat mengurangi permintaan barang lainnya). Jika seorang pengusaha

menemukan sebuah proses yang lebih baik untuk memproduksi produk yang sudah ada, ini juga

menciptakan peluang bagi pemasok masukan potensial. Dengan demikian, ini berarti setiap

aktivitas kewirausahaan, akan menciptakan peluang dimasa yang akan datang, yang

memungkinkan mereka mendapatkan peluang itu di masa yang akan datang (Holcombe, 2003).

Dari definisi-definisi mengenai kewirausahaan, tampak bahwa seseorang yang memiliki

kewirausahaan di satu sisi, dia akan memiliki kemampuan mengantisipasi masa depan. Sisi

lainnya, Schumpeter (1961) mengidentifikasikan bahwa seorang entrepreneur (wirausaha)

memiliki ciri inisiatif, memiliki tanggung jawab atau wewenang dan berpandangan ke depan

(berpengharapan = foresight). Lebih lanjut Schumpeter mengatakan bahwa entrepreneur berfungsi

mengkombinasikan faktor yang produktif untuk diolah. Kombinasi faktor ini dilakukan pada

kesempatan pertama sebelum orang lain menjalankannya. Pandangan ini serupa dengan pandangan

John Bernard Say.

Mc Clelland (1961) mengungkap bahwa kewirausahaan memiliki karakteristik seperti

moderate risk taking as function of skill, energetic and/or novel instrumental activity, individual

responsibility, knowledge of result of decision money as a measure result, anticipation of future

possibilities, organization skill. Kewirausahaan adalah seseorang yang memiliki tindakan kreatif

yang membangun nilai dari sesuatu yang tidak nampak sebelumnya. Hal tersebut merupakan upaya

pengejaran kesempatan tanpa peduli terhadap sumberdaya atau ketiadaan sumberdaya di

tangannya. Ini membutuhkan visi, kegemaran dan komitmen untuk memimpin yang lain mencapai

visi tersebut. Kewirausahaan juga membutuhkan kemauan untuk menghitung dan mengambil

resiko (Timmons, J.A., 1994; Lambing, et.al, 2000).

Seorang entrepreneur terlepas apakah dia bawaan sejak lahir atau dari proses pengembangan, pada

umumnya memiliki ciri-ciri:gemar berbisnis, tegar walaupun gagal, percaya diri, memiliki self

determination atau locus of control, mengelola resiko, perubahan dipandang sebagai kesempatan,

toleran terhadap banyaknya pilihan, inisiatif dan memiliki need for achievement, kreatif,

perfeksionis, memiliki pandangan luas, waktu adalah berharga, dan memiliki motivasi yang kuat

Page 7: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

(Lambing, et.al, 2000). Stevenson (1983) mengkonseptualisasikan kewirausahaan sebagai suatu

pendekatan manajemen yang berkeinginan besar terhadap pengejaran kesempatan dan eksploitasi

kesempatan tanpa mempertimbangkan sumber daya yang sedang dikontrol.

Hipotesis 1. Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap antisipasi masa depan

Latar Belakang Pengusaha dan Antisipasi Masa Depan

Menurut Hisrich dan Peters (1992), aspek personal terdiri dari childhood family

environment, education, personal value, age, dan work history yang secara bersama-sama menjadi

faktor pembentuk kewirausahaan seseorang. Dalam hal yang lain, aspek ini juga terkait dengan

kemampuan mereka dalam mengantisipasi masa depan.

Pendidikan sangat penting dalam mengembangkan dan meningkatkan stock of knowledge

dari wirausaha. Pendidikan ini penting tidak hanya ketika memasuki dunia usaha, namun secara

terus menerus perlu terus dikembangkan untuk mengatasi persoalan-persoalan bisnis yang terus

berkembang. Meskipun dalam kenyataannya pendidikan formal tidak selalu memenuhi upaya

membangun usaha baru – seperti yang ditunjukkan pengalaman dari usahawan sukses tetapi

sekolah formalnya terhenti Andrew Carnigie, William Durant, Henry Ford dan Williem Lear –

namun pendidikan menyediakan latar belakang yang baik. Yang lebih penting lagi sebenarnya

bukan hanya lamanya pendidikan itu ditempuh, tetapi seberapa berbobotkah kualitas pendidikan

tersebut sehingga bisa memperkaya diri seseorang (Hisrich dan Peters, 1992). Lee dan Tsang

(2001) mengatakan walaupun ada suksestori pengusaha yang drop out tetapi menjadi pengusaha

yang sukses, namun dengan semakin kompleksnya kondisi lingkungan bisnis dunia dibutuhkan

pendidikan agar supaya bisa menjadi pengusaha yang berkualitas. Tingkat pendidikan khususnya

untuk perusahaan besar berhubungan secara positif dengan pertumbuhan usaha. Cooper &

Dunkelberg (1987); Thompson (1986) melaporkan pengusaha di Canada dan Amerika Serikat

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibanding populasi secara umum. Robinson & Sexton

(1994) menemukan bahwa tingkat pendidikan berhubungan secara positif dengan pertumbuhan

usaha (Lee dan Tsang, 2001), orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki stock of

knowledge yang lebih luas dan informasi yang banyak, yang memampukan mereka mengenai

peluang serta melakukan antisipasi masa depan dalam menjalankan usahanya. Kurikulum

pendidikan yang didisain dengan tepat, akan memampukan peserta didik untuk mengintegrasikan

pengalaman masa lalu dan antisipasi masa depan dalam bentuk rencana aksi. Daily ecological

practices allow the student to make connection with past experiences and the future by setting

goal, delaying immediate gratification, anticipating future problem, learning from past

experiences and evaluating actions (Struss, 1992)

Umur. Hubungan antara umur dan keberhasilan wirausaha seseorang telah diteliti dengan

hati-hati. Dalam mengevaluasi hal tersebut, sangat penting untuk membedakan antara

entrepreneurial age dan chronological age. Entrepreneurial age diidentifikasikan sebagai

lamanya pengalaman usahanya. Sementara chronological age merujuk pada kapan seorang

wirausaha memulai usahanya. Pada umumnya, seorang wirausaha yang berhasil, mereka memulai

usahanya pada umur antara 22-25 tahun (Hisrich dan Peters, 1992). Terkait dengan hal ini, umur

Page 8: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

juga mempengaruhi seseorang dalam mengantisipasi masa depan. Pertambahan umur sampai pada

level tertentu, memampukan mereka untuk melihat peluang dan mengantisipasi masa depan

Pengalaman kerja. Prestasi dan kondisi kerja masa lalu sangat menentukan seseorang dalam

proses mencerna masalah dan mengambil keputusan dalam kegiatan bisnisnya. Seseorang yang

sering gagal dalam usahanya menjadi seorang yang apatis dan fatalistik sehingga untuk memulai

sesuatu yang baru selalu ragu-ragu dan tidak berani. Mereka takut gagal dan takut menanggung

resiko bisnis. Motivasinya tidak berkembang karena pengalaman masa lalu yang buruk (Hisrich

dan Peters, 1992). Pengalaman pengusaha dibagi menjadi 3 komponen: enterpeneurial, industrial

dan manajerial. Pengalaman enterpeneurial menunjuk pada sejumlah keterlibatan ventura

sebelumnya dan peranan manajemen pada ventura yang lain (Stuart and Abbeti 1990:151).

Industrial mengarah pada industri dimana ventura ada. Managerial adalah pengalaman total dalam

manajemen tak peduli apa jenis industrinya. Studi baru-baru ini terfokus pada manajerial dan

industrial. Gasse (1982) menunjukkan bahwa pengalaman pengusaha dapat mempengaruhi secara

positif/ negatif terhadap pertumbuhan usaha. Pengalaman dahulu dapat membuat orang marah

ketika perubahan strategi yang buruk terjadi. Sebagai contoh Stuart and Abbeti (1990) melaporkan

dampak positif dari pengalaman manajerial.; Van de Van et al. (1984) dan Vesper (1980) masing-

masing mengemukakan dampak positif dari pengalaman industrial; Dyke et al. (1992) melaporkan

dampak positif dari pengalaman industrial dan manajerial.; Dushcesnau dan Gartner (1990)

menggunakan konsep luasnya pengalaman manajerial yang menggabungkan keduanya dan

menemukan kombinasi itu mempunyai dampak yang sukses pada usaha. Tampaknya bukti yang

ada mendukung hubungan yang positif antara pengalaman dan performansi pengusaha (Lee dan

Tsang, 2001). Pengalaman kerja yang luas dan panjang akan mempengaruhi perilaku

kewirausahaan seseorang termasuk juga bagaimana mereka mengantisipasi masa depan (Watson

dan Scott, 1998).

Hipotesis 2. Latar belakang pengusaha mempengaruhi antisipasi masa depan

Antisipasi Masa Depan, Nilai Pelanggan, Kinerja Pemasaran dan Upaya Ekstra

Nilai pelanggan adalah persepsi pelanggan tentang perbedaan antara apa yang pelanggan

dapatkan dengan apa yang harus dikorbankan untuk mendapatkan pelayanan tersebut. Nilai

pelanggan membantu perusahaan untuk melebarkan inovasinya guna mendapatkan nilai pelanggan

yang dipersepsikan unggul (Kotler & Keller, 2009). Berkaitan dengan hal tersebut, maka pelaku

bisnis perlu membangun proposisi nilai pelanggan yang merupakan janji pelaku bisnis terhadap

nilai apa yang akan diberikan kepada pelanggan.

Flint, Blocker & Boutin (2011) menyatakan bahwa tentang persepsi pelanggan terhadap

nilai pelanggan yang diberikan oleh perusahaan merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk

membangun hubungan emosional dengan pelanggan. Seringkali perusahaan menginvestasikan

banyak dana dan tenaga untuk mengantisipasi kebutuhan dan keinginan pelanggan di masa depan.

Namun hal ini menjadi tidak bermanfaat ketika usaha antisipasi tersebut tidak dihargai oleh

pelanggan karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Mereka melakukan

penelitian pada berbagai macam industri dan menemukan hasil bahwa persepsi tentang antisipasi

Page 9: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

nilai pelanggan di masa depan yang mereka terima berpengaruh positif terhadap kepuasan

pelanggan maupun loyalitas pelanggan. Hal ini menunjukkan pentingnya bagi semua industri dan

UMKM untuk melakukan usaha antisipasi masa depan sehingga memberikan nilai pelanggan yang

unggul, memberikan kepuasan dan menciptakan loyalitas pelanggan.

Sejalan dengan pemikiran di atas, Destan, et.al (2006) melakukan penelitian tentang

UMKM di Amerika Serikat untuk memahami pentingnya melakukan antisipasi terhadap masa

depan. Dalam kondisi persaingan yang terus bertumbuh sehingga menciptakan situasi yang

kompleks dan turbulen maka UMKM perlu melakukan terobosan dan inovasi untuk dapat

meningkatkan kinerja pemasaran mereka. Dengan melakukan aliansi strategis dengan para

pemangku kepentingan yang ada, terutama dengan pemasok dan pesaing akan membuat UMKM

memiliki keunggulan komparatif untuk melakukan antisipasi masa depan. Lebih lanjut Mische

(2009) menyatakan bahwa dengan berusaha untuk memahami masa depan akan membuat

keterkaitan antara kognitif yang akhirnya berhubungan ke keputusan pembelian pelanggan.

Apabila ada pelaku bisnis, yaitu perusahaan dan UMKM yang berusaha untuk mengantisipasi

masa depan maka hal tersebut akan dihargai oleh pelanggan (Morales, 2005). Hal ini dikarenakan

pelaku bisnis menempatkan pelanggan sebagai penggerak dalam bisnis mereka. Pelanggan yang

menghargai usaha ekstra ini akan memutuskan untuk melakukan pembelian dengan pelaku bisnis

tersebut. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori persuasi dan attribution theory.

Antisipasi masa depan merupakan bagian dari strategi pemasaran pelaku bisnis untuk

persuasi bagi pelanggan. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian berkaitan dengan persuasi

perusahaan kepada konsumen (Cardozo, 1965; Friedstat dan Wright, 1994; Kirmani dan Wright,

1989; Campbell dan Kirmani, 2000). Sedangkan penelitian tentang attribution theory juga sudah

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya (Folkes, 1988; Weiner, 2000). Meskipun demikian,

penelitian yang menggabungkan antara persuasi perusahaan dengan upaya ekstra masih sangat

terbatas (Morales, 2005).

Penelitian Morales (2005) tentang upaya ekstra yang dikeluarkan oleh perusahaan

merupakan penelitian yang pertama karena mengaitkan dengan motif netral dan persuasi. Hanya

saja, penelitian tentang upaya ekstra secara umum bukan merupakan hal baru. Cardozo (1965)

melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu, upaya (effort) dan harapan

(expectation) mempengaruhi evaluasi baik untuk produk dan pengalaman berbelanja. Ketika

harapan terhadap produk atau layanan rendah, maka subyek merangking produk dan pengalaman

dengan kurang baik. Pengeluaran untuk upaya yang tinggi memoderasi efek tersebut, dan bahkan

bersifat kebalikan untuk pengalaman berbelanja. Jelasnya, pengeluaran untuk upaya yang lebih

tinggi menghasilkan evaluasi inisial untuk produk yang lebih baik. Lebih lanjut, Cardozo (1965)

juga menunjukkan bahwa harapan mempengaruhi evaluasi dan kepuasan terhadap suatu produk

atau jasa. Harapan yang tinggi akan menyebabkan kepuasan lebih sulit tercapai karena seringkali

tidak dapat terpenuhi dengan baik oleh perusahaan atau penyedia jasa. Sementara harapan yang

rendah akan cenderung lebih dapat memuaskan konsumen karena relatif lebih mudah terpenuhi.

Salah satu teori utama yang digunakan dalam penelitian Morales (2005) adalah attribution

theory. Teori ini menyatakan bahwa konsumen akan menghargai perusahaan untuk upaya ekstra

secara umum. Pencarian atribut oleh konsumen akan mengikuti kegagalan atau hasil yang negatif

Page 10: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

(Folkes, 1988). Tapi hal ini juga berlaku untuk kesuksesan atau hasil yang positif. Berkaitan

dengan hal ini, Weiner (1974) menyatakan bahwa ketika sebuah perilaku dapat dikendalikan, maka

manusia pada dasarnya memiliki respon moral dan emosional, misalnya seperti marah atau

sebaliknya perasaan berterima kasih yang akan memotivasi mereka untuk menghukum atau

memberikan penghargaan untuk itu. Jika dikaitkan dengan upaya ekstra perusahaan, maka

konsumen akan menghukum perusahaan yang gagal untuk bekerja keras dan memberikan

penghargaan untuk yang dapat bekerja dengan baik. Weiner (2000) menambahkan bahwa proses

pencarian atribut secara penuh merupakan bagian berkelanjutan dari pemikiran untuk perasaan

yang kemudian membawa pada suatu tindakan.

Teori kedua yang digunakan dalam penelitian Morales (2005) adalah equity theory yang

menggaris bawahi prinsip resiprositas (Adams 1965). Menurut teori ini, pada dasarnya manusia

memiliki kecenderungan untuk memberikan kebaikan (keuntungan) kepada orang yang berbuat

baik kepada mereka (Regan, 1971). Lebih lanjut dijelaskan bahwa manusia tidak mau memiliki

hutang kebaikan kepada orang lain. Jika dikaitkan dengan upaya ekstra, maka konsumen akan

membalas kebaikan (upaya ekstra yang diberikan oleh perusahaan) dengan cara membeli atau

paling tidak konsumen akan memiliki persepsi yang positif terhadap produk tersebut. Dalam teori

ini dijelaskan bahwa konsumen akan membalas kebaikan hanya jika mereka merasa mendapat

keuntungan secara langsung atau pribadi.

Adanya pertentangan antara equity theory (yang menyatakan bahwa konsumen hanya

membalas kebaikan jika mereka mendapat keuntungan secara langsung dan pribadi) dengan

attribution theory (yang menyatakan bahwa konsumen akan membalas kebaikan meskipun bersifat

umum) telah mendorong Morales (2005) untuk melakukan penelitian lanjutan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa konsumen tetap menghargai upaya ekstra perusahaan, meskipun bersifat

umum dan tidak mengena secara langsung atau pribadi untuk konsumen. Hasil lain yang didapat

adalah bahwa konsumen menghargai upaya ekstra yang dilakukan oleh perusahaan jika bermotif

netral dan bukan motif persuasi. Hasil lainnya adalah bahwa perasaan berterima kasih memediasi

upaya ekstra dan kemungkinan mengunjungi. Sementara perasaan bersalah semakin tinggi pada

kondisi upaya ekstra.

Berkaitan dengan pembujukan atau persuasi terhadap konsumen, maka Campbell dan

Kirmani (2000) telah melakukan identifikasi dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan pengetahuan persuasi oleh konsumen. Proposisi yang mereka ajukan adalah bahwa

ketika konsumen memiliki sumber daya yang tidak terbatas, maka pengetahuan persuasi akan

digunakan untuk mempengaruhi motif persuasi dan akan mempengaruhi evaluasi terhadap tenaga

penjual. Mereka mengadopsi Persuasion Knowledge Model (PKM) dengan postulasi utama bahwa

konsumen mengembangkan pengetahuan tentang persuasi dan menggunakan pengetahuan tersebut

untuk bersaing dengan bagian yang dipersuasi. Oleh karena penggunaan pengetahuan persuasi

tergantung pada aksesibilitas dari motif persuasi, maka konsumen tidak akan menghargai

perusahaan untuk upaya ekstra jika dilakukan dengan motif persuasi.

Studi Morales (2005) hanya diuji peningkatan upaya oleh perusahaan, meskipun dengan

kualitas yang tidak berubah. Hasilnya menunjukkan bahwa kemungkinan membeli konsumen akan

lebih tinggi untuk perusahaan dengan upaya ekstra, meskipun tidak ada peningkatan kualitas. Hal

Page 11: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kirmani dan Wright (1989). Yang

mengkonseptualisasikan proses dimana biaya iklan yang dipersepsi berperan sebagai petunjuk

untuk kualitas. Folkes (1988) menekankan tentang pentingnya attribution theory dalam perilaku

konsumen. Proposisi yang diajukan adalah dengan memahami tentang persepsi konsumen dan

hubungan sebab-akibat yang merupakan pusat dalam perilaku konsumen, maka pemasar akan

dapat menggunakannya sebagai dasar dalam melakukan aktivitas pemasaran. Folkes menjelaskan

bahwa produk atau jasa dibeli oleh konsumen karena hubungan sebab-akibat tersebut. Sebagai

ilustrasi adalah ketika konsumen membeli deodorant yang dipercaya dapat meningkatkan

kehidupan sosial, sepatu atletik dapat meningkatkan kinerja, obat untuk meredakan sakit, dsb.

Dengan melakukan tinjauan literatur tentang attribution theory, Folkes ingin menunjukkan

bahwa attribution theory sangat kaya dan merupakan pendekatan yang dikembangkan dengan baik

berkaitan dengan isu-isu dalam perilaku konsumen. Penelitian-penelitian yang ada menerangkan

hubungan antara perilaku dan sikap konsumen. Misalnya, penelitian tentang atribusi

mengindikasikan kapan konsumen merekomendasikan produk ke konsumen lain dan kapan

mereka melakukan komplain terhadap masalah yang ada. Attribution theory sendiri sebenarnya

merupakan beberapa teori yang memiliki asumsi dasar yang sama. Menurut attribution theory,

manusia akan mencari penyebab untuk kejadian yang ada (Heider, 1958; Kelley, 1967). Jika

dikaitkan dengan upaya ekstra perusahaan, maka menurut attribution theory, konsumen akan

menghargai perusahaan untuk upaya ekstra yang diberikan kepada konsumen meskipun bersifat

umum.

Hasil penelitian Morales (2005) yang menjadi panduan dalam penelitian ini juga

mendukung attribution theory, yaitu bahwa konsumen menghargai perusahaan untuk upaya ekstra

yang diberikan kepada konsumen meskipun bersifat umum dan tidak menyentuh konsumen secara

langsung atau pribadi. Kruger , et.al (2004) menunjukkan bahwa upaya dari perusahaan sering

digunakan oleh konsumen untuk memahami kualitas produk atau layanan yang diberikan. Semakin

tinggi upaya perusahaan, maka semakin tinggi pula kualitas yang dipersepsikan. Sejalan dengan

Morales (2005), sekalipun sebenarnya tidak ada peningkatan kualitas, tapi jika perusahaan

memberikan upaya ekstra, maka hal tersebut akan membuat konsumen mempersepsikan produk

atau layanan perusahaan dengan lebih baik.

Hipotesis 3. Antisipasi masa depan mempengaruhi secara positif upaya ekstra

Hipotesis 4. Antisipasi masa depan mempengaruhi secara positif nilai pelanggan

Hipotesis 5. Antisipasi masa depan mempengaruhi secara positif kinerja pasar

METODE PENELITIAN

Untuk tujuan yang pertama dan kedua, penelitian ini menggunakan paradigma positivistic.

Jika ditinjau dari kegunaannya (purpose of study), penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan

penelitian eksplanatif karena bertujuan untuk karakteristik variabel dan hubungan antar variabel

dan berusaha mengerti lebih jauh hubungan antar variabel yang telah ada. Penelitian ini juga

bertujuan untuk menjelaskan penyebab dan dampak hubungan (Blaikie, 2000). Ditinjau dari tipe

Page 12: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

penyelidikannya (type of investigation), penelitian ini merupakan penelitian kausalitas yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel terkait dengan future

anticipation seperti variabel kewirausahaan dan latar belakang pengusaha yang mempengaruhi

kinerja usaha batik, melalui pengujian hipotesa (Sekaran, 2000). Untuk tujuan yang ketiga,

digunakan paradigma fenomenologi dengan menerapkan teknik deskriptif kualitatif. Telah diamati

secara mendalam 6 partisipan dari 3 lokasi penelitian tersebut diatas. Data dikumpulkan dengan

menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi langsung (naturalistic observation).

Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah yang merupakan produsen batik seperti

Pekalongan, Lasem dan Solo, Propinsi Jawa Tengah. Ketiga lokasi ini dipilih mengingat wilayah

ini banyak terdapat UMKM Batik, baik yang sudah ekspor maupun yang belum melakukannya.

Data diperoleh dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD), Teknik Delphi. Kuesioner.

Observasi Wawancara Dokumentasi

Populasi dari penelitian ini adalah UMKM yang bergerak di usaha batik. Unit analisis dari

penelitian ini adalah pengusaha yang bertanggung jawab terhadap pemasaran, bisa pemilik,

pimpinannya, dan atau manajernya. Sampel yang akan digunakan sebagai unit analisis akan

diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yang bertipe quota sampling.

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah variabel laten independen,

variabel laten dependen, variabel terukur/indikator/manifes, variabel eksogen dan variabel

endogen. Variabel laten independen dibentuk dari variabel terukur. Hubungan antara variabel-

variabel tersebut bersifat rekrusif, artinya hubungan yang tidak bolak-balik tetapi hubungannya

searah. Ini berarti hubungannya adalah kausalitas. Variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan dari

model penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini seperti yang nampak dalam gambar dibawah.

Gambar 2. Antesenden Antisipasi Masa Depan terkait dengan Kewirausahaan dan Latar

Belakang Pengusaha

Keterangan:

ENTRE

FA

BACKGRO

INNO

1CREA

INDP

RISK

NACH

Sass

1

SGov

SosNet

TrainAM

TrainNB

TrainB

Experien

Expend

Educ

Age

Gender

AMM

1AMB

AMTK

AMP

AMA

AMH

Page 13: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

ENTRE : Entrepreurship (Kewirausahaan)

BackGro : Backgground (Latar belakang Pengusaha)

FA : Future Anticipation (Antisipasi Masa Depan)

Gambar 3. Konsekuensi Antisipasi Masa Depan

Keterangan:

FA : Future Anticipation (Antisipasi Masa Depan)

EE : Extra Effort (Upaya Ekstra)

CV : Customer Value (Nilai Pelanggan)

MP : Market Performance (Kinerja Pasar)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil UKM Batik Pekalongan

Selain kota Solo, salah satu kota yang memberikan pengaruh bagi Jawa Tengah adalah kota

Pekalongan. Sama seperti kota Solo, Pekalongan menjadi salah satu kota penghasil batik dan sudah

tidak asing lagi oleh banyak orang. Bahkan, hasil batik dari kota Pekalongan sudah diekspor

sampai ke negara Australia, Amerika Serikan, dan Timur Tengah.

Sejarah Batik Pekalongan sendiri sudah dimulai sejak tahun 1800 yang lalu. Memang, sulit

untuk memastikan dengan tepat kapan Batik Pekalongan mulai tercipta, akan tetapi sumber

mengatakan bahwa Batik Pekalongan berkembang signifikan setelah perang pada tahun 1825-

1830 pada kerajaan Mataram (www.pesonabatik.site40.net). Makin lama Batik Pekalongan

semakin berkembang. Perkembangan Batik Pekalongan terjadi Pekalongan kota dan daerah

Buaran, Pekajangan, dan Wonopringgo. Batik Pekalongan diproduksi oleh rumah-rumah oleh

masyarakat kota Pekalongan. Berbeda dengan batik-batik dari kota atau daerah lain yang banyak

dikuasai oleh pengusaha dengan modal yang besar, Batik Pekalongan dikelola oleh masyarakat.

Atau dapat dikatakan industri Batik Pekalongan dikendalikan oleh pengusaha-pengusaha kecil di

kota Pekalongan.

FA

FA1 FA2 FA3 FA4 FA5 FA6 FA7 FA8

EE CV

MP

EE3

1EE3

EE2

EE1

CV11

CV2

MP6

1

MP5MP4MP3MP2MP1

Page 14: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Warna yang digunakan untuk membuat Batik Pekalongan adalah warna-warna cerah dan

berpadu dengan beragam motif sebagai tanda multicultural beragam budaya yang ada di kota

Pekalongan. Yakni budaya Cina, Melayu, Jepang, Belanda, dan Arab (www.indonesia.travel).

Motif-motif Batik Pekalongan dipengaruhi oleh budaya-budaya yang dahulu tinggal dikota ini.

Motif Batik Pekalongan dipengaruhi bunga Eropa, bunga Jepang, dan kaligrafi Arab. Namun

tentunya masih dipengaruhi oleh motif asli kota Pekalongan seperti motif yang bernama batik

Jlamprang. Keindahan Batik Pekalongan digambarkan dengan kemampuannya

mengkombinasikan tujuh warna yang berpadu menjadi satu dalam motif batik yang dihasilkan.

Profil UKM Batik Lasem

Batik Lasem merupakan batik yang berbeda dan unik bila dibandingkan dengan dua jenis

batik yang lain. Perbedaan dan keunikannya terletak pada sejarah yang mendasari terbentuknya

batik ini, termasuk motif-motifnya. Batik Lasem tercipta akibat dari pengaruh dua budaya dari dua

negara, yaitu budaya Jawa dan budaya Tionghoa yang berasal dari negara Cina. Berpadunya dua

budaya yang berbeda ini menghasilkan batik denganciri khas yang berbeda dan unik dibandingkan

dengan batik dari daerah yang lain.

Sejarah terciptanya Batik Lasem dimulai ketika seorang awak kapal yang dipimpin oleh

Laksamana Chengho dan istrinya untuk sementara tinggal di Kota Lasem. Lasem sendiri berada

di bagian Pantura atau pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Rembang. Mereka berdua yang

awalnya menggagas unsur budaya Tionghoa mulai digambar pada motif batik. Hingga saat ini,

motif Batik Lasem memiliki motif yang jauh berbeda dari yang lainnya. Tidak sama seperti batik

Forstenlanden atau batik bermotif kerajaan yang berasal dari kota Solo dan Yogyakarta, motif-

motif pada Batik Lasem contohnya motif bambu, burung pheonix, kelelawar, naga, bunga seruni

dan teratai. Selain motif yang memadukan dua budaya dari dua negara tersebut, masih ada motif

lain yang menjadi motif andalan Batik Lasem. Motif tersebut ialah motif latoan dan batu pecah/

kricak (www.citilinkstory.com). Motif latoan adalah jenis tanaman yang banyak ditemui disekitar

pantai dan biasanya dikonsumsi sebagai salah satu hidangan urap. Sedangkan motif batu pecah

atau yang biasa disebut kricak merupakan motif yang diangkat dari sebuah sejarah masa kolonial

Belanda. Motif ini menggambarkan anak-anak muda pada masa kerja paksa yang bertugas

memecahkan batu untuk pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan yang panjangnya 1000

km. Karena telah bekerja dengan keras dan adanya serangan penyakit malaria dan influenza

banyak dari pekerja yang meninggal. Akibatnya sebagai bentuk duka maka munculah motif batu

pecah pada Batik Lasem sebagai tanda kesedihan warga pada masa itu.

Salah satu motif batik yang terkenal dari Kota Lasem adalah Batik Tiga Negeri

(www.shnews.co). Batik ini terdiri dari tiga komposisi warna yaitu warna merah, biru, dan soga

(coklat). Ketiga warna ini adalah perwakilan dari tiga kota penghasil batik dan masing-masing

menggambarkan ciri khas masing-masing kota. Warna merah adalah warna dari kota Lasem,

warna biru berasal dari kota Pekalongan, dan soga (coklat) berasal dari kota Solo. Pewarnaan batik

dengan tiga warna berbeda ini tidak dilakukan di kota Lasem saja. namun dilakukan di tiga kota

yang berbeda sesuai asal warnanya. Batik Lasem adalah salah satu batik yang menunjukan bahwa

Page 15: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Indonesia tidak hanya mampu mengekspresikan budaya lokal. Akan tetapi mampu

mengkolaborasikan budaya dari Indonesai dan budaya negara lain yakni Cina melalui suku

Tionghoa yang saat ini menetap dibanyak penjuru Indonesia.

Profil UKM Solo

Menurut pengusaha yang paham tentang batik, walaupun semua cluster menghasilkan

batik namun ketiga wilayah batik di Jawa Tengah memiliki ciri produk yang berbeda. Sebagai

produk budaya, batik merefleksikan situasi lingkungan masyarakat. Walaupun sama-sama batik,

namun bila ditelusur ada perbedaan diantara ketiga batik dari Solo, Pekalongan dan Lasem. Untuk

wilayah Solo, dulunya penduduk yang terlibat dalam kegiatan batik merupakan abdi dalem yang

kemudian dilatih membuat batik untuk jarik dan selendang. Karena itu, di Solo motif batik banyak

berhubungan erat dengan motif batik yang sering dipakai keluarga kraton. Keraton adalah tempat

kedudukan penentu selera, baik di Jawa maupun di berbagai tempat lain di Nusantara. Hasil-hasil

terbaik dari perajin akan dipesan keluarga keraton dan akan digunakan sendiri. Hal ini berdampak

besar pada seni, terutama seni batik. Keraton dapat dikatakan berperan besar dalam menggerakkan

penyempurnaan seni batik (Tirta, 2009: 48)

Pengujian Model

Setelah dilakukan pengumpulan data serta dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data

dengan menggunakan SEM, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

Gambar 4. Hasil analisis antesenden antisipasi masa depan

ENTRE

FA

BACKGRO

INNOe5

.63CREAe4

.66INDPe3 .48

RISKe2-.14

NACHe1

.32

Sasse16

.73

SGove15

.76

SosNete14

.62

TrainAMe13

.76TrainNBe12

.62TrainBe11.56

Experiene10 .21

Expende9

.22

Educe8

.11

Agee7

.14

Gendere6

.20

AMM e18

.68AMB e19

.43

AMTK e20.57

AMP e21

.81

AMA e22

.64

AMH e23

.10

.31

.31Z1

Page 16: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Hypotheses t-value (Un)/Supported

H1: Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap

antisipasi masa depan

2.51 Supported

H2: Latar belakang pengusaha berpengaruh positif

terhadap antisipasi masa depan

2.98 Supported

Kewirausahaan ternyata berpengaruh terhadap antisipasi masa depan pengusaha batik.

Secara bersama-sama, variabel pengukur seperti motivasi untuk selalu maju, independensi, kreatif

dan inovatif mempengari secara nyata antisipasi masa depan dengan nilai koefisien regresi sebesar

0.31. Untuk variabel pengukur risk taking (pengambilan resiko) bukan merupakan variabel

pengukur dari kewirausahaan karena pada umumnya pengusaha batik telah turun temurun

menjalankan usaha batik. Batik menjadi produk budaya sehingga hampir setiap orang yang ada

dalam lingkungan industri batik memiliki pengambilan resiko yang tinggi. Dengan kata lain,

variabel pengukur pengambilan resiko memiliki nilai yang relatif seragam, tidak menyebar secara

normal sehingga tidak menyebabkan variasi dalam variabel laten kewirausahaan. Untuk variabel

lainnya seperti keinginan untuk maju, independensi, kreatifitas dan inovasi merupakan pengukur

dari variabel laten kewirausahaan.

Sementara itu, untuk latar belakang pengusaha, seluruh dimensi atau variabel pengukur

signifikan, kecuali variabel pengukur umur dan pendidikan. Untuk variabel umur, tersebar secara

flat atau garis lurus sehingga tidak memenuhi asas normalitas. Sementara itu untuk variabel

pendidikan, mereka rata-rata berpendidikan rendah sehingga data tidak tersebar secara normal,

namun lebih mengumpul disatu lokasi. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa latar

belakang pengusaha berpengaruh secara positif dan siginifikan terhadap antisipasi masa depan,

dengan koefisien regresi sebesar 0.31.

Nilai-nilai kewirausahaan seperti keinginan untuk maju, independensi, kreatif dan inovatif

mampu membuat seseorang untuk tidak pernah berhenti berimajinasi mengenai berbagai hal, tak

terkecuali mengenai berbagai hal terkait masa depan. Seperti dikatakan oleh Mc Clelland (1961)

bahwa seseorang yang memiliki kewirausahaan disatu sisi, mereka akan memiliki kemampuan

mengantisipasi di masa depan terkait dengan berbagai hal, termasuk didalamnya adalah antisipasi

masa depan pasarnya. Timmons, J.A., (1994) dan Lambing, et.al, (2000) mengatakan bahwa

kewirausahaan adalah seseorang yang memiliki tindakan kreatif yang membangun nilai dari

sesuatu yang tidak nampak sebelumnya. Hal tersebut merupakan upaya pengejaran kesempatan

tanpa peduli terhadap sumberdaya atau ketiadaan sumberdaya di tangannya. Mereka memiliki visi,

kegemaran dan komitmen untuk memimpin yang lain mencapai visi tersebut. Kewirausahaan juga

membutuhkan kemauan untuk menghitung dan mengambil resiko terkait kejadian yang akan

datang.

Jika seseorang memiliki kewirausahaan dan memiliki latar belakang yang memadai terkait

dengan usaha mereka, pengusaha akan mampu mengantisipasi masa depan dalam hal model atau

disain; mereka juga mampu mengantisipasi terkait dengan jenis, jumlah, sumber bahan baku dan

bahan penolong yang akan mereka butuhkan dan akan mereka beli; dilain hal, mereka juga akan

Page 17: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

mampu melakukan pengelolaan terhadap tenaga kerja yang akan mereka gunakan terkait dengan

kualifikasi, kompetensi, jumlah, arah pengembangan sumber daya manusia dalam perusahaan

mereka; mereka juga mampu mengantisipasi masa depan terhadap kemungkinan persaingan yang

akan terjadi serta menyesuiakan diri terhadap kondisi persaingan tersebut; mereka juga akan

mampu merancang dan menetapkan harga yang memungkinkan konsumen puas dan loyal kepada

mereka serta mereka mampu menetapkana harga yang akan meningkatkan brand image dan brand

imagery, brand position dari produk dan perusahaannya.

Gambar 5. Hasil analisis konsekuensi antisipasi masa depan

Hypotheses t-value (Un)/Supported

H3: Future anticipation positively influences extra

effort

5.36 Supported

H4: Future anticipation positively influences customer

value

4.10 Supported

H5: Future anticipation positively influences market

performance

3.15 Supported

Page 18: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Berdasarkan hasil analisis diatas ditemukan bahwa future anticipation (antisipasi masa

depan) berpengaruh positif terhadap extra effort. Pada hasil pengujian hipotesis 3 ditemukan

bahwa antisipasi masa depan yang dilakukan oleh perusahaan membuat perusahaan tersebut untuk

memberikan extra effort bagi pelanggannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Morales (2005) yang

menyatakan bahwa perusahaan yang meletakkan pelanggan sebagai focal point akan memberikan

upaya ekstra untuk pelanggannya. Perusahaan yang melihat antisipasi masa depan dengan melihat

faktor politik, sosial, ekonomi, budaya dan teknologi akan membuat perusahaan tersebut

melakukan upaya ekstra demi memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya.

Antisipasi masa depan juga berpengaruh positif terhadap customer value (nilai pelanggan)

Pada hasil pengujian hipotesis 4 ditemukan bahwa perusahaan yang melakukan antisipasi masa

depanm akan memberikan superior customer value kepada pelanggannya. Perusahaan tersebut

memahami akan perubahan selera pelanggan dan perubahan struktur masyarakat sehingga

perusahaan akan memberikan yang terbaik kepada pelanggannya yang tercermin dalam nilai

pelanggan. Penelitian ini sejalan dengan temuan dari Destan, Yaprak & Cavusgil (2006) yang

menyatakan bahwa semakin perusahaan tersebut berorientasi kepada masa depan maka semakin

bagus nilai pelanggan yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Pengusaha batik yang memahami

masa depan akan memberikan superior customer value kepada pelanggannya melalui penciptaan

motif ataupun desain batik yang unik.

Selain hasil diatas, ditemukan pula antisipasi masa depan berpengaruh positif terhadap

market performance (kinerja pasar). Antisipasi masa depan yang dilakukan oleh perusahaan akan

dihargai oleh pelanggannya. Bentuk penghargaan dari pelanggan ini berupa kepuasan dan loyalitas

dari pelanggan kepada perusahaan. Hal ini tentunya memberikan dampak pembelian berulang

yang berarti kenaikan penjualan yang berujung kepada peningkatan keuntungan perusahaan.

Dengan demikian maka perusahaan yang dipersepsikan melakukan future anticipation akan

memberikan dampak positif kepada market performance perusahaan. Hal ini sejalan dengan

penelitian Flint et al., (2011) yang menyatakan bahwa future anticipation akan memberikan

pengaruh yang positif terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan. Loyalitas inilah yang nantinya

akan berujung kepada pembelian berulang sekaligus positive word of mouth kepada pelanggan

yang lain sehingga akan meningkatkan market performance.

SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Thaler (2000) mengatakan bahwa ”the true entrepreneur does not live merely in the

context of the present. The entrepreneur and the enterprise exist now, but always with a view to

the context of the future. The implications of today’s decisions are realised tomorrow. Of course,

if the entrepreneurial context is shifted from the present to the future, all decision making becomes

more complicated and potentially less rational. It requires consideration of uncertain market

developments, undiscovered technologies, changing organisational patterns, and ever-shifting

financial options. By definition, the enterprise of the future is not available in the here and now to

be objectively analysed and rationally evaluated. The future is open only to the imagination. The

future is not yet written”.

Page 19: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Selanjutnya, Thaler mengatakan sebagian besar dari masa depan akan menjadi akibat

langsung dari keputusan tujuan yang diambil di masa sekarang. Prestasi dan peristiwa masa depan

dipengaruhi oleh antisipasi, interpretasi, dan visi masa kini. Jika konteks menetapkan batas

rasionalitas, sebagaimana dikatakan oleh Thaler (2000), masa depan konteks antisipasi akan

menempatkan batasan pada kemanjuran rasionalitas kewirausahaan. Konteks antisipasi

membutuhkan lebih dari kompetensi dalam rasionalitas; hal itu juga memerlukan kompetensi

dalam estetika pengambilan keputusan kewirausahaan. Apa yang dikatakan Thaler ini,

menunjukkan kaitan yang erat antara kemampuan kewirausahaan dan bagaimana mengantisipasi

masa depan.

Riset ini – dengan menggunakan model persamaan struktural – memperdalam pandangann

sebelumnya bahwa ada kaitan yang erat antara kewirausahaan, latar belakang pengusaha dengan

antisipasi masa depan. Kewirausahaan dan latar belakang pengusaha sangat mempengaruhi

kemampuan dalam mengantisipasi masa depan. Jika pengusaha memiliki kewirausanaan, mereka

akan mampu mengantisipasi masa depan dalam enam aspek. Sementara itu, latar belakang

keluarga juga mempengaruhi secara positif antisipasi masa depan pengusaha batik. Hasil lain

terkait dengan konsekuensi kepemilikan kemampuan mengantisipasi masa depan menunjukkan

bahwa model FMA bisa meningkatkan extra effort, customer value dan kinerja pemasaran. Dalam

proses pembentukan kewirausahaan pengusaha batik, minimal ada 3 sumber belajar dari

pengusaha batik. Pertama adalah sumber belajar dari orang tua. Kedua sumber belajar dari

pengusaha lain sebagai karyawan dan sumber pengalaman pribadi sebagai pengusaha. Model ini

sering disebut dengan hybrid entrepreneurship.

Rekomendasi

Penelitian masih terbatas pada upaya menjelaskan secara cross sectional dan

kewirausahaan dalam aspek umum sehingga proses antisipasi masa depan seperti yang diharapkan

Fontela (2006) belum bisa ditemukan. Masih sangat terbuka riset untuk mengeskplorasi kaitan

antara proses kreatif dan inovatif, independensi, keberanian mengambil resiko, serta semangat

untuk maju, baik secara siklus tahapan maupun secara longitudinal.

Disamping itu, peranan teknologi informasi sangat penting dalam proses antisipasi masa

depan, dimana dalam riset ini belum diteliti. Untuk itu, penelitian mendatang perlu diarahkan

untuk meneliti peranan teknologi informasi dalam antisipasi masa depan. Salah satu kajian yang

layak dieksplorasi adalah peranan e-marketing dalam memperkuat antisipasi masa depan. Dalam

konteks ini, belum banyak riset yang dilakukan.

Temuan riset ini menarik karena dalam proses pembelajaran, ada lebih dari satu model

yang memungkinkan mereka jadi pengusaha batik, yaitu melalui orang tua, bekerja ikut orang dan

pengalaman pribadi dalam berusaha, yang disebut model hibrida. Namun sayangnya, riset ini

belum menyentuh proses pembelajaran dari masing-masing model tersebut. Untuk itu disarankan,

peneliti selanjutnya meneliti dinamika proses pembelajaran kewirausahaan hibrida dilihat dari

berbagai aspek

Page 20: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Barbara. Future Matters: Futures Known, Created and Minded. 21st Century Society. 2008;

3 (2): 111-116.

Adams, J. Stacy. 1965. Inequity in Social Exchange. In Advances in Experimental Social

Psychology. 1965 (2), ed. Larry Berkowitz. New York: Academic Press, 1-64.

Blaikie, N. Designing Social Research. 2000 (1) Ed. Polity Press, Cambridge.

Campbell, Margaret C. Dan Amna Kirmani. Consumers’ Use of Persuasion Knowledge: The

Effects of Accessibility and Cognitive Capacity on Perceptions of an Influence Agent.

Journal of Consumer Research. 2000; 27: 69-83.

Cardozo, R.N. An Experimental Study of Customer Effort, Expectation, and Satisfaction. Journal

of Marketing Research. 1965; 2: 244-49.

Chang, Horng Jinh, Lun Ping Hung, Chia Ling Ho. An Anticipation Model of Potential Customers’

Purchasing Behavior Based on Clustering Analysis and Association Rules Analysis.

Expert Systems With Application. 2007; 32: 753-764.

Cooper, A.C. and W.C. Dunkelberg. “Entrepreneurial Research: Old Questions, New Answers,

and Methodological Issues.” American Journal of Small Business 3 (1987): 11-23.

De Roo, Neal. Futurity in Phenomenology. Dissertation: The Graduate School of Arts and

Sciences. 2009. Department of Philosophy. Boston College.

Destan, Kandemir, Attila Yaprak, and Tamer S. Cavusgil. Alliance

Orientation:Conceptualization, Measurement, and Impact on Market Performance.

Journal of theAcademy of Marketing Science. 2006;34 (3): 324-340.

Duchesneau, D.A. and W.B. Gartner. “A Profile of New Venture Success and Failure in an

Emerging Industry.” Journal of Business Venturing 5 (1990): 297-312.

Dyke, L. S., Fischer, E., & Reuber, A. R. (1992). An Inter-Industry Examination of the Impact of

Owner Experience on Firm Performance. Journal of Small Business Management,

30(4), 72-87.

Ebert, R.W, and Ricky W. Griffin. 2010. Business Essentials. 2010. New Jersey: Prenticel Hall,

Upper Saddle River.

Flint, Daniel J., Christoper P. Blocker, Philip J. Boutin Jr. Customer Value Anticipation, Customer

Satisfaction and Loyalty: An Empirical Examination. Industrial Marketing

Management. 2011; 40: 219-230.

Folkes, Valerie S. Recent Attribution Research in Consumer Behavior: A Review and New

Directions. Journal of Consumer Research. 1988; 14: 548-65.

Fontela, E.; Guzmán, J.; Perez, M. and Santos, F. J. (2006): “The Art of Entrepreneurial Foresight”,

Foresight, 8(6), 3-13.

Friedstad, Marian and Peter Wright. The Persuasion Knowledge Model: How People Cope With

Persuasion Attempts. Journal of Consumer Research. 1994; 21, 1-31.

Gasse, Y. 1982. Elaborations on the psychology of the entrepreneur. In CA. Kent, D.L. Sexton,

and K.H. Vesper, eds., Encyclopedia of Entrepreneurship. Englewood Cliffs, NJ:

Prentice-Hall, pp. 57-66.

Hair, J. F. Jr., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E. Multivariate data analysis (7th ed.).

2010. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

Page 21: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Haryanto, Jony Oktavian. Model Baru Dalam Migrasi Pelanggan. Journal of Economics and

Business. 2007; XIII (1): 36-48. Salatiga: Satya Wacana Christian University.

Heider, Fritz. The Psychology of Interpersonal Relations. 1958. New York: Wiley.

Hirsch, RD. and Michael P. Peters. 1992. Entrepreneurship, Starting, Developing, and Managing

a New Enterprise 2nd edition. Irwin. USA.

Holcombe, Randall G. (2003). The Origins of Entrepreneurial Opportunities. The Review of

Austrian Economics, 16:1, 25–43, 2003. Kluwer Academic Publishers. Manufactured

in The NetherlandsHolcombe (2003)….

Chikamba, Alvin I. (2015). The Power Of Entrepreneurial Anticipation

http://magazine.startus.cc/entrepreneurial-anticipation/

Kelley, Harold H. Attribution Theory in Social Psychology. In Nebraska Symposium of

Motivation. 1967; 15: 192-238. ed. D Levine, Lincoln: University of Nebraska Press.

Kotler, P., & Kettler, K.L. Marketing Management, 13th Ed. 2009. New Jersey: Pearson Prentice

Hall-Upper Saddle River.

Kirmani, Amna and Peter Wright. (1989). Money Talks: Perceived Advertising Expense and

Expected Product Quality. Journal of Consumer Research. 1989; 16: 344-53.

Kruger, J., Wirtz, L.V.B., dan Altermatt, T.W. The effort heuristic. Journal of Experimental Social

Psychology. 2004; 40: 91-97.

Lambing, Peggy dan Charles R. Kuehl, 2000. Enterpreneurship. Second Edition. Prentice Hall,

Inc. New Jersey, USA.

Lee, Don Y. dan Eric WK Tsang, 2001. The effect of Entrepreneurial, Background and Network

Activities on Venture Growth. Journal Of Management Studies Vol. 38 No. 4, 583-

602.

McClelland, David C. (1961). Entrepreneur Behavior and Characteristics of Entrepreneurs. The

Achieving Society. McClelland, David C. (1961). Entrepreneur Behavior and

Characteristics of Entrepreneurs. The Achieving Society.

Mello, Zena R., Dilrani Bhadare, Emilene J. Fearn, Michael M. Galaviz, Elisabeth S. Hartmann,

and Frank C. Worrel. The Window, The River, and The Novel: Examining

Adolescents’ Conceptions of The Past, The Present, and The Future. Adolescence.

2009;44 (175): 539-556.

Mische, Ann. Projects and Possibilities: Researching Futures in Action. Sociological Forum. 2009;

24: 694-706.

Morales, Andrea C. Giving Firms an “E” for Effort: Consumer Responses to High-Effort Firms.

Journal of Consumer Research. 2005; 31: 306-312.

Regan, D.T. Effects of a Favor and Liking on Compliance. Journal of Experimental Social

Psychology. 1971; 3: 627-39.

Robinson, P. B., & Sexton, E. A. 1994. The effect of education and experience on self-employment

success. Journal of Business Venturing, 9 (2), 141-156.

Stuart, R. and P.A. Abetti. 1990. Impact of Entrepreneurial and Management Experience on Early

Performance. Journal of Business Venturing 5 (1990): 151-162.

Schumpeter, Josept A. 1961. In theory of Economic Development: an Inquiry into Profits, Capital,

Credit, Interest, and The Business Cycle., Oxford University Press, New York.

Sekaran, Uma, 2000. Research Method For Business. Third Edition. John Wiley & Sons, Inc.

Page 22: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Stevenson, HH,1983. A Perspective on Entrepreneurship Harvard business School Working Paper

9-384-131.

Thaler, R.H. (2000), From Homo Economicus to Homo Sapiens, Journal of Economic

Perspectives, 14, 1, p. 133–41

Tirta, Iwan. Batik Sebuah Lakon. 2009. Jakarta: Gaya Favorit Press.

Timmons, J.A. 1994. The Entrepreneurial Mind. Success, April 1994, 48.

Thompson P. 1986. Characteristics of Small Business Entrepreneur in Canada. Journal Of Small

Business and Entrepreneeurship, Vol 4.No. 1. 1986. Pp 5-11

Van de Ven, A.H., Hudson, R., and D.M. Schroeder. 1984. Designing New Business Start-ups:

Entrepreneurial, Organizational, and Ecological Considerations. Journal of

Management 10 (1984): 87-107.

Vesper, K.A. 1980. New Venture Strategies. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1980.

Watson, Kathryn dan Sandra Hogarth-Scott, 1998. Small Business Start-Ups: Success Factors and

Support Implications. International Journal Of Enterpreneurial Behaviour & Research Vol.

4 No. 3, 217-238.

Weiner, Bernard. An Attributional Interpretation of Expectancy-Value Theory in Cognitive Views

of Human Motion, ed. Bernard Weiner. 1974. New York: Academic Press.

Weiner, Bernard. Attributional Thoughts and Consumer Behavior. Journal of Consumer Research.

2000; 27: 382-387.

www.citilinkstory.com

www.shnews.co

Page 23: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

LAMPIRAN

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

FA <--- ENTRE .993 .396 2.510 .012

FA <--- BACKGRO .356 .119 2.988 .003

INNO <--- ENTRE 1.000

CREA <--- ENTRE 1.167 .278 4.198 ***

INDP <--- ENTRE 1.398 .360 3.887 ***

RISK <--- ENTRE -.408 .304 -1.345 .179

NACH <--- ENTRE .662 .233 2.834 .005

Sass <--- BACKGRO 1.000

SGov <--- BACKGRO .999 .121 8.288 ***

SosNet <--- BACKGRO .697 .102 6.822 ***

TrainAM <--- BACKGRO 1.032 .124 8.302 ***

TrainNB <--- BACKGRO .850 .124 6.842 ***

TrainB <--- BACKGRO .663 .108 6.140 ***

Experien <--- BACKGRO .210 .091 2.311 .021

Expend <--- BACKGRO .540 .219 2.464 .014

Educ <--- BACKGRO .111 .094 1.178 .239

Age <--- BACKGRO .160 .103 1.549 .121

Gender <--- BACKGRO .190 .086 2.198 .028

AMM <--- FA 1.000

AMB <--- FA .970 .216 4.487 ***

AMTK <--- FA .686 .119 5.773 ***

AMP <--- FA 1.153 .157 7.326 ***

AMA <--- FA .916 .143 6.417 ***

AMH <--- FA .235 .218 1.079 .281

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate

FA <--- ENTRE .305

FA <--- BACKGRO .306

INNO <--- ENTRE .631

CREA <--- ENTRE .665

INDP <--- ENTRE .480

RISK <--- ENTRE -.140

NACH <--- ENTRE .316

Sass <--- BACKGRO .735

SGov <--- BACKGRO .757

SosNet <--- BACKGRO .617

TrainAM <--- BACKGRO .758

TrainNB <--- BACKGRO .619

TrainB <--- BACKGRO .555

Experien <--- BACKGRO .209

Expend <--- BACKGRO .223

Educ <--- BACKGRO .107

Page 24: ANTESENDEN DAN KONSEKUENSI ANTISIPASI PASAR MASA …

Estimate

Age <--- BACKGRO .140

Gender <--- BACKGRO .199

AMM <--- FA .684

AMB <--- FA .430

AMTK <--- FA .568

AMP <--- FA .809

AMA <--- FA .643

AMH <--- FA .100