Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kasus Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya sangat tinggi, tidak hanya dinegara berkembang, tetapi terdapat di negara maju seperti Amerika, Kanada, dan di negara Eropa lainnya. Pneumonia bukan saja dikenal sebagai mordilitas yang tinggi dengan angka kejadian 4 juta kasus pertahun mengenai 12 orang dewasa per 1000 orang dewasa per tahun, dengan lebih dari 600 ribu penderita rawat inap pertahun (Susanto dkk, 2010). Angka kejadian pneumonia di Indonesia pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai 49,45 persen, tahun 2009 49,43 persen, dan tahun 2010 menurun 39,35 persen. Di provinsi Jawa prevalensi penderita pneumonia 2010 mencapai 26,76 persen, sedangkan dipuskesmas Mijen di WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 1
93

anatomi fisiologi

Feb 26, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: anatomi fisiologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia

karena angka kematiannya sangat tinggi, tidak hanya

dinegara berkembang, tetapi terdapat di negara maju

seperti Amerika, Kanada, dan di negara Eropa lainnya.

Pneumonia bukan saja dikenal sebagai mordilitas yang

tinggi dengan angka kejadian 4 juta kasus pertahun

mengenai 12 orang dewasa per 1000 orang dewasa per

tahun, dengan lebih dari 600 ribu penderita rawat inap

pertahun (Susanto dkk, 2010).

Angka kejadian pneumonia di Indonesia pada tahun 2008

meningkat hingga mencapai 49,45 persen, tahun 2009

49,43 persen, dan tahun 2010 menurun 39,35 persen. Di

provinsi Jawa prevalensi penderita pneumonia 2010

mencapai 26,76 persen, sedangkan dipuskesmas Mijen di

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 1

Page 2: anatomi fisiologi

kota Semarang, tahun 2011 kasus pneumonia pada balita

usia 12-48 bulan, prosentasenya 8,02 persen, dan pada

bulan januari sampai maret 2012 sebesar 0,02 persen

(Rachmawati, 2013).

Peneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Mycoplasama

Pneumoniae sebagai salah satu penyebab infeksi saluran

nafas akut (Helmi, 2005). Pneumonia adalah penyakit

peradangan perankim paru yang disebabkan oleh

mikroganisme bakteri, virus, jamur, parasit, namun

pneumonia juga disebabkan oleh bahan kimia atau paparan

fisik seperti suhu dan radiasi. Berdasarkan lokasi

anatominya, pneumonia dapat terbatas segmen, lobus,

atau menyebar (diffuse). Jika hanya melibatkan lobulus,

pneumonia sering mengenai bronkus dan bronkiolus

sehingga disebut broncopneumonia (Djojodibroto, 2012).

B. Metode Penyusunan dan Pengumpulan Data

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 2

Page 3: anatomi fisiologi

Dengan melaksanakan praktek ini memperoleh data-

data yang sangat berguna dalam penyusunan laporan ini,

data-data tersebut diperoleh dengan cara sebagai

berikut :

1. Interview ( wawancara )

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara bertatap muka

secara langsung dengan pasien dan keluarga yang ada

hubungannya dengan masalah kesehatan pasien.

2. Observasi - partisipatif( pengamatan )

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan

pemeriksaan fisik secara langsung dan melakukan

pengamatan kepada pasien yang sedang sakit. Dengan

maksud untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan

terperinci tentang penyakit pasien.

3. Study literatur

Sumber – sumber komunikasi suatu data, melihat data –

data yang datanya harus lengkap dan juga harus

dipercaya. Oleh sebab itu, para penulis hendaklah

berusaha memperoleh data – data yang sama dari beberapa

sumber.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 3

Page 4: anatomi fisiologi

C. Sistematika Penyusunan laporan kasus

BAB 1 PENDAHULUAN YANG TERDIRI DARI :

A.Latar Belakang Pemilihan kasus

B.Metode Penyusunan dan Pengumpulan Data

C.Sistematika Penyusunan laporan kasus.

BAB II TINJAUAN UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN :

A.Latar Belakang PKL

B.Pengertian PKL Dalam Pola PSG

C.Defisini Istilah

D.Maksud dan Tujuan PKL

E.Manfaat Prakerin

BAB III TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

A.Sejarah Singkat Rumah Sakit

B.Struktur Organisasi

C.Ruang Lingkup Rumah Sakit

BAB IV TINJAUAN TEORITIS

A.Definisi

B.Etiologi

C.Patofisiologi

D.Manifestasi klinisWAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 4

Page 5: anatomi fisiologi

E.Komplikasi

F.Pencegahan

G.Pemeriksaan penunjang

H.Penatalaksanaan medis

I.Asuhan keperawatan teoritis

1. Pengkajian umum

2. Diagnosa keperawatan

3. Intervensi/Rasional

BAB V TINJAUAN KASUS

A.Pengkajian

B.Data fokus

C.Analisa data

D.Diagnosa data

E.Rencana keperawatan

F.Tindakan keperawatan

G.Evaluasi

H.Resume

BAB VI PENUTUP

A.Kesimpulan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 5

Page 6: anatomi fisiologi

B.Saran – saran

C.Kesan – kesan

LAMPIRAN – LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Latar Belakang PKL

Pada dasarnya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) dalam

pola pendidikan sistem ganda (PSG) dimaksud untuk

menerapkan apa yang telah diajarkan dan

didapatkan di sekolah baik teori maupun praktek. Maka

sekarang ini pemerintah menggalakan masalah

keterampilan di bidang asisten perawat yang bisa

diandalkan. Kemudian dengan didirikannya SMK, maka kita

dapat mewujudkan generasi muda yang terampil.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 6

Page 7: anatomi fisiologi

Dengan diadakannya praktek kerja lapangan dapat

menambah ilmu pengetahuan bagi siswa, bagaimana dapat

menciptakan tenaga kerja yang bermutu, terampil,

disiplin, serbaguna dan dapat diandalkan bagi dunia

kesehatan. Dan diharapkan Rumah Sakit dapat bekerja

sama dalam mewujudkan Sumber Daya Manusia( SDM )yang

terlatih.

B. Pengertian PKL Dalam Pola PSG

Praktek kerja Lapangan yang disingkat dengan “PKL”

merupakan bagian dari program pembelajaran yang harus

dilaksanakan oleh setiap peserta didik di Dunia kerja,

sebagai wujud nyata dari pelaksanaan system pendidikan

di SMK yaitu Pendidikan System Ganda (PSG). Program PKL

disusun bersama diantara sekolah dan dunia kerja dalam

rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai

kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program

pendidikan SMK.

Dengan PKL peserta didik dapat menguasai

sepenuhnya aspek-aspek yang dituntut kurikulum, dan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 7

Page 8: anatomi fisiologi

disamping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang

menjadi dunianya kelak setelah menamatkan pendidikanya.

C. Defisini Istilah

Dalam menyusun Laporan ini kami menentukan istilah

kata dan kami berusaha untuk memberikan penjelasan

tentang istilah tersebut. Pelaksanaan Praktek Kerja

Lapangan ( PKL ), arti dari istilah itu sendiri adalah

pelaksanaan dari pada teori yang sudah dipelajari di

sekolah.

Istilah Pendidikan Sistem Ganda ( PSG ) yaitu

pendidikan yang dilakukan dua kali lipat atau ganda

yaitu di sekolah dan di dunia usaha/kerja.

D. MAKSUD DAN TUJUAN PKL

1. Pemenuhan kopetensi sesuai tuntutan kurikulum.

Penguasaan kopetensi dengan pembelajaran di sekolah

sangat ditentukan oleh fasilitas pembelajaran

kopetensi di luar sekolah (Dunia Kerja Mitra).

Keterlaksanaan pembelajaran kopetensi tersebut bukan

diserahkan sepenuhnya ke Dunia Kerja, tetapi sekolah

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 8

Page 9: anatomi fisiologi

perlu memberi arahan tentang apa yang seharusnya

dibelajarkan kepada peserta didik.

2. Implementasi kopetensi ke dalam dunia kerja.

Kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki peserta

didik, melalui latihan dan praktik di sekolah perlu

diimplementasikan secara nyata sehingga tumbuh

kesadaran bahwa apa yang sudah dimilikinya berguna

bagi dirinya dan orang lain. Dengan begitu peserta

didik akan lebih percaya diri karena orang lain

dapat memahami apa yang dipahaminya dan

pengetahuannya diterima oleh masyarakat.

3. Penumbuhan etos kerja/pengalaman kerja .

SMK sebagai lembaga pendidikan yang diharapkan dapat

mengantarkan tamatannya ke dunia kerja perlu

memperkenalkan lebih dini lingkungan sosial yang

berlaku d Dunia Kerja.Pengalaman berinteraksi dengan

lingkungan Dunia Kerja dan terlibat langsung

didalamnya, diharapkan dapat membangn sikap kerja

dan kepribadian yang utuh sebagai pekerja.

4. Desain program / Pelaksanaan PKL

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 9

Page 10: anatomi fisiologi

Perencanaan program PKL tidak terlepas dari

implementasi silabus ke dalam pembelajaran, yang

membutuhkan metode, strategi dan evaluasi

pelaksanaan yang seesuai.

Rancangan PKL sebagai bagian pembelajaran perlu

memperhatikan kearsipan Dunia Kerja mitra dalam

melaksanakan pembelajaran kopetensi tersebut. Hal

ini diperlukan agar dalam melaksanakannya, penepatan

peserta didik untuk PKL tepat sasaran sesuai dengan

kopetensi yang akan dipelajari.

E. MANFAAT PKL

Adapun beberapamanfaat diadakannya pendidikan system

ganda (PSG) adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

1.1. Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab dalam

melaksanakan tugas serta menambah pengalaman dan

wawasan tentang dunia usaha.

1.2. Dapat memperoleh suatu keterampilan dan

keahlian melalui

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 10

Page 11: anatomi fisiologi

Kegiatan bekerja langsung di dunia usaha.

1.3. Dapat mengetahui perkembangan Rumah sakit dan

Kesehatan.

2. Bagi Sekolah

2.1. Mampu menghasilkan kualitas siswa dan siswi

yang professional sesuai dengan yang

diharapkan.

2.2. Memberi kemungkinan siswa untuk mengembangkan

pengetahuan.

2.3. Meningkatkan kualitas kerja siswa yang baik

antara SMK KESEHATAN TRIPLE “J”

dengan lembaga kesehatan.

3. Bagi Rumah Sakit

3.1. Menghasilkan tenaga kerja yang bermutu dan

serbaguna sebagai pengetahuan yang luas

sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh

lapangan kerja.

3.2. Dapat membantu pekerjaan di Rumah Sakit.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 11

Page 12: anatomi fisiologi

BAB III

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Sejarah RSUD CIBINONG

Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan

kesehatan yang kompleks, padat pakar, dan padat moral.

Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit

yang menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan,

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 12

Page 13: anatomi fisiologi

dan penelitian, serta mencakup berbagai tingkatan

maupun jenis disiplin, sehingga rumah sakit mampu

melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

teknis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan

meningkatkan mutu rumah sakit harus mempunyai suatu

ukuran yang menjamin peningkatan mutu disemua tingkatan

(Ery Rustiyanto. 2009).

RSUD Cibinong berdiri pada tahun 1982 dengan luas tanah

41.974 m2 dan luas bangunan hanya 415 m2. Pelayanan yang

tersedia masih terbatas pada poliklinik umum. Demikian

pula tenaga medis dan paramedic yang bertugas masih

sangat sedikit.

Tahun 1985 mulai dibuka poliklinik Gigi dan poliklinik

spesialis Mata. Pelayanan persalinan dan perawatan

pasca persalinan oleh bidan juga mulai dilaksanakan.

Pada tahun 1986 dilakukan penyerahan RSUD Cibinong oleh

Kakandep Provinsi Jawa Barat kepada Bupati DT II

Kabupaten Bogor. Serah terima ini tertuang dalam Berita

Acara Serah Terima No. 95/Kanwil/TU/III/86.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 13

Page 14: anatomi fisiologi

Setahun setelah serah terima dilaksanakan, RSUD

Cibinong mulai memberikan pelayanan rawat inap untuk

perawatan umum. Kapasitas tempat tidur yang disediakan

sebanyak 10 tempat tidur.

Pada perkembangannya, RSUD Cibinong menambah jenis

pelayanan poliklinik spesialis dalam, poliklinik

spesialis anak, dan poliklinik spesialis kebidanan dan

kandungan pada tahun 1989. Pada tahun yang sama pula

RSUD dapat melayani pemeriksaan laboratorium sebagai

salah satu pemeriksaan penunjang.

Kemudian menyusul dibukanya beberapa poliklinik

spesialis baru untuk melengkapi pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat pada poliklinik spesialis

yang baru dibuka adalah poliklinik spesialis bedah pada

tahun 1993, poliklinik spesialis paru 1994, THT (1994),

Akupuntur (1996), Kulit-Kelamin (1997), Rehabilitasi

medik (1998), Syaraf (1999), Bedah Othopedi (2003),

Gizi klinik (2003), spesialis Gigi Orthodonti (2005),

Urologi ( juni 2008), Edukasi Diabetes (2008), dan

poliklinik DOTS (2009). Untuk pelayanan penunjang

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 14

Page 15: anatomi fisiologi

diagnostic juga disediakan pemerikasaan radiologi pada

awal tahun 1993.

Selain poliklinik spesialis, RSUD juga membuka

klinik gizi pada tahun 2003, klinik Edukasi Diabetes

(2008), serta menyelenggarakan senam bagi para

penderita diabetes sejak bulan april tahun 2009. Senam

dilaksanakan pada setiap hari sabtu pagi.

Pelayanan gawat darurat 24 jam mulai beroperasi sejak

tahu 1994. Sejalan dengan bertambah lengkapnya

pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit kepada

masyarakat, jumlah tempat tidur rawat inap juga

mengalami pertambahan yang signifikan. Tempat tidur

untuk pasien rawat inap bertambah hingga menjadi 101

pada tahun 2000, kemudian berkembang menjadi 116 tempat

tidur pada akhir tahun 2002. Pada pertengahan tahun

2003 menjadi 128 tempat tidur, dan awal tahun 2004

menjadi 179 tempat tidur. Pertambahan tempat tidur

sejalan dengan penambahan ruang rawat inap VIP dan

beroperasinya ruang ICU (Intensive Care Unit) pada

tahun 2004. Pada tahun 2005 RSUD menambah tempat tidur

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 15

Page 16: anatomi fisiologi

menjadi 200 tempat tidur, dan pada tahun 2008 menjadi

210 tempat tidur. Kemudian ruang rawat inap VIP

menambah 6 tempat tidur sehingga pada tahun 2009 total

kapasitas tempat tidur menjadi 216.

Pada akhir tahun 2012 RSUD Cibinong menambah total

kapasitas tempat tidur menjadi 203 tempat tidur rawat

inap. Hal ini dimungkinkan karena adanya penambahan

satu gedung perawatan baru. Keseluruhan 233 tempat

tidur tersebut diruang Melati/Anak 27 TT, ruang

Anggrek/Kebidanan 27 TT, ruang Flamboyan

26 TT, ruang Bougenvil/Bedah 29 TT, ruang Wijaya Kusuma

10 TT, ruang

Raflesia/VIP 15 TT, ruang Seruni 40 TT, ruang Teratai

17 TT, ruang

Dahlia/Perinatologi 30 TT, ruang ICU 4 TT, di ruang

Transit 8 TT.

Sejak bulan Oktober 2006 lahan rumah sakit bertambah

seluas 9.815 m2.

Sehingga luas lahan rumah sakit keseluruhan menjadi 51.

789 m2. Dengan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 16

Page 17: anatomi fisiologi

bertambah luasnya lahan, sejak tahun 2009 mulai

dilaksanakan pembangunan gedung kantor dan satu gedung

Rawat Inap dengan dua lantai. Pada tahun 2010

dilaksanakan pula pembangunan poliklinik Rawat Jalan.

Tahun 2002 RSUD Cibinong lulus akreditasi dengan status

Akreditasi penuh Tingkat Dasar melalui keputusan

Menteri Kesehatan RI No. YM.00.03.2.2.69. Akreditasi

mencakup lima jenis pelayanan yang terdiri dari

Manajemen Administrasi RS, Pelayanan Medik, Pelayanan

Keperawatan, Rekam Medis, dan IGD.

Peningkatan kelas RSUD Cibinong dari tipe C menjadi

tipe B Non Pendidikan terjadi pada tahun 2003 dan

dikukuhkan dengan Kepmenkes RI Nomor

1046/Menkes/SK/II/03 dan SK Bupati Bogor Nomor

445/Kpts/Huk/2004. Pada tahun yang sama RSUD Cibinong

berubah menjadi Badan Rumah Sakit Daerah melalui

Peraturan Daerah Nomor 34 tahun 2002. Akhirnya, pada

tahun 2009 sesuai dengan SK Bupati No

445/338/Kpts/Huk/2009, RSUD Cibinong ditetapkan sebagai

satuan kerja perangkat daerah yang menerapkan Pola

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 17

Page 18: anatomi fisiologi

Pengelolaan Keuangan Layanan Umum Daerah ( PPK-BLUD ),

diharapkan dengan menjadi BLUD, RSUD Cibinong dapat

meningkatkan kinerjanya dalam melayani masyarakat.

Menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008,

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan

dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien. Data pelayanan kesehatan yang

tertera dalam dokumen rekam medis, baik data sosial

pasien dan data medis dapat menghasilkan informasi yang

sangat penting bagi pengembangan rumah sakit dan bagi

pasien sendiri.

Tata kerja rekam medis di rumah sakit bertujuan untuk

terlaksananya peraturan kegiatan rekam medis dengan

tepat, cepat dan benar. Proses kegiatan penyelenggaraan

rekam medis dimulai pada saat diterimanya pasien di

rumah sakit, dilanjutkan dengan kegiatan pencatatan

data medis pasien oleh dokter dan dokter gigi atau

tenaga kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan

kesehatan langsung pada pasien. Selama pasien itu

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 18

Page 19: anatomi fisiologi

mendapat pelayanan medis di rumah sakit, dan

dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang

meliputi penyelenggaraan penyimpanan (filling) dan

pengambilan kembali (retrieval) berkas penyimpanan rekam

medis dari rak penyimpanan berkas rekam medis yang

diperlukan untuk melayani permintaan/peminjaman karena

pasien datang berobat, dirawat, atau untuk keperluan

lainnya, serta dilakukannya evaluasi dan pelaporan.

Semua kegiatan harus berkesinambungan jika tidak

kegiatan rekam medis suatu rumah sakit tidak akan

mencapai suatu tujuan.

Salah satu kegiatan dalam rekam medis yaitu

penyimpanan, sistem penyimpanan itu sendiri adalah

sistem yang digunakan pada penyimpanan berkas rekam

medis agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan

dan penemuan dengan cepat bila dibutuhkan ( Indah

Kristin. 2011. ).

Penyimpanan berkas rekam medis yang telah

tersistematis, menjadikan rekam medis tersebut mudah

dan cepat diolah, dalam pengolahan data rekam medis

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 19

Page 20: anatomi fisiologi

menjadikan informasi dalam bentuk laporan-laporan

berupa statistik perkembangan pelayanan kesehatan

maupun statistik penyakit, namun apabila data/berkas

rekam medis tidak disimpan dengan baik dan benar maka

akan menyulitkan petugas rekam medis dalam pengambilan

kembali (retrieval) saat melayani permintaan peminjaman

berkas rekam medis dan akan menurunkan pelayanan

kesehatan di rumah sakit tersebut dalam segi pelayanan

non medis.

B. Visi dan Misi RSUD Cibinong

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 20

Page 21: anatomi fisiologi

1. Visi Rumah Sakit

RSUD Cibinong diandalkan dan dipercaya di Jawa

Barat

2. Misi Rumah Sakit

2.1. Meningktakan performa Rumah Sakit

2.2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

2.3. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit

3. Moto Rumah Sakit

“Kesembuhan Anda Kebahagiaan Kami”.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 21

Page 22: anatomi fisiologi

C. Struktur Organisasi

1. Struktur Organisasi RSUD CIBINONG

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 22

WADIRPELAYANAN

WADIRADMINISTRASI

KELOMPOKJABATAN

FUNGSIONA

BAGIANKEUANGAN

BAGIANTATA USAHA

SUB. BAGIANANGGARAN

SUB. BAGIANPEMBENDAHARAAN

SUB. BAGIANVERIFIKASIDAN LAPORAN

SUB. BAGIAN UMUM

SUB. BAGIAN KEPEGAWAIAN

SUB. BAGIAN REKAM MEDIK INSTALAS

BIDANGMEDIK

BIDANG PERAWATAN

SEKSIPELAYANANMEDIK DANPENGEMBANGAN MEDIK

SEKSI PENUNJANG MEDIK

SEKSIASUHAN

DAN MUTUKEPERAWA

TAN

SEKSIPENUNJAN

GKEPERAWA

TAN

Page 23: anatomi fisiologi

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 23

Kepala

Keperawatan

Kasie.

Perawatan

I (SDM )

Kasie.

Perawatan

II (Askep)

Kasie.

Perawatan

III

Ka. Instalasi R.

Jalan

Pengawas KontrolKa. Instalasi

R. Inap

Ka. Ru. BougenvilKa. Ru. AnggrekKa. Ru. Flamboy Ka. Ru. SeruniKa. Ru. RaflesiaKa. Ru. Wijaya K.Ka. Ru. Teratai

Ka. Ru. Dahlia

Ka. Apotik

Ka. Kmr. Operasi

Ka. Radiolog i

Ka. Poli. Gigi

Ka. Ru. ICU

Ka. Laboratorium

Ka. Pol. 24 jam

Ka. Fisiotherapy

Petugas pelaksana

Perawat pelaksana

petugas pelaksana

Perawat pelaksana

Petugas pelaksana

Perawat pelaksana

Petugas pelaksana

Perawat pelaksana

Perawat pelaksana

Perawat pelaksana

Perawat pelaksanaPerawat pelaksanaPerawat pelaksanaPerawat pelaksanaPerawat pelaksanaPerawat pelaksana

TENAGA NON PROFESI TENAGA NON PROFESI

Page 24: anatomi fisiologi

D. Ruang Lingkup Kegiatan RSUD.Cibinong

Gedung Perawatan Anak, Gedung Perawatan Penyakit

Dalam, Gedung Perawatan Bedah, dan Gedung

Kebidanan.

1. Fasilitas Pelayanan Dokter

Spesialis Anak, Spesialis Bedah, Spesialis

Kebidanan dan Kandungan, Spesialis Penyakit

Dalam, Spesialis Paru, Spesialis Mata, Spesialis

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 24

Page 25: anatomi fisiologi

THT, Spesialis Saraf, Spesialis Kulit dan Kelamin,

Spesialis Rehab Medik Gigi, Spesialis Bedah

Orthopedi, Spesialis Patologi Klinik, Spesialis

Urotologi, Spesialis Radiologi, Anaesthesi serta

Orthodensia.

2. Fasilitas Peralatan Kesehatan Canggih

2.1. USG 3 Dimensi, EEG 3 Chanel, Traedmill,

Endoscopy, Dentral Unit, Elektrocutter

2.2. Pelayanan OK tersedia Ventilator dan

Anaesthesi Unit

2.3. Pelayanan bayi atau NICU tersedia Vantilator

Bayi>200 Gram berat badan

2.4. Infant warmer dan incubator baby (servo

sustem)

2.5. Rontgen 500 mA

2.6. Laboratorium dan dan operasionalisasi:

Radiologi, CT Scan dan Blood Gas Analizer

2.7. Hermodialosa

2.8. Revitalisasi Gedung IGD Ponek RSUD Cibinong

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 25

Page 26: anatomi fisiologi

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 26

Page 27: anatomi fisiologi

BAB IV

TINJAUAN TEORITIS

Asuhan Keperawatan Pneumonia Di ruang

Flamboyan

A. Definisi

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya

berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan.

Penyebabnya karena agen infeksi, irirtan kimia dan

terapi radiasi. bakterinya bernama pneumococcal

pneumonia.( Doenges, Marilynn E., 1999)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim

paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup

bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan

pertukaran gas setempat. (zul, 2001)

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 27

Page 28: anatomi fisiologi

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur

dan benda asing (fkui).

B. Etiologi dan Faktor Resiko

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri,

yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi

virus. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah

bakteri positif-gram, Streptococus pneumoniae yang

menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri

Staphylococcus aureus dan streptokokus beta-hemolitikus

grup A juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga

Pseudomonas aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan

oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma,

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 28

Page 29: anatomi fisiologi

suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai,

disebabkan oleh suatu mikroorganisme yang berdasarkan

beberapoa aspeknya, berada di antara bakteri dan virus.

Individu yang mengidap acquired immunodeficiency

syndrome, (AIDS) sering mengalami pneumonia yang pada

orang normal sangat jarang terjadi yaitu pneumocystis

carinii. Individu yang terpajan ke aerosol dari air

yang lama tergenang, misalnya dari unit pendingin

ruangan (AC) atau alat pelembab yang kotor, dapat

mengidap pneumonia Legionella. Individu yang mengalami

aspirasi isi lambung karena muntah atau air akibat

tenggelam dapat mengidap pneumonia asporasi. Bagi

individu tersebut, bahan yang teraspirasi itu sendiri

yang biasanya menyebabkan pneumonia, bukan mikro-

organisme, denmgan mencetuskan suatu reaksi peradangan.

Etiologi:

1) Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus

aureus

2) Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 29

Page 30: anatomi fisiologi

3) Jamur : Candidiasis, histoplasmosis,

aspergifosis, coccidioido mycosis,

cryptococosis, pneumocytis carini

4) Aspirasi : Makanan, cairan, lambung

5) Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan

gas

Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:

1) Virus sinsisial pernafasan

2) Hantavirus

3) Virus influenza

4) Virus parainfluenza

5) Adenovirus

6) Rhinovirus

7) Virus herpes simpleks

8) Sitomegalovirus.

9) Virus Influensa

10) Virus Synsitical respiratorik

11) Adenovirus

12) Rubeola

13) Varisella

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 30

Page 31: anatomi fisiologi

14) Micoplasma (pada anak yang relatif besar)

15) Pneumococcus

16) Streptococcus

17) Staphilococcus

Faktor-faktor risiko terkena pneumonia, antara lain

Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia lanjut,

alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2

bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat

badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI memadai, Polusi

udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak

memadai.

Patofisiologi

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit

penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terhisap

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 31

Page 32: anatomi fisiologi

masuk ke paru-paru, penyebaran bisa juga melalui darah

dari luka di tempat lain misalnya di kulit, jika

melalui pernapasan/saluran pernapasan, agen (bibit

penyakit) yang masuk akan dilawani oleh berbagai sistem

pertahanan tubuh manusia. Misalnya dengan batuk-batuk

atau pertahanan oleh sel-sel pada lapisan lendir

tenggorok, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia)

untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar,

tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran

penyebab tersebut (keperawatan medikal bedah Barbara C.

Long).

Pneumonia bakteri menyerang baik ventilasi maupun

difusi, serta reaksi inflamasi yang dilakukan oleh

pneumotoraks terjadi pada alveoli dan menghasilkan

eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen

serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan

neutrofil juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi

ruang yang cukup karena sekresi, edema mukosa dan

bronkospasme, menyebabkan oklusi parsialbronki atau

alveoli yang mengakibatkan penurunan tahanan oksigen

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 32

Page 33: anatomi fisiologi

alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat

melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke

sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada

pokoknya, darah terpiraudari sisi kanan ke sisi

jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak

teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia

arterial.

Sindrom pneumonia atipikal, pneumonia yang berkaitan

dengan mikoplasma, fungus, klamidia demam dan penyakit

legionnaires; pneumocyistcarnill, dan virus termasuk ke

dalam sindrom pneumonia atipikal.

Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal

primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme

yang kecil di kelilingi oleh membran berlapis tiga

tanpa dinding sel, organisme ini tumbuh pada media

kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia

mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang

sudah kesat dan dewasa muda.

Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet

pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak individu ke

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 33

Page 34: anatomi fisiologi

individu, pasien dapat diperiksa terhadap antibodi

mikoplasma.

Inflamasiinfiltrat lebih kepada interstisial ketimbang

alveolar, pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran

pernapasan, termasuk bronkiolus, secara umum, pneumonia

ini mempunyai ciri bronkopneumonia, sakit telinga dan

meningitis bulous merupakan hal yang umum terjadi.

Pneumonia atipikal dapat menimbulkan masalah yang sama

baik dalam ventilasi maupun difusi seperti yang

diuraikan dalam pneumonia bakterial (Dasar-Dasar Ilmu

Penyakit Paru, 2006).

C. Manisfestasi Klinis

Pneumonia bacterial (pneumokokus) secara khas

diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul

dengan cepat (39,5o-40,5o) (101oF-105oF). dan nyeri dada

yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas

dan batuk. Pasien sangat sakit dengan takipnea sangat

jelas (25-45x/menit) disertai pernapasan mendengkur,

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 34

Page 35: anatomi fisiologi

pernapasan cuping hidung dan penurunan otot-otot

aksesori pernapasan.

Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya

tergantung pada organisme penyebab. Banyak pasien

mengalami infeksi saluran pernapasan atas (kongesti

nasal, sakit tenggorok) dan awitan gejala pneumonia

bertahap.

Gejala yang menonjol adalah sakit kepala, demam tinggi

rendah, nyeri pleuritis, miamia, ruam dan faringitis,

setelah beberapa hari, sputum mukola atau mukopurulen

dikeluarkan. Nadi cepat dan bersambungan (bounding)

nadi biasanya meningkat sekitar 10 kali/menit untuk

setiap kenaikan satu derajat celcius.

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului

infeksi saluran pernapasan. Saluran napas atau akut

selama beberapa hari selain didapatkan menggigil, suhu

tubuh meningkat dapat mencapai 40oC, sesaknafas, nyeri

dada dan batuk dengan dahakkental terkadang dapat

berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 35

Page 36: anatomi fisiologi

ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu

makandan sakit kepala.

Tanda dan gejala berupa :

1. Batuk non produktif.

2.    Ingus (nasal discharge)

3. Suara napas lemah

4. Retraksiintercosta

5. Penggunaan otot bantu napas

6. Demam

7. Ronchii

8. Cyanosis

9. Thorak photo menunjukkan infiltrasimelebar

10. Batuk

11. Sakit kepala

12.   Kekakuan dan nyeri otot

13. Sesak nafas

14. Menggigil

15. Berkeringat

16.   Lelah

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 36

Page 37: anatomi fisiologi

D. Komplikasi

1. Efusi pleura

2. Hipoksemia

3. Pneumonia kronik

4. Bronkaltasis

5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak

sempurna/bagian paru-paru yang diserang

tidak mengandung udara dan kolaps).

6. Komplikasi sistemik (meningitis).

E. Pencegahan

Seringlah mencuci tangan, terutama setelah

menggunakan toilet, mengganti popok, menyiapkan atau

makan makanan, atau membuang lendir dan kotoran dari

hidung.

* Jangan merokok.

* Dapatkan vaksinasi untuk pneumonia dan flu.

* Anak-anak juga harus mendapatkan vaksin Hib.

* Pada beberapa anak yang berusia kurang dari 24 bulan,

obat palivizumab dapat diresepkan untuk membantu

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 37

Page 38: anatomi fisiologi

mencegah pneumonia sebagai komplikasi dari masalah

pernapasan lainnya.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah menunjukkan leokasistosis dan

predominanPMH atau dapat ditemukan leukoponia yang

menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia

ringan/sedang.

2. Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi

:

2.1. Bercak konsolidasi merata pada bronco

pneumonia.

2.2. Gambaran bronco pneumonia difusi atau

infiltrate, interstisialis pada

pneumonia statipilokok.

2.3. Bercak konsolidasi satulobus pada pneumonia

lobaris. 

2.4. Pemeriksaan cairan pleura.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 38

Page 39: anatomi fisiologi

2.5. Pemeriksaan mikrobiologik, specimen usap

tenggorok, sekresinasofaring balasan

bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea.

G. Penatalaksanaan Medis

Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan

sudut 45°. Kematian sering kali berhubungan dengan

hipotensi, hipoksia, aritmia kordis, dan penekanan

susunan saraf pusat, maka penting untuk dilakukan

pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam-basa

dengan baik, pemberian O2 di alveoli-arteri, dan

mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2 sebaiknya dalam

konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk

mempertahankan PO2 arteri sekitar 60-70 mmHg dan juga

penting mengawasi pemeriksaan analisa gas darah.

Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan

hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan volume cairan

tubuh secara umum. Bronkodilator seperti Aminofilin

dapat diberikan untuk memperbaiki drainase sekret dan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 39

Page 40: anatomi fisiologi

distribusi ventilasi. Kadang-kadang mungkin timbul

dilatasi lambung mendadak, terutama jika pneumonia

mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan hipotensi.

Jika hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia arteri

dengan cara memperbaiki volume intravaskular dan

melakukan dekompresi lambung. Kalau hipotensi tidak

dapat diatasi, dapat dipasang kateter Swan-Ganz dan

infus Dopamin (2-5µg/kg/menit). Bila perlu dapat

diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri pleura.

Pemberian antibiotik terpilih seperti Penisilin

diberikan secara intramuskular 2 x 600.000 unit sehari.

Penisilin diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu

sampai klien tidak mengalami sesak napas lagi selama

tiga hari dan tidak ada komplikasi lain. Klien dengan

abses paru dan empiema memerlukan antibiotik yang lama.

Untuk klien yang alergi terdapat Penisilin dapat

diberikan Eritromisin. Tetrasiklin jarang digunakan

untuk pneumonia karena banyak resisten.

Pemberian sefalosporin harus hati-hati untuk klien yang

alergi terhadap Penisilin karena dapat menyebabkan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 40

Page 41: anatomi fisiologi

reaksi hipersensitif silang terutama dari tipe

anafilaksis. Dalam 12-36 jam, setelah pemberian

penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan

menurun serta nyeri pleura menghilang. Pada ±20% klien,

demam berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat

dikonsumsi (Arif Muttaqin, 2008: 105)

H. Penatalaksanaan Keperawatan

Pengkajian Lengkap

1. Identitas Klien

Biodata meliputi dari nama, umur, suku bangsa, status

perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.

2. Biodata Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengeluh dengan keluhan demam

beserta batuk dan flu, sakit kepala, klien tanpak

gelisah, sesaknafas dan nyeri dada, tidak nafsu

makan.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 41

Page 42: anatomi fisiologi

b. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit

yang sama dan sebelumnya juga pernah dirawat.

c. Riwayat Kesehatan

Apakah ada anggota keluarga lainnya menderita

penyakit yang sama ataupun mempunyai penyakit

keturunan/penyakit menular lainnya.

1)Aktivitas/istirahat

Gejala:Kelemahan,kelelahan,insomnia.

Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap

aktivitas.

2)Sirkulasi

Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.

Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau

pucat.

3)Integritasego

Gejala:Banyaknya stresor, masalah finansial.

4)Makanan/cairan

Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,

riwayat diabetes melitus.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 42

Page 43: anatomi fisiologi

Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi

usus, kulit kering dengan turgor buruk,

penampilan kakeksia (malnutrisi).

5)Neurosensori

Gejala: Sakit kepala daerah frontal

(influenza).

Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).

6)Nyeri/keamanan

Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik),

meningkat oleh batuk; nyeri dada

substernal(influenza),mialgia,artralgia.

Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien

umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk

membatasi gerakan).

7)Pernapasan

Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM,

merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif,

pernapasaan dangkal, penggunaan otot

aksesoris, pelebaran nasal.

Tanda:

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 43

Page 44: anatomi fisiologi

Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen,

perkusi: pekak di atas area yang

konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal

bertahap meningkat dengan konsolidasi,

gesekan friksi pleural, bunyi napas: menurun

atau tak ada di atas area yang terlibat, atau

napas bronkial, warna: pucat atau sianosis

bibir/kuku.

8)Keamanan

Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis:

SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi,

institusionalisasi,

ketidakmampuan umum, demam (mis: 38,5-39,6C).

Tanda: Berkeringat, menggigil berulang,

gemetar, kemerahan

mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.

Penyuluhan/pembelajaran

Gejala:Riwayat mengalami pembedahan;

penggunaan alcohol kronis.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 44

Page 45: anatomi fisiologi

Pertimbangan :DRG menunjukkan rerata lama

dirawat 6,8hari.

Rencana pemulangan : Bantuan dengan perawatan

diri, tugas

pemeliharaan rumah, oksigen mungkin diperlukan

bila ada kondisi pencetus.

Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasional:

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan

produksi sputum.

Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih,

tak ada dispnea, sianosis.

Intervensi :

1.1. Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan

dada.

R/ Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada

tak simetris sering terjadi

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 45

Page 46: anatomi fisiologi

karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada

dan/atau cairan paru.

1.2. Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak

ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis:

krekels, mengi.

R/ Penurunan aliran udara terjadi pada area

konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas

bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi

pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan

mengi terdengar pada inspirasi dan/atau

ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan

cairan, sekret kental, dan spasme jalan

napas/obstruksi.

1.3. Bantu pasien latihan napas sering.

Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan

batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif

sementara posisi duduk tinggi.

R/ Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-

paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 46

Page 47: anatomi fisiologi

mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu

untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan

menurunkan ketidak nyamanan dada dan posisi duduk

memungkinkan

upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.

1.4. Lakukan penghisapan sesuai indikasi.

R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas

secara mekanik pada pasien yang tak mampu

melakukan karena batuk tak efektif atau

penurunan tingkat kesadaran.

1.5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari

(kecuali kontraindikasi).

Tawarkan air hangat daripada dingin.

R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan

mengeluarkan

sekret.

1.6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:

mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesik.

R/ Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan

mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 47

Page 48: anatomi fisiologi

memperbaiki batuk dengan menurunkan

ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara

hati-hati, karena dapat menurunkan upaya

batuk/menekan pernapasan.

2. Gangguan pertukaran gas b/d pneumonia.

Bersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan

produksi sputum.

Tujuan : Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih,

tak ada dispnea,sianosis.

Intervensi :

2.1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan

bernapas.

R/ Manifestasi distres pernapasan tergantung

pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan

status kesehatan umum.

2.2. Observasi warna kulit, membran mukosa, dan

kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku) atau

sianosis sentral (sirkumoral).

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 48

Page 49: anatomi fisiologi

R/ Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau

respon tubuh terhadap demam/menggigil. Namun

sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit

sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.

2.3. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu

tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan

menggigil, mis: selimut tambahan, suhu ruangan

nyaman, kompres hangat atau dingin.

R/ Demam tinggi (umum pada pneumonia bakterial

dan influenza) sangat meningkatkan kebutuhan

metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu

oksigenasi seluler.

2.4. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah

posisi (fowler atau semi fowler), napas dalam dan

batuk efektif.

R/ Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki

ventilasi.

2.5. Berikan terapi oksigen dengan benar, mis:

dengan nasal

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 49

Page 50: anatomi fisiologi

2.6. prong,masker,maskerVenturi.

R/ Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan

PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan

metode yang memberikan pengiriman tepat dalam

toleransi pasien.

2.7. Awasi GDA, nadi oksimetri.

R/ Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan

terapi paru.

3. Intoleransi aktivitas b/d kerusakan pertukaran gas

sekunder terhadap

pneumonia.

Tujuan: Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi

terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya

dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam

rentang normal.

Intervensi :

3.1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas.

Catat laporan dispnea, peningkatan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 50

Page 51: anatomi fisiologi

kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama

dan setelah aktivitas.

R/ Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

3.2. Berikan lingkungan tenang dan batasi

pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.

Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalih yang

tepat.

R/ Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat.

3.3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana

pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas

dan istirahat.

R/Tirah baring dipertahankan selama fase akut

untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat

energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas

ditentukan dengan respons individual pasien

terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan

pernapasan.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 51

Page 52: anatomi fisiologi

3.4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk

istirahat dan/atau tidur.

R/ Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,

tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau

bantal.

3.5. Bantu aktivitas perawatan diri yang

diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan

aktivitas selama fase penyembuhan.

R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu

keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

4. Nyeri akut b/d inflamasi parenkim paru.

Intervensi :

4.1..............................................Te

ntukan karakteristik nyeri, mis: tajam, konstan,

ditusuk. Selidiki

perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri.

R/ Nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa

derajat pada pneumonia, .........................

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 52

Page 53: anatomi fisiologi

juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti

perikarditis dan

endokarditis.

4.2..............................................Pa

ntau tanda vital.

R/Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan

bahwa pasien

mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk

perubahan tanda vital

telah terlihat.

4.3..............................................Be

rikan tindakan nyaman, mis: pijatan punggung,

perubahan posisi,

musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan

napas.

R/ Tindakan non-analgesik diberikan dengan

sentuhan lembut dapat

menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar

efek terapi

analgesik.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 53

Page 54: anatomi fisiologi

4.4..............................................Ta

warkan pembersihan mulut dengan sering.

R/ Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat

mengiritasi dan

mengeringkan membran mukosa, potensial

ketidaknyamanan umum.

4.5..............................................An

jurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada

selama episode

batuk.

R/ Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada

sementara

meningkatkan keefektifan upaya batuk.

4.6..............................................Be

rikan analgesik dan antitusif sesuai indikasi.

R/ Obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-

produktif/paroksismal atau menurunkan mukosa

berlebihan, meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 54

Page 55: anatomi fisiologi

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

infeksi.

Tujuan: Menunjukkan peningkatan masukan makanan,

mempertahankan/ meningkatkan berat badan,

menyatakan perasaan sejahtera

Intervensi:

5.1. Pantau: presentase jumlah makanan yang

dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap

hari, hasil pemeriksaan protein total, albumin dan

osmolalitas.

R/ Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan

dari sasaran yang diharapkan.

5.2. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang

sesering mungkin. Bartikan/bantu kebersihan

mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan

drainase postural, dan sebelum makan.

R/ Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari

lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 55

Page 56: anatomi fisiologi

Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih

makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

selama sakit panas.

R/ Ahli diet ialah spesialisasi dalam hal nutrisi

yang dapat membantu pasien memilih makanan yang

memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi

sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi dan

berat badannya.

Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk

makanan kering dan makanan yang menarik untuk

pasien.

R/ Tindakan ini dapat meningkatkan masukan dan

memerlukan lebih sedikit energi.

Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan

cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak,

napas mulut/hiperventilasi, muntah).

Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan

dibuktikan dengan parameter individual yang

tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit

baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 56

Page 57: anatomi fisiologi

Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan

cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak,

napas mulut/hiperventilasi, muntah).

BAB V

TINDAKAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. I

Umur :17 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 57

Page 58: anatomi fisiologi

Pendidikan :SMA

Pekerjaan : -

Agama : islam

Suku/bangsa : -

Status perkawinan : belum menikah

Alamat : Cimanggu, gang kamboja RT04/07

Tgl masuk : 21 febuari 2013

Diagnosa medis : pneumonia

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. A

Umur : 39 tahun

Pekerjaan : -

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 58

Page 59: anatomi fisiologi

Pendidikan : -

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Cimanggu, gang kamboja RT

04/07

Hubungan dengan pasien : Ayah

3. RIWAYAT PENYAKIT

3.1. KELUHAN UTAMA

Sesak napas hilang timbul, demam, mual dan muntah

RIWAYAT PENYAKIT

Pasien datang dengan keluhan sesak napas hilang

timbul, demam, mual dan muntah

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 59

Page 60: anatomi fisiologi

4. PEMERIKSAAN FISIK

4.1. KEADAAN UMUM PASIEN

Penampilan : Rapih

Kesadaraan : Compos mentis

Vital Sign :

TD 100/80mmgh, Resp 28x/menit, Suhu 380C, Nadi

78x/menit

KEPALA

Bentuk kepala : simetris/tidak, ada ketombe/tidak,ada

kotoran pada kulit kepala/tidak, pertumbuhan rambut

merata/tidak, ada lesi/tidak, ada nyeri tekan/tidak

KULIT

Warna kulit (sawo matang), turgor kulit cepat

kembali/tidak, ada lesi/tidak, ada oedema/tidak, ada

peradangan/ tidak

PENGELIHATAN

Bola mata simetris/tidak, pergerakan bola mata

normal/tidak, refleks pupil terhadap cahaya normal/

tidak, kornea bening/ tidak, konjungtiva anemis/ tidak,

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 60

Page 61: anatomi fisiologi

sclera ada ikterik/tidak, ketajaman pengelihatan

normal/tidak

PENCIUMAN/PENGHIDUNGAN

Bentuk simetris/tidak, fungsi penciuman baik/tidak,

peradangan (ada/tidak) ada polip/tidak

PENDENGARAN/ TELINGA

Bentuk daun telinga simetris/tidak, letaknya

simetris/tidak,

Peradangan(ada/tidak), fungsi pendengaran baik/tidak,

ada serumen/tidak, ada cairan/tidak

MULUT

Bibir (warnanya pucat), kering/tidak, pecah/tidak, gigi

bersih/tidak, gusi (ada berdarah/tidak, tonsil

(radang/tidak),

lidah tremor/tidak,kotor/tidak, fungsi pengecapan

baik/tidak, mucosa mulut ( ),ada sitomatitis/tidak

LEHER

Benjolan/massa(ada/tidak), ada kekakuaan/tidak), ada

nyeri tekan/tidak, pergerakan leher(ROM): bisa

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 61

Page 62: anatomi fisiologi

bergerak/tidak, tenggorokan: ada nyeri/tidak, tonsil

membesar/tidak, gangguan bicara (ada/tidak)

DADA/PERNAFASAN

Bentuk (simetris/tidak), bentuk dan pergerakan dinding

dada (simetris/ada), pernapasan seperti: teratur/tidak,

napas cepat/normal/lambat bunyi jantung seperti: irama

jantung teratur/tidak, ada bunyi tambahan/tidak, irama

jantung cepat/normal/lambat

ABDOMEN

Bentuk simetris/tidak, datar/tidak, ada nyeri tekan

pada epigastris/tidak, ada peningkatan peristaltic

usus/tidak, ada nyeri tekan pada daerah

suprapublik/tidak, ada oedema/tidak

4.11. SISTEM REPRODUKSI

Ada radang pada genetalia eksternal/tidak, ada

lesi/tidak, ada pengeluaran cairan/tidak

EKSTRIMITAS ATAS/BAWAH

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 62

Page 63: anatomi fisiologi

Ada pembatasan gerak/tidak, ada oedema/tidak, varises

ada/tidak, tromboplebitis ada/tidak, nyeri/kemerahan

(ada/tidak), tanda-tanda infeksi(ada/tidak), ada

kelemahan tungkai/tidak

5. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Tidur siang ada/tidak (1 jam), tidur malam (7 jam), ada

penurunan aktivitas/tidak, merasa cepat lelah/tidak,

suka terbangun tengah malam/susah tidur/tidak

PERSONAL HYGIENE

Mandi berapa kali , bisa mandi/tidak, bisa sikat

gigi/tidak, kuku bersih/tidak, penampilan rapi/tidak,

raambut sering keramas/tidak

NUTRISI

Napsu makan menurun/tidak (3 kali sehari, ½ porsi),

suka makan makanan tambahan/tidak, suka makan

sayuran/tidak, suka minum susu/tidak, sering minum air

putih/tidak

ELIMINASI

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 63

Page 64: anatomi fisiologi

BAB (1 kali sehari, waktu 24 jam) konsistensi fases

normal, warna norma , bau (normal/tidak) BAK (3 kali

sehari), warna kuning, bau (normal/tidak)

SEKSUALITAS

Status (menikah, lajang, usia 17 tahun, sudah

menaupause/belum

PSIKOSOSIAL

Hubungan dengan keluarga baik/tidak, suka berinteraksi

dengan lingkungan sekitar/tidak, sering suka acara-

acara di lingkungan tempat tinggal/tidak

SPIRITUAL

Ketaatan dalam menjalankan ibadah berkurang/tetap,

menjalankan shalat terhambat/tidak, suka baca-baca

keagamaan/tidak

6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 64

Page 65: anatomi fisiologi

DARAH LENGKAP

Leukosit : 8.900 (N : 3.500 – 10.000/uL)

Eritrosit : 4.89 (N : 1.2 juta – 1.5

juta/uL)

Trombosit : 378 (N : 150.000 – 350.000/uL)

Haemoglobin : - (N : 11.0 – 16.3 gr/dl)

Haematokrit : 37.8 (N : 35.0 – 50 gr/dl)

KIMIA DARAH

Ureum : 28 (N : 10 - 50 mg/dl)

Creatinin : 1.1 (N : 07 – 1.5 mg/dl)

SGOT : 13 (N : 2 – 17 )

SGPT : 14 (N : 3 – 19 )

Anamnase

Tn. I datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas

hilang timbul, demam, serta mual dan muntah

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 65

Page 66: anatomi fisiologi

B. DATA FOKUS

DATA OBJEKTIF DATA SUBJEKTIF

Tn. I terlihat sesak napas

Resp 28x/menit

Tn. I mengatakan sesak

napas hilang timbul

Tn. I terlihat demam

dengan suhu tubuh 380C

Tn. I mengatakan demam

Tn. I terlihat tidak napsu

makan dan muntah dengan

porsi makan ½ porsi

Tn. I mengatakan mual dan

muntah

Tabel 5.1

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 66

Page 67: anatomi fisiologi

C. ANALISIS DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI

1 Ds : Tn. I

mengatakan sesak

napas

Do : Tn. I

terlihat sesak

napas

Gangguan

pertukaran O2

Sesak napas

2 Ds : Tn. I

mengatakan demam

Do : Tn. I

terlihat demam

dengan suhu tubuh

380C

Peningkatan suhu

tubuh

Proses

terjadinya

infeksi

Ds : Tn. I

mengatakan mual

dan muntah

Do : terlihat

Resiko

kekurangan

nutrisi

Mual dan

muntah

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 67

Page 68: anatomi fisiologi

tidak napsu makan

dan muntah

Tabel 5.2

D. DIAGNOSA DATA

No DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL

DITEMUKAN

TGL

TERATASI

1 Gangguan pertukaran O2

b.d. sesak napas

21 febuari

2013

23 febuari

2013

2 Peningkatan suhu tubuh

b.d. proses terjadinya

21 febuari

2013

23 febuari

2013

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 68

Page 69: anatomi fisiologi

infeksi

3 Resiko kekurangan

nutrisi b.d. mual dan

muntah

21 febuari

2013

23 febuari

2013

Tabel 5.3

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 69

Page 70: anatomi fisiologi

E. RENCANA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. I NAMA SISWA : Wahyu Diah

Oktaviani

NO. REKAM MEDIS : 10794019 NIS : 10110014

RUANG RAWAT : flamboyan

TGLNDX DAN DATA

PENUNJANG

TUJUAN DAN

KRITERIA HASIL

RENCANA

KEPERAWATANRASIONAL

21/02/2

013

Dx.I

Ds : pasien

mengatakan sesak

napas

Tujuan :

melancarkan

pernapasaan

(18-20x/menit)

-observasi

pernapasaan

dan

catat adanya

- kelainan bunyi napas

dapat

mengidentifikasikan

adanya

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 70

Page 71: anatomi fisiologi

Do : pasien

terlihat sesak

napas dengn resp :

28x

KH : pasien

dapat

bernapas

dengan

normal dan

tidak

sesak napas

kembali

(18-20x/menit)

kelainan bunyi

napas

-observasi/

catat

respirasi

- kaji pasien

untuk posisi

yang nyaman

dan berikan

posisi

semi flower

perubahan pola

pernapasaan

-memantau kelainan

respirasi bila danya

kelainan

respirasi

diidentifikasikan

kebutuhan oksigen

- pasien merasa nyaman

memungkinkan untuk

proses

respirasi

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 71

Page 72: anatomi fisiologi

-kolaborasi

pemberian obat

anti

sesak dengan

dokter

TGL NDX DAN DATA TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 72

Page 73: anatomi fisiologi

PENUNJANG KRITERIA HASIL KEPERAWATAN

21/02/2

013

DX II

DS : pasien

mengatakan demam

Do : pasien

mengatakan demam

dengan suhu tubuh

380C

Tujuan :

menormalkan

suhu tubuh

menjadi (35,6 –

36,50C)

Kriterian hasil

: suhu tubuh

kembali normal

(35,6 0

36,50C)

- Observasi TTV

- Kompres

dengan

air hangat

- Menganjurkan

banyak meminum

air

putih 8

gelas/hari

- Mengetahui

perkembangan TTV pasien,

khususnya suhu tubuh

pasien

- Agar suhu tubuh dapat

menormal

- Suhu tubuh yang

meningkat sehingga perlu

di

imbangi dengan asupan

cairan yang banyak

- Agar mengurangi rasa

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 73

Page 74: anatomi fisiologi

- Anjurkan

pasien menjadi

pakaian yang

menyerap

keringat

- Kolaborasi

pemberian obat

paracetamol

gerah/panas

TGLNDX DAN DATA

PENUNJANG

TUJUAN DAN

KRITERIA HASIL

RENCANA

KEPERAWATANRASIONAL

21/02/2

013

DX III

Ds : pasien

Tujuan :

Mual dan muntah

- Anjurkan untuk

meminum air

- Dengan menganjurkan

meminum air hangat agar

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 74

Page 75: anatomi fisiologi

mengatakan mual

dan muntah

Do : pasien

terlihat tidak

napsu makan

dengan porsi

makan ½ porsi dan

muntah

dapat berkurang

Kriteria

hasil :

Rasa mual dan

muntah dapat

hilang dan

pasien dapat

tenang

hangat/teh

hangat

- Memakan makanan

- dalam porsi

kecil tapi

sering

- Anjurkan

menjaga

- kebersihan

mulut

tidak terjadi dehidrasi

- Dengan menganjurkan makan

dalam porsi kecil tapi

sering agar dapat

terpenuhi

kebutuhan nutrisinya

- Menghilangkan rasa

tidak enak pada

mulut/lidah sehingga

napsu makan

bertambah

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 75

Page 76: anatomi fisiologi

Tabel 5.4

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 76

Page 77: anatomi fisiologi

F. TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL KODE NDX JAM TINDAKAN

KEPERAWATAN DAN

HASIL

22/02/2

013

DX I 10.00 WIB Observasi TTV

TD : 100/80 mmgh

Nadi : 80x/menit

Suhu : 37,50C

RR : 25x/menit

Hasil :

- pasien masih

demam

- rasa sesak napas

sudah berkurang

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 77

Page 78: anatomi fisiologi

DX I 11.30 WIB Memberikan posisi

semi flower

Hasil : rasa sesak

napas sedikit

berkurang

23/02/2

013

DX III 18.05 WIB Kolaborasi

pemberian obat

ranitidine

Hasil : rasa mual

dan muntah

berkurang

DX I 19.07 WIB Memasang nasal

kanul

Hasil : rasa sesak

napas berkurang

DX II 18.05 WIB Kolaborasi

pemberian obat

paracetamol

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 78

Page 79: anatomi fisiologi

Hasil : suhu tubuh

sudah kembali

normal (36,50C)

Tabel 5.5

G. CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Tn. I NAMA SISWA: Wahyu Diah

Oktaviani

NO. REKAM MEDIS : 10794019 NIS :

10110014

RUANG RAWAT : flamboyan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 79

Page 80: anatomi fisiologi

TGL KODE NDX JAM EVALUASI/SOAP

22/02/2

013

DX. II 18.08WIB S : pasien

mengatakan demam

masih ada

O : pasien

terlihat masih

demam dengan suhu

tubuh

37,50C

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan

Menganjurkan untuk

di

kompres air hangat

DX. I 11.38 WIB S : pasien

mengatakan masih

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 80

Page 81: anatomi fisiologi

sesak napas

O : pasien

terlihat masih

sesak napas dengan

RR : 25x/menit

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan

Memasangkan nasal

kanul

DX. III 14.00 WIB S : pasien

mengatakan masih

mual dan muntah

O : pasien

terlihat tidak

napsu makan dengan

porsi ½ makan

A : masalah belum

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 81

Page 82: anatomi fisiologi

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan

Menganjurkan

makan

dalam porsi

kecil tapi

sering

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 82

Page 83: anatomi fisiologi

TGL KODE NDX JAM EVALUASI/SOAP

23/02/2

013

DX.III 18.10 WIB S : pasien

mengatakan masih

mual dan muntah

O : pasien

terlihat tidak

napsu makan dan

muntah

A : masalah belum

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan

Kolaborasi

pemberian obat

analgetik

DX. II 19.15 WIB S : pasien

mengatakan masih

sesak napas

O : pasienWAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 83

Page 84: anatomi fisiologi

terlihat sesak

napas dengan RR :

25x/menit

A : masalah

teratasi

P : intervensi

dilanjutkan

DX 1 18.10 WIB S : pasien

mengatakan sudah

tidak demam

O : pasien

terlihat sudah

tidak demam dengan

suhu tubuh 36,50C

A : masalah

teratasi

P : intervensi

dihentikan

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 84

Page 85: anatomi fisiologi

Tabel 5.6

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 85

Page 86: anatomi fisiologi

H. RESUME KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. I NO REKAM MEDIS :10794

UMUR : 17 tahun RUANG RAWAT : Flamboyan

J. KELAMIN : Laki-laki TGL. MASUK :

21 febuari 2013

AGAMA : Islam TGL. KELUAR : 23

febuari 2013

ALAMAT : Cimanggu, gang kamboja RT04/04

1. Masalah keperawatan pada saat pasien dirawat:

Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan sesak

napas

Peningkatan suhu tubuh b.d. proses terjadinya

infeksi

Resiko kekurangan nutrisi b.d. mual dan muntah

2. Tindakan keperewatan selama dirawat :

Observasi TTVWAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 86

Page 87: anatomi fisiologi

Memberikan posisi semi flower

Kolaborasi pemberian obat ranitidine

Memasang nasal kanul

Kolaborasi pemberian obat paracetamol

3. Evaluasi :

22/02/2013

DX. II S : pasien mengatakan demam masih ada

O : pasien terlihat masih demam dengan

suhu tubuh 37,50C

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

DX. I S : pasien mengatakan masih sesak napas

O : pasien terlihat masih sesak napas

dengan RR : 25x/menit

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkanWAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 87

Page 88: anatomi fisiologi

DX. III S : pasien mengatakan masih mual dan muntah

O : pasien terlihat tidak napsu makan dengan

porsi ½ makan

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

23/02/2013

DX. III S : pasien mengatakan masih mual dan muntah

O : pasien terlihat tidak napsu makan dan muntah

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

DX. II S : pasien mengatakan masih sesak napas

O : pasien terlihat sesak napas dengan RR :

25x/menit

A : masalah teratasi

P : intervensi dilanjutkan

DX. II S : pasien mengatakan sudah tidak demam

O : pasien terlihat sudah tidak demam dengan suhu

tubuh 36,50C

A : masalah teratasi WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 88

Page 89: anatomi fisiologi

P : intervensi dihentikan

4. Nasehat pada pasien pulang :

a.Pasien harus banyak istirahat

b.Pasien harus hidup sehat

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 89

Page 90: anatomi fisiologi

BAB IV

PENUTUP

Demikian laporan ini dapat diselesaikan , tentunya

masih banyak kekurangan dan kelemahannya,karena

keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau

referensi yang ada hubungannya dengan laporan ini.

Penulis banyak berharap para pembaca dapet

memberika kritik dan saran yang membangun kepada penulis

demi sempurnanya laporan ini di kesempatan-kesempatan

berikutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis

juga para pembaca pada umumnya.

A. Kesimpulan

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai

parenkimparu distal dari bronkiolusterminalis yang

mencakup bronkulusterminalis dan alveoli serta

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 90

Page 91: anatomi fisiologi

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan

pertukaran gas setempat yang pada umumnya disebabkan oleh

bakteri, virus, fungi dengan gejala dan tanda batuk non

produktif, ingus, suara nafas lemah, demam ronchi, dll.

Pada penyakit ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan darah radiologi, pemeriksaan cairan pleura

dan pemeriksaan biologi.

Penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan

kematian nomor tiga di Indonesia sehingga pada penanganan

perawatannya harus dilakukan asuhan keperawatan dan

keperawatan harus baik dan benar sehingga dapat menekan

jumlah kematian pada penyakit pneumonia dan pembangun

kesehatan dapat terwujud.

B. SARAN-SARAN

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan

disimpulkan secara keseluruhan, maka penulis mempunyai

saran-saran yang ingin disampaikan kepada pihak Rumah

Sakit yaitu :

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 91

Page 92: anatomi fisiologi

1. Rumah sakit lebih baik lagi dalam memberikan

pelayanan kepada pasien

2. Perawat lebih sabar dalam mengajarkan siswa untuk

melakukan tindakan

3. Perlunya kepercayaan yang lebih kepada siswa untuk

melakukan tindakan

4. Setiap ruangan memiliki barang-barang yang

dibutuhkan lebih lengkap

5. Penulis berharap agar pihak rumah sakit dapat lebih

memperhatikan klien lagi dan lebih mengutamakan visi,

misi dan moto yang telah ada dalam rumah sakit tersebut.

Semoga rumah sakit menjadi yang terbaik dimata klien dan

selalu bertuju pada rumah sakit itu lagi.

Berdasarkan data-data yang diperoleh dan disimpulkan

secara keseluruhan, maka penulis mempunyai saran-saran

yang ingin disampaikan kepada pihak sekolah yaitu:

1. Penulis berharap agar sekolah lebih memajukan lagi

kualitas anak didik serta anak praktik kera lapangan agar

sekolah dapat bangga dengan siswa/i didiknya dimasa yangWAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 92

Page 93: anatomi fisiologi

akan datang. Semoga sekolah menjadi yang terbaik untuk

kedepannya dan memberikan kualitas yang sangat berguna

untuk dimasa yang akan datang

DAFTAR PUSTAKA

1. .http://www.klikpdpi.com/konsensus/pnenosokomial/

pnenosokomial.html.

2. http://www.researchgate.

net/publication/42321159_Pneumonia_Atipik

3. http://wildanprasetya.blog.com/

4. http://nabilladream.blogspot.com/2012/05/laporan-

pendahuluan-pneumonia.html

WAHYU DIAH OKTAVIANI (ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA) 93