TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN “ANATOMI DAN BAGIAN-BAGIAN BATANG TANAMAN KARET ( Hevea brasiliensis )” Semester: Gasal 2014/ 2015 Oleh: Nama : Tri Mumtihatul Khoiriyah NIM : A1L012167 Prodi : Agroteknologi C KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS TERSTRUKTURMATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
“ANATOMI DAN BAGIAN-BAGIAN BATANG TANAMAN KARET ( Hevea brasiliensis )”
Semester:Gasal 2014/ 2015
Oleh:Nama : Tri Mumtihatul KhoiriyahNIM : A1L012167Prodi : Agroteknologi C
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas terstruktur
mata kuliah budidaya tanaman tahunan dengan judul
“Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet ( Hevea
Brasiliensis )”. Tugas terstruktur ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata
kuliah budidaya tanaman tahunan.
Penulis menyadari bahwa terselesainya tugas
terstruktur ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan;
2. Semua pihak yang telah membantu sehingga tugas
terstruktur ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas
terstruktur mata kuliah budidaya tanaman tahunan ini
masih banyak kekurangan. Namun demikian, penulis
berharap tugas terstruktur ini bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Purwokerto, 8 Oktober 2014
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karet (Hevea brasiliensis Muell.-Arg) berasal dari
Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di
Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa pada tahun
1906. Tanaman ini berasal dari sedikit semai yang
dikirimkan dari Inggris ke Bogor pada tahun 1876,
sedangkan semai-semai tersebut berasal dari biji karet
yang dikumpulkan oleh H. A. Wickman, kewarganegaraan
Inggris, dari wilayah antara Sungai Tapajoz dan Sungai
Medeira di tengah Lembah Amazon (Semangun, 2000).
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Universitas
Free, Belanda, pada tahun 2020 mendatang kebutuhan karet
dunia mencapai lebih dari 13,472 juta ton karet alam.
Padahal kemampuan negara-negara produsen karet alam
untuk memenuhinya hanya sekitar 7.8 jut ton. Bagi
Indonesia, meningkatnya kebutuhan karet alam dunia
memberikan harapan yang cerah karena peluang untuk
mengisi pasar internasional semakin terbuka (Semangun,
2000).
Di Indonesia karet alam merupakan komoditas
strategis terutama ditinjau dari total area (3,1 juta
ha), sumber devisa (lebih dari 1 milyar US$), jumlah
penduduk yang mata pencariannya bergantung pada
perkaretan (12 juta jiwa) dan perannya sebagai pelestari
lingkungan (Setyamidjaja, 1993). Selain sebagai sumber
devisa, karet juga digunakan untuk bahan baku di dalam
negeri terutama untuk industri ban (Setyamidjaja, 1993).
Sebagai negara produsen kedua terbesar di dunia
pada saat ini, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi
produsen utama dalam dekade-dekade mendatang. Potensi
ini dimungkinkan karena Indonesia mempunyai sumber daya
yang sangat memadai untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas, baik melalui pengembangan areal baru
maupun melalui peremajaan areal tanaman menggunakan
klon-klon unggul. Namun, harapan ini akan berjalan
dengan baik jika langkah-langkah strategis penanganan
operasional dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat
yang sama, negara-negara pesaing Indonesia dengan sistem
kelembagaan peremajaan tanaman karetnya yang lebih
mapan, juga sedang menata diri untuk merebut pasar karet
yang sangat prospektif dalam dua dekade mendatang
(Depertemen Pertanian, 2007).
Dengan melihat pentingnya komoditi karet dimasa
mendatang, maka diperlukan pengetahuan yang memadai
tentang anatomi tanaman karet secara baik guna menunjang
perkembangan perkebunan Karet di Indonesia.
B. TujuanMahasiswa mampu mengetahui dan memahami anatomi
batang tanaman karet ( Hevea brasiliensis ).
II. ISI
A. Deskripsi Tanaman Karet
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah
yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara
150 LS dan 150 LU. Bila di tanam di luar zone tersebut,
sehingga memulai pertumbuhannya pun lebih lambat,
sehingga memulai produksinya pun lebih lambat
(setyamidjaja, 1993).
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi
dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai
15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan
memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa
kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak
miring kea rah utara. Batang tanaman ini mengandung
getah yang dikenal lateks (Anonim, 1999).
Memang, tanaman karet tergolong mudah diusahakan.
Apalagi kondisi Negara Indonesia yang beriklim tropis,
sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari Daratan
Amerika Tropis, sekitar Brazil. Hampir di semua daerah
di Indonesia, termasuk daerah yang tergolong kurang
subur, karet dapat tumbuh baik dan menghasilkan lateks.
Karena itu, banyak rakyat yang berlomba-lomba membuka
tanahnya untuk dijadikan perkebunan karet.
Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai
2,7-3 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang
terluas di dunia. Perkebunan karet yang besar banyak
diusahakan oleh pemerintah serta swasta. Sedangkan
perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada
umumnya dimiliki oleh rakyat. Sayangnya, perkebunan
karet rakyat tidak dikelola dengan baik. Boleh dibilang
pengolahan yang dilakukan hanya seadanya. Setelah
ditanam, karet dibiarkan tumbuh begitu saja,
perawatannya kurang diperhatikan. Tanaman karet tua
jarang yang diremajakan dengan klon baru. Itulah
sebabnya produktivitas perkebunan rakyat masih sangat
rendah. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah mutu
karet olahan yang dihasilkan (Anonim, 1999).
Menurut Cahyono, dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet
diklasifikasikan sebagai berikut : (Cahyono, 2010).
Kingdom/Philum : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan
berbiji)
Sub divisi : Angiospermae (biji berada
dalam buah)
Kelas : Dycotyledonae (biji
berkepin dua)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiales
Genus : Hevea
Spesies : Hevea bransiliensis
B. Anatomi dan Bagian-Bagian Batang Tanaman Karet
Kulit batang karet pada batang pohon yang telah
matang sadap dari luar menuju kedalam kearah kambium
tersusun dengan urutan sebagai berikut : (Setyamidjaja,
1993).
Kulit gabus, yang merupakan lapisan paling luar
dari batang
Kulit keras yang terdiri atas sel-sel batu
parensim, pembuluh tapis, dan saluran lateks yang
tidak teratur
Kulit lembut dimana terdapat saluran-saluran lateks
dan
Kambium.
a. Batang atas
Batang atas untuk perkebunan haruslah
menggunakan klon-klon anjuran. Diantaranya yaitu GT 1
dan AVROS 2037. Pemilihan batang atas harus jelas
diketahui asalnya, karena dari batang atas inilah
akan diperoleh sadapan yang baik (Marsono dan Sigit,
2005).
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang
baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata
okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu dari
entres cabang kebun entres dan entres dari kebun
produksi. Dari dua macam sumber mata okulasi ini
sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,
karena kelemahan diantaranya entres cabang dari
kebun entres akan menghasilkan tanaman yang
pertumbuhannya tidak seragam, mudah terserang hama
dan penyakit, membutuhkan jumlah air yang banyak dan
keberhasilan okulasinya rendah. Mata entres dari
kebun entres murni lebih baik karena akan
menghasilkan tanaman yang seragam (Anwar, 2006).
Pemupukan tanaman bahan okulasi bertujuan untuk
memperoleh pertumbuhan kayu okulasi yang baik, yang
memiliki jumlah mata tunas yang banyak untuk tiap
satuan panjang kayu bahan okulasi (entres).
Pemupukan diberikan tiap tiga bulan sekali dengan
dosis pemupukan yang dianjurkan adalah: Tahun
pertama; 20 gram ZA (10 gram Urea)+ 10 gram TSP+10
gram ZK (10 gram KCI) per pohon. Tahun kedua; 30 gram
ZA (15 gram Urea)+15 gram TSP+15 gram ZK (15 g
KCI) per pohon (Semoiraya, 2010).
b. Kulit Pohon
a. Seri kulit
Kulit pohon karet yang disadap dibagi menjadi 4
kulit, yaitu :
1. Seri kulit A : kulit perawan atau
kulit pulihan purna (licin dan tidak
berbenjol) untuk sadap bawah normal
2. Seri kulit B : kulit pulihan agak berbenjol,
kurang rata dan kurang sempurna untuk sadap
normal
3. Seri kulit C : kulit berbenjol agak
tipis untuk disadap ATS atau Upward
Tapping
4. Seri kulit D : kulit berbenjol-benjol sangat
tipis disadap mati
b. Tebal kulit
1. Ketebalan kulit untuk pohon dengan pertumbuhan
normal adalah 7 mm dan pada pohon di tanah
tandus 6 mm
2. Pada renewed bark pemulihan kulit pertama
dalam 7 tahun dapat mencapai 7 mm, sedang
untuk pemulihan kedua 8 tahun
3. Secara ekonomis tebal kulit pohon harus
mencapai 7 mm, pemulihan kulit yang tipis
tidak menguntungkan.
Gambar 2.1 Struktur Batang Tanaman Karet
Keterangan gambar :
1. Kambium gabus
2. Xilem sekunder
3. Kayu musim kemarau
4. Kayu musim hujan
5. Pepagan
6. Floem
7. Kambium pembuluh
8. Tahun ke-1
9. Tahun ke-2
10. Tahun ke-3
11. Tahun ke-4
12. Tahun ke-5
13. Tahun ke-6
14. Tahun ke-7
15. Tahun ke-8
16. Kayu dan xilem primer
c. Konsumsi Kulit
Konsumsi kulit untuk bidang sadap bawah
diukur secara vertikal pada bidang sadap. Tingkat
konsumsi kulti ditentukan oleh sistem sadap yang
digunakan. Karena kulit pohon merupakan modal
utama bagi usaha budidaya tanaman karet, masalah
menejemen pemakaian kulit harus medapatkan
perhatian khusus. Penyadpan dengan penggunaan kulit
yang baik dan teratur akan dapat mewujudkan umur
ekonomis pohon karet yang optimal.
d. Kedalaman Sadapan dengan struktur kulit karet
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
penyadapan dilakukan dengan kedalaman 1 – 1,5 mm
dari kambium. Karena pada kedalaman tersebut
terdapat pembuluh lateks paling banyak. Oleh karena
itu menyadap dangkal, yaitu 1,5 mm dari kambium
hanya dapat menghasilkan 48% dari produksi maksimum.
C. Lateks
Lateks adalah cairan putih dari pohon karet yang
diambil dari tanaman pada proses penyadapan. Lateks
berguna bagi tanaman sebagai bahan pengawet
(preservative). Lateks dibentuk dalam pembuluh lateks.
Pembuluh ini terdiri dari 2 macam. Pertama pembuluh
lateks yang berasal dari 1 sel yang kemudian bercabang-
cabang membentuk suatu pembuluh seperti amuba. Pembuluh
lateks seperti ini disebut pembuluh lateks simple,
misalnya terdapat pada biji. Kedua pembuluh lateks yang
berasal dari deretan sel-sel dimana dinding-dinding sel
kearah tegak lurus masing-masing melebur membentuk suatu
pembuluh. Pembuluh lateks ini disebut pembuluh kompoun
dan inilah yang terdapat pada tanaman karet yaitu pada
kulit lunak dan kulit keras (Lukman, 1984).
a. Pembuluh Lateks
Pembuluh lateks mengandung pembuluh dengan
dinding yang permanen dan elastis. Sebelum melakukan