Top Banner
4 . KAMIS KLiWON, 3 SEPTEMBER 1992 BERNAS Polemik Scal Negara - Masyarakat Antara Respon Masyarakat dan Gerakan POLE':"'lIK tentang Neg3ra dan Masyarakat, yang digulirkan olel1 [GN Plitra dan AZ Abar. kemudian lllencbpat tanggarxlI1 bertunll-turut dari Ariel H, [pong SA dan Alis ArifM. secar:! UtllUlll (sebagaiman3 jllga tebh disinggung Ariel). cJap;.t dipibh dalam dlla kubu. Pertama. kubll yang memihak negara. Pan- dangannya pesilllis (lIleminjalll bahasa Arid) terhadap kenl.llll- puan lllasyarakat dabmlllengu- bah status quo. gepla 50sial clalam masvar;Jk;\t diteb:!s sebagai sesuatu Y:;lI1g sia-sia dan bahkan dikatabn Illelllperkuat posisi negara. Kalauplln ada perubahan itll, brena aJanya peran dari pergeseran di antara lllereka yang berkuasa. [GN Putra, AZ Abar dan lpong SA, (bpat dibtakan berdiri pada kllbu ini. KeJua, kubll yang mellllluk masyarakat. Pandang:lf.nY:l cukllp optimis terhad:> r maSY'a- rakat, yang dilih,.t bllkan S:l):l sebagai keku:ltan yang potensial mengadakan penlbakll1. tdapi juga merupakan 111ll3r3 dari kekuatan penlhah. seca- ra berlebihan, b<,'rbagai gejolak masyarakat yang l1lenggunak:m si mbol-silllbol oposisi (lllisainya gosip, lihat tulisan Aris) ditelll- patkan positif cbl;llll ker:lngb ;1raregis: perllbahan. Di 111-'111:1 pih:lk yang berkuasa. dikat;lbn ti<..bk selalu lllampu menelllll- kan ruang c!ominasinya. Alis cbn Ariel, dalam batas tertentu, Illewakili kubu ini. Dua kubu ini, 1llt"l11ang tera- Oadang Juliantara mat slliit Jicialll-'likan. K;lrena keyakinan . teoritik tersebut, buk:mlah sesuatu yang sepe- nuhnya netral, nalllun berlandas pada sebllah tendensi tcrtentu. Lebih dari illl, perdebatan terse- but sesungguh nya juga lIlerupa- kan bagi:ln lbli dinamika perge- sekan panjang anura Illereka yang Illenguasai dan dikuasai. Karenanp yang Icbill produktif acblah, lllempc'rjclas lIlasalah dan mencmp:ltkan perckb:lt:ll1 dalam data ran konsepsi yang tepat. Dalam perdebatan itu sendiri, sebenarnya terd:lpat sisi yang beillm selllpat diperjelas sec.-Ira disiplin, pkni periJecban antara respon lll:lsyarakat dan gerakan .. 'Tanpa lllemhc-ctak:lIl dlla aspek ini, seci:lp analisis terhadap gejolak sosial bukan sap miskin, tetapi Juga cemkrung lIntuk keliru. . SEBllAH respon pada dasar- nya lIlempakan reaksi spontan dari masprabt atau kelolllpok masyar3kat, terhadap suatu hal yang dianggap mengganggll status quo. Karena spontan, tentu saja bersifat kasuistik dan teillporer. [a 53ma sebli tidak punya tlljuan strategis, segala- nya !ebih pada orientasi praktis bagi penyelesaian masalah-ma- c>alah konkrit. isu tentang iklan di TV, kena- ibn harga barang keblltuhan pokok. kenaikan harga BBM, acbnya pungli (pungutan liar), dll, adalah bagian dari respon masyarakat. Hal ini talllpak d.'1ri alpanya daya Iahan dalalll reak- si tersebut, sehingga begitu mudah hilang ditelan oleh wak- tu sebellllll terjadi pembahan pada apa yang digllgat. . Dan lIlelllang, reaksi itu sen- diri (sebetulnya) tidak punya daya ubah, sebab ia beIum Iagi merulllllskan persoalan seeara tepat. Sehingga tak jarang di tengah proses glJgatan berjalan, terjadi perubahan sikap. Dalam kaslJs iklan TV mi53lnya, di tengah ketidaksetlljuan pada adanya iklan, masyarakat pun menyadari bahwa tanpa iklan. aeara TV menjadi tlJnm kllalitas- ·nya. Maka tatkala datang TV yang bertumpll pada iklan, tapi l1le- nyodorkan aeara baglJs, mereka dengan "sukarela' meneril1J..'1- nya. MellJ..'lng tidak sepenuhnya jelas, apakah ketidaksetujuan itu pada adanya iklan, pada porsi- nya yang berlebihan, ataukah pada iklan-iklan yang dibtego- ribn terlalllpau mewah (elit)? Keberachan respon yang in- heren dengan keberada.'1n ma- syarakat, membu3t ia selalu ga- gal dan hilang oleh adanya do- lllinasi pihak berkuasa. 'Ngrum- pi", gosip, dl!. pada d.'lsarnya lllempakan mang be bas (me- lllinjal1l Aris) di mana respon masyar3kat ullllillmya berkem- bang dan tersosialis.'lsi. Oalam konteks ini pula, res- pan dapa! dilihat sebagai pra- kondisi Jari sebuah an.1S bes.'1r penlbahan. Sebab lllemang respon JIl<lSY<lr<lk:a juga punya potensi untuk benlbah lllenpdi kekuatan yang mendorong Iahirnya sebuah penlb3han. Yakni, ketika ia bersentuhan dengan apa yang disebut seba- gai gerakan. SEBUAH gerakan menlpakan usaha kelol1lpok-kelompok Illasyarak:.[ yang berland.'1s pada pereneanaan strategis bagi suatu tujuan tertentu. Guna mencapai target-Iargetnya, ia dilengkapi perangbt-perangkat pendu- kung yang rapi. Sehingga, langkahnya telah ditata dan melewati tahapan sistematik. Hanya oleh benturan-benturan dan interaksi di Iapangan, ge- rakan terpaksa tidak berjalan muilis. ia ditllntut untuk mem- perhitungkan setiap perkem- bangan yang terjadi akibat ke- beradaannya. Karena itu, gerakan pasti bicara soal kegagalan atau ke- berhasilan, kalah-memang, untung-mgi, pembahan atau tidak, sebagai bagian yang tak terpisah dari dinalllika dan vita- litasnya. Sayangnya, semua ini adalah pengetahuan yang bera- da di bawah penllukaan, y:mg lak Illudah diketahui. Bahkan tak jarang, apa yang tampak selingkali berkebalikan dengan hal yang sesungguhnya hendak ditujll okh gerabn. Revolusi Febmari 1986 di Filipina, kiranya bisa dijadikan kompleksnya dinamika sebuah penlbahan. Banyak pillak terkejut, sama sekali tidak membayangkan, bakal terjadi gelombang massa yang tidak terbendung itu. Gejo- 13k panjang, yang sebelumnya ditandai oleh sekian protes, deillonstrasi, bentrokan bersen- jata, dll. tiba-tiba s.'lja membesar dan seksai dalam 4 (22- 2S Febnlao 1986) hali, dengan tumbangnya Marcos. Bagi pliblik atau para penga- Jllat, melllang sulit l11enemukan apakah "Peristiwa Februari' ada dalam perhitungan atau tidak. Sebab, jawaban pastinya ada di "bci-Iaei rahasia" di pusar-pusat gerakan. Oi sinilah kita patut mengakui, bahwa seringkali tidak terjadi kesesuaian pan- dangan antara para cerdik pan- dai (3nalis sosial) chn kalll11 praktisi (aktivis gerakan), bah- bn juga dengan pihak yang berkuasa. DAL\M konteks ini, pemba- ngunan, misalnya, sesllnggllh- nya dapat dikatakan sebagai gerakan dari negara lIn!uk men- gukuhkan dan sebligus meng- gaet simpati lebih luas dari masyarakat. Arlinya. ia bukan sesuatu yang spekulatif. Akan terlampau miski n bib dl k.lta- k:1I1, bahwa negara berwatak spekulatif dengan menghadir- bn progralll-program kontro- versial, 11:1I11'a untuk mengeta- hui sejauh lllana tanggapan masyarakat (Ii hat [pong SA, Bernas 28/8). Lebih dari itu, dengan mengatakan negara melakukan strategi speku lasi , seeara tidak langsung sebenar- nya mengatakan bahwa masya- rakat tidak Iebih sebagai obyek yang begitu mudah dijadikan eksperimen. Bahwatangga pan-tanggapan yang muneul dari masyarakat, apakah itu respon atau gerakan, justm memperkuat posisi nega- ra, hal tersebut mempakan soal selanjutnya dari serentetan stra- tegi dan kepentingan yang sa- ling bergesekan. Segi yang penting untuk diperjelas di sini adalah, apakah negara mendapat tanggapan bempa respon aeau gerakan? Ataukah kedua-duanya seeara ran k-menarik. Respon menjadi situasi yang membangkitkan gerakan, dan gerakan mengupa- yakan meluasnya respon masya- rakat secara meluas? Kejelasan ini teramat penting, sebab dari sini kita akan bisa lebih obyektif menilai setiap gejolak. DENGAN melihat secara jeli dan ilmiah setiap tanggapan yang di berikan masyarakat ter- hadap negara, dan begitu pula sebaliknya, kita akan dapat memberikan porsi penilaian yang lebih wajar. Gosip, ngmmpi, atau apa pun yang berkembang di pojok- pojok jalan dan di warung-wa- rung, kendati mungkin bersei- ring dengan suatu gerakan, akan I"bih bijak bila tetap dile- takkan sebagai respon wajar dari masyararkat terhadap kebi- jakan negara yang dinilai (sesa- at) merugikan. Begitu juga pen- dapat-pendapat pejabat dalam mcnanggapi sikap masyarakat, seyogyanya dipandang sebagai respon negara. Sebab, bisa jadi keputusan final yang tertuang dalam kebijakan (undang-un- dang atau peraturan lain) berse- berangan dengan komentar yang sempat terlontar. Oi sisi lain, tentu saja para tokoh-tokoh Forum Oemokrasi, awu tokoh kekuatan-kekuatan lain yang jelas-jelas menyat..'lkan diri oposisi terhadap negara. uk eukup senang bila posisi, gerak dan perannya disejajarkan de- ngan mereka yang suka bikin gosip atau ngmmpi di pinggir jalan. Bahkan, bum terpelajar yang ker.ap bicara di forum seminar- seminar 'rerisi", tentu keberatan bi[a kontribusinya dalam sebuah perubahan hendak disamakan dengan obrolan-obrolan !epas di wanll1g kopi. Meskipun seja- tinya keseluruhannya saling dukung-mendllkung clan menja- di bata merah penlbahan. Jik;l keseilluanya dapat kita temratkan dan jelas anatonu- nya, Illaka perhitllngan maupull ramalan, bllkan hal yang 1Il\1S\..'l- hil untuk dilakukan. Bukan itu saja, posisi pemihakan dari para pengamat pun akan semakin jelas, sehingga tak perlu terke- 53n sembunyi-selllbunyi seba- gaimana Ariel. Tapi apabh ini l11ungkin? Apakah kalangan terpelajar mampll menemblls "Iaei-Iaci rahasia" d.'ln mellJ..'ls.'1ng telinga di setiap sudllt kota' Mungkin di sini kita akan metll- buka diskusi yang lebih IU:ls tentang i1lllu 5Osia!. bukan 5.1ja ten tang teori-besarnya, rari juga perangkat metodeloginya. [ni 53ja . ... *) DadangJulianlara, penga- mat masalah sosial-politik, ting- gal di YogyaJuma. Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
1

Antara Respon Masyarakat dan Gerakan · Antara Respon Masyarakat dan Gerakan POLE':"'lIK tentang Neg3ra dan Masyarakat, yang digulirkan ... gejolak sosial bukan sap miskin, tetapi

Mar 03, 2019

Download

Documents

lamdang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Antara Respon Masyarakat dan Gerakan · Antara Respon Masyarakat dan Gerakan POLE':"'lIK tentang Neg3ra dan Masyarakat, yang digulirkan ... gejolak sosial bukan sap miskin, tetapi

4 . KAMIS KLiWON, 3 SEPTEMBER 1992

BERNAS

Polemik Scal Negara - Masyarakat

Antara Respon Masyarakat dan Gerakan POLE':"'lIK tentang Neg3ra

dan Masyarakat, yang digulirkan olel1 [GN Plitra dan AZ Abar. kemudian lllencbpat tanggarxlI1 bertunll-turut dari Ariel H, [pong SA dan Alis ArifM. secar:! UtllUlll (sebagaiman3 jllga tebh disinggung Ariel). cJap;.t dipibh dalam dlla kubu. Pertama. kubll yang memihak negara. Pan­dangannya pesilllis (lIleminjalll bahasa Arid) terhadap kenl.llll­puan lllasyarakat dabmlllengu­bah status quo. Sc:~ap gepla 50sial clalam masvar;Jk;\t diteb:!s sebagai sesuatu Y:;lI1g sia-sia dan bahkan dikatabn Illelllperkuat posisi negara. Kalauplln ada perubahan itll, brena aJanya peran dari pergeseran di antara lllereka yang berkuasa. [GN Putra, AZ Abar dan lpong SA, (bpat dibtakan berdiri pada kllbu ini.

KeJua, kubll yang mellllluk masyarakat. Pandang:lf.nY:l cukllp optimis terhad:> r maSY'a­rakat, yang dilih,.t bllkan S:l):l sebagai keku:ltan yang potensial mengadakan penlbakll1. tdapi juga merupakan 111ll3r3 dari kekuatan penlhah. ~1abh, seca­ra berlebihan, b<,'rbagai gejolak masyarakat yang l1lenggunak:m si mbol-silllbol oposisi (lllisainya gosip, lihat tulisan Aris) ditelll­patkan positif cbl;llll ker:lngb ;1raregis: perllbahan. Di 111-'111:1

pih:lk yang berkuasa. dikat;lbn ti<..bk selalu lllampu menelllll­kan ruang c!ominasinya. Alis cbn Ariel, dalam batas tertentu, Illewakili kubu ini.

Dua kubu ini, 1llt"l11ang tera-

Oadang Juliantara mat slliit Jicialll-'likan. K;lrena keyakinan . teoritik tersebut, buk:mlah sesuatu yang sepe­nuhnya netral, nalllun berlandas pada sebllah tendensi tcrtentu. Lebih dari illl, perdebatan terse­but sesungguh nya juga lIlerupa­kan bagi:ln lbli dinamika perge­sekan panjang anura Illereka yang Illenguasai dan dikuasai. Karenanp yang Icbill produktif acblah, lllempc'rjclas lIlasalah dan mencmp:ltkan perckb:lt:ll1 dalam data ran konsepsi yang tepat.

Dalam perdebatan itu sendiri, sebenarnya terd:lpat sisi yang beillm selllpat diperjelas sec.-Ira disiplin, pkni periJecban antara respon lll:lsyarakat dan gerakan ..

'Tanpa lllemhc-ctak:lIl dlla aspek ini, seci:lp analisis terhadap gejolak sosial bukan sap miskin, tetapi Juga cemkrung lIntuk keliru. .

SEBllAH respon pada dasar­nya lIlempakan reaksi spontan dari masprabt atau kelolllpok masyar3kat, terhadap suatu hal yang dianggap mengganggll status quo. Karena spontan, tentu saja bersifat kasuistik dan teillporer. [a 53ma sebli tidak punya tlljuan strategis, segala­nya !ebih pada orientasi praktis bagi penyelesaian masalah-ma­c>alah konkrit.

isu tentang iklan di TV, kena­ibn harga barang keblltuhan pokok. kenaikan harga BBM,

acbnya pungli (pungutan liar), dll, adalah bagian dari respon masyarakat. Hal ini talllpak d.'1ri alpanya daya Iahan dalalll reak­si tersebut, sehingga begitu mudah hilang ditelan oleh wak­tu sebellllll terjadi pembahan pada apa yang digllgat. .

Dan lIlelllang, reaksi itu sen­diri (sebetulnya) tidak punya daya ubah, sebab ia beIum Iagi merulllllskan persoalan seeara tepat. Sehingga tak jarang di tengah proses glJgatan berjalan, terjadi perubahan sikap. Dalam kaslJs iklan TV mi53lnya, di tengah ketidaksetlljuan pada adanya iklan, masyarakat pun menyadari bahwa tanpa iklan. aeara TV menjadi tlJnm kllalitas­·nya.

Maka tatkala datang TV yang bertumpll pada iklan, tapi l1le­nyodorkan aeara baglJs, mereka dengan "sukarela' meneril1J..'1-nya. MellJ..'lng tidak sepenuhnya jelas, apakah ketidaksetujuan itu pada adanya iklan, pada porsi­nya yang berlebihan, ataukah pada iklan-iklan yang dibtego­ribn terlalllpau mewah (elit)?

Keberachan respon yang in­heren dengan keberada.'1n ma­syarakat, membu3t ia selalu ga­gal dan hilang oleh adanya do­lllinasi pihak berkuasa. 'Ngrum­pi", gosip, dl!. pada d.'lsarnya lllempakan mang be bas (me­lllinjal1l Aris) di mana respon masyar3kat ullllillmya berkem­bang dan tersosialis.'lsi.

Oalam konteks ini pula, res­pan dapa! dilihat sebagai pra­kondisi Jari sebuah an.1S bes.'1r penlbahan. Sebab lllemang respon JIl<lSY<lr<lk:a juga punya potensi untuk benlbah lllenpdi kekuatan yang mendorong Iahirnya sebuah penlb3han. Yakni, ketika ia bersentuhan dengan apa yang disebut seba­gai gerakan.

SEBUAH gerakan menlpakan usaha kelol1lpok-kelompok Illasyarak:.[ yang berland.'1s pada pereneanaan strategis bagi suatu tujuan tertentu. Guna mencapai target-Iargetnya, ia dilengkapi perangbt-perangkat pendu­kung yang rapi. Sehingga, se~ap langkahnya telah ditata dan melewati tahapan sistematik. Hanya oleh benturan-benturan dan interaksi di Iapangan, ge­rakan terpaksa tidak berjalan muilis. ia ditllntut untuk mem­perhitungkan setiap perkem­bangan yang terjadi akibat ke­beradaannya.

Karena itu, gerakan pasti bicara soal kegagalan atau ke­berhasilan, kalah-memang, untung-mgi, pembahan atau tidak, sebagai bagian yang tak terpisah dari dinalllika dan vita­litasnya. Sayangnya, semua ini adalah pengetahuan yang bera­da di bawah penllukaan, y:mg lak Illudah diketahui. Bahkan tak jarang, apa yang tampak selingkali berkebalikan dengan hal yang sesungguhnya hendak ditujll okh gerabn.

Revolusi Febmari 1986 di

Filipina, kiranya bisa dijadikan eontol~bagailllana kompleksnya dinamika sebuah penlbahan. Banyak pillak terkejut, sama sekali tidak membayangkan, bakal terjadi gelombang massa yang tidak terbendung itu. Gejo-13k panjang, yang sebelumnya ditandai oleh sekian protes, deillonstrasi, bentrokan bersen­jata, dll. tiba-tiba s.'lja membesar dan seksai dalam 4 (22- 2S Febnlao 1986) hali, dengan tumbangnya Marcos.

Bagi pliblik atau para penga­Jllat, melllang sulit l11enemukan apakah "Peristiwa Februari' ada dalam perhitungan atau tidak. Sebab, jawaban pastinya ada di "bci-Iaei rahasia" di pusar-pusat gerakan. Oi sinilah kita patut mengakui, bahwa seringkali tidak terjadi kesesuaian pan­dangan antara para cerdik pan­dai (3nalis sosial) chn kalll11 praktisi (aktivis gerakan), bah­bn juga dengan pihak yang berkuasa.

DAL\M konteks ini, pemba­ngunan, misalnya, sesllnggllh­nya dapat dikatakan sebagai gerakan dari negara lIn!uk men­gukuhkan dan sebligus meng­gaet simpati lebih luas dari masyarakat. Arlinya. ia bukan sesuatu yang spekulatif. Akan terlampau miski n bib dl k.lta­k:1I1, bahwa negara berwatak spekulatif dengan menghadir­bn progralll-program kontro­versial, 11:1I11'a untuk mengeta­hui sejauh lllana tanggapan

masyarakat (Ii hat [pong SA, Bernas 28/8). Lebih dari itu, dengan mengatakan negara melakukan strategi speku lasi , seeara tidak langsung sebenar­nya mengatakan bahwa masya­rakat tidak Iebih sebagai obyek yang begitu mudah dijadikan eksperimen.

Bahwatangga pan-tanggapan yang muneul dari masyarakat, apakah itu respon atau gerakan, justm memperkuat posisi nega­ra, hal tersebut mempakan soal selanjutnya dari serentetan stra­tegi dan kepentingan yang sa­ling bergesekan.

Segi yang penting untuk diperjelas di sini adalah, apakah negara mendapat tanggapan bempa respon aeau gerakan? Ataukah kedua-duanya seeara ran k-menarik. Respon menjadi situasi yang membangkitkan gerakan, dan gerakan mengupa­yakan meluasnya respon masya­rakat secara meluas? Kejelasan ini teramat penting, sebab dari sini kita akan bisa lebih obyektif menilai setiap gejolak.

DENGAN melihat secara jeli dan ilmiah setiap tanggapan yang di berikan masyarakat ter­hadap negara, dan begitu pula sebaliknya, kita akan dapat memberikan porsi penilaian yang lebih wajar.

Gosip, ngmmpi, atau apa pun yang berkembang di pojok­pojok jalan dan di warung-wa­rung, kendati mungkin bersei­ring dengan suatu gerakan, akan I"bih bijak bila tetap dile­takkan sebagai respon wajar dari masyararkat terhadap kebi­jakan negara yang dinilai (sesa­at) merugikan. Begitu juga pen­dapat-pendapat pejabat dalam mcnanggapi sikap masyarakat,

seyogyanya dipandang sebagai respon negara. Sebab, bisa jadi keputusan final yang tertuang dalam kebijakan (undang-un­dang atau peraturan lain) berse­berangan dengan komentar yang sempat terlontar.

Oi sisi lain, tentu saja para tokoh-tokoh Forum Oemokrasi, awu tokoh kekuatan-kekuatan lain yang jelas-jelas menyat..'lkan diri oposisi terhadap negara. uk eukup senang bila posisi, gerak dan perannya disejajarkan de­ngan mereka yang suka bikin gosip atau ngmmpi di pinggir jalan.

Bahkan, bum terpelajar yang ker.ap bicara di forum seminar­seminar 'rerisi", tentu keberatan bi[a kontribusinya dalam sebuah perubahan hendak disamakan dengan obrolan-obrolan !epas di wanll1g kopi. Meskipun seja­tinya keseluruhannya saling dukung-mendllkung clan menja­di bata merah penlbahan.

Jik;l keseilluanya dapat kita temratkan dan jelas anatonu­nya, Illaka perhitllngan maupull ramalan, bllkan hal yang 1Il\1S\..'l­hil untuk dilakukan. Bukan itu saja, posisi pemihakan dari para pengamat pun akan semakin jelas, sehingga tak perlu terke-53n sembunyi-selllbunyi seba­gaimana Ariel. Tapi apabh ini l11ungkin? Apakah kalangan terpelajar mampll menemblls "Iaei-Iaci rahasia" d.'ln mellJ..'ls.'1ng telinga di setiap sudllt kota' Mungkin di sini kita akan metll­buka diskusi yang lebih IU:ls tentang i1lllu 5Osia!. bukan 5.1ja ten tang teori-besarnya, rari juga perangkat metodeloginya. [ni 53ja . ...

*) DadangJulianlara, penga­mat masalah sosial-politik, ting­gal di YogyaJuma.

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>