Top Banner

of 51

Anatomi Dan Fisiologi Hidung

Nov 04, 2015

Download

Documents

Irfan Muslimin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Anatomi dan fisiologi hidung, faring dan tonsil

Anatomi dan fisiologi hidung, faring dan tonsil1.1. a Anatomi hidung

Gambar 2.7 : Anatomi hidungHidung terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan yang paling bawah adalah lobolus hidung yang mudah digerakkan.Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan menyatu dengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu diposterior bagian tengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. Disini bagian bibir atas membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah nares anterior atau nostril (Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung.Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os internum disebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana)yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang nares anterior, disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut dengan vibrise.Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior, konkha media dan konkha inferior. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konkha inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konkha media disebut meatus superior.Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan merupakan celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus.Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus maksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla merupakan sinus paranasal terbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid iregular dengan dasarnya menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya kearah apek prosesus zigomatikus os maksilla.Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale da os palatinus sedangkan atap cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.Perdarahan hidungSecara garis besar perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama yaitu:1.Arteri Etmoidalis anterior2.Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika3.Arteri Sfenopalatina, cabang terminal arteri maksilaris interna yang berasal dari arteri karotis eksterna.

Gambar 2.8 : Sistem Vaskularisasi HidungBagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang arteri maksilaris interna, diantaranya ialah ujung arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama nervus sfenopalatina dan memasuki rongga hidung dibelakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri fasialis.Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri palatina mayor, yang disebut pleksus kieesselbach (littles area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisialis dan mudah cedera oleh truma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis.Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena divestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernesus.Persyarafan hidungBagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari nervus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, yang berasal dari nervus oftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung terutama berasal dari cabang oftalmikus dan cabang maksilaris nervus trigeminus. Cabang pertama nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus memberikan cabang nervus nasosiliaris yang kemudian bercabang lagi menjadi nervus etmoidalis anterior dan etmoidalis posterior dan nervus infratroklearis. Nervus etmoidalis anterior berjalan melewati lamina kribrosa bagian anterior dan memasuki hidung bersama arteri etmoidalis anterior melalui foramen etmoidalis anterior, dan disini terbagi lagi menjadi cabang nasalis internus medial dan lateral.

Gambar 2.9 :PersarafanHidungRongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari nervus maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut serabut sensorid dari nervus maksila.Serabut parasimpatis dari nervus petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak dibelakang dan sedikit diatas ujung posterior konkha media.Nervus Olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidupada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.1.1.b Fisiologi hidungHidung berfungsi sebagai indra penghidu , menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan. Partikel yang besarnya 5-6 mikrometer atau lebih, 85 % -90% disaring didalam hidung dengan bantuan TMS. Fungsi hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu (1)Sebagai jalan nafas, (2) Alat pengatur kondisi udara, (3) Penyaring udara, (4) Sebagai indra penghidu, (5) Untuk resonansi suara, (6) Turut membantuproses bicara,(7) Reflek nasal.1.2. Anatomi dan fisiologi tenggorokan1.2.a Anatomi TenggorokanTenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari faring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup jika ada makanan dan minuman yang lewat dan menuju esophagus.Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak di depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah. Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh nervus fasialis. Vermilion berwarna merah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. Ruangan diantara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris.Palatum dibentuk oleh dua bagian: premaksila yang berisi gigi seri dan berasal prosesusnasalis media, dan palatum posterior baik palatum durum dan palatum mole, dibentuk olehgabungan dari prosesus palatum, oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah belakang tetapi dapat terjadi kearah maksila depan.Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel didasar mulut. Lidah bagian depan terutamaberasal dari daerah brankial pertama dan dipersarafi oleh nervus lingualis dengan cabang kordatimpani dari saraf fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar submandibula. Saraf glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian belakang. Otot lidah berasal dari miotom posbrankial yang bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus ke leher. Kelenjar liur tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut yang terletak dekat sebelah depan saraf-saraf penting. Duktus sub mandibularis dilalui oleh saraf lingualis. Saraf fasialis melekat pada kelenjar parotis.Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang mulut. Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit dibagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggivertebra servikalis ke enam. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah berhubungan melalui aditus laring dan kebawah berhubungan dengan esophagus.Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih empat belas centimeter; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring, dan laringofaring (hipofaring).Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior, kemudianbagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain. Nasofaring membuka kearah depan hidung melalui koana posterior. Superior, adenoid terletak pada mukosa atap nasofaring. Disamping, muara tuba eustachius kartilaginosa terdapat didepan lekukan yangdisebut fosa rosenmuller. Otot tensor velipalatini, merupakan otot yang menegangkan palatum dan membuka tuba eustachius masuk ke faring melalui ruangan ini.Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal dalamkapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan tonsila, arcus faring anterior disusun oleh otot palatoglossus, dan dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus, otot-otot ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semua dipersarafi oleh pleksus faringeus.Vaskularisasi.Berasal dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama berasal daricabang a. Karotis ekstern serta dari cabang a.maksilaris interna yakni cabang palatine superior.PersarafanPersarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang dari n.vagus, cabang dari n.glosofaringeus dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaringeus yang dipersarafi langsung oleh cabang n.glossofaringeus.Kelenjar Getah BeningAliran limfe dari dinding faring dapat melalui 3 saluran yaitu superior,media dan inferior. Saluran limfe superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfe media mengalir ke kelenjar getah bening jugulodigastrik dan kelenjar getah bening servikal dalam atas, sedangkan saluran limfe inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.Berdasarkan letak, faring dibagi atas:NasofaringBerhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fosa rosenmuller, kantong rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui oleh nervus glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial dan vena jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tuba eustachius.

Gambar 2.11. Anatomi faring dan struktur sekitarnyaOrofaringDisebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.a. Dinding Posterior FaringSecara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguan n.vagus.b. Fosa tonsilFosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar- benarnya bukan merupakan kapsul yang sebena-benarnya.c. TonsilTonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina ascendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring ascendens dan a.lingualis dorsal.Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan dan dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.Laringofaring (hipofaring)Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis (muara glotis bagian medial dan lateral terdapat ruangan) dan ke esofagus, nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Sinus piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior adalah vertebra servikal. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari lamina krikoid dan di bawahnya terdapat muara esofagus.Bila laringo faring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga kantong pil ( pill pockets), sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.Dibawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esofagus.Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anestesia lokal di faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung.1.2.b Fisiologi TenggorokanFungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan, resonasi suara dan untuk artikulasi.Proses menelanProses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari mulut ke faring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui faring dan tahap ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang sebenarnya adalah: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian belakang akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofagus dan masuk ke lambung.Proses BerbicaraPada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu bersamaan.1.3. Anatomi Dan Fisiologi Tonsil1.3.a Anatomi TonsilTonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW, 2009).A) Tonsil PalatinaTonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenalsebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:Lateral muskulus konstriktor faring superiorAnterior muskulus palatoglosusPosterior muskulus palatofaringeusSuperior palatum moleInferior tonsil lingual (Wanri A, 2007)Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal (Anggraini D, 2001).Fosa TonsilFosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior (Shnayder, Y, 2008). Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).PendarahanTonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal (Wiatrak BJ, 2005).Aliran getah beningAliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada (Wanri A, 2007).PersarafanTonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.Imunologi TonsilTonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang (Wiatrak BJ, 2005). Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar (Eibling DE, 2003). Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid (Wiatrak BJ, 2005).Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik (Hermani B, 2004).B) Tonsil Faringeal (Adenoid)Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi (Hermani B, 2004).C) Tonsil LingualTonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata (Kartosoediro S, 2007).HISTOLOGI TONSILTonsil palatina dilindungi oleh selaput lendir rongga mulut 1 (epitel skuamosa berlapis lapisnonkeratinizing). Amandel menunjukkan sekitar 15-20 dalam, sering bercabang kriptus 2 (fossulae tonsillares). Kriptus memperpanjang jauh ke dalam jaringan lymphoreticular tonsil. Sebuah dinding lymphoreticular jaringan dengan folikel sekunder mengelilingi ruang bawah tanah masing-masing. Sebuah kapsul jaringan ikat memisahkan tonsil palatina dari sekitarnya dan otot Killian. Dalam gambar 3 (335), di, kanan dan kiri otot-otot lengkungan palatopharyngeal 3 dipotong :1 Epitel dari rongga mulut2 Tonsillar kriptus3 Killian otot, otot-otot dari Lengkungan palatopharyngeal4 kapsul jaringan ikatBagian longitudinal dari sebuah ruang bawah dari tonsil palatina dengan berdekatan lapisanjaringan lymphoreticular, yang merupakan bagian dari lamina propria dari mukosa membran. Paranonkeratinizing berlapis-lapis epitel skuamosa di mulut ruang bawah tonsil dan permukaan tonsil menunjukkan hampir tidak ada limfosit. Hanya di kedalaman ruang bawah tanah adalah epitel skuamosa disusupi oleh limfosit. Akibatnya, epitel ada lebih longgar diselenggarakan dan integritas struktural dari epitel berkurang (bdk. gambar 337). Pusat-pusat germinal menampilkan lapisan yang tidak lengkap yang terlihat seperti tutup dengan bagian atas diarahkan ke ruang bawah tonsil. Lapisan ini terdiri dari limfosit kecil (B-limfosit). Wilayah sel-T terletak di interfollicular dalam 5 zona.1 berlapis-lapis epitel skuamosa nonkeratinizing dari membran mukosa mulut2 Crypt pusat3 Germinal4 folikel tutup (B-limfosit topi)5 daerah InterfollicularTonsil Lingual(Gambar 338)Akar lidah antara sulkus terminalis dan epiglotis fitur tonsil kriptus. Ini adalah gua-gua sempit pendek (pelagica). Ttonsil kriptus dapat terus di dalam saluran yang keluar dari kelenjar lendir 2 atau memiliki buta akhir. Kriptus dilapisi oleh skuamosa berlapis-lapis nonkeratinizing epitel dan dikelilingi oleh jaringan limfatik. Angka ini menunjukkan epitel skuamosa berlapis-lapis yang meliputi akar lidah dan kriptus nya (pelagica, gua-gua). Lymphoreticular ini jaringan (biru tua bernoda) di bawah epitel merupakan bagian dari lamina propria. Daerah yang lebih ringan diwarnai banyak ditemukan di lymphoreticular yang jaringan. Ini adalah folikel sekunder. Jaringan lymphoreticular dipisahkan dari jaringan sekitarnya dengan ikat lebih atau kurang lengkap jaringan kapsul.1 Tonsillar kriptus2 mukosa kelenjar akar lidah, glandulae linguales posteriores3 Epitel dari membran mukosa bahasa4 Lymphoreticular jaringan dengan pusat-pusat germinal5 kapsul jaringan ikatStain: tawas hematoxylin-eosin; perbesaran: 14(Gambar 339)Bagian vertikal melalui akar lidah menunjukkan folikel lingual. Bagian atas gambarmengungkapkan nonkeratinizing berlapis-lapis epitel skuamosa akar lidah mendasarilymphoreticular jaringan 1. Lurik otot serat-serat otot lingual terlihat di bagian bawahgambar. Sel-sel otot yang diselingi dengan lobulus kelenjar posterior mukosa jaringan ikatyang diwarnai biru.1 Lymphoreticular jaringan2 Epitel dari akar lidah3 Crypt4 Lidah otot5 mukosa kelenjarStain: azan; perbesaran: 12Tonsil Faringeal(Gambar 340)Berbeda dengan amandel palatine dan lingual, tonsil pharyngeal memiliki epitel bersiliaberlapis-lapis 1. Kepulauan dari berlapis-lapisepitel skuamosa dapat mengganggu itu. Iniepitel nonciliated mungkin berisi limfositl. Bentuk selaput lendir lipatan sagital, yaitu,permukaan diperbesar bukan dengan pelagica dan tonsil lubang, tapi dengan pembentukanmicrofolds. Seperti pada tonsil palatina, ada lapisan jaringan lymphoreticular denganpusat-pusat germinal langsung di bawah epitelium. Jaringan ikat yang diwarnai biru.1 epitel bersilia berlapis-lapis berlapis dengan sel goblet2 Lymphoreticular jaringan3 Crypt antara dua microfolds dari membran mukosaStain: azan; perbesaran: 25TONSILITISTonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis Tonsil setelah serangan akut yang terjadi berulangulang atau infeksi subklinis. Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar detritus.HISTOPATOLOGI TONSILITISBagian longitudinal bagian dari ruang bawah tanah tonsil. Di tengah-tengahgambar, struktur nonkeratinizing epitel skuamosa berlapis-lapis dari membran mukosa oralbenar-benar tidak ada limfosit, namun memiliki struktur spons. Epitel skuamosa berlapislapisuntuk kanan dan kiri sebagian besar utuh. Epitel yang berdekatan kripta dinding (atasgambar) muncul tidak berubah. Peradangan (tonsilitis) dapat menyebabkan peningkatansel-sel epitel. Hal ini, dan meningkat kehadiran leukosit dan mikroorganisme rongga mulut,dapat menyebabkan tonsil busi (busi detritus, tonsil abses). Kadang- kadang, ini akanfibrotisasi dan bentuk batu tonsil (gambar .336).1 Tonsillar crypt2 epitel skuamosa berlapis-lapis nonkeratinizing3 Limfosit imigrasi dan diapedesis leukocytic4 Lymphoreticular jaringanStain: azan; perbesaran: 200Pada tonsillitis kronis didapatkan kripta yang melebar, detritus (+), hiperemis (+), bengkak (+), dan sudah terjadi fibrotisasi.1.Histology saluran pernafasanSistem pernapasan dibagi menjadi dua daerah utama, yaitu:1. bagian konduksi, yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki, bronkiolus, dan bronkiolus terminalis. 2 fungsi utamanya, yaitu menyediakan sarana bagi udara yang keluar-masuk paru dan mengondisikan udara yang dihirup tersebut. Sebagian besar bagian konduksi dilapisi oleh epitel khusus yang ada pada sistem pernapasan, yaitu epitel respirasi.2. bagian respirasi(tempat berlangsungnya pertukaran gas), yang terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli.

Epitel RespirasiEpitel respirasi merupakan epitel bertingkat silindris bersilia yang mengandung banyak sel goblet. Epitel respirasi yang khas terdiri atas 5 jenis sel:1. Sel terbanyak, sel epitel silindris bersilia. Setiap selnya memiliki lebih kurang 100 silia pada permukaan apikalnya.2. Sel kedua terbanyak, sel goblet mukosa. Bagian apikal sel ini mengandung droplet mukus yang terdiri atas glikoprotein.3. Sel silindris selebihnya dikenal sebagai sel sikat(brush cells) karena banyaknya mikrovili pada permukaan apikalnya. Sel sikat memiliki ujung saraf aferen pada permukaan basalnya dan dianggap sebagai sel reseptor sensorik.4. Sel basal (pendek), yaitu sel bulat kecil yang terletak di atas lamina basal namun tidak meluas sampai permukaan lumen epitel. Sel-sel ini diduga merupakan sel induk generatif yang mengalami mitosis dan kemudian berkembang menjadi jenis sel lain.5. Jenis sel terakhir adalah sel granul kecil, yang mirip sel basal kecuali bahwa sel ini memiliki banyak granul berdiameter 100-300 nm dengan bagian pusat yang padat.

RONGGA HIDUNGVestibulumVestibulum merupakan bagian paling anterior dan paling lebar di rongga hidung. Kulit luar hidung memasuki nares (cuping hidung) dan berlanjut ke dalam vestibulum. Di sekitar permukaan dalam nares, terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat, selain rambut pendek tebal vibrisa, yang menahan dan menyaring partikel-partikel besar dari udara inspirasi. Di dalam vestibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.Fosa Nasalis (Kavum Nasi)Kedua kavum nasi dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari tiap dinding lateral, keluar 3 tonjolan bertulang mirip rak yang dikenal sebagai konka. 3 konka tersebut adalah konka superior, media, dan inferior, dengan konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi. Konka superior ditutupi epitel olfaktorius khusus. Adanya konka berfungsi mempermudah pengkondisian udara inspirasi dengan memperluas permukaan epitel respirasi dan menimbulkan turbulensi aliran udara, sehingga meningkatkan kontak antara aliran udara dengan lapisan mukosa. Lapisan mukosa ini juga melembabkan udara yang masuk.Di dalam lamina propria konka terdapat pleksus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies). Setiap 20-30 menit, badan pengembang pada satu sisi fosa nasalis akan penuh terisi darah sehingga mukosa konka membengkak dan mengurangi aliran udara, kemudain sebagian besar udara diarahkan lewat fosa nasalis lain. Interval penutupan periodic ini mengurangi aliran udara sehingga epitel respirasi dapat pulih dari kekeringan.Pleksus ini merupakan sinus venosus di hidung dengan arah aliran darah dari dalam hidung ke arah vestibulum. Gunanya jelas buat menghangatkan udara masuk. Plexus ini mudah berdarah, dan inilah yang bikin epistaksis a.k.a mimisan.

Epitel OlfaktoriusEpitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang terdiri atas 3 jenis sel: Epitel olfaktorius merupakan tempat terletaknya kemoreseptor olfaktorius. Epitel ini terletak di atap rongga hidung. Pada manusia, luasnya sekitar 10 cm2 dengan tebal sampai 1001. Sel penyokong atau sel sustentakular, dia punya apeks silindris yang lebar dan basis yang lebih sempit. Pada permukaan bebasnya terdapat mikrovili, yang terendam dalam selapis cairan. Kompleks tautan yang berkembang baik mengikatr sel-sel ini pada sel-sel olfaktori di sebelahnya. Sel-sel ini mengandung pigmen kuning muda yang menimbulkan warna mukosa olfaktorius.2. Sel-sel basal berukuran kecil, bulat atau kerucut, membentuk suatu lapisan pada basal epitel.3. Diantara sel-sel basal dan sel penyokong terdapat sel-sel olfaktorius, yaitu neuron bipolar yang intinya terletak di bawah inti sel penyokong. Apeksnya, yaitu dendrite memiliki daerah meninggi dan melebar, tempat 6-8 silia berasal. Silia ini sangat panjang, nonmotil, dan berespons terhadap zat pembau dengan membangkitkan suatu potensial reseptor. Lamina propria di epitel olfaktorius memiliki kelenjar Bowman. Sekretnya menghasilkan suatu medium cair di sekitar sel-sel olfaktorius yang mampu membersihkan silia, yang memudahkan akses zat pembau yang baru. Jadi gak mungkin lw nyium ketek orang trus masih kecium 1 km jauhnya. Itu sih kalo gak ketek lw yaaaaa, idung sama mulut deket lah..

SINUS PARANASALSinus paranasalis dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sedikit sel goblet. Lamina proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum dibawahnya.

NASOFARINGNasofaring dilapisi oleh epitel respirasi, lagi pada bagian yang berkontak dengan palatum molle.

LARINGDi dalam lamina propria laring terdapat sejumlah tulang rawan laring. Tulang rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan kebanyakan aritenoid) merupakan tulang rawan hialin, sementara tulang rawan yang lebih kecil (epiglotis, kuneiformis, kornikulatum, dan ujung aritenoid) merupakan tulang rawan elastis.Epiglotis, yang terjulur keluar dari tepian laring ke dalam faring memiliki permukaan lingual dan laringeal. Seluruh permukaan lingual dan bagian apikal permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Pada permukaan laringeal dekat basis epiglotis, epitelnya beralih menjadi epitel respirasi, lagi dengan kelenjar campuran mukosa-serosa dibawahnya.Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk 2 pasang lipatan yang meluas ke dalam lumen laring. Pasangan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis), yang ditutupi epitel respirasi. Pasangan lipatan bawah membentuk pita suara sejati. Berkas-berkas besar serat elastin yang berjalan paralel, yang membentuk ligamentum vokalis, berada dalam pita suara, yang ditutupi oleh epitel berlapis gepeng tanpa tanduk. Pita suara inilah yang menentukan merdu-tidaknya sura, kata dokternya, kalo suara serak2 basah mungkin pita suaranya udah dilapisi tanduk (epitel berlapis gepeng dgn lapisan tanduk, bukan tanduk hewan). Sejajar dengan ligamen, terdapat berkas otot rangka, yaitu muskulus vokalis yang mengatur ketegangan lipatan tersebut beserta ligamennya.

TRAKEATrakea dilapisi oleh epitel respirasi. Di dalam lamina proprianya terdapat 16-20 cincin tulang rawan hialin berbentuk C yang menjaga agar lumen trakea tetap terbuka dan terdapat benyak kelenjar seromukosa yang menghasilkan mukus yang lebih cair. Ujung terbuka dari cincin tulang rawan ini terdapat di permukaan posterior trakea. Ligamen fibroelastis dan berkas otot polos terikat pada periosteum dan menjembatani kedua ujung bebas tulang rawan. Ligamen tersebut berfungsi mencegah distensi berlebihan dari lumen, sementara otot polos berfungsi untuk pengaturan lumen.2.TonsilofaringitisTonsilitisPenyakit pada tonsil dan adenoid merupakan masalah yang sering ditemukan oleh dokter yang menangani pasien anak. Akibat infeksi maupun obstruksi dari tonsil dan adenoid dapat mengakibatkan kelainan pada tonsil, adenoid, daerah sekitarnya maupun secara sistemik.Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil. Patogenesis tonsilitis episode tunggal masih belum jelas. Diperkirakan akibat obstruksi kripta tonsil, sehingga mengakibatkan terjadi multiplikasi bakteri patogen yang dalam jumlah kecil didapatkan dalam kripta tonsil yang normal. Pendapat lain patogenesis terjadinya infeksi pada tonsil berhubungan erat dengan lokasi maupun fungsi tonsil sebagai pertahanan tubuh terdepan. Antigen baik inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil terjadi perlawanan tubuh dan kemudian terbentuk fokus infeksi.Peradangan akut pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus seperti adenovirus, virus Epstein Barr, influenza, para influenza, herpes simpleks, virus papiloma. Peradangan oleh virus yang tumbuh di membran mukosa kemudian diikuti oleh infeksi bakteri.Keadaan ini akan semakin berat jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus sebelumnya. Tonsilitis akut yang disebabkan oleh bakteri ini disebut peradangan lokal primer.Setelah terjadi serangan tonsilitis akut ini tonsil akan benar-benar sembuh atau bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula. Penyembuhan yang tidak sempurna akan menyebabkan peradangan ringan pada tonsil. Apabila keadaan ini menetap atau berulang, bakteri patogen akan bersarang di dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis.19 Infeksi pada tonsil dapat terjadi akut, kronis dan tonsilitis akut berulang.Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus.Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membrane semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.Tonsilitis kronisTonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi akut atau subklinis yang berulang. Ukuran tonsil membesar akibat hyperplasia parenkim atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis.Brodsky menjelaskan durasi maupun beratnya keluhan nyeri tenggorok sulit dijelaskan. Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat menetap. Tonsillitis kronis adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya pembesaran tonsil sebagai akibat infeksi tonsil yang berulang.Infeksi yang berulang dan sumbatan pada kripta tonsil mengakibatkan peningkatan stasis debris maupun antigen di dalam kripta, juga terjadi penurunan integritas epitel kripta sehingga memudahkan bakteri masuk ke parenkim tonsil. Bakteri yang masuk ke dalam parenkim tonsil akan mengakibatkan terjadinya infeksi tonsil. Pada tonsil yang normal jarang ditemukan adanya bakteri pada kripta, namun pada tonsilitis kronis bisa ditemukan bakteri yang berlipat ganda. Bakteri yang menetap di dalam kripta tonsil menjadi sumber infeksi yang berulang terhadap tonsil.Gejala klinis tonsilitis kronis didahului gejala tonsilitis akut seperti nyeri tenggorok yang tidak hilang sempurna. Halitosis akibat debris yang tertahan di dalam kripta tonsil, yang kemudian dapat menjadi sumber infeksi berikutnya. Pembesaran tonsil dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi sehingga timbul gangguan menelan, obstruksisleep apnuedan gangguan suara. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tonsil yang membesar dalam berbagai ukuran, dengan pembuluh darah yang dilatasi pada permukaan tonsil, arsitektur kripta yang rusak seperti sikatrik, eksudat pada kripta tonsil dan sikatrik pada pilar.Disamping tonsilitis akut dan kronis Brodsky menjelaskan adanya tonsiltis akut rekuren yang didefinisikan sebagai tonsilitis akut yang berulang lebih dari 4 kali dalam satu tahun kalender, atau lebih dari 7 kali dalam 1 tahun, 5 kali setiap tahun selama 2 tahun, atau 3 kali setiap tahun selama 3 tahun. Dalam catatan kebanyakan anak tidak ditemukan adanya keluhan diantara episode, dengan gambaran maupun ukuran tonsil yang kembali normal. Namun demikian bagi dokter yang teliti dapat menemukan eritema peritonsil, meningkatnya debris pada kripta tonsil, dilatasi pembuluh darah tonsil, maupun ukuran tonsil yang sedikit berubahPenatalaksanaan tonsilitis kronika. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil.The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indikators Compendiumtahun 1995menetapkan indikasi dilakukannya tonsilektomi yaitu:1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas,sleep apnea, gangguan menelan, dan gangguan bicara.4) Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan.5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grupA Sterptococcus hemoliticus7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan8) Otitis media efusa / otitis media supurataifPemeriksaan penunjanga. Tes LaboratoriumTes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteriyang ada dalam tubuh pasien dengan tonsilitis merupakan bakteri grup A, kemudian pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenisnya, serta laju endap darah. Persiapan pemeriksaan yang perlu sebelum tonsilektomi adalah :1) Rutin : Hemoglobine, lekosit, urine.2) Reaksi alergi, gangguan perdarahan, pembekuan.3) Pemeriksaan lain atas indikasi (Rongten foto, EKG, gula darah, elektrolit, dan sebagainya.b. KulturKultur dan uji resistensi bila diperlukan.c. TerapiDengan menggunakan antibiotik spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.FaringitisA. Akut1. EtiologiKuman Streptokokus beta hemolitikus, streptokokus viridans, dab streptokokus pyogenes adalah penyebab terbanyak. Namun dapat juga disebabkan oleh virus.2. PatofisiologiKuman masuk melalui dropletmenginfiltrasi epitelepitel terkikisaktivasi jaringan Limfoid Superficialreaksi inflamasi3. Manifestasi KlinisDemam, suhu naik 40oCRasa gatal dan kering di tenggorokan.LesuNyeri sendiOdinofagiaAnoreksiaOtalgiaFaring hiperemisTonsil membengkakKelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan4. KomplikasiOtitis media akutAbses peritonsilAbses faringToksemiaSeptikemiaBronkitisNefritis akutMiokarditisAtritisB. Kronik1. EtiologiKuman penyebab sama dengan penyebab pada tonsilitis akut.2. Faktor PredisposisiRangsangan kronik (rokok, makanan)Pengaruh cuacaPengobatan radang akut yang tidak adekuatHigiene yang buruk3. PatofisiologiProses radang yang berulangepitel mukosa dan jaringan Limfoid terkikisproses inflamasi berbentuk jaringan parutpengertuan jaringanruang antar kelompok melebar yang diisi dengan detritusproses meluas menembus kapsulperlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.4. Manifestasi KlinisKeluhan ada penghalang di tenggorokanTerasa keringPernapasan berbauTonsil membesar dengan permukaan tidak rataKriptus membesar dan terisi detritus5. KomplikasiPerikontinuitatum ( rhinitis kronik, sinusitis, dan otitis media)Hematogen/Limfogen (endokarditis, artritis, miositis, nefritis, dermatitis, piuritis, urtikaria, furunkulosis)3.RhinitisRinitis Non-AlergikaRinitis Non-Alergika adalah suatu peradangan pada selaput lendirHidungtanpa latar belakang alergi.Jenis-jenis rinitis non-alergika:1. Rinitis InfeksiosaRinitis infeksiosa biasanya disebabkan oleh infeksi pada saluran pernafasan bagian atas, baik oleh bakteri maupun virus.2. Rinitis Non-Alergika Dengan Sindroma EosinofiliaPenyakit ini diduga berhubungan dengan kelainan metabolisme prostaglandin.Pada hasil pemeriksaan apus hidung penderitanya, ditemukan eosinofil sebanyak 10-20%.Gejalanya berupa hidung tersumbat, bersin, hidung meler, hidung terasa gatal dan penurunan fungsi indera penciuman (hiposmia).3. Rinitis OkupasionalGejala-gejala rinitis hanya timbul di tempat penderita bekerja.Gejala-gejala rinitis biasanya terjadi akibat menghirup bahan-bahan iritan (misalnya debu kayu, bahan kimia).Penderita juga sering mengalamiAsmakarena pekerjaan.4. Rinitis HormonalBeberapa penderita mengalami gejala rinitis pada saat terjadi gangguan keseimbangan hormon (misalnya selama kehamilan, hipotiroid, pubertas, pemakaian pil KB).Estrogen diduga menyebabkan peningkatan kadar asam hialuronat di selaput hidung.Gejala rinitis pada kehamilan biasanya mulai timbul pada bulan kedua, terus berlangsung selama kehamilan dan akan menghilang pada saat persalinan tiba.Gejala utamanya adalah hidung tersumbat dan hidung meler.

5. Rinitis Karena Obat-obatanObat-obatan yang berhubungan dengan terjadinya rinitis adalah:- ACE inhibitor- reserpin- guanetidin- fentolamin- metildopa- beta-bloker- klorpromazin- gabapentin- penisilamin- aspirin- obatAntiperadangan non-steroid- kokain- estrogen eksogen- pil KB.

6. Rinitis GustatoriusRinitis gustatorius terjadi setelah mengkonsumsi makanan tertentu, terutama makanan yang panas dan pedas.7. Rinitis VasomotorRinitis vasomotor diyakini merupakan akibat dari terganggunya keseimbangan sistem parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis menjadi lebih dominan sehingga terjadi pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang timbul berupa hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung meler.Gejala biasanya dipicu oleh:-Cuacadingin- bau yang menyengat- stres- bahan iritan.GejalaGejala yang khas untuk rinitis adalah:- hidung terasa gatal- hidung meler- hidung tersumbat.Ciri khas dari rinitis infeksiosa adalah lendir hidung yang bernanah, yang disertai dengan nyeri dan tekanan pada wajah, penurunan fungsi indera penciuman serta batuk.

DiagnosaDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil tes kulit alergen yang negatif (tidak ditemukan IgE).Pengobatan rinitis non-alergika berdasarkan penyebabnya:1.Infeksi karena virus biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari; sedangkan infeksi bakteri memerlukan terapi antibiotik.2.Untuk status hipotiroid perbatasan, bisa diberikan ekstrak tiroid.3.Rinitis karena kehamilan biasanya akan berakhir pada saat persalinan tiba.4.Untuk mengatasi rinitis akibat pil KB sebaiknya pemakaian pil KB dikurangi atau diganti dengan kontrasepsi lainnya.

Obat-obatan yang bisa diberikan untuk meringankan gejala rinitis:1. Obat tetes hidung yang mengandung corticosteroid (untuk mengurangi peradangan)2. Obat tetes hidung yang mengandung simpatomimetik (untuk mengurangi pembengkakan dan penyumbatan hidung).Posted byJaneva Sihombingat6:38 AMEmail This

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1024206025012389546&postID=4357556112071813752&target=blog" \o "BlogThis!" \t "http://janevassh.blogspot.com/2013/09/_blank" BlogThis!

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1024206025012389546&postID=4357556112071813752&target=twitter" \o "Share to Twitter" \t "http://janevassh.blogspot.com/2013/09/_blank" Share to Twitter

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1024206025012389546&postID=4357556112071813752&target=facebook" \o "Share to Facebook" \t "http://janevassh.blogspot.com/2013/09/_blank" Share to Facebook

HYPERLINK "http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=1024206025012389546&postID=4357556112071813752&target=pinterest" \o "Share to Pinterest" \t "http://janevassh.blogspot.com/2013/09/_blank" Share to PinterestNo comments: