Top Banner
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN “ANATOMI DAN BAGIAN-BAGIAN BATANG TANAMAN KARET ( Hevea brasiliensis )Semester: Gasal 2014/ 2015 Oleh: Nama : Tri Mumtihatul Khoiriyah NIM : A1L012167 Prodi : Agroteknologi C KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
33

Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Feb 09, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

TUGAS TERSTRUKTURMATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN

“ANATOMI DAN BAGIAN-BAGIAN BATANG TANAMAN KARET ( Hevea brasiliensis )”

Semester:Gasal 2014/ 2015

Oleh:Nama : Tri Mumtihatul KhoiriyahNIM : A1L012167Prodi : Agroteknologi C

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Page 2: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas terstruktur

mata kuliah budidaya tanaman tahunan dengan judul

“Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet ( Hevea

Brasiliensis )”. Tugas terstruktur ini diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata

kuliah budidaya tanaman tahunan.

Penulis menyadari bahwa terselesainya tugas

terstruktur ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dosen mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan;

2. Semua pihak yang telah membantu sehingga tugas

terstruktur ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas

terstruktur mata kuliah budidaya tanaman tahunan ini

masih banyak kekurangan. Namun demikian, penulis

Page 3: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

berharap tugas terstruktur ini bermanfaat bagi yang

memerlukannya.

Purwokerto, 8 Oktober 2014

Penulis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet (Hevea brasiliensis Muell.-Arg) berasal dari

Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di

Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa pada tahun

1906. Tanaman ini berasal dari sedikit semai yang

dikirimkan dari Inggris ke Bogor pada tahun 1876,

sedangkan semai-semai tersebut berasal dari biji karet

yang dikumpulkan oleh H. A. Wickman, kewarganegaraan

Page 4: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Inggris, dari wilayah antara Sungai Tapajoz dan Sungai

Medeira di tengah Lembah Amazon (Semangun, 2000).

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Universitas

Free, Belanda, pada tahun 2020 mendatang kebutuhan karet

dunia mencapai lebih dari 13,472 juta ton karet alam.

Padahal kemampuan negara-negara produsen karet alam

untuk memenuhinya hanya sekitar 7.8 jut ton. Bagi

Indonesia, meningkatnya kebutuhan karet alam dunia

memberikan harapan yang cerah karena peluang untuk

mengisi pasar internasional semakin terbuka (Semangun,

2000).

Di Indonesia karet alam merupakan komoditas

strategis terutama ditinjau dari total area (3,1 juta

ha), sumber devisa (lebih dari 1 milyar US$), jumlah

penduduk yang mata pencariannya bergantung pada

perkaretan (12 juta jiwa) dan perannya sebagai pelestari

lingkungan (Setyamidjaja, 1993). Selain sebagai sumber

devisa, karet juga digunakan untuk bahan baku di dalam

negeri terutama untuk industri ban (Setyamidjaja, 1993).

Sebagai negara produsen kedua terbesar di dunia

pada saat ini, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi

produsen utama dalam dekade-dekade mendatang. Potensi

ini dimungkinkan karena Indonesia mempunyai sumber daya

yang sangat memadai untuk meningkatkan produksi dan

produktivitas, baik melalui pengembangan areal baru

Page 5: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

maupun melalui peremajaan areal tanaman menggunakan

klon-klon unggul. Namun, harapan ini akan berjalan

dengan baik jika langkah-langkah strategis penanganan

operasional dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat

yang sama, negara-negara pesaing Indonesia dengan sistem

kelembagaan peremajaan tanaman karetnya yang lebih

mapan, juga sedang menata diri untuk merebut pasar karet

yang sangat prospektif dalam dua dekade mendatang

(Depertemen Pertanian, 2007).

Dengan melihat pentingnya komoditi karet dimasa

mendatang, maka diperlukan pengetahuan yang memadai

tentang anatomi tanaman karet secara baik guna menunjang

perkembangan perkebunan Karet di Indonesia.

B. TujuanMahasiswa mampu mengetahui dan memahami anatomi

batang tanaman karet ( Hevea brasiliensis ).

Page 6: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

II. ISI

A. Deskripsi Tanaman Karet

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah

yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara

150 LS dan 150 LU. Bila di tanam di luar zone tersebut,

sehingga memulai pertumbuhannya pun lebih lambat,

sehingga memulai produksinya pun lebih lambat

(setyamidjaja, 1993).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi

dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai

15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan

memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa

kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak

miring kea rah utara. Batang tanaman ini mengandung

getah yang dikenal lateks (Anonim, 1999).

Memang, tanaman karet tergolong mudah diusahakan.

Apalagi kondisi Negara Indonesia yang beriklim tropis,

sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari Daratan

Amerika Tropis, sekitar Brazil. Hampir di semua daerah

di Indonesia, termasuk daerah yang tergolong kurang

subur, karet dapat tumbuh baik dan menghasilkan lateks.

Karena itu, banyak rakyat yang berlomba-lomba membuka

tanahnya untuk dijadikan perkebunan karet.

Page 7: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai

2,7-3 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang

terluas di dunia. Perkebunan karet yang besar banyak

diusahakan oleh pemerintah serta swasta. Sedangkan

perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada

umumnya dimiliki oleh rakyat. Sayangnya, perkebunan

karet rakyat tidak dikelola dengan baik. Boleh dibilang

pengolahan yang dilakukan hanya seadanya. Setelah

ditanam, karet dibiarkan tumbuh begitu saja,

perawatannya kurang diperhatikan. Tanaman karet tua

jarang yang diremajakan dengan klon baru. Itulah

sebabnya produktivitas perkebunan rakyat masih sangat

rendah. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah mutu

karet olahan yang dihasilkan (Anonim, 1999).

Menurut Cahyono, dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet

diklasifikasikan sebagai berikut : (Cahyono, 2010).

Kingdom/Philum : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan

berbiji)

Sub divisi : Angiospermae (biji berada

dalam buah)

Kelas : Dycotyledonae (biji

berkepin dua)

Ordo : Euphorbiales

Page 8: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Famili : Euphorbiales

Genus : Hevea

Spesies : Hevea bransiliensis

B. Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Kulit batang karet pada batang pohon yang telah

matang sadap dari luar menuju kedalam kearah kambium

tersusun dengan urutan sebagai berikut : (Setyamidjaja,

1993).

Kulit gabus, yang merupakan lapisan paling luar

dari batang

Kulit keras yang terdiri atas sel-sel batu

parensim, pembuluh tapis, dan saluran lateks yang

tidak teratur

Kulit lembut dimana terdapat saluran-saluran lateks

dan

Kambium.

a. Batang atas

Batang atas untuk perkebunan haruslah

menggunakan klon-klon anjuran. Diantaranya yaitu GT 1

dan AVROS 2037. Pemilihan batang atas harus jelas

diketahui asalnya, karena dari batang atas inilah

Page 9: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

akan diperoleh sadapan yang baik (Marsono dan Sigit,

2005).

Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang

baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata

okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu dari

entres cabang kebun entres dan entres dari kebun

produksi. Dari dua macam sumber mata okulasi ini

sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,

karena kelemahan diantaranya entres cabang dari

kebun entres akan menghasilkan tanaman yang

pertumbuhannya tidak seragam, mudah terserang hama

dan penyakit, membutuhkan jumlah air yang banyak dan

keberhasilan okulasinya rendah. Mata entres dari

kebun entres murni lebih baik karena akan

menghasilkan tanaman yang seragam (Anwar, 2006).

Pemupukan tanaman bahan okulasi bertujuan untuk

memperoleh pertumbuhan kayu okulasi yang baik, yang

memiliki jumlah mata tunas yang banyak untuk tiap

satuan panjang kayu bahan okulasi (entres).

Pemupukan diberikan tiap tiga bulan sekali dengan

dosis pemupukan yang dianjurkan adalah: Tahun

pertama; 20 gram ZA (10 gram Urea)+ 10 gram TSP+10

gram ZK (10 gram KCI) per pohon. Tahun kedua; 30 gram

ZA (15 gram Urea)+15 gram TSP+15 gram ZK (15 g

KCI) per pohon (Semoiraya, 2010).

b. Kulit Pohon

Page 10: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

a. Seri kulit

Kulit pohon karet yang disadap dibagi menjadi 4

kulit, yaitu :

1. Seri kulit A : kulit perawan atau

kulit pulihan purna (licin dan tidak

berbenjol) untuk sadap bawah normal

2. Seri kulit B : kulit pulihan agak berbenjol,

kurang rata dan kurang sempurna untuk sadap

normal

3. Seri kulit C : kulit berbenjol agak

tipis untuk disadap ATS atau Upward

Tapping

4. Seri kulit D : kulit berbenjol-benjol sangat

tipis disadap mati

b. Tebal kulit

1. Ketebalan kulit untuk pohon dengan pertumbuhan

normal adalah 7 mm dan pada pohon di tanah

tandus 6 mm

2. Pada renewed bark pemulihan kulit pertama

dalam 7 tahun dapat mencapai 7 mm, sedang

untuk pemulihan kedua 8 tahun

3. Secara ekonomis tebal kulit pohon harus

mencapai 7 mm, pemulihan kulit yang tipis

tidak menguntungkan.

Page 11: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Gambar 2.1 Struktur Batang Tanaman Karet

Keterangan gambar :

1. Kambium gabus

2. Xilem sekunder

3. Kayu musim kemarau

4. Kayu musim hujan

Page 12: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

5. Pepagan

6. Floem

7. Kambium pembuluh

8. Tahun ke-1

9. Tahun ke-2

10. Tahun ke-3

11. Tahun ke-4

12. Tahun ke-5

13. Tahun ke-6

14. Tahun ke-7

15. Tahun ke-8

16. Kayu dan xilem primer

c. Konsumsi Kulit

Konsumsi kulit untuk bidang sadap bawah

diukur secara vertikal pada bidang sadap. Tingkat

konsumsi kulti ditentukan oleh sistem sadap yang

digunakan. Karena kulit pohon merupakan modal

utama bagi usaha budidaya tanaman karet, masalah

menejemen pemakaian kulit harus medapatkan

perhatian khusus. Penyadpan dengan penggunaan kulit

yang baik dan teratur akan dapat mewujudkan umur

ekonomis pohon karet yang optimal.

d. Kedalaman Sadapan dengan struktur kulit karet

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,

penyadapan dilakukan dengan kedalaman 1 – 1,5 mm

dari kambium. Karena pada kedalaman tersebut

Page 13: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

terdapat pembuluh lateks paling banyak. Oleh karena

itu menyadap dangkal, yaitu 1,5 mm dari kambium

hanya dapat menghasilkan 48% dari produksi maksimum.

C. Lateks

Lateks adalah cairan putih dari pohon karet yang

diambil dari tanaman pada proses penyadapan. Lateks

berguna bagi tanaman sebagai bahan pengawet

(preservative). Lateks dibentuk dalam pembuluh lateks.

Pembuluh ini terdiri dari 2 macam. Pertama pembuluh

lateks yang berasal dari 1 sel yang kemudian bercabang-

cabang membentuk suatu pembuluh seperti amuba. Pembuluh

lateks seperti ini disebut pembuluh lateks simple,

misalnya terdapat pada biji. Kedua pembuluh lateks yang

berasal dari deretan sel-sel dimana dinding-dinding sel

kearah tegak lurus masing-masing melebur membentuk suatu

pembuluh. Pembuluh lateks ini disebut pembuluh kompoun

dan inilah yang terdapat pada tanaman karet yaitu pada

kulit lunak dan kulit keras (Lukman, 1984).

a. Pembuluh Lateks

Pembuluh lateks mengandung pembuluh dengan

dinding yang permanen dan elastis. Sebelum melakukan

penyadapan tekanan didalam pembuluh lateks tinggi.

Page 14: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Pengaliran lateks disebabkan karena tekanan dalam

pembuluh serta pergerakan cairan lateks akibat

perbedaan konsentrasi setelah pohon disadap. Pada

mikroskop elektron dapat dilihat partikel lateks

yang rusak akan mengeluarkan lateks (Southorn,

1961).

Jika penampang melintang tanaman karet

dipelajari, bagian tengah terdapat jaringan kayu

(xylem) yang dilapisi oleh kambium. Pada bagian luar

dijumpai kulit lunak yang menyusul kulit keras pada

kulit luar sel gabus sebagai lapisan terakhir. Di

dalam kulit lunak tersebut terdapat sederetan

pembuluh tapis atau floem yang berdiri agak condong

ke kanan.

Menurut Southorn (1961), lateks merupakan

suatu sistem pembuluh berupa pipa saluran di dalam

jaringan floem yang halus dari karet. Pembuluh ini

berada dekat dengan kambium, pertama-tama membentuk

sel tunggal lalu membentuk suatu jaringan pembuluh

melalui anatomisis. Gills dan Suharto (1976)

menyatakan bahwa semakin dekat dengan kambium maka

aliran pembuluh semakin kecil dengan ukuran 30

mikron.

Baik ketebalan asli maupun jumlah baris

pembuluh lateks yang ada di dalam semakin meningkat

Page 15: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

dan bertambahnya usia tanaman. Jumlah baris pembuluh

lateks pada prinsipnya merupakan cirri khas suatu

klon tetapi perkembangannya tergantung pada tingkat

pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor-

faktor seperti kepadatan tanaman dan status hara dan

juga oleh klon (Webster dan Baulkwill, 1989).

b. Struktur Lateks

Lateks merupakan suatu sistem koloid yang

bermuatan negatif berupa serum yang berisi protein

anionik yang membentuk suatu badan yang dikelilingi

oleh membran (lutoid) yang merupakan suatu sistem

koloid kedua yang mengandung asam yang kebanyakan

cation serum (Southorn dan Yip, 1968).

Menurut Subronto dan Napitupulu (1978),

menayatakan bahwa lateks mengalir karena adanya

proses pengenceran sebelum disadap tugor tanaman

adalah tinggi akan tetapi setelah disadap menjadi

penurunan tugor terutama dalam sel pembuluh lateks.

Semakin tinggi tugor antara sel sekitar pembuluh

maka proses pengenceran semakin lama.

Dijkman (1951), melaporkan bahwa lateks yang

keluar dari organ muda lebih sedikit mengandung

karet bila dibandingkan dengan lateks yang keluar

dari kulit batang tanaman yang berumur 5-10 tahun,

Page 16: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

tetapi proses penggumpalan lateks lebih lama terjadi

pada lateks yang keluar dari organ muda, sebab

partikel dari organ ini sangat sedikit dan

viskositas lateksnya lebih rendah.

c. Aliran Lateks

Pembuluh lateks adalah sel-sel hidup yang

mengandung larutan seperti gula, protein dan garam

mineral yang dapat menyimpan air dari jaringan yang

berada disekitarnya. Ketika tanaman karet disadap

lateks berhenti beberapa saat. Adapun faktor yang

berhubungan dengan aliran lateks, yaitu :

1. Fisiologi Aliran Lateks

Sifat-sifat fisiologi aliran lateks antara

lain dicirikan oleh indeks penyumbatan, kecepatan

aliran lateks, indeks produksi, kadar karet

kering, total solud konten serta anatomi kulit

yang meliputi jumlah, diameter dan kerapatan

pembuluh lateks (Rasjidin, 1989).

2. Proses Pengaliran Lateks

Apabila suatu alur sadap dibuka maka keluarlah

lateks oleh tekanan dari dalam. Pengurangan

terjadi secara berlanjutan sepanjang pembuluh

lateks sehingga mengalirnya lateks menuju bagian

yang dipotong. Pada saat yang sama akibat

menurunnya tekanan dalam sel pembuluh lateks maka

Page 17: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

mengalirlah air ke dalam pembuluh dari sel

sekelilingnya sehingga mengencerkan lateks

(Rasjidin, 1989).

3. Daerah Aliran Lateks

Penelitian fisiologi tentang luasnya daerah

pengaliran lateks yang secara efektif turut serta

mengalirkan lateks selama penyadapan dilakukan

oleh Frey Wysling (1993) dan Scheweizer (1941)

hasil penelitiannya disimpulkan bahwa daerah

aliran lateks hampir seluruhnya terdapat dibawah

alur sadap hanya sebagian kecil dari samping alur

sadap, luasnya tergantung kapasitas produksi

pohon yang berproduksi tinggi daerah pengaliran

pengaliran vertikal mencapai 171 cm (Rasjidin,

1989).

4. Indeks Penyumbatan

Indeks penyumbatan dan panjang alur sadap

sewaktu penyadapan juga menentukan pola aliran

lateks. Semakin panjang alur sadapan, indeks

penyumbatan semakin kecil sehingga lateks yang

mengalir lebih lama. Sebaliknya semakin pendek

alur sadap, indeks penyumbatan semakin besar.

Sebab utama terjadinya penyumbatan pembuluh

lateks adalah pecahnya butir lutoid yang terdapat

dalam lateks akibat gesekan yang terjadi ketika

lateks mengalir. Terjadinya penyempitan pada

Page 18: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

pembuluh lateks kemungkinan dapat mengganggu

aliran lateks sehingga menyebabkan pola aliran

lateks untuk setiap klon berbeda (Boerhendy,

1988).

Indeks penyumbatan merupakan sifat khas yang

tidak dipengaruhi oleh umur tanaman, tetapi

sedikit dipengaruhi oleh faktor lingkungan akibat

terjadinya variasi produksi antara pohon dan

variasi harian (Subronto dan Napitupulu, 1978).

5. Kecepatan Aliran Lateks

Pengamatan kecepatan aliran lateks dimaksudkan

untuk mengetahui pola aliran lateks. Pada awalnya

aliran lateks mengalir cepat, kemudian lambat dan

akhirnya berhenti. Lambat cepatnya aliran lateks

sewaktu disadap berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya produksi. Semakin cepat dan lama lateks

mengalir, maka hasil lateksnya semakin tinggi.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

ternyata pola aliran lateks itu berbeda-beda

setiap klon. Perbedaan aliran lateks ini

memungkinkan disebabkan oleh banyaknya pembuluh

lateks yang terpotong. Selain itu, komposisi

pembuluh lateks juga berbeda. Berdasarkan hasil

itu maka pola aliran lateks berbeda untuk setiap

klon sehingga hasil juga berbeda (Boerhendy,

1988).

Page 19: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Subronto dan Harris (1977), menyatakan bahwa

kecepatan aliran akan menggambarkan aliran lateks

per satuan waktu per panjang alur sadap yang

dilalui. Kecepatan aliran lateks berkorelasi

positif dengan produksi.

d. Pengumpulan Lateks di Kebun

Untuk mendapatkan hasil olah karet yang bermutu

baik, syarat yang harus dipenuhi adalah tingkat

kebersihan lateks dan penanganan pengumpulan lateks

hasil penyadapan di kebun (Cahyono, 2010)

Selain dari kemungkinan terjadinya pengotoran

lateks oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar

dihilangkan, kotoran-kotoran tersebut dapat pula

menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya

lump sebelum lateks sampai di pabrik untuk diolah.

Pengumpulan lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah

penyadapan dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang

aliran lateksnya lambat berhenti (late drops) dapat

dilakukan pengumpulan kedua.

Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks

dapat diangkut ke pabrik pusat, agar dapat dilakukan

pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam

satu atau beberapa bak pencampur di pabrik, sehingga

dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan

Page 20: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

tempat memaksa untuk dilakukan koagulasi dikebun,

jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat mungkin harus

dibatasi. Cara terakhir ini dilaksanakan kalau

lateks akan diolah menjadi crepe atau karet remah,

sedangkan kalau akan diolah menjadi sheet, proses

koagulasi harus dilaksanakan di pabrik

(Setyamidjaja, 1993).

Mikroba mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri

pada lingkungan hidupnya, sehingga pada lateks kebun

walaupun telah diberi bahan pengawet amonia bila

tertunda terlalu lama di TPH (Tempat Pengumpulan

Hasil) kebun, mutunya dapat menurun. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan

bahwa dengan dosis ammonia 0,30% di TPH kebun

setelah penyimpanan 5 jam jumlah mikroba masih

sekitar 2 x 103 sel/ml lateks dan setelah 15 jam

terjadi peningkatan jumlah mikroba menjadi 2 x 107

sel/ml lateks dan kemudian setelah penyimpanan 25

jam lateks kebun tersebut telah mengalami

prakoagulasi. Oleh karena itu diharapkan lateks

kebun telah terkumpul di tangki penerima pabrik

paling lambat 10 jam setelah penyadapan (Ompusunggu,

1991).

Sarana transportasi, baik jalan atau kendaraan,

yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya

Page 21: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang

berguncang-guncang mengakibatkan lateks yang

diangkut terkocok-kocok secara kuat sehingga merusak

kestabilan koloidal. Jarak yang jauh yang

menyebabkan lateks baru tiba di tempat pengolahan

pada siang hari dan sempat terkena terik matahari di

perjalanan juga dapat menyebabkan terjadinya

prakoagulasi (Anonim, 1999).

D. Penyadapan

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan

karet. Penyadapan karet (menderes, menorah, tapping)

adalah mata rantai pertama dalam proses produksi karet.

Penyadapan dilaksanakan dikebun produksi dengan

menyayat atau mengiris kulit batang dengan cara

tertentu, dengan maksud untuk memperoleh lateks atau

getah. Kulit batang yang disadap adalah modal utama

untuk berproduksinya tanaman karet. Kesalahan dalam

penyadapan akan membawa akibat yang merugikan baik bagi

pohon itu sendiri maupun bagi produksinya.

Pada tanaman muda, penyadapan umumnya telah dimulai

pada umur 5-6 tahun, tergantung pada kesuburan

pertumbuhannya. Penyadapan pada tanaman muda, sebelum

Page 22: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

sadapan rutin berjalan, terlebih dahulu melakukan

bukaan sadapan yang merupakan saat pertama dimulainya

penyadapan pada tanaman yang telah memenuhi syarat

untuk disadap.

Gambar 2. 2 Penyadapan tanaman karet

Tanaman karet merupakan tanaman yang

menghasilkan getah. Tanaman ini dipanen dengan cara

disadap, yaitu menyayat atau mengiris kulit batang

dengan cara tertentu, dengan maksud untuk memperoleh

lateks atau getah.kulit batang yang disadap adalah modal

utama berproduksinya tanaman karet. Kesalahan dalam

penyadapan akan membawa akibat yang sangat merugikan

baik bagi pohon itu sendiri maupun bagi

produksinya.

Kesalahan dalam penyadapan, seperti pemborosan

pemakaian kulit dan kerusakan kulit dan lain-lain

akan berdampak pada pemendekan umur ekonomis

Page 23: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

tanaman, penurunan produksi sehingga mengakibatkan

kerugian perusahaan.

Syarat-syarat penyadapan yang baik :

1. Dapat memberikan hasil karet kering yang tinggi baik

per pohon maupun per hektar

2. Hemat dalam penggunaan kulit

3. Mudah dilaksanakan dan efisien tenaga serta biaya

4. Mempertimbangkan kesehatan tanaman dan stabilitas

produktivitas dalam jangka panjang

Komposisi umur tanaman menghasilkan karet yang

standart (25 tahun sadengan sifat produksinya

sebagai berikut :

Table 2.1 Komposisi Umur TM Dengan Sifat Produksinya

Umur Tanaman

(tahun)

Kelas Standart

Luas (%)

Sifat

Produksi6 – 12 tahun Taruna 23 Belum

potensi13 – 18

tahun

Muda 20 Potensial

19 – 23

tahun

Dewasa 17 Sangat

potensial24 – 27

tahun

Tua 13 Kurang

potensial>27 tahun Tua renta 10 Tidak

Page 24: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

potensialSumber : Pedoman Budidaya Pengelolaan Karet (1997)

Macam Sadapan

Berdasarkan cara dan arah penyadapan, maka sadapan

karet dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :

a. Sadap tusuk (Puncture Tapping)

b. Sadap ke arah bawah (Down Ward Tapping)

c. Sadap ke arah atas (Up Ward Tapping), sadap ke

arah atas biasa dan sadap ke arah atas ATS

(Alternate Tapping Sistem)

d. Sadap kombinasi arah atas dan bawah bersamaan

e. Sadap mati/cacah runcah (CCRC)

Pola Dasar Sadapan

Kriteria Matang Sadap

Tanaman karet dapat disadap apabila telah memenuhi

kriteria matang sadap, yaitu :

a. Umur 5 – 6 tahun

b. Lilit batang pada ketinggian 100 cm dari pertautan

okulasi minimal 45 cm

c. Jumlah tanaman karet dalam 1 blok/areal tanaman

yang sama dengan lilit batang minimal 45 cm telah

mancapai minimal 60% dari populasi

d. Ketebalan kulit pada ketinggian 100 cm untuk

daerah subur telah mencapai 7 mm, sedang daerah

kurang subur telah mencapai 6 mm.

Persiapan TM 1

Page 25: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

a. Pengukuran lilit batang

Pengukuran lilit batang dilakukan pada

ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi pada

setiap pohon, dengan tujuan untuk

menginventarisasi jumlah pohon yang lilit

batangnya telah memenuhi criteria matang

sadap. Pengukuran lilit batang terakhir

dilakukan pada bulan Agustus.

Pada pohon yang lilit batangnya mencapai 45 cm

atau lebih diberi tanda 2 totolan dan 35 – 45

diberi tanda 1 totolan. Pemberian tanda totolan

pada ketinggian 150 cm dari pertautan okulasi

dengan menghadap ke arah jalan.

Gambar 2.3 Lilit batang tanaman

karet

b. Waktu buka sadap baru

Page 26: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Pelaksanaan buda sadapan pertama dilakukan

pada bulan oktober, yaitu saat setelah lewat

masa gugur daun.

c. Pembagian hanca

Pembagian hanca pada tanaman TM 1 dilaksanakan

pada akhir masa TBM dengan cara sebagai berikut :

1) Lilit batang 35 cm keatas dihitung sampai

dengan jumlah 500 pohon

2) Setiap hanca disisipkan 500 pohon walaupun

pada kenyataannya yang disadap kurang dari

500 pohon. Akan tetapi pada akhir TM 1

yang disadap akan mencapai 500 pohon dengna

pertimbangan agar tidak selalu merubah hanca.

3) Setiap batas hanca diberi tanda gelang 5 cm,

ketinggian dari tanah 2m

4) Setiap setengah hanca diberi warna merah

dan setengah hanca selebihnya deberi gelang

warna putih

5) Nama penyadap agar dipasang disetiap blok

hanca untuk memudahkan control

Rumus Sadapan

a. Symbol sadapan

S (Spiral) = keratin sadapan sepanjang 1

spiral dengan susut 400

D (Day) = hari, menunjukkan hari sadap

b. Pedoman

Page 27: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

½ S = angka pertama di depan S menunjukkan

jumlah atau panjang keratan

D3 = angka di belakang D menunjukkan hari

sadap (rotasi sadap)

↓ = tanda panah menunjukka arah sadapan

Contoh : ½ S↓d3

Artinya : satu irisan sadap dengan panjang

½ spiral, satu hari sadap dua hari

istirahat (disadap 3 hari sekali).

Intensitas Sadap

a. Menunjukkan tingkat kekuatan/beban sadapan dan

dinyatakan dalam %

b. Sebagai tolok ukur intensitas sadap sesuai

kesepakatan bersama untuk 1SD1 = 400%

c. Pedoman pada sadapan dengan ½ SD2 yaitu disadap

2 hari sekali, intensitasnya ½ x ½ x 400% =

100%.

Waktu Penyadapan

Semakin pagi pelaksanaan penyadapan,

produksi yang dihasilkan makin tinggi karena

tekanan turgor tanaman masih tinggi. Perlu

dipertimbangkan tentang :

a. Keahlian penyadap, menyadap pada keadan gelap

lebih mudah terkena kayu

b. Kesehatan penyadap

Page 28: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

c. Penyadap yang mengadap terlalu pagi serta

dalam suasana yang lembab, kemungkinan

terserang penyakit lebih besar.

Waktu penyadapan dimulai dan dapat

diselesaikan sepagi mungkin (disesusikan dengan

kondisi iklim/musim). Keluarnya lateks

ipengaruhi oleh tekanan sel pembuluh lateks

dan sel-sel parenkim disekitar pembuluh lateks.

Tekanan turgor ini dipengaruhi oleh suhu udara.

Pelaksanaan Buka Sadap Baru

a. Irisan sadap pertama dimulai dari batas 1 cm

diatas garis sadap paling atas dengan

kedalaman sadap 4,5 mm dari cambium

b. Sadapan diteruskan scara bertahap sampai

mencapai garis sadap teratas (dilakukan

sebanyak ±5 kali) dengan kedalaman 1,5

mm dari kambium dan sudah menghasilkan

lateks

c. Diupayakan agar kedudukan pisau sadap

pada panel sadap telah tepat untuk

menghindari luka kayu.

Page 29: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

III. KESIMPULAN

1. Kulit batang karet pada batang pohon yang telah

matang sadap dari luar menuju kedalam kearah kambium

tersusun dengan urutan sebagai berikut :

Kulit gabus, yang merupakan lapisan paling luar

dari batang

Kulit keras yang terdiri atas sel-sel batu

parensim, pembuluh tapis, dan saluran lateks yang

tidak teratur

Kulit lembut dimana terdapat saluran-saluran

lateks dan

Kambium.

2. Rumus sadapan

Symbol sadapan

S (Spiral) = keratin sadapan sepanjang 1

spiral dengan susut 400

D (Day) = hari, menunjukkan hari sadap

Pedoman

½ S = angka pertama di depan S menunjukkan

jumlah atau panjang keratan

D3 = angka di belakang D menunjukkan hari

sadap (rotasi sadap)

↓ = tanda panah menunjukka arah sadapan

Contoh : ½ S↓d3

Page 30: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet
Page 31: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Anwar. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat

Penelitian Karet. Medan.

Boerhendy, 1988. Efek Okulasi Tajuk terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Karet. Universitas Jambi Press. Jambi

Cahyono, 2010. Karet. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam-  Universitas Sumatera Utara.

Depertemen Pertanian, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan

Agribisnis Karet. Edisi ke 2. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Dijkman M. J. 1951. Hevea. Thirty Years of Research in the Far

East. University of Miami Pr. Florida. 329 p.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2003. Pedoman

Pengamatan dan Pengendalian OPT Karet. Direktorat Jenderal Bina

Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta..

Lukman, 1984. Penyadapan dan Stimulasi Tanaman Karet. Medan :

BPP.

Marsono dan Sigit, 2005. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta

Page 32: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet

Rasjidin, 1989. Bercocok Tanam Karet. Penebar Swadaya.

Jakarta

Semangun, 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Semoiraya, 2010. Budidaya Karet.

http:// semoiraya .com/article/26214/budidaya-

karet.html. Diakses pada 8 Oktober 2014

Setyamidjaja, 1993.. Karet budidaya dan Pengolahan.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Southorn, 1961. Micropy of Havea Lateks.  Illinois University

Press

Southorn dan Yip, 1968. Some physiologial properties of

latex from anther somatic plants derived from two

hevea clones. In: Physiology & Exploitation

of Hevea brasiliensis. Proceeding of IRRDB

Symposium. Kunming China, 6-7 October 1990.

The International Rubber Research & Develop-

ment Board. p. 14-19.

Subronto dan Napitupulu. 1978. Pengujian Klon Karet. Bentang

Pustaka. Medan

Webster dan Baulkwill, 1989.The Agronomy of the Major Tropical

Crops. New York : Oxford University Press. 

Page 33: Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet