1. Anatomi dan fisiologi selaput otak?
LIHAT TULISAN SCALP PD GAMBAR DIATAS. HAFALKAN YA, ITU SINGKATAN
LAPISAN PEMBUNGKUS KEPALA. Anatomi dan Fisiologi Selaput OtakOtak
dan sum-sum tulang belakangdiselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi
cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
2.3.1. Lapisan Luar (Durameter)
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus
otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh
darah. Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luaryang
disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian
dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk
falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
2.3.2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang
memisahkan durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau
balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat.
Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural
yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening. Pada
ruangan ini terdapatpembuluh darah arteri dan vena yang
menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh
cairan serebrospinal.
2.3.3. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh
darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak.
Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus
dari otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut sub
arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini
mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang
belakang.
2. Apa yang menyebabkan pasien nyeri kepala hebat, penglihatan
silau, dan ngantuk terus2an serta hubungannya dengan kecelakaan
lalu lintas 1 hari lalu?PATOFISIOLOGI MENINGITIS
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit
di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar
secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan
Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ ataujaringan yang ada di
dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis,
Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa
juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau
komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS
(Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus. Mula-mula pembuluh
darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam
waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk
eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu kedua selsel plasma. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan dalam terdapat
makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di
korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak
dan degenerasi neuron-neuron. Trombosis serta organisasi eksudat
perineural yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales.
Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
tampak jernih dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri.3. Cara penilaian GCS ?CARA MENILAI KESADARAN Atau GCS
(GLASGOW COMA SCALE)
PENGERTIAN
"GCS" (GLASGOW COMA SCALE) Adalah skala yang dipakai untuk
menentukan atau menilai tingkat kesadaran pasien, mulai dari
keadaan sadar penuh hingga keadaan Coma.
Pada pemeriksaan Kesadaran atau GCS, ada 3 fungsi (E,Y,M) yang
hurus diperiksa, masing-masing fungsi mempunyai nilai yang
berbeda-beda, untuk penjelasannya bisa dilihat dibawah
1. E : eyes/ mata nilai total 4
2. V : Verbal nilai total 5
3. M: Motorik / gerak nilai total 6
CARA PENILAIANnoJenis pemeriksaan NilaiRespon
1Eye (mata)
a. spontan4Mata terbuka secara spontan
b. rangsangan suara3Mata terbuka terhadap perintah verbal
c. rangsangan nyeri 2Mata terbuka terhadap rangsangan nyeri
d. tidak ada1Tidak membuka mata terhadap rangsangan apapun
2Respon verbal
a. orientasi baik5Orientasi baik dan mampu berbicara
b. bingung 4Disorientasi dan bingung
c. mengucapkan kata yang tidak tepat3Mengulang kata-kata yang
tidak tepat secara acak
d. mengucapkan kata-kata yang tidak jelas2Mengeram atau
merintih
e. tidak ada1Tidak ada respon
3Respon motorik
a. mematuhi perintah6Dapat bergerak mengikuti perintah
b. melokalisasi5Dapat melokalisasi nyeri (gerakan terarah dan
bertujuan ke arah rangsang nyeri)
c. menarik 4Fleksi atau menarik saat di rangsang nyeri contoh:
menarik tangan saat kuku di tekan
d. fleksi abnormal3Membentuk posisi dekortikasi. Contoh: fleksi
pergelangan tangan
e. ekstensi abnormal2Membentuk posisi deserebrasi.contoh :
ekstensi pergelangan tangan
f. tidak ada 1Tidak ada respon, hanya berbaring lemah, saat di
rangsang apapun
INTERPRETASImasing-masing pemeriksaan E,V,M dijumlahkan, dan di
masukan dalam kriteria cidera otak berikut:
1. berat, dengan GCS8
2. sedang, GCS 9-12
3. ringan 13
DAFTAR PUSTAKAWeinstock, doris (2010). Rujukan cepat di ruang
ICU/ CCU.Jakarta:EGC4. Apa hubungannya dg hasil tanda vital ?
(demam subfebris)GEJALA KLINIS MENINGITIS
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi
lumbal.
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal
yang jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada
umumnya, meningitis yang disebabkan oleh Mumps virus ditandai
dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh
pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf
pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai
dengan keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot,
demam,dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang tidak
gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas. Gejala
yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi
vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap
lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku
leher, dan nyeri punggung.
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat
pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus
terjadi secara akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah,
gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan
konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang
mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab
Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 %
oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada
anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran
pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala
panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri
punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau
purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitustadium I
atau stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan
nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan
penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu
makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung,
cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran
berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul,
nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri
punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu
dengan gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri
kepala yang hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan
anak-anak. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh
tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan
intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium
III atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal
dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan
sebagaimana mestinya.5. Apa interpretasi kaku kuduk (+) ? apakah
ada pemeriksaan lainnya?PEMERIKSAAN RANGSANGAN MENINGEAL
2.6.1. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif
berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila
didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala
disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan
ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
2.6.2. Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan
fleksi pada sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada
sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif
(+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 (kaki tidak
dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya
diikuti rasa nyeri.
2.6.3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher) Pasien
berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin.
Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
involunter pada leher.
2.6.4. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra
Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada
sendi panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski
II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter
padasendi panggul dan lutut kontralateral.
6. Apa hubungannya dengan vulnus laserasi di kepala bagian
temporal?
7. apa yang diharapkan dari pemeriksaan radiologi? Dan apa
pemeriksaan penunjang lainnya?PEMERIKSAAN PENUNJANG MENINGITIS
2.7.1. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel
dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidakditemukan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi,
cairan jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein
normal, kultur (-).
b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan
keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat,glukosa
menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2.7.2. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan
kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan
leukosit.
2.7.3. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa
mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.8.
Penatalaksanaan?9. Prognosis meningitis?PROGNOSIS MENINGITIS
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme
spesifik yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam
selaput otak, jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan
antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua
mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
cacat berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas
meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan
mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis
purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan
berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 10% penderita
mengalami kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angkakecacatan dan kematian pada
umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka
kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium
berapa penderita mencari pengobatan. Penderita dapat meninggal
dalam waktu 6-8 minggu. Penderita meningitis karena virus biasanya
menunjukkan gejala klinis yang lebih ringan,penurunan kesadaran
jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki prognosis yang jauh
lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 2 minggu dan dengan
pengobatan yang tepat penyembuhan total bisa terjadi.