anatomi fisiologi thoraks Diarsipkan di bawah: Contekan —rofiqahmad @ 11:03 pm Trauma torak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.· Di Amerika Serikat didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya karena trauma torak langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma torak taklangsung atau penyerta. · Semua alat tubuh yang terletak / melalui rongga torak harus dianggap sebagai organ vital. Cedera torak berlawanan dengan cedera ekstremitas. Ancaman kematian pada cedera torak sangat tinggi.Perbedaan dalam hal penangannan sesegera mungkin dan komplikasi biasanya berat. · Secara oby ektif harus dikenal i : Anatomi torakFisiologi dan patofisiologi yang menyertai trauma torakJenis trauma torakAnatomi : Dinding dada. Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah intrerkostalis dan torakalis interna. Dasar torakDibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagus Isi rongga torak. Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis. Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior. Fisiologi torak : · Inspira si : dilakukan secara aktif· Ekspira si : dilakukan secara pasif
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Diarsipkan di bawah: Contekan — rofiqahmad @ 11:03 pm
Trauma torak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat.· Di Amerika Serikat didapatkan 180.000 kematian pertahun karena trauma.25 % diantaranya karena trauma torak langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma torak tak langsung atau penyerta.
· Semua alat tubuh yang terletak / melalui rongga torak harus dianggap sebagai organ vital.Cedera torak berlawanan dengan cedera ekstremitas. Ancaman kematianpada cedera torak sangat tinggi.Perbedaan dalam hal penangannansesegera mungkin dan komplikasi biasanya berat.
· Secara obyektif harus dikenali :Anatomi torak
Fisiologi dan patofisiologi yang menyertai trauma torak Jenis trauma torak
Anatomi :
Dinding dada.
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah tulangiga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak yangmembentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darahintrerkostalis dan torakalis interna.
Dasar torak
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubanguntuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagus
Isi rongga torak.
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis danparietalis.
Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagiananterior, medius, posterior dan superior.
· Perubahan patofisiologi yang terjadi pada dasarnya adalah akibat dari :
1. Kegagalan ventilasi
2. Kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar.
3. Kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik.
· Ketiga faktor diatas dapat menyebabkan hipoksia. Hipoksia pada tingkat jaringan dapatmenyebabkan ransangan terhadap cytokines yang dapat memacu terjadinya adult respiratorydistress syndrome ( ARDS), systemic inflamation response syndrome (SIRS).
Klasifikasi trauma
§ Trauma tumpul
§ Trauma tembus : tajam, tembak, tumpul yang menembus.
Pleura ( selaput paru ) adalah selaput tipis yang membungkus paru – paru :
Pleura terdiri dari 2 lapis yaitu ;
1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat langsung pada paru – paru.
2. Pleura parietalis, selaput paru yang melekat pada dinding dada.
· Pleura visceralis dan parietalis tersebut kemudian bersatu membentuk kantong tertutup yangdisebut rongga pleura (cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit cairan pleura yangdiproduksi oleh selaput tersebut
Gejala Umum trauma torak
· Gejala yang sering dilihat pada trauma torak adalah : nyeri dada dan sesak nafas atau nyeripada waktu nafas.
· Pasien tampak sakit, sesak atau sianotik dengan tanda trauma torak atau jejas pada dadanya.Lebih dari 90 % trauma toraks tidak memerlukan tindakan pembedahan berupa torakotomi, akantetapi tindakan penyelamatan dini dan tindakan elementer perlu dilakukan dan diketahui olehsetiap petugas yang menerima atau jaga di unit gawat darurat. Tindakan penyelamatan dini inisangat penting artinya untuk prognosis pasien dengan trauma toraks.
· Tindakan elementer ini adalah :
1. Membebaskan dan menjamin kelancaran jalan nafas.
2. Memasang infus dan resusitasi cairan.
3. Mengurangi dan menghilangkan nyeri.
4. Memantau keasadaran pasien.
5. Melakukan pembuatan x-ray dada kalau perlu dua arah.
· Trauma torak yang memerlukan tindakan dan atau pembedahan gawat/ segera adalah yangmenunjukkan :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hemotorak massif
3. Tamponade pericardium / jantung
4. Tension pneumotorak
5. Flail chest
6. Pneumotorak terbuka
7. Kebocoran bronkus dan trakeobronkial.
DIAGNOSIS BERBAGAI MACAM TRAUMA TORAK.
DINDING DADA :
1. Patah tulang rusuk, tunggal dan jamak :
· Merupakan jenis yang paling sering.
· Tanda utama adalah tertinggalnya gerakan nafas pada daerah yang patah, disertai nyeri waktunafas dan atau sesak.
2. Flailchest :
· Akibat adanya patah tulang rusuk jamak yang segmental pada satu dinding dada.
· Ditandai dengan gerakan nafas yang paradoksal. Waktu inspirasi nampak bagian tersebutmasuk ke dalam dan akan keluar waktu ekspirasi. Hal ini menyebabkan rongga mediastinumgoncangan gerak ( flailing ) yang dapat menyebabkan insertion vena cava inferior terdesak danterjepit.
· Gejala klinis yang nampak adalah keadaan sesak yang progressif dengan timbulnya tanda-tanda
· Disebabkan oleh robekan pleura dan atau terbukanya dinding dada. Dapat berupa pneumotorak yang tertutup dan terbuka atau menegang (―tension pneumotorak‖). Kurang lebih 75 % traumatusuk pneumotorak disertai hemotorak.
· Pneumotorak menyebabkan paru kollaps, baik sebagian maupun keseluruhan yang
menyebabkan tergesernya isi rongga dada ke sisi lain. Gejalanya sesak nafas progressif sampaisianosis dengan gejala syok.
2. Hemotoraks :
· Adanya darah dalam rongga pleura. Dibagi menjadi hemotorak ringan bila jumlah darah sampai300 ml saja. Hemotorak sedang bila jumlah darah sampai 800 ml dan hemotorak berat bila jumlah darah melebihi 800 ml.
· Gejal utamanya adalah syok hipovolemik .
3. Kerusakan paru:
· 75 % disebabkan oleh trauma torak ledakan. (―blast injury‖) . Perdarahan yang terjadiumumnya terperangkap dalam parenkim paru
· Gejala klinis mengarah ke timbulnya distress nafas karena kekurangan kemampuan ventilasi.Perdarahan yang timbul akan membawa akibat terjadinya hipotensi dan gejala syok.
4. Kerusakan trakea, bronkus dan sistem trakeobronkoalveolar.
· Terjadi kebocoran jalan nafas yang umumnya melalui pleura atau bawah kulit bawah dada
sehingga menimbulkan emfisema subkutis.
· Disebabkan oleh sebagian besar akibat trauma torak tumpul di daerah sternum
· Secara klinis leher membesar emfisematous dengan adanya krepitasi pada dinding dada. Sesak nafas sering menyertai dan dapat timbul tension pneumotorak.
5. Kerusakan jaringan jantung dan perikardium.
· Gejala klinis akan cepat menunjukkan gejala syok hipovolemik primer dan syok obstruktif primer. Bendungan vena di daerah leher merupakan tanda penyokong adanya tamponade ini.
Juga akan nampak nadi paradoksal yaitu adanya penurunan nadi pada waktu inspirasi, yangmenunjukkan adanya massa (cair) pada rongga pericardium yang tertutup.
· Penyebab tersering adalah trauma torak tajam di daerah parasternal II – V yang menyebabkanpenetrasi ke jantung. Penyebab lain adalah terjepitnya jantung oleh himpitan sternum padatrauma tumpul torak.
· Melakukan fungsi perikardium yang mengalami tamponade dapat bertujuan diagnostik sekaligus langkah pengobatan dengan membuat dekompressi terhadap tamponadenya.
6. Kerusakan pada esofagus.
· Relatif jarang terjadi, menimbulkan nyeri terutama waktu menelan dan dalam beberapa jamtimbul febris. Muntah darah / hematemesis, suara serak, disfagia atau distress nafas.
· Tanda klinis yang nampak umumnya berupa empisema sub kutis, syok dan keadaan umum pasien yang tidak nampak sehat. Sering dijumpai tanda ―Hamman‖ yang berupa suara sepertimengunyah di daerah mediastinum atau jantung bila dilakukan auskultasi. Diagnosis dapatdibantu dengan melakukan esofagoram dengan menelan kontras.
7. Kerusakan Ductus torasikus:
· Menimbulkan gejala chylotoraks. Gejala klinis ditimbulkan oleh akumulasi chyle dalam rongga
dada yang menimbulkan sesak nafas karena kollaps paru. Kejadian ini relatif jarang danmemerlukan pengelolaan yang lama dan cermat.
8. Kerusakan pada Diafragma :
· Disebabkan umumnya oleh trauma pada daerah abdomen, atau luka tembus tajam kearahtorakoabdominal.
· Akan menimbulkan herniasi organ perut. Kanan lebih jarang dibandingkan kiri.
· Gejala klinis sering terlewatkan karena 30 % tidak memberikan tanda yang khas. Sesak nafas
sering nampak dan disertai tanda-tanda pneumotoraks atau gejala hemotoraks.
LANGKAH DIAGNOSTIK
· Secara umum diagnosis secara klinis ditegakkan dari jenis kerusakan yang terjadi danpembuatan x – ray foto dada. Bila memungkinkan maka x-ray foto sebaiknya dibuat dalam duaarah ( PA dan Lateral).
· Jejas pada daerah dada akan membantu adanya kemungkinan trauma torak. Bila ada traumamultiple maka dianjurkan untuk selalu dibuat foto x- ray dada.
· Tanda dan gejala penyerta seperti adanya syok (hipotensi, nadi cepat dan keringat dingin) danadanya trauma lain organ dada merupakan butir diagnostik yang penting. Pemasangan NGTsebagai persiapan untuk pengosongan lambung untuk mencegah aspirasi isi labung ke paru,dapat dipakai sebagai langkah diagnostik pada kerusakan esofagus dan dan diafragma.
· Pada dasarnya diagnostik trauma torak harus ditegakkan secepat mungkin, tanpa memakai caradiagnostik yang lama ( Ct-scan, angiografi).
· Pemeriksaan gas darah dapat membantu diagnostik bila fasilitasnya ada.
INDIKASI TORAKOTOMI :
· Hemotoraks yang berat ( > 800 cc)
· Laserasi paru yang gagal dengan tindakan bedah konservatif.
· Tamponade perikardium
· Kebocoran trakeo-bronkial yang gagal dengan tindakan konservatif (drainase).
KOMPLIKASI TRAUMA TORAK:
1. Yang terkait dengan tidak stabilnya dinding dada :
· Nyeri berkepanjangan, meskipun luka sudah sembuh. Mungkin karena callus atau jaringanparut yang menekan saraf interkostal. Terapi konservatif dengan anlgesik atau pelunak jaringanparut.
· Osteomylitis, dilakukan squesterisasi dan fiksasi.
· Retensi sputum, karena batuk tidak adequat dan dapat menimbulkan pneumoni. Diperlukanpemberian mukolitik.
2. Yang terkait dengan perlukaan dan memar paru:
· Infiltrat paru dan efusi pleura, yang memerlukan pemasangan WSD untuk waktu yang lama.
· Empiema, yang terjadi lambat dan memerlukan WSD dan antibiotik.
· Pneumoni, merupakan komplikasi yang berbahaya dan perlu diberi pengobatan yang optimal.Bila distress pernafassan berkelanjutan maka diperlukan pemasangan respirator.
· Fistel bronkopleural, ditandai dengan gejala kolaps paru yang tidak membaik. Memerlukantindak bedah lanjut berupa torakotomi eksploratif dan penutupan fistelnya.
· Chylotoraks lambat.
3. Komplikasi lain di luar paru dan pleura :
· Mediastinitis, merupakan komplikasi yang sering fatal. Bila terjadi pernanahan maka harusdilakukan drainase mediastinum.
· Fistel esofagus, dapat ke mediastinum dan menyebabkan mediastinitis atau ke pleura danmenimbulkana empiema atau efusi pleua. Diperlukan tindakan bedah untuk menutup fistel.
Memberikan aliran gas lebih dari 21% pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi O2
meningkat dalam darah.
Tujuan
1. Mempertahankan O2 jaringan yang adequate
2. Menurunkan kerja nafas
3. Menurunkan kerja jantung
Indikasi
Penurunan PaO2 dengan tanda dan gejala hipoxemia
Keadaan lain seperti : gagal nafas akut, syok, keracunan CO.
Pemberian O2 selalu tepat untuk pasien dengan gangguan sirkulasi atau nafas akut dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Tanpa gangguan nafas oksigen diberikan 2 liter/menit melalui binasal canule. 2. Dengan gangguan nafas sedang oksigen diberikan 5 – 6 liter/menit melalui binasal
canule. 3. Dengan gangguan nafas berat, gagal jantung, henti jantung, gunakan system yang
dapat memberikan oksigen 100 %. 4. Pada pasien dimana rangsangan nafas tergantung pada keadaan hipoksia ( mis. Asma )
Berikan oksigen kurang dari 50 % dan awasi ketat. 5. Atur kadar oksigen berdasarkan kadar gas darah ( PaO2 ) atau saturasi ( SaO2 )
6. Dalam keadaan darurat gunakan alat Bantu nafas yang lebih canggih ( mis. Bagging ),
Saturasi Oksigen vena campur ( Mixed Venous dari PA )
INTUBASI ENDOTRAKHEAL
Indikasi
1. Henti jantung. 2. Pasien sadar tapi ventilasi tidak adequate ( edema paru, Syndrom Guillan bare,
sumbatan jalan nafas ). 3. Psien tidak dapat mempertahankan jalan nafas yang adequat ( koma).
4. Penolong tidak mampu memberikan ventilasi adequate dengan cara konvensional.
Keuntungan
2. Terpeliharanya jalan nafas. 3. Mencegah distensi lambung. 4. Mencegah aspirasi isi lambung. 5. Memberikan O2 dengan konsentrasi tinggi. 6. Dapat memberikan beberapa obat resusitasi ( 2 – 5 X lebih besar dari dosis lewat
IV ) 7. Dapat memberikan ventilasi yang adequate.
8.
Mempermudah penghisapan lendir di trachea.
Persiapan alat :
1. Laringoscope, lengkap dengan handle dan bladenya. 2. Pipa endotrakheal ( ETT ) dengan ukuran :
ETT masuk ke dalam oeseopagus, yang menyebabkan hipoksia. Luka pada bibir dan lidah akibat terjepit antara laringocope dengan gigi. Gigi patah. Laserasi pada faring dan trachea akibat stilet ( mandrain ) dan ujung ETT.
Kerusakan pita suara. Perforasi pada faring dan oesoefagus. Muntah dan aspirasi. Pelepasan adrenalin dan noradrenalin akibat rangsangan intubasi sehingga terjadi
hipertensi, takhikardia, dan aritmia.
ANALISA GAS DARAH
PENGERTIAN
G D Adalah pemeriksaan darah dari arteri yang mencakup : PO2, PCO2, HCO3, BE, PH &
Saturasi O2
TUJUAN
a)
Menilai ventilasi .......................................... CO2
b) Menilai konsumsi oksigen ........................ O2