ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT AKIBAT EKSTERNALITAS NEGATIF KEGIATAN PENAMBANGAN BATU GAMPING (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor) BAHROIN IDRIS TAMPUBOLON DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
112
Embed
ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT AKIBAT ... · negatif bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar seperti penurunan kualitas dan kuantitas air, kebisingan, getaran, pencemaran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
- 1 -
ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT AKIBAT EKSTERNALITAS NEGATIF KEGIATAN
PENAMBANGAN BATU GAMPING (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor)
BAHROIN IDRIS TAMPUBOLON
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
- 3 -
RINGKASAN
BAHROIN IDRIS TAMPUBOLON. Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI
Kegiatan penambangan batu gamping merupakan kegiatan tambang terbuka (open pit) dan dilakukan melalui cara peledakan dengan sistem berjenjang (bench). Kegiatan penambangan tentunya berpotensi menimbulkan eksternalitas negatif bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar seperti penurunan kualitas dan kuantitas air, kebisingan, getaran, pencemaran udara, kehilangan keanekaragaman hayati, dan penurunan tingkat kesehatan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji eksternalitas negatif dan kesediaan menerima dana kompensasi masyarakat melalui pendekatan ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Tujuan penelitian ini secara khusus yaitu: (1) mengindentifikiasi eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat dari aktivitas penambangan batuan gamping; (2) mengkaji peluang kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi; (3) mengkuantifikasikan besarnya nilai kesediaan menerima dana kompensasi oleh masyarakat akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan batuan gamping; dan (4) mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai dana kompensasi masyarakat sekitar penambangan di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan selama bulan April sampai dengan Juni 2011. Eksternalitas negatif yang dialami masyarakat diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Peluang kesediaan menerima dana kompensasi masyarakat dianalisis dengan menggunakan regresi logistik. Besarnya nilai WTA masyarakat diketahui dengan menggunakan perhitungan Willingness To Accept. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTA masyarakat dianalisis dengan model regresi linier berganda.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan, sebagian besar masyarakat menyatakan eksternalitas negatif yang dirasakan adalah kebisingan dan getaran, perubahan kualitas udara serta perubahan kualitas dan kuantitas air. Hanya sebagian kecil responden yang menyatakan kehilangan keanekaragaman hayati. Mayoritas responden menyatakan bersedia menerima dana kompensasi atas eksternalitas negatif yang timbul. Nilai dugaan rataan WTA responden adalah sebesar Rp 137.500,00 per bulan per kepala keluarga dan nilai total WTA responden sebesar Rp 6.325.000,00 per bulan. Nilai total WTA masyarakat adalah sebesar Rp 447.975.000,00 per bulan. Faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai WTA responden adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dummy wiraswasta dan pegawai swasta.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran untuk berbagai pihak, antara lain : (1) Perusahaan penambangan batuan gamping seharusnya mencari sistem dan teknologi penambangan yang lebih baik dan ramah lingkungan, reklamasi lahan setelah penambangan harus terus dilakukan,
- 4 -
perbaikan Jalan Putih dan peningkatan kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar kawasan penambangan. (2) Pemerintah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penambangan, menyelesaikan permasalahan eksternalitas negatif, dan pengawasan terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan. (3) Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian mengenai analisis Willingness to Pay.
- 2 -
ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT AKIBAT EKSTERNALITAS NEGATIF KEGIATAN
PENAMBANGAN BATU GAMPING (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor)
BAHROIN IDRIS TAMPUBOLON
H44070057
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
- 5 -
Judul Skripsi : Analisis Willingness To Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor)
Nama : Bahroin Idris Tampubolon NIM : H44070057
Menyetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi
NIP. 19650212 199003 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
- 6 -
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Willingness To Accept
Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping
(Stud Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor) adalah
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
Bahroin Idris Tampubolon H44070057
- 7 -
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Ibu (Pipih Pudjiastuti), Bapak (Radjab Tampubolon), Abang Manan, Eri
Choirul serta Fia Harfiana atas segala dukungan, doa, dan kasih sayang.
2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi. selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, arahan, dukungan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas pelajaran
dan pengalaman berharga yang telah diberikan.
3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. selaku dosen penguji utama dan Novindra, S.P,
M.Si. selaku dosen perwakilan departemen.
4. Dr. Meti Ekayani S,Hut,MSc. selaku pembimbing akademik.
5. Ibu Dian, Ibu Riri, Ibu Wiwik, dan Bapak Erhan dari Badan Lingkungan
Hidup (BLH) Kabupaten Bogor, Kepala Desa Lulut Kecamatan
Klapanunggal beserta jajarannya, Bapak Cece selaku Ketua RT 05/05 yang
telah banyak membantu pengumpulan data dan informasi untuk skripsi.
6. Handai taulan Ario Bismoko, Adhitya “Baso” Permadi, Agung Kurniawan,
Suci Nurul H, Andrian I., Fandi W.I, Riony R.P, A.Harahap, Dina Berina,
Dina Setriana, Diyah Didi, seluruh sahabat ESL 44 serta keluarga UKM
Futsal IPB atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan motivasinya.
- 8 -
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Willingness To Accept
Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping
(Studi Kasus Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor)”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah mengkaji eksternalitas
negatif yang timbul dari aktivitas penambangan batuan gamping, mengkaji
peluang kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi di Desa Lulut,
mengkuantifikasikan besarnya nilai kesediaan menerima dana kompensasi oleh
masyarakat akibat eksternalitas negatif yang timbul dari kegiatan penambangan
batuan gamping serta mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya
nilai dana kompensasi masyarakat sekitar penambangan.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan
datang.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 10 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 11 1.5. Ruang Lingkup ..................................................................... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... . 13
2.1. Penambangan Batu Karst ..................................................... 13 2.2. Pengelolaan Kawasan Karst ................................................. 15 2.3. Pencemaran Udara ............................................................... 16 2.4. Eksternalitas Negatif ............................................................ 17 2.5. Metode Estimasi Penilaian Lingkungan dengan CVM ........ 20 2.6. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................... 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................ 24
IV. METODE PENELITIAN............................................................. 34
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 34 4.2. Jenis dan Sumber Data ......................................................... 34 4.3. Metode Pengambilan Sampel............................................... 35 4.4. Metode dan Prosedur Analisis Data ..................................... 35
4.4.1. Analisis Dampak Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping ..................................... 36 4.4.2. Analisis Peluang Kesediaan Menerima WTA ........... 36 4.4.3. Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Aktivitas Penambangan Batu Gamping ..................... 36 4.4.4. Analisis Fungsi WTA ................................................ 39
V. GAMBARAN UMUM. ............................................................... 47
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 47 5.1.1. Kependudukan .......................................................... 48
v
5.1.2. Gambaran Umum Kegiatan Penambangan di Desa Lulut ............................................................ 49
5.2. Karakteristik Responden ..................................................... 49 5.2.1. Jenis Kelamin ........................................................... 50 5.2.2. Usia .......................................................................... 50 5.2.3. Lama Pendidikan Formal ......................................... 51 5.2.4. Jenis Pekerjaan ......................................................... 52 5.2.5. Tingkat Pendapatan ................................................ 53 5.2.6. Jumlah Tanggungan Keluarga ................................. 53 5.2.7. Lama Tinggal ........................................................... 54 5.2.8. Jarak Tempat Tinggal dari Penambangan ................ 55 5.2.9. Luas Tanah ............................................................... 56 5.2.10. Harga Tanah ............................................................ 57 5.2.11. Jenis Penyakit yang Sering Dialami ........................ 58
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 59
6.1. Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Aktivitas Penambangan Batuan Gamping ........................... 59 6.2. Analisis Kesediaan Menerima Responden Terhadap Dana Kompensasi Akibat Eksternalitas Negatif ................. 65 6.3. Analisis Besarnya Nilai Dana Kompensasi Responden Akibat Eksternalitas Negatif ............................................... 67 6.4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Besarnya Nilai WTA Responden ......................................... 70
VII. SIMPULAN DAN SARAN....................................................... 79
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 96
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Rekapan Hasil Pengujian Kualitas Udara Ambient Semester 1 Tahun 2010 ................................................................. 2
2. Data Tahunan Pneumokoniosis /ISPA Tahun 2010 Kabupaten Bogor .......................................................................... 3
3. Kualitas Air Permukaan Sungai di Kecamatan Citeureup Tahun 2002 dan Tahun 2008 ......................................................... 4
4 . Pengukuran Tinggi Muka Air Sumber Mata Air Cikukulu Tahun 2008 .................................................................... 6
5. Hasil Pengujian Tingkat Kebisingan Desa Sekitar Lokasi Penambangan Tahun 2008 ............................................................ 7
6. Data Analisis Kualitas Udara Ambien pada Pemantauan Desember 2008 dan Rona Awal Quarry D Tahun 2002 .............. 8
7. Jumlah Kunjungan Pasien & Pola Penyakit di Desa Leuwikaret dan Desa Lulut Kecamatan Citeureup Tahun 2009 ...................... 9 8. Matriks Metode Analisis Data ....................................................... 35
9. Indikator Pengukuran Nilai WTA ................................................. 42
10. Nilai Observasi dan Harapan Terhadap Peluang Kesediaan Responden ................................................................... 67
11. Distribusi WTA Responden di Desa Lulut.................................... 69
12. Total WTA (TWTA) Responden di Desa Lulut ............................ 70
13. Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTA Responden .................................................. 73
4. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin di Desa Lulut .... 50
5. Sebaran Responden Menurut Umur di Desa Lulut ................. 51
6. Sebaran Responden Menurut Lama Pendidikan Formal di Desa Lulut ........................................................................... 52
7 . Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Desa Lulut ........................................................................... 52
8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan di Desa Lulut ........................................................................... 53
9. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Lulut ........................................................................... 54
10. Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal di Desa Lulut ... 55
11. Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Penambangan di Desa Lulut ............................................. 56
12. Sebaran Responden Menurut Luas Tanah di Desa Lulut ........ 57
13. Sebaran Responden Menurut Harga Tanah di Desa Lulut ...... 58
14. Sebaran Responden Menurut Jenis Penyakit yang Sering Dialami di Desa Lulut ............................................................. 58
15. Eksternalitas Negatif yang Dirasakan Responden Akibat Aktivitas Penambangan Batuan Gamping di Desa Lulut ........ 61
16. Dampak Kebisingan dan Getaran yang Dirasakan Responden di Desa Lulut ........................................................................... 62
17. Dampak Perubahan Kualitas Udara yang Dirasakan Responden di Desa Lulut ........................................................ 63
18. Dampak Perubahan Kualitas dan Kuantitas Air yang Dirasakan Responden di Desa Lulut .............................. 65
19. Persentase Kesediaan Menerima Dana Kompensasi Responden di Desa Lulut ........................................................ 65
20. Rencana Alokasi Penggunaan Dana Kompensasi Responden di Desa Lulut ........................................................ 66
21. Sebaran Bentuk Kompensasi Selain Dana ............................. 66
viii
22. Dugaan Bid Curve WTA Responden di Desa Lulut ............... 69
23. Scatterplot pada WTA Responden di Desa Lulut ................... 72
3. Desa Hambalang, Kp. Tapos RT. 25/RW. 08 56,2 Sumber : Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL PT. ITP Tbk. (2009)
Tingkat kebisingan pada ketiga desa tersebut telah melampaui baku mutu
yang telah ditetapkan pemerintah. Faktor jarak antara pemukiman dengan Belt
Conveyor yang hanya sekitar 50 meter menjadi salah satu penyumbang tingkat
kebisingan tersebut selain dari tingkat aktivitas kendaraan darat dan tingkat
kerapatan vegetasinya cukup rendah, sehingga kemampuan mereduksi tingkat
kebisingan masih minim.
Getaran yang dihasilkan dari kegiatan peledakan masih berada dibawah
baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 10 dB (Laporan Pelaksanaan PT.ITP,
2008). Terjadi 505 kali peledakan dalam 6 bulan terakhir pada blok Quarry D
yang biasanya dilakukan pada pukul 11.45 sampai dengan 12.15. Desa Lulut
8
adalah desa yang hanya berjarak ± 500 meter dari lokasi peledakan Quarry D,
sehingga jelas masyarakat merasa terganggu dengan getaran yang timbul disaat
waktu mereka sedang beraktivitas.
Terdapat hubungan yang erat antara penambangan dengan kualitas udara.
Hampir disetiap kegiatan penambangan batu gamping, selalu terjadi pencemaran
udara. Sumber dampak tersebut adalah berasal dari kegiatan pengangkutan hasil
tambang dari lokasi tambang ke unit pemecahan, emisi gas buang alat-alat berat
dan kendaraan, partikulat hasil pembakaran seperti NOx, HC, SOx, CO, debu dan
Pb. Berdasarkan hasil pengukuran pada kualitas udara di sekitar daerah
penambangan terlihat bahwa parameter kualitas udara masih berada dibawah baku
mutu yang ditetapkan pemerintah pada PP No : 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara namun, terjadi trend peningkatan terhadap
pencemaran udara. Parameter seperti CO, NO2, dan SO2 terlihat meningkat
dibandingkan saat kondisi rona awal pada tahun 2002 seperti yang ditampilkan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Data Analisis Kualitas Udara Ambien pada Pemantauan Desember 2008 dan Rona Awal Quarry D Tahun 2002
No. Parameter Baku
Mutu *) Unit
Hasil Pengukuran Rona Awal U1 U2
1. SO2 900 µg/Nm3 16,31 17,36 2,26
2. CO 30.000 µg/Nm3 2.291 2.406 1.029
3. NO2 400 µg/Nm3 18,78 19,17 6,19
4. O3 235 µg/Nm3 22,98 20,77 -
5. HC 160 µg/Nm3 112 112 -
6. Debu (TSP) 230 µg/Nm3 83 102 481
7. Pb 2 µg/Nm3 0,03 0,03 - Sumber : Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL PT. ITP Tbk (2009) Keterangan : *) : Baku Mutu Lingkungan PP No. 14/1999 U-1 : Desa Lulut – Blok Quarry D U-2 : Desa Leuwi Karet – Blok Quarry D
9
Peningkatan kadar pencemaran di udara setiap tahunnya berpotensi
menimbulkan kerugian kepada masyarakat walaupun masih dibawah baku mutu
yang ditetapkan. Dapat diprediksi lima sampai sepuluh tahun kedepan bagaimana
kondisi kualitas udara di desa yang berdampingan dengan tambang andai pihak
penambang tidak melakukan tindakan produksi yang lebih ramah lingkungan.
Polutan-polutan di udara tersebut dapat memicu penurunan tingkat kesehatan
dikalangan masyarakat misalnya dengan penyakit ISPA, paru-paru, dan TBC.
Berdasarkan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL PT. ITP Tbk. (2009) data
kesehatan masyarakat sekitar kawasan penambangan batuan gamping di
Kecamatan Citeureup dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Jumlah Kunjungan Pasien & Pola Penyakit di Desa Leuwikaret dan Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Tahun 2009
No Jenis Penyakit Desa
Leuwikaret (Orang)
Desa Lulut (Orang)
1 ISPA 207 395
2 Kulit 107 199
3 Lambung 102 183
4 Otot dan Tulang 73 154
5 TBC 14 16
6 Penyakit sistem pembuluh darah 30 100
7 Diare 16 99
8 Gigi dan mulut 25 61
9 Influenza dan Pneumonia 34 44
Total 608 1251 Sumber : Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL PT. ITP Tbk. (2010)
Terlihat pada Tabel 7 bahwa jumlah kunjungan pasien pada dua desa yang
berdekatan dengan kawasan penambangan didominasi oleh penyakit ISPA lalu
diikuti oleh penyakit kulit dan lambung. Infeksi Saluran Pernapasan Akut ini
10
disinyalir akibat dari partikel-partikel debu yang merupakan dampak sampingan
aktivitas penambangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat aktivitas
penambangan batuan gamping di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor Jawa Barat?
2. Bagaimana peluang kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi
di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat?
3. Berapa besar nilai dana kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat
(WTA) akibat pencemaran yang disebabkan dari kegiatan penambangan
batuan gamping di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor
Jawa Barat?
4. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap besarnya nilai dana
kompensasi masyarakat sekitar kawasan penambangan batuan gamping di
Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini :
1. Mendeskripsikan eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat akibat
aktivitas penambangan batuan gamping di Desa Lulut Kecamatan
Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat.
11
2. Mengkaji peluang kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi di
Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat.
3. Mengkuantifikasikan besarnya nilai kesediaan menerima dana kompensasi
oleh masyarakat (WTA) akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari
kegiatan penambangan batuan gamping di Desa Lulut Kecamatan
Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat.
4. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai dana
kompensasi masyarakat sekitar penambangan di Desa Lulut Kecamatan
Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Instansi/Perusahaan sebagai pertimbangan untuk penentuan besarnya dana
kompensasi yang akan diberikan kepada masyarakat akibat kegiatan
penambangan yang dilakukan.
2. Masyarakat sebagai informasi untuk lebih mengenal keberadaan lingkungan
sehingga partisipasi dalam menjaga keberlangsungan lingkungan dapat terus
ditingkatkan.
3. Pemerintah sebagai gagasan yang dapat mendukung program-program
pemerintah dalam menciptakan lingkungan hidup yang lestari dan ramah
lingkungan terutama mengenai masalah pencemaran kawasan penambangan.
4. Akademisi dan peneliti lain sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.
12
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Aktivitas penambangan batu gamping menimbulkan eksternalitas positif
dan negatif bagi masyarakat sekitar. Pada penelitian ini hanya mengkaji
eksternalitas negatif dari keberadaan penambangan tersebut secara deskriptif,
kesediaan menerima dan besarnya dana kompensasi yang bersedia diterima oleh
masyarakat di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.
Eksternalitas positif yang ditimbulkan dari kegiatan seperti peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD), peningkatan sumber daya manusia sekitar,
berkembangnya perekonomian masyarakat, dan pengurangan tingkat
pengangguran tidak diteliti karena dampak sampingan tersebut lebih bersifat
menguntungkan terhadap masyarakat sehingga tidak diperlukan adanya dana
kompensasi kepada masyarakat. Bentuk kegiatan tanggungjawab sosial atau
program-program penanggulangan eksternalitas negatif oleh perusahaan tidak
dibahas dalam penelitian ini.
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penambangan Kawasan Karst
Karst adalah istilah bagi sebuah bentang alam yang secara khusus
berkembang pada batuan karbonat (batu gamping dan dolomit), dimana bentang
alam tersebut dibentuk dan dipengaruhi oleh proses pelarutan yang derajatnya
lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan batuan lainnya (Samodra, 2001). Karst
tersusun dan terbentuk dari endapan batuan karbonat dengan mineral utama kalsit
(CaCO3), aragonit (CaCO3), dan dolomit (CaMg(CO3))2 tetapi dapat juga terjadi
pada batuan lain yang terbentuk dari mineral-mineral mudah larut oleh airnya
seperti gipsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4), halit (NaCl), batuan sedimen
klastik dengan semen yang mudah larut, maupun batuan lain dimana proses
pelarutan mineral bisa dan mudah terjadi (Notosiswoyo, 2006).
Kawasan karst memiliki sumberdaya yang berpotensi untuk
dikembangkan antara lain sumberdaya air, tambang, hayati, wisata, arkeologi, dan
lainnya. Potensi tambang dikawasan karst ialah penambangan bahan galian
golongan C (batu gamping) dan bahan mineral (emas,perak,tembaga,seng). Batu
gamping merupakan batuan sedimen karbonat dengan penampakan luar berwarna
putih, putih kekuningan, abu-abu, hingga hitam. Batu gamping memiliki manfaat
cukup beragam, antara lain : 1) pertanian, 2) lingkungan (penjernihan air dan obat
pembasmi hama), 3) konstruksi (fondasi bangunan rumah, jalan, jembatan, dan
pembuatan semen trass atau semen merah dan marmer), 4) industri (keramik,
kaca, bahan kimia, dan bahan pemutih) (Samodra, 2001).
Kegiatan penambangan adalah kegiatan yang pasti merubah lingkungan
yang ada menjadi lingkungan baru yang berbeda, dan perubahan tersebut sulit
14
atau bahkan tidak dapat dikembalikan seperti semula. Penambangan dapat
menciptakan kerusakan lingkungan yang serius dalam suatu kawasan. Skala
potensi kerusakan tergantung pada berbagai faktor kegiatan penambangan dan
faktor keadaan lingkungan. Faktor kegiatan penambangan antara lain berkaitan
dengan letak cebakan mineral, faktor teknik penambangan, pengolahan, dan
sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor kepekaan lingkungan,
faktor geografis, morfologis, flora fauna, hidrologis, dan lain-lain (KLH, 2000).
Dampak-dampak yang timbul dari kegiatan penambangan digolongkan menurut
UNEP (1999) diacu dalam BAPEDAL (2001) adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan habitat dan keanekaragaman hayati pada lokasi penambangan.
2. Perubahan lanskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan.
3. Pencemaran yang disebabkan oleh limbah tambang dan tailing, peralatan yang
tidak digunakan, limbah padat, limbah rumah tangga dan bahan kimia.
Y = Peubah tak bebas i = Nomor pengamatan dari 1 sampai N (populasi) / n (sample) Xki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk β1 = Intersep β2,3,..n = Parameter penduga Xi
εi = Pengaruh sisa (error term)
3.2 Kerangka Operasional
Penambangan merupakan salah satu bentuk aktivitas pemanfataan
terhadap sumberdaya alam. Kegiatan ini menimbulkan eksternalitas baik
eksternalitas positif maupun negatif bagi lingkungan maupun masyarakat.
Peningkatan pendapatan asli daerah, penyerapan tenaga kerja, pengembangan
sumberdaya manusia dan peningkatan usaha mikro disekitar lokasi tambang
merupakan bentuk-bentuk eksternalitas positif yang timbul dari aktivitas
penambangan. Akan tetapi, eksternalitas negatif dari kegiatan ini juga harus
ditanggung oleh masyarakat berupa eksternalitas negatif seperti tertutupnya
sumbermata air, pencemaran udara, kebisingan, dan penurunan tingkat kesehatan.
Kerugian yang dialami masyarakat perlu kajian yang mendalam mengenai
hal tersebut. Kajian tersebut menyangkut tentang dampak eksternalitas negatif
yang dirasakan masyarakat akibat penambangan batu gamping dengan
menggunakan metode analisis deskriptif. Peluang kesediaan menerima dana
kompensasi masyarakat akibat eksternalitas negatif dengan analisis regresi
logistik. Besarnya dana kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat
32
dengan menggunakan perhitungan Willingness To Accept dan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi besarnya nilai kompensasi tersebut dengan analisis
regresi linier berganda.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pihak perusahaan
dalam penentuan keputusan atau program dari perusahaan dalam penyelesaian
eksternalitas negatif dengan kompensasi. Untuk mempermudah pelaksanaan
penelitian, dibuat alur pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 3.
33
Keterangan: = Batasan penelitian = Aliran Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Berpikir
Penambangan Batu Gamping
Eksternalitas Negatif
Kebisingan dan Getaran
Perusahaan Semen
Eksternalitas
Kerugian Masyarakat
Kualitas dan Kuantitas Air
Pencemaran Udara
Eksternalitas Positif
Peningkatan - PAD - Tenaga kerja - SDM - Usaha mikro masyarakat sekitar
Rekomendasi Tentang Kompensasi Atas Eksternalitas Negatif Penambangan Batu Gamping
Estimasi Nilai Kompensasi
Faktor mempengaruhi nilai kompensasi
Eksternalitas Negatif yang Timbul
Peluang Kesediaan Menerima Kompensasi
Analisis Regresi Logistik
Perhitungan WTA
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Deskriptif
34
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Lulut merupakan
desa yang terdekat jaraknya dengan lokasi penambangan batu gamping dan
jumlah masyarakatnya yang relatif padat. Pengambilan data primer dilaksanakan
dari April hingga Juni 2011.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section.
Data dikumpulkan untuk penelitian ini dalam satu waktu tertentu. Sumber data
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer data yang dibutuhkan
meliputi : karakteristik responden, eksternalitas negatif yang dirasakan responden
akibat penambangan batu gamping, mengenai kesediaan atau ketidaksediaan
menerima dana kompensasi, seberapa besar nilai yang bersedia mereka terima,
dan dilengkapi dengan wawancara yang dilakukan kepada tokoh-tokoh
masyarakat, Kepala Desa, Ketua RT/RW, dan para warga yang bekerja untuk
penambangan.
Data sekunder meliputi data-data kesehatan warga Desa Lulut,
produktivitas semen dan polutan yang dihasilkan, data sosial-demografi
penduduk, dan data lainnya yang dibutuhkan. Data sekunder tersebut diperoleh
dari Pemerintah Daerah (PEMDA), Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kabupaten Bogor, BAPPEDAL Kabupaten Bogor, Laporan Pelaksanaan
35
PT. ITP Tbk., perpustakaan, internet, serta berbagai penelitian terdahulu yang
terkait dengan penelitian ini.
4.3 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive
Sampling. Responden merupakan kepala keluarga sebagai perwakilan dari rumah
tangga yang terpilih menjadi sampel. Jumlah responden adalah 70 kepala keluarga
(KK) yang bermukim sekitar kawasan penambangan batu gamping.
4.4 Metode dan Prosedur Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan
komputer program Microsoft Office Excel 2007 dan Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) 15 For Windows Evaluation Version. Matriks metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Matriks Metode Analisis Data N0 Tujuan Penelitian Sumber Data dan Jumlah
Sampel Metode Analisis
Data
1 Mengkaji dampak eksternalitas negatif yang timbul akibat penambangan batu gamping.
• Kuesioner • Responden =
70 KK
Analisis deskriptif kualitatif
2 Mengkaji peluang kesediaan menerima dana kompensasi
• Kuesioner • Responden =
70 KK
Analisis logistik dengan SPSS 15.0
3. Menghitung nilai WTA masyarakat akibat eksternalitas negatif kegiatan penambangan batuan gamping.
• Kuesioner • Responden =
46 KK
CVM
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTA
• Kuesioner • Responden =
46 KK
Analisis regresi berganda dengan SPSS 15.0
36
4.4.1 Analisis Dampak Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping
Analisis dampak eksternalitas negatif yang timbul akibat kegiatan
penambangan batu gamping bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh/kerugian dan apa saja perubahan yang dirasakan masyarakat atas
aktivitas tersebut. Analisis ini meliputi ada atau tidak adanya gangguan atas
aktivitas penambangan, pandangan responden terhadap kualitas lingkungan, dan
dampak yang timbul akibat penambangan. Dampak eksternalitas negatif ini
diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
4.4.2 Analisis Peluang Kesediaan Menerima WTA Responden
Analisis terhadap peluang kesediaan menerima WTA responden bertujuan
untuk mengetahui nilai observasi dan harapan. Nilai tersebut didapat melalui
perhitungan dengan menggunakan metode regresi logistik. Analisis ini meliputi
bersedia atau tidak bersedia menerima dana kompensasi akibat eksternalitas
negatif kegiatan penambangan batu gamping. Hasil identifikasi ini dapat menduga
ketepatan antara nilai harapan dan observasi dari data yang diperoleh.
4.4.3 Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Aktivitas Penambangan Batu Gamping
Besarnya nilai WTA masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan
pendekatan CVM. Pendekatan tersebut memiliki enam tahapan (Hanley and
Spash,1993) , yaitu :
1. Membangun Pasar Hipotetis
Hipotetis pasar dibuat dengan skenario bahwa perusahaan semen yang
melakukan kegiatan penambangan batu gamping akan memberlakukan
peraturan baru yaitu pemberian dana kompensasi dengan tujuan mengurangi
37
kerugian akibat eksternalitas negatif yang timbul. Pertanyaan dalam pasar
hipotetis yang akan dibentuk dalam skenario adalah :
“Bersediakah bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam kebijakan
perusahaan berupa pemberian dana kompensasi akibat dampak negatif yang
timbul dari penambangan dan berapa besar dana kompensasi yang bersedia
diterima ?”
2. Memperoleh Nilai Penawaran
Alat survei telah dibuat, maka survei dilakukan dengan cara wawancara
langsung. Responden ditanya besarnya minimum WTA untuk menerima
dampak penurunan kualitas lingkungan, dalam hal ini digunakan cara bidding
game.
3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA (Estimating Mean WTA)
Perhitungan nilai rata-rata dan median dapat dilakukan setelah nilai WTA
diketahui. Dugaan rata-rata dihitung dengan rumus :
∑
dimana :
EWTA = Dugaan rataan WTA xi = Jumlah tiap data n = Jumlah responden i = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi
4. Menduga Kurva Penawaran
Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan dengan menggunakan persamaan
berikut ini :
WTA = f (PNDK, PNDP, UR, LT, JTT, JTK, KU, KBS, KA, KSH, BRH, PNS, WRS, PTN, SWT, SPR)
38
dimana:
UR = usia responden (tahun) PNDK = tingkat pendidikan (tahun) PNDP = tingkat pendapatan (Rp) JTK = jumlah tanggungan keluarga (orang) LT = lama tinggal (tahun) JTT = jarak tempat tinggal (meter) KU = kualitas udara (deskriptif) KA = kualitas dan kuantitas air (deskriptif) KBS = kualitas kebisingan dan getaran (deskriptif) KSH = biaya kesehatan (Rp) BRH = dummy jenis pekerjaan buruh (buruh = 1; bukan buruh = 0 ) PNS = dummy jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS = 1; bukan PNS = 0) WRS = dummy jenis pekerjaan wiraswasta (wiraswasta= 1;bukan wiraswasta=0) PTN = dummy jenis pekerjaan petani (petani = 1; bukan petani = 0) SWT = dummy jenis pekerjaan pegawai swasta (swasta = 1; bukan swasta = 0) SPR = dummy jenis pekerjaan supir/ojek (supir = 1; bukan supir = 0) 5. Menjumlahkan Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran
dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Nilai total WTA dari
masyarakat dapat diketahui setelah menduga nilai tengah WTA. Rumus yang
dapat digunakan adalah :
dimana :
TWTA = Total WTA WTA = WTA individu ke-i ni = Jumlah sampel ke-i yang bersedia menerima sebesar WTA i = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi
6. Mengevaluasi Penggunaan CVM
Tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam
pengaplikasian CVM. Pelaksanaan model CVM dapat dievaluasi dengan
39
melihat tingkat keandalan (reliability) fungsi WTA dengan melihat nilai R-
squares (R2) dari model OLS (Ordinary Least Square) WTA.
4.4.4 Analisis Fungsi Willingness to Accept (WTA)
Analisis fungsi WTA bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi WTA masyarakat Desa Lulut. Alat analisis yang digunakan adalah
model regresi linier berganda. Fungsi persamaan sebagai berikut :
midWTAi = Nilai WTA responden β0 = konstanta β1,,,β16 = koefisien regresi Ur = usia responden (tahun) PNDK = tingkat pendidikan (tahun) PNDP = tingkat pendapatan (Rp) JTK = jumlah tanggungan keluarga (orang) LT = lama tinggal (tahun) JTT = jarak tempat tinggal (meter) KU = kualitas udara (deskriptif) KA = kualitas dan kuantitas air (deskriptif) KBS = kualitas kebisingan dan getaran (deskriptif) KSH = biaya kesehatan (Rp) BRH = dummy jenis pekerjaan buruh (buruh = 1; bukan buruh = 0) PNS = dummy jenis pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS = 1; bukan PNS = 0) WRS = dummy jenis pekerjaan wiraswasta (wiraswasta=1; bukan wiraswasta=0) PTN = dummy jenis pekerjaan petani (petani = 1; bukan petani = 0) SWT = dummy jenis pekerjaan pegawai swasta (swasta = 1; bukan swasta = 0) SPR = dummy jenis pekerjaan supir/ojek (supir = 1; bukan supir = 0) i = responden ke i (i=1,2,...46) ε = galat
Variabel yang diduga berbanding lurus dengan nilai WTA adalah variabel
jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, usia responden, lama tinggal, biaya
kesehatan, jenis pekerjaan buruh, petani, dan supir/ojek. Jumlah tanggungan
terkait dengan banyaknya anggota keluarga yang harus menanggung dampak dari
akitivitas penambangan. Semakin banyak jumlah tanggungan seseorang, maka
40
semakin tinggi nilai kompensasi yang diinginkan. Tingginya tingkat pendidikan
mencerminkan responden memiliki pengetahuan akan eksternalitas, sehingga
mengharapkan nilai yang tinggi. Umur responden dan lama tinggal diduga
menjadi variabel yang berpengaruh positif. Semakin lama seseorang tinggal
dilokasi sekitar penambangan, maka nilai kompensasi yang diterima akan semakin
tinggi. Jenis pekerjaan buruh, petani dan supir ojek diduga akan menginginkan
nilai kompenasasi yang tinggi karena jenis pekerjaan mereka yang memiliki
resiko yang tinggi dan berkaitan langsung dengan penambangan.
Variabel jarak tempat tinggal, tingkat pendapatan, variabel-variabel
lingkungan (kualitas udara, kualitas dan kuantitas air, dan kualitas kebisingan dan
getaran) serta jenis pekerjaan PNS, pegawai swasta, dan wiraswasta diduga
berpengaruh negatif terhadap nilai WTA. Tingginya tingkat pendidikan
mencerminkan orang tersebut memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai
eksternalitas yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan dan berfikir bahwa
suatu nilai tertentu tidak dapat mengganti semua kerugian yang dialami. Jarak
tempat tinggal diduga berpengaruh negatif karena semakin dekat jarak tempat
tinggal responden dengan lokasi tambang, semakin banyak pula dampak yang
dirasakan oleh responden sehingga nilai akan WTA semakin tinggi dibandingkan
dengan yang lokasi tempat tinggalnya jauh. Semakin tinggi pendapatan maka
responden tersebut merasa berkecukupan untuk mengeluarkan biaya
menanggulangi dampak sehingga nilai WTA diduga menjadi rendah. Kualitas dan
kuantitas air, udara, kebisingan dan getaran diduga berpengaruh negatif karena
semakin tinggi (baik) kualitas lingkungan tersebut maka kerugian dan kompensasi
yang diharapkan akan semakin kecil. Jenis pekerjaan PNS, pegawai swasta, dan
41
wiraswasta diduga akan mengharapkan nilai kompensasi yang rendah karena
resiko dan keterkaitan pekerjaan mereka yang rendah dengan penambangan.
Adapun indikator pengukuran dari fungsi WTA disajikan dalam Tabel 9.
42
Tabel 9 Indikator Pengukuran Nilai WTA No Variabel Cara Pengukuran 1 WTA Menggunakan bidding game yang didasarkan kepada harga riil
tertinggi tanah Desa Lulut sebagai batas atas dan harga termurah sebagai batas terendah.
2. Tingkat Pendidikan / PNDK
Dibedakan menjadi : a. Tidak Sekolah c.. SMP e. Perguruan Tinggi b. SD d. SMA
3. Tingkat Pendapatan / PNDP (perbulan)
Dibedakan menjadi : a. < Rp 500.000 b. Rp 500.000 - ≤ 1.500.000 c. Rp 1.500.001 - ≤ 2.500.000 d. Rp 2.500.001 - ≤ 3.500.000 e. > Rp 3.500.000
4. Usia Responden / UR (Tahun)
Dibedakan menjadi lima kelas yaitu : a. 17 – 25 tahun c. 35 – 43 tahun e. ≥ 53 tahun b. 26 - 34 tahun d. 44 – 52 tahun
5. Lama Tinggal / LT (Tahun)
Dikategorikan menjadi lima kategori yaitu : a. ≤ 5 tahun c. 16 – 25 tahun e. ≥ 36 tahun b. 6 – 15 tahun d. 26 - 35 tahun
6. Jarak Tempat Tinggal Dari Penambangan / JTT (Meter)
Dibedakan menjadi lima kelas yaitu : a. < 500 meter b. 500 - 1500 meter c. 1501 – 2500 meter d. 2501 – 3500 meter e. ≥ 3501 meter
7. Jumlah Tanggungan Keluarga / JTK (Orang)
Dibedakan menjadi lima kategori yaitu: a. ≤ 2 orang, b. 3 orang, c. 4 orang, d. 5 orang, e. ≥ 6 orang
8. Kualitas Udara/ KU
Dibedakan menjadi : a. Selalu berdebu, panas, sesak saat bernafas. b. Berdebu, sesak saat bernafas. c. Berdebu d. Tidak berdebu, panas e. Tidak berdebu, tidak panas, tidak sesak
9. Kualitas Kebisingan dan Getaran / KBS
Dibedakan menjadi: a. Mengganggu pendengaran, aktivitas dan istirahat. b. Mengganggu pendengaran, dan istirahat. c. Mengganggu aktivitas dan istirahat d. Tidak mengganggu pendengaran dan istirahat e. Tidak mengganggu pendengaran, istirahat, dan aktivitas
10. Kualitas dan Kuantitas Air / KA
Dibedakan menjadi: a. Sulit air, air kotor, berbau, memiliki rasa b. Sulit air, kotor, tidak berbau, air memiliki rasa c. Sulit air, tak kotor, tak berbau, tak memiliki rasa d. Air tersedia, tak kotor, tak berbau,memiliki rasa e. Air selalu tersedia, tak kotor, tak berbau, tak memiliki rasa.
11. Biaya Kesehatan / KSH
Rata-rata biaya kesehatan yang dikeluarkan dalam satu bulan per kepala keluarga.
12. Jenis Pekerjaan /JP Merupakan variabel dummy yang dibagi menjadi pekerjaan buruh, pegawai negeri sipil, petani, pegawai swasta, wiraswasta, dan supir/ojek
Sumber: Data Primer
43
4.5 Pengujian Parameter Regresi
Pengujian secara statistik terhadap model dapat dilakukan dengan cara :
1. Uji Keandalan
Uji ini dilakukan dalam evaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai R-
squares (R2) dari OLS (Ordinary Least Square) WTA. Koefisien determinasi
adalah suatu nilai statistik yang dapat mengetahui besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikat dari suatu persamaan regresi (Firdaus, 2004).
Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993)
merekomendasikan 15 persen sebagai batas mínimum dari R2 yang realibel.
Nilai R2 yang lebih besar dari 15 persen menunjukkan tingkat reabilitas yang
baik dalam penggunaan CVM.
2. Uji Statistik t
Uji statistik t adalah uji untuk mengetahui masing-masing variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Prosedur pengujian uji statistik t
adalah (Ramanathan, 1997) :
H0 : βi = 0 atau variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat.
H 1 : βi ≠ 0 atau varibel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
0
Jika t hit(n-k) < tα/2 maka H0 diterima, artinya variabel bebas (Xi) tidak
berpengaruh nyata terhadap (Y). Jika t hit(n-k) > tα/2, maka terima H1 artinya
variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap (Y).
44
3. Uji Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Prosedur pengujian menurut
Ramanathan (1997) adalah :
H0 = β1= β2 = β3 = … β = 0
H1 = β1 = β2 = β3 = … β ≠ 0
//
Dimana :
JKK = jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom JKG = jumlah kuadrat galat n = jumlah sampel k = jumlah peubah
Jika Fhit < Ftabel maka terima H0 yang artinya secara serentak variabel (Xi)
tidak berpengaruh nyata terhadap (Y). Jika Fhit < Ftabel, maka terima H1 yang
berarti variabel (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Y).
4. Uji Terhadap Kolinear Ganda
Model dengan banyak peubah sering terjadi masalah multikolinier yaitu
terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah tersebut
dapat dilihat langsung melalui hasil komputer, dimana apabila Varian
Inflation Factor (VIF) < 10 tidak ada masalah multikolinier.
5. Uji Homoskedastisitas
Salah satu asumsi metode pendugaan kuadrat terkecil adalah
homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan.
Pelanggaran atas asumsi ini disebut heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
45
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized
(Ghozali,2006).
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisis uji
heteroskedastisitas (Ghozali, 2006) :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas.
6. Uji Normalitas
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau
observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga
statistik t dapat dikatakan sah. Data pada penelitian ini jumlahnya lebih dari
30, oleh sebab itu diduga data telah mendekati sebaran normal sehingga
statistik t dapat dikatakan sah. Pembuktian untuk meyakini data telah
mendekati sebaran normal perlu dilakukan sebuah pengujian. Uji yang dapat
dilakukan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Penerapan uji ini adalah bahwa
jika signifikasi dibawah 5% berarti data yang akan diuji mempunyai
perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, artinya data tersebut
tidak normal.
7. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara
galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan
46
mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga
nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi
autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW berada
diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus,
2004).
47
V. GAMBARAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa
Bantarjati di sebelah utara, Desa Leuwikaret di sebelah selatan, Desa Rigar Mukti
di sebelah timur, dan Sungai Cileungsi di sebelah barat. Luas wilayah Desa Lulut
sebesar 499,145 ha dan menurut penggunaannya terbagi menjadi wilayah
permukiman 454,905 ha, persawahan sekitar 38 ha, perkantoran 0,5 ha dan sarana
umum lainnya adalah 5,740 ha.
Desa Lulut memiliki delapan unit rukun warga (RW) dan 41 unit
organisasi rukun tetangga (RT). Sarana dan prasarana seperti pendidikan,
peribadatan, air dan sanitasi, kesehatan, dan olahraga sudah tersedia. Sektor
pendidikan terdapat lima Sekolah Dasar (SD), dan satu Sekolah Menengah
Pertama (SMP) serta empat lembaga pendidikan keagamaan. Jumlah masjid
adalah 12 dan mushola sebanyak 37 yang digunakan sebagai prasarana
peribadatan. Terdapat 2921 sumur gali, satu sumur pompa, dan dua saluran
drainase dalam prasarana air bersih dan sanitasi. Prasarana kesehatan terdapat
sepuluh posyandu dan satu puskesmas pembantu. Terdapat dua lapangan sepak
bola dan satu lapangan bulu tangkis sebagai prasarana olahraga (Potensi Desa
Lulut, 2009).
Desa Lulut berjarak 8 km dari ibu kota kecamatan, dengan lama jarak
tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 45 menit. Aksesibilitas dari
Desa Lulut menuju ibu kota kecamatan atau ibu kota kabupaten tergolong mudah,
karena terdapatnya transportasi umum. Kondisi jalan yang terdapat di Desa Lulut
48
berada dalam kondisi baik dengan panjang jalan desa yaitu 3,5 kilometer dan jalan
beton sepanjang 3,5 kilometer. Suhu rata-rata harian Desa Lulut yaitu antara 27 –
30 0C.
Potensi sumberdaya alam yang terdapat di Desa Lulut terdiri atas sektor
pertanian, kehutanan, peternakan, perikanan serta bahan galian. Sektor pertanian
didominasi oleh subsektor tanaman pangan yaitu komoditas padi sawah dan
ladang. Hutan lindung dengan luas 710 hektar merupakan satu-satunya komoditas
sektor kehutanan dan pengelolaannya diatur oleh Perhutani. Jenis populasi ternak
Desa Lulut adalah sapi, ayam, kambing, dan burung walet. Sistem pemasaran
untuk komoditas peternakan yaitu langsung dijual ke pasar hewan atau tengkulak.
Perikanan budidaya air tawar adalah jenis perikanan yang berkembang di
masyarakat Desa Lulut dengan komoditas Ikan Mas dan Gurame. Batu kapur di
Desa Lulut merupakan potensi desa dari bahan galian yang produktivitasnya besar
dan sudah dimanfaatkan oleh pihak swasta.
5.1.1 Kependudukan
Jumlah penduduk yang tercatat di Desa Lulut sampai dengan tahun 2009
adalah sebesar 12.833 jiwa. Jumlah penduduk tersebut terbagi atas 6.493 jiwa
penduduk laki-laki dan 6.340 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah kepala
keluarga (KK) sebanyak 3.258.
Tingkat pendidikan penduduk Desa Lulut sebagian besar hanya lulusan
SD yaitu sebesar 75,5 persen dari total penduduk. Mata pencaharian pokok
masyarakat Desa Lulut terdiri atas petani (16,4%), buruh tani (6,3%), pegawai
negeri sipil (0,6%), pegawai swasta (17,3%), buruh (44,2%), dan wirausaha
(15,2%). Dari sebaran data jenis pekerjaan tersebut terlihat bahwa mayoritas
49
masyarakat Desa Lulut bekerja sebagai buruh. Jenis pekerjaan buruh relatif tidak
membutuhkan pendidikan dan keterampilan yang tinggi sehingga banyak
masyarakat yang memilih bekerja dibidang tersebut selain itu telah banyak juga
lahan pertanian yang berubah menjadi kawasan tambang.
5.1.2 Gambaran Umum Kegiatan Penambangan di Desa Lulut
Penambangan oleh pihak swasta di Desa Lulut dibangun pada tahun 1972
dan mulai beroperasi pada tahun 1975. Penambangan ini dibangun untuk
menunjang kegiatan pembangunan, terutama pemasokan bahan baku bagi
kegiatan konstruksi. Kegiatan penambangan meliputi penambangan batu kapur,
pasir silika, dan tanah liat. Penambangan merupakan penambangan terbuka dan
dilakukan melalui peledakan dengan sistem berjenjang (bench). Bongkahan hasil
peledakan kemudian dihancurkan di tempat pemecahan (chrusher) menjadi
ukuran yang lebih kecil, selanjutnya diangkut ke tempat penyimpanan
menggunakan belt conveyor atau truk.
5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik umum responden Desa Lulut didasarkan kepada hasil survei
yang telah dilakukan terhadap 70 KK. Variabel yang menjadi perhatian dalam
penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, lama pendidikan formal yang pernah
ditempuh, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, lama tinggal, jarak
tempat tinggal dari penambangan, luas tanah, harga tanah, dan jenis penyakit yang
sering dialami.
\
50
5.2.1 Jenis Kelamin
Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki karena target
responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga. Dalam sebuah keluarga
atau rumah tangga, biasanya pengambilan keputusan diambil oleh laki-laki
sebagai perwakilan keluarga sehingga dalam menjawab pertanyaan survei, laki-
laki lebih berperan. Persentase jumlah responden laki-laki berbanding perempuan
adalah 97,1 persen berbanding 2,9 persen. Sebaran jenis kelamin responden dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin di Desa Lulut
5.2.2 Usia
Tingkat usia responden dari hasil survei yang dilakukan cukup bervariasi
dengan sebaran usia 25 tahun sampai 75 tahun. Persentase tertinggi terjadi pada
kelompok usia 25 – 35 tahun dengan 34,29 persen. Responden usia 36 – 45 tahun
berjumlah 30 persen, usia 46 – 55 tahun berjumlah 18,57 persen, sedangkan
tingkat usia 56 – 65 tahun sebesar 9, 86 persen dan usia 66 – 75 berjumlah 4,26
persen. Responden pada penelitian ini hampir semua telah menikah dan memiliki
tanggungan, sehingga dapat dikatakan usia responden relatif sudah tidak muda
lagi. Gambar 5 menjelaskan distribusi perbandingan usia responden di Desa Lulut.
97.10%
2.90%
Laki-laki
Perempuan
51
Gambar 5. Sebaran Responden Menurut Umur di Desa Lulut
5.2.3 Lama Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan diklasifikasikan berdasarkan lama tahun menempuh
pendidikan formal dimulai dari jenjang tidak sekolah sampai dengan perguruan
tinggi. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan lulusan
Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 44,29 persen. Sulit ditemui responden yang
memiliki pendidikan yang tinggi. Persentase jumlah responden untuk lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 7,14 persen diikuti dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA) sebesar 20 persen sedangkan untuk Perguruan Tinggi
hanya terdapat 4,29 persen. Responden yang tidak pernah menempuh pendidikan
formal sebesar 24,29 persen. Kondisi perekonomian masyarakat Desa Lulut pada
masa lalu yang mayoritas dalam kondisi cukup sulit disinyalir menjadi penyebab
rendahnya tingkat pendidikan responden. Perbandingan persentase tingkat
pendidikan responden dapat disajikan pada Gambar 6.
34.29%
30%
18.57%
9.86% 4.26%25-35 tahun
36-45 tahun
46-55 tahun
56-65 tahun
66-75 tahun
52
Gambar 6. Sebaran Responden Menurut Lama Pendidikan Formal di Desa Lulut
5.2.4 Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan yang menjadi mata pencaharian responden di Desa Lulut
cukup bervariasi, diantaranya adalah pegawai negeri sipil, pegawai swasta,
wiraswasta, buruh, petani dan supir/ojek. Berdasarkan hasil survei, mata
pencaharian responden tertinggi adalah buruh dengan persentase sebesar 44,29
persen. Pekerjaan seperti petani (21,43%) masih menjadi pilihan responden dalam
menggantungkan kehidupannya disamping pekerjaan sebagai wirausaha
(12,86%), pegawai swasta (7,14 %), pegawai negeri sipil (2,86 %), dan pekerjaan
sebagai supir/ojek (11,43%). Sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan di Desa Lulut
44.29%
7.14%
20%4.29%
24.29%SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Tidak Sekolah
44.29%
21.43%
12.86%
7.14%2.86% 11.43%
Buruh
Petani
Wirausaha
Pegawai Swasta
PNS
Supir/Ojek
53
5.2.5 Tingkat Pendapatan
Persentase responden dengan tingkat pendapatan terbesar terdapat pada
kelompok pendapatan Rp 500.000,00 – 1.500.000,00 yaitu sebesar 60 persen. Hal
ini sangat berhubungan dengan jenis pekerjaan mayoritas dari responden yaitu
buruh dan petani. Tingkat pendapatan sangat tergantung nilai Upah Minimum
Regional (UMR) bagi buruh atau hasil panen komoditas pertanian bagi petani.
Sebanyak 17,14 persen responden memiliki tingkat pendapatan antara Rp
1.500.001,00 – 2.500.000,00. Sebanyak 11,43 persen responden memiliki
pendapatan < Rp 500.000,00 dan sebanyak 10 persen responden memiliki
pendapatan sebesar Rp 2.500.001,00 – 3.500.000,00. Hanya 1,43 persen
responden yang memiliki pendapatan > Rp 3.500.000,00. Perbandingan distribusi
tingkat pendapatan setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan di Desa Lulut
5.2.6 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan yang dimaksud adalah tanggungan yang mencakup
keluarga inti (istri dan anak) serta tanggungan bukan keluarga inti di rumah
responden. Sebagian besar responden adalah kepala keluarga yang memiliki
jumlah tanggungan sebanyak kurang dari sama dengan dua orang yaitu
persentasenya adalah 34,29 persen. Sebanyak 30,0 persen responden memiliki
11.43%
60%
17.14% 10% 1.43%<Rp 500.000,00
Rp 500.000,00 - 1.500.000,00
Rp 1.500.001,00 - 2.500.00,00
Rp 2.500.001,00 - 3.500.000,00
>Rp 3.500.00,00
54
jumlah tanggungan keluarga sebesar tiga orang. Hasil tersebut menggambarkan
bahwa tingkat kelahiran di Desa Lulut yang relatif rendah karena memang
program keluarga berencana sudah diterapkan oleh masyarakat. Responden
dengan jumlah tanggungan empat yaitu sebesar 17,14 persen, sementara
responden yang memiliki jumlah tanggungan lima terdapat 8,57 persen. Jumlah
tanggungan keluarga responden dengan jumlah 6 orang memiliki persentase
sebesar sepuluh persen. Perbandingan jumlah tanggungan dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Lulut
5.2.7 Lama Tinggal
Lama tinggal responden sebagian besar berada pada kelompok > 36 tahun
dan antara 26 – 35 tahun dengan persentase 45,71 persen dan 30 persen. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar responden merupakan penduduk asli yang sejak
lahir sudah berada di Desa Lulut. Responden dengan lama tinggal antara 16 – 25
tahun memiliki persentase sebesar 8,57 persen. Terdapat responden yang lama
tinggalnya ≤ 5 tahun yaitu sebesar 8,57 pesen. Persentase terkecil terjadi pada
kelompok responden dengan lama tinggal 6 – 15 tahun dengan persentase 7,14
persen. Sebaran lama tinggal responden disajikan pada Gambar 10.
34.29%
30%17.14%
8.57% 10%≤ 2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
≥ 6 orang
55
Gambar 10. Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal di Desa Lulut
5.2.8 Jarak Tempat Tinggal dari Penambangan
Kawasan penambangan berlokasi di sebelah timur Desa Lulut dan terdapat
yang berbatasan sangat dekat dengan tempat tinggal warga. Hasil survei pada
responden diketahui bahwa 26 responden (37,14 %) tempat tinggalnya hanya
berjarak < 500 meter. Rata-rata responden yang bertempat tinggal pada jarak
tersebut adalah responden dengan pekerjaan buruh penambangan. Tempat tinggal
responden dengan jarak 500 – 1500 meter berjumlah 18 orang dengan persentase
25,71 persen. Pada kelas jarak 1501 – 2500 meter, terdapat 11 responden dengan
sebaran 15,71 persen dan pada kelas 2501 – 3500 meter terdapat delapan
responden sebesar 11,43 persen. Jarak tempat tinggal terjauh yaitu ≥ 3501 m
terdapat tujuh responden dengan persentase terkecil sebesar 10 persen. Persentase
responden berdasarkan jarak tempat tinggal disajikan dalam Gambar 11.
8.57%7.14%
8.57%
30%
45.71%
≤ 5 tahun
6 - 15 tahun
16 - 25 tahun
26 - 35 tahun
> 36 tahun
56
Gambar 11. Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Penambangan di Desa Lulut
5.2.9 Luas Tanah
Luas tanah dalam penelitian ini adalah luas tanah yang di atas lahannya
terdapat tempat tinggal atau rumah. Distribusi luas tanah responden didominasi
oleh kelas ≤ 100 meter persegi dan kelas 101 – 200 meter persegi dengan
persentase masing-masing sebesar 28,57 persen dan 47,14 persen. Kelas luas
tanah 201 – 300 meter persegi terdapat tujuh responden, dimana hal ini serupa
dengan kelas ≥ 401 meter persegi yang persentasenya adalah 10 persen untuk
masing-masing kelas. Persentase untuk responden yang memiliki luas lahan antara
301 - 400 meter persegi adalah sebesar 4,29 persen. Berdasarkan hasil survei luas
lahan, dapat disimpulkan bahwa kepadatan dan kerapatan lahan untuk tempat
tinggal di Desa Lulut cukup tinggi. Perbandingan persentase luas lahan responden
dapat dilihat pada Gambar 12.
37.14%
26%
15.71%
11.43%10.00%
< 500 m
500 - 1500 m
1501 - 2500 m
2501 - 3500 m
≥ 3501 m
57
Gambar 12. Sebaran Responden Menurut Luas Tanah di Desa Lulut
5.3.10 Harga Tanah
Harga tanah dalam penelitian ini merupakan harga tanah riil pada saat
melakukan survei kepada responden dan tidak berdasarkan pada nilai jual objek
pajak (NJOP) tanah tersebut. Diketahui bahwa mayoritas harga tanah responden
berkisar antara Rp 41.000,00 – 50.000,00 per meter dengan persentase 42,86
persen. Persentase harga tanah responden yang berada pada kelas ≤ Rp 20.000,00
per meter sebanyak tujuh responden atau sekitar 10 persen. Sebanyak 13
responden yang setara dengan 18,57 persen memiliki tanah dengan harga
Rp 21.000,00 – 30.000,00 per meter dan untuk kelas harga tanah Rp 31.000,00 –
40.000,00 per meter terdapat 11 responden (15,71%). Harga tanah di Desa Lulut
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan akses/jalan. Semakin bagus dan lebar sebuah
jalan menjangkau suatu tempat, maka harga tanah di daerah tersebut semakin
mahal. Hal tersebut tercermin pada kelas Rp 41.000,00 per meter – 50.000,00 per
meter dan > Rp 50.000,00 per meter dimana pada lokasi tanah kelas tersebut
sudah terdapat akses/jalan berupa jalan beton. Sebaran harga tanah responden
disajikan pada Gambar 13.
28.57%
47.14%
10%
4.29% 10.00% ≤ 100 meter persegi
101 - 200 meter persegi
201 -300 meter persegi
301 - 400 meter persegi
≥ 401 meter persegi
58
Gambar 13. Sebaran Responden Menurut Harga Tanah di Desa Lulut
5.3.11 Jenis Penyakit yang Sering Dialami
Berdasarkan survei yang dilakukan, jenis penyakit yang sering dialami
oleh responden adalah batuk-batuk dengan jumlah responden sebesar 31 orang
dan persentasenya adalah 44,29 persen. Influenza menempati urutan setelahnya
dengan jumlah responden 26 orang atau sama dengan 37,14 persen. Batuk-batuk
dan influenza merupakan jenis penyakit pada saluran penapasan. Hasil survei
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi udara di Desa Lulut dalam
keadaan kurang baik. Jenis penyakit diare, dan lambung memiliki persentase
masing-masing 2,86 persen atau hanya 2 responden. Sebesar 12,86 persen yang
setara dengan 9 responden sering mengalami penyakit lainnya ,antara lain
reumatik, pusing-pusing, atau gatal-gatal. Distribusi jenis penyakit yang sering
dialami responden disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Sebaran Responden Menurut Jenis Penyakit yang Sering Dialami
Responden di Desa Lulut
10.00%18.57%
15.71%
42.86%
12.86%≤ Rp 20.000/m2
Rp 21.000 - 30.000 /m2
Rp 31.000 - 40.000/m2
Rp 41.000 - 50.000/m2
≥ 51.000/m2
44.29%
2.86%2.86%
37.14%
12.86%Batuk
Lambung
Diare
Influenza
Lainnya
59
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Aktivitas Penambangan Batuan Gamping
Lingkungan merupakan tempat mahluk hidup untuk berkembang biak dan
berinteraksi. Kualitas lingkungan yang baik tentunya akan dapat membantu
mewujudkan kualitas mahluk hidup yang lebih baik. Manusia sebagai salah satu
anggota mahluk hidup tentu akan memanfaatkan sumberdaya alam dalam upaya
mencukupi kebutuhan hidupnya.
Pemanfaatan terhadap potensi sumberdaya alam tercermin melalui berbagai
aktivitas, salah satunya adalah kegiatan penambangan batu gamping.
Penambangan batu gamping akan berdampak bagi lingkungan dan masyarakat
disekitarnya. Dampak tersebut merupakan hasil sampingan dari aktivitas
penambangan yang berlangsung atau disebut eksternalitas. Eksternalitas negatif
yang dirasakan masyarakat sekitar penambangan yaitu perubahan kualitas udara,
kelangkaan air, kebisingan dan getaran.
Perubahan lingkungan akibat kegiatan penambangan sangat dirasakan oleh
sebagian besar masyarakat Desa Lulut. Hasil penelitian terhadap 70 responden di
Desa Lulut menunjukkan bahwa seluruh responden (100 persen) merasakan
adanya perubahan lingkungan akibat kegiatan penambangan. Perubahan
lingkungan ini ditinjau dari dampak yang paling dirasakan oleh responden.
Sebanyak 50 persen responden menyatakan bahwa kebisingan dan getaran
merupakan eksternalitas yang paling dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kebisingan dan getaran ini berasal dari suara belt conveyor yang hampir aktif
selama 24 jam setiap hari. Operasional kendaraan truk-truk pengangkut batuan
60
juga dikeluhkan oleh responden terutama yang tinggal berdampingan dengan
akses masuk kawasan penambangan. Sumber getaran lain yang timbul diakibatkan
dari peledakan masih dirasakan oleh responden terutama yang berdekatan dengan
kawasan penambangan walaupun frekuensinya sudah relatif berkurang.
Pencemaran udara merupakan eksternalitas kedua terbesar yang
dikemukakan oleh responden dengan persentase sebesar 40 persen. Kualitas udara
yang dirasakan oleh responden berkaitan dengan debu dan suhu yang semakin
meningkat. Partikel-partikel debu merupakan hasil dari proses pemecahan batu,
belt conveyor, keberadaan Jalan Putih sebagai akses masuk menuju Desa Lulut,
dan proses ledakan saat penambangan.
Sebesar 7,14 persen responden menyatakan bahwa perubahan lingkungan
yang paling dirasakan adalah mengenai kualitas dan kuantitas air. Hal ini
berdasarkan dari ketersediaan air bersih untuk konsumsi dan aktivitas sehari-hari.
Mayoritas responden menyatakan jika dibandingkan dengan tahun awal berdirinya
penambangan, maka saat ini kuantitas air disekitar rumah mereka berkurang. Hal
ini disebabkan dari berkurangnya sumber mata air karena kawasan
pegunungannya sudah dijadikan kawasan penambangan. Kualitas air juga menjadi
keluhan responden karena apabila air pada masa sekarang dimasak, terkadang
memiliki rasa sadah (pahit) terlebih apabila air tersebut berasal dari mata air
didalam kawasan penambangan. Berkurangnya daerah resapan air, jenis
pepohonan, dan tertutupnya mata air diindikasikan menjadi penyebab penurunan
kualitas dan kuantitas air di Desa Lulut.
Kehilangan keanekaragaman hayati dirasakan sebagai eksternalitas negatif
yang dirasakan oleh responden yaitu sebesar 2,86 persen. Keragaman tumbuhan
61
seperti sengon, mahoni, pinus ataupun tanaman buah-buahan sudah sulit
ditemukan di Desa Lulut. Lahan sebagai tempat berbagai jenis tumbuhan hidup
telah hilang seiring dengan berjalannya kegiatan penambangan. Jenis satwa
seperti burung walet jumlahnya semakin berkurang, padahal masih terdapat
beberapa masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari berburu sarang burung
tersebut. Terlihat dari hasil survei bahwa eksternalitas negatif yang paling
dirasakan oleh responden adalah kebisingan dan getaran, pencemaran udara, dan
perubahan kualitas dan kuantitas air. Adapun persentase eksternalitas negatif yang
dirasakan masyarakat dari aktivitas penambangan batuan gamping dapat dilihat
pada Gambar 15.
Gambar 15. Eksternalitas Negatif yang Dirasakan Responden dari Aktivitas Penambangan Batuan Gamping di Desa Lulut.
Kebisingan dan getaran dirasakan memberikan pengaruh terhadap
kehidupan sebagian responden. Sebanyak 60 persen responden menyatakan bahwa
kebisingan dan getaran yang timbul dari aktivitas penambangan dapat
mengganggu aktivitas dan jam istirahat mereka. Hal ini dapat disebabkan karena
kegiatan penambangan seperti proses peledakan dan pengoperasian belt conveyor
terjadi pada waktu masyarakat beristirahat. Proses peledakan terjadi antara pukul
50%40%
7.14% 2.86%Kebisingan dan Getaran
Pencemaran Udara
Perubahan Kualitas dan Kuantitas Air
Kehilangan Keanekaragaman Hayati
62
11.45 sampai 12.15 pada hari kerja sedangkan pengoperasian belt conveyor
berlangsung selama 24 jam setiap hari kecuali hari libur. Pengaruh kebisingan
dan getaran ini juga mengganggu terhadap alat pendengaran responden, sebanyak
14,28 persen responden menyatakan hal tersebut. Anggota keluarga responden
terutama anak-anak yang tinggal berdekatan dengan kawasan tambang atau belt
conveyor sering mengeluhkan rasa sakit pada alat pendengarannya. Namun,
sebanyak 25,71 persen responden menyatakan tidak merasa terganggu
aktivitasnya, jam istirahat, maupun alat pendengarannya akibat kebisingan dan
getaran tersebut. Adapun persentase dampak kebisingan dan getaran yang
dirasakan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Dampak Kebisingan dan Getaran yang Dirasakan Responden di Desa Lulut.
Responden menyatakan bahwa kualitas udara di sekitar tempat tinggal
mereka saat ini mengalami penurunan. Sebesar 30 persen atau 21 responden
menyatakan udara di sekitar tempat tinggal mereka berdebu, dengan suhu yang
panas, dan terkadang membuat sakit (sesak) saat bernafas. Debu dan sesak juga
dikeluhkan oleh responden lain dengan persentase sebesar 37,14 persen, hanya
60%14.28%
25.71%
Mengganggu aktivitas dan jam istirahat
Mengganggu alat pendengaran
Tidak terasa mengganggu aktivitas, jam istirahat, ataupun alat pendengaran
63
30%
37.14%
21,43%
11.43%
Debu, suhu panas, dan sakit (sesak) saat bernafas
Debu, suhu tidak panas, dan sakit (sesak) saat bernafas
Debu, suhu panas, dan tidak sakit (sesak) saat bernafas
Tidak berdebu, suhu panas, dan tidak sakit (sesak) saat bernafas
saja responden ini tidak mengatakan suhu yang semakin panas. Partikel debu dan
pasir yang dihasilkan dari aktivitas penambangan menurut responden menjadi
penyebab turunnya kualitas udara disekitar tempat tinggal mereka. Bila musim
kemarau tiba, genteng-genteng rumah responden yang memang berbatasan
langsung dengan kawasan penambangan berubah menjadi warna putih keabu-
abuan. Sesak saat bernafas tidak dirasakan oleh 21,43 persen responden namun
mereka merasakan panas dan berdebu. Sebanyak 11,43 persen responden tidak
merasakan debu dan sesak saat bernafas dari aktivitas penambangan, hanya saja
terjadi perubahan suhu yang semakin panas. Adapun persentase dampak
perubahan kualitas udara yang dirasakan masyarakat dapat dilihat pada Gambar
17.
Gambar 17. Dampak Perubahan Kualitas Udara yang Dirasakan Responden di Desa Lulut
Kualitas dan kuantitas air menjadi masalah yang dikeluhkan setelah
kebisingan dan pencemaran udara. Sebanyak 2,86 persen responden merasakan
kesulitan kuantitas dan kualitas air bersih mereka dalam kondisi yang buruk.
64
Apabila terjadi musim kemarau panjang, responden biasanya pergi mencari air ke
tempat-tempat sumber mata air atau ke rumah warga yang air sumurnya masih
tersedia. Kondisi hampir serupa dialami oleh 24,29 persen responden menyatakan
kuantitas air di tempat tinggal mereka sulit, tetapi untuk kualitas (berwarna,
berbau, dan memilik rasa) air masih dalam kondisi baik. Responden membeli air
mineral galon isi ulang untuk pemenuhan kebutuhan air bersih sehari-hari,. Hal
berbeda dialami oleh 71,43 persen responden yang menyatakan air bersih secara
kuantitas dan kualitas baik. Perusahaan telah menyediakan penampungan-
penampungan di sekitar rumah warga untuk ketersediaan air bersih. Sumber air
yang disediakan perusahaan berasal dari mata air Cikukulu yang yang disalurkan
melalui pipa-pipa ke penampungan. Penampungan air ini memang belum secara
merata tersedia di seluruh desa, hanya terdapat di beberapa tempat saja. Sebesar
1,43 persen responden menyatakan bahwa air yang tersedia memiliki rasa pahit
atau sadah apabila telah dikonsumsi. Instalasi Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) memang belum tersedia di Desa Lulut, sehingga warga hanya
menggantungkan ketersediaan air melalui air sumur, penampungan-penampungan
atau mata air. Adapun persentase dampak perubahan kualitas dan kuantitas air
yang dirasakan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 18.
65
Gambar 18. Dampak Perubahan Kualitas dan Kuantitas Air yang Dirasakan Responden di Desa Lulut
6.2 Analisis Kesediaan Menerima Responden Terhadap Dana Kompensasi Akibat Eksternalitas Negatif
Mayoritas dari responden yaitu sebesar 65,71 persen bersedia menerima
dana kompensasi sebagai bentuk kompensasi. Sebanyak 34,29 persen responden
tidak bersedia menerima dana kompensasi. Persentase kesediaan menerima dana
kompensasi dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Persentase Kesediaan Menerima Dana Kompensasi Responden di Desa Lulut
Dana kompensasi yang diharapkan oleh sebagian besar responden adalah
ditujukkan untuk beberapa keperluan dalam kehidupan responden. Mayoritas
responden menyatakan akan mengalokasikan dana kompensasi yang diterima
untuk biaya kesehatan yaitu sebesar 48,57 persen. Penggunaan dana kompensasi
untuk biaya perbaikan rumah dinyatakan oleh responden sebesar 21,43 persen.
2.86%24.29%
71.43%
1.43%
Kuantitas air kurang dan kualitas air buruk
Kuantitas air kurang tetapi kualitas air baik
Kuantitas dan kualitas air baik
Kuantitas air baik, kualitas kurang
65.71%
34.29%
Bersedia
Tidak bersedia
66
Rencana penggunaan dana kompensasi yang diterima responden akan digunakan
untuk biaya lainnya seperti biaya pendidikan, biaya usaha dan untuk biaya
keperluan makan sehari-hari sebanyak 30 persen. Gambar 20 menunjukkan
sebaran rencana alokasi penggunaan dana kompensasi oleh responden apabila
memang program tersebut terlaksana.
Gambar 20. Rencana Alokasi Penggunaan Dana Kompensasi Responden
Terdapat 34,29 persen responden menyatakan tidak bersedia menerima
dana kompensasi. Responden menyatakan alasan bahwa dampak yang diterima
tidak sebanding dengan besarnya dana kompensasi yang akan diberikan.
Responden mengharapkan bentuk kompensasi berupa perbaikan infrastruktur
(jalan, jembatan, dan saluran sanitasi), pembangunan klinik kesehatan, dan
kemudahan mendapatkan pekerjaan dari perusahaan penambangan. Gambar 21
menjelaskan sebaran keinginan responden tersebut.
Gambar 21. Sebaran Bentuk Kompensasi Selain Dana
48.57%
21.43%
30.00%
Biaya Kesehatan
Biaya Perbaikan Rumah
Biaya Lainnya
58.33%
8.33%
33.40% Perbaikan Infrastruktur
Pembangunan Klinik Kesehatan
Lowongan Pekerjaan
67
Nilai peluang potensial dan aktual dari jumlah responden yang bersedia
atau tidak bersedia menerima dana kompensasi dapat dilihat pada Tabel 10.
Kondisi potensial ditunjukkan dengan nilai harapan (expectation) dan kondisi
aktual ditunjukkan dengan nilai observasi (observation).
Tabel 10 Nilai Observasi dan Harapan Terhadap Peluang Kesediaan Responden
Observasi
Harapan
Kesediaan Total Koreksi
(persen) Tidak bersedia Bersedia
Kesediaan Tidak bersedia 17 7 24 70.8
Bersedia 5 41 46 89.1
Total 22 48 70 -
Nilai Keseluruhan Terkoreksi 82.9 Sumber : Data Primer Diolah, 2011
Tabel 10 menunjukkan nilai observasi dan harapan peluang responden
bersedia menerima dana kompensasi akibat eksternalitas negatif secara
keseluruhan. Berdasarkan tabel tersebut, terdapat perbedaan antara nilai total
observasi dan nilai total harapan responden dengan nilai keseluruhan koreksi
sebesar 82,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa diduga terdapat dua responden
yang menjawab ragu-ragu dalam menentukan pilihan.
6.3 Analisis Besarnya Nilai Dana Kompensasi Responden Akibat Eksternalitas Negatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan CVM untuk menganalisis
besarnya nilai WTA responden terhadap eksternalitas negatif yang dirasakan
akibat penambangan batu gamping. Hasil pelaksanaan langkah kerja pada metode
CVM adalah sebagai berikut :
68
1. Membangun Pasar Hipotetis (Setting Up the Hypothetical Market)
Responden diberikan informasi bahwa perusahaan penambangan batu
gamping akan memberlakukan pemberian dana kompensasi terhadap masyarakat
di sekitar kawasan penambangan yang terkena eksternalitas negatif. Kompensasi
tersebut sebagai biaya pengganti atas kerugian yang dirasakan akibat terjadinya
eksternalitas negatif. Dana kompensasi ini mencerminkan besarnya nilai kerugian
yang dirasakan dan kesediaan menerima penurunan kualitas lingkungan.
2. Memperoleh Nilai WTA (Obtaining Bids)
Berdasarkan pertanyaan yang ditawarkan dalam kuesioner melalui metode
bidding game, maka diperoleh besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia
diterima oleh responden. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh rata-rata nilai
WTA responden sebesar Rp 137.500,00 per bulan per kepala keluarga. Umumnya
responden menginginkan dana kompensasi yang tinggi karena biaya hidup yang
semakin meningkat. Nilai tersebut dianggap cukup untuk menutup biaya hidup
(termasuk biaya kesehatan dan air bersih) yang semakin tinggi.
3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA (Estimating Mean WTA)
Dugaan nilai rataan WTA responden dihitung berdasarkan data distribusi
WTA responden. Data distribusi WTA responden dapat dilihat pada Tabel 11.
Perhitungan terhadap dugaan nilai rataan WTA (EWTA) menghasilkan nilai
sebesar Rp 137.500,00 per bulan per kepala keluarga. Nilai tersebut
mencerminkan besarnya kerugian setiap individu yang terkena eksternalitas
negatif penambangan batuan gamping.
69
Tabel 11 Distribusi WTA Responden di Desa Lulut
No Nilai WTA (Rp/bulan/KK)
Frekuensi (Orang)
Frekuensi Relatif
Mean WTA (Rp)
1 50000 4 0,09 4347,83
2 75000 0 0 0
3 100000 14 0,30 30434,78
4 125000 5 0,11 13586,96
5 150000 11 0,24 35869,57
6 175000 1 0,02 3804,35
7 200000 9 0,20 39130,43
8 225000 1 0,02 4891,30
9 250000 1 0,02 5434,78
Total 46 1,00 137500,00 Sumber : Data Primer Diolah, 2011
4. Menduga Bid Curve
Kurva lelang (bid curve) WTA responden dibentuk berdasarkan nilai WTA
responden terhadap dana kompensasi yang diinginkan. Kurva ini menggambarkan
hubungan tingkat WTA yang diinginkan (dalam Rp/bulan/KK) dengan jumlah
responden yang bersedia menerima pada tingkat WTA tersebut (orang). Terlihat
pada Gambar 22, semakin tinggi nilai WTA yang ditawarkan, maka semakin
banyak responden yang bersedia menerima. Hasil survei yang dilakukan pada
responden untuk nilai WTA yang bersedia diterima disajikan dalam Gambar 22.
Sumber : Data Primer Diolah, 2011 Gambar 22. Dugaan Bid Curve WTA Responden di Desa Lulut
0
100000
200000
300000
0 10 20 30 40 50WTA
(Rp/bu
lan/KK
)
Jumlah Responden (Orang)
WTA
Linear (WTA)
70
5. Menentukan Total WTA (Agregating Data)
Hasil perhitungan WTA total dapat disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh nilai total WTA responden adalah sebesar Rp
6.325.000,00 per bulan. Nilai total WTA masyarakat diduga sebesar Rp
447.975.000,00 per bulan. Nilai tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan oleh perusahaan penambangan dalam pengambilan keputusan
Tabel 13 Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTA Responden
Variabel B Std. Error t P-value Tolerance VIF
(Constant) 1.389 .998 1.392 .175
UR -.164 .225 -.729 .472 .210 4.764
PNDK -.236 .153 -1.543 .134** .296 3.373
PNDP .004 .190 .022 .983 .361 2.770
JTK -.143 .088 -1.634 .113** .528 1.893
LT -.105 .184 -.569 .574 .357 2.802
JTT -.080 .168 -.476 .638 .462 2.163
KU .180 .151 1.190 .244 .594 1.683
KA .050 .250 .201 .842 .656 1.525
KBS -.001 .218 -.007 .995 .606 1.651
KSH .106 .233 .456 .652 .613 1.632
PNS .594 .770 .772 .447 .620 1.613
WRS .577 .403 1.432 .163*** .607 1.647
PTN .164 .296 .555 .583 .527 1.899
SWT 1.075 .524 2.052 .050* .685 1.460
SPR .004 .424 .008 .993 .450 2.222
R-square 66,1 %
R-square adj. 46,7 %
Durbin-Watson 2,156
Asymp.Sig.(2-tailed) 0.969 Sumber : Data Primer Diolah, 2011
Keterangan : * nyata pada taraf α = 10% ** nyata pada taraf α = 15% *** nyata pada raraf α = 20%
Berdasarkan Tabel 13 diketahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata
terhadap model pada alpha 20%, 15% dan 10 %, yaitu tingkat pendidikan, jumlah
74
tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal, dummy wiraswasta, dan dummy
pegawai swasta.
Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai P-value 0,134 artinya variabel
ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,15 (15%). Koefisien
variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin rendah.
Hal ini dikarenakan responden dengan pendidikan yang tinggi memiliki
kecenderungan untuk mengkalkulasikan terlebih dahulu nilai wta yang diharapkan
sehingga nilai yang diinginkan tidak sembarangan. Berbeda pada responden
dengan tingkat pendidikan rendah yang spontan dan umumnya menginginkan
nilai yang lebih besar. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana tingkat
pendapatan berpengaruh positif terhadap besarnya nilai WTA responden. Nilai
dari koefisien tingkat pendidikan adalah 0,236 yang artinya bahwa jika tingkat
pendidikan meningkat sebesar satu satuan (tingkatan pendidikan), maka diduga
rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar 0,236 satuan (ratus ribu rupiah) dengan
asumsi ceteris paribus.
Nilai P-value untuk jumlah tanggungan keluarga adalah sebesar 0,113
sehingga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,15
(15%). Koefisien jumlah tanggungan adalah bertanda negatif (-) dengan nilai
sebesar 0,143. Hal ini menggambarkan bahwa jika jumlah tanggungan responden
meningkat satu satuan (orang) maka diduga besarnya rata-rata nilai WTA akan
menurun sebesar 0,143 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.
Hubungan negatif antara jumlah tanggungan dengan besarnya nilai wta tidak
sesuai dengan hipotesis awal. Berdasarkan data di lapangan, responden dengan
75
jumlah tanggungan yang tinggi memiliki kebutuhan yang tinggi pula. Tekanan
akan kebutuhan hidup yang tinggi membuat mereka bersedia untuk menerima
nilai yang rendah daripada tidak mendapat kompensasi sama sekali.
Variabel dummy wiraswasta memiliki nilai P-value sebesar 0,163.
Variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,2 (20%).
Koefisien untuk variabel tersebut adalah bertanda positif (+) dengan nilai sebesar
0,577. Tanda positif (+) menunjukkan responden yang berprofesi sebagai
wiraswasta akan menginginkan nilai WTA yang lebih tinggi. Hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis awal. Responden berpendapat bahwa dana kompensasi
merupakan dana imbangan yang akan mereka terima apabila mereka tidak dapat
bekerja akibat ekternalitas yang timbul. Apabila responden berprofesi sebagai
wiraswasta, maka diduga besarnya rata-rata nilai WTA responden akan meningkat
sebesar 0,577 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.
Variabel pegawai swasta memiliki nilai P-value sebesar 0,050. Variabel
tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,1 (10%). Koefisien
untuk pegawai swasta adalah bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 1,075.
Tanda positif (+) menunjukkan responden yang berprofesi sebagai pegawai
swasta akan menginginkan nilai WTA yang lebih tinggi. Hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis awal. Responden dengan profesi sebagai pegawai swasta
berpendapat bahwa dana kompensasi merupakan dana imbangan yang akan
mereka terima apabila mereka tidak dapat bekerja akibat ekternalitas yang timbul.
Apabila reponden berprofesi sebagai pegawai swasta, maka diduga besarnya rata-
rata nilai WTA responden akan meningkat sebesar 1,075 satuan (ratus ribu rupiah)
dengan asumsi ceteris paribus.
76
Nilai P-value untuk usia responden adalah sebesar 0,472 sehingga variabel
tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,20 (20%).
Koefisien usia responden adalah bertanda negatif (-) dengan nilai sebesar 0,164.
Hal ini menggambarkan bahwa jika usia responden meningkat satu satuan (tahun)
maka diduga besarnya rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar 0,164 satuan
(ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.
Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai P-value sebesar 0,983.
Variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,2
(20%). Koefisien untuk tingkat pendapatan adalah bertanda positif (+) dengan
nilai sebesar 0,004. Tanda positif (+) menunjukkan responden dengan tingkat
pendapatan yang tinggi menginginkan nilai WTA yang lebih tinggi. Peningkatan
tingkat pendapatan satu satuan (Rp) maka diiduga besarnya rata-rata nilai WTA
responden akan meningkat sebesar 0,004 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi
ceteris paribus.
Variabel jarak tempat tinggal memiliki nilai P-value 0,638 artinya variabel
ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,2 (20%). Koefisien
variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin tinggi jarak tempat tinggal dari
penambangan, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut
akan semakin rendah. Nilai dari koefisien adalah 0,080 yang artinya bahwa jika
jarak tempat tinggal meningkat sebesar satu satuan (meter), maka diduga rata-rata
nilai WTA akan menurun sebesar 0,080 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi
ceteris paribus.
Variabel kualitas udara memiliki nilai P-value 0,244 artinya variabel ini
tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,2 (20%).
77
Koefisien variabel ini bertanda positif (+), berarti semakin tinggi kualitas udara,
maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin
tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana kualitas udara bertanda
negatif. Nilai dari koefisien adalah 0,180 yang artinya bahwa jika kualitas
meningkat sebesar satu satuan (tingkat kualitas udara), maka diduga rata-rata nilai
WTA akan meningkat sebesar 0,180 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi
ceteris paribus.
Variabel kualitas dan kuantitas air memiliki nilai P-value 0,842 artinya
variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,2
(20%). Koefisien variabel ini bertanda positif (+), berarti semakin tinggi kualitas
dan kuantitas air, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut
akan semakin tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana kualitas
dan kuantitas air bertanda negatif. Nilai dari koefisien adalah 0,050 yang artinya
bahwa jika kualitas meningkat sebesar satu satuan (tingkat kualitas dan kuantitas
air), maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar 0,050 satuan (ratus
ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.
Variabel kualitas kebisingan dan getaran memiliki nilai P-value 0,995
artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α =
0,2 (20%). Koefisien variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin tinggi
kualitas kebisingan dan getaran, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan
responden tersebut akan semakin rendah. Nilai dari koefisien adalah 0,001 yang
artinya bahwa jika kualitas meningkat sebesar satu satuan (tingkat kualitas
kebisingan dan getaran), maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat
sebesar 0,001 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.
78
Variabel dummy pegawai negeri sipil memiliki nilai P-value 0,447 artinya
variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,2
(20%). Koefisien variabel ini bertanda positif (+), artinya responden dengan
pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil, maka besarnya nilai WTA yang
diharapkan responden tersebut akan semakin tinggi. Nilai dari koefisien adalah
0,594 yang artinya bahwa jika responden bekerja sebagai pegawai negeri sipil,
maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar 0,594 satuan (ratus ribu
rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.
Variabel dummy petani memiliki nilai P-value 0,583 artinya variabel ini
tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,2 (20%). Koefisien
variabel ini bertanda positif (+), artinya responden dengan pekerjaan sebagai
petani, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan
semakin tinggi. Nilai dari koefisien adalah 0,164 yang artinya bahwa jika
responden bekerja sebagai petani, maka diduga rata-rata nilai WTA akan
meningkat sebesar 0,164 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.
Variabel usia responden, tingkat pendapatan, lama tinggal, jarak tempat
tinggal, kualitas udara, kualitas air, kualitas kebisingan dan getaran, biaya
kesehatan, pegawai negeri sipil, petani, dan supir/ojek tidak berpengaruh nyata
dalam model ini. Nilai P-value masing-masing variabel (Tabel 13) lebih besar dari
taraf α = 0,2 ( 20%). Variabel-variabel tersebut hanya menyebabkan perubahan
kecil dibandingkan dengan variabel yang berpengaruh signifikan. Hal tersebut
terjadi karena kurang beragamnya nilai yang terdapat dalam model.
79
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Eksternalitas negatif yang timbul akibat aktivitas penambangan batuan
gamping di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor dirasakan
oleh seluruh responden. Adapun jenis eksternalitas negatif yang paling
dirasakan oleh responden antara lain kebisingan dan getaran, perubahan
kualitas udara serta perubahan kualitas dan kuantitas air. Hanya sebagian
kecil responden yang menyatakan bahwa kehilangan keanekaragaman hayati
sebagai eksternalitas negatif yang muncul akibat penambangan batuan
gamping.
2. Mayoritas responden menyatakan bersedia menerima dana kompensasi atas
eksternalitas negatif yang timbul dari aktivitas penambangan batuan gamping.
Rencana alokasi dana kompensasi jika memang ada akan dipergunakan untuk
biaya kesehatan, perbaikan rumah,dan keperluan lainnya.
3. Nilai dugaan rataan WTA responden adalah sebesar Rp 137.500,00 per bulan
per kepala keluarga dan nilai total WTA responden sebesar Rp 6.325.000,00
per bulan. Nilai total WTA masyarakat diperoleh setelah nilai total WTA
responden didapatkan, nilai total WTA masyarakat adalah sebesar Rp
447.975.000,00 per bulan.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai WTA responden secara
positif yaitu pekerjaan wiraswasta, dan pegawai swasta. Tingkat pendidikan
dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata secara negatif. Variabel-
variabel bebas lain seperti usia, tingkat pendapatan, lama tinggal, jarak tempat
80
tinggal, kualitas udara, kualitas dan kuantitas air, kualitas kebisingan dan
getaran, biaya kesehatan, pegawai negeri sipil, petani dan supir/ojek tidak
berpengaruh nyata terhadap model karena Nilai Sig. dari masing-masing
variabel tersebut lebih besar dari pada taraf α = 20 %
7.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian maka dapat disarankan :
1. Perusahaan penambangan batuan gamping seharusnya mencari sistem dan
teknologi penambangan yang lebih baik terutama untuk proses pengangkutan
bahan baku menggunakan belt conveyor. Selain itu, proses peledak dan lokasi
peledakan yang relatif jauh dari pemukiman warga perlu dilakukan pihak
perusahaan penambangan. Reklamasi lahan setelah penambangan harus terus
dilakukan dengan memilih jenis tanaman yang memiliki penyerapan air yang
baik sehingga dapat menjadi salah satu solusi masalah air bersih. Perlu
ditingkatkannya program puskesmas keliling karena terlihat dari sebagian
besar dana kompensasi yang diinginkan akan dialokasikan oleh responden
untuk bidang kesehatan. Pengaspalan jalan utama (Jalan Putih) menuju Desa
Lulut, dan peningkatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar kawasan
penambangan perlu dilakukan oleh perusahaan.
2. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
penambangan. Terutama untuk aturan batas kawasan penambangan dengan
pemukiman warga, jam operasional dan kondisi alat-alat penambangan, serta
pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam rangka menyelesaikan permasalahan
eksternalitas negatif dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat sekitar.
81
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian mengenai analisis
Willingness to Pay pihak perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan
batuan gamping di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal untuk mengetahui
keseimbangan nilai dana kompensasi. Sehingga dapat diperoleh surplus
produsen yang diterima oleh masyarakat dan surplus konsumen yang
diperoleh perusahaan.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A. 2008. Nilai Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Berdasarkan Pendekatan Willingness to Pay dan Willingness to Accept di Jalan Lintas Timur Sumatera. http://sosekling.pu.go.id/attachments/205_ADITYA209.pdf. [2 Maret 2011]
BAPPEDAL.2001. Aspek Lingkungan dalam AMDAL Bidang Pertambangan.
Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL BAPEDAL. Jakarta. Bogor Plus. Februari 2011. Hal 19–21. Indocement Tebar Debu, ISPA Merajalela. Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara.
Jakarta. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi
Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometric 4th ed. Mc Graw Hill-Irvine. New
York, USA. Hanley, N dan C. L. Spash. 1993. Cost – Benefit Analysis and Environment.
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Divisi Pertambangan (Mining Division). Bogor.
Juanda, B. 2009. Ekonometrika : Permodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.
KLH. 2000. Agenda 21 Sektoral (Agenda Pertambangan untuk Pengembangan
Kualitas Hidup Secara Berkelanjutan). Kerjasama KLH dan UNDP (United Nations Development Programme). Jakarta.
Notosiswoyo, S. 2006. Potensi Mineral pada Endapan Batukapur pada Ekosistem
Karst. Di dalam : Maryanto I, M Noerdjito, R Ubaidillah, editor. Manajemen Bioregional: Karst, Masalah dan Pemecahannya, dilengkapi kasus Jabodetabek. cet II. Puslit-Biologi LIPI. Bogor.
Mangkoesoebroto, G. 1997. Ekonomi Publik. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. Merryna, A. 2009. Analisis Willingness to Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran
Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
83
Minerhe. 2009. Perencanaan Tambang Pasir Kwarsa. http://www.minerhe.co.cc/2009/07/perencanaan-tambang-pasir-kwarsa.html. [3 Februari 2011]
Ramadhan, A. 2009. Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Cipayung Kota Depok Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Ramanathan, R. 1997. Introductory Econometrics with Applications. The Dryden
Press. Philadelphia. Samodra, H. 2001. Nilai Strategis Kawasan Karst di Indonesia, Pengelolaan dan
Perlindungannya. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Bandung. Sarwono, S. W. 1999. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial.
Balai Pustaka. Jakarta. Triani, A. 2009. Analisis Willingness to Accept Masyarakat Terhadap Pembayaran
Jasa Lingkungan DAS Cidanau (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Widiyanto. 2011. Industri Semen. http://industri.kontan.co.id. [3 Februari 2011] Wardhana, WA. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset.
Yogyakarta. Walpole, R. E. 1982. Pengantar Statistika. Bambang Sumantri (Penerjemah).
Terjemahan dari : Introduction to Statistic. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1 Kuesioner
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN Jalan Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
Nomor Responden : Nama : Alamat : No. HP : Tanggal : Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping oleh Bahroin Idris Tampubolon, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen , IPB. Mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap demi keobjektifan data. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasi,dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan kerjasamanya Saya ucapkan terima kasih. Petunjuk : Isi dan pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (√) pada bagian yang telah tersedia.
A. Karaktristik Responden
1. Jenis Kelamin : [ ] Laki–laki [ ] Perempuan
2. Usia : [ ] 17 – 29 Tahun = ..... [ ] 56 – 68 Tahun = ......... [ ] 30 – 42 Tahun = ..... [ ] ≥ 69 Tahun = ........ [ ] 43 – 55 Tahun = .....
3. Status :
[ ] Menikah [ ] Belum Menikah
4. Pendidikan Formal Terakhir : [ ] SD [ ] Perguruan Tinggi [ ] SLTP/Sederajat [ ] Tidak Sekolah [ ] SLTA/Sederajat
86
5. Pekerjaan : [ ] PNS [ ] TNI/POLRI [ ] Buruh [ ] Pegawai Swasta [ ] Petani [ ] Wirausaha [ ] Lainnya : .................
6. Pendapatan perbulan : [ ] < Rp 500.000 = Rp ........ [ ] Rp 500.000 - ≤ 1.500.000 = Rp ........ [ ] Rp 1.500.001 - ≤ 2.500.000 = Rp ........ [ ] Rp 2.500.001 - ≤ 3.500.000 = Rp ........ [ ] > Rp 3.500.000 = Rp .......
7. Jumlah Tanggungan Keluarga : [ ] ≤ 2 Orang [ ] 5 Orang [ ] 3 Orang [ ] ≥ 6 Orang [ ] 4 Orang
8. Lama tinggal :
[ ] ≤ 5 Tahun = ......... [ ] 26 – 35 Tahun = ......... [ ] 6 – 15 Tahun = ......... [ ] ≥ 35 Tahun = ........ [ ] 16 - 25 Tahun = ........
9. Status Tempat Tinggal : [ ] Sewa / kontrak
[ ] Pribadi
10. Jarak Tempat Tinggal dari Penambangan : [ ] < 500 m = ....... [ ] 2501 – 3500 m =....... [ ] 500 – 1500 = ....... [ ] ≥ 3500 m =....... [ ] 1501 – 2500 m = .......
11. Luas Lahan / Tanah : ................... m2 12. Luas Bangunan / Rumah : .................... m2
13. Jenis Bangunan : [ ] Permanent
[ ] Semi Permanent
14. Harga Tanah Tempat Tinggal : Rp .........................
B. Eksternalitas Negatif yang Dirasakan
1. Apakah Anda merasakan adanya perubahan lingkungan / kerugian akibat kegiatan penambangan ? [ ] Ya : ................................ [ ] Tidak (selesai)
2. Perubahan apa yang paling Anda rasakan akibat adanya kegiatan
[ ] Gangguan visual (pemandangan) [ ] Pencemaran udara dan debu [ ] Kebisingan suara [ ] Perubahan kualitas dan kuantitas air (kotor, berbau,berasa) [ ] Lainnya : ...................................
3. Kerugian apa yang Anda rasakan dari kegiatan penambangan ? [ ] Penurunan tingkat kesehatan [ ] Penurunan tingkat pendapatan [ ] Kenyamanan terganggu [ ] Peningkatan biaya pengeluaran (misalnya : biaya
kesehatan, perbaikan rumah yang rusak akibat getaran, dll) [ ] Lainnya : ....................................
4. Bagaimana Kualitas Udara di sekitar rumah Anda ?
[ ] berdebu, panas, menyesakkan saat bernafas. [ ] berdebu, tidak panas, menyesakkan saat bernafas. [ ] berdebu, tidak panas dan segar saat bernafas [ ] tidak berdebu, panas dan segar saat bernafas [ ] tidak berdebu, tidak panas dan segar saat bernafas
5. Bagaimana ketersediaan dan kualitas Air Bersih di tempat tinggal Anda ? [ ] sulit air, air kotor, berbau, memiliki rasa [ ] sulit air, tidak berbau, tidak kotor, memiliki rasa [ ] sulit air , tidak kotor, tidak berbau, tidak memiliki rasa [ ] air tersedia, tidak kotor, tak berbau, memiliki rasa [ ] air tersedia, tak kotor, tak berbau, tak memiliki rasa
6. Bagaimana kebisingan dan getaran dari ledakan penambangan
dalam kehidupan keseharian Anda? [ ] tidak menggangu pendengaran, aktivitas dan jam istirahat. [ ] tidak mengganggu pendengaran, dan jam istirahat [ ] mengganggu aktivitas dan jam istirahat [ ] mengganggu pendengaran dan jam istirahat [ ] mengganggu pendengaran, aktivitas dan istirahat
7. Bagaimana kenyamanan di tempat tinggal Anda seiring berjalannya kegiatan penambangan ? [ ] Sangat tidak nyaman [ ] Tidak nyaman [ ] Biasa saja [ ] Nyaman [ ] Sangat nyaman
8. Jenis Penyakit apa yang sering saudara dan keluarga alami ?
9. Berapa kali rata-rata anda sakit atau pergi ke rumah sakit dalam sebulan ? [ ] Tidak Pernah [ ] 4 Kali [ ] ≤ 2 kali [ ] ≥ 5 kali [ ] 3 Kali
10. Adakah biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh Anda? [ ] Ya, sebesar : Rp ............................./bulan/kk [ ] Tidak.
C. Informasi Tentang Kesediaan Menerima Dana Kompensasi
SKENARIO PERUSAHAAN PENAMBANG BATU GAMPING AKAN MEMBERLAKUKAN PEMBERIAN DANA KOMPENSASI TERHADAP MASYRAKAT DI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN YANG TERKENA EKSTERNALITAS NEGATIF.
1. Apakah Anda setuju jika suatu kegiatan penambangan semen
merugikan masyarakat sekitar ? [ ] Ya [ ] Tidak, alasan : a. Peningkatan kesejahteraan .
b. Peningkatan Infrastuktur (listrik,jalan,dll)
c. Lainnya : ........................
2. Apakah Anda bersedia menerima apa pun kompensasi/fasilitas yang diberikan oleh Perusahaan Penambangan akibat kerugian yang dirasakan? [ ] Ya [ ] Tidak, alasan : a. Kerusakan lingkungan tidak dapat bayar b. Kerugian yang dirasakan sulit diuangkan c. Lainnya : ........................
3. Kompensasi apa yang Anda harapkan dari Perusahaan Penambangan sebagai ganti rugi terhadap dampak yang ditimbulkan? [ ] Perbaikan Infrastruktur (Jalan, Jembatan, Listrik.dll) [ ] Pembangunan Klinik Kesehatan
89
[ ] Penyemprotan air untuk debu [ ] Dana Kompensasi [ ] Lainnya : .............
4. Jika Perusahaan Penambangan Semen akan memberikan kompensasi berupa dana (uang) kepada Anda per bulannya, berapakah minimal besarnya dana kompensasi yang bersedia Anda terima? [ ] Rp 250.000 [ ] Rp 225.000 [ ] Rp 200.000 [ ] Rp 175.000 [ ] Rp 150.000 [ ] Rp 125.000 [ ] Rp 100.000 [ ] Rp 75.000 [ ] Rp 50.000 [ ] Rp 25.000 [ ] Rp 20.000 [ ] Rp 15.000 [ ] Rp 10.000 [ ] Rp 5.000 [ ] Tidak Bersedia
5. Mengapa Anda bersedia/tidak menerima dana kompensasi sebesar yang Anda pilih? Alasan : ........................................................................................................... ...........................................................................................................
90
Lampiran 2 Hasil Model Regresi Logistik Dichotomus Choice
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
tidak bersedia 0
Bersedia 1
Categorical Variables Codings
Frequency
Parameter
coding
(1)
dummy supir/ojek bukan 62 .000
supir/ojek 8 1.000
dummy pns bukan 68 .000
pns 2 1.000
dummy wiraswatsa bukan 61 .000
wirausaha 9 1.000
dummy petani bukan 55 .000
petani 15 1.000
dummy swasta bukan 65 .000
swasta 5 1.000
dummy buruh bukan 39 .000
buruh 31 1.000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 42.101a .496 .685
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
Kolmogorov-Smirnov Z .492Asymp. Sig. (2-tailed) .969a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19.583 16 1.224 3.406 .002a
Residual 10.061 28 .359 Total 29.644 44
a. Predictors: (Constant), lag_wta, dummy petani, dummy pns, dummy swasta, bising, KLMPK TANGGUNGAN, air, BIAYA, udara, dummy wiraswatsa, LAMA TINGGAL, JARAK TT DR TAMBANG, dummy supir/ojek, PENDAPATAN, PENDIDIKAN, USIA b. Dependent Variable: wta klompok
94
95
Lampiran 4 Peta Lokasi
Keterangan :
: Lokasi penelitian
96
Lampiran 5 Dokumentasi
97
98
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 11 Februari 1989. Penulis
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Dr.Radjab Tampubolon dan
Pipih Pudjiastuti Bsc.
Penulis memulai pendidikan di TK Melati Kota Bogor pada tahun 1995,
kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Polisi I Bogor. Pada tahun 2001,
penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I
Kota Bogor. Pendidikan selanjutnya yang ditempuh penulis adalah di Sekolah
Menengah Umum Negeri I Kota Bogor pada tahun 2004. Penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI)
yang selanjutnya diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan
yaitu sebagai Staf Departemen Corporate Social Responsibility (CSR) HIMPRO
REESA tahun 2008/ 2009, Anggota Keluarga Pecinta Alam Fakultas Ekonomi
dan Manajemen (KAREMATA), dan terakhir sebagai Ketua Umum Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) FUTSAL IPB tahun 2009/ 2010.