BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Fraktur Mandibula Definisi Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada mandibula.Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. Fraktur mandibula dapat dibagi menjadi dua kelompok utama : 1.Fraktur tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan lunak 2. Fraktur dengan terbukanya tulang disertai dengan kerusakan yang hebat dari jaringan lunak Mandibula mudah terkena cedera karena posisinya yang menonjol, sehingga mandibula mudah menjadi sasaran pukulan dan benturan.Daerah yang lemah pada mandibula adalah daerah subkondilar, angulus mandibula, dan daerah mentalis. Klasifikasi Secara umum klasifikasi fraktur mandibula dapat diklasifikasikan berdasarkan terminologi, yaitu : 1. Tipe fraktur
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fraktur Mandibula
Definisi
Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada
mandibula.Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila
tidak ditangani dengan benar.
Fraktur mandibula dapat dibagi menjadi dua kelompok utama :
1.Fraktur tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan lunak
2. Fraktur dengan terbukanya tulang disertai dengan kerusakan yang hebat dari jaringan
lunak
Mandibula mudah terkena cedera karena posisinya yang menonjol, sehingga mandibula
mudah menjadi sasaran pukulan dan benturan.Daerah yang lemah pada mandibula adalah
daerah subkondilar, angulus mandibula, dan daerah mentalis.
Klasifikasi
Secara umum klasifikasi fraktur mandibula dapat diklasifikasikan berdasarkan
terminologi, yaitu :
1. Tipe fraktur
a. Fraktur simple atau fraktur tertutup, yaitu keadaan fraktur dengan jaringan lunak yang
terkena tidak terbuka.
b. Fraktur kompoun atau fraktur terbuka, yaitu keadaan fraktur yang berhubungan
dengan lingkungan luar, yakni jaringan lunak seperti kulit, mukosa atau ligamen
periodontal terpapar di udara.
c. Fraktur komunisi, yaitu fraktur yang terjadi pada satu daerah tulang yang diakibatkan
oleh trauma yang hebat sehingga mengakibatkan tulang hancur berkeping-keping
disertai kehilangan jaringan yang parah.
d. Fraktur greenstick, yaitu fraktur tidak sempurna dimana pada satu sisi dari tulang
mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang lain tulang masih terikat. Fraktur ini
sering dijumpai pada anak-anak.
e. Fraktur patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan oleh adanya penyakit pada
mandibula, seperti osteomielitis, tumor ganas, kista atau penyakit tulang sistemik.
Proses patologis pada mandibula menyebabkan tulang lemah sehingga trauma yang
kecil dapat mengakibatkan fraktur.
2. Lokasi fraktur
Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada letak anatomi dari fraktur mandibula
dapat terjadi pada daerah-daerah sebagai berikut :
3. Pola fraktur
a. Fraktur unilateral adalah fraktur yang biasanya tunggal pada satu sisi mandibula saja.
b. Fraktur bilateral adalah fraktur yang sering terjadi akibat kombinasi trauma langsung
dan tidak langsung, terjadi pada kedua sisi mandibula.
c. Fraktur multipel adalah variasi pada garis fraktur dimana bisa terdapat dua atau lebih
garis fraktur pada satu sisi mandibula. Lebih dari 50% dari fraktur mandibula adalah
fraktur multipel.
Gejala fraktur mandibula
Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi rahang yang
menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan rahang atas.Jika
penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan rasa yang sakit jika
menggerakkan rahang, Pembengkakan pada posisi fraktur juga dapat menetukan lokasi
fraktur pada penderita. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari
ujung tulang yang fraktur bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi,
mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur
akibat pembengkaan, terjadi pula gangguan fungsional berupa penyempitan pembukaan
mulut, hipersalifasi dan halitosis, akibat berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat
terjadi stagnasi makanan dan hilangnya efek self cleansing karena gangguan fungsi
pengunyahan.
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat kerusakan
hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus, hematom, edema pada
jaringan lunak.Jika terjadi obtruksi hebat saluran nafas harus segera dilakukan trakeostomi,
selain itu juga dapat terjadi anasthesi pada satu sisi bibir bawah, pada gusi atau pada gigi
dimana terjadi kerusakan pada nervus alveolaris inferior.
Pemeriksaan Penunjang
- Plain film, termasuk pandangan lateral-obliq, oklusal, posteroanterior, dan periapikal
- CT scan :memungkinkan dokter untuk survei fraktur wajah daerah lain, termasuk tulang
frontal, kompleks naso-ethmoid-orbital, orbit, dan seluruh sistem horizontal dan vertical
yang menopang kraniofasial.
Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan seperti
jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan syok
(circulation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi
terhadap kemungkinan cedera otak.Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara definitif
yaitu reduksi/reposisi fragmen fraktur (secara tertutup (close reduction) dan secara terbuka
(open reduction)), fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang
telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan penyembuhan tulang
selesai.
B. Anestesi Umum (General Anestesia)
Anestesi umum di definisikan sebagai hilangnya rasa sakit di seluruh tubuh yang
disertaihilangnya kesadaran reversibel akibat pemberian obat anestesi.Pada anestesi umum
ada penekanan susunan saraf pusat yang menurun secara ireguler.Anestesi umum dapat di
definisikan lebih jauh sebagai suatu keadaan yang mana sistem fisiologis tertentu dari
tubuhdibawah kendali pengaturan luar oleh obat obatan anestesi.
Komponen Anestesi Umum
Pada anestesi umum terdapat trias anestesi yaitu hipnotik (hilang kesadaran),
analgetik dan relaksasi.Hipnotik dapat dilakukan dengan hambatan mental, analgetik dapat
dilakukan dengan hambatan sensoris dan relaksasi dengan hambatan refleks dan hambatan
motoris.
- ANALGESIA
Terjadi hambatan sensoris,stimulasi nyeri dihambat secara sentral sehingga tidak
dapat diartikan di korteks serebri.Analgesia bisa terjadi dalam berbagai tingkatan di mulai
dengan light analgesia (stadium I) sampai (true analgesia) di mana semua sensasi hilang.
- RELAKSASI
Bisa terjadi karena adanya hambatan motorik dan hambatan reflek .pada hambatan
motoris terjadi depresi area motorik di otak dan hambatan implus efferent,sehingga terjadi
relaksasi otot skelet.Efek depresi motoris ini tergantung dari kedalaman anestesi, di mana otot
pernapasan / diafragma yang paling akhir di tekan.Pada hambatan refrek, terjadi penekanan
reflek misalnya ada sistem respirasi untuk mencegah spasme bronhus, spasme laring,
pembentukan mukus.Pada sirkulasi untuk mencegah terjadinya aritmia dan pada
gastrointestinal untuk mencegah mual dan muntah.
- HIPNOTIK
Terjadi hambatan mental.Ada beberapa tingkatan dimulai dari tenang,sedasi, light
sleep (hipnosis),deep sleep (narkosis),complete anaesthesia,dan terakhir terjadi depresi
medulla oblongata.
Indikasi Anestesi Umum adalah :
1. Infant dan anak –anak
2. Operasi yang luas
3. Pasien dengan kelainan mental
4. Bila pasien menolak anestesi lokal
5. Operasi yang lama
6. Operasi di mana dengan anestesi lokal tidak praktis dan tidak menguntungkan
7. Pasien dalam terapi anti koagulan
8. Pasien yang alergi terhadap obat anestesi lokal
Pada anestesi umum inhalasi,masuknya obat sangat unik karena masuk melalui sistem
pernapasan. Gas anestetik melalui paru lalu masuk ke dalam darah arterial, dari darah arterial
masuk ke jaringan, demikian sebaliknya gas anestetik akan ke luar dari jaringan lalu masuk
ke dalam darah vena dan akhirnya ke paru dan seterusnya ke udara luar.
Pada saat induksi anestesi ,konsentrasi gas anestesi tertinggi adalah pada alveoli, sedangkan
pada eleminasi konsentrasi tertinggi adalah pada otak dan jaringan yang kaya pembuluh
darah lainnya.
Anestesi Umum Intravena
Pada anestesi umum intra vena tetap di pegang konsep balans anestesia, namun obat obat
anestesi semuanya di berikan secara intravena seginga di sebut dengan TIVA (Total Intra
Venous Anaesthesia). Pada anestesi umum terjadi trias anestesi, yaitu ;
- Hipnotik (tidak sadarkan diri = “mati ingatan”)
- Analgetik (bebas nyeri = “mati rasa”)
- Relaksasi (otot rangka = “mati gerak”)
Pada anestesi umum inhalasi atau intravena, trias anestesi dapat di peroleh dengan dosis
besar satu macam obat anestesi inhalasi atau intravena, tetapi akan di sertai adanya efek
samping. Misalnya dengan pentotal saja atau dengan halotan saja. Untuk mencegah efek
samping tersebut, maka anestesi umum dilakukan dengan konsep anestesi balans (anestesi
seimbang) di mana pasien diberikan obat untuk setiap komponen anestesi, yaitu hipnotik,
analgetik, dan relaksasi. Untuk terjadinya trias ini,maka pada anestesi umum inhalasi terjadi
blok sensoris, blok motorik,blok reflek dan blok mental.
BLOK SENSORIS
Stimulli pada endorgan di blok secara sentral dan stimuli tidak masuk ke dalam kortek
Tingkatan bervariasi ,dari stadium 1 sampai dengan stadium III di mana semua sensasi
hilang
Yang di tekan adalah kortek, hipotalamus, subcortical thalamik nuclei,semua sel sensoris
kranial
BLOK MOTORIS
Yang ditekanadalah premotor dan motor kortek subcortical dan extrapyramidal yang
terakhir di pengaruhi adalah otot pernapasan, mula-mula pada otot intercostal bawah, lalu
otot intercostal atas, dan kemudian otot diafragma.
BLOK REFLEKS
Reflek yang tidak menyenangkan harus di blok, misalnya pada sistem respirasi adalah
pembentukan mukus,spasme laring, spasme bronchus, pada sistem kardiovaskuler adanya
aritmia, pada sistem gastrointestinal adanya salivasi dan muntah
BLOK MENTAL
Untuk mencapai tidur ada beberapa tahapan ;
1. Tenang
2. Sedasi (ngantuk)
3. Hipnosis (light sleep)
4. Narkosis (deep sleep)
5. Anestesi penuh (complete anesthesia)
6. Paralisis pada medula (medullari paralysis)
Pada pemberian anestesi umum inhalasi, urutan bagian SSP yang terdepresi :
cortex cerebri
basal ganglia dan cerebellum
medula spinalis
medula oblongata
C. Obat – obat Anestesi
ANESTETIK INHALASI
- NITROUS OKSIDA (N2O)
N2O merupakan satu – satunya agen anestetik anorganik yang digunakan di klinik.
N2O memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah meledak, dan tidak mudah
terbakar. Tidak seperti agen anestetik yang poten, N2O berbentuk gas pada suhu ruangan
dan tekanan ambien. N2O memiliki berat molekul rendah, berpotensi rendah, dan kelarutan
di darah yang rendah, yang lebih sering digunakan bersama opioid atau anestetik inhalasi
untuk menghasilkan anestesi umum. Efek analgesik bersifat prominen, menimbulkan
relaksasi minimal dari otot skelet.
Efek terhadap Sistem Organ
1) Kardiovaskuler
N2O cenderung menstimulasi sistem saraf simpatis. N2O secara langsung
mendepresi kontraktilitas miokard, tetapi tekanan darah arterial, cardiac output, dan
denyut jantung tidak berubah atau meningkat sedikit akibat stimulasi katekolamin.
Penurunan tekanan darah arteri dapat menyebabkan iskemia miokard. Konstriksi otot
polos vaskuler pulmonal meningkatkan resistensi vaskuler pulmonal, yang
mengakibatkan peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kanan. N2O
meningkatkan kadar katekolamin endogen, yang dihubungkan dengan insiden tinggi
dari aritmia yang dipengaruhi epinefrin.
N2O tidak merubah atau sedikit meningkatkan tekanan darah sistemik. N2O
juga akan mendepresi sinus caroticus. N2O sedikit meningkatkan cardiac output,
disebabkan efek simpatomimetik ringan dari N2O. Efek depresan miokard langsung
diimbangi oleh efek simpatomimetik. N2O tidak mengubah resistensi vaskuler
sistemik. N2O menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah kutaneus.Efek
simpatomimetik lebih terlihat saat N2O diberikan bersama halotan. Efek
simpatomimetik menunjukkan adanya aktivasi dari nukleus otak yang meregulasi
pengeluaran β – adrenergik dari sistem saraf pusat. Stimulasi sistem saraf simpatis
juga terjadi karena N2O menghambat ambilan nor epinefrin oleh paru, sehingga
mengakibatkan lebih banyak neurotransmiter yang menempel pada reseptor. Opioid
menghambat efek simpatomimetik, sehingga menyembunyikan efek depresan
langsung pada miokard.
2) Respirasi
N2O meningkatkan frekuensi pernapasan dan menurunkan volume tidal akibat
stimulasi sistem saraf pusat dan aktivasi reseptor regangan paru (> 1 MAC). Efek
bersih yang dihasilkan adalah perubahan minimal pada ventilasi semenit (MV) dan
kadar CO2 arteri saat istirahat. Hypoxic drive, yang merupakan respon ventilasi
terhadap hipoksia arterial yang dimediasi oleh kemoreseptor perifer di sinus caroticus,
terdepresi oleh sejumlah kecil N2O. N2O akan mendepresi respon ventilasi terhadap
hipoksemia yang secara normal di mediasi oleh sinus caroticus. N2O tidak
meningkatkan PaCO2.
3) Serebral
Melalui peningkatan CBF dan volume darah serebral, N2O menghasilkan
elevasi ringan pada TIK. N2O tidak menimbulkan amnesia retrograd atau gangguan
fungsi intelektual. Meskipun jarang, aktivitas kejang tonik – klonik terjadi setelah
pemberian N2O pada anak sehat. N2O merupakan vasodilator serebral yang lebih
poten dibanding isofluran. N2O tidak meningkatkan produksi CSF.
4) Neuromuskuler
N2O tidak menyebabkan otot skelet relaksasi, dan dengan dosis > 1 MAC
(diberikan dalam ruang hiperbarik) akan menghasilkan rigiditas otot skelet. N2O tidak
memiliki efek penghambat neuromuskuler. N2O merupakan pencetus hipertermia
maligna yang lemah.
5) Hepar
Aliran darah hepar berkurang selama pemberian N2O, tetapi terkecil di antara
agen volatil.
6) Gastrointestinal
N2O merupakan penyebab mual dan muntah paska operasi akibat aktivasi dari
chemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di medulla.
- ISOFLURAN
Isofluran merupakan metil etil eter terhalogenasi yang pada suhu ruangan berbentuk
cairan bening, mudah menguap dan tidak mudah terbakar.Isofluran memiliki bau
menyengat.Derajat kelarutan dalam darah sedang, potensi tinggi, sehingga memiliki onset
dan pemulihan anestesi yang cepat.Isofluran tidak memerlukan tambahan pengawet
dikarenakan stabilitasnya.
Efek terhadap Sistem Organ
1) Kardiovaskuler
Depresi cardiac minimal terjadi pada pemberian isofluran. Cardiac output
dipelihara dengan peningkatan denyut jantung karena pemeliharaan baroreflek sinus
caroticus. Stimulasi ringan β – adrenergik meningkatkan aliran darah otot skelet,
menurunkan resistensi vaskuler sistemik, dan menurunkan tekanan darah arterial.
Isofluran mendilatasi arteri coronaria, tetapi tidak poten.Pada neonatus, pemberian
isofluran menyebabkan penurunan respon reflek sinus caroticus, yang terlihat dari
penurunan tekanan darah tanpa disertai peningkatan denyut jantung. Isofluran
meningkatkan tekanan atrial kanan dan aliran darah cutaneus. Isofluran merupakan
vasodilator koroner.
2) Respirasi
Depresi respirasi terjadi selama anestesi dengan isofluran. Penurunan pada
ventilasi semenit. Isofluran merupakan bronkhodilator yang baik tetapi tidak sebaik