ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK MINYAK AROMATIK MEREK FLOSH ( Studi Kasus Pada UKM Marun Aromaterapi ) Oleh KASMAN SYARIF H24087097 PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK MINYAK AROMATIK
MEREK FLOSH
( Studi Kasus Pada UKM Marun Aromaterapi )
Oleh
KASMAN SYARIF
H24087097
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
KASMAN SYARIF. H24087097. Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi), Bogor. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.
Kehadiran minyak angin generasi baru, minyak angin aromatherapy saat ini merubah pandangan tentang kegunaan dari produk minyak angin biasa menjadi barang yang terkesan lebih eklusif dan lebih modern dengan kemasan roll on. Hal ini melatar belakangi para pengusaha minyak angin aromatik untuk mendirikan usaha ini. Produk minyak angin aromatherapy generasi baru, memiliki bermacam varian aroma yang memanjakan penggunanya, sehingga produk baru ini laris dipasaran. Pendirian usaha minyak angin aromatik oleh pelaku usaha termasuk UKM Marun Aromaterapi merupakan sebuah solusi untuk memenuhi permintaan akan produk ini, maka diperlukan studi kelayakan untuk mengetahui kelayakan usaha yang dimaksud. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan); (2) Menganalis tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi apabila dilihat dari aspek keuangan ; (3) Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pada Marun Aromaterapi, apabila terjadi perubahan bahan baku, kombinasi kenaikan bahan baku dan penentuan harga jual ke konsumen,
Penelitian ini dilakukan di UKM Marun Aromaterapi yang terletak di Jl. Cimanggu Kecil No. CC 3 Komplek Puslitbangtri Bogor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP, R/C Ratio dan analisis sensitivitas.
Hasil analisis kelayakan, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut salah satunya ditunjukkan dengan analisis finansial yang menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar Rp. 659.100.845,-, nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga pinjaman (14 persen). Net B/C 2.50, BEP Rp. 133.149.038 dan PBP 1.25 tahun yang bearti usaha ini sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Hasil analisis sensitivitas dengan skenario peningkatan biaya variabel 10 persen menunjukkan usaha ini menjadi tidak layak. Berbeda dengan skenario penurunan volume penjualan 20 persen menunjukkan usaha ini masih layak untuk dijalankan.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK MINYAK AROMATIK
MEREK FLOSH
(Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
KASMAN SYARIF
H24087097
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPERTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul : Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)Nama : Kasman SyarifNIM : H24087097
(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc)NIP. 1961101231986011002
Tanggal Lulus :
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 04 Juni 1986 di Simpang, kp.padang Kec.
Bonjol Kab. Pasaman, Sumbar. Penulis adalah anak ke enam dari enam
bersaudara. Penulis lulus tahun 1999 dari SD Negeri 27 Simpang, Sumbar.
Melanjutkan ke MTsN 1 Bonjol, Sumbar. Selama sekolah di MTsN, penulis
pernah menjabat sebagai Ketua OSIS. Saat kenaikan kelas tiga penulis pindah
sekolah ke SLTP Negeri 11 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2002. Penulis lulus
dari SMU Negeri 2 Kota Bogor pada tahun 2005. Penulis juga tetap aktif di
organisasi Rohis SMUNDA Bogor. Melanjutkan kuliah di Institut Pertanian
Bogor (IPB), Program Diploma Perencanaan Pengendalian Produksi Manufaktur/
Jasa dan lulus pada tahun 2008.
Penulis tetap aktif selama kuliah di diploma di organisasi Rohis sebagai
Sekretaris dan juga aktif di organisasi BEM-J Diploma dan menjabat sebagai
Mahkamah Organisasi. Tahun 2008 penulis melanjutkan kuliah di Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saat kuliah hingga sekarang penulis
menyenangi wirausaha dan bercita-cita menjadi pengusaha muda sukses dunia
akhirat. Amiiiin.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.
Skripsi ini berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak
Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)”, Bogor.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
dorongan dari semua pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Farida Ratna Dewi,SE.MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis dengan penuh semangat
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Pegawai dan staf sekretariat Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang
selalu menjebatani setiap kegiatan perkuliahan dan masa bimbingan.
3. Segenap anggota keluarga Dr.Ir.H.Darwis SN dan Ibuku Rahmah Darwis yang
telah memberikan dukungan moral dan materil, semua kakak-kakakku yang
telah memberikan semangat.
4. Teman-teman dan sahabat dekat yang memberikan dukungan dan dorongan.
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 11.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 21.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 31.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 41.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5
2.1. Definisi Obat .................................................................................... 52.1.2 Bahan Baku Minyak Angin Aromatherapy........................... 52.2.2 Industri Minyak Angin ......................................................... 5
2.2. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis ..................................................... 62.3. Pengertian Produk.......................................................................... 62.4. Klasifikasi produk............................................................................ 72.5. Keputusan Merek ............................................................................. 72.6. Pengemasan dan Label .................................................................... 72.7. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ............................................. 8
2.1.7 Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................... 82.2.7 Aspek Teknik dan Teknologi ................................................ 92.3.7 Aspek Manajemen .................................................................. 92.4.7 Aspek Sumber Daya Manusia ................................................ 102.5.7 Aspek Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik................... 102.6.7 Aspek Finansial ...................................................................... 112.7.7 Analisis Kriteria Investasi ...................................................... 122.8.7 Analisis Sensitivitas................................................................ 122.9.7 Penelitian Terdahulu............................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 15
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 173.3. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 173.4. Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 173.5. Asumsi ............................................................................................ 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 21
4.1. Sejarah Pendirian Usaha Marun Aromaterapi (Flosh Minyak Angin Aromatherapy) ................................................................................. 214.2. Gambaran Umum Perusahaan.......................................................... 234.3. Analisis Kelayakan Usaha Marun Aromaterapi............................... 23
1. Net Present Value (NPV) ................................................... 36 2. Internal Rate of Return (IRR)............................................. 36
3. Net Benefit/Cost (Net B/C)................................................. 364. Breack Even Poin (BEP) .................................................... 375. Payback Period (PBP)........................................................ 37
4.3.8 Analisis Sensitivitas ................................................................. 37a. Kenaikan Harga Bahan Baku.............................................. 37
b. Penurunan Harga Jual Produk ............................................ 38c. Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Harga Jual Produk................................................................................. 39
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 40
1. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Minyak Angin Aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi................................................................ 262. Klasifikasi perhitungan bagi hasil dari keuntungan bersih penjualan produk. 323. Proyeksi Analisis Usaha Pembuatan Minyak Angin Marun..................... 334. Nilai R/C ratio, Break Even Poin (BEP), dan Payback Period ................ 345. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Marun Aromaterapi..................... 346. Nilai kriteria penilaian investasi Marun Aromaterapi............................... 377. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Sebesar 9 persen dan 10 persen................................................................. 388. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Penurunan Harga Jual Produk Sebesar 20 persen dan 21 persen............................................................... 399. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Dan penurunan Harga Jual Produk ........................................................... 39
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka operasional penelitian............................................................. 162. Alur proses produksi ............................................................................... 263. Struktur organisasi Flosh Marun Aromaterapi ....................................... 31
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuesioner penelitian ............................................................................. 422. Asumsi untuk analisis keuangan usaha marun aromaterapi ................... 453. Biaya investasi usaha marun................................................................... 464. Biaya variabel usaha marun aromaterapi ................................................ 485. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha marun aromaterapi ................ 486. Biaya tetap usaha marun aromaterapi ..................................................... 497. Proyeksi rugi laba usaha (Rp) pada usaha marun aromaterapi ............... 508. Proyeksi arus kas usaha marun aromaterapi ........................................... 519. Analisis sensitivitas................................................................................. 52
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan ekonomi dewasa ini, menyebabkan makin
meningkatnya kebutuhan manusia akan berbagai jenis barang dan jasa. Hal ini
karena kebutuhan dan selera konsumen yang berubah, teknologi baru, daur hidup
produk yang pendek dan persaingan yang semakin meningkat sehingga banyak
produsen yang bersaing dalam menciptakan produk baru untuk mengikuti selera
konsumen. (www.sipfarma.com 2010) Terdapat delapan macam produk minyak
angin aromatherapy merek X berbeda di pasaran. Produk minyak angin
aromatherapy merek X hanya memiliki satu aroma saja. Selain itu juga adanya
perubahan daya beli masyarakat yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Adanya pergeseran pola pikir masyarakat tentang produk minyak angin yang
dulunya hanya mementingkan khasiat sebagai obat masuk angin yang beraroma
bau, seperti cap kapak, telah bergeser kepada trend baru yang muncul, disaat
beredarnya produk generasi baru minyak angin aromatherapy dengan berbagai
pilihan aroma. Dengan adanya pilihan terhadap tipe aroma yang ditawarkan oleh
produsen, konsumen dapat memilih aroma sesuai selera dan kebutuhannya. Harga
perbotol minyak angin aromatherapy ini, yang harus dibayarkan oleh konsumen
cukup terjangkau, berkisar antara Rp.15.000,- hingga Rp.24.000,- untuk pasar
dalam negeri. Melihat keadaan seperti ini, maka industri seperti minyak angin di
Indonesia dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh
berubahnya pola pemakaian obat masuk angin ini yang tadinya hanya
mementingkan fungsinya saja bergeser kepada kemasan roll on dan beraroma
seperti minyak wangi.
Lahirnya merek Flosh minyak angin aromatherapy diluncurkan pada
pertengahan bulan April 2010, UKM Marun Aromaterapi selaku produsen baru,
yang bergerak dibidang produksi minyak angin aromatherapy melihat peluang
pasar produk sejenis yang ada dipasaran dengan merek dagang X. Menyadari
keadaan pasar tersebut, UKM Marun Aromaterapi membuat formula baru dengan
jenis aroma yang berbeda dari produk minyak angin aromatherapy yang beredar
2
di pasaran. Minyak angin aromatherapy generasi baru dengan aroma yang lebih
bervariasi dan harga yang bersaing diproduksi oleh UKM Marun Aromaterapi
untuk memenuhi selera konsumen terhadap varian baru minyak angin
aromatherapy yang sudah beredar terlebih dahulu dipasaran.
1.2. Rumusan Masalah
Usaha produksi minyak angin aromatherapy merek Flosh pada UKM Marun
Aromaterapi di Bogor mulai dirintis sejak pertengahan bulan April 2010, namun
awal produksi perbulannya belum stabil karena masih melihat peluang pasar dari
produk itu sendiri dengan kapasitas produksi saat itu dibawah 1000 botol/bulan
dan diperuntukan sebagian produk yang diproduksinya sebagai biaya promosi
karena produk ini dibagikan secara gratis kepada keluarga terdekat, teman kantor,
dan para distributor/agen maupun toko obat, produk ini bermerek dagang Flosh
dan menggunakan modal pribadi pemilik, dimana sejak saat itu hanya
memproduksi untuk memenuhi permintaan pasar sekitar Bogor. Seiring tingginya
minat pasar terhadap produk minyak angin aromatherapy generasi baru ini, maka
dengan berjalannya waktu hingga saat ini, permintaan minyak angin
aromatherapy merek Flosh semakin meningkat dari berbagai daerah yang tersebar
diseluruh wilayah Indonesia seperti daerah Aceh, Medan, Padang, Bukittinggi,
Riau, Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Malang, NTT, Samarinda, Sulawesi
dan Papua.
Melihat prospek pasar yang cukup bagus Marun Aromaterapi sebagai UKM
yang memproduksi minyak angin aromatherapy meluncurkan tiga aroma baru
yang berbeda dari produsen lainnya yang hanya memiliki satu aroma mind saja.
Dengan adanya aroma baru yang di tawarkan oleh Marun seperti aroma daun
yaitu aroma green tea, aroma lemon, aroma buah apple dan aroma bunga
lavender, telah dapat menjawab permintaan konsumen akan adanya variasi atau
pilihan aroma baru untuk menghindari kejenuhan terhadap aroma yang ada
sebelumnya. Sebelumnya UKM Marun Aromaterapi belum pernah melakukan
studi kelayakan pengembangan usaha, dimana UKM Marun Aromaterapi hanya
melihat dari segi pasar produk yang beredar dan data penjualan, atas dasar
tersebut dalam penelitian ini penulis akan melakukan analisa kelayakan
pengembangan usaha terhadap produk minyak angin aromatherapy yang
3
diproduksi oleh UKM Marun Aromaterapi. Karena dengan adanya studi
kelayakan usaha akan mengkaji semua aspek-aspek non keuangan, keuangan dan
analisisis sensitivitasnya. Dari latar belakang yang telah diutarakan maka
perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun
Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non
keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan) ?
2. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi
apabila dilihat dari aspek keuangan ?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas dalam persentase) pada Marun
Aromaterapi, terhadap kombinasi kenaikan bahan baku dan penentuan
harga jual ke konsumen, distributor, dan agen ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun
Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non
keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan).
2. Menganalis tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi
apabila dilihat dari aspek keuangan.
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pada Marun Aromaterapi,
apabila terjadi perubahan bahan baku, kombinasi kenaikan bahan baku dan
penentuan harga jual ke konsumen, distributor, dan agen.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan sebagai bahan masukan atau pertimbangan yang dapat
digunakan sebagai dasar membuat kebijaksanaan mengenai
pengembangan usaha selanjutnya.
2. Bagi pihak lain diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran dan
pengetahuan di bidang studi kelayakan usaha minyak angin aromatherapy.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, serta untuk menjaga
supaya tidak menyimpang dari segi tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka
4
dilakukan beberapa batasan. Adapun ruang lingkup penelitian ini berfokus pada
kegiatan usaha yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi. Selanjutnya pembahasan
mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek non keuangan (pasar, manajemen, keuangan,
teknikal, yuridis dan lingkungan), menggunakan metoda analisis usaha aspek
keuangan PI, NPV, IRR, BEP dan analisis kepekaan (sensitivitas).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Obat
Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71. “Obat ialah suatu bahan
atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan
diagnosis, mencegah, mengurangkan,menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau
hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan
manusia’.
2.1.2 Bahan Baku Minyak Angin Aromatherapy
Menurut Ketaren (1985), minyak Atsiri yang disebut juga minyak eteris,
minyak terbang atau essential oil dipergunakan bahan dalam industri misalnya
pada industri farfum, kosmetik, industri farmasi. Peranan minyak atsiri di
kehidupan manusia telah mulai sejak beberapa abad silam. Minyak yang terdapat
dalam alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral oil),
minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri
(essential oil). Minyak Atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan
kosmetik, farfum, antiseptic, obat-obatan, dalam bahan pangan atau minuman dan
sebagai pecampur rokok kretek.
2.2.2 Industri Minyak Angin
Menurut www.sipfarma 2010, produk minyak Angin Aromatherapy sudah
beredar sekitar 4 tahun yang lalu, namun masyarakat masih kurang mengenalnya,
hal ini di karenakan mungkin dari segi pemasaran yang belum efektif dari pihak
perusahaan, kemasannya yang berbeda dengan yang lain seperti minyak angin cap
kapak, ditambah lagi dengan aromanya. Sepertinya produk Minyak Angin
aromatherapy baru banyak beredar di daerah Jawa. Minyak Angin aromatherapy
adalah minyak angin aromatik yang dikemas dalam botol rool on 8 ml, dan unik.
Jadi produk ini memiliki dua keunikan, yaitu minyak angin dengan tambahan
aromatherapy dan kemasan rool on. Kandungan Minyak Angin Aromatherapy
adalah Menthol, Champhor dan Essential dengan kombinasi tertentu, yang
tentunya merupakan rahasia besar dari perusahaan.
6
2.2. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis
Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi
yang hendak dikerjakan. Tahapan-tahapan yang dikerjakan ini bersifat umum
seperti di bawah ini.
1. Penemuan Ide. Produk yang akan dibuat haruslah laku dijual dan
menguntungkan. Oleh karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan
jenis produk dari proyek harus dilakukan. Produk dibuat untuk memenuhi
kebutuhan pasar yang masih belum dipenuhi.
2. Tahapan Penelitian. Dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah
data berdasarkan teori yang relevan, menganalisis dan
menginterpresentasikan hasil pengolahan data dengan alat analisis yang
sesuai, menyimpulkan hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil
penelitian tersebut.
3. Tahap Evaluasi. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang didirikan;
kedua, mengevaluasi proyek yang sedang dibangun; dan ketiga
mengevaluasi bisnis yang telah dioperasionalkan secara rutin.
4. Tahap Pengurutan. Usulan yang Layak. Membuat prioritas dari sekian
banyak rencana bisnis.
5. Tahap Rencana Pelaksanaan. Menentukan jenis pekerjaan, waktu yang
dibutuhkan untuk jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga
pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen,
dan lain-lain.
6. Tahap Pelaksana. Setelah semua pekerjaan telah selesai disiapkan, tahap
berikutnya adalah merealisasikan pembangunan proyek tersebut.
2.3. Pengertian Produk
Pengertian produk menurut Kotler (2005) produk adalah apapun yang
dapat ditawarkan untuk pasar yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan
tertentu. Produk yang dipasarkan dapat berupa barang, jasa, pengalaman orang,
tempat, properti, organisasi, informasi dan ide.
7
2.4. Klasifikasi produk
Kotler (2005), menyatakan bahwa produk dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok berdasarkan daya tahan dan keterlihatannya :
1. Barang-barang cepat habis (nondurable goods) merupakan atau
barang terlihat yang biasanya dikonsumsi karena satu atau manfaat
lebih.
2. Barang-barang tahan lama (durable goods) adalah barang yang terlihat
memiliki banyak kegunaan contohnya lemari es.
3. Jasa (service) adalah produk yang tak terlihat, tak terpisahkan,
beragam dan cepat ditinggalkan.
2.5. Keputusan Merek
Kotler (2005), merek didefinisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol,
atau desain atau kombinasinya yang ditujukan agar dapat mengenali barang atau
jasa dari satu atau sekolompok penjual dan membedakannya dari produk dan jasa
para pesaing. Merek berbeda dengan asset lainya seperti hak paten atau hak cipta,
yang memiliki tanggal kadarluasa.
Merek merupakan simbol yang bias menyampaikan enam tingkat pesan, yaitu :
1. Sifat (Attribut), contoh menunjukkan mobil kelas mahal.
2. Manfaat (benefit), contoh tahan lama.
3. Nilai (values), keamanan dan pretise yang tinggi.
4. Budaya (culture).
5. Kepribadian (personalty).
6. Pengguna (user), merek juga juga bisa menggambarkan konsumen
seperti apa yang membeli produk tersebut.
2.6. Pengemasan Dan Pelabelan
Pengemasan (packaging) didefinisikan sebagai semua kegiatan merancang
dan memproduksi wadah untuk sebuah produk. Kemasan yang dirancang dengan
baik dapat menciptakan nilai tambah dan promosi. Pelabelan bisa jadi etiket
sederhana yang ditempel pada produk atau grafik yang secara cermat didesain
sebagai bagian dari kemasan. Label tersebut bisa hanya memuat nama merek atau
informasi yang banyak. Pengemasan dan pelabelan berguna untuk menunjukkan
8
ciri khas produk yang di pasarkan, konsumen akan lebih tertarik membeli produk
dengan kemasan dan pelabelan yang bagus, dibandingkan dengan produk tanpa
kemasan.
2.7. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
2.1.7 Aspek Pasar dan Pemasaran
Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada bisnis yang
berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa. Aspek pasar bertujuan antara
lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan
market-share dari produk bersangkutan. Bagaimana kondisi persaingan antar
produsen dan siklus hidup produk juga penting untuk dianalisis. Permintaan dapat
diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai
kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Penawaran diartikan
sebagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran :
1. Harga barang-barang lain. Pada permintaan barang, ada yang saling
bersaing (jika merupakan barang pengganti) dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Biaya faktor produksi.
3. Tujuan perusahaan. Jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan
keuntungan, dapat saja ia tidak berusaha menggunakan kapasitas
produksinya secara maksimal, tetapi pada tingkat kapasitas yang
memaksimumkan keuntungannya.
(Rangkuti,1997) Kemampuan analisis pemasaran sangat penting untuk
keberhasilan perusahaan. Jika suatu perusahaan dapat menjual lebih banyak
produk yang sama, dengan kualitas yang sama, dengan harga yang lebih mahal,
atau dapat mengembangkan produk baru yang lebih berhasil, perusahaan tersebut
relatif telah berhasil menggunakan kemampuan analisis pemasarannya.
Evaluasi parameter pemasaran meliputi :
1. Lingkungan pemasaran, seperti pasar, konsumen, kesan, pesaing,
kecenderungan ekonomi, iklim usaha, dan konsisi sosial serta perubahan.
2. Kegiatan pemasaran, seperti produk, harga, saluran distribusi, iklan, penjualan
tatap muka, publisitas dan promosi.
9
3. Manajemen pemasaran, seperti tujuan, organisasi, pengendalian, dan program.
Bauran pemasaran adalah empat komponen dalam pemasaran yang terdiri dari
4P yakni :
1. Product (produk) adalah barang atau jasa yang dapat diperjual belikan.
Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah
pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam
tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam
manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai
barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal atau hasil
pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.
2. Price (harga) adalah suatu nilai tukar yang bisa di samakan dengan uang
atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa
bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu.
3. Place (tempat, termasuk juga distribusi)
4. Promotion (promosi) adalah upaya untuk memberitahukan atau
menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon
konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya
promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka
penjualan.
2.2.7 Aspek Teknik dan Teknologi
(Umar,2009) Manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan
manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi,
pengarahan dan pengawasan terhadap operasi perusahaan. Ada tiga masalah
pokok yang dihadapi perusahaan yaitu masalah penentuan posisi perusahaan,
masalah desain dan masalah operasional.
Proses pemilihan teknologi untuk produksi, penentuan kapasitas produksi
yang optimal, letak pabrik dan layout-nya dan letak usaha. Rencana pengendalian
persedian bahan baku dan barang jadi. Pengawasan kualitas produk, baik dalam
bentuk barang ataupun jasa.
2.3.7 Aspek Manajemen
Tujuan aspek manjemen adalah untuk mengetahui apakah pembagunan
dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan,
10
sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Tiga bentuk
perencanaan :
a) Perencanaan Jangka Panjang. Perencanaan semacam ini menjangkau
waktu sekitar 20-30 tahun kedepan.
b) Perencanaan Jangka Menengah. Biasanya akan menjangkau waktu
sekitar 3-5 tahun. Perencanaan jangka panjang akan di pecah-pecah
menjadi beberapa kali pelaksanaan perencanaan jangka menengah.
c) Perencanaan Jangka Pendek. Perencanaan waktu ini akan menjangkau
watu paling lama satu tahun. Perencanaan ini lebih konkret dan rinci.
2.4.7 Aspek Sumber Daya Manusia
(Umar,2009) Studi aspek sumber daya manusia bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan
layak dari ketersediaan SDM. Analisis jumlah karyawan yang dibutuhkan,
penentuan deskripsi pekerjaan, produktivitas kerja, program pelatihan dan
pengembangan, penentuan prestasi kerja dan konpensasi, perencanaan karier,
keselamatan dan kesehatan kerja dan mekanisme PHK.
(Simamora,2004) Manajemen sumber daya manusia adalah
pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan
individu anggota organisasi atau kelompok karyawan. Ada empat hal penting
yang berkaitan dengan sumber daya manusia :
a) Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai
kebijakan.
b) Tanggung jawab pengelolaan tidak hanya terletak pada majaner khusus.
c) Perubahan fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen menjadi hubungan
manajemen karyawan.
d) Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif di mana manajer
berperan sebagai pengerak dan fasilitator.
2.5.7 Aspek Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Aspek ekonomi, cukup banyak data makroekonomi yang tersebar di
berbagai media yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dimafaatkan
perusahaan. Data makroekonomi tersebut banyak yang dapat dijadikan sebagi
indikator ekonomi yang dapat diolah menjadi informasi penting dalam rangka
11
studi kelayakan bisnis. Misalnya: PDB, investasi, inflasi, kurs valuta asing, kredit
perbankan, aggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan, perdagangan luar
negeri.
Aspek sosial, hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat sosial yang
hendaknya diterima oleh masyarakat seperti :
a) Membuka lapangan kerja baru
b) Meningkatkan mutu hidup
c) Melaksanakan alih teknologi (peningkatan skill pekerja)
d) Pengaruh positif, semakin baiknya lingkungan fisik seperti jalan, jembatan
dan lingkungan psikis mereka.
diciptakan pemerintah akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu
produk, baik itu produk barang atau jasa.
2.6.7 Aspek Finansial
Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal)
dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing
sumber dana yang dipakai dalam investasi. Aspek finansial merupakan suatu
gambaran yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankan
atau tidak dijalankan dengan melihat dari beberapa indikator yaitu keuntungan,
R/C Ratio, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP) yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari hasil penjualan produk setelah
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi produk tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya keuntungan dari usaha yang dilakukan dan semakin besar
keuntungan maka semakin bagus.
2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio), bertujuan untuk melihat
seberapa jauh biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yang dilakukan
dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.
3. Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan
aliran kas, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa lama modal yang telah
ditanamkan bias kembali dalam satuan waktu.
12
4. BEP (Break Event Point) analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai
batas mana usaha yang dilakukan bias memberikan keuntungan atau pada
tingkat tidak rugi dan tidak untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannya
antara pendapatan dan biaya.
2.7.7 Analisis Kriteria Investasi
Menurut Umar,(2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu
menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Beberapa kriteria
investasi yang digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu
usulan usaha sebagai berikut :
1. Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk
mendapatkan hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai
dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yag diperoleh selama umur
ekonomi proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika nilai B/C Rasio
yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan tidak
layak dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih kecildari satu.
2. Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present value dari net benefit
positif dengan present value dari net benefit negative. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan dengan
pengeluaran selama umur ekonomis proyek.
3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yag dapat
membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau
yang dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka
waktu tertentu.
2.8.7 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian
yang peka memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang
diharapkan akan lebih menguntungkan perekonomian. Membantu menemukan
variabel (unsur) input atau output yang sangat berpengaruh dalam proyek
sehingga dapat menentukan hasil usaha dan juga dapat membantu mengarahkan
perhatian orang pada unsur input atau output yang penting untuk memperbaiki
perkiraan dan meperkecil bidang ketidakpastian.
13
2.9.7 Penelitian Terdahulu
Yulianto (2009), melakukan penelitian Analisis Pengembangan Usaha dan
Kredit Usaha Pembuatan Sandal Wanita (Studi Kasus Pengrajin Sandal Wanita
Indra Jaya Ciomas Bogor). Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan
usaha dan pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha, analisis
kriteria investasi dan analisis sensitivitas. Dari hasil penelitiannya, penulis
mengungkapkan bahwa apabila ditinjau dari segi berbagai aspek kelayakan usaha
layak untuk dilaksanakan, Usaha Indera Jaya layak untuk diberikan kredit sebagai
modal usaha dari pihak perbankan, yang berdasarkan pada laporan keuangan
(laporan laba rugi dan neraca) pada tahun 2008 dan juga hasil perhitungan rasio
keuangan. Didapatkan nilai NPV 175.781.905,- . Nilai Net B/C sebesar 1,53 dan
IRR 32,97 persen pertahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha
ini layak untuk dilakukan.
Zakaria (2010), melakukan penelitian Studi Kelayakan Bisnis
Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss
Farfum Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan
pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha. Hasil dari analisis
kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi dan aspek
manajemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis aspek financial menunjukkan nilai NPV
positif (Rp. 57.494.38 5,-), nilai IRR 21 persen dimana nilai ini lebih besar dari
nilai suku bunga pinjaman yang diigunakan (13 %), Net B/C 1,24, BEP
Rp.391.161.287,- dan PBP 1,12 tahun yang bearti usaha ini sudah dapat menutupi
biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Semua perhitungan pada
analisis finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.
Muhamadjen (2008), menganalisis kelayakan Usaha Kapsul Ekstrak Di
Taman Sringanis Bogor (Kasus Untuk Esktrak Pegagan dan Sambiloto).
Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan pengembangan
usaha dengan menggunakan analisis usaha dan swiching value, usaha kapsul
ekstrak pegagan dan sambiloto ini di taman sringanis secara finansial layak
dilakukan. Hasil analisis kelayakan usaha tersebut menunjukkan nilai NPV
sebesar Rp. 319.479.932,09 artinya nilai ini lebih besar dari nol bearti usaha
14
kapsul ekstrak pegagan daan sambiloto di taman sringanis masih layak untuk
dilaksanakan. IRR sebesar 31.07 persen, dibandingkan dengan tingkat diskonto
berlaku saat ini 16 % maka dari tingkat pengembalian modal usaha rumah jamu
ini layak dilaksanakan. NCBR sebesar 1.97 artinya setiap pengeluaran biaya
sebesar Rp.1,00 akan memberikan keuntungan Rp. 1,97.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Marun Aromaterapi yang bergerak di bidang produksi minyak angin
Aromatherapy didirikan untuk mengambil peluang yang ada dan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen akan produk ini yang digunakan sebagai obat masuk angin
yang memberikan aroma yang segar bagi pemakainya. Dalam pendirian usaha
produksi minyak angin aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi ini belum
pernah dilakukan analisis terhadap kelayakan setiap aspek dalam usahanya. Studi
kelayakan bisnis membahas mengenai kelayakan dari berbagai segi aspek
kelayakan bisnis yaitu, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
operasional, aspek pasar dan pemasaran, serta aspek finansial atau keuangan.
Studi kelayakan bisnis dapat memberikan masukan mengenai target atau
pencapaian yang harus diwujudkan untuk mempertahankan kegiatan usaha yang
didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Saat ini usaha
minyak angin aromatherapy sudah mulai banyak bermunculan dengan berbagai
merek dagang baru yang terdapat diberbagai toko di pasaran. Hal ini
menyebabkan persaingan yang harus dihadapi oleh UKM Marun Aromaterapi
untuk bisa bertahan dan bersaing dalam menjalankan usahanya.
Hal tersebut disadari dengan keinginan dari UKM Marun Aromaterapi untuk
membuat atau melakukan sebuah studi kelayakan usaha pada produksi minyak
angin aromatherapy yang dijalankan. Adapun harapan yang diharapkan dari
dibuatnya sebuah analisis tentang kelayakan usaha pada pendirian produksi
minyak angin aromatherapy merek dagang Flosh adalah agar dapat menimbulkan
rasa optimis dan rencana pengembangan usahanya kedepan, strategi yang akan
dilakukan untuk memajukan usaha produksi minyak angin aromatherapy merek
Flosh ini dimasa yang akan mendatang dan bermanfaat sebagai pedoman bagi
UKM Marun Aromaterapi untuk memperbaiki usahanya ke depan, sehingga dapat
memberikan kontribusi positif terciptanya usaha minyak angin aromatherapy
merek Flosh dalam memenuhi permintaan produknya di pasaran. Kerangka
pemikiran dalam penelitia ini dapat dilihat pada Gambar 1.
16
Gambar 1. Kerangka operasional penelitian
Aspek Teknis dan Teknologi
1. Lokasi Perusahaan
2. Proses produksi
3. Pemilihan Teknologi
4. Kapasitas Produksi
Aspek Non Keuangan
Pengembangan Usaha
Evaluasi
Aspek Keuangan
Aspek pasar
1.Potensi
Pasar
2. Strategi
Pemasaran
Tidak LayakLayak
Marun Aromaterapi
KelayakanUsaha
Aspek Manajemen dan Hukum
(Yuridis)
1. SIUP
2. NPWP
3. LEGAL
Aspek Finansial
1. IRR, NPV,
2. BEP,PP,PI
3. Sensitivitas
Tidak Layak Layak
Evaluasi
17
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UKM Marun Aromaterapi Jln. Cimanggu Kecil
No. CC 3 Komplek Puslitbangtri Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini secara
sengaja, dengan pertimbangan bahwa Marun Aromaterapi yang merupakan
produsen minyak angin aromatik yang sangat memperhatikan kualitas produknya
sehingga dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Penelitian ini dilakukan mulai
bulan April-Mei 2011.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan seluruh data
yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yang
meliputi :
1.Wawancara :
Pihak-pihak yang diwawancarai terutama adalah manajemen bagian produksi,
keuangan, pemasaran serta pihak lain yang berhubungan langsung dengan UKM
ini, guna memperoleh data primer ini akan diambil bentuk wawancara tidak
terstruktur dengan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga memberikan
keleluasaan bagi responden untuk memberi pandangan secara bebas dan
memungkinkan peneliti untuk mengajukan perntanyaan secara mendalam.
2. Observasi
Melihat secara langsung obyek yang akan diteliti terutama terhadap praktek-
praktek yang dilakukan perusahaan.
3. Studi literatur dan kepustakaan
Bertujuan untuk dapat menganalisa secara teoritis terhadap masalah-masalah yang
berhubungan dengan penulisan dengan membaca skripsi, studi kepustakaan
dilakukan dengan membaca berbagai text book, jurnal jurnal pemasaran, artikel
artikel yang relevan, sumber-sumber lain guna memperoleh data sekunder.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Informasi dan data yang di dapatkan dari dilakukannya penelitian ini,
diolah dan dianalisis. Analisis diawali dengan mengidentifikasi apa saja yang
menjadi faktor internal dan eksternal dari lingkungan perusahaan pada Marun
18
Aromaterapi. Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP, R/C Ratio dan analisis
sensitivitas.
1. Break Even Point (BEP)
Penentuan titik impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan
pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba. Penentuan
titik impas dengan pendekatan grafis dilakukan dengan cara mencari titik
potong antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu
grafik yang disebut grafik impas. Penentuan titik impas dengan teknik
persamaan dapat dilakukan dengan dua cara yakni sebagai berikut:
a. Laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya atau
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
Y = cx – bx – a……………………………………………………………(1)
Keterangan :
Y : Laba
a : Biaya tetap
b : Biaya variabel per satuan
c : Harga jual per satuan
x : Jumlah produk yang dijual
b. Persamaan dinyatakan dalam bentuk laporan rugi laba dengan metode variabel
costing, persamaan tersebut berbentuk sebagai berikut:
Y = cx – bx – a…………………………………………………........….(2)
Keterangan :
Y : Laba bersih
a : Biaya tetap
bx : Biaya variabel
cx : Pendapatan penjualan
2. Payback Period (PP) : Nilai Investasi x 1 tahun …………………….…(3)
Kas Masuk Bersih
3. Net Present Value adalah perbedaan antara nilai sekarang dari benefit
(keuntungan) dengan nilai sekarang biaya, yang besarnya dapat dihitung
peralatan. Kegiatan produksi saat ini masih berada di Jln. Cimanggu Kecil
RT.01/11 Komp.Puslitbang Kav CC-3 Bogor, karena lokasi saat ini masih
menyatu dengan rumah tinggal, sehingga direncanakan pembuatan pabrik baru
yang khusus yang akan digunakan untuk proses produksi akan dipindahkan ke
lokasi baru yang mana bagunan pabrik baru ini, baru akan bisa digunakan dalam
jangka waktu 2-3 bulan kedepan. Pembuatan pabrik secara khusus juga menjadi
harapan Marun Aromaratepi untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM), karena diantara syarat untuk mendapatkan izin
BPOM sendiri harus memiliki tata letak peralatan mesin produksi, memiliki
kamar mandi karyawan pria dan wanita secara khusus. Penataan tata letak
peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi dikelompokkan berdasarkan
jenis pekerjaannya. Pengelompokkan peralatan dilakukan sesuai dengan alur
proses produksi minyak angin aromatik, sehingga akan mempermudah para
pekerja untuk mengambil bahan kerjaannya dan menyalurkannya setelah selesai
untuk tahap proses selanjutnya. Peralatan yang digunakan untuk produksi sudah
bagus, terlihat dengan adanya mesin pengaduk bahan baku utama, sedangkan
peralatan pengisian minyak angin kedalam botol masih sederhana karena belum
menggunakan mesin, tetapi masih menggunakan alat Gelas Ukur dan Suntikan
yang dibuat sedemikian rupa yang berfungsi untuk memasukan minyak angin ke
dalam botol yang memerlukan perlakuan khusus. Dalam pencatatan transaksi
untuk pembelian dan penjualan yang dilakukan di catat dalam buku berisi kolom
nama barang, jumlah, dan harga yang selanjutnya akan di input kedalam komputer
25
untuk pengolahan lebih lanjut seperti mengetahui jumlah pendapatan dan
pengeluaran, selain itu juga berfungsi sebagai data penyimpanan data (database)
bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Bahan baku (komposisi) yang digunakan untuk proses produksi minyak angin
aromatik adalah Menthol, Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils,
Fragrances, Carrier yang diperoleh dari pemasok tetap dan memiliki kualitas
yang telah terjamin. Pemilihan baku ini dilakukan langsung oleh pemilik usaha
Marun Aromaterapi berdasarkan kebutuhan akan mutu, aroma dan harga akan
bahan tersebut.
Botol yang digunakan sebagai kemasan merupakan salah satu produk impor
dari luar negeri dan salah satu produk penting yang harus dijaga ketersediaannya
serta harus terjaga akan kualitas botolnya. Marun Aromaterapi sengaja
mengimpor botol dari luar karena pengalaman sebelumnya menggunakan botol
buatan lokal yang tidak memuaskan sehingga banyak mendapatkan keluhan dari
konsumen akan kualitas botol yang bocor dan merembes. Cara yang ditempuh
oleh UKM Marun Aromaterapi dalam mendapatkan botol sesuai keinginan
dengan mencari di internet untuk penyedia botol unggulan. Pemesanan awal
sedikit, hanya dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut benar-
benar dapat dipercaya dengan jumlah pemesanan botol yang terbatas. Setelah
beberapa kali transaksi memalui internet dengan produsen pembuat botol, UKM
Marun Aromaterapi melakukan pemesanan botol dalam jumlah yang banyak
hingga sekali order untuk kebutuhan botol polos mencapai 30.000 botol/ order.
Berdasarkan kerjasama yang baik dengan pemasok botol, importir
bersedia membuat botol yang sudah disablon berdasarkan desain yang UKM
Marun berikan dan dikenakan penambahan biaya sablon untuk perordernya. Biaya
pembelian akan bisa ditekan jika jumlah pemesanan botol semakin banyak, maka
biaya perunit botolnya akan semakin murah. Alur proses produksi pembuatan
minyak angin aromatik dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
26
Gambar 2. Alur Proses Produksi
Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Minyak Angin Aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi.
No Keterangan Satuan Jumlah (unit)1 Botol kaca ukuran 5 liter unit 22 Botol kaca ukuran 2 liter unit 43 Timbangan digital unit 14 Gelas ukuran 10 ml unit 45 Gelas ukuran 50 ml unit 36 Gelas ukuran 100 ml unit 27 Gelas ukuran 250 ml unit 38 Timbangan biasa unit 19 Alat produksi lainnya unit 1
Sumber : Marun Aromaterapi, 2011
Fokus kegiatan operasional Marun Aromaterapi adalah penjualan minyak
angin aromatherapy, oleh karena itu, proses produksi hanya dilakukan bila
terdapat permintaan dari konsumen atau terjadi. Pemesanan botol kembali
dilakukan bila persediaan botol sudah hampir habis. Botol dikirim setelah
pembayaran dilakukan dan botol, baru diterima oleh UKM Marun Aromaterapi
dalam jangka waktu 2 bulan dari tanggal pesan. Tahapan dalam proses pemasukan
dan pencampuran bahan produksi di Marun Aromaterapi dalam pembuatan
minyak angin aromatik adalah :
Penimbangan(menggunakan alat timbang dan gelas ukur)
Penyimpanan
Pengemasan(packaging)
Feeling(menggunakan feeler manual)
Pencampuran/ Pengadukan(dilakukan di dalam drum, botol, alat pengaduk stirer)
27
1) Pemilihan aroma minyak angin
Pemilihan minyak angin berdasarkan aroma yang akan di klasifikasikan
berdasarkan aroma yang ada yang akan di masukan ke dalam botol yang
telah dilabel berdasarkan pembagian aroma seperti apple, lemon, green
tea, lavender.
2) Pengukuran dan Pencampuran Bahan minyak angin kedalam botol 8 ml
yang telah berlabel berdasarkan aroma.
3) Pengemasan Minyak Angin berdasarkan label aroma dan di paket dalam
plastik berisi satu lusin. Paket dapat berisi 4 aroma berdasarkan
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
34
Tabel 4. Nilai R/C ratio, Break Even Poin (BEP), dan Payback Period
Keterangan R/C ratio BEP (nilai) BEP
(produk)
Payback
Period
Nilai 247.577.163,- 113.149.038,- 6286 1.25 tahun
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
Analisis usaha merupakan suatu gambaran untuk menilai kelayakan suatu
usaha dengan melihat dari beberapa hal yaitu keuntungan, R/C Ratio, Break Event
Point (BEP) dan Payback Period (PP).
Tabel 5. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Marun Aromaterapi
Jenis Jumlah (Rp.)
A. Aktiva
Bangunan Pabrik dan Instalasi 210.000.000,-
Tanah 207.000.000,-
Etalase 5.000.000,-
Peralatan 7.015.000,-
Perlengkapan 8.9 00.000,-
Perizinan 1.000.000,-
Jumlah Aktiva (A) 438.915.000,-
B.Modal Kerja
Bahan Baku Produksi 32.000.000,-
Biaya kemasan 10.000.000,-
Biaya tenaga kerja 23.360.000,-
Biaya lain - lain 200.000,-
Jumlah Modal Kerja (B) 65.560.000,-
TOTAL BIAYA KERJA (A+B) 504.575.000,-
Sumber : Data primer Marun Aromaterapi, 2011
Kebutuhan investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal
periode usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung
berjalannya usaha tersebut dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga
secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis
sudah tidak dapat digunkan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau yang
disebut dengan reinvestasi. Total rencana kebutuhan modal pada periode pertama
35
usaha ini adalah Rp. 504.575.000,- terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol
Rp. 438.915.000,- dan perkiraan modal kerja Rp. 65.560.000,-.
Bahan baku produksi terdiri dari alkohol, bahan baku utama (Menthol,
Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils, Fragrances, Carrier ), dan botol.
Sedangkan kemasan yang digunakan adalah kemasan plastik berlogo agar dapat
digunakan sebagai salah satu sarana promosi. Biaya lain–lain terdiri dari biaya
tagihan listrik, air, telepon dan penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan dapat
dilihat dalam Lampiran 2. Sumber pendapatan untuk usaha produksi minyak
angin Marun Aromaterapi seluruhnya berasal dari modal sendiri. Bangunan rumah
merupakan tempat yang dimiliki keluarga pemilik yang sengaja dijadikan untuk
melakukan usaha ini. Pendapatan yang akan diterima dari hasil penjualan produk.
Pada tahun pertama Marun Aromaterapi ditargetkan mampu menjual 36.000 botol
minyak angin aromatherapy. Hal itu berarti dalam satu bulan Marun Aromaterapi
dapat menjual 3000 botol minyak angin. Seluruh penjualan tersebut diperkirakan
akan naik 9 persen pada tahun berikutnya. Dengan harga modal yang
diperkirakan naik 5 persen, maka dapat diproyeksikan penerimaan Marun
Aromaterapi selama 3 tahun analisis.
4.3.7 Analisis Kriteria Investasi
Kelayakan usaha Marun dapat dilihat dengan menggunakan lima penilaian
kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C, BEP dan PBP. Hasil perhitungan
kriteria investasi secara komprehensif dapat dilihat pada lampiran 2 dan 7. Nilai
dari kriteria penilaian investasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai kriteria penilaian investasi Marun Aromaterapi
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (NPV) Rp. 659,100,845-
Internal Rate of Return (IRR) 79,50%
Net Benefit/Cost (Net B/C) 2.50
Breack Even Poin (BEP) Rp. 113.149.038,-
Payback Period (PBP) 1.25 tahun
Sumber : Diolah dari data primer, 2010
36
1) NPV
Kriteria NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke
nilai sekarang. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV untuk
Marun Aromaterapi adalah Rp. 659.100.845-. Nilai tersebut merupakan
penerimaan kas bersih yang diterima usaha UKM minyak angin Marun
Aromaterapi selama lima tahun periode analisis. Dari data tersebut
didapatkan nilai positif yang menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk
lebih besar daripada nilai kas keluar, sehingga usaha produksi minyak
angin aromatherapy ini layak untuk dilanjutkan.
2) IRR
Menurut Rangkuti (1997), IRR adalah suatu metode untuk mengukur
tingkat investasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari
Marun Aromaterapi 79.50 persen, nilai ini lebih besar dari nilai suku
bunga pinjaman yang digunakan dalam perhitungan (14 persen). Hal ini
berarti, tingkat pengembalian yang hasilkan dari investasi pada
pengembangan usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat
pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank.
Dengan demikian, kriteria untuk usaha produksi minyak angin dapat
dinilai layak.
3) NET B/C
Net B/C atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan Profitability index
(PI) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba per satuan niali
investasi. Hasil perhitungan untuk Marun Aromaterapi menunjukkan nilai
2.50. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar
daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, atau
dengan kata lain usaha produksi minyak angin aromatherapy akan
mendapatkan tambahan penerimaan Rp 2.50 dari setiap pengeluaran Rp.
1,00 dan karena nilai Net B/C ini lebih besar dari 1 (PI > 1), maka usaha
Marun Aromatrapi ini layak untuk dilanjutkan.
4) BEP
BEP merupakan suatu keadaan dimana pendapatan usaha mencapai titik
impas, artinya tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.
37
Berdasarkan hasil perhitungan,usaha minyak angin Marun Aromaterapi
mencapai titik impas pada Rp. 113.149.038. Artinya pendapatan Marun
Aromaterapi harus melebihi nilai tersebut untuk mendapatkan margin atau
keuntungan.
5) PBP
Periode pengembalian (PBP) adalah jangka waktu yang diperluka
mengembalikan modal usaha investasi, yang dihitung dari arus kas bersih.
Dari hasil perhitungan inididapat nilai 1,25 tahun. Hal ini bearti usaha ini
sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha
berakhir, maka usaha
p��������������������������������������
��������������������������������������
��������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
38
������������������������������������������
������������������������������������������
���������������������������� investasi setelah
dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin
aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.
4.3.8 ��������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������ investasi setelah dilakukannya
analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin aromatherapy Marun
dapat dilihat pada Tabel 7.
���������������������������������������
������������������������������������������
39
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
����������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
��� investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi
minyak angin aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.
a) ����������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
���������������� investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas
pada usaha produksi minyak angin aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel
7.
40
����������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
������������������������������������������
�������������������������������� investasi setelah
dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin
aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Sebesar 9 persen dan 10 persen
No Kriteria
Investasi
Sebelum
Kenaikan
Setelah
Kenaikan (9%)
Setelah
Kenaikan (10%)
1 NPV 659.100.845 1.941.335 (1.212.221)
2 Net B/C 2.50 1.06 0.96
3 IRR 79.50 23.10 18.05
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
Kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi oleh Marun
Aromaterapi adalah sebesar 9 persen, dimana akan menghasilkan nilai NPV
sebesar 1.941.335, nilai Net B/C sebesar 1.06, dan nilai IRR sebesar 23.10.
Berdasarkan nilai NPV, Net B/C dan IRR tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa usaha pembuatan minyak angin aromatherapy Marun masih layak untuk
dijalankan. Usaha pembuatan minyak angin Marun akan menjadi tidak layak
untuk dijalankan apabila kenaikan harga bahan baku telah mencapai sebesar 10
persen. Nilai NPV yang didapatkan sebesar (1.212.221), nilai kriteria investasi
akibat perubahan harga bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 9.
b) Penurunan Harga Jual Produk
41
Penentuan harga jual produk sangat penting dilakukan demi kelangsungan
hidup perusahaan. Penurunan harga jual produk dapat terjadi karena pembeli
melakukan penawaran terhadap harga yang telah diajukan, oleh sebab itu pihak
penjual perlu mengetahui sampai sebatas mana harga jual yang ditetapkan akan
mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Nilai kriteria investasi
setelah dilakukan analisis sensitivitas pada usaha pembuatan minyak angin Marun
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Penurunan Harga Jual Produk Sebesar 20 persen dan 21 persen
No Kriteria
Investasi
Sebelum
Kenaikan
Setelah Penurunan
(20%)
Setelah
Penurunan (21%)
1 NPV 659.100.845 574,687 (912,746)
2 Net B/C 2.50 1.02 0.97
3 IRR 79.50 20.92 18.53
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
Berdasar perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual
sebesar 20 persen, usaha pembuatan minyak angin aromatherapy Marun masih
layak untuk dilakukan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar 574.687, nilai Net B/C
sebesar 1.02 dan nilai IRR sebesar 20.92. Apabila terjadi penurunan harga jual
produk sebesar 21 persen, maka perhitungan analisis sensitifitas akan
menghasilkan nilai NPV sebesar (912.746), nilai Net B/C sebesar 0.97 dan nilai
IRR sebesar 18.53. Hal tersebut akan menyebabkan usaha pembuatan minyak
angin aromatherapy pada UKM Marun menjadi tidak layak untuk dijalankan.
Perubahan nilai kelayakan investasi akibat penurunan harga jual tersebut dapat
dilihat pada Lampiran 9.
c) Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Harga Jual Produk
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, nilai kenaikan harga
bahan baku dan penurunan harga jual produk yang menyebabkan usaha Marun
Aromaterapi menjadi masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 6 persen dan 6
persen. Nilai NPV sebesar 2.477.408, nilai Net B/C sebesar 1.08, dan nilai IRR
sebesar 23.95. Usaha pembuatan minyak angin Marun akan menjadi tidak layak
apabila terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 7 persen dan penurunan harga
42
jual sebesar 7 persen, dimana menghasilakan nilai NPV sebesar (2,163,582) nilai
Net B/C sebesar 0.93, dan nilai IRR sebesar 16.52. Nilai kriteria investasi setelah
dilakukan analisis sensitivitas pada usaha pembuatan miinyak angin Marun dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku Dan penurunan Harga Jual Produk
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
Perubahan nilai kelayakan investasi akibat kenaikan harga bahan baku dan
penurunan harga jual tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Hasil analisis kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan
teknologi dan aspek manajemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha
minyak angin ini layak untuk dilaksanakan.
b. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial menunjukkan nilai NPV positif (Rp.
659.100.845,-), nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih besar dari nilai
suku bunga pinjaman yang digunkan (14 persen), Net B/C 2.50, BEP Rp.
113.149.038,-, dan PBP 1.25 tahun yang berarti usaha ini sudah dapat
menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Semua hasil
perhitungan pada analisis finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan.
c. Kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi oleh Marun
Aromaterapi adalah 9 persen, dimana akan menghasilkan nilai NPV sebesar
1.941.335, nilai Net B/C sebesar 1.06, dan nilai IRR sebesar 23.10. Penurunan
harga jual sebesar 20 persen, usaha pembuatan minyak angin aromatherapy
No Kriteria
Investasi
Sebelum
Kenaikan
Setelah
Naik/Turun
(6 % / 6%)
Setelah
Naik/Turun
(7%/7%)
1 NPV 659.100.845 2,477,408 (2,163,582)
2 Net B/C 2.50 1.08 0.93
3 IRR 79.50 23.95 16.52
43
Marun masih layak untuk dilakukan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar
574.687, nilai Net B/C sebesar 1.02 dan nilai IRR sebesar 20.92. Nilai
kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual produk usaha Marun
Aromaterapi masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 6 persen dan 6
persen. Nilai NPV sebesar 2.477.408, nilai Net B/C sebesar 1.08, dan nilai
IRR sebesar 23.95.
2. Saran
Sebaiknya UKM Marun ini mempromosikan produknya lebih intensif.
Dengan memaksimalkan penggunaan website produk, membuat iklan atau artikel
pada media cetak (koran, majalah bisnis), media elektronik radio, dan tv. Karena
hingga saat ini UKM Marun belum berpromosi melalui media cetak dan
elektronik, kecuali website.
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren. 1985. Mengkaji Manfaat Minyak Atsiri. Edisi pertama. Indeks Jakarta.
Kotler,P.2004. Manajemen Pemasaran (Sudut Pandang Asia). Edisi Ketiga. Indeks Jakarta.
Moore,C.2008. Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil). Salemba Empat. Jakarta.
Muhamadjen,E. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Kapsul Ekstrak Di Taman Sringganis Bogor. Skripsi pada Depertemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Insitut Pertanian Bogor, Bogor .
Porter,M.2009. Keunggulan Bersaing. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Rangkuti,F.1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi III. Yogyakarta.
Umar,H.2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yulianto, A. 2009. Analisis Pengembangan Usaha dan Kredit Usaha Pembuatan Sandal Wanita (Studi Kasus Pengrajin Sandal Wanita Indra Jaya Ciomas Bogor). Skripsi pada Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Zakaria,M. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Farfum, Bogor. Skripsi pada Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Insitut Pertanian Bogor, Bogor .