Top Banner

of 23

Analisis Tingkat Kenyamanan Belajar Siswa

Oct 13, 2015

Download

Documents

Acerry Movalino

Proposal Penelitian
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PROPOSAL PENELITIANANALISIS TINGKAT KENYAMANAN BELAJAR SISWA DI RUANG LABORATORIUM KOMPUTER SMKN 2 GARUT BERDASARKAN STANDAR KENYAMANAN TERMAL RUANG DAN PERSEPSI SISWADiajukan untuk memenuhi pengajuan proposal skripsi pada mata kuliah Skripsi tahun akademik 2012 2013

Acerry Movalino0907333

Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur (S1)Fakultas Pendidikan Teknologi dan KejuruanUniversitas Pendidikan Indonesia2013

BAB ILATAR BELAKANG1.1 Latar BelakangTugas pokok dan mendasar dari sebuah bangunan adalah tugas sebagai wadah aktivitas. Dalam hal ini bangunan harus memberikan perlindungan terhadap tekanan luar dan dapat memberikan kenyamanan agar aktivitas dalam bangunan berjalan dengan maksimal. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal (Satwiko, 2009 : 21). Kenyamanan minimal yang harus dipenuhi oleh bangunan adalah kenyamanan fisiologis. Kenyamanan fisiologis thermal adalah kenyamanan yang sangat berperan bagi unjuk kerja orang di dalam bangunan. Fanger, 1982, mengatakan bahwa intelektual dan performansi persepsual orang dalam ruang akan mencapai kondisi maksimal bila dalam kondisi nyaman thermal. Kenyamanan termal adalah suatu keadaan termal yang dirasakan oleh manusia yang dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya. Kenyamanan termal suatu ruangan yang berada di luar batas normal akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, baik ketidaknyamanan fisik ataupun mental seseorang, sehingga dapat memunculkan berbagai persepsi dan perilaku negatif.Ruangan yang panas atau lembab dapat menimbulkan reaksi-reaksi psikologis dari seseorang (Snyder dan Catanese, 1989:37). Kenyamanan termal yang berubah di luar kondisi normal dapat berpengaruh terhadap kondisi seseorang baik itu ketidaknyamanan fisik (berkeringat/evaporasi, cepat lelah, kurang oksigen sehingga menjadi mudah mengantuk), maupun ketidaknyamanan mental seperti munculnya berbagai macam sugesti negatif bagi penghuni ruangan tersebut.Ruang Laboratorium komputer SMKN 2 Garut mengalami perubahan kondisi termal ketika jam-jam tertentu pada bagian dalam ruang. Perubahan yang terjadi antara lain suhu udara di dalam ruangan meningkat. Hal ini kemungkinan akan mempengaruhi kondisi fisik dan mental siswa di dalam ruangan tersebut sehingga memungkinan proses belajar siswa menjadi terganggu. Peneliti melihat terdapat fenomena pada permasalahan arsitektur yang terjadi pada kenyamanan termal ruang laboratorium komputer SMKN 2 Garut. Namun berdasarkan teori yang ada yaitu mengenai persepsi seseorang terhadap objek tertentu serta penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya dan juga aktivitas yang mereka kerjakan di dalam ruangan yang memiliki kondisi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya belum tentu bahwa siswa merasakan hal yang sama seperti yang peneliti rasakan.Untuk mengetahui bagaimana kenyamanan termal ruang laboratorium komputer SMKN 2 Garut serta persepsi siswa atas tingkat kenyamanan belajar di ruang laboratorium yang dinilai dari segi kondisi termal ruang, maka peneliti akan mengangkat judul penelitian mengenai Analisis Tingkat Kenyamanan Belajar Siswa di Ruang Laboratorium Komputer SMKN 2 Garut Berdasarkan Standar Kenyamanan Termal Ruang dan Persepsi Siswa .1.2 Rumusan MasalahPerumusan masalah bertujuan untuk memperjelas permasalahan serta mengarahkan penelitian yang akan dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi perubahan kenyamanan termal ruangan di ruang laboratorium SMKN 2 Garut?2. Bagaimana analisis tingkat kenyamanan belajar siswa di ruang laboratorium SMKN 2 Garut berdasarkan standar kenyamanan termal ruangan ?3. Bagaimana persepsi siswa tentang kondisi ruang laboratorium SMKN 2 Garut ?1.3 Batasan MasalahUntuk membatasi melebarnya pembahasan masalah, maka diperlukan suatu pembatasan terhadap permasalahan yang terjadi berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Objek penelitian dilakukan pada ruang laboratorium SMKN 2 Garut serta siswa kelas X TGB dan XII TGB tahun ajaran 2012/1013 yang melaksanakan kegiatan praktik di ruang laboratorium SMKN 2 Garut.2. Analisis kenyamanan termal ruangan meliputi pengukuran suhu di dalam dan di luar ruangan, kecepatan angin, kelembaban udara di luar, daerah bukaan dan di luar ruangan, dengan mengacu pada standar kenyamanan termal ruang.3. Analisis persepsi siswa meliputi pendapat terhadap kondisi termal ruangan.1.4 Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: Mengetahui analisis tingkat kenyamanan belajar siswa di ruang laboratorium SMKN 2 Garut berdasarkan standar kenyamanan termal ruang dan persepsi siswa .1.5 Manfaat PenelitianManfaat dari hasil penelitian ini adalah:1. Memberikan pengetahuan mengenai kenyamanan termal ruang laboratorium SMKN 2 Garut serta persepsi siswa atas tingkat kenyamanan belajar yang dinilai dari kondisi termal ruang. 2. Mengetahui standar kondisi termal ruangan yang nyaman untuk aktivitas belajar di ruang laboratorium SMKN 2 Garut, agar siswa dapat berkegiatan praktik dengan nyaman di ruangan tersebut3. Menemukan solusi dalam pemecahan masalah mengenai kenyamanan termal ruang laboratorium SMKN 2 Garut dari segi arsitektural.4. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya untuk peneliti yang mengambil tema serupa.1.6 Sistematika PenulisanSistematika dalam penyusunan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUANBab ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan BAB II LANDASAN TEORIBab ini menjelaskan tentang teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu kenyamanan termal, ilmu statistic dan lainnya yang digunakan sebagai dasar untuk penyelesaian masalah dan analisis yang dilakukan. BAB III METODOLOGI PENELITIANBab ini menguraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dari awal sampai akhir.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATABab ini berisikan data kuisioner dan data pengukuran kenyamanan termal dari beberapa siswa di SMKN 2 Garut yang dikumpulkan dan pengolahan data yang dilakukan. BAB V ANALISISBab ini menguraikan tentang analisis terhadap hasil penelitian yang dilakukan untuk melihat kesesuaian hasil yang didapatkan dengan tujuan yang ditetapkan. BAB VI PENUTUPBab ini mengemukakan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran untuk penelitian selanjutnya

BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Definisi KenyamananKenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain. (Satwiko, 2009:21-22)2.2 Kenyamanan ThermalKenyamanan termal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan oleh manusia yang dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda di sekitar arsitekturnya. Kenyamanan termal dalam suatu ruangan tergantung dari banyak hal, termasuk kebudayaan dan adat istiadat manusia masing-masing terhadap suhu, kelembaban dan iklim. Selian itu, bau dan pencemaran udara, radiasi alamdan buatan, serta bahan bangunan, warna dan pencahayaan ikut mempengaruhi kenyamanan secara fisik maupun fisiologis (Frick, 2008:74).Faktor-faktor alam yang pasti mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia adalah suhu udara, kelembaban udara dan pergerakan udara. Tiga factor alam ini biasanya telah tersedia sebagai bagian dari lingkungan hidup seseorang dan sangat mempengaruhi kenyamanan termal bagi dirinya. Tiga faktor dominan tersebut biasanya juga sudah dikondisikan oleh desain bangunan (Frick, 2007:28). Standar Kenyamanan Termal dapat diukur dari lima faktor yang terdiri dari tiga faktor lingkungan dan dua faktor manusia, diantaranya:1. Suhu UdaraSuhu udara terdiri dari 2 macam suhu udara yaitu suhu udara biasa (air temperature) dan suhu radiasi rata-rata/rata-rata suhu permukaan ruang (Mean Radiant Temperature = MRT). Suhu udara di ukur dengan termometer bola kering yang diletakkan 120 cm di atas permukaan tanah. MRT adalah radiasi rata-rata dari permukaan-permukaan bidang yang mengelilingi seseorang hingga 66%. (Frick, 2008:47)2. Kecepatan Angin (Pergerakan Udara)Angin adalah udara yang bergerak karena adanya gaya yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan dan perbedaan suhu (Satwiko, 2009:5). Angin pada daerah iklim tropislembab cenderung minim; biasanya berhembus agak kuat di siang hari atau pada musim pancaroba. Kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia.3. Pergerakan UdaraPergerakan udara adalah aspek yang penting untuk kenyamanan termal, terlebih di daerah panas, seperti halnya di daerah tropis. Di daerah dingin pergerakan udara tidak terlalu berpengaruh karena biasanya jendela-jendela ditutup untuk mencegah masuknya angin yang dingin. Pergerakan udara atau angin yang menyapu permukaan kulit mempercepat pelepasan panas secara konveksi. Bila permukaan kulit basah, maka penguapan yang terjadi mengakibatkan terjadinya pelepasan panas yang lebih besar (Frick, 2008:48). Gerakan udara tidak dapat mencegah terjadinya radiasi dari lapisan luar ke lapisan dalam tetapi dapat menyalurkan panas yang terbentuk di dalam ruang kosong tersebut. Kecepatan angin dapat diukur dengan anemometer.4. Kelembaban UdaraKelembaban udara adalah kandungan uap air dalam udara. Biasanya kelembaban udara menjadi penting saat suhu udara mendekati atau melampaui ambang batas daerah kenyamanan termal dan kelembaban udara mencapai lebih dari 70% atau kurang dari 40% (Mangunwijaya, 1997:143).Kelembaban udara yang tinggi mengakibatkan sulit terjadinya penguapan di permukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan panas bisa terganggu. Dalam pergerakan seperti itu pergerakan udara akan sangat membantu penguapan (Frick, 2008:47). Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan termal sehingga harus diimbangi dengan kecepatan angina yang cukup dan menerus.5. Aktivitas ManusiaAktivitas manusia menimbulkan energi atau panas tertentu dalam tubuh yang bersangkutan. Makin tinggi aktivitas seseorang, makin besar pula kecepatan metabolisme di dalam tubuhnya sehingga makin besar energi atau panas yang dihasilkan. Bila faktor alam tidak dapat menyerap panas yang terjadi (dan harus dilepas demi kenyamanan termal orang itu) maka ia akan merasa tidak nyaman. Agar mendapatkan kenyamanan termalnya kembali, ia dapat memilih kegiatan lain yang lebih tenang dan yang tidak menimbulkan banyak panas. Dengan kata lain, pada saat suhu udara dan kelembaban udara tinggi dan angin kurang tersedia, kegiatan yang paling nyaman adalah tidur atau berbaring. Semakin aktif gerak tubuh maka panas yang dipancarkan akan semakin besar.

Gambar 2.1 Kegiatan yang mempengruhi suhu tubuh manusia.2.3 Kalor dan Kenyamanan Tubuh ManusiaKalor adalah istilah fisika untuk perpindahan panas. Kalor tenaga panas yang berpindah akibat perbedaan suhu dan dialirkan dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin. Tenaga panas berpindah karena sebagai energi ia mengikuti hukum kekekalan energi, yang mengatakan bahwa energi yang diterima oleh suatu benda atau sistem besarnya sama dengan energi yang dilepas oleh lingkungan sekitarnya.Kenyamanan termal langsung berhubungan dengan kemudahan tubuh manusia untuk dapat membuang panas yang berlebihan. Dalam keadaan normal perpindahan panas ini berlangsung antara tubuh dan udara sekitarnya. Tubuh manusia memiliki ketahanan mekanisme alami yang terus-menerus bekerja untuk mempertahankan keseimbangan yang diperlukan antara pembangkitan panas dan pembuangan panas bekas. Maksud mekanisme yang dimaksud adalah berkeringat dan menggigil yang bertujuan untuk mempertahankan suhu tubuh yang normal.Agar dapat hidup dengan baik dan nyaman, suhu tubuh manusia harus dipertahankan sekitar 37C. Bertambah tingginya suhu tubuh manusia merupakan tanda bahwa bahwa yang bersangkutan menderita sakit. Perubahan suhu tubuh naik 5C atau turun 2C dari nilai tersebut dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu di dalam tubuh manusia terdapat organ tertentu yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal. Organ tersebut adalah hypothalamus. Jika suhu udara lingkungan meningkat, maka fungsi hypothalamus untuk merangsang pembesaran pori-pori kuli, percepatan peredaran darah, pengeluaran keringat dan reaksi-reaksi tubuh lainnya yang bertujuan untuk dapat mengurangi panas tubuh yang berlebihan. Gejala yang akan terjadi, ketika hypothalamus tidak dapat mempertahankan suhu tubuh manusia pada suhu norma, maka gejala yang akan terjadi:1. Heat Exhaustion : akan menimbulkan rasa lelah akibat panas yang berlebihan, disertai rasa mual, sakit kepala dan gelisah.2. Heat Stroke : akan mengakibatkan delirium (mengigau), pingsan (tidak sadar), dan dapat mengakibatkan meninggal dunia akibat panas yang berlebihan.3. Heat Aesthenia : akan mengakibatkan kejenuhan, sakit kepala, gelisah, susah untuk tidur (insomnia) dan mudah tersinggung.4. Mengakibatkan serangan jantung, karena suhu lingkungan yang tinggi daya kerja jantung lebih cepat mengalirkan darah ke seluruh tubuh untuk menurunkan suhu.Reaksi penyesuian diri dari suhu lingkungan yang satu dengan suhu lingkungan yang lainnya yang berbed-beda disebut acclimatization (aklimatisasi).2.4 Keseimbangan Suhu TubuhTubuh manusia memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan suhu tubuh dengan berbagai cara. Tubuh manusia melepaskan panas secara terusmenerus mengikuti kondisi lingkungan dan pakaian yang dipakainya, tetapi ia juga menghasilkan panas secara terus-menerus sebanding dengan makanan yang masuk dan tingkat kegiatan tubuhnya. Tubuh manusia akan kedinginan bila terlalu cepat kehilangan panas dan merasa kepanasan bila tidak bisa melepas panas dalam waktu yang tepat.2.5 Pelepasan Panas TubuhKenyamanan termal dapat diperoleh dengan cara mengendalikan atau mengatasi perpindahan panas yang dilakukan oleh tubuh manusia. Perpindahan panas (heat transfer) adalah proses perpindahan kalor dari banda ke benda lain yang kurang panas. Sumber panas yang berasal dari tubuh manusia berasal dari pembakaran karbohidrat dalam tubuh, suhu udara sekitar yang meningkat dan radiasi matahari. Tubuh manusia dapat melepaskan panas dengan empat caradiantaranya dengan:1. KonduksiKonduksi ialah perpindahan panas yang dihasilkan dari kontak langsung antara permukaan-permukaan. Tubuh manusia mungkin memperoleh panas dari lingkungan atau pengeluaran panas ke lingkungan berdasarkan konduksi. Ini terjadi hanya dengan menyentuh atau menghubungkan permukaan yang panas atau sejuk. Misalnya dengan memegang benda yang dingin atau berpindah ke tempat yang lebih dingin.2. KonveksiKonveksi ialah perpindahan panas berdasarkan gerakan fluida. Dalam hal ini, fluida adalah udara; panas dapat diperoleh atau hilang tergantung pada suhu udara yang melintasi tubuh manusia. Sebagai contoh, ketika tubuh mengalami kepanasan maka otomatis manusia keluar untuk mencari udara segar atau fluida bergerak.3. Evaporasi (Penguapan)Dalam perpindahan panas yang didasarkan pada evaporasi, tubuh manusia hanya dapat kehilangan panas. Ini terjadi karena kelembaban di permukaan kulit menguap ketika udara melintasi tubuh. Penguapan terjadi melalui permukaan kulit dan pernapasan. Penguapan keringat dari permukaan kulit mendinginkan tubuh, karena perubahan keadaan cair ke uap membutuhkan panas yang diambil dari tubuh. Besar kecilnya penguapan dari permukaan kulit dipengaruhi juga oleh pakaian yang dikenakan.4. RadiasiRadiasi ialah perpindahan panas berdasarkan gelombang-gelombang elektromagnetik. Tubuh manusia akan mendapat panas pancaran dari setiap permukaan yang suhunya lebih tinggi dan akan kehilangan panas atau memancarkan panas ke setiap objek atau permukaan yang lebih dingin dari diri sendiri. Panas pancaran yang diperoleh atau hilang tidak dipengaruhi oleh gerakan udara, juga tidak oleh suhu udara antara permukaan-permukaan atau objek-objek yang memancar.

2.6 Daerah Nyaman (Comfort Zone)Jarak lingkup faktor-faktor alami yang menghasilkan kenyamanan termal bagi manusia disebut daerah nyaman (comfort zone). Batasan daerah nyaman bias berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. (Frick, 2008:48). Zona nyaman adalah daerah dalam bioclimatic chart yang menunjukkan komposisi udara yang nyaman secara termal (Satwiko, 2009:8).

Gambar 2.2 Daerah Nyaman (Comfort Zone)2.7 Macam-macam PenyejukanMenurut Satwiko (2009 : 5-6) ada beberpa penyejukan yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal diantaranya adalah:1. Penyejukan Evaporatif (evaporative cooling)Penyejukan evaporatif adalah penyejukan dengan memanfaatkan mekanisme pengurangan panas akibat penguapan air (atau zat lain). Untuk menguap, air membutuhkan panas, yang akan diambil dari lingkungan sekitarnya. Dengan demikian suhu lingkungan akan turun. Pada lingkungan yang beriklim tropis lembab penyejukan evaporatif dapat dikatakan kurang berhasil karena kelembaban udara yang tinggi menyebabkan penguapan sulit terjadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelembaban udara yang tinggi merupakan musuh utama kenyamanan termal.2. Penyejukan Radiatif (radiative cooling)Penyejukan radiatif adalah penyejukan dengan memanfaatkan mekanisme radiasi. Contohnya,pada daerah iklim tropis lembab, langit hampir selalu berawan, sehingga benda-benda hangat sulit melepaskan panasnya.3. Penyejukan Fisiologis (physiological cooling)Penyejukan fisiologis adalah sensasi sejuk yang dirasakan manusia karena hembusan angin yang mengenai kulitnya. Tubuh membuang kelebihan panasnya melalui kontak dengan benda lain yang lebih dingin, uap nafas, dan penguapan keringat. Keringat di permukaan kulit akan cepat menguap apabila dihembus oleh angin, sambil membawa panas dari kulit, dan memberi tempat bagi keringat selanjutnya. Semakin cepat proses tadi maka semakin cepat panas dibuang sehingga tubuh menjadi sejuk.4. Penyejukan Konvektif (convective cooling)Penyejukan konvektif adalah penyejukan dengan memanfaatkan aliran angin. Bila benda hangat dilewati dengan angin yang lebih sejuk maka akan terjadi perpindahan panas dari benda tersebut ke udara. Bila proses ini berlangsung terus-menerus maka akan menyebabkan benda tersebut menjadi sejuk karena panasnya (kalornya) diangkut oleh angin.2.8 Pemilihan Bahan BangunanLippsmeier (1997:75) memaparkan bahwa jumlah panas yang memasuki bangunan tergantung pada sifat atap atau dindingnya. Selaian itu, bau dan pencemaran udara, radiasi alam dan buatan, serta bahan bangunan, warna dan pencahayaan ikut mempengaruhi kenyamanan ruang secara fisik maupun fisiologis (Frick, 1997:74). 2.9 Definifi BelajarBerikut adalah definisi belajar dari beberapa ahli :1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.5. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.8. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.9. Lester D. Crow and Alice Crow Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.10. Ngalim Purwanto (1992) Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.Berdasarkan analisi diatas penulis mendefinisikan, belajar adalah proses interaksi dengan lingkungan melalui suatu aktifitas untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dan menghasilkan motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan dan kebiasaan.

2.10 Tingkat Kenyamanan BelajarTingkat kenyamanan belajar merupakan perasaan nyaman yang dirasakan seseorang ketika mengalami proses perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003). Tingkat kenyaman belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kondisi termal ruang.2.11 Persepsi2.11.1 Pengertian PersepsiPersepsi merupakan dasar dari setiap pengalaman. Persepsi merupakan kumpulan penginderaan. Persepsi merupakan kumpulan penginderaan yang diorganisasikan secara tertentu lalu dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan masa lalu, dan diberi makna tertentu sehingga manusia dapat mengenali dan menilai objek atau benda di sekitarnya (Sarwono, 1990:45).2.11.2 Skema PersepsiKembali kepada hubungan manusia dengan lingkungannya, bahwa setelah manusia menginderakan objek di lingkungannya, manusia memproses hasil penginderaannya itu dan timbulah makna mengenai objek tersebut pada diri manusia bersangkutan yang dinamakan persepsi. Persepsi ini selanjutnya menimbulkan reaksi sesuai dengan asas busur refleks.Paul A. Bell dalam (Sarwono, 1990:47) membuat skema atau alur terciptanya persepsi. Skema ini bertujuan untuk memahami proses yang terjadi sejak individu bersentuhan melalui inderanya dengan objek di lingkungannya sampai terjadinya reaksi.

Gambar 2.3 Skema alur persepsi antara individu dengan objek fisik (Skema Bell)2.11.3 Perubahan PersepsiDalam skema Bell telah disebutkan bahwa hasil dari tingkah laku coping akan menyebabkan perubahan pada individu maupun pada persepsinya. Dengan kata lain persepsi itu bukan sesuatu yang statis, melainkan bisa berubah-ubah. Mengapa dan bagaimana persepsi itu berubah perlu diketahui agar kita bias meramalkan dan jika perlu mempengaruhi persepsi. Proses perubahan pertama disebabkan oleh proses faal (fisiologik) dari sistem syaraf pada indera-indera manusia. Jika situasi tidak mengalami perubahan maka akan terjadi adaptasi atau habituasi, yaitu respons terhadap stimulus itu makin lama makin lemah. Habituasi menunjukan kecenderungan faal l dari reseptor yang menjadi kurang peka setelah banyak menerima stimulus. Proses perubahan kedua adalah proses perubahan psikologik. Proses perubahan persepsi secara psikologik antara lain dijumpai dalam bentukan atau perubahan sikap.2.12 Teori-Teori Tentang Hubungan Antara Tingkah Laku dengan Lingkungan1. Teori Stress LingkunganMenurut teori ini, ada dua elemen dasar yang menyebabkan manusia bertingkah laku terhadap lingkungannya. Elemen pertama adalah stressor dan elemen kedua adalah stress itu sendiri. Stressor adalah elemen lingkungan (stimuli) yang merangsang individu seperti kebisingan, suhu udara dan kepadatan. Stress (ketegangan, tekanan jiwa) adalah hubungan antara stressor dengan reaksi yang ditimbulkan di dalam diri individu.Dalam teori stress lingkungan ada dua pendapat mengenai stress tersebut. Menurut Selye dalam (Sarwono, 1990:60) stress diawali dengan reaksi waspada terhadap adanya ancaman yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis seperti tubuh yang menggigil di udara yang dingin atau berkeringat di udara yang panas.2. Teori Kelebihan Beban (Environmental Load Theory)Teori ini dikemukakan oleh Cohen dan Milgram dalam (Sarwono, 1990:62). Prinsip dasar teori ini adalah manusia mempunyai keterbatasan dalam mengolah stimulus dari lingkungannya. Jika stimullus lebih besar dari kapasitas pengolahan informasi maka terjadilah kelebihan beban (overload) yang mengakibatkan sejumlah stimuli harus diabaikan agar individu dapat memusatkan perhatiannya pada stimuli tertentu saja. Ditinjau dari teori ini, suhu lingkungan yang berlebihan atau terlalu tinggi akan menyebabakan meningkatnya beban psikis (stress) pada manusia sehingga akan menurunkan attention.3. Teori Tingkat Adaptasi (Adaptation Level Theory)Manusia menyesuaikan responsnya terhadap rangsang yang datang dari luar, sedangkan stimulus pun dapat diubah sesuai dengan keperluan manusia. Wohlwill dalam (Sarwono, 1990 : 63) mengatakan bahwa setiap orang mempunyai tingkat adaptasi (adaptation level) tertentu. Reaksi orang terhadap lingkungannya bergantung pada tingkat adaptasi orang yang bersangkutan pada lingkungan itu. Makin jauh perbedaan antara keadaan lingkungan dengan tingkat adaptasi, makin kuat pula reaksi orang itu. Kondisi lingkungan yang dekat atau sama dengan tingkat adaptasi adalah kondisi optimal. Orang cenderung selalu mempertahankan kondisi optimal ini, dalam skema Bell dinamakan kondisi homeostatis yaitu keadaan yang serba seimbang. Ada tiga kategori stimulus yang dijadikan tolak ukur dalam hubungan lingkungan dan tingkah laku yaitu stimulus fisik yang merangsang indera, stimulus sosial dan gerakan.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Metode Observasi Studi mengenai penelitian yang direncanakan ini dilakukan dengan cara penulis ikut terlibat dalam kegiatan belajar mengajar secara langsung untuk mendapatkan data mengenai kondisi kenyamanan belajar siswa di Laboratorium Komputer SMKN 2 Garut.3.2 Metode Wawancara/ InterviewWawancara dilakukan dengan siswa Teknik Gambar Bangunan SMKN 2 Garut yang dengan mengajukan pertanyaan secara spesifik untuk mendapatkan data berupa komentar dan saran akan kondisi kenyamanan belajar siswa di Laboratorium Komputer SMKN 2 Garut pada kegiatan belajar mengajar bagi masa sekarang dan yang akan datang. 3.3 Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:1. Angket atau KuesionerAngket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66) Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya dibuat secara berstruktur denan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi tingkat kenyamanan siswa di Laboratorium Komputer SMKN 2 Garut.2. Metode DokumentasiMetode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158).

3.4 Skala Pengukuran Variabel Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini mengacu pada Skala Likert (Likert Scale), dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1 5 kategori jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot yaitu banyaknya score antara 1 sampai 5, dengan rincian:1. Jawaban SS sangat setuju diberi score 5.2. Jawaban S setuju diberi score 4.3. Jawaban R ragu-ragu diberi score 3.4. Jawaban TS tidak setuju diberi score 2.5. Jawaban STS sangat tidak setuju diberi score 1 (Singarimbun, 1994: 249).3.5 Teknik Pengolahan DataData yang telah terkumpul selanjutnya diolah. Semua data yang terkumpul kemudian disajikan dalam susunan yang baik dan rapi. Yang termasuk dalam kegiatan pengolahan data adalah menghitung frekuensi mengenai kondisi kenyamanan belajar siswa di Laboratorium Komputer SMKN 2 Garut berdasarkan data hasil kuesioner kemudian diolah untuk mendapatkan nilai persentase. Tahap-tahap pengolahan data tersebut adalah:1. PenyuntinganSemua daftar pertanyaan wawancara, data kuesioner yang berhasil dikumpulkan selanjutnya diperiksa terlebih dahulu dan dikelompokkan.2. Penyusunan dan Perhitungan DataPenyusunan dan perhitungan data dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu berupa komputer.3. TabulasiData yang telah disusun dan dihitung selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Pembuatan tabel tersebut dilakukan dengan cara tabulasi langsung karena data langsung dipindahkan dari data ke kerangka tabel yang telah disiapkan tanpa proses perantara lainnya. (Singarimbun, 1994: 248).

3.6 Analisis DataTahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban.Pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mencari jawaban dari kuesioner yang tidak lengkap.2. Tally, yaitu menghitung jumlah atau frekuensi dari masing-masing jawaban dalam kuesioner.3.Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal melalui distribusi frekuensi dan persentase. dengan menggunakan rumus :P = f/N x 100%P : Persentasef. : Frekuensi dataN : Jumlah sampel yang diolah (Warsito, 1992:59)

DAFTAR PUSTAKA

http://dahlanforum.wordpress.com/2009/07/20/kenyamanan-thermal/ ( 7 Februari 2013 8.15) http://journal.uii.ac.id/index.php/logika/article/view/455/368 ( 7 Februari 2013 8.15 ) http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0151_0606484_chapter2.pdf ( 7 Februari 2013 8.15) http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0151_0606484_chapter1.pdf ( 7 Februari 2013 8.15 ) http://www.hqsa.org/2012/11/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html (30 Januari 2013 20:10)

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Metode Observasi Studi mengenai penelitian yang direncanakan ini dilakukan dengan cara penulis ikut terlibat dalam kegiatan belajar mengajar secara langsung untuk mendapatkan data mengenai penggunaan media pembelajaran digital pada mata diklat menerapkan desain eksterior pada bangunan SMKN 2 Garut.3.2 Metode Wawancara/ InterviewWawancara dilakukan dengan siswa Teknik Gambar Bangunan SMKN 2 Garut yang dengan mengajukan pertanyaan secara spesifik untuk mendapatkan data berupa komentar dan saran mengenai penggunaan media pembelajaran digital pada mata diklat menerapkan desain eksterior pada bangunan SMKN 2 Garut pada kegiatan belajar mengajar bagi masa sekarang dan yang akan datang. 3.3 Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:1.Angket atau KuesionerAngket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66) Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya dibuat secara berstruktur denan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi tingkat kenyamanan siswa di Laboratorium Komputer SMKN 2 Garut.

2.Metode DokumentasiMetode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158).3.4 Skala Pengukuran Variabel Skala pengukuran variabel dalam penelitian ini mengacu pada Skala Likert (Likert Scale), dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1 5 kategori jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot yaitu banyaknya score antara 1 sampai 5, dengan rincian:1. Jawaban SS sangat setuju diberi score 5.2. Jawaban S setuju diberi score 4.3. Jawaban R ragu-ragu diberi score 3.4. Jawaban TS tidak setuju diberi score 2.5. Jawaban STS sangat tidak setuju diberi score 1 (Singarimbun, 1994: 249).3.5 Teknik Pengolahan DataData yang telah terkumpul selanjutnya diolah. Semua data yang terkumpul kemudian disajikan dalam susunan yang baik dan rapi. Yang termasuk dalam kegiatan pengolahan data adalah menghitung frekuensi mengenai kondisi kenyamanan belajar siswa di Laboratorium Komputer SMKN 2 Garut berdasarkan data hasil kuesioner kemudian diolah untuk mendapatkan nilai persentase. Tahap-tahap pengolahan data tersebut adalah:1. PenyuntinganSemua daftar pertanyaan wawancara, data kuesioner yang berhasil dikumpulkan selanjutnya diperiksa terlebih dahulu dan dikelompokkan.2. Penyusunan dan Perhitungan DataPenyusunan dan perhitungan data dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu berupa komputer.3. TabulasiData yang telah disusun dan dihitung selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Pembuatan tabel tersebut dilakukan dengan cara tabulasi langsung karena data langsung dipindahkan dari data ke kerangka tabel yang telah disiapkan tanpa proses perantara lainnya. (Singarimbun, 1994: 248).3.6 Analisis DataTahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Pemeriksaan akan kelengkapan jawaban.Pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa kembali untuk mencari jawaban dari kuesioner yang tidak lengkap.2. Tally, yaitu menghitung jumlah atau frekuensi dari masing-masing jawaban dalam kuesioner.3. Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal melalui distribusi frekuensi dan persentase. dengan menggunakan rumus :P = f/N x 100%P : Persentasef. : Frekuensi dataN : Jumlah sampel yang diolah (Warsito, 1992:59)

Objek Fisik

Individu

Persepsi

Dalam Batas Optimal

Diluar Batas Optimal

Homeostatis

Stress

Adaptasi/ adjusment

Coping

Stress Berlanjut

Efek Lanjutan

Efek Lanjutan