ANTEPARTUM BLEEDING Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000 kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia sampai saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre eklampsia-eklampsia, dan infeksi. Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang berbahaya dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat kemungkinan hidup janin diluar uterus . Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan. Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak solusio plasenta dan plasenta
Review tentang antepartum bleeding, baik dari solutio plasenta, plasenta previa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANTEPARTUM BLEEDING
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000
kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN lainnya. Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan
angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia
sampai saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre
eklampsia-eklampsia, dan infeksi.
Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang
berbahaya dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap
sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut
keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan
antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah
kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat kemungkinan hidup
janin diluar uterus .
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan
sebelum 28 minggu.
Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di
Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh
persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di Kuala
Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan.
Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio
plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak solusio
plasenta dan plasenta previa. Diagnosa secara tepat sangat membantu
menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama
sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada
trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan
janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak pada
trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya digambarkan sebagai
implantation dari plasenta di dekat ostium interna uteri (didekat cervix uteri).
Di AS plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1.000 persalinan dan
mempunyai tingkat kematian 0.03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997 plasenta
previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia,
RSCM Jakarta mencatat plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200
persalinan. Antara tahun 1971-1975 terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781
persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 dari 125 persalinan.
Angka kematian maternal karena plasenta previa berkisar 0,03%. Bayi yang
lahir dengan plasenta previa cenderuing memiliki berat badan yang rendah
dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Resiko kematian neonatal juga
tinggi pada bayi dengan plasenta previa, dibandingkan dengan bayi tanpa plasenta
previa.
Solusio plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari
dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki gejala dengan
pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.
Di AS frekwensi solusio plasenta kira-kira 1%, dan solusio plasenta yang
mengakibatkan kematian didapatkan sebanyak 0.12% dari jumlah kehamilan
(1:830). Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-
40%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada
pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung
jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta meningkatkan
pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
KLASIFIKASI
1. Placenta previa
2. Abruptio placenta
3. Vasa previa
4. Ruptura sinus marginalis
5. Lesi setempat
6. Idiopatik : sebab – sebabnya tidak dapat ditemukan
PLACENTA PREVIA
DEFINISI
Plasenta previa adalah plasenta yang
letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).
Plasenta previa adalah plasenta yang ada
didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan)
( Menurut Prawiroharjo 1992)
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah rahim. (Menurut Cunningham 2006).
Placenta Previa adalah keadaan dimana placenta berimplantasi pada tempat
abnormal ,rendah sekali, yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan/ostium uteri internal (OUI) pada usia
kehamilan lebih dari atau sama dengan 28 minggu.
Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri
jauh dari ostium internum servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada ostium
internum tersebut.
Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu :
1. Plasenta previa totalis : bila ostium internum servisis seluruh pembukaan
jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian
pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
5. Vasa Previa
Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi
serviks saat dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk
mencoba memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan
ostium internum ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan
hebat.
Gambar: A. Implantasi plasenta normal. B. Plasenta letak rendah C. Plasenta previa partialis D.Plasenta Previa totalis
Klasifikasi lainnya menurut de Snoo, berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostea.
2. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 :
2.1Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
belakang.
2.2Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian
depan.
3. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang
ditutupi plasenta.
Etiologi
Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. akan tetapi ada beberapa faktor
yang jelas menjadi penyebab plasenta previa, yaitu vaskularisasi yang kurang baik,
adanya radang/atrofi pada endometrium, dan plasenta yang terlalu besar. Menurut
Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah
mencakup :
a. Usia lebih dari 35 tahun.
b. Multiparitas.
c. Multiple gestation.
d. Erythroblastosis.
e. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
f. Keguguran berulang.
g. Jarak antar kehamilan yang pendek.
h. Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada
beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim
(radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan
rahim.
Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
Kehamilan kembar (gamelli).
Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
Malnutrisi ibu hamil.
Melebarnya plasenta karena gamelli.
Bekas seksio sesarea.
Sering dijumpai pada grande multipara.
3. Terlambat implantasi :
Endometrium fundus kurang subur.
Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula
yang siap untuk nidasi.
FREKUENSI
Kejadian plasenta previa sekitar 0,3% sampai 0,6% dari persalinan, sedangkan
di rumah sakit lebih tinggi, karena menerima rujukan dari luar.
GAMBARAN KLINIK
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau
bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan
berakibat fataL. Akan tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu banyak daripada
sebelumnya, apalagi jika sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam.
Walaupun perdarahan sering dikatakan terjadi dalam triwulan ketiga, akan tetapi
tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah
tuanya kehamilan, Segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks mulai
membuka.Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen
bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat
di situ tanpa terlepasnya sebagian palsenta dari dinding uterus. Pada saat itu
mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan
darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana
serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala 3 dengan plasenta yang
letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
Diagnosa dan Gambaran Klinis
a. Anamneses
a. Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III
b. Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
c. Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;