ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH (Arachis Hypogea L) DI KECAMATAN KLUET UTARA KABUPATEN ACEH SELATAN SKRIPSI Oleh: AHMAD YANI 08C10404023 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH – ACEH BARAT 2013
ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH (Arachis Hypogea L) DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD YANI 08C10404023
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH – ACEH BARAT
2013
ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH (Arachis Hypogea L) DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD YANI 08C10404023
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh Kabupaten Aceh Barat
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH – ACEH BARAT
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisis Tata niaga Komoditi Kacang Tanah di Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan
Nama : Ahmad Yani NIM : 08C10404023 Program Studi : Agribisnis
Menyetujui, Komisi Pembimbing,
Ketua
Rahmat Pramulya, S.TP,M.M NIDN. 01-1710-7502
Anggota
Jelliani, S.P NIDN. 01-2207-8102
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Diswandi Nurba, S.TP,M.Si NIDN. 01-2804-8202
Ketua Program Studi Agribisnis
Devi Agustia, S.P NIDN. 01-1808-8602
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Abu
Samah dan Ibu Samsinar yang lahir 28 Mai 1990 di Simpang Empat Kecamatan
Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan. Pada tahun 2002 menamatkan pendidikan
sekolah dasar di MIN Simpang Empat Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh
Selatan. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Kluet Utara serta
menamatkan pendidikan SMU pada tahun 2008 di SMAN 1 Kluet Utara, Aceh
Selatan. Pada tahun yang sama, penulis juga diterima menjadi mahasiswa Universitas
Teuku Umar pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian.
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor didalam pembangunan nasional,
pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat,
memenuhi kebutuhan bahan baku yang semakin berkembang, meningkatkan
devisa ekspor hasil-hasilnya dan memperluas kesempatan kerja serta sekaligus
mendorong peningkatan dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat.
Pembangunan pertanian tidak hanya dititikberatkan pada tingkat produksi
dan perluasan lapangan kerja tetapi juga bertujuan untuk memperluas pasar
produk pertanian baik didalam negeri maupun diluar negeri,sehingga dalam
rangka menghadapi persaingan global yang semakin kompetitif tata niaga
mempunyai peran penting dalam meningkatkan daya saing produk.
Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan komoditas pertanian yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik sebagai bahan makanan manusia
maupun bahan baku industri. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal kacang
tanah tanaman ini bisa ditanam di sawah atau tegalan secara tunggal atau
tumpang sari.Adapun perkembangan kacang tanah di Indonesia terus meningkat
yaitu 710.070 ton (2000) dan pada tahun (2005) menjadi 836.295 ton, hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
2
Tabel 1. Produksi Kacang Tanah di Indonesia Tahun 2000 – 2005 Tahun Produksi (ton) 2000 710.070 2001 621.907 2002 641.557 2003 785.526 2004 837.495 2005 836.295
Sumber : Rasyid Marzuki (2007)
Sedangkan perkembangan luas panen di daerah Aceh menurut Maman
Suherman, (2012) menyebutkan bahwa Perkembangan luas panen dan produksi
kacang tanah di Aceh selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir
berfluktuasi cenderung menurun masing-masing sebesar 1,82 persen dan 0,46
persen sedangkan produktivitas kacang tanahnya berfluktuatif cenderung
meningkat sebesar 1,36 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Tanah di Aceh 2002-2011
Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) % (Ku/Ha) % (Ton) % 1 2 3 4 5 6 7
2002 646.953 11,10 718.071 2003 683.537 5,65 11,49 3,54 785.526 9,39 2004 723.434 5,84 11,58 0,74 837.495 6,62 2005 720.526 0,40 11,61 0,26 836.295 0,14 2006 706.753 1,91 11,86 2,17 838.096 0,22 2007 660.480 6,55 11,95 0,75 789.089 5,85 2008 633.922 4,02 12,15 1,68 770.054 2,41 2009 622.616 1,78 12,49 2,85 777.888 1,02 2010 620.563 0.33 12,56 0,50 779.228 0,17 2011 540.489 12,90 12,52 0,26 676.899 13,13
Rata – rata 655.927 1,82 11,90 1,36 780.864 0,46 Sumber : Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan 2012
Dari data 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa upaya–upaya peningkatan
produksi khususnya 3 tahun terakhir masih belum menunjukkan laju peningkatan
seperti yang telah direncanakan, disamping itu produktivitas rata-rata nasional
masih dibawah potensi hasil. Dengan demikian pada tahun 2012 perlu dilakukan
upaya–upaya terobosan yang lebih terfokus pada persentase peningkatan yang
3
signifikan. Perkembangan luas panen dan produksi kacang tanah di Kabupaten
Aceh Selatan dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan luas panen dan produksi kacang tanah di Kabupaten Aceh Selatan
No Kecamatan Luas
Sawah (Ha)
Tanam (Ha) %
Panen (Ha) %
Provitas (Ton/Ha)
Produksi (Ton) Rencana
Tanam Realisi Tanam
Rencana Panen
Realisi Panen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 L. Haji Barat 1.058 144 46 40,4 114 46 40,4 1,98 91,08 2 L. Haji Tengah 650 128 5 3,9 128 3 20,3 1,60 4,80 3 L. Haji Timur 752 141 0 0,0 141 0 0 1,98 0,00 4 Meukek 958 136 44 32,4 136 54 39,7 1,95 105,30 5 Sawang 750 133 7 5,3 133 5 3,8 1,95 9,75 6 Samadua 914 139 35 25,2 136 95 69,9 1,95 185,25 7 Tapaktuan - 50 0 - 50 6 - 1,75 10,50 8 Pasie Raja 2,25 313 15 11,5 131 14 10,7 1,90 26,60 9 Kluet Utara 2.500 144 28 19,4 144 14 9,7 1,95 27,30 10 Kluet Tengah 986 144 12 10,5 144 14 7,9 1,88 16,92 11 Kluet Selatan 2.621 112 45 40,2 112 46 41,1 1,85 85,10 12 Kluet Timur 2,215 137 1 0,7 137 4 2,9 1,95 7,80 13 Bakongan 1.295 118 35 29,7 118 16 13,6 1,85 29,60 14 Bakongan Timur 883 88 23 26,1 87 14 16,1 1,78 24,92 15 Trumon 1.507 105 53 50,5 105 51 48,6 1,8 91,80 16 Trumon Timur 2.783 103 36 35 97 34 35 1,8 61,20
Jumlah 21.897 1.893 385 20 1.883 411 22 1,89 777,92 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Selatan 2012
Dilihat dari tabel diatas Kluet Utara merupakan salah satu Kecamatan yang
ada di Kabupaten Aceh Selatan. Seperti halnya Kecamatan yang lain, Kecamatan
Kluet Utara juga memproduksi kacang tanah yang cukup serta memiliki pasar
mingguan yang menjadi tempat bertemunya para penjual dan pembeli kacang
tanah yang dipasarkan. Kacang tanah yang dipasarkan banyak berasal dari kebun-
kebun di dalam kecamatan Kluet Utara, tetapi ada juga yang dipasok dari luar
kecamatan pada saat permintaan meningkat pada bulan-bulan tertentu.
Kacang tanah merupakan komoditas yang mudah rusak sehingga perlu
penanganan khusus sama halnya seperti golongan palawija yang lain. Seperti yang
diketahui salah satu sifat produk pertanian adalah segar dan sangat mudah rusak
4
sehingga sangat diperlukan suatu sistem tataniaga yang mampu menyampaikan
produk dari produsen ke konsumen secara cepat.
Secara umum, tata niaga kacang tanah tidak terlepas dari kendala-kendala
dalam proses menyalurkan kacang tanah dari petani hingga ke konsumen.
Peningkatan produksi kacang tanah dari tahun ke tahun terbukti belum dapat
memenuhi besarnya permintaan, kebutuhan kacang tanah di Indonesia pada tahun
2004 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi nasional baru mencapai 837.495
ton, pada tahun 2004 sedangkan permintaan pasar terutama disebabkan oleh
pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat. Apabila
peningkatan produksi masih terus berada dibawah laju permintaan pasar
menyebabkan terjadinya kesenjangan antara penawaran dan permintaan yang
semakin besar. Ini berarti harga suatu produk akan terus meningkat, sehingga bagi
produsen merupakan prospek yang cukup cerah. ( Rasyid Marzuki, 2007).
Perpindahan suatu produk pertanian dari sentral produksi kedaerah
konsumen memerlukan peran lembaga tataniaga atau disebut juga dengan saluran
tata niaga. Saluran tataniaga berperan penting bagi para petani sebagai produsen
dalam upaya menyalurkan hasil produksi sampai kepada konsumen akhir dalam
waktu yang tidak lama, selain itu besar pula artinya bagi konsumen terhadap
pemenuhan gizi mereka. Oleh karena itu saluran tataniga menjadi saluran yang
sangat produktif untuk menambah kegunaan atau manfaat suatu produk.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat di
rumuskan adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana saluran tataniaga dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga tataniaga pada komoditas kacang tanah di Kecamatan
Kluet Utara ?
2) Bagaimana struktur dan perilaku pasar di Kecamatan Kluet Utara pada
masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat ?
3) Bagaimana efesiensi saluran tataniaga kacang tanah di Kluet Utara
berdasarkan margin tata niaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan
biaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1) Mengidentifikasi saluran dan fungsi tataniaga yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga tataniaga komoditas kacang tanah di Kluet
UtaraKabupaten Aceh Selatan.
2) Menganalisis struktur dan perilaku pasar pada masing-masing lembaga tata
niaga yang terlibat di Kluet Utara.
3) Menentukan dan menganalisis efesiensi tata niaga kacang tanah pada
setiap saluran tata niaga di Kluet Utara dengan pendekatan margin tata
niaga, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.
6
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum
untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas
Teuku Umar. Di samping itu juga di harapkan dapat menjadi informasi dan
referensi bagi petani dan lembaga tataniaga terkait sebagai bahan pertimbangan
dalam pembentukan sistem tataniaga kacang tanah yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak, khususnya untuk wilayah Kluet Utara dan daerah-daerah
lainnya dalam menentukan tindakan untuk meningkatkan sistem tataniaga yang
menguntungkan kedua belah pihak.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Tanah (Arachis hypogaea L)
Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan sekitar Belivia, Peru, dan
Brazil. Varitas kacang tanah yang pertama masuk ke Indonesia adalah tipe
menjalar. Kacang tanah tipe ini telah dikenal sejak tahun 1709 yaitu pada abad ke-
16. Masuknya kacang tanah ke Indonesia pada abad ke-17 diperkirakan karena
dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol,Cina,atau Portugis. Kacang tanah
mempunyai bentuk polong bewarna putih pada saat masi muda dan coklat setelah
tua,dalam biji kacang tanah terkandung 5-21% karbohidrat, 15-30% protein, 40-
50% lemak,vitamin (A,B,C,D,E,K) dan mineral (Ca,Mg,Cl,P,K,S).
Rasyid Marzuki (2007) menyebutkan bahwa pertanaman kacang tanah di
Indonesia bertambah luas setelah masuknya Holle (1963) dari Inggris dan
Scheffer dari mesir dengan varietas tegak lebih kurang 3.000.000 Ha. Kacang
tanah paling banyak ditanam di Indonesia sampai sekarang adalah varietas holle
yaitu kacang tanah hasil perkawinan tipe tegak dengan tipe menjalar.
Kacang tanah merupakan salah satu bahan pangan dan industri, kacang
tanah dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai sayur, saus,
dan makanan ringan yang digoreng atau direbus. Sabagai bahan industri kacang
tanah keju, kue, sabun, dan minyak. Daun kacang tanah dapat digunakan untuk
pakan ternak dan pupuk, kacang tanah sangat tinggi kandungan lemak dan
proteinnya.
8
Tabel 4. Nilai gizi kacang tanah untuk setiap 100 gram bahan yang dapat dimakan
Kandungan zat gizi Kacang goreng Mentega Kacang mentah
Karbohidrat (g) 18,8 18,8 14,6
Riboflavin (mg) 0,32 0,12 0,13
Vitamin A (SI) - - 130
Kalsium (mg) 74 59 73
Tiamin (mg) 0,32 0,12 0,86
Niasin (mg) 17,2 14,7 9
Fosfor (mg) 401 380 289
Kalori (kal) 585 589 687
Protein (g) 26 25,2 9,2
Lemak (g) 49,8 50,6 71,2
Besi (mg) 2,1 1,9 2,4
Serat (g) 2,4 1,8 2,3
Abu (g) 3,8 3,7 1,6 Sumber : Bertanam kacang tanah edisi revisi 2007
Rasyid Marzuki, (2007) mengatakan bahwa, Kacang tanah dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu tipe tegak (bunc type) dan tipe menjalar (runner type).
1). Tipe tegak
Percabangan kacang tanah tipe tegak umumnya lurus atau sedikit miring ke
atas. Petani lebih suka membudidayakan tipe ini karena umur panenya lebih
cepat yaitu sekitar 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya pada ruas – ruas
pangkal utama dan cabangnya.
2). Tipe menjalar
Kacang tanah tipe menjalar cabang-cabangnya tumbuh kesamping, tetapi
ujung-ujungnya mengarah keatas. Panjang batang utama antara 33-66 cm,
tipe ini umurnya antara 5-7 bulan atau sekitar 150-200 hari. Tiap ruas yang
berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah sehingga masaknya tidak
serentak.
9
Kacang tanah yang paling banyak ditanam di Kluet Utara sampai sekarang
adalah kacang tanah tipe tegak karena umur panennya lebih cepat yaitu sekitar 3 –
4 bulan atau 100 – 120 hari. Selain buahnya hanya pada ruas – ruas pangkal utama
dan cabangnya perawatannya juga lebih mudah.
2.2. TataNiaga
Dalam dunia usaha, pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya, pasar dan pemasaran memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pasar
tanpa pemasaran tidak ada artinya demikian pula sebaliknya. Pemasaran
merupakan suatu masalah yang penting, tidak hanya dalam dunia usaha tetapi juga
didalam lingkungan masyarakat kelas sosial tinggi maupun masyarakat kelas
sosial rendah. (Sudioyono.2002).
Tataniaga merupakan salah satu aspek yang menekankan bagaimana suatu
produksi dapat sampai ketangan konsumen. Rahardi, (1993) menyebutkan bahwa,
tataniaga dapat dikatakan efesien apabila mampu menyampaikan hasil produksi
kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan
pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen
kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga.
Kohls dan Uhl (1985) mendefinisikan bahwa, tataniaga pertanian
merupakan keragaan dari semua aktivitas bisnis dalam aliran barang atau jasa
komoditas pertanian mulai dari tingkat produksi (petani) sampai konsumen akhir,
yang mencakup aspek input dan output pertanian. Kohls dan Uhl (1985)
menggunakan beberapa pendekatan dalam menganalisis sistem tataniaga yaitu :
10
1). Pendekatan Fungsi (The Fungsional Approach)
Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi tataniaga
apa saja yang dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Fungsi-
fungsi tersebut adalah fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan),
fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, dan pengolahan) dan fungsi fasilitas
(standarisasi, resiko, pembiayaan, dan informasi pasar)
2). Pendekatan Kelembagaan (The Institual Approach)
Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui berbagai macam
lembaga atau pelaku yang terlibat dalam tataniaga. Pelaku-pelaku ini adalah
pedagang perantara (merchant middleman) yang terdiri dari pedagang
pengumpul, pedagang pengecer, pedagang spekulatif, agen, manufaktur, dan
organisasi lainnya yang terlibat.
3). Pendekatan Sistem (The Behavior System Approach)
Merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan untuk mengetahui
aktivitas-aktivitas yang ada dalam proses tataniaga, seperti perilaku lembaga
yang terlibat dalam tataniaga dan kombinasi dari fungsi tataniaga.
Untukmemperlancar arus pasar barang dari produsen ke konsumen salah
satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah memilih secara tepat saluran
tataniaga yang akan digunakan. Saluran tataniaga yang terlalu panjang
menyebabkan makin banyak rantai yang ikut dalam kegiatan pemasaran. Hal ini
kemungkinan penyebaran barang produksi secara luas tetapi sebaliknya
menimbulkan biaya yang lebih besar sehingga dapat menyebabkan harga yang
mahal sampai kekonsumen. Sebaliknya saluran tataniaga yang terlalu pendek
kurang efektif dalam menyebar luaskan hasil produksi,namun karena mata rantai
11
yang lebih pendek maka biaya tata niaga dapat ditekan sehingga harga sampai
kekonsumen dapat lebih murah.
2.3. Lembaga TataNiaga
Dalam mekanisme pasar pihak-pihak yang terlibat dalam tataniaga adalah
produsen,pedagang atau lembaga-lembaga perantara dan konsumen yang masing-
masing pihak berusaha untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses
pertukaran sesuai dengan tujuan (syaedfuddin,1982). Lembaga – lembaga yang
terlibat adalah :
1) Produsen, yaitu petani yang menghasilkan suatu produk pertanian.
2) Pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan barang-barang
hasil pertanian dari petani produsen, dan kemudian memasarkannya
kembali dalam partai besar kepada pedagang lain.
3) Pedagang besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari
pedagang pengumpul atau langsung dari produsen, serta menjual kembali
kepada pengecer dan pedagang lain.
4) Pedagang pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang kepada
konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dalam partai kecil.
5) Konsumen, yaitu pembeli atau pemakai akhir yang mengkonsumsi suatu
hasil produksi pertanian.
Masing-masing lembaga tataniaga melakukan kegiatan sesuai dengan
kemampuan pembiayaan yang dimiliki, serta melakukan fungsi tata niaga secara
berbeda-beda,dicirikan oleh aktivitas dan skala usaha, misalnya pedagang
12
pengumpul tugasnya membeli barang dan dikumpulkan baik dari produsen atau
pedagang perantara dengan skala yang relatif besar dibandingkan dengan skala
usaha pedagang perantara. Begitu pula halnya dengan pedagang besar,
mempunyai skala usaha yang lebih besar dari pada pedagang pengumpul
(Malhotra, 2005).
2.4. Fungsi Tata Niaga,Saluran TataNiaga
Soekartawi (2002b) berpendapat, saluran tata niaga dapat berbentuk secara
sederhana dan yang rumit sekali. Hal demikian tergantung dari macam komoditi,
lembaga – lembaga tata niaga dan sistem pasar. Komoditi pertanian yang lebih
cepat sampai ketangan konsumen dan yang tidak mempunyai nilai tambah,
biasanya mempunyai saluran tata niaga yang relatif pendek (sederhana).
Menurut Kotler (1993), fungsi saluran tata niaga adalah menjalankan
pekerjaan, memindahkan barang dari produsen kekonsumen. Saluran tata niaga
berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan barang dari produsen sebagai penghasil
barang ke konsumen sebagai pemakai akhir. Untuk menyampaikan barang,
lembaga-lembaga yang terlibat yaitu produsen, pedagang besar, dan pedagang
pengecer. Lembaga-lembaga tersebut berfungsi untuk memasarkan barang.
Beberapa saluran tata niaga menurut (kotler 1993),
1. Saluran nol tingkat, produsen konsumen.
2. Saluran satu tingkat, produsen pengecer konsumen.
3. Saluran dua tingkat, produsen pedagang besar pengecer konsumen.
4. Saluran tiga tingkat, produsen pedagang besar pedagang
perantara pedagang pengecer konsumen.
13
Menurut Kotler (2002), saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga
yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk
dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki
peranan utama dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan
sebagian kegiatan pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas
dalam waktu, tempat, bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa
saluran tataniaga yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula
kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.
Saluran tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan
jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur yang
dapat ditempuh.Selain itu saluran tata niaga dapat mempermudah dalam
mencari besarnya margin yang diterima tiap lembaga yang terlibat. Hal ini
memberikan kebenaran bahwa proses penyaluran merupakan aktivitas tata niaga
yang mampu menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi tata niaga.
2.5. Margin Tataniaga
Margin tataniaga adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar
konsumen dengan harga yang diterima petani produsen atau dapat pula
dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari
tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan
barang dari titik produsen ke titik konsumen membutuhkan pengeluaran baik
fisik maupun materi. Pengeluaran yang harus dilakukan untuk menyalurkan
komoditi dari produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga. (Daniel. 2002).
14
Margin tata niaga merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponen margin tata niaga ini
terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga–lembaga tata niaga untuk
melakukan fungsi-fungsi tata niaga yang disebut biaya tata niaga (Sudioyono,
2002).
Ramadhan (2009) mengatakan bahwa, margin tata niaga dapat
didefinisikan dengan dua cara yaitu: 1) margin tata niaga merupakan perbedaan
antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, 2)
margin tata niaga merupakan biaya dari jasa-jasa tata niaga yang dibutuhkan
sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa penawaran.
Kamaluddin (2009) berpendapat bahwa, margin tata niaga dapat
didefenisikan dengan dua cara, yaitu: (1) margin tata niaga merupakan selisih
antara harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani. (2)
margin tata niaga merupakan biaya dari balas jasa tata niaga.
Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa margin tataniaga
menggambarkan perbedaan harga di tingkat konsumen dengan harga di
tingkat produsen. Setiap lembaga tata niaga melakukan fungsi-fungsi tata niaga
yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga satu
dengan yang lainnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak
lembaga tata niaga yang terlibat semakin besar perbedaan harga antar
produsen dengan harga di tingkat konsumen.
Margin tata niaga pada suatu saluran tata niaga tertentu dapat dinyatakan
sebagai jumlah dari margin pada masing-masing lembaga tataniaga yang
terlibat. Rendahnya biaya tataniaga suatu komoditi belum tentu mencerminkan
15
efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efesiensi
kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan persentase atau bagian
harga yang diterima petani (farmer’s share) terhadap harga yang dibayar
konsumen akhir.
Tingkat efisiensi tataniagadapat diukur melalui besarnya rasio keuntungan
terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga merupakan
besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan.
Semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya maka dari segi
operasional sistem tataniaga akan semakin efisien, begitu juga sebaliknya semakin
kecil nilai produk yang dijual rasio keuntungan terhadap biaya semakin kecil
maka sistem tataniaga semakin tidak efisien.
2.6. Pasar
Pasar secara sempit didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual
dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan
jasa. Pasar dalam arti moderen berarti suatu proses aliran barang dari produsen ke
konsumen yang disertai penambahan guna barang baik guna tempat, waktu,
bentuk dan kepemilikan.
Pada hakikatnya struktur pasar merupakan golongan produsen dari
beberapa bentuk pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli pruduk baik berupa barang atau jasa.
Dalam ilmu ekonomi ada empat struktur pasar yaitu persaingan sempurna, dan
pasar persaingan tidak sempurna seperti monopoli, oligopoli, dan persaingan
monopolitis. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar dimana banyak terdapat
penjual dan pembeli,setiap penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi
16
keadaan dipasar. Sedangkan pasar persaingan tidak sempurna merupakan pasar
dimana sifat dan struktur pasar nya sangat bertentangan dengan pasar persaingan
sempurna.
Pasar mingguan adalah pasar persaingan sempurna yang kegiatan jual
belinya hanya satu kali dalam seminggu,pasar ini merupakann ciri-ciri pasar yang
paling banyak menarik perhatian para petani maupun para ahli ekonomi karena
kebebasan pasarnya lebih besar. Muncunya lembaga-lembaga karena adanya
peyederhanaan, pemborosan pemberian hadiah dalam kegiatan tukar menukar
barang (William, 1986).
Tata niaga menjadi sangat penting ketika produsen atau petani mampu
mengelola hasil kebun (wanatani) dengan baik sampai menghasilkan kuantitas
yang cukup dan kualitas yang baik. Dengan demikian ruanglingkup tata niaga
merupakan proses perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ketangan
konsumen akhir. Jangkauan tata niaga sangat luas, berbagai tahapan kegiatan
harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ketangan konsumen, aliran
barang ini terjadi karena adanya peranan lembaga tata niaga.
2.7. Perilaku Pasar
Perilaku pasar adalah pola kebiasan pasar meliputi proses (mental)
pengambilan keputusan serta kegiatan fisik individual atau organisasional
terhadap produk tertentu, konsisten selama periode waktu tertentu. Kegiatan-
kegiatan perilaku meliputi tindakan penilaian, keyakinan, usaha memperoleh, pola
penggunaan, maupun penolakan suatu produk. (William L.1986).
17
Dalam prilaku pasar mingguan hanya terjadi tiga bentuk aktifitas yaitu
membeli, menjual, dan mengamati. Dari aktifitas tersebut memunculkan kenaikan
atau penurunan harga. Jika pihak pembeli lebih kuat dibanding penjual, maka
harga tentunya akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Semakin
banyak pihak yang meminta, maka harga akan semakin tinggi, semakin banyak
pihak yang menawarkan maka semakin rendah pula harga.
2.8. Tata Niaga Kacang Tanah
Perkembangan dunia usaha ditandai dengan makin tajamnya persaingan.
Oleh karena itu, peranan tata niaga semakin penting dan merupakan ujung tombak
setiap pedagang. Keberhasilan usaha suatu pedagang ditentukan oleh keberhasilan
tata niaganya. Tata niaga merupakan kunci keberhasilan usaha.Dalam tata niaga
kacang tanah terdapat pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung. Proses tata niaga merupakan proses yang sedang dan
terus berlangsung dan membentuk suatu sistem.
Usaha tani kacang tanah di Kecamatan Kluet Utara memberikan
keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya seperti
jagung, kedelai, dan kacang hijau. Kacang tanah mempunyai nilai strategis
sebagai salahsatu sumber pendapatan penting bagi petani di lahan kering.
Sebabnya, mampu memberikan kontribusi sekitar 65% terhadap pendapatan
rumah tangga. Sedangkan bila petani mempunyai dua tipe lahan, yaitu tegalan dan
sawah, kontribusi tanaman kacang tanah terhadap pendapatan petani mencapai
32%, padi 37% dan siwalan 14%. Kacang tanah di Kecamatan Kluet Utara,
menurut data BPS 2011, pada umumnya ditanam petani di lahan kering dan tadah
18
hujan (70%0) dan sisanya (30%) di sawah pengairan yang ditanam setelah padi
sebagai salah satu sumber pendapatan tunai.
Harga pembelian yaitu suatu tingkat harga yang digunakan pedagang
dalam membeli, sedangkan harga jual yaitu suatu tingkat harga yang digunakan
untuk menawarkan kacang tanah pada konsumen. Hasil pantauan dari BPS Kluet
Utara menunjukkan bahwa harga beli rata – rata adalah sebesar Rp. 3.375/kg,
sedangkan harga jual rata – rata pedagang adalah sebesar Rp. 5.375/kg.
19
III. METODE PENELITIAN
3.1 Letak Geografis dan Luas Daerah.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2012 sampai Januari 2013
di Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan, tepatnya di pasar mingguan
Desa Kota Fajar yang merupakan ibu kota Kecamatan Kluet Utara. Penentuan
lokasi penelitian ini penulis lakukan dengan sengajasebagai tempat pengambilan
sampel, karena pusat pasar untuk Kecamatan Kluet Utara terletak di Desa Kota
Fajar yang tentu saja jumlah dan peran lembaga tata niaga yang mengusahakan
jual beli kacang tanah, selain itu pasar yang terdapat di Kecamatan Kluet Utara
lebih luas dan lebih banyak pengunjung dibandingkan dengan pasar-pasar yang
terdapat dikecamatan yang lain.Kecamatan Kluet Utara merupakan Kecamatan
yang terletak di sebelah utara ibu kota Kabupaten Aceh Selatan Tapaktuan dengan
batas–batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pasie Raja
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kluet Selatan
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kluet Tengah
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
Kecamatan Kluet Utara merupakan salah satu kecamatan di Aceh Selatan
yang sangat strategis untuk dikembangkan, terutama dalam sektor pertanian. Hal
ini disebabkan karena kecamatan Kluet Utara mempunyai areal yang cukup luas,
20
yaitu sekitar 12.472,00 hektar yang terdiri dari 19 desa dengan kepadatan
penduduk 22.271 jiwa. Areal yang cukup luas ini juga didukung oleh faktor –
faktor lainnya, seperti halnya transportasi dan daerah pemasaran. Dalam hal
transportasi, kecamatan Kluet Utara dilalui jaringan arteri sekunder (Banda Aceh
ke Medan) dalam keadaan masih cukup baik, dimana hal ini sangat menunjang
dalam hal tata niaga produksi baik luar kecamatan, kabupaten maupun ke luar
provinsi.
Objek penelitian ini adalah semua lembaga tataniaga (petani, pedagang
pengumpul, dan pedagang pengecer) yang terlibat dalam pemasaran kacang tanah
di Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan. Petani yang dimaksud adalah petani yang
memproduksi kacang tanah dan sekaligus melakukan penjualan. Pedagang
pengumpul adalah agen dari pedagang pengecer yang membeli kacang tanah.
Sedangkan pedagang pengecer adalah pedagang yang menampung kacang tanah
dari pedagang pengumpul untuk dijual ke konsumen akhir.
21
3.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian.
Menurut Data Statistik Kecamatan Kluet Utara, jumlah penduduk pada
masing-masing Desa tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Perincian Jumlah Penduduk pada Masing – Masing Desa di Kecamatan Kluet Utara.
No Desa Jumlah Penduduk (jiwa)
L P L / P
1 Kedai Padang 213 256 469
2 Pasie Kuala Ba’u 570 625 1.195
3 Suaq Geringgeng 208 217 425
4 Simpang Lhee 340 356 696
5 Simpang Empat 696 730 1.426
6 Jambo Manyang 662 648 1.310
7 Limau Purut 2186 2162 4.330
8 Pulo Kambing 455 476 931
9 Kampong Paya 461 528 989
10 Krung Batu 1036 1042 2.078
11 Gunong Pulo 313 315 628
12 Pulo Ie 565 656 1.130
13 Krung Batee 643 675 1.318
14 Pasie Kuala Asahan 323 301 624
15 Fajar Harapan 334 349 683
16 Krueng Kluet 446 472 918
17 Alur Mas 496 494 990
18 Kampung Tinggi 270 285 555
19 Kampung Ruak 756 820 1.576
Jumlah 10.955 11.316 22.271
Sumber : Kecamatan Kluet Utara Dalam Angka, Tahun 2011
22
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk Kecamatan Kluet Utara
adalah 22.271 jiwa, dengan 11.316 diantaranya adalah perempuan dan sisanya
adalah laki-laki sebanyak 10.955 jiwa. Dari perhitungan menunjukkan bahwa
1.62 Persen lebih banyak perempuan dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-
laki.
Keseluruhan penduduk di daerah penelitian bermata pencaharian dari
berbagai sektor, baik sektor perkebunan, pertanian maupun non pertanian.
Sebahagian besar penduduk di Kecamatan Kluet Utara berusaha di sektor
pertanian, sedangkan bidang pekerjaan lainnya seperti pedagang, pegawai negeri,
nelayan, dan lainnya sangat kecil. Untuk lebih jelas mengenai keadaan mata
pencaharian dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Kluet Utara Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2011
No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1 Perkebunan/pertanian 3193 56,65 2 Pedagang 726 12,88 3 Pegawai Negeri 369 6,54 4 Nelayan 139 2,46 5 Buruh 696 12,34 6 Lain-lain 513 9,10
Jumlah 5636 100,00 Sumber : Kecamatan Kluet Utara Dalam Angka, Tahun 2011
Bedasarkan tabel 6 terlihat bahwa jenis mata pencaharian penduduk di sektor
pertanian mencapai 56,65 persen sedangkan di sektor lainnya seperti pedagang,
pegawai, nelayan, buruh dan lain-lain hanya mencapai 43.34 persen. Dengan
demikian kecamatan Kluet Utara kontribusi sektor pertanian memegang peran
penting untuk meningkatkan ekonomi pertanian.
23
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan tiga teknik (Soeratno dan Arsyad, 2003) yaitu:
1) Wawancara langsung dengan responden petani dan pedagang sampel
berdasarkan koesioner yang telah disiapkan. Data dari petani dan pedagang
sampel meliputi biaya-biaya usaha tani, biaya pemasaran dan harga jual
kacang tanah.
2) Penyulusuran data sekunder yang berasal dari perpustakaan, instansi-instansi
dan pihak-pihak yang menerbitkan bahan bacaan cetakan.
3) Observasi adalah pengumpulan data dengan cara peneliti mengamati
langsung objek penelitian.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling untuk semua responden dikarena responden terpilih adalah
pelaku yang sedang bertransaksi di pasar mingguan. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 30orang dari 150 orang populasi petani. Sedangkan pengambilan sampel
pedagang sebanyak10 orang yakni 5 dari25 orang pedagang pengumpul dan5
dari25 orang pedagang pengecer. Dengan demikian total sampel dari penelitian ini
sebanyak40 orang. Menurut Gay dan Diehl (1996)untuk penelitian deskriptif
jumlah sampel yang diambil minimal 10% dari total populasi. Jumlah populasi
dan besar sampel petani tanaman kacang tanah dan pedagang kacang tanah di
daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
24
Tabel 7. Jumlah Populasi dan Besar Sampel di Daerah Penelitian No Uraian Populasi Sampel 1 Petani 150 30 2 Pedagang Pengumpul 25 5 3 Pedagang Enceran 25 5 Jumlah 200 40
Sumber: Monografi Kluet Utara dan Survei Penelitian, 2012
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Metode deskriptif yaitu melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu dalam bidang tertentu secara cermat dan faktual dari data
yang telah dikunpulkan (Nazir, 1999). Data yang dikumpulkan kemudian
disusun, dianalisis, dan dijelaskan sehingga memberi gambaran mengenai
fenomena-fenomena yang terjadi, serta mengambil kesimpulan dari hasil
analisis yang diperoleh.
2) Analisis kuantitatif, menggunakan data yang diperoleh disusun secara tabulasi
kemudian dianalisis. Analisis kuantitatif digunakan melihat besarnya margin
tataniaga, biaya tata niaga, keuntungan, dan efesiensi saluran tataniaga.
3.5 Batasan Variabel.
3.4.1. Saluran tataniaga adalah rangkaian mata rantai perdagangan komoditi
kacang tanah dari petani sampai kepedagang eceran.
3.4.2. Pelaku tata niaga adalah golongan produsen dan pedagang kacang tanah
dari pasar mingguan. Seperti petani (produsen), pedagang pengumpul, dan
pedagang eceran.
3.4.3. Pasar adalah lokasi geografis, dimana tempat bertemunya para penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dan mengamati harga dari
komoditi kacang tanah.
25
3.4.4. Biaya tata niaga adalah seluruh jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
tataniaga dalam kegiatan tataniaga kacang tanah (Rp/Kg). Seperti tingkat
harga beli pedagang yang di hitung dari harga rata-rata pembelian kacang
tanah (Rp/Kg) dan keuntungan lembaga tata niaga (Rp/Kg).
3.4.5. Margin adalah margin tataniaga yang dihitung berdasarkan perbedaan
harga beli dengan harga jual kacang tanah dalam bentuk komoditas yang
sama (Rp/Kg)
3.6 Metode Analisis
Teknik analisis data yang telah dikumpulkan dilapangan dan disusun
secara tabulasi kemudian dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif
digunakan untuk melihat efisiensi saluran tataniaga berdasarkan margin tataniaga,
farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.
Untuk mengetahui margin tataniaga, distribusi, farmer’s share, dan
seluruh keuntungan lembaga-lembaga tataniaga terhadap margin total dari
berbagai saluran tataniaga digunakan analisis margin pemasaran. Besarnya margin
pemasaran dapat di hitung menggunakan rumus (Masyhuri, 1994, dan Yusuf, dkk,
2004)
MP = KP + BP
Dimana:
MP = Margin Pemasaran
KP = Keuntungan Pemasaran
BP = Biaya Pemasaran
26
Untuk mengetahui efeiensi saluran tataniaga kacang tanah dapat dianalisis
menghitung bagaimana harga yang diterima petani (farmer’s Share) sebagai
analisis tataniaga kacang tanah. Soekartawi (2002a)menyatakan, mengukur
efesiensi saluran tataniaga digunakan harga jual petani sebagai dasar dan
dibandingkan dengan harga beli pedagang ditingkat konsumen akhir dikalikan
dengan 100 persen.
Jika share harga yang diterima petani lebih besar dari share margin tata
niaganya maka saluran tata niaga tersebut dikategorikan efesien. Begitu juga
sebaliknya,jika share harga yang diterima petani lebih kecil dari share margin tata
niaganya maka saluran tataniaga tersebut dikategorikan tidak efesien.
Bagaimana harga yang diterima petani atau farmer’s share adalah
perbandingan atau rasio antara harga yang harus dibayar konsumen dinyatakan
dalam persen (%). Secara sistematik dirumuskan dalam persamaan berikut:
Fs (%) ���
�� x 100
Dimana:
Fs = farmer’s Share
Pf = harga di tingkat petani
Pe = harga ditingkat lembaga tataniaga
27
3.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diturunkan hipotesis
penelitian bahwa:
1). Saluran dan fungsi lembaga-lembaga tataniaga sangat berperan penting
dalam perpindahan suatu produk pertanian dari sentral produksi kedaerah
konsumen.
2). Struktur dan prilaku pasar mingguan yang terdapat di Kluet Utara pada
masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat cenderung bersifat pasar
persaingan sempurna, karena jumlah petani banyak serta petani dan
pedagang bebas keluar masuk pasar.
3). Efesien atau tidaknya suatu saluran tataniaga sangat ditentukan oleh besar
kecilnya margin tataniaga, farmer’s shere, rasio keuntungan, dan biaya
yang dikeluarkan oleh tiap-tiap lembaga yang terlibat.
28
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Petani dan Pedagang Sampel
Salah satu faktor yang dapat memperlancar pengembangan komoditi
kacang tanah karakteristik petani sebagai pelaku usaha tani dan pedagang sabagai
penyalur di dalam lembaga tata niaga. Karakteristik petani terutama meliputi
kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga. Karakteristik ini
penting untuk diketahui, mengingat keadaan dari setiap responden berbeda-beda
baik dari segi umur, pendidikan, pengalaman berusaha maupun tanggungan
keluarga, keadaan – keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan dan
produktifitas kerja para petani dan pedagang dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Karakteristik sangat erat kaitannya dengan keahlian petani dalam
memilih saluran tata niaga, Karena karakteristik ini akan mencerminkan
kemampuan berfikir dan ketepatan dalam mengambil keputusan serta
berhubungan dengan kemampuan petani dalam menerapkan teknik
pembudidayaan tanaman kacang tanah untuk hasil yang baik.
Jumlah sampel yang menjadi objek penelitian sebanyak 40 orang terdiri
dari 30 orang sampel petani dan 10 orang pedagang dari 200 populasi petani dan
pedagang, persentase petani dan pedagang sampel menurut karakter usia di daerah
penilitian dapat di lihat dalam tabel 8.
Tabel 8. Persentase petani dan pedagang sampel menurut usia di daerah penelitian, Tahun 2013
Kelompok Usia Jumlah (orang) Persentase (%) 21 – 30 9 22,5 31 – 40 17 42,5 41 – 50 10 25
>50 4 10 Jumlah 40 100,00
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
29
Dengan memperhatikan tabel 8 diperoleh informasi bahwa tingkat usia
petani dan pedagang sampel di daerah penelitian relatif berusia produktif yaitu
42,5 persen atau 17 orang dari 40 responden (petani dan pedagang) dengan
kisaran usia antara 31 sampai 40 tahun. Kemudian di ikuti kisaran usia 41 sampai
50 tahun sebanyak 10 Orang (25 persen), usia 21 – 30 tahun sebanyak 9 orang
(22,5 persen). sedangkan diatas 50 sebanyak 4 orang atau 10 persen.
Faktor umur mempunyai kaitan erat dengan kemampuan kerja pedagang
dalam mengelola usahanya. Pedagang yang memiliki umur lebih muda jika
dibandingkan dengan pedagang yang lebih tua cenderung akan lebih bersemangat
dalam berusaha dan sering melakukan hal-hal yang sifatnya coba – coba untuk
kemajuan usahanya. Hal ini juga disebabkan mereka masih memiliki semangat
yang besar dalam berusaha.
Faktor kecerdasan akan berpengaruh terhadap aktivitas yang akan, sedang
dan yang telah dilaksanakan sehingga latar belakang dan tingkat pendidikan
petani dan pedang sampel di daerah penelitian secara umum masih berpendidikan
rendah, yaitu 52,5 Persen tamat dari Sekolah Dasar (SD) atau sebanyak 21 orang,
dan diikuti oleh yang tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak
12 orang (30 persen), selanjutnya sebesar 17,5 Persen tamat dari Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) atau sebanyak 7 orang dari 40 orang sampel petani dan
pedagang, seperti ditujukan pada tabel 9 berikut.
Tabel 9. Persentase Petani dan Pedagang Sampel Menurut Pendidikan di Daerah Penelitian Tahun 2013.
Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) SD 21 52,5 SLTP 12 30 SLTA 7 17,5 Jumlah 40 100,00
Sumber : Data Primer (diolah),2013
30
Pendidikan merupakan faktor yang ikut menunjang keberhasilan usaha,
tingkat pendidikan yang memadai akan lebih bermanfatan untuk memperlancar
aktifitas (kegiatan) sehari – hari para petani dan pedagang sampel. Dengan
pendidikan yang baik, petani dan pedagang sampel akan memiliki kemampuan
untuk menghadapi berbagai kendala yang mungkin timbul dan mencari solusi
terbaik dalam menyelesaikannya. Sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah
akan menyulitkan petani dan pedagang sampel untuk berusaha kearah yang
profesional dan juga dalam mengantisipasi terhadap kendala yang munkin
dihadapi dalam menjalankan usahanya.
Jumlah tanggungan keluarga erat kaitannya dengan besarnya jumlah biaya
hidup yang dikeluarkan. Semankin besar jumlah tanggungan dalam keluarga akan
semankin besar biaya yang dikeluarkan, dan akan memperkecil jumlah modal
yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha. Untuk menutupi hal tersebut
harus diimbangi dengan pencurahan tenaga kerja dalam keluarga, sehingga dapat
menghemat jumlah biaya/upah yang harus dibayar kepada pihak lain.persentase
jumlah tanggungan anggota keluarga petani dan pedagang di daerah penelitian
dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Persentase Petani dan Pedagang Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Tanggungan Jumlah (orang) Persentase (%) 1-3 orang 26 65 >4 orang 14 35 Jumlah 40 100
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Tabel 10 menunjukan bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga
petani dan pedagang sampel per kepala keluarga di daerah penelitian pada kisaran
31
1-3 Orang (65 persen) dan sisanya sebanyak 35 Persen atau berada pada kisaran
>4 orang dalam satu kepala keluarga.
Disamping ketiga faktor yang telah diuraikan pengalaman juga merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengalokasikan biaya dan
faktor-faktor produksi. Petani dan pedagang yang mengalami pengalaman kerja
lebih lama akan lebih mudah dalam mengambil keputusan yang lebih baik pada
saat yang tepat. Persentase petani dan pedagang sampel menurut pengalaman di
daerah penelitian dapat dilihat dalam tabel 11 berikut.
Tebel 11. Persentase Petani dan Pedagang Sampel Menurut Pengalaman di Daerah Penelitan, Tahun 2013
Pengalaman Jumlah (orang) Persentase (%) 1-5 tahun 19 47,5 6-10 tahun 13 32,5 >10 tahun 8 20 Jumlah 40 100,00
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Hasil penelitian menunjukan 47,5 Persen (19 orang) petani dan pedangang
sampel di daerah penelitian sudah cukup lama berusahatani kacang tanah dan
kegiatan menjual atau memasarkan kacang tanah yaitu berada di kisaran 1-5
tahun, kemudian diikuti 32,5 persen (13 orang) berada di kisaran 6-10 Tahun,
serta sisanya sebanyak 20 persen (8 orang) di atas 10 tahun.
Luas lahan garapan merupakan faktor produksi yang penting dalam usaha
meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan
yang diterima oleh petani. Luas pengusahaan lahan tanaman kacang tanah yang di
usahakan petani sampel di daerah penelitian tergolong sempit dengan rata-rata
0,74 Ha petani. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 12 berikut.
32
Tabel 12. Persentase Petani Sampel Menurut Luas Lahan di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Rata – rata luas lahan Jumlah (orang) Persentase (%)
0,5 16 53,33
1,0 14 46,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Tabel 12 menunjukan persentase petani kacang tanah di daerah penelitian
memiliki luas lahan rata – rata 0,5 Ha sebanyak 16 orang (53,33 Persen).
Sedangkan sampel petani kacang tanah yang memiliki luas lahan rata-rata 1,0 Ha
sebanyak 14 orang atau 46,67 Persen. Luas lahan keseluruhan yang diusahakan
sampel petani kacang tanah di daerah penelitian sebesar 22 Ha. dan pada
umumnya lahan yang digunakan petani sampel di daerah penelitian adalah lahan
milik sendiri. Luas lahan masing-masing petani sampel dapat dilihat pada
lampiran 5.
4.2. Biaya Produksi
Dalam penelitian ini biaya produksi yang diperhitungkan adalah seluruh
pengeluaran yang di bayar untuk satu kali musim tanam. Perhitungan didasarkan
atas harga-harga yang berlaku di daerah penelitian. Sesuai dengan data yang
diperoleh bahwa biaya yang dikeluarkan oleh petani sampel dalam berusahatani
tanaman kacang tanah meliputi biaya sarana produksi (benih, pupuk, obat-obatan),
biaya penyusutan alat seperti cangkul, parang, karung (goni),dan biaya tenaga
kerja serta biaya lain. Penerimaan dan keuntungan petani sampel dalam
berusahatani tanaman kacang tanah dapat dilihat pada tabel 13.
33
Tabel 13. Rata-rata Biaya Variabel, Penerimaan dan Keuntungan Usahatani Dengan Luas Lahan Rata-rata 0,74 Ha Tanaman Kacang Tanah di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Jenis biaya Jumlah (Rp) Persentase R/C Biaya sarana produksi 4.035.000 52 - Tenaga kerja 3.537.533,33 45 - Biaya peralatan 210.483,33 2,7 - Total biaya 7.783.017 100,00 - Penerimaan 11.385.333,3 - 1,46
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Tabel 13 menunjukkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan petani
terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga kerja, biaya peralatan dan lain-lain.
Pengusahaan tanaman kacang tanah sangat menguntungkan bagi petani. Hal ini
dapat terlihat dari besarnya pendapatan kotor dibanding dengan biaya produksi
diperoleh dari R/C sebesar 1,46.
4.3. Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga kacang tanah di Kluet Utara dari petani hingga
konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer. Sistem tata niaga kacang tanah di Kluet
Utara dari produsen hingga ke tingkat konsumen, secara umum memiliki beberapa
saluran tata niaga yang berbeda.
Saluran tataniaga kacang tanah di Kluet Utara terdapat 2 saluran tataniaga yaitu:
- Saluran tataniaga 1 : petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer –
konsumen.
- Saluran tataniaga 2 : petani – pedagang pengecer – konsumen.
34
4.5.1. Saluran TataNiaga I
Saluran tata niaga satu merupakan saluran tata niaga terdiri dari petani -
pedagang pengumpul - pedagang pengecer - konsumen. Dari penelitian yang
dilakukan diketahui bahwa petanidi Kluet Utara menjual kacang tanah melalui
pedagang pengumpul. Alasan petani menggunakan saluran tata niaga ini adalah
karena petani tidak perlu memasarkan sendiri produk yang dihasilkannya. Produk
petani yang dijual ke pedagang pengumpul sudah pasti terjual habis, karena sudah
menjadi resiko pedagang pengumpul jika produknya tidak terjual habis.
Harga yang berlaku pada saluran tata niaga ini adalah harga yang terjadi di
pasar. Penentuan harga pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang
lainnya. Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga pedagang
pengumpul yang baru membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual.
Hal ini disebabkan adanya kepercayaan diantara petani dan pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul umumnya hanya menjual kacang tanah. Produk
kacang tanah diangkut dengan menggunakan kereta dan mobil. Biaya transportasi
yang dikenakan antara Rp 2.500 – Rp 3.000 /goni. Biaya transportasi setiap
pedagang pengumpul berbeda – beda , hal ini disebabkan karena daerah produksi
yang berbeda. Pedagang pengumpul menjual seluruh kacang tanah tersebut
kepada pedagang pengecer yang terdapat di Pasar Mingguan. Pedagang pengecer
berasal dari kecamatan Kluet Utara.
4.5.2. Saluran Tata Niaga II
Saluran tata niaga dua merupakan saluran tata niaga yang terdiri dari
petani- pedagang pengecer - konsumen. Jenis saluran tata niaga ini dilakukan oleh
35
sebahagian dari petani responden. Petani membawa kacang tanah sendiri dengan
menggunakan kereta ada juga yang menggunakan mobil bak terbuka ke pasar
mingguan dan langsung menjual hasil panennya ke pedagang pengecer yang
berada di pasar mingguan dengan sistem jual yaitu per Kg dan biaya transportasi
Rp 2.000 – Rp3.000 /goni. Pada saluran tata niaga ini, petani juga berperan
sebagai pedagang pengumpul yaitu menjual produk kacang tanah. Biaya-biaya
yang harus dikeluarkan oleh petani adalah biaya pengangkutan. Petani menjual
produk kacang tanah ke pasar, jika terjadi panen dan kacang tanah yang dibawa
ke pasar berbeda-beda tergantung dari hasil panen. Alasan petani menggunakan
saluran tata niaga dua adalah karena petani akan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar dibandingkan jika menjualnya ke pedagang pengumpul.
Saluran tata niaga kacang tanah yang ada di Kluet Utara cukup singkat,
sehingga dapat memperbesar keuntungan yang diterima produsen maupun
pedagang, tanpa merugikan konsumen. Adapun saluran tata niaga kacang tanah
kecamatan kluet utara dari produsen ke konsumen dapat dilihat dari gambar
berikut :
36
Keterangan :
Saluran tetap
Saluran Tidak Tetap
Gambar 1, Skema Saluran Tata Niaga Kacang Tanah di Kecamatan Kluet Utara
Berdasarkan skema diatas terlihat adanya saluran tetap dan saluran tidak
tetap (kadang-kadang). Saluran tetap adalah saluran tata niaga yang sering dilalui
oleh produsen untuk menyalurkan produksinya. Sedangkan saluran tidak tetap
adalah saluran yang jarang terjadi, dimana produsen menjual langsung hasil
produksinya kepada pedagang pengecer di pasar. Jadi dalam hal ini produsen
langsung bertindak sebagai pedagang pengumpul. Praktek semacam ini tentu saja
akan mempengaruhi para pedagang pengumpul yang sesungguhnya.
4.4. Fungsi TataNiaga
Fungsi tata niaga diperlukan dalam kegiatan tata niaga untuk
memperlancar distribusi barang dan jasa dari tiap lembaga tata niaga yang terlibat.
Secara umum fungsi tata niaga yang dilaksanakan lembaga tata niaga terdiri dari
tiga fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.
Petani/Produsen
Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
Konsumen
37
Fungsi pertukaran meliputi kegiatan – kegiatan yang dapat memperlancar
perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi fisik
merupakan perlakuan fisik yang perlu dilakukan agar komoditas yang diperlukan
konsumen dapat tersedia pada tempat yang diinginkan. Fungsi pertukaran berupa
pembelian dan penjualan, fungsi fisik terdiri dari pengolahan hasil, pengangkutan,
dan penyimpanan.
Fungsi fasilitas meliputi pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi
pasar. Fungsi pembiayaan merupakan kegunaan uang untuk berbagai aspek tata
niaga. Fungsi penanggungan resiko merupakan penerimaan kemungkinan dari
kerugian pemasaran produk yang terdiri dari atas resiko fisik dan resiko harga.
Resiko fisik terjadi akibat kerusakan produk sedangkan resiko harga terjadi akibat
perubahan nilai produk di pasar. Informasi pasar merupakan hal yang diperlukan
produsen dan lembaga-lembaga tata niaga untuk kondisi pasar, lokasi, jenis mutu,
waktu dan harga pasar.
Setiap lembaga tata niaga yang terlibat dalam kegiatan tata niaga kacang
tanah mulai dari petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer
menjalankan fungsi tata niaga yang berbeda-beda. Lembaga-lembaga tata niaga
yang terlibat dalam kegiatan tata niaga kacang tanah Kluet Utara, Kabupaten
Aceh Selatan yaitu ;
1). Petani
Fungsi tata niaga yang dilakukan oleh petani kacang tanah di Kluet Utara
adalah fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, fungsi fisik berupa kegiatan
38
pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar,
penanggungan resiko dan pembiayaan.
a. Fungsi Pertukaran
Petani di Kluet Utara melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi
penjualan. Petani kacang tanah di Kluet Utara yang menjual hasil produksinya
melalui pedagang pengumpul sebanyak 19 orang dari total petani responden.
Sedangkan petani yang langsung menjual produknya kepada pedagang pengecer
sebanyak 11 orang dari total petani responden.
b. Fungsi Fisik
Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani jika petani tersebut
menjual hasil panennya langsung ke pasar dan tidak melalui pedagang
pengumpul. Fungsi fisik tersebut terdiri dari kegiatan pengemasan dan
pengangkutan. Kegiatan pengemasan kacang tanah dilakukan dengan menimbang
kacang tanah sebanyak 50 Kg menjadi satu karung. Kegiatan pengangkutan
dilakukan oleh petani apabila petani memasarkan produknya langsung ke pasar.
Namun apabila petani tidak langsung memasarkan ke pasar melainkan ke
pedagang pengumpul maka pedagang pengumpullah yang melakukan kegiatan
pengangkutan dan biaya pengangkutan di tanggung oleh pedagang pengumpul.
Pada umumnya biaya penyusutan kacang tanah tidak ada di tingkat petani,
karena baik petani yang menjual ke pedagang pengumpul ataupun menjual
langsung ke pasar tidak melakukan kegiatan penyimpanan. Petani melakukan
kegiatan penjualan hasil panennya pada hari kedua setelah panen.
39
c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani meliputi informasi pasar,
penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar dapat diperoleh petani
dengan sangat mudah, tidak terdapat biaya dalam mendapatkan informasi pasar
bagi petani. Kegiatan informasi pasar yang dilakukan berupa perkembangan harga
dari petani lain yang sebelumnya menjual produknya, kualitas barang yang
diinginkan oleh konsumen. Setelah mengetahui informasi pasar petani dapat
menentukan keputusan waktu menjual hasil produksinya serta pemilihan saluran
tata niaga yang tepat untuk mengoptimalkan kegiatan penjualan untuk mencapai
efisiensi tata niaga. Kegiatan penanggungan resiko yang dialami petani berupa
penurunan harga kacang tanah di pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan
yang dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi.
Modal petani berasal dari petani itu sendiri dan tidak berasal dari pinjaman atau
pemberian kredit oleh pihak lain, oleh karena itu petani harus dapat
mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya.
2). Pedagang Pengumpul
Fungsi tata niaga yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi
pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi
pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan
pembiayaan.
a. Fungsi Pertukaran
Kegiatan fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul
adalah fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Pedagang pengumpul di Kluet
40
Utara melakukan fungsi pembelian ke para petani langganannya. Jumlah petani
yang menjadi langganan pedagang pengumpul di Kluet Utara berkisar 5 sampai 7
petani dan memiliki petani langganan di Kecamatan lain. Setiap terjadi panen
petani memberitahu kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul
mengambil produk kacang tanah yang telah di panen ke rumah petani, kemudian
membawa ke Pasar Mingguan untuk dijual. Penentuan harga yang ada dalam
pembelian kacang tanah melalui proses tawar-menawar berdasarkan informasi
pasar yang mereka ketahui sebelumnya.
b. Fungsi Fisik
Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu kegiatan
pengangkutan. Pedagang pengumpul membawa kacang tanah dengan mobil pick
up dan membayar biaya pengangkutan kepada pemilik mobil tersebut. Biaya
pengangkutan para pedagang pengumpul berbeda-beda tergantung dari jauhnya
lokasi produksi dengan pasar.
c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul meliputi
informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar diperoleh
dari sesama pedagang pengumpul lain di Kluet Utara. Penanggungan resiko
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pedagang pengumpul. Resiko yang bisa
muncul seperti penurunan harga, hal ini disebabkan banyaknya produk kacang
tanah di pasar yang berasal dari daerah lain. Fungsi pembiayaan yang dilakukan
oleh pedagang pengumpul yaitu penyediaan modal untuk membeli produk kacang
41
tanah dari petani sampai pedagang pengumpul dapat menjual produk tersebut di
pasar.
3). Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer responden berjumlah 5 orang di pasar Minggu. Fungsi
tata niaga yang dilakukan oleh pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran
berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan,
fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan.
a. Fungsi Pertukaran
Fungsi tata niaga yang dilakukan pedagang pengecer adalah fungsi
pertukaran berupa pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada
konsumen. Pembelian yang dilakukan pedagang pengecer dalam bentuk Kg,
jumlah pembelian biasanya 700 Kg sampai 1.500 Kg. Pedagang pengecer
melakukan penjualan ke konsumen dalam satuan Kg.
b. Fungsi Fisik
Fungsi fisik yang dilakukan berupa pengemasan dan pengangkutan. Selain
itu biaya retribusi pasar juga ditanggung oleh padagang pengecer kacang tanah.
Pedagang pengecer di Pasar Mingguan tidak terdapat biaya transportasi karena
pedagang pengumpul langsung membawa barang dagangan di Pasar mingguan,
sedangkan pedagang pengecer yang berasal dari kecamatan lain memerlukan
biaya transportasi.
42
c. Fungsi Fasilitas
Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer meliputi informasi
pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Fungsi informasi pasar yang
dilaksanakan oleh pedagang pengecer diataranya berupa perkembangan harga di
setiap tingkat pasar. Produk yang dihasilkan pesaing serta jenis dan kualitas
produk yang diminta oleh konsumen. Harga yang berlaku di pasar Minggu terjadi
sesuai dengan mekanisme pasar. Penjual seringkali melakukan diskriminasi harga
terhadap konsumen yang membeli komoditas kacang tanah.
Pedagang pengecer juga menanggung resiko pada saat terjadi penurunan
harga kacang di pasar. Jika tidak habis terjual pedagang pengecer selalu berusaha
menjual habis kacang tanah dalam waktu satu hari dengan cara menurunkan harga
kacang atau diborong oleh pedagang kacang yang lain.
Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengecer diantaranya
berupa penyediaan modal usaha. Pada umumnya pedagang pengecer melakukan
kegiatan pembelian sesuai dengan besarnya modal yang dimilikinya. Modal yang
dipergunakan pedagang pengecer umumnya berasal dari pedagang pengecer itu
sendiri dan bukan berasal dari pinjaman dari pihak lain. Rata-rata modal yang
dibutuhkan oleh pedagang pengecer responden berkisar antara Rp 18.065.000
sampai dengan Rp 22.308.000 per minggu. Besarnya modal yang dibutuhkan
tergantung dari besar kecilnya jumlah penjualan yang dilakukan pedagang
pengecer. Semakin besar modal yang dimiliki pedagang pengecer , maka semakin
besar tingkat keuntungan yang diraih. Rata-rata pembelian kacang tanah pedagang
pengecer berkisar antara 1.024 Kg sampai 1.254 Kg/minggu.
43
Tabel 14. Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilaksanakan oleh Lembaga-Lembaga Tata Niaga Kacang pada Setiap Saluran Tata Niaga Kacang Tanah di Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan.
Saluran dan Lembaga Tata
Niaga
Fungsi Tata Niaga Fungsi Pertukaran Fungsi Fisik Fungsi Fasilitas
Jual beli kemas angkut Simpan Resiko Biaya Informasi
Pasar Saluran 1 Petani √ - √ - - - - √ Pengumpul √ √ - √ - √ √ √ Pengecer √ √ - √ √ √ √ √ Saluran 2 Petani √ - √ √ √ √ √ √ Pengecer √ √ - √ √ √ √ √
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Keterangan : √ = melakukan kegiatan fungsi tata niaga
- = tidak melakukan kegiatan fungsi tata niaga
Berdasarkan Tabel 14 diatas diketahui bahwa pada saluran tata niaga satu
petani melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan, fungsi fisik berupa
pengemasan dan fungsi fasilitas berupa resiko, pembiayaan dan informasi pasar.
Fungsi pengangkutan tidak dilakukan oleh petani karena pedagang pengumpullah
yang membawa produk ke pasar untuk dijual. Kegiatan panen dilakukan oleh
petani dan langsung dijual pedagang pengumpul untuk dibawa ke pasar sehingga
petani tidak melakukan kegiatan penyimpanan.
Pedagang pengumpul pada saluran tata niaga satu melakukan pembelian
kepada petani dan penjualan ke pedagang pengecer di Pasar Mingguan. Fungsi
pengangkutan dilakukan untuk mengangkut hasil panen dari petani ke pasar.
Fungsi pengemasan tidak dilakukan karena produk kacang tanah yang dibawa
pedagang pengumpul langsung dijual ke pedagang pengecer dalam bentuk kg.
Produk yang dijual pedagang pengumpul terjual habis dalam satu minggu.
44
Pada saluran tata niaga dua, petani melakukan fungsi pertukaran berupa
penjualan dan fungsi pengangkutan untuk membawa kacang tanah yang akan
dijual ke pedagang pengecer di Pasar Mingguan. Sebelum dijual petani
melakukan kegiatan pengemasan berupa menyatukan 50 Kg kacang tanah
menjadi 1 karung, karena petani menjual dalam bentuk karung untuk pedagang
pengecer. Pada saluran tata niaga dua petani bertindak sebagai pedagang
pengumpul.
Pedagang pengecer pada saluran tata niaga satu dan dua melakukan fungsi
pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada konsumen akhir.
Fungsi pengangkutan dilakukan untuk membawa kacang tanah yang akan dijual
ke tempat pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan dilakukan apabila produk
yang dijual pedagang pengecer tidak terjual habis dalam satu hari. Pada saluran
tata niaga dua fungsi-fungsi tata niaga yang dilakukan petani sama dengan saluran
tata niaga satu.
4.5. Struktur Pasar
Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat atau karakteristik pasar. Faktor
penting yang diperlukan dalam penentuan struktur pasar meliputi jumlah pembeli
dan penjual yang terlibat, sifat atau keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar
dan informasi pasar berupa biaya, harga dan kondisi pasar. Petani dan lembaga –
lembaga tata niaga yang terlibat dalam kegiatan tata niaga kacang tanah di pasar
mingguan menghadapi struktur pasar yang berbeda.
45
1) Petani
Struktur pasar yang dihadapi petani kacang tanah di Kluet Utara bersifat
pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat
mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar, hal ini terlihat
melalui keseragaman kualitas dari produk kacang tanah yang dihasilkan petani.
Pada saat penelitian dilakukan jumlah petani responden kacang tanah sebanyak 30
orang.
Informasi harga yang dimiliki petani cukup baik. Petani tidak memerlukan
biaya untuk mendapatkan informasi tentang harga. Petani mendapatkan informasi
harga dari pedagang pengumpul ataupun dari petani lainnya. Sistem penentuan
harga dilakukan oleh pedagang berdasarkan harga yang berlaku di pasar sehingga
kedudukan petani dalam sistem tata niaga sangat lemah. Petani tidak memiliki
posisi tawar yang memadai.
2) Pedagang Pengumpul
Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul di Kluet Utara adalah
Oligopoli, karena jumlah penjual dan pembeli sedikit. Terdapat hambatan bagi
pedagang lain untuk memasuki pasar pedagang pengumpul.
Pada umumnya pedagang pengumpul memiliki hubungan yang erat
dengan petani. Setiap pedagang pengumpul telah memiliki petani langganan,
meskipun demikian petani mungkin saja menjual produk yang dihasilkannya ke
pedagang pegumpul yang bukan langganannya. Jumlah pedagang pengumpul di
Kluet Utara lebih sedikit jika dibandingkan jumlah petani. Pedagang pengumpul
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga yang terjadi di Kluet Utara.
46
Informasi pasar diperoleh pedagang pengumpul melalui survei pasar dan dari
pedagang lainnya.
3) Pedagang Pengecer
Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer adalah pasar persaingan
sempurna, karena jumlah pedagang pengecer banyak, produk yang diperjual
belikan bersifat homogen dan pedagang pengecer tidak dapat mempengaruhi pasar
sehingga bertindak sebagai price taker.
Sistem pembayaran yang berlaku di pasar pengecer adalah tunai. Harga
kacang tanah ditentukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar tetapi pembeli
dapat melalukan kegiatan tawar- menawar dengan pedagang pengecer. Informasi
harga didapatkan pedagang pengecer melalui survei pasar atau dari pedagang
lainnya. Selain itu pedagang pengecer dapat dengan mudah keluar masuk pasar,
karena tidak terdapat hambatan bagi pedagang pengecer lain untuk memasuki
pasar. Pedagang pengecer hanya menjual kacang tanah saja.
4.6. Perilaku Pasar
Perilaku pasar adalah pola tingkah laku lembaga-lembaga tata niaga yang
menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan
kegiatan penjualan dan pembelian serta bentuk-bentuk keputusan yang diambil
dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar meliputi kegiatan
pembelian dan penjualan, penentuan harga, dan kerjasama antar lembaga tata
niaga.
47
1) Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat Petani
Hampir seluruh petani kacang tanah yang ada di Kluet Utara menjual hasil
panennya kepada pedagang pengumpul yang berasal dari desa tersebut. Petani
melakukan panen pada pagi hari dan pedagang pengumpul mengambil hasil panen
ke rumah petani.yang jadi langganannya.
2) Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul di Kluet Utara umumnya membeli produk kacang
tanah langsung dari petani. Pedagang pengumpul bahkan seringkali yang
melakukan kegiatan panen jika membeli dari petani dengan sistem borongan.
Pada umumnya pedagang pengumpul telah memiliki petani langganan yang
menyediakan kacang tanah yang siap dijual. Pedagang membawa kacang tanah ke
pasar sekitar 1.144 – 1.150 Kg. Pedagang pengumpul melakukan kegiatan
Penjualan kacang tanah dalam jumlah Kg kepada pedagang pengecer.
3) Praktek Pembelian dan Penjualan di Tingkat pedagang pengecer
Pedagang pengecer pada penelitian ini adalah pedagang pengecer yang
berada di Pasar Mingguan Kluet Utara. Pedagang pengecer melakukan kegiatan
pembelian kacang tanah dari pedagang pengumpul yang berada di pasar.
Pembelian yang dilakukan oleh pedagang pengecer dilakukan secara tunai.
Jumlah kacang yang dibeli dari pedagang pengumpul sekitar 1.144 kg sampai
dengan 1.150 Kg dan jumlah yang dijual pada umumnya habis terjual. Pedagang
melakukan penjualan dalam bentuk Kg kepada konsumen. Apabila kacang tanah
tidak habis terjual pedagang menurunkan harga untuk menghindari kerugian yang
lebih besar.
48
4.7. Perkembangan Harga, Biaya, Keuntungan, Margin dan Efesiensi Tata
Niaga Kacang tanah
Dalam tata niaga kacang tanah, pedagang menggunakan strategi tertentu
untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Harga yang diterima petani
sampai ke tangan konsumen untuk masing-masing saluran tidak sama. Rata-rata
harga penjualan kacang tanah ditingkat petani sebesar Rp 40.440.250, rata-rata
harga penjualan ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 51.322.500 dan rata-
rata harga penjualan di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 61.325.000. Harga
jual di tinggkat petani merupakan harga beli di tinggakat pedagang pengumpul,
harga jual di tingkat pedagang pengumpul adalah harga beli di tingkat pedagang
pengecer, sedangkan harga jual di tinggkat pedagang pengecer adalah harga beli
ditingkat konsumen akhir.
Perkembangan harga jual, biaya tata niaga, keuntungan tata niaga, margin
tata niaga, dan bagian (Share) harga yang diterima petani dalam aktivitas tata
niaga kacang tanah pada berbagai saluran tata niaga di Kluet Utara pada saat
penelitian dapat dilihat dalam tabel 15.
49
Tabel 15. Rata-rata Perkembangan Harga, Biaya Tata Niaga, Keuntungan Tata Niaga, Margin Tata Niaga dan Share Harga yang diterima petani dalam aktivitas Tata Niaga Kacang Tanah pada Saat Berbagai Saluran Tata Niaga di Daerah Penelitian, Tahun 2013
No Uraian
Jalur I Jalur II
Harga (Rp)
Share (%)
Harga (Rp)
Share (%)
I. Petani
1.-Harga Beli - - - -
-Harga Jual 40.440.250 65,94 44.600.000 72,72
2.Biaya Produksi 7.783.017 12,69 7.783.017 12,69
3.Biaya TataNiaga - - 2.231.500 3,63
4. Harga Jual Bersih (1-2) 32.657.233 53,25 34.585.483 56,39
II Pedagang Pengumpul
1.-Harga Beli 40.440.250 65,94 - -
-Harga Jual 51.322.500 83,68 - -
2. Margin TataNiaga 10.882.250 17,74 - -
3.BiayaTataNiaga 2.231.500 3,63 - -
4.Keuntungan Tata Niaga 8.650.750 14,10 - -
III Pedagang Pengecer
1.-Harga Beli 51.322.500 83,68 44.600.000 72,72
-Harga Jual 61.325.000 100 61.325.000 100
2. Margin TataNiaga 10.002.500 16,31 16.725.000 72,72
3.BiayaTataNiaga 3.706.250 6,04 3.706.250 6,04
4.Keuntungan Tata Niaga 6.296.250 10,26 13.018.750 21,22
IV Konsumen Akhir
Harga Beli 61.325.000 100 61.325.000 100
V Total Margin TataNiaga 20.884.750 34,05 16.725.000 27,27
Total Biaya TataNiaga 5.937.750 9,68 5.937.750 9,68
Total Keuntungan TataNiaga 47.604.233 77,62 47.604.233 77,62
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
1. Harga
Rata-rata harga penjualan yang diterima dengan pedagang perantara dalam
tata niaga kacang tanah berbeda-beda besarnya. Pebedaan ini disebabkan oleh
kegiatan yang dilaksanakan pedagang perantara dalam fungsi tata niaga berbeda
dengan petani. Pada tabel 20 menginformasikan rata-rata harga jual yang diterima
petani dengan rata-rata harga jual yang diterima pedagang pengecer terhadap
50
harga beli konsumen akhir (Rp 61.325.000) pada saluran I sebesar Rp 40.440.250.
Perolehan besar kecilnya rata-rata harga jual di tingkat petani tergantung dari
patokan rata-rata harga beli pedagang pengumpul yang merupakan agen dari
pedagang pengecer, hal ini disebabkan petani bukan penentu harga tetapi berperan
sebagai penerima harga. Patokan harga jual oleh pedagang pengumpul untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, namun demikian biaya tata niaga yang
dikeluarkan petani terlihat lebih kecil karena jarak tempuh dalam melakukan
transaksi penjualan antara petani dan pedagang pengumpul sangat dekat
dibandingkan dengan melakukan penjualan langsung kepada pedagang pengecer.
Pada saluran II rata-rata harga penjualan yang diterima pedagang besar
terhadap harga pembelian konsumen akhir sebesar Rp 61.325.000, perolehan
harga penjualan yang diterima petani sebesar Rp 44.600.000. saluran tata niaga II
ini merupakan saluran tata niaga yang pendek karena petani melakukan penjualan
langsung kepada padagang pengecer, akan tetapi petani harus menaggung risiko
jarak penjualan yang jauh dan beban biaya tata niaga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan saluran tata niaga I.
2. Biaya Tata Niaga
Biaya tata niaga merupkan biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan
tata niaga. Secara keseluruhan biaya tata niaga kacang tanah berupa biaya
transportasi, pengumpulan, penyusutan, pengiriman dan biaya lain dalam
melakukan aktivitas tata niaga. Lembaga tata niaga yang terdiri dari petani dan
pedagang perantara mengeluarkan biaya dalam rangka penyelenggaraan kegiatan
tata niaga kacang tanah hingga ke konsumen akhir, besarnya biaya yang
dikeluarkan bagi setiap saluran selalu berbeda-beda, semakin panjang saluran tata
51
niaga maka jumlah biaya yang dikeluarkan akan semakin bertambah. Pada tabel
16 dapat dilihat biaya yang dikeluarkan pedagang perantara di berbagai saluran
tata niaga.
Tabel 16. Besarnya Biaya yang Dikeluarkan oleh Lembaga Tata Niaga pada Berbagai Saluran Tata Niaga di Daerah Penelitian,Tahun 2013
Saluaran Tata Niaga
Pedagang Pengumpul (Rp)
Pedagang Pengecer (Rp)
Jumlah (Rp)
I 2.231.500 3.706.250 5.937.750
II - 3.706.250 3.706.250 Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Tabel 16 menginformasikan biaya tata niaga kacang tanah paling banyak
pada saluan I sebesar Rp 5.937.750 besarnya biaya tata niaga pada saluran I
disebabkan petani menjual kacang tanah terlebih dahulu kepada pedagang
pengumpul. Sedangkan pada saluran II biaya tata niaga yang dikeluarkan oleh
berbagai lembaga tata niaga adalah sebesar Rp 3.706.250 saluran tata niaga II
merupakan saluran tata niaga yang pendek sehingga biaya yang dikeluarkan lebih
kecil dibandingkan dengan saluran tata niaga I karena petani menjual langsung
hasil panen kacang tanah kepada pedagang pengecer.
3. Keuntungan Pedagang
Keuntungan pedagang adalah imbalan atas jasa yang dilakukan selama
melakukan proses tata niaga, keuntungan pedagang berbeda-beda antara pedagang
satu degan pedagang lainnya, hal ini diduga karena jasa yang dilakukan pedagang
tersebut berbeda-beda.
Keuntungan tata niaga adalah margin tata niaga dikurangi biaya tata niaga.
Persentase bagaian (Share keuntungan) yang diterima pelaku pasar terhadap harga
jual diperoleh dengan membagi keuntungan dengan harga jual dikalikan 100
52
persen. Besarnya keuntungan tata niaga dari berbagai jenis saluran tata niaga
kacang tanah dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Keuntungan Tata Niaga pada Berbagai Saluran Tata Niaga Kacang Tanah di Daerah Penelitian,Tahun 2013
Saluran Tata Niaga
Pedagang Pengumpul (Rp)
Pedagang Pengecer (Rp)
Jumlah (Rp)
I 8.650.750 6.296.250 14.947.000
II - 13.018.750 13.018.750 Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Tabel 17 terlihat keuntungan tata niaga terbesar diperoleh pada saluran I
yaitu Rp 14.947.000, karena pada saluran tata niaga I petani menjual kacang tanah
terlebih dahulu kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul
yang melanjutkan penjualan kepada pedagang pengecer. Sedangkan pada saluran
II keuntungan tata niaga sebesar Rp 13.018.750, ini disebabkan petani menjual
langsung kacang tanah kepada pedagang pengecer walaupun harga beli pengecer
terhadap penjualan dari petani tidak sama dengan harga beli dari pedagang
pengumpul. Selisih rata-rata harga jual petani dengan harga jual pedagang
pengumpul terhadap harga beli pedagang pengecer adalah Rp1.000/Kg. Pedagang
pengecer relatif mempunyai keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
pedagang pengumpul, karena pedagang pengecer mempunyai fasilitas dan
kemampuan yang lebih baik dalam aktivitas tata niaga.
4.8. Margin Tata Niaga
Analisis margin tata niaga dan bagian harga merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengetahui efesiensi tata niaga. Untuk mengetahui
besar margin tata niaga dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan lembaga tata niaga yang ikut berperan dalam proses tata niaga.
53
Tabel 18. Besarnya Margin Tata Niaga Pada Berbagai Saluran Tata Niaga Kacang Tanah di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Saluran Tata Niaga
Pedagang Pengumpul (Rp)
Pedagang Pengecer (Rp)
Jumlah (Rp)
I 10.882.250 10.002.500 20.884.750 II - 16.725.000 16.725.000
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Pada tabel 18 terlihat bahwa margin tata niaga yang paling besar adalah
pada saluran I yaitu Rp 20.884.750. Hal ini disebabkan karena pada saluran I
jauhnya jarak antara produsen dengan konsumen dalam melakukan aktivitas tata
niaga sehingga aktivitas penjualan kacang tanah terlebih dahulu melalui pedagang
pengumpul. Jauhnya jarak ini mengakibatkan tingginya biaya tata niaga. Margin
tata niaga yang terkecil terlihat pada saluran II yaitu sebesar Rp 16.725.000,
karena pada saluran II ini petani melakukan penjualan kacang tanah langsung
kepada pedagang pengecer walaupun dengan jarak tata niaga yang jauh dan risiko
yang tinggi.
4.9. Farmer’s Share
Farmer’s Share merupakan perbandingan harga yang diterima petani
dengan harga yang dibayar konsumen akhir dan dinyatakan dalam persentase.
Farmer’s Share memiliki hubungan negatif dengan margin tata niaga yang mana
semakin tinggi margin tata niaga, maka bagian yang akan diperoleh petani
semakin rendah. Farmer’s Share pada saluran tata niaga komoditas kacang tanah
dapat dilihat pada Tabel 19.
54
Tabel 19. Farmer’s Share pada Saluran Tata Niaga Kacang Tanah di Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan,Tahun 2013
Saluran Tata Niaga Harga di tingkat
petani (Rp) Harga di tingkat konsumen(Rp)
Farmer’s Share
Saluran Tata Niaga I 40.440.250 61.325.000 65,94 Saluran TataNiaga II 44.600.000 61.325.000 72,72
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Bagian harga yang terbesar diterima oleh petani terdapat pada saluran tata
niaga dua sebesar 72,72 persen, karena petani bertindak sebagai pedagang
pengumpul. Berdasarkan tabel 19 pada saluran tata niaga satu hanya
menghasilkan Farmer’s Share sebesar 65,94 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pada saluran tata niaga satu merupakan saluran tata niaga yang tidak
menguntungkan petani, Farmer’s Share yang tinggi dapat dicapai jika petani
mampu meningkatkan kualitas produknya dan mengefisienkan saluran tata niaga
komoditasnya usahataninya.
4.10. Efesiensi Tata Niaga
Untuk mengetahui efesien tidaknya tata niaga kacang tanah di Kluet Utara
dilihat dari besar kecilnya pembagian (share) harga yang diterima petani. Pada
saluran tata niaga I bagian harga (share) yang diterima petani sebesar 65,94
persen atau sebesar Rp.40.440.250 terhadap harga jual akhir (Rp.61.325.000)
besarnya total margin tata niaga Rp.20.884.750 atau share margin tata niaga
sebesar 34,05 persen. Sedangkan share harga yang diterima petani pada saluran II
adalah sebesar 72,72 atau sebesar Rp.44.600.000 terhadap harga jual akhir
(Rp.61.325.000). Total margin tata niaga Rp.16.725.000 atau share margin tata
niaganya sebesar 27,27 persen.
Jika dilihat dari besarnya bagian (share) harga yang diterima petani
terhadap share margin tata niaganya, maka kedua saluran tata niaga kacang tanah
55
di daerah Kluet Utara barada dalam koridor yang sangat efesien. Bagian harga
yang diterima petani sudah lebih dari 60 persen yaitu sebesar 65,94 persen
(saluran tata niaga I) dan 72,72 persen (saluran tata niaga II). Margin tata niaga
dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga tata niaga cukup imbang
sesuai dengan modal yang dikeluarkan dan risiko yang akan ditanggungnya.
Tabel 20. Keuntungan dan kerugian penguganaan setiap Saluran Tata Niaga di Tingkat Petani
Saluran I Saluran II
keuntungan
- Petani tidak perlu menambah biaya trasportasi.
- Resiko yang diterima petani akan lebih kecil.
- Petani tidak perlu melakukan penyimpanan.
- Keuntungan yang diperoleh petani lebih tinggi dari saluran satu. karena petani melakukan penjualan langsung kepada pedagang pengecer.
Kerugian
- Keuntungan yang diperoleh lebih rendah dari saluran dua. karena semakin panjangnya saluran tata niaga menyebabakan tingginya biaya tata niaga.
- Petani harus menambah biaya transportasi.
- Petani harus melakukan penyimpanan hingga hari pekan tiba.
- Resiko yang diterima petani semakin besar.
Berdasarkan tabel 20 terlihat bahwa kerugian petani menggunakan saluran
I keuntungan yang diterima petani akan lebih kecil sedangkan pada saluran II
keuntungan yang diperoleh petani lebih tinggi. Manfaat petani menggunakan
saluran I petani tidak perlu menambah biaya transportasi untuk perpindahan hasil
produksi dari sentral produksi ke pedagang pengecer, pada saluran II petani harus
menambah biaya transportasi. Alasan petani di Kluet Utara mengunakan saluran I
karena petani tidak perlu memasarkan sendiri produk yang di hasilakan nya,
sedangkan alasan petani menggunakan saluran II agar petani memperoleh
keuntungan yang lebih.
56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sistem tata niaga kacang tanah di Kecamatan Klet Utara Kabupaten Aceh
Selatan terdiri dari dua pola saluran tata niaga yaitu:
Pola I : Petani Pedagang pengumpul Pedagang pengecer
Konsumen
Pola II : Petani Pedagang pengecer Konsumen
Fungsi tata niaga yang dilakukan oleh petani kacang tanah di Klet Utara
adalah fungsi pertukaran berupa penjualan, fungsi fisik berupa
pengemasan dan fungsi fasilitas berupa resiko, pembiayaan dan informasi
pasar.
2. Struktur pasar yang dihadapi petani kacang tanah di Kluet Utara bersifat
pasar bersaing sempurna karena jumlah petani yang banyak, tidak dapat
mempengaruhi harga dan petani bebas untuk keluar masuk pasar. Perilaku
pasar secara umum sistem pembayaran antar lembaga tata niaga dan petani
dilakukan secara tunai dan harga produk berdasarkan mekanisme pasar.
3. Berdasarkan perhitungan efisiensi tata niaga untuk komoditas kacang
tanah, kedua saluran tata niaga yang ada di Kecamatan Kleut Utara
Kabupaten Aceh Selatan sudah dikategori dalam saluran tata niaga yang
sangat efesien. Pada saluran tata niaga I bagian harga (share) yang
diterima petani sebesar 65,94 persen atau sebesar Rp.40.440.250 Terhadap
harga jual akhir (Rp.61.325.000) besarnya total margin tata niaga
Rp.20.884.750 atau share margin tata niaga sebesar 34,05 persen.
Sedangkan share harga yang diterima petani pada saluran II adalah sebesar
57
72,72 atau sebesar Rp.44.600.000 terhadap harga jual akhir
(Rp.61.325.000). Total margin tata niaga Rp.16.725.000 atau share margin
tata niaganya sebesar 27,27 persen.
Jika dilihat dari besarnya bagian (share) harga yang diterima petani
terhadap share margin tata niaganya, maka kedua saluran tata niaga
kacang tanah di daerah Kluet Utara barada dalam koridor yang sangat
efesien. Bagian harga yang diterima petani sudah lebih dari 60 persen
yaitu sebesar 65,94 persen (saluran tata niaga I) dan 72,72 persen (saluran
tata niaga II). Margin tata niaga dan keuntungan yang diperoleh masing-
masing lembaga tata niaga cukup imbang sesuai dengan modal yang
dikeluarkan dan risiko yang akan ditanggungnya.
5.2. Saran
1. Untuk dapat mendistribusikan komoditas kacang tanah secara efisien,
petani perlu bekerjasama dengan pihak yang bersedia menampung produk
petani dengan harga yang tinggi dan relatif stabil.
2. Petani perlu membuat perencanaan produksi yang lebih baik yaitu dalam
pengaturan panen yang bertujuan untuk mengantisipasi kelangkaan dan
melimpahnya produk di pasaran.
3. Perlu adanya informasi pasar yang lebih baik sehingga petani dapat
langsung menjual hasil panennya dengan rantai tata niaga yang relatif
pendek dan margin tata niaga yang cukup seimbang diantara lembaga tata
niaga.
58
4. Perlu adanya dukungan PEMDA Kabupaten Aceh Selatan dalam
pengembangan dan penyediaan sistem informasi yang lengkap tentang
keadaan produk, pasar, permintaan dan akses pasar.
5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut berkaitan dengan persepsi konsumen
terhadap harga di tingkat pedagang.
59
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik .2012. Aceh Selatan Dalam Angka. Tapak Tuan:BPS Aceh Selatan
Dahl, D.C. and Hammond J.W. Marketing and Price Analysis The agriculture Industries. Mc Graw-Hill Book Compeny. New York.
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi aksara, Jakarta.
Kamaluddin. 2009. Biaya dan Jenis-Jenis Pemasaran. http://www.deptan.go.id. diakses 09 November 2012
Malhotra, Naresh K. 2005. Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan, Edisi
Keempat.PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Maman Suherman. 2012. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Kacang Tanah,
Kacang Hijau dan Aneka Kacang. Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan. http://www. bappeda. acehprov. Budidaya aneka kacang tanah.go.id. Diakses 13 November 2012
Masyuri, 1994, Manejemen Agribisnis, Program Studi Ekonomi Pertanian,
Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Nazir, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indinesia, Jakarta. P. Kotler, 1993, Dasar-Dasar Pemasaran, Intermedia, Jakarta Rahadi,F.R, Palungkun dan Budiarti, 1993, Agribisnis Tanaman Sayuran, Penebar
Swadaya, Jakarta Ramadhan,W. 2009. Analisis Margin Pemasaran Sapi Potong di Kecamatan Rasyid Marzuki , 2007, Bertanam Kacang Tanah, Edisi resivi, Penebar Swadaya,
Jakarta. Soekartawi, 2002b, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, PT Raja Grafindo persada,
Jakarta. , 2002a, analisis usaha tani, UI Press. Jakarta
, 1992, Agribisnis Tiori dan Aplikasinya, Rajawali, Jakarta.
Soeratno dan Lincolin Arsyad, 2003, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis, Edisi Resivi, Cetak Keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Sudioyono,A, 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah, Malang.
60
Singosari Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. http://www.deptan.go.id. diakses 09 November 2012
Syaifuddin, A.M, 1982.Pengkajian Pemasaran Komoditi,IPB Bogor William L. Collier, 1986, Ekonomi Pemasaran Dalam Pertanian, Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
61
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012
Kusioner Untuk Petani
Informasi Umum: Semua informasi yang disampaikan oleh petani dijaga kerahasiaannya. Informasi yang dihimpun dari sampel petani hanya untuk keperluan penelitian dalam rangka penulisan tugas akhir (Skripsi) pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh. Terimakasi.
I. DATA SAMPEL PETANI
1. Nomor Sampel :
2. Nama Petani :
3. Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan
4. Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin
5. Alamat :
6. Pendidikan :
7. Status Kepemilikan Lahan : Milik Sendiri Sewa
8. Luas Lahan :
9. Jumlah Produksi/panen :
10. Tanggungan : ......... Orang
11. Tenaga Kerja : ......... Orang
a. Dalam Keluarga : ......... Orang
b. Luar Keluaraga : ......... Orang
12. Pekerjaan Utama : ...........................
13. Pekerjaan Sampingan : ...........................
14. Pengalaman Bertani Kacang : ......... Tahum
15. Hasil Panen Selanjutnya : Dijual Langsung Disimpan
16. Darimana Informasi Mengenai Harga Diperoleh : ...........................
17. Bagaiman Menentukan Harga Jual : ...........................
Lampira 1.
62
II. BIAYA USAHATANI (yang dibayar sesuai dengan luas lahan dalam sekali panen)
Uraian Fisik Satuan Volume Dilakukan Oleh Tenaga
Kerja Biaya Satuan
(Rp) 1. Tenaga Kerja
- Persiapan lahan - Penanaman - Pemupukan - Pengendalian
H/P - Panen
HOK HOK HOK HOK HOK
2. Bahan – bahan - Bibit - Pupuk - Obat – obatan
Btg Kg
Paket
3. Alat – alat - Cangkul - Parang/pisau
Bh Bh
18. Produksi Kacang Tanah : ....... Kg (sesuai luas lahan)
III. PEMASARAN KACANG TANAH
1. Hasil Produksi Kacang tanah dijual ke
Pasar Mingguan Pedagang Pengumpul
Pedagang Enceran Lainnya : ................
2. Apa Alasan Anda Menjual Kacang Tanah ke Tempat Tersebut ?
3. Kegiatan Penjualan
Lembaga Tata Niaga Harga Jual (Rp/Kg)
Jumlah Penjualan Sistem Pembayaran
4. Apakah Kendala yang Dihadapi Dalam Sistem Tata Niaga Kacang Tanah ?
63
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012
Kusioner Untuk Pedagang
Informasi Umum: Semua informasi yang disampaikan oleh petani dijaga kerahasiaannya. Informasi yang dihimpun dari sampel petani hanya untuk keperluan penelitian dalam rangka penulisan tugas akhir (Skripsi) pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh. Terimakasi.
I. DATA SAMPEL PEDAGANG 1. Nomor Sampel : 2. Nama : 3. Umur : 4. Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan 5. Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin 6. Alamat : 7. Pendidikan : 8. Tingkatan Responden : Pedagang Encera Pedagang Pengumpul 9. Pengalaman : ................ Tahun 10. Pekerjaan : Utama Sambilan
II. KACANG TANAH YANG DIBELI/DIJUAL
1. Pembelian Dalam Sebulan Minggu Volume (Rp/Kg) Harga Beli (Rp/Kg)
1 2 3 4
2. Penjualan Dalam Sebulan Minggu Volume (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg)
1 2 3 4
Lampira 2.
64
3. Informasi Biaya-Biaya Pemasaran Dalam sebulan (%)
No Uraian Biaya Biaya (Rp)
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Total 1 Transportasi 2 Rusak (Susut) 3 Sewa Tempat 4 Kantong Plastik 5 Tenaga Kerja
III. IDENTIFIKASI PEMASARAN KACANG TANAH
1. Adakah orang atau lembaga yang secara tepat memberitahukan tempat pembelian kacang tanah ? Ya. Siapa ? : ................ Tidak
2. Apakah Anda Menjual Jenis Komoditi Lain ? : ................ 3. Bagai Manakah Anda Menentukan Harga Jual ? : ................ 4. Darimana Informasi Mengenai Harga Diperoleh ? : ................ 5. Apakah Anda dapat bebas keluar masuk pasar ? : ................ 6. Adakah pelangan tetap pembeli kacang tanah anda?
Ya. Siapa ? : ................ Tidak 7. apakah terdapat kesulitan dalam tata niaga kacang tanah ?
Ya. Apa kesulitan Anda ? : ................ Tidak.
65
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TATA NIAGA KOMODITI KACANG TANAH DI KECAMATAN KLUET UTARA
KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012
Kusioner Untuk Konsumen
Informasi Umum: Semua informasi yang disampaikan dijaga kerahasiaannya. Informasi yang dihimpun hanya untuk keperluan penelitian tugas akhir (Skripsi) Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh. Terimakasih.
IV. DATA SAMPEL PETANI
19. Nomor Sampel :
20. Nama Konsumen :
21. Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan
22. Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin
23. Alamat :
24. Seberapa sering anda mengunjungi pasar :
Setiap hari Lebih dari dua kali dalam seminggu
Satu kali dalam seminggu
25. Apakah anda pelangan tetap : Ya Tidak
26. Bagaimana pelayanan pedagang kepada konsumen : SP P CP TP STP
27. Bagaimana kemudahan memilih jenis kacang tanah dipasar : SP P CP TP STP
28. Seberapa mudah kegiatan pembelian proses pemesanan kacang tanah : SP P CP TP STP
29. Bagaimana kualitas kacang tanah anda terima : SP P CP TP STP
30. Apakah pedagang mampu memberi informasi kacang tanah secara benar: SP P CP TP STP
31. Bagaimana kemampuan pedagang berkomunikasi dengan konsumen : SP P CP TP STP
32. Berapa harga beli kacang tanah dari pedagang a. ………………… /kg b. …………………./(…….) satuan berat lainnya
Keterangan :
SP : Sangat Puas P : Puas CP : Cukup Puas TP : Tidak Puas STP : Sangat Tidak Puas
Lampiran 3.
66
Nomor Sampel Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun)
Tanggungan (Orang)
Pengalaman (Tahun)
21-30 31-40 41-50 >50 SD SLTP SLTA 1-3 >4 1-5 6-10 >10 1 - - 42 - 6 - - - 4 - - 18 2 - 30 - - 6 - - 1 - 2 - - 3 - 39 - - - 9 - - 4 - 10 - 4 - 35 - - - - 12 2 - 5 - - 5 23 - - - 6 - - 1 - 1 - - 6 - 30 - - - 9 - 2 - 3 - - 7 - - 41 - 6 - - - 5 - 10 - 8 27 - - - - - 12 1 - 3 - - 9 - 38 - - - 9 - 3 - 5 - - 10 25 - - - - - 12 1 - 2 - - 11 - 30 - - 6 - - 3 - - - 17 12 - 31 - - 6 - - 3 - 4 - - 13 - - 45 - - 9 - - 4 - 10 - 14 23 - - - - 9 - 1 - 2 - - 15 - 33 - - 6 - - 1 - 3 - - 16 - 32 - - 6 - - 2 - 3 - - 17 - 35 - - - 9 - 2 - 5 - - 18 - - 43 - - 9 - - 4 - 8 - 19 26 - - - 6 - - 1 - 5 - - 20 - 38 - - 6 - - 2 - - 6 - 21 - 36 - - - 9 - 2 - - 7 - 22 24 - - - 6 - - 1 - 2 - - 23 - - 49 - - 9 - - 4 - - 20 24 - 34 - - 6 - - 2 - 4 - - 25 - - 44 - - 9 - 4 - 9 - 26 22 - - - - - 12 1 - 1 - - 27 - - - 53 6 - - - 5 - - 25 28 - - 42 - 6 - - 2 - - 10 - 29 - 33 - - - 9 - 2 - - 8 - 30 - 35 - - 6 - - 2 - 5 - - 31 - - - 53 6 - - - 6 - - 30 32 - - 46 - 6 - - - 4 - 9 - 33 29 - - - - - 12 1 - 5 - - 34 - 33 - - 6 - - 1 - - 8 - 35 - - - 52 6 - - - 5 - - 22 36 - - 45 - - 9 - - 4 - 7 - 37 26 - - - - - 12 1 - 3 - - 38 - 35 - - - - 12 - 5 - - 19 39 - - - 51 6 - - 2 - - - 23 40 - - 46 - 6 - - - 4 - 10 -
Jumlah 225 577 443 209 126 108 84 43 62 63 112 174 Rata-rata 25 33,9 44,3 52,3 6 9 12 1,654 4,429 3,32 8,62 21,8 Jumlah Sampel 9 17 10 4 21 12 7 26 14 19 13 8 Persentase (%) 22,5 42,5 25 10 52,5 30 17,5 65 35 47,5 32,5 20
Lampiran 4. Karakteristik petani dan pedagang sampel pada usahtanidan tata niaga kacang tanah di kluet utara, tahun 2013
Sumber : Daftar Primer, Tahun 2013
Keterangan : 01 – 30 = Petani Sampel 31 – 40 = pedagang sampel
67
Rata-rata Luas Lahan Petani Pengusaha Tanaman KacangTanah di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Petani (Sampel) Rata-rata Luas Lahan (Ha)
0.5 1.0 1 √ 2 √ 3 √ 4 √ 5 √ 6 √ 7 √ 8 √ 9 √ 10 √ 11 √ 12 √ 13 √ 14 √ 15 √ 16 √ 17 √ 18 √ 19 √ 20 √ 21 √ 22 √ 23 √ 24 √ 25 √ 26 √ 27 √ 28 √ 29 √ 30 √
Jumlah 8 14 Jumlah Sampel (Orang) 16 14 Persentase (%) 53.33 46.67 Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
Lampiran. 5
68
69
70
71
Lampiran 9. Rata-Rata Penggunaan Biaya Produksi Pada Usahatani Tanaman Kacang Tanah di Daerah Penelitian (berdasarkan satu kali panen,Tahun 2013)
Nomor Sampel Luas Lahan (Ha)
Biaya Produksi
(Rp)
Biaya Tenaga Kerja (Rp)
Biaya Peralatan
(Rp)
Total Biaya (Rp)
1 1.0 5.500.000 4.800.000 277.500 10.577.500
2 1.0 5.550.000 4.950.000 277.500 10.777.500
3 1.0 6.350.000 4.980.000 270.000 11.600.000
4 1.0 5.950.000 5.030.000 274.500 11.254.500
5 1.0 5.500.000 4.850.000 259.500 10.609.500
6 0.5 3.000.000 2.380.000 147.500 5.527.500
7 0.5 3.000.000 2.370.000 147.500 5.517.500
8 0.5 2.800.000 2.290.000 147.500 5.237.500
9 0.5 3.300.000 2.380.000 142.500 5.822.500
10 1.0 4.900.000 4.750.000 232.500 9.882.500
11 1.0 6.300.000 4.880.000 225.000 11.405.000
12 1.0 6.000.000 4.900.000 225.000 11.125.000
13 0.5 2.100.000 2.310.000 212.500 4.622.500
14 0.5 2.050.000 2.394.000 212.500 4.656.500
15 1.0 5.900.000 4.930.000 274.500 11.104.500
16 1.0 4.800.000 4.850.000 274.500 9.924.500
17 0.5 2.400.000 2.404.000 170.500 4.974.500
18 1.0 5.550.000 4.710.000 195.500 10.455.500
19 0.5 2.900.000 2.353.000 170.500 5.423.500
20 0.5 2.500.000 2.434.000 170.500 5.104.500
21 0.5 2.300.000 2.305.000 170.500 4.775.500
22 0.5 3.300.000 2.320.000 170.500 5.790.500
23 0.5 2.000.000 2.400.000 170.500 4.570.500
24 0.5 2.000.000 2.320.000 170.500 4.490.500
25 1.0 5.850.000 5.000.000 299.500 11.149.500
26 1.0 5.850.000 4.900.000 299.500 11.049.500
27 1.0 5.900.000 4.850.000 229.500 10.979.500
28 0.5 2.700.000 2.343.000 165.500 5.208.500
29 0.5 2.400.000 2.393.000 165.500 4.958.500
30 0.5 2.400.000 2.350.000 165.500 4.915.500
Jumlah 22 121.050.000 106.126.000 6.314.500 233.490.500
Rata-Rata 0.74 4035000 3537533,333 210483,333 7.783.017
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
72
Lampiran 10. Rata-Rata Produksi, Harga Jual, Nialai Produksi, dan Keuntungan Pada Usahatani Tanaman Kacang Tanah di Daerah Penelitian, (berdasarkan satu kali panen,Tahun 2013)
Nomor Sampel Luas Lahan (Ha)
Produksi (Kg)
Harga Jual (Rp)
Nilai Produksi
(Rp)
Biaya Produksi
(Rp)
Keuntungan (Rp)
1 1.0 2.000 7.000 14.000.000 10.577.500 3.422.500
2 1.0 2.200 7.000 15.400.000 10.777.500 4.622.500
3 1.0 2.100 7.000 14.700.000 11.600.000 3.100.000
4 1.0 2.000 7.100 14.200.000 11.254.500 2.945.500
5 1.0 2.000 7.100 14.200.000 10.609.500 3.590.500
6 0.5 1.000 7.100 7.100.000 5.527.500 1.572.500
7 0.5 1.000 9.000 9.000.000 5.517.500 3.482.500
8 0.5 1.050 9.000 9.450.000 5.237.500 4.212.500
9 0.5 1.050 9.000 9.450.000 5.822.500 3.627.500
10 1.0 2.200 7.000 15.400.000 9.882.500 5.517.500
11 1.0 2.000 7.100 14.200.000 11.405.000 2.795.000
12 1.0 2.000 7.100 14.200.000 11.125.000 3.075.000
13 0.5 1.000 7.100 7.100.000 4.622.500 2.477.500
14 0.5 1.000 8.500 8.500.000 4.656.500 3.843.500
15 1.0 2.100 7.000 14.700.000 11.104.500 3.595.500
16 1.0 2.100 7.100 14.910.000 9.924.500 4.985.500
17 0.5 1.000 8.500 8.500.000 4.974.500 3.525.500
18 1.0 2.200 7.000 15.400.000 10.455.500 4.944.500
19 0.5 1.100 8.500 9.350.000 5.423.500 3.926.500
20 0.5 1.100 8.500 9.350.000 5.104.500 4.245.500
21 0.5 1.100 8.500 9.350.000 4.775.500 4.574.500
22 0.5 1.100 7.000 7.700.000 5.790.500 1.909.500
23 0.5 1.100 7.000 7.700.000 4.570.500 3.129.500
24 0.5 1.000 9.000 9.000.000 4.490.500 4.509.500
25 1.0 2.100 7.000 14.700.000 11.149.500 3.550.500
26 1.0 2.100 7.000 14.700.000 11.049.500 3.650.500
27 1.0 2.000 7.100 14.200.000 10.979.500 3.220.500
28 0.5 1.000 9.000 9.000.000 5.208.500 3.791.500
29 0.5 1.000 9.000 9.000.000 4.958.500 4.041.500
30 0.5 1.000 7.100 7.100.000 4.915.500 2.184.500
Jumlah 22 45.700 230.400 341.560.000 233.490.500 108.069.500
Rata-Rata 0.74 1523,33 7680 11385333,3 7.783.017 3602316,67
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
73
Lampiran 11. Distribusi Tujuan Penjualan dan Asal Pembelian Kacang Tanah dari Petani Sampai ke Konsumen Akhir di Daerah Penelitian, Tahun 2013
Petani (Sampel)
Lembaga Pemasaran
Pedagang Pengumpul (Agen) Pedagang Pengencer
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √ Jumlah Sampel (Orang)
19 11
Persentase (%) 63.33 36.66
Sumber : Daftar Primer (diolah), 2013
74
75
76
77
78
79
80
81
82