BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung oleh adanya perkembangan dinamis dan kontribusi nyata di sektor perbankan, alasannya karena kontribusi sektor perbankan berperan penting dalam menggerakkan roda perekonomian di suatu negara. Hal ini dapat dilihat ketika sektor perbankan terpuruk yang disebabkan oleh adanya krisis moneter (tahun 1997 – tahun 1998), dimana dengan terpuruknya sektor perbankan mengakibatkan tingkat perekonomian Indonesia yang berjalan normal. Oleh karena itulah fungsi dan peran sektor perbankan dalam pembangunan ekonomi sangatlah berpengaruh, sebab sektor perbankan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Pentingnya fungsi dan peran sektor perbankan dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga lembaga keuangan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung oleh adanya
perkembangan dinamis dan kontribusi nyata di sektor perbankan, alasannya
karena kontribusi sektor perbankan berperan penting dalam menggerakkan
roda perekonomian di suatu negara. Hal ini dapat dilihat ketika sektor
perbankan terpuruk yang disebabkan oleh adanya krisis moneter (tahun 1997 –
tahun 1998), dimana dengan terpuruknya sektor perbankan mengakibatkan
tingkat perekonomian Indonesia yang berjalan normal. Oleh karena itulah
fungsi dan peran sektor perbankan dalam pembangunan ekonomi sangatlah
berpengaruh, sebab sektor perbankan dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di suatu negara.
Pentingnya fungsi dan peran sektor perbankan dalam pertumbuhan
ekonomi, sehingga lembaga keuangan yang berperan adalah bank umum
(commercial bank). Bank Umum memiliki peranan yang sangat penting dalam
menggerakkan roda perekonomian nasional, alasannya karena kurang lebih
95% dana pihak ketiga dikelolah oleh bank, selanjutnya selain bank umum
juga ditentukan oleh fungsi dan peran Bank Syariah dan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), namun dalam penelitian ini yang akan dijadikan pokok
pembahasan adalah Bank Umum dan Bank Syariah. Alasannya karena kedua
jenis sektor bank memiliki kontribusi yang sangat besar dalam melakukan
penyaluran kredit kepada nasabah.
1
Fungsi dan peran Bank Umum dan Bank Syariah, nampak memiliki
perbedaan dimana Bank Umum melakukan aktivitas usaha secara konvensional
(UU. No. 10 tahun 1990), sedangkan menurut Muhamad (2004, hal. 13) Bank
Syariah beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga atau tanpa bunga.
Dengan adanya perbedaan dalam menjalankan kegiatan operasional yakni
antara Bank Umum dan Bank Syariah mengakibatkan adanya perbedaan dalam
penyaluran kredit.
Masalah penyaluran kredit berperan untuk membantu masyarakat
dalam melakukan investasi, distribusi dengan konsumsi barang dan jasa,
mengingat semua investasi, distribusi dan konsumsi berkaitan dengan uang
maka akan berdampak terhadap kelancaran kegiatan pembangunan
perekonomian masyarakat. Oleh karena itulah dalam melaksanakan penyaluran
kredit antara Bank Umum dengan Bank Syariah sangat ditentukan oleh adanya
permintaan kredit.
Permintaan kredit antara Bank Umum dengan Bank Syariah terjadi
perbedaan, dimana menurut Muhammad Safi’i Antonio dalam Jumhur (2006,
hal. 23) yang mengemukakan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya
perbedaan permintaan kredit menurut Bank Umum dengan Bank Syariah
adalah Bank Konvensional menerapkan sistem bunga dan bank syariah
menggunakan bagi hasil. Dengan adanya permintaan dalam penyaluran kredit
yakni antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah maka perlu dilakukan
studi komparatif permintaan kredit menurut bank konvensional dengan bank
syariah.
2
Komparatif statik adalah suatu model penelitian yang dilakukan
dengan membandingkan salah satu variabel pada sistem persamaan sebagai
variabel instrument, selain itu menggunakan suatu variabel baru dan
menambahkannya kedalam sistem persamaan tersebut, yang dilakukan dengan
cara menurunkan sistem tersebut terhadap variabel instrument. Kemudian
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit untuk bank
konvensional (Bank Umum), menurut Mochammad Faza Rifai (2007, hal. 88)
bahwa permintaan kredit untuk bank umum sangat ditentukan oleh PDRB,
suku bunga riell dan laju inflasi. Dimana dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mochammad Faza Rifai yang meneliti faktor yang mempengaruhi
permintaan kredit bank pada Bank Umum, Provinsi Jawa Tengah yang
menemukan ada pengaruh yang signifikan antara PDRB, suku bunga rieel dan
laju inflasi.
Selanjutnya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Yusuf (2005) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
kredit konsumtif adalah penentuan desain utama yang menunjukkan bahwa
faktor PDRB, suku pinjaman berpengaruh signifikan terhadap permintaan
kredit konsumtif. Sedangkan tingkat inflasi dan tingkat suku bunga
berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit.
Dalam hubungannya dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mochammad Faza Rifai dan Muhammad Yusuf, maka penelitian yang
dilakukan oleh penulis adalah meneliti permintaan kredit antara bank
konvensional dengan bank syariah, dimana perbedaan yang dilakukan oleh
3
Muhammad Yusuf dan Mochmmad Faza Rifai dengan yang dilakukan oleh
penulis adalah kedua penelitian terdahulu hanya menfokuskan pada Bank
Umum sedangkan yang dilakukan oleh penulis menfokuskan pada Bank
Konvensional dan Bank Syariah. Dimana faktor yang mempengaruhi
permintaan kredit pada Bank Konvensional adalah PDRB, tingkat suku bunga
dan laju inflasi, sedangkan faktor yang mempengaruhi permintaan kredit pada
bank syariah adalah PDRB, laju inflasi dan bagi hasil.
Melihat dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dalam
penelitian ini dilakukan pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan kredit menurut bank konvensional dan bank syariah.
Hal ini dapat dilihat dari perkembangan data permintaan kredit pada
Bank Konvensional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dimana pada
tahun 2010 meningkat sebesar Rp.132.000.000.000.000, sedangkan permintaan
kredit pada Bank Syariah pada tahun 2010 sebesar Rp. 99.500.000.000.000.
sehingga dengan adanya perbedaan tersebut maka penulis tertarik untuk
membahas tema ini lebih jauh dengan memilih judul : “Analisis Komparatif
Statik terhadap Permintaan Kredit pada Bank Syariah dan Bank
Konvensional di Makassar (Periode 2001 – 2010).”
1.2. Masalah Pokok
Adapun masalah pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah PDRB, bagi hasil dan inflasi berpengaruh terhadap permintaan
kredit pada Bank Syariah.
4
2. Apakah PDRB, suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap permintaan
kredit pada Bank Konvensional.
3. Apakah ada perbedaan antara permintaan kredit Bank Syariah dengan
Bank Konvensional.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh PDRB, bagi hasil dan inflasi terhadap
permintaan permintaan kredit pada Bank Syariah.
2. Untuk menganalisis pengaruh PDRB, suku bunga dan inflasi terhadap
permintaan kredit pada Bank Syariah.
3. Untuk menganalisis perbedaan permintaan kredit menurut Bank Syariah
dengan Bank Konvensional.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dengan harapan tujuan penelitian tercapai, maka selanjutnya
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :
1. Sebagai bahan sumbangan pikiran kepada Bank Syariah dengan Bank
Konvensional mengenai perbandingan secara statik terhadap permintaan
kredit pada Bank Syariah dan Bank Konvensional.
2. Sebagai salah satu bahan referensi bagi yang berminat untuk
memperdalam masalah permintaan kredit khususnya pada Bank Syariah
dengan Bank Konvensional.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Dalam sistem perekonomian sekarang ini perbankan memegang peranan
penting dalam mengejar pertumbuhan ekonomi. Bank adalah badan usaha yang
memberikan jasa pada penyimpanan uang, pengirimanuang serta permintaan dan
penawarana kredit. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
perbankan menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Oleh karena fungsi utama bank adalah sebagai
perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang
kekurangan dana, maka usaha pokok yang dilaksanakan adalah kegiatan-kegiatan
pada sektor perkreditan, khususnya pada Bank Konvensional dan Bank Syariah.
Bank Syariah berbeda dari bank Konvensional adalah secara konsepsional.
Konsep dasarnya adalah adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan
persiapan menuju kehidupan akhirat. Berbisnis atau melakukan tindak ekonomi
juga harus mengikuti konsep tersebut, yaitu menjaga keseimbangan. Bukan
sekedar memaksimalkan kekayaan, tetapi harus seimbang dengan memperhatikan
apakah cara bisnisnya sudah sesuai dengan syariah atau belum.
Dengan demikian menjadi nasabah bank Syariah niat dan tujuannya adalah
berekonomi dengan cara yang diridhoi Allah SWT, sehingga bukan hanya
mencari tingginya tingkat pengembalian ekonomi. Namun memang menjadi
6
keharusan bagi bank Syariah agar secara ekonomis dapat bersaing dengan bank
Konvensional sehingga diharapkan juga mampu menciptakan pengembalian
investasi atau bagi hasil yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan bank
Konvensional.
Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana akan menyimpan uangnya
di bank dalam berbagai bentuk. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa
dari bank berupa bunga bagi bank Konvensional. Berbeda bila masyarakat
menyimpan uangnya di bank Syariah, maka bukan bunga yang akan diperoleh
melainkan sistem bagi hasil yang berdasarkan Prinsip Syariah. Besarnya jasa
bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya dana yang disimpan dan
faktor lainnya.
Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank
Konvensional diwajibkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunga
yang telah ditetapkan sesuai perjanjian antara bank dengan nasabah. Sedangkan
di bank Syariah pengembalian pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil yang
sesuai hukum Islam.
Sebagai perantara keuangan, bank akan memperoleh keuntungan dari
selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan (bunga simpanan) dengan bunga
yang diterima dari peminjam (bunga kredit). Keuntungan ini dikenal dengan
istilah Spread Based. Jenis keuntungan ini diperoleh dari bank Konvensional
Sedangkan bagi Bank Syariah tidak dikenal istilah bunga, karena bank Syariah
mengharamkan bunga. Pada Bank Syariah keuntungan yang diperoleh dikenal
dengan istilah bagi hasil.
7
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usahanya,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Sehingga Bank
Syariah ialah badan usaha yang bergerak dalam bidang perbankan yang sistem
operasionalnya didasarkan pada prinsip-prinsip syariat Islam.
Sedangkan tujuan didirikannya Bank Syariah adalah meningkatkan
usaha menuju kesejahteraan umat dengan mengaitkan pembangunan ekonomi
dan sosial serta menyelamatkan umat Islam dari membayar dan menerima bunga
yang termasuk perbuatan riba serta dampak sampingnya yang tidak dikehendaki
oleh Islam.
Adapun karakterististik Bank Syariah adalah : bersifat produktif, dimana
ekonomi Islam memandang bahwa semua aktivitas ekonomi harus produktif
sehingga kegiatannya lebih ditekankan pada ekonomi riil sedangkan bunga
merupakan pendapatan yang tidak produktif. Bersifat tidak eksploitatif, dimana
kegiatan ekonomi tidak boleh ditujukan demi keuntungan satu pihak dengan
mengobankan pihak lain (sama-sama untung). Berkeadilan artinya tidak boleh
ada transaksi ekonomi yang merugikan pihak-pihak yang terlibat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tidak bersifat spekulatif, hal ini dianggap
sebagai perjudian dan dapat mengakibatkan orang yang melakukannya terancam
kemiskinan serta menyebabkan uang atau barang yang dispekulasikan menjadi
tidak bermanfaat. Anti riba, dimana riba sebenarnya adalah tambahan yang
ditetapkan dalam perjanjian atas suatu barang yang dipinjam, ketika barang
8
dikembalikan. Sehingga pemilik barang berharap bahwa ia bisa meraih
keuntungan dari transaksi pinjam meminjam tersebut.
Dari uraian tersebut di atas, maka fungsi dan peran Bank Umum dan
Bank Syariah, nampak memiliki perbedaan dimana Bank Umum melakukan
aktivitas usaha secara konvensional sedangkan Bank Syariah beroperasi dengan
tidak mengandalkan bunga atau tanpa bunga. Dengan adanya perbedaan dalam
menjalankan kegiatan operasional yakni antara Bank Umum dan Bank Syariah
sehingga mengakibatkan adanya perbedaan dalam penyaluran kredit.
Dimana faktor yang mempengaruhi permintaan kredit pada Bank
Konvensional adalah PDRB, tingkat suku bunga dan laju inflasi, sedangkan
faktor yang mempengaruhi permintaan kredit pada bank syariah adalah PDRB,
laju inflasi dan bagi hasil.
2.1.2. Konsep PDRB
Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan
untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah
dalam periode waktu tertentu. Indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan
arah kebijaksanaan pembangunan yang akan datang. Pembangunan suatu daerah
dapat berhasil dengan baik apabila didukung oleh suatu perencanaan yang
mantap sebagai dasar penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi
hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.
Dalam menyusun perencanaan pembangunan yang baik perlu
menggunakan data-data statistik yang memuat informasi tentang kondisi riil suatu
9
daerah pada saat tertentu sehingga kebijaksanaan dan strategi yang telah
atau akan diambil dapat dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Salah satu
indikator ekonomi makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-
hasil pembangunan di suatu daerah serta untuk mengukur besarnya laju
pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggunakan data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan.
Pembangunan yang pesat di segala bidang dan telah menjangkau seluruh
pelosok ke desa memerlukan adanya data statistik Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) setiap tingkat wilayah administrasi. Data dan informasi yang
diperlukan antara lain transformasi melalui Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), Pendapatan Regional Bruto, Pendapatan Regional perkapita dan
pertumbuhan ekonomi regional.
Dengan demikian data dan informasi yang disajikan selain merupakan
evaluasi hasil pembangunan yang telah dicapai, juga akan menjadi bahan dasar
dalam penyusunan konsep strategi dan kebijaksanaan perencanaan pembangunan
oleh pemerintah daerah maupun secara nasional yang akan ditempuh pada
masa yang akan datang.
Dalam menyusun rekapitulasi ekonomi bagi suatu daerah maka salah satu
titik pokok dalam pembahasan ini adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto
atau PDRB. Oleh karena itu sebagaimana dikemukakan dalam buku Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Selatan mengatakan bahwa produk
domestik regional bruto merupakan seluruh nilai netto suatu barang dan jasa
10
(komoditi) yang diproduksi suatu domestik/regional tanpa memperhatikan
pemilikan faktor-faktor produksinya.
Menurut pendapat Suparmoko (2002 : 368) mengemukakan bahwa
PDRB adalah merupakan pendapatan atas faktor produksi yang dimiliki oleh
penduduk suatu wilayah atau daerah ditambah penduduk asing yang berada
di wilayah/daerah tersebut.
Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi maka salah satu faktor yang
menjadi tolak ukur adalah perkembangan ekonomi. Sebab dengan pertumbuhan
ekonomi yang meningkat maka akan dapat mempengaruhi income perkapita bagi
suatu negara.
Nilai produk domestik regional bruto dapat dihitung melalui tiga
pendekatan yaitu : Pendekatan produksi, produk domestik regional bruto
merupakan jumlah netto atas suatu barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi dalam suatu wilayah dan biasanya dalam jangka waktu tertentu (satu
tahun). Pendekatan pendapatan, produk domestik regional bruto merupakan
jumlah balas jasa (pendapatan) yang diterima oleh faktor-faktor produksi karena
ikut sertanya dalam proses produksi dalam suatu wilayah dan biasanya dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun) serta pendekatan pengeluaran, produk
domestik regional bruto merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh
rumah tangga, pemerintah dan lembaga swasta non profit, investasi, serta ekspor
netto (ekspor dikurangi import), biasanya dalam jangka waktu tertentu (satu
tahun).
11
Produk domestik regional bruto dapat juga dihitung berdasarkan atas
dua ukuran, yaitu atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Sadono Sukirno
(2001 : 34-35) mengemukakan bahwa produk domestik regional bruto atau
pendapatan domestik regional bruto pada harga berlaku adalah nilai barang-
barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai
menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Cara ini adalah cara
yang selalu dilakukan dalam menghitung pendapatan dari suatu periode ke
periode lainnya.
Nilai PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi karena nilai PDRB atas dasar harga konstan ini tidak
dipengaruhi oleh perubahan harga, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku
digunakan untuk melihat besarnya perekonomian suatu daerah.
Untuk memperoleh pengertian tentang pendapatan maka hal itu harus
dilihat dari mana pendapatan tersebut dibentuk dan bagaimana proses
pembentukannya. Karena pendapatan itu sendiri merupakan jumlah penerimaan
yang diperoleh individual, masyarakat, produsen atau perusahaan, daerah, negara
dan sebagainya. Sebagai hasil usaha atau kompensasi yang diterima di dalam
kegiatan-kegiatan ekonomi melalui produksi barang-barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan mereka.
Sedang untuk melakukan pengukuran tingkat pendapatan tertentu
pada saat tertentu pula, di dalam ilmu ekonomi di kenal 5 (lima) konsep dasar
di mana masing-masing adalah Gros National Product (GNP), Gross Domestic
12
product (GDP), Net National Product (NNP) atau National Income (NI),
Personal Income (PI) dan Disposible Personal Income (DPI). Sehubungan
dengan apa yang dikemukakan, maka berikut ini akan diberikan beberapa
pendapat yang dibuat tentang pengertian "Pendapatan" agar dapat dipahami. Dan
diantara kelima konsep yang sudah diajukan itu, ternyata konsep GNP yang
paling populer digunakan di dalam perhitungan-perhitungan ekonomi.
Dalam penyajian PDRB selalu dibedakan atas dasar harga konstan dan
atas dasar harga berlaku. Adapun defenisi dari pembagian PDRB ini adalah :
PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai barang dan jasa (komoditi)
atau pendapatan, atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang
berlaku pada tahun yang bersangkutan. PDRB atas dasar harga konstan adalah
nilai barang jasa (komoditi) atau pendapatan, atau pengeluaran yang nilai atas
dasar harga tetap.
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula
kemampuan seseorang untuk membayar (ability to pay) berbagai pungutan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Dengan logika yang sama, pada tingkat distribusi
pendapatan tertentu yang tetap, semakin tinggi PDRB per kapita riil suatu
daerah, semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintahnya.
Dengan kata lain, semakin tinggi PDRB per kapita riil suatu daerah, semakin
besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.
13
PDRB adalah seluruh nilai netto barang dan jasa (komoditas) yang
diproduksi pada suatu wilayah domestik regional tanpa memperhatikan pemilikan
faktor-faktor produksi pada suatu wilayah domestik/regional tanpa
memperhatikan pemilikan faktor-faktor produksinya. Nilai produk domestik
regional bruto dapat dilihat dari tiga pendekatan, yaitu : Segi produk, produk
domestik regional bruto merupakan jumlah netto atas suatu barang dan jasa
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu wilayah dan biasanya dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun). Segi pendapatan, dimana produk domestik
regional bruto merupakan jumlah balas jasa (pendapatan) yang diterima oleh
faktor produksi karena ikut sertanya dalam proses produksi dalam suatu wilayah
dan biasanya dalam jangka waktu tertentu (satu tahun), serta segi pengeluaran,
produk domestik regional bruto merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan
oleh rumah tangga, pemerintah dan lembaga, swasta dan non profit, investasi serta
eksport netto biasanya dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Selanjutnya produk domestik regional bruto dibagi atas dua versi yaitu
produk domestik regional bruto berdasarkan atas harga berlaku dan atas harga
konstan. Dimana Produk domestik regional bruto atas harga berlaku adalah
jumlah nilai barang dan jasa (komoditi) atau pendapatan atau pengeluaran yang
dinilai sesuai dengan harga berlaku pada tahun yang bersangkutan. Sedangkan
Produk domestik regional bruto berdasarkan harga konstan, adalah nilai barang
dan jasa atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas harga tetap tahun
1993. Penunjukan tahun 1993 sebagai tahun dasar sesuai dengan instruksi Biro
Pusat Statistik Nasional.
14
PDRB berhubungan erat dengan permintaan kredit disebabkan karena
dengan adanya kenaikan PDRB maka tingkat konsumsi masyarakat akan semakin
meningkat, oleh sebab itu jika PDRB meningkat maka permintaan akan kredit
juga akan mengalami peningkatan guna mencukupi tingkat konsumsi yang
dihadapi oleh masyarakat, sebagaimana dikutip dari penelitian yang dilakukan
oleh Mochamad Faza Rifai (2007).
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mankiw (1999)
bahwa Produk Domestik Regional Bruto meringkas aktivitas ekonomi dalam
nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu, hal ini disebabkan karena
mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian pada outputnya dengan
alasan bahwa jumlah keduanya adalah sama dan fakta yang mendasar, karena
setiap transaksi memiliki penjual dan pembeli, setiap uang yang dikeluarkan
seorang pembeli menjadi pendapatan seorang penjual yang lain.
2.1.3. Tingkat Suku Bunga
Teori-teori tingkat bunga ada setelah berfungsinya uang dalam
perekonomian. Secara efektif orang disatu pihak melihat uang sebagai salah satu
dari sekian banyaknya aktiva keuangan, dilain pihak uang dianggap sebagai
daya dorong dalam sektor keuangan atau sebagai aktiva yang seluruhnya dapat
menguasai semua alat keuangan lainnya. Menurut Teori Klasik bahwa tingkat
bunga merupakan hasil interaksi antara tabungan dan investasi, sedangkan Teori
Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter,
artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang.
15
Suku bunga kredit adalah harga/biaya dari penggunaan dana yang tersedia
untuk dipinjamkan. Suku bunga kredit berpengaruh negative terhadap permintaan
kredit. Artinya semakin tinggi suku bunga kredit yang mencerminkan semakin
mahalnya biaya maka akan menurunkan permintaan kredit, dan sebaliknya
semakin rendah suku bunga kredit yang menceminkan semakin murahnya biaya
akan meningkatkan permintaan kredit. Fenomena ini mencerminkan bahwa
masih tingginya suku bunga kredit saat ini menjadi salah satu pertimbangan
bagi dunia usaha dalam melakukan permohonan kredit kepada bank.
Sebagaimana dikutip dari penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Faza
Rifai (2007).
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nopirin (1995)
bahwa makin tinggi tingkat suku bunga, maka makin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi
masyarakat terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk
konsumsi guna menambah tabungan. Dari uraian ini dapat disimak kembali
teori-teori tingkat bunga ini.
a. Teori Klasik
Menurut teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku
bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka makin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih
tinggi masyarakat terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran
untuk konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi
dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan untuk
16
melakukan investasi juga makin kecil, sebab tingkat pengembalian dan
penggunaan dana juga makin besar.
Bunga adalah harga dari penggunaan (Leonable Funds) atau harga yang
terjadi di pasar dana investasi. Pengertian tingkat bunga sebagai harga, bisa
juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran
antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti (misalnya setahun kemudian).
Hutang piutang timbul karena terjadi pertukaran pembeli dari satu rupiah
sekarang sekaligus juga penjual dari satu rupiah nanti adalah peminjam
(debitur), sedangkan penjual dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga
pembeli satu rupiah nanti adalah orang yang meminjam (kreditur). Debitur
harus membayar kepada kreditur harga dari pertukaran tersebut, dan harga ini
adalah bunga yang dibayar debitur.
Menurut ahli-ahli ekonomi klasik, dalam perekonomian tingkat bunga
selalu mengalami perubahan-perubahan yang menyebabkan seluruh tabungan
yang diciptakan sektor rumah tangga pada waktu perekonomian mencapai tingkat
penggunaan tenaga penuh, akan selalu sama besarnya dengan jumlah investasi
yang dilakukan oleh para pengusaha. Sehingga jumlah saluran pengeluaran
dalam perekonomian (permintaan agregat) yaitu konsumsi oleh rumah tangga-
rumah tangga dan investasi oleh para pengusaha akan selalu sama dengan nilai
seluruh produksi yang diciptakan oleh sektor perusahaan.
Tingkat bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang
akan dilakukan di dalam perekonomian. Setiap perubahan dalam tingkat
bunga akan menyebabkan perubahan dalam tabungan rumah tangga dan
17
investasi. Perubahan dalam tingkat bunga akan terus menerus berlangsung
sebelum kesamaan antara jumlah tabungan dengan jumlah investasi tercapai.
Terjadinya tingkat bunga keseimbangan tersebut menurut teori Klasik
dalam buku Ekonomi Moneter ( 2002 : 7) karangan Boediono, bahwa penawaran
akan dana investasi (S) bertemu dengan permintaan akan dana investasi (I)
di pasar dan investasi (Lonable Funds) dan di situ tercipta tingkat bunga
keseimbangan (dimana S=I). Faktor penentu utama dari bentuk kurva S adalah
rate of time preference para penabung dan faktor penentu utama dari kurva I
adalah marginal product dari kapital.
Jadi tingkat bunga berubah apabila kedua faktor penentu utama ini
berubah, yang satu karena perubahan penilaian subyektif para pelaku ekonomi,
yang lain karena perubahan teknologi. Jadi apabila tingkat bunga lebih tinggi
dari pada keuntungan yang diharapkan dari penggunaan dana, maka para
pengusaha tidak akan mengadakan investasi, tetapi sebaliknya bila keuntungan
yang diharapkan lebih besar dibandingkan tingkat bunga tersebut, para pengusaha
akan mengadakan investasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa investasi
tergantung oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Kalau tingkat bunga naik,
investasi akan turun, sebaliknya bila tingkat bunga turun investasi akan naik.
Lain halnya dengan tabungan yang sebenarnya tergantung pada pendapatan
dan tingkat bunga, sebab dengan tingginya tingkat bunga yang ditawarkan
oleh Bank akan merangsang masyarakat untuk menabung dari kelebihan
pendapatannya, dan tingkat bunga inilah yang akan dibandingkan dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan bila ingin mengadakan investasi.
18
b. Teori Keynes
Teori tingkat bunga menurut Keynes ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang. Dalam analisis tradisional Keynes tentang permintaan uang,
bahwa ada tiga motif mengapa orang menghendaki memegang uang tunai yaitu
Christopher, 2008, Mikro ekonomi Intermediate dan Aplikasinya, edisi kedelapan, penerbit : Erlangga, Jakarta.
Iskandar, Putu, 2007, Ekonomi Mikro dan Makro, Edisi Kedua, Penerbit: Ghalia Indonesia, Jakarta.
Jumhur, 2006, Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja usaha Kecil di Kota Semarang (Studi Kasus Permintaan Modal Kerja Usaha Kecil Sektor Perdagangan dari BMT). Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.
Mohammad Faza Rifai, 2007, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perbankan pada Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Universitas Islam Indonesia, Fakultas Ekonomi
Mankiw. N. Gregore, 2003, Teori Makro Ekonomi, edisi kelima, Alih Bahasa Imam Nurmawan, Harvart University.
Muhammad, 2004, Manajemen Dana Bank Syariah, cetakan pertama, Penerbit : Ekonisia, Yogyakarta
Muana, Nunga, 2001, Makro Ekonomi, Cetakan Pertama, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukirno, Sadono, 2002, Pengantar Teori Makro Ekonomi, penerbit : PT. Radja Grafindo Persada Rajawali, Jakarta
Suparmoko, 2002, Ekonomi Publik Untuk Keuangan Dan Pembangunan Daerah, edisi pertama, Penerbit : Andi Yogyakarta
Sugiarto, 2002, Strategi Manajemen Bank Kredit, Penerbit : Damar Mulia Pustaka, Jakarta.