i TUGAS AKHIR - SM 141501 ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN KREDIT NASABAH BANK BRI CABANG MALANG MENGGUNAKAN PERSAMAAN BEDA LINIER ORDE SATU ANA FITRIA NRP 1211 100 060 Supervisors Dra. Sri Suprapti H., M.Si JURUSAN MATEMATIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016
121
Embed
ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN KREDIT NASABAH BANK BRI …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
TUGAS AKHIR - SM 141501
ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN KREDIT NASABAH BANK BRI CABANG MALANG MENGGUNAKAN PERSAMAAN BEDA LINIER ORDE SATU ANA FITRIA NRP 1211 100 060 Supervisors Dra. Sri Suprapti H., M.Si JURUSAN MATEMATIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016
iii
FINAL PROJECT - SM 141501
ANALYSIS SYSTEM OF PAYMENT CREDIT BRI BANK CUSTOMERS BRANCH MALANG USING ONE ORDER LINIER DIFFERENCE EQUATION ANA FITRIA NRP 1211 100 060 Supervisors Dra. Sri Suprapti H., M.Si DEPARTMENT OF MATHEMATICS Faculty of Mathematics and Natural Sciences Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016
xi
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul“Analisis Sistem Pembayaran Kredit Nasabah Bank BRI Cabang Malang Menggunakan Persamaan Beda Linier Orde Satu”. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan akademis dalam menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Tugas Akhir ini dapat diselesaikan berkat kerjasama, bantuan, dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Sunarno dan Ibu Sriamah, selaku orang tua
penulis beserta keluarga besar di Jombang yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi.
2. Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui Beasiswa Bidik Misi tahun 2011 – 2015.
3. Bapak Dr. Imam Mukhlash, S.Si, MT, selaku Ketua Jurusan Matematika FMIPA ITS sekaligus dosen wali penulis yang telah memberikan arahan akademik selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Matematika FMIPA ITS.
4. Ibu Dra. Sri Suprapti H., M.Si sebagai dosen pembimbing Tugas Akhir, terima kasih atas segala bimbingan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
5. Ibu Dra. Titik Mudjiati, M.Si, Tahiyatul Asfihani, S.Si, M.Si, Bapak Drs. Lukman Hanafi, M.Sc, Drs. Sentot Didik Surjanto, M.Si selaku dosen penguji.
7. Ibu Endah selaku unit manager bank BRI yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data nasabah pengajuan kredit modal usaha.
8. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staff Tata Usaha dan Laboratorium Jurusan Matematika FMIPA-ITS.
9. Sahabat Muzani Ali Shodiqin atas dukungan dan kesabaran yang telah diberikan selama ini.
10. Segenap Keluarga Besar HIMATIKA-ITS khususnya angkatan MENARA’11 atas dukungan yang telah diberikan selama ini
11. Segenap Sahabat/i PMII Sepuluh Nopember, UKM Penalaran - ITS, yang telah mendukung dan motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Surabaya, Januari 2016
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL .......................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................... v ABSTRAK ........................................................................... vii ABSTRACT........................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................ xi DAFTAR ISI ...................................................................... xiii DAFTAR TABEL................................................................ xv DAFTAR GAMBAR........................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................... xix DAFTAR NOTASI ............................................................. xxi BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................. 3 1.3Batasan Masalah ................................................ 3 1.4 Tujuan ............................................................... 3 1.5 Manfaat ............................................................. 3 1.6 Sistematika Penulisan ........................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit.................................................................. 2.2 Analisis rasio Keuangan……………………….
2.3 Bunga................................................................. 13 2.3.1 Bunga Sederhana ……………………....... 2.3.2 Bunga Majemuk ………………….......... 2.3.3 Bunga efektif ………………......................
2.4 Metode Perhitungan Angsuran Anuitas ………. 2.4.1 Anuitas biasa……………………………... 2.4.2 Anuitas di muka………………………......
2.5 Persamaan Beda ……………………………….
13 14 15 16 16 18 19
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Studi Literatur .................................................... 21 3.2 Teknik Pengumpulan Data ................................ 21 3.3 Metode Pengumpulan Data................................
3.3.1 Penelitian Langsung ke Bank BRI cabang Malang.......................................................
3.3.2 Studi Literatur............................................
22
22 22
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Analisis Rasio Keuangan………… 27 4.1.1 Hasil Perhitungan Analisis Rasio dalam
Tugas Akhir…………………...................... 4.1.2 Hasil Perhitungan Analisis Rasio
Keuangan Bank BRI………………............ 4.2 Model Matematika Sisa Hutang Pembayaran
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................ 5.2 Saran ..................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... LAMPIRAN.........................................................................
27 40 46 53 53 xxiii xxv
xvii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1 Gambar 3.2
Diagram AlirPenelitian ………………..………… Diagram Analisis Data …………………………...
24 25
xviii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3
Data Nasabah Bank BRI Hasil Analisis Rasio Keuangan perhitungan sisa pembayaran kredit
27 39 52
xvi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xxi
DAFTAR NOTASI 𝑆𝐼 : simple Interest (bunga sederhana) 𝑃 : principal (pokok)
𝑟 : interest rate p.a (tingkat bunga/tahun) 𝑡 : time (waktu dalam tahun
𝑆 : nilai akhir n : jumlah periode perhitungan bunga i : tingkat bunga per periode perhitungan bunga 𝐴 : anuitas atau pembayaran per period 𝐸𝑟 : tingkat bunga efektif 𝐹𝑟 : tingkat bunga sederhana 𝑃0 : Pokok Hutang 𝑃𝑛 : Sisa hutang setelah pembayaran ke –𝑛 𝑎 : Periode pembayaran kredit
xxii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, serta sistematis penulisan dalam Tugas Akhir.
1.1 Latar Belakang Dunia perbankan di Indonesia memasuki masa persaingan yang sangat kompetitif, hal ini disebabkan banyaknya bank yang beroperasi di Indonesia baik yang beroperasi secara lokal maupun yang beroperasi berskala internasional. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan suatu bank. Lemahnya kondisi internal bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau group usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover terhadap risiko-risiko yang dihadapi oleh bank tersebut dapat menyebabkan kinerja bank menurun.
Melihat begitu pentingnya peranan perbankan, maka sebagai sebuah perusahaan, bank didorong untuk lebih efisien dan selektif di dalam setiap pemberian keputusan kebijakan pemberian kredit. Pesaing di dunia perbankan tidak hanya berorientasi lokal tetapi sudah mengglobal untuk menjawab tantangan di era globalisasi ini, dengan banyaknya pesaing di dunia perbankan, setiap perusahaan dituntut untuk mampu menampilkan kinerja perusahaan yang terbaik dan strategi yang matang dalam segala bidang termasuk manajemen keuangan.
Pemberian kredit merupakan kegiatan usaha yang mengandung risiko tinggi dan berpengaruh terhadap
2
keberlangsungan usaha perbankan. Di dalam kegiatan perkreditan sering terjadi masalah kredit macet yang disebabkan oleh gagalnya pengembalian sebagian pinjaman yang diberikan kepada para peminjam. Pada kasus permohonan kredit oleh nasabah, suatu bank harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menerima atau menolak permohonan kredit tersebut. Masalah ini dapat diatasi, salah satunya dengan mengidentifikasi dan memprediksi nasabah dengan baik sebelum memberikan pinjaman dengan cara memperhatikan data riwayat pinjaman nasabah lama dan membandingkan dengan data pemohon kredit. Selain itu juga diperlukan metode untuk menghitung sisa hutang pembayaran kredit, yaitu dengan model matematika.
Matematika sebagai dasar dari ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting bagi cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Persamaan diferensial (difference
equation) merupakan salah satu bidang matematika yang sering digunakan dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan salah satunya dalam bidang ekonomi. Aplikasi persamaan diferensial dalam bidang ekonomi sering ditemukan, terutama dalam bidang keuangan. Penerapan dalam bidang keuangan meliputi prosedur untuk mengkombinasikan antara suku bunga, pertimbangan waktu pada pembayaran pinjaman, dan angsuran secara kredit. Pada pembayaran bunga dan angsuran dalam periode waktu tertentu akan membentuk suatu barisan yang beraturan, sehingga pembayarannya dapat dimodelkan menjadi persamaan diferensi. Di dalam analisis keuangan biasanya yang mewakili variabel bebas adalah nilai dari periode waktu, sedangkan yang mewakili variabel terikat adalah ukuran nilai rupiah yang berupa pembayaran per periode dari suatu pinjaman.
3
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana sistem pemberian keputusan kredit yang
diterapkan oleh suatu bank 2. Bagaimana perhitungan sisa pembayaran kredit setelah
pembayaran 𝑡 + 1 menggunakan persamaan beda linier orde satu.
1.3 Batasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka berikut ini diberikan batasan masalah untuk menghindari melebarnya permasalahan. Batasan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. 1. Sistem pemberian keputusan kredit menggunakan Analisis
Rasio Keuangan 2. Penelitian dilakukan hanya pada calon nasabah yang
mengajukan kredit untuk pengembangan usaha. 1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Mengetahui sistem yang tepat dalam pemberian keputusan
kredit menggunakan Analisis Rasio Keuangan 2. Mengetahui perhitungan sisa pembayaran kredit setelah
pembayaran 𝑡 + 1 menggunakan persamaan beda linier orde satu.
1.5 Manfaat Manfaat dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan tentang dunia perbankan 2. Menerapkan metode persamaan beda orde satu sebagai
salah satu metode pengambilan keputusan pemecahan suatu masalah pada sistem kredit bank.
4
3. Merancang sistem pendukung keputusan yang dapat membantu bank dalam menentukan kelayakan pemberian kredit terhadap nasabah.
1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini secara keseluruhan terdiri dari lima bab dan lampiran. Secara garis besar masing-masing bab akan membahas hal-hal berikut : BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi beberapa subbab, yaitu latar belakang permasalahan, perumusan masalah, batasan-batasan masalah, tujuan, dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang teori dasar yang relevan untuk memecahkan persoalan yang dibahas pada Tugas Akhir ini, yaitu menganalisa data menggunakan analisis rasio keuangan dan menghitung sisa hutang pembayaran kredit menggunakan persamaan beda linier orde satu.
BAB III METODE PENELITAN Bab ini membahas tentang metode apa yang digunakan serta langkah-langkah apa saja yang diambil dalam mencapai tujuan Tugas Akhir.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas secara detail proses menganalisa data menggunakan analisis rasio keuangan. Kemudian mengimplementasikan persamaan beda linier orde satu untuk menghitung sisa hutang pembayaran kredit. Terakhir, membandingkan data hasil perhitungan sisa hutang pembayaran kredit dengan data yang diterapkan pada bank terkait.
5
BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dan saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut dari Tugas Akhir.
6
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
21
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan metode yang digunakan dalam Tugas Akhir agar proses pengerjaan dapat terstruktur dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses pengerjaan terdiri dari empat tahap, yaitu studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data, serta analisis hasil dan penarikan kesimpulan. 3.1 Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang akan dibahas. Dari permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan di atas, selanjutnya dilakukan studi literatur untuk mendukung pengerjaan Tugas Akhir dan pemahaman yang lebih mendalam tentang metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam Tugas Akhir. Literatur yang dipelajari bersumber dari jurnal, penelitian sebelumnya, instansi bank terkait, dan dari website-website di internet. 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari nasabah yang berisi daftar aktifitas kegiatan perekonomian yang akan digunakan untuk kepentingan kelengkapan penjelasan data sekunder, termasuk untuk kepentingan pengamatan. Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder (Azwar, 2003).
Data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, yaitu didapatkan langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tangan kedua, tidak langsung diperoleh dari peneliti. Pada penelitian ini menggunakan data sekunder, yang telah diolah oleh pihak bank BRI.
22
Dalam penelitian ini juga digunakan studi literatur sebagai
bahan rujukan atau informasi pendukung, seperti teori-teori yang berkaitan dengan perbankan, matematika keuangan, dan persamaan beda.
3.3 Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data pendukung penelitian ini, dilakukan pengumpulan data melalui dua tahapan yaitu sebagai berikut:
3.3.1 Penelitian langsung ke Bank BRI cabang Malang a) Dokumentasi
Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan melihat dan menggunakan data-data berupa arsip-arsip atau catatan yang berhubungan dengan obyek penelitian yang terdapat di Bank BRI cabang Malang. Data-data ini merupakan data sekunder.
b) Wawancara Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan melakukan komunikasi atau wawancara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obyek penelitian, yang dalam hal ini dilakukan melalui kunjungan ke Bank BRI cabang Malang.
3.3.2 Studi Literatur Metode ini dilakukan dengan tujuan memecahkan permasalahan yang ada dengan menggunakan teori yang ada pada literatur dan membandingkan dengan metode yang dimiliki oleh bank.
23
3.4 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Survei Nasabah
Studi Literatur
Tujuan Penelitian
Analisa Data
Kesimpulan dan Saran
Perumusan Masalah
Selesei
Gambar 3.4 Diagram AlirPenelitian
24
3.4 Analisis Data Setelah data diperoleh, dilakukan analisis dan perhitungan
terhadap data yang diperoleh. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan perhitungan bunga sederhana, bunga majemuk dan bunga efektif.
2. Perhitungan angsuran per bulan menggunakan anuitas biasa dan anuitas di muka.
3. Menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan analisis rasio keuangan.
4. Membentuk tabel Analisis Rasio keuangan untuk mendapatkan keputusan pemberian kredit.
5. Menghitung sisa hutang pembayaran kredit menggunakan persamaan beda linier orde satu.
6. Mengimplementasikan perhitungan pembayaran kredit data pada bahasa pemograman Matlab.
7. Membandingkan hasil perhitungan persamaan beda linier orde satu pembayaran kredit dengan metode yang dimiliki oleh bank.
25
Mulai
Data Nasabah
Perhitungan bunga sederhana,
bunga majemuk dan bunga efektif
Perhitungan angsuran perbulan
menggunakan anuitas biasa dan
di muka
Analisis Rasio Keuangan
Menghitung Sisa hutang
menggunakan persamaan beda
linier orde satu
Mengimplementasikan
perhitungan pembayaran kredit
pada bahasa pemprograman
Matlab
Perbandingan
Perhitungan
Pembayaran Kredit
Selesei
Tidak
ya
Gambar 3.5 Diagram AnalisisData
26
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian
tentang analisis rasio keuangan untuk memngambil keputusan kelayakan pemberian kredit. Sedangkan pada Tugas Akhir ini, akan dicoba untuk membandingkan sistem pengambilan keputusan kelayakan pemberian kredit antara sistem bank dengan sistem analisis rasio keuangan, selanjutnya di tambahkan dengan mencari rumusan untuk menghitung sisa pembayaran kredit menggunakan persamaan beda linier orde satu. Metode ini diharapkan mampu untuk merancang sistem pendukung keputusan yang dapat membantu bank dalam menentukan kelayakan pemberian kredit terhadap nasabah.
Pada bab ini dibahas teori-teori yang terkait dengan permasalahan dalam Tugas Akhir. Pertama, membahas mengenai pengolahan data menggunakan analisis rasio keuangan. Selanjutnya, menghitung sisa hutang pembayaran kredit menggunakan persamaan beda linier orde satu. 2.1 Kredit
Perkataan kredit sesungguhnya berasal dari bahasa latin yaitu credete yang berarti kepercayaan atau credo yang berarti saya percaya. Jadi seandainya seseorang memperoleh kredit, berarti ia memperoleh kepercayaan. Dengan perkataan lain, kredit mengandung pengertian adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau badan lainnya bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Terjadinya kredit pada mulanya disebabkan oleh perbedaan pendapatan dan pengeluaran anggota masyarakat(Ariyanti dan Firdaus, 2009).
2.2 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja peminjam dengan cara membandingkan
8
antara satu elemen dengan elemen yang lain dalam laporan keuangan agar dapat diinterprestasikan lebih lanjut. Analisis rasio keuangan dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio hutang dan rasio profitabilitas. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing rasio tersebut (Simanora,2004).
2.2.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan peminjam untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan seluruh keuangan peminjam, tetapi juga berkaitan dengan untuk mengubah aktiva lancar menjadi uang kas. Beberapa rasio yang dapat digunakan dalam pengukuran likuiditas ini antara lain: 1. Net Working Capital (NWC), merupakan selisih antara
aktiva lancar dengan hutang lancar. Semakin besar NWC maka menunjukan tingkat likuiditas yang semakin tinggi pula. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑁𝑊𝐶 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟.
2. Current Ratio, merupakan salah satu rational financial yang sering digunakan. Tingkat Current Ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐴𝑘𝑖𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100% .
3. Quick Ratio hampir sama dengan Current Ratio hanya saja
jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen
9
aktiva lancar harus dikeluarkan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100% .
4. Cash Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan peminjam dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang tersimpan di bank. Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐾𝑎𝑠
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100% .
(Syamsudin, 2004)
2.2.2 Rasio aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh aktivitas peminjam dalam menggunakan dana atau aktiva yang dimiliki secara efektif dan efesien. Rasio ini dapat digunakan oleh pihak bank dan peminjam lainnya untuk mengukur kemampuan peminjam dalam menggunakan dana yang tersedia tercermin dalam perputaran modalnya. Rasio aktivitas terdapat 3 macam yaitu sebagai berikut: 1. Inventory Turnover (ITO) atau tingkat perputaran persediaan
yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar selama setahun. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝐼𝑇𝑂 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 .
2. Recevable Turnover (RTO) merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam
10
hutang perusahaan. Semakin tinggi rasio perputaran piutang usaha, semakin singkat periode waktu antara pencatatan penjualan dan Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑅𝑇𝑂 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 .
3. Debt Turnover (DTO) merupakan perputaran hutang yang
dihitung dengan membagi hutang dagang dengan harga pokok penjualan dikalikan hari selama kegiatan tersebut berlangsung. Sehingga diperoleh jumlah hari perputaran pengembalian hutang dagang.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝐷𝑇𝑂 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 360.
(Syamsudin, 2004)
2.2.3 Rasio Hutang Rasio hutang menunjukkan seberapa jauh peminjam
dipengaruhi oleh pihak luar atau kreditur Rasio hutang yang digunakan antara lain: 1. Pengukuran tingkat hutang peminjam (measures of the
degree of indebtedness):
a) Debt Ratio digunakan untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Semakin tinggi debt ratio maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam kegiatan operasional.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
11
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100%,
standart umum Debt Ratio adalah sebesar 50%.
b) The Debt Equity Ratio digunakan untuk menghitung perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑇ℎ𝑒 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖× 100%.
2. Pengukuran tingkat kemampuan peminjam membayar
kewajiban financialyang tetap (measure of the ability service
fixed financial charges). a) Time Interest Earned atau juga sering disebut the total
converage ratio yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan peminjam membayar kewajiban berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik peminjam dalam membayar bunga atas segala hutangnya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 .
b) Total Debt Coverage rasio ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan peminjam untuk membayar kepada kreditur baik secara bunga maupun pinjaman pokok (principal) ataupun pembayaran angsuran.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 +𝐴𝑛𝑔𝑠𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛
1−𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
.
(Syamsudin, 2004)
2.2.4 Rasio Profitabilitas
12
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan peminjamdalam memperoleh keuntungan. Dengan pengukuran ini memungkinkan seorang analisis dari pihak bank dan kreditur untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungannya dengan penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari milik peminjam. Rasio profitbilitas terdapat 4 macam yaitu sebagai berikut: 1. Net Profit Margin digunakan untuk mengukur laba bersih
setelah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Semakin tinggi tingkat rasio dari Net Profit Margin maka semakin baik pula operasi peminjam.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100%.
2. Operating Profit Margin digunakan untuk mengukur tingkat
laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini menggambarkan keuntungan yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi peminjam dengan mengabaikan kewajiban financial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pajak. Semakin tinggi tingkat rasio ini maka semakin baik bagi kegiatan operasional peminjam. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100%.
3. Return On Investement digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva peminjam. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐼 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100%.
13
4. Return On Equity digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva peminjam. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐸 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖× 100%.
(Syamsudin, 2004) 2.3 Bunga
Bunga dapat diartikan sebagai bentuk imbalan jasa atau kompensasi atas pinjaman yang diberikan oleh suatu pemilik modal. Persentase besarnya pinjaman yang harus dibayarkan sebagai bunga pada suatu periode tertentu disebut tingkat bunga atau suku bunga modal per periode. Besar bunga suatu pinjaman ditentukan oleh tiga hal yaitu besar pokok pinjaman, lama waktu pinjaman, dan besar tingkat bunga. Secara umum ada tiga macam perhitungan bunga, yaitu bunga sederhana (flat), bunga majemuk dan bunga efektif(Frensidy, 2005). 2.3.1 Bunga Sederhana
Apabila kita menggunakan konsep bunga sederhana, besarnya bunga dihitung dari nilai pokok awal (principal) dikalikan dengan tingkat bunga (interest rate) dan waktu (time). Perhitungan bunga ini dilakukan satu kali saja yaitu pada akhir periode atau pada tanggal pelunasan. Secara sistematis dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut.
𝑆𝐼 = 𝑃𝑟𝑡, (2.1) dengan :
𝑆𝐼 = Simple Interest(bunga sederhana), 𝑃 = Principal (pokok),
𝑟 = interest rate p.a (tingkat bunga/tahun), 𝑡 = time (waktu dalam tahun).
Karena satuan t adalah tahun maka jika waktu t diberikan dalam bulan maka kita dapat menggunakan persamaan sebagai berikut.
14
𝑡 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
12.
Jika t diberikan dalam hari akan ada dua metode dalam mencari nilai t yaitu sebagai berikut. 1. Bunga tepat atau SIe (Exact interest method) yaitu dengan
𝑡 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑎𝑟𝑖
365.
2. Bunga biasa atau Sio (Ordinary interest Method) yaitu
dengan
𝑡 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖
360.
Penggunaan metode bunga biasa akan menguntungkan penerima bunga dan akan merugikan pembayar bunga. Sebaliknya, penggunaan metode bunga tepat akan menguntungkan pembayar bunga dan merugikan penerima bunga. Oleh karena itu, dalam hal pinjaman (kredit), bank lebih menyukai penggunaan bunga biasa. Sementara untuk tabungan dan deposito mereka lebih memilih penggunaan bunga tepat dalam perhitungan bunganya. Pembayaran secara angsuran atau cicilan sering ditawarkan oleh pemberi kredit untuk membantu pelanggan yang tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar hutang yang dipinjam (Frensidy, 2005). 2.3.2 Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang jatuh tempo ditambahkan ke nilai pokok pada akhir setiap periode atau periode perhitungan bunga untuk mendapatkan pokok yang baru. Periodenya tidak harus satu tahun walaupun tingkat bunga selalu dinyatakan per tahun. Periode perhitungan bunga dapat dinyatakan dalam bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan yang masing-masing dapat dinyatakan dengan 𝑎 =
1
12, 𝑎 =
1
4, 𝑎 =
1
2 dan 𝑎 = 1Untuk mempermudah melakukan perhitungan bunga
majemuk dapat digunakan notasi sebagai berikut (Frensidy,2005).
Dengan menggunakan notasi dan definisi bunga majemuk, persamaan bunga majemuk dapat dinyatakan sebagai berikut:
𝑆 = 𝑃(1 + 𝑖)𝑛. (2.2) Faktor (1 + 𝑖)𝑛 disebut faktor majemuk dan proses perhitungan 𝑆 dari 𝑃 disebut akumulasi atau mencari nilai akan datang. Sedangkan perhitungan 𝑃 dari 𝑆 disebut mencari nilai sekarang.
Menurut Smith (1992) untuk tingkat bunga sebesar 𝑟% dan periode perhitungan bunga adalah bulanan maka bunga yang dibayarkan untuk periode ini sebesar 𝑎𝑟% dari jumlah pinjaman pada akhir periode. Tingkat bunga majemuk dapat dituliskan sebagai berikut:
(Suku bunga) 𝑖 = 𝑃 × 𝑎 × 𝑟% =
𝑎𝑟
100× 𝑃. (2.3)
(Frensidy, 2005)
2.3.3 Bunga Efektif Metode bunga efektif adalah kebalikan dari metode bunga
sederhana, yaitu besar cicilan bunga yang harus dibayar nasabah dihitung dari sisa pinjaman kredit. Cicilan bunga yang dibayar nasabah setiap bulannya pada sistem bunga efektif semakin menurun karena mengikuti turunnya sisa pinjaman kredit nasabah. Persamaan bunga efektif dapat ditulis sebagai berikut:
Namun jika pada persamaan (2.4) tingkat bunga yang diketahui masih dalam bentuk tingkat bunga sederhana maka tingkat bunga sederhana tersebut dikonversikan terlebih dahulu menjadi tingkat bunga efektif menggunakan persamaan berikut:
2.4 Metode Perhitungan Angsuran Anuitas Anuitas adalah suatu rangkaian pembayaran atau tagihan
yang jumlahnya tetap setiap periode selama waktu tertentu. Persamaan-persamaan anuitas diturunkan dengan menggunakan asumsi bunga majemuk. Secara garis besar anuitas dibagi menjadi dua, yaitu anuitas biasa dan anuitas di muka (Frensidy, 2005).
2.4.1 Anuitas Biasa (Ordinary Anuity)
Persamaan Anuitas Biasa adalah persamaan untuk jumlah nilai sekarang (JNS) atau present value of an annuity dari serangkaian cicilan yang berupa pembayaran yang sama banyaknya, yang baru dapat diterima atau dibayar mulaiperiode berikutnya selama 𝑛 periode maka dengan memperhitungkan tingkat bunga 𝑖 tiap periodenya maka nilai sekarang 𝐴 rupiah pertama = 𝐴
1
(1+𝑖) ,
nilai sekarang 𝐴 rupiah kedua = 𝐴1
(1+𝑖)2 ,
nilai sekarang 𝐴 rupiah ketiga = 𝐴1
(1+𝑖)3 ,
nilai sekarang 𝐴 rupiah ke (𝑛 − 1) = 𝐴1
(1+𝑖)𝑛−1 ,
17
nilai sekarang 𝐴 rupiah ke 𝑛 = 𝐴1
(1+𝑖)𝑛. Jadi jumlah nilai sekarang seluruh cicilan adalah 𝑃 = 𝐴 (
1
(1 + 𝑖)+
1
(1 + 𝑖)2+
1
(1 + 𝑖)3+ ⋯ +
1
(1 + 𝑖)𝑛−1+
1
(1 + 𝑖)𝑛) (2.6)
Persamaan (2.6) merupakan deret geometri dengan suku awal 1
1+𝑖
banyaknya suku = 𝑛 dan 𝑟 =1
1+𝑖 yakni 𝑟 ≤ 1 sehingga jumlah
deret (dapat dinyatakan dengan 𝑎𝑡 dan disebut present worth of
an annuity factor) adalah
𝑎𝑡 = 𝑎1 − 𝑟𝑛
1 − 𝑟. (2.7)
Dari persamaan (2.7) maka diperoleh.
𝑎𝑡 = (1
1 + 𝑖) (
1 − (1
1+𝑖)
𝑛
(1
1+𝑖)
),
𝑎𝑡 =1 −
1
(1+𝑖)𝑛
𝑖. (2.8)
Jadi rumus untuk perhitungan 𝐽𝑁𝑆 = 𝑃 dari serangkaian tagihan tetap sebesar 𝐴 rupiah yang baru dapat diterima mulai periode berikutnya selama 𝑡 periode berturut adalah
𝑃 = 𝐴 × (1 −
1
(1+𝑖)𝑛
𝑖), (2.9)
Jika dari rumus (2.9) ini yang diketahui nilai dari i, n, dan 𝐽𝑁𝑆 =𝑃maka A yang dihitung merupakan Anuitas sehingga besarnya Anuitas atau angsuran dibayar dibelakang adalah
2.4.2 Anuitas di Muka (Annuity Due) Perbedaan anuitas biasa dan anuitas di muka adalah saat
pembayaran pertama. Jika pada anuitas biasa pembayaran pertama dimulai satu periode lagi. Sedangkan pembayaran pertama pada anuitas di muka adalah pada hari ini di awal periode. Anuitas di muka untuk nilai sekarang, pembayaran pertama sebesar A dilakukan pada hari ini sehingga bernilai A
juga. Sedangkan untuk pembayaran lainnya adalah sama tetapi sebanyak n −1 sehingga totalnya tetap sama yaitu n kali pembayaran. Persamaan untuk anuitas dimuka adalah
Persamaan beda merupakan sebuah persamaan yang berkaitan dengan nilai suatu barisan bilangan real 𝑦(𝑥) pada sebuah titik x dan menghasilkan nilai-nilai pada beberapa titik. Persamaan beda biasanya menyatakan beberapa anggota dari barisan yang berkenaan dengan anggota sebelumnya dari barisan tersebut. Persamaan ini menyatakan laju perubahan fungsi secara diskrit.
Persamaan beda order n adalah linear jika dan hanya jika persamaan beda dapat dituliskan dalam bentuk,
Dimana 𝑎0, 𝑎1, … 𝑎𝑛 dan 𝑔 merupakan fungsi 𝑥 . Jika 𝑔(𝑥) bernilai nol maka disebut persamaan beda homogen. Suatu persamaan beda linear orde pertama dapat ditulis sebagai berikut:
𝑦𝑥+1 = 𝑎𝑦𝑥 + 𝑏. (2.13) Dengan 𝑎 dan 𝑏 konstan. Jika diberikan nilai awal 𝑦𝑜 maka pemecahan persamaan ini dapat diperoleh dengan cara induksi sebagai berikut.
dimana 1 + 𝑎 + 𝑎2 + 𝑎3 + ⋯ + 𝑎𝑥−1 merupakan suatu deret ukur dengan jumlah 1−𝑎𝑥
1−𝑎, maka solusi khusus untuk 𝑦𝑥+1 =
𝑎𝑦𝑥 + 𝑏 adalah sebagai berikut
𝑦𝑥 = {𝑎𝑥𝑦0 + 𝑏1 − 𝑎𝑥
1 − 𝑎, 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑎 ≠ 1
𝑦0 + 𝑏𝑥 , 𝑏𝑖𝑙𝑎 𝑎 = 1
Jika persamaan beda tidak memenuhi persamaan (2.13) maka persamaan beda tersebut dinamakan persamaan beda nonlinier dan solusi dari persamaan beda nonlinier dapat diperoleh dengan iterasi. Namun, tidak semua persamaan beda nonlinier mempunyai solusi khusus. Persamaan beda nonlinier yang tidak mempunyai solusi khusus dapat diselesaikan dengan menggunakan iterasi numerik.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Analisis Rasio Keuangan Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari Bank BRI cabang Malang. Langkah pertama untuk menentukan kelayakan pemberian pinjaman kredit adalah menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan analisis rasio keuangan.Selanjutnya dihitung besarnya bungayang harus ditanggung oleh Nasabah dan besarnya angsuranyang harus dibayarkan pada setiap bulannya.
Metode analisis rasio keuangan yang digunakandi dalam tugas akhir ini memiliki perbedaan perhitungan dengan sistem yang ada di bank BRI.
4.1.1 Hasil Perhitungan Analisis Rasio dalam Tugas Akhir
Metode perhitungan analisis rasio keuangan yang digunakan di dalam tugas akhir ini sebagaimana yang ada dalam subbab 2.2, yang mana ada 15 standart yang harus dipenuhi calon nasabah agar mendapatkan kredit. Namun nasabah sudah dianggap layak untuk mendapatkan pinjaman kredit jika telah memenuhi 9 dari 15 standart tersebut.
Berikut inistudy kasus dari dua nasabah berbeda yang ingin mengajukan pinjaman kredit di Bank BRI cabang Malang.
No Deskripsi Nasabah 1 Nasabah 2 7 Penjualan Bersih Rp.1.450.000 Rp.425.000 8 Rata-rata Piutang Rp.11.008.333 Rp.7.005.000 9 Hutang Dagang Rp.25.000 Rp.15.000 10 Total Hutang Rp.33.025.000 Rp.21.015.000 11 Total Aktiva Rp.93.000.000 Rp.54.000.000 12 Hutang Jangka Panjang Rp.30.000.000 Rp.20.000.000 13 Modal sendiri Rp.10.500.000 Rp.5.000.000 14 Laba Operasional Rp.1.900.000 Rp.550.000 15 Laba Bersih Setelah Pajak Rp.1.282.500 Rp.382.500 16 Beban Bunga Per Bulan 0 0
17 Waktu Pengembalian Pinnjaman 60 Bulan 48 Bulan
18 Jumlah Pinjaman Rp.30.000.000 Rp.20.000.000
Data yang ada pada tabel 4.1 tersebut selanjutnya diolah menggunakan analisis rasio keuangan sesuai pada perhitungan subbab 2.2. Berikut ini perhitungannya:
Besarnya Net Working Capital Nasabah 1 yaitu sebesar 𝑅𝑝. 7.500.000 nilai tersebut masih lebih besar dari nilai persediaan barang yang dimiliki oleh Nasabah 1 yaitu 𝑅𝑝. 4.000.000. Semakin besar selisih antara nilai Net Working Capital dengan nilai persediaan barang maka tingkat likuiditas semakin tinggi.Sehingga dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 mempunyai tingkat likuiditas yang cukup baik.
Besarnya Net Working Capital Nasabah 2 yaitu sebesar 𝑅𝑝. 4.000.000 nilai tersebut masih lebih besar dari nilai persediaan barang yang dimiliki oleh Nasabah 2 yaitu 𝑅𝑝. 1.500.000. Semakin besar selisih antara nilai Net Working Capital dengan nilai persediaan barang maka tingkat likuiditas semakin tinggi.Sehingga dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 mempunyai tingkat likuiditas yang cukup baik. 2. Current Ratio
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑚𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
=𝑅𝑝. 10.500.000
𝑅𝑝. 3.000.000× 100% = 350%
Untuk mengidentifikasi semua kewajiaban yang harus dipenuhi oleh Nasabah 1 dalam melunasi hutangnya dapat dilihat dari Current
Ratio. Maka titik aman tingkat Current Ratio harus lebih dari 200%.Jika dilhat tingkat Current Ratio Nasabah 1 yaitu 350%. Dengan Melihat tingkat Current Ratio Nasabah 1 dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 mempunyai tingkat likuiditas yang baik.
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑚𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
=𝑅𝑝. 5.000.000
𝑅𝑝. 1.000.000× 100% = 500%
Untuk mengidentifikasi semua kewajiaban yang harus dipenuhi oleh Nasabah 2 dalam melunasi hutangnya dapat dilihat dari Current
Ratio. Maka titik aman tingkatCurrent Ratio harus lebih dari200%. Jika dilhat tingkat Current Ratio Nasabah 2 yaitu 500%. Dengan Melihat tingkat Current Ratio Nasabah 2 dapat disimpulkan bahwa Nasabah 2 mempunyai tingkat likuiditas yang baik.
30
3. Quick Ratio
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
=𝑅𝑝. 10.500.000 − 𝑅𝑝. 4.000.000
𝑅𝑝. 3.000.000× 100%
= 216,67%
Pada umumnya tingkat Quick Ratio tidak lebih dari 100% karena apabila nilai Quick Ratio terlalu tinggi perolehan laba tidak optimal, karena terjadi penumpukan harta pada aktiva produktif. Disini Nasabah 1 mempunyai tingkatQuick Ratio 216,67%. Maka dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 mempunyai tingkat Quick Ratio yang tidak baik.
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
=𝑅𝑝. 5.000.000 − 𝑅𝑝. 1.500.000
𝑅𝑝. 1.000.000× 100%
= 350%
Pada umumnya tingkat Quick Ratio tidak lebih dari 100% karena apabila nilai Quick Ratio terlalu tinggi perolehan laba tidak optimal, karena terjadi penumpukan harta pada aktiva produktif. Disini Nasabah 2 mempunyai tingkat Quick Ratio 350%.Maka dapat disimpulkan bahwa Nasabah 2 mempunyai tingkat Quick Ratio yang tidak baik.
4. Cash Ratio
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑘𝑎𝑠
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100% =
𝑅𝑝. 2.000.000
𝑅𝑝. 3.000.000× 100%
= 66,667%
Kondisi rasio kas terlalu tinggi kurang baik karena ada dana yang mengganggur atau yang belum digunakan secara optimal. Tingkat cash ratio yang baik adalah dibawah 100%. Tingkat rasio kas dari Nasabah 1 sebesar 66,667%. Melihat tingkat rasio kas Nasabah 1 dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 mempunyai tingkat likuiditas yang baik.
31
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑘𝑎𝑠
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100% =
𝑅𝑝. 1.250.000
𝑅𝑝. 1.000.000× 100%
= 125%
Kondisi rasio kas terlalu tinggi kurang baik karena ada dana yang mengganggur atau yang belum digunakan secara optimal. Tingkat cash ratio yang baik adalah dibawah 100%. Tingkat rasio kas dari Nasabah 2 sebesar 125%. Melihat tingkat rasio kas Nasabah 1 dapat disimpulkan bahwa Nasabah 2 mempunyai tingkat likuiditas kurang baik. 5. Inventory Turnover (ITO)
𝐼𝑇𝑂 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛=
𝑅𝑝. 2.100.000
𝑅𝑝. 4.000.000= 0.525
Likuiditas atau aktivitas inventory suatu nasabah diukur dengan tingkat turnover atau perputaran dari inventory tersebut. Inventory Turnover sebesar 0.525 yang menunjukan bahwa dana yang tertananam persediaan berputar sebanyak 0.525 kali dalam setahun. Dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 dapat memutar dana yang tertananam setiap tahunnya.
𝐼𝑇𝑂 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛=
𝑅𝑝. 750.000
𝑅𝑝. 1.000.000= 0.75
Likuiditas atau aktivitas inventory suatu nasabah diukur dengan tingkat turnover atau perputaran dari inventory tersebut. Inventory Turnover sebesar 0.75 yang menunjukan bahwa dana yang tertananam persediaan berputar sebanyak 0.75 kali dalam setahun. Dapat disimpulkan bahwa Nasabah 2 dapat memutar dana yang tertananam setiap tahunnya. 6. Recevable Turnover (RTO)
𝑅𝑇𝑂 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔=
𝑅𝑝. 1.425.000
𝑅𝑝. 11.008.333= 0.129
Receivable Turnover dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan rata-rata piutang, sehingga dapat diperoleh berapa kali dana tertanam pada piutang perusahaan. Nasabah 1 memiliki Receivable
32
Turnover sebesar 0,129 itu menunjukan bahwa Nasabah 1 memiliki receivable turnover yang baik.
𝑅𝑇𝑂 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔=
𝑅𝑝. 425.000
𝑅𝑝. 7.005.000= 0.0606
Receivable Turnover dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan rata-rata piutang, sehingga dapat diperoleh berapa kali dana tertanam pada piutang perusahaan. Nasabah 2 memiliki Receivable
Turnover sebesar 0,0606 itu menunjukan bahwa Nasabah 2 memiliki receivable turnover yang buruk. 7. Debt Turnover
𝐷𝑇𝑂 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 360 =
𝑅𝑝. 25.000
𝑅𝑝. 2.100.000× 360
= 4,2857
Dihitung dengan membagi hutang dagang dengan harga pokok penjualan dan dikalikan hari selama kegiatan tersebut berlangsung sehingga diperoleh hari perputaran pengembalian hutang dagang.Nasabah 1 memiliki Debt Turnover sebesar 4,2857 hari sehingga dapat diartikan perputaran pengembalian hutang selama 4,2857 per hari.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 memiliki tempo yg cukup lama dalam pengembalian hutangnya.
𝐷𝑇𝑂 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 360 =
𝑅𝑝. 15.000
𝑅𝑝. 750.000× 360
= 7,2
Dihitung dengan membagi hutang dagang dengan harga pokok penjualan dan dikalikan hari selama kegiatan tersebut berlangsung sehingga diperoleh hari perputaran pengembalian hutang dagang.Nasabah 2 memiliki Debt Turnover sebesar 7,2 hari sehingga dapat diartikan perputaran pengembalian hutang selama 7,2 hari dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nasabah 2 memiliki tempo yg cukup lama dalam pengembalian hutangnya. 8. Debt Ratio
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100% =
𝑅𝑝. 33.025.000
𝑅𝑝. 93.000.000× 100%
= 35.51%
33
Rasio ini mengukur berapa besar aktiva nasabah yang dibiayai oleh kreitur. Semakin tinggi Debt Ratio maka semakin tinggi jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan nasabah. Nasabah 1 memiliki debt ratio sebesar 35.51% hal ini menunjukan tidak melebihi batas standart yang di tetapkan yaitu 50% sehingga dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 memiliki kemampuan yang baik dalam mengolah hutangnya.
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100% =
𝑅𝑝. 21.025.000
𝑅𝑝. 54.000.000× 100%
= 38.93%
Rasio ini mengukur berapa besar aktiva nasabah yang dibiayai oleh kreitur. Semakin tinggi Debt Ratio maka semakin tinggi jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan nasabah. Nasabah 1 memiliki debt ratio sebesar 38.93% hal ini menunjukan tidak melebihi batas standart yang di tetapkan yaitu 50% sehingga dapat disimpulkan bahwa Nasabah 2 memiliki kemampuan yang baik dalam mengolah hutangnya. 9. The Debt Equity Ratio
𝑇ℎ𝑒 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑘 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖× 100%
=𝑅𝑝. 30.000.000
𝑅𝑝. 10.500.000× 100% = 285.71%
Rasio ini merupakan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri.Jika besar rasio ini lebih besar dari 100% berarti menunjukan bahwa tidak semua hutang dagang dipenuhi oleh modal sendiri atau dapat diartikan bahwa resiko usaha lebih besar ditanggung oleh pihak ketiga (modal dari luar atau pinjaman) dibandingkan dengan modal sendiri.Nasabah 1 memiliki nilai The
Debt Equity Ratio yaitu 285.71% ini menunjukan bahwa resiko usaha lebih besar ditanggung oleh pihak ketiga.Sehingga merugikan bagi pihak ketiga.
𝑇ℎ𝑒 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑘 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖× 100%
=𝑅𝑝. 20.000.000
𝑅𝑝. 5.000.000× 100% = 400%
34
Rasio ini merupakan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri.Jika besar rasio ini lebih besar dari 100% berarti menunjukan bahwa tidak semua hutang dagang dipenuhi oleh modal sendiri atau dapat diartikan bahwa resiko usaha lebih besar ditanggung oleh pihak ketiga (modal dari luar atau pinjaman) dibandingkan dengan modal sendiri.Nasabah 2 memiliki nilai The
Debt Equity Ratio yaitu 400% ini menunjukan bahwa resiko usaha lebih besar ditanggung oleh pihak ketiga.Sehingga merugikan bagi pihak ketiga. 10. Time Interset Earned
𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=𝑅𝑝. 1.900.000
𝑅𝑝. 327.000= 5.8104
Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan nasabah untuk membayar kewajiban-kewajiban tetap berupa bunga.Nasabah 1 mempunyai nilai 5.8104 hal ini menunjukan bahwa laba opersai yang diperoleh Nasabah 1 mampu membiayai beban bunga sebanyak 5.8104 kali.Dapat disimpulkan bahwa Nasabah 1 mampu untuk membayar kewajiban-kewajiban tetap berupa bunga.
𝑇𝑖𝑚𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
=𝑅𝑝. 550.000
𝑅𝑝. 218.000= 2.522
Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan nasabah untuk membayar kewajiban-kewajiban tetap berupa bunga.Nasabah 2 mempunyai nilai 2.522 hal ini menunjukan bahwa laba opersai yang diperoleh Nasabah 2 mampu membiayai beban bunga sebanyak 2.522 kali.Dapat disimpulkan bahwa Nasabah 2 mampu untuk membayar kewajiban-kewajiban tetap berupa bunga.
35
11. The Debt Coverage
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 +𝐴𝑛𝑔𝑠𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛
1−𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
=𝑅𝑝. 1.900.000
𝑅𝑝. 327.000 +𝑅𝑝.683.820
1−0,0102
=𝑅𝑝. 1.900.000
𝑅𝑝. 1.001.002
= 1.7482 Total debt ratio mengukur berapa besar kemampuan perusahaan
untuk membayar beban bunga dan angsuran pinjaman pokok dengan laba operasional yang diperoleh. Rasio Nasabah 1 sebesar 1.7482 yang menunujukan bahwa perusahaan mampu membayar beban bunga dan angsuran pinjaman pokok sebesar 1.7482 dengan menggunakan laba operasional yang diperoleh oleh Nasabah 1.Dengan demikian Nasabah 1 mempunyai kemampuan yang baik untuk membayar beban bunga dan angsuran pinjaman pokok dengan menggunakan laba operasional yang diperoleh.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 +𝐴𝑛𝑔𝑠𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛
1−𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
=𝑅𝑝. 550.000
𝑅𝑝. 218.000 +𝑅𝑝.537.340
1−0,1
=𝑅𝑝. 550.000
𝑅𝑝. 815.044
= 0.6748 Total debt ratio mengukur berapa besar kemampuan perusahaan
untuk membayar beban bunga dan angsuran pinjaman pokok dengan laba operasional yang diperoleh. Rasio Nasabah 2 sebesar 0.6748 yang menunujukan bahwa nasabah tidak mampu membayar beban bunga dan angsuran pinjaman pokok sebesar 0.6478 dengan menggunakan laba operasional yang diperoleh oleh Nasabah 2. Dengan demikian Nasabah 2 belum dapat memenuhi standart total debt ratio. 12. Net Profit Margin
𝑁𝑃𝑀 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100% =
𝑅𝑝. 1.450.000
𝑅𝑝. 2.100.000× 100%
= 69.0476%
36
Rasio ini merupakan hasil dari laba bersih dibandingkan dengan hasil penjualan. Sehingga dapat diketahui nasabah 1 dalam mengasilkan laba sebesar 69.0476%, sehingga dapat dikatakan bahwa nasabah 1 masih kesulitan dalam menghasilkan laba sesuai standart.
𝑁𝑃𝑀 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100% =
𝑅𝑝. 425.000
𝑅𝑝. 750.000× 100% = 56.66%
Rasio ini merupakan hasil dari laba bersih dibandingkan dengan hasil penjualan. Sehingga dapat diketahui nasabah 2 dalam mengasilkan laba sebesar 56.66%. sehingga dapat dikatakan bahwa nasabah 2 masih kesulitan dalam menghasilkan laba sesuai standart. 13. Operating Profit Margin
𝑂𝑃𝑀 =𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100%
=𝑅𝑝. 1.900.000
𝑅𝑝. 2.100.000× 100% = 90.476%
Semakin tinggi operating profit margin nasabah maka semakin baik, karena operating profit margin menunjukan bahwa laba operasional terhadap penjualan. Disini nasabah 1 mempunyai nilai operating profit margin sebesar 90.476%sudah di atas standar nilai operating profit margin yaitu sebesar 75%.Dapat disimpulkan bahwa nasabah 1sudah baik dalam memperoleh laba operasionalnya terhadap penjualan.
𝑂𝑃𝑀 =𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100% =
𝑅𝑝. 550.000
𝑅𝑝. 750.000× 100%
= 73,33% Semakin tinggi operating profit margin nasabah maka semakin
baik, karena operating profit margin menunjukan bahwa laba operasional terhadap penjualan. Disini nasabah 2 mempunya nilai operating profit margin sebesar 73,33%. Masih dibawah standar nilai operating profit margin yaitu sebesar 75%.Dapat disimpulkan bahwa nasabah 2 masih kurang baik dalam memperoleh laba operasionalnya terhadap penjualan.
37
14. Return On Investement
𝑅𝑂𝐼 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100%
=𝑅𝑝. 1.282.500
𝑅𝑝. 93.000.000× 100% = 1.379%
Rasio ini merupakan pengukuran kemampuan calon nasabah secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan.Nasabah 1 masih jauh dibawah standar pada rasio ini yakni sebesar 125%.Sedangkan nilai nasabah 1 hanya 1.379%. Sehingga dapat dikatakan kemampuan calon nasabah secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan kurang baik.
𝑅𝑂𝐼 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100%
=𝑅𝑝. 382.500
𝑅𝑝. 54.000.000× 100% = 0.7083%
Rasio ini merupakan pengukuran kemampuan calon nasabah secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan.Nasabah 2 masih jauh dibawah standar pada raio ini yakni sebesar 125%.Sedangkan nilai nasabah 2 hanya 0.7083%. Sehingga dapat dikatakan kemampuan calon nasabah secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan kurang baik.
15. Return On Equity
𝑅𝑂𝐸 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖× 100%
=𝑅𝑝. 1.282.500
𝑅𝑝. 10.500.000× 100% = 12.214%
Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih calon nasabah atas modal yang berupa investasi tersebut. Nasabah 1 pada rasio ini memiliki nilai sebesar 12.214% yang berati lebih besar dari standart nilai rasio ini.Sehingga dapat dikatakan tingkat penghasilan bersih calon nasabah atas modal yang berupa investasi yang baik.
38
𝑅𝑂𝐸 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖× 100%
=𝑅𝑝. 382.500
𝑅𝑝. 5.000.000× 100% = 7.65%
Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat penghasilan bersih calon nasabah atas modal yang berupa investasi tersebut.Nasabah 2 pada rasio ini memiliki nilai sebesar 7.65% yang berati masih dibawah standart nilai rasio ini.Sehingga dapat dikatakan tingkat penghasilan bersih calaon nasabah atas modal yang berupa investasi kurang baik.
39
Untuk dapat memudahkan dalam memberi keptusan pemberian kredit dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Analisis Rasio Keuangan No.
Analisis Rasio Keuangan
Standart ARK Nasabah 1 Ket Nasabah 2 Ket
1 Net Working
Capital ≥Persediaan
Rp.7.500.000 Layak Rp.4.000.0
00 Layak
2 Current Ratio > 142% 350% Layak 500% Layak
3 Quick Ratio > 35% 216,67% Layak 350% Layak
4 Cash Ratio ≤ 100 % 66,667% Layak 125% Tidak Layak
5 Inventory Turnover
≥ 0,5 0.525 Layak 0.75 Layak
6 Receivable
Turnover ≤ 25 0 Layak 42.5 Tidak
Layak
7 Debt Turnover ≤ 3 4,2857 Tidak Layak 7,2 Tidak
Layak
8 Debt Ratio ≥ 50% 35.51% Tidak Layak 38.93% Tidak
Layak
9 The Debt Equity ≥ 100% 285.71% Layak 400% Layak
10 Time Interst
Earned ≥ 2 5.8104 Layak 2.522 Layak
11 The debt coverage ≥ 1,5 1.7482 Layak 0.6748 Tidak
Layak
12 Net Profit
Margin ≥ 85% - - 56.66% Tidak
Layak
13 Operating Profit Margin
≥ 75% - - 73.33% Tidak Layak
14 𝑅𝑂𝐼 ≥ 125% - - 0.7083% Tidak Layak
15 ROE ≥ 10% - - 7.65% Tidak Layak
Keputusan Layak Tidak Layak
40
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
Nasabah 1 layak untuk mendapatkan pinjaman kredit sedangkan Nasabah 2 tidak layak untuk mendapatkan pinjaman kredit.
Selanjutnya akan dihitung besarnya bunga yang harus ditangggung oleh Nasabah 1 sebagaimana rumusan yang ada pada Persamaan 2.2. Nasabah akan melakukan pinjaman sebesar 𝑅𝑝. 30.000.000 selama 5 tahun, maka besarnya bunga yang harus ditanggunng oleh Nasabah adalah: 𝑆 = 𝑃(1 + 𝑖)𝑛 = 𝑅𝑝. 30.000.000(1 + 0,0109)60 = 𝑅𝑝. 57.493.000 Sehingga besarnya bunga yang harus ditanggung oleh nasabah selama 5 tahun adalah sebesar𝑅𝑝. 57.493.000
Selanjutnya akan dihitung besarnya angsuran yang harus dibayarkan Nasabah pada setiap bulannya menggunakan perhitunngan anuitas biasa. Sesuai pada rumusan pada Persamaan 2.10 besarnya anuitas biasa dari nasabah 1dengan tingkat bunga sebesar 1,09% per bulan. Adalah:
𝐴 =𝑃 × 𝑖
1 −1
(1+𝑖)𝑛
=𝑅𝑝. 30.000.000 × 0,0109
1 −1
(1+0,0109)60
=𝑅𝑝. 327.000
1 − 0.5218
=𝑅𝑝. 327.000
0.4782= 𝑅𝑝. 683.820
Sehingga besarnya angsuran yang harus dibayarkan oleh Nasabah setiap bulannya sebesar 𝑅𝑝. 683.810.
4.1.2 Perhitungan Analisis Rasio Keuangan Bank BRI Berikut ini pehitungan analisis rasio keuangan yang digunakan
bank BRI, yang mana ada 9 standart yang harus dipenuhi calon nasabah agar mendapatkan kredit. Namun nasabah sudah dianggap layak untuk mendapatkan pinjaman kredit jika telah memenuhi 5 dari 9 standart berikut ini: 1. Current Ratio =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑚𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100% > 142%
2. Quick Ratio=𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%> 35%
3. 𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑘 𝑀𝑒𝑛𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ+𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐽𝑘 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔× 100% ≥ 40%
41
4. 𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎+𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡ℎ𝑛× 100% ≥ 50%
5. 𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎× 100% > 150%
6. 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡× 100% ≥ 35%
7. 𝑅𝑂𝐼 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100% > 125%
8. Profit Margin(𝑁𝑃𝑀) =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100%>85%
9. Penjualan − Cicilan > Rp. 500.000
Dari data yang telah diperoleh pada tabel 4.1 selanjutnya dilakukan perhitungan analisis rasio keuangan sesuai sistem yang ada pada bank BRI. Berikut perhitungananalisis rasio keuangan nasabah: 1. Current Ratio =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑚𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
=𝑅𝑝. 10.500.000
𝑅𝑝. 3.000.000× 100%
= 350%
Current Ratio Nasabah 1 dianggap layak untuk mengajukan pinjaman karena nilai Current Ratio Nasabah 1 masih diatas batas yang ditetapkan oleh PT Bank BRI yaitu 142% sedangkan Current
Ratio Nasabah 1 yaitu 350%. Current Ratio =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑚𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
=𝑅𝑝. 5.000.000
𝑅𝑝. 1.000.000× 100% = 500%
Current Ratio Nasabah 2 dianggap layak untuk mengajukan pinjaman karena nilai Current Ratio Nasabah 2 masih diatas batas yang ditetapkan oleh PT Bank BRI yaitu 142% sedangkan Current
Ratio Nasabah 2 yaitu 500%. 2. Quick Ratio =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
=𝑅𝑝. 10.500.000 − 𝑅𝑝. 4.000.000
𝑅𝑝. 3.000.000× 100%
= 216,67%
42
Quick Ratioyang dimiliki Nasabah 1 masih diatas standar yang diberikan oleh PT Bank BRI. Standar yang diberikan oleh Pt Bank BRI adalah 35% sedangkan Quick Ratio Nasabah 1 yaitu 216,67%. Jadi dapat dikatakan bahwa nilai Quick Ratio Nasabah 1 layak mendapatkan kredit. Quick Ratio =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟× 100%
=𝑅𝑝. 5.000.000 − 𝑅𝑝. 1.500.000
𝑅𝑝. 1.000.000× 100%
= 350%
Quick Ratio yang dimiliki Nasabah 2 masih diatas standar yang diberikan oleh PT Bank BRI.Standar yang diberikan oleh Pt Bank BRI adalah 35% sedangkan Quick Ratio Nasabah 2 yaitu 350%.Jadi dapat dikatakan bahwa nilai Quick Ratio Nasabah 2 layak mendapatkan kredit.
Nilai perbandingan antara laba dengan hutang-hutang jangka
pendek dan menengah Nasabah 1 menunjukan angka 6.33% merupakan nilai yang stabil karena berada diatas 5%. Pada kategori ini Nasabah 1 layak mendapatkan kredit.
Nilai perbandingan antara laba dengan hutang-hutang jangka
pendek dan menengah Nasabah 2 menunjukan Angka 2.75% merupakan nilai yang tidak stabil karena berada dibawah 5%. Pada kategori ini Nasabah 2 belum layak mendapatkan kredit.
4. 𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎+𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡ℎ𝑛× 100% = 18.53%
43
Besar perbandingan laba dengan bunga serta total kewajiban satu tahun Nasabah 1 berada dibawah 50% sehingga dalam kategori ini Nasabah 1 dianggap tidak layak untuk mendapatkan kredit.
Besar perbandingan laba dengan bunga serta total kewajiban
satu tahun Nasabah 2 berada dibawah 50% sehingga dalam kategori ini Nasabah 2 dianggap tidak layak untuk mendapatkan kredit.
5. 𝐸𝐵𝐼𝑇𝐷𝐴
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎× 100% = 283%
Perhitungan laba operasional dengan bunga milik Nasabah 1
mempunyai nilai yang signifikan yaitu 283%. Nilai tersebut jauh dari standart yang ditetapkan oleh Bank BRI sebesar 150% sehingga pada kategori ini Nasabah 1 dianggap layak untuk mendapatkan kredit.
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎× 100% =
𝑅𝑝. 425.000
𝑅𝑝. 218.000= 194%
Perhitungan laba operasional dengan bunga milik Nasabah 2
mempunyai nilai yang signifikan yaitu 194%. Nilai tersebut diatas dari standart yang ditetapkan oleh Bank BRI sebesar 150% sehingga pada kategori ini Nasabah 2 dianggap layak untuk mendapatkan kredit.
6. 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡× 100% =
𝑅𝑝.2.100.000
𝑅𝑝.93.000.000× 100% = 2.25%
Perbandingan Equty dengan total Asset Nasabah 1 berada pada
angka 2.25%. Berada jauh dibawah standar yang telah ditetapkan oleh bank BRI sehingga dalam hal ini Nasabah 1 Masih belum layak untuk mendapatkan kredit.
44
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡× 100% =
𝑅𝑝. 750.000
𝑅𝑝. 54.000.000× 100% = 1.38%
Perbandingan Equty dengan total Asset Nasabah 2 berada pada angka 1.38%. Berada jauh dibawah standar yang telah ditetapkan oleh bank BRI sehingga dalam hal ini Nasabah 2 Masih belum layak untuk mendapatkan kredit.
7. 𝑅𝑂𝐼 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100%
=𝑅𝑝. 1.425.000
𝑅𝑝. 93.000.000× 100%
= 1.53%
ROI Nasabah 1 sebesar 1.53%, Nilai yang jauh dibawah standar yang ditetapkan oleh bank BRI sehingga dalam kategori ini Nasabah 1 tidak layak untuk mendapatkan kredit.
𝑅𝑂𝐼 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎× 100%
=𝑅𝑝. 382.500
𝑅𝑝. 54.000.000× 100%
= 0.708%
ROI Nasabah 2 sebesar 0.708%, Nilai yang jauh dibawah standar yang ditetapkan oleh bank BRI sehingga dalam kategori ini Nasabah 2 tidak layak untuk mendapatkan kredit.
8. 𝑁𝑃𝑀 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100%
=𝑅𝑝. 1.425.000
𝑅𝑝. 2.100.000× 100%
= 67.85%
45
Hal yang terjadi pada ROI juga terjadi pada NPM yaitu mempunyai nilai yang masih dibawah standar sehingga dalam kategori ini Nasabah 1 juga masih belum layak untuk mendapatkan kredit.
𝑁𝑃𝑀 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛× 100%
=𝑅𝑝. 550.000
𝑅𝑝. 750.000× 100%
= 73.33%
Hal yang terjadi pada ROI juga terjadi pada NPM yaitu mempunyai nilai yang masih dibawah standar sehingga dalam kategori ini Nasabah 2 juga masih belum layak untuk mendapatkan kredit. 9. Penjualan−Cicilan = 𝑅𝑝. 2.100.000−𝑅𝑝. 827.000
= 𝑅𝑝. 1.273.000
Hasil penjualan dikurangi cicilan memiliki nilai di atas 𝑅𝑝. 500.000. dengan demikian nasabah 1 dapat dikatakan layak untuk mendapatkan kredit
Hasil penjualan dikurangi cicilan memiliki nilai dibawah 𝑅𝑝. 500.000. dengan demikian nasabah 2 dapat dikatakan belum layak untuk mendapatkan kredit.
Secara garis besar Nasabah 1 dapat dinyatakan layak untuk mendapatkan kredit karena dari 9 kategori 5 diantaranya memiliki nilai layak mendapatkan kredit dan 4 dinyatakan tidak layak. Dengan adanya pinjaman ini diharapkan Nasabah 1 dapat mengembangkan usahanya sehingga juga dapat berpengaruh kepada penghasilan yang didapat. Dan Nasabah 2 dapat dinyatakan layak untuk mendapatkan kredit karena dari 9 kategori belum memenuhi 5 kategori yang merupakan standart yang harus dipenuhi calon nasabah. Dapat disimpulkan Nasabah 2 tidak layak mendapatkan kredit.
46
Perhitungan analisis rasio keuangan yang ada di dalam tugas ahir ini memiliki perbedaan perhitungan dengan sistem yang ada di bank. Namun pengambilan keputusan pemberian kredit antara sistem yang ada dalam tugas akhir ini memiliki kesamaan dengan sistem yang ada di dalam bank.
4.2 Model Matematika Sisa Hutang Pembayaran Kredit Pada persamaan beda peubah bebasnya berubah dengan loncat
berhingga. Dalam beda hingga, jika U merupakan fungsi dari x, biasanya ditulis dengan 𝑈𝑥. Misalkan ada fungsi f yang nilainya f(t) pada waktu t dan bernilai𝑓(𝑡 + 1) pada waktu (𝑡 + 1), maka beda pertama didefinisikan sebagai berikut:
∆𝑓(𝑡) = 𝑓(𝑡 + 1) − 𝑓(𝑡) ∆𝑈𝑡 = 𝑈𝑡+1 − 𝑈𝑡
Suatu nilai pokok 𝑃0rupiah dibungakan dengan bunga majemuk r% dengan periode a, maka sesudah n tahun uang menjadi 𝑀𝑛. Jumlah 𝑀𝑛+1 , yaitu jumlah pada tahun ke (𝑛 + 1)yang jika di hubungkan dengan 𝑀𝑛adalah:
Maka selisih dari 𝑃𝑛+1 − 𝑃𝑛 ditulis dengan ∆𝑃𝑛 = 𝑃𝑛+1 − 𝑃𝑛, dimana 𝑎𝑟%𝑃𝑛adalah bunga dari 𝑃𝑛 selama waktu n sampai (n+1). Selanjutnya menghitung sisa pembayaran kredit, dimana di dalam penelitian ini angsuran pinjaman menggunakan metode anuitas biasa.
Pada pembayaran kredit nasabah bank BRI biasanya telah disepakati untuk pelunasan dalam jangka waktu tertentu dan besaran angsuran yang dibayarkan adalah sama pada setiap periodenya. Dimana angsuran tersebut untuk mengurangi jumlah pinjaman dan untuk membayar bunga pinjaman. Pembayaran kredit nasabah di bank BRI dengan 𝑛 kali pembayaran, besarnya pinjaman setelah 𝑛 +1 pembayaran adalah sama dengan besarnya pembayaran setelah 𝑛
47
pembayaran, ditambah dengan bunga pinjaman dan dikurangi besarnya angsuran sehingga secara matematis dapat ditulis:
pembayaran (𝑛 + 1) =
pinjaman setelah 𝑛 pembayaran + bunga − angsuran.
(4.2)
Pada model pembayaran kredit, A adalah angsuran tetap tiap
bulan yang diperoleh dari metode anuitas biasa, jadi Persamaan (4.2) dapat dituliskan menggunkana Persamaan beda menjadi,
𝑃𝑛+1 = 𝑃𝑛 + (𝑖 × 𝑃𝑛) − 𝐴
𝑃𝑛+1 = 𝑃𝑛(1 + 𝑖) − 𝐴.
Subtitusi Persamaan (4.1) pada Persamaan (4.2) menjadi,
𝑃𝑛+1 = 𝑃𝑛 (1 +𝑎𝑟
100) − 𝐴.
𝑃𝑛+1 − 𝑃𝑛 (1 +𝑎𝑟
100) = −𝐴
(4.3)
Dari Persamaan Beda (4.3) diperoleh persamaan tereduksinya:
(𝐸 − (1 +𝑎𝑟
100)) 𝑃𝑛 = 0
dengan memisalkan 𝑃𝑛 = 𝑝𝑛 , maka diperoleh persamaan partikulir nya:
𝑝 − (1 +𝑎𝑟
100) = 0
𝑝 = 1 +𝑎𝑟
100
Penyeleseian partikulir dari Persamaan (4.3) adalah:
𝑃𝑐 = 𝐶1 (1 +𝑎𝑟
100)
𝑛
Integral Partikulir dari Persamaan (4.3)adalah:
𝑃𝑝 =1
𝐸 − (1 +𝑎𝑟
100)
× (−𝐴)
48
(−𝐴) adalah konstanta maka 𝐸 = 1, sehingga diperoleh penyeleseian sebagai berikut:
𝑃𝑝 =1
1 − (1 +𝑎𝑟
100)
× (−𝐴)
𝑃𝑝 =(−𝐴)
− (𝑎𝑟
100)
𝑃𝑝 = 𝐴 × (100
𝑎𝑟)
𝑃𝑝 =100𝐴
𝑎𝑟
Sehingga diperoleh penyeleseian umum persamaan beda (4.3) adalah 𝑃𝑛 = 𝑃𝑐 + 𝑃𝑝
𝑃𝑛 = 𝐶1 (1 +𝑎𝑟
100)
𝑛+
100𝐴
𝑎𝑟 (4.4)
Selanjutnya diberikan nilai batas untuk mencari nilai 𝐶1 , untukn = 0 diperoleh,
𝑃0 = 𝐶1 (1 +𝑎𝑟
100)
0
+100𝐴
𝑎𝑟
𝐶1 = 𝑃0 − (100𝐴
𝑎𝑟) (4.5)
sehingga, diperoleh persamaan baru untuk menghitung sisa pembayaran kredit dengan subtitusiPersamaan (4.5) pada Persamaan (4.4) yaitu: 𝑃𝑛 = (1 +
𝑎𝑟
100)
𝑛× (𝑃0 − (
100𝐴
𝑎𝑟)) +
100𝐴
𝑎𝑟 (4.6)
dengan: 𝑃0: Pokok Hutang 𝐴 : Anuitas 𝑎 : Periode pembayaran kredit 𝑟 : Tingkat bunga 𝑛 : pembayaran ke -𝑛 waktu 𝑃𝑛: Sisa hutang setelah pembayaran ke –𝑛
Ada langkah lain untuk mendapatkan rumusan menghitung sisa pembayaran kredit. Persamaan (4.2) dapat dinyatakan sebagai persamaan bedadengan memisalkan pinjaman awal dinotasikan
49
dengan 𝑃0. Untuk setiap 𝑛misalkan sisa pinjaman setelah pembayaran ke-𝑛 dinotasikan dengan 𝑃𝑛 dan angsuran setiap periode dinotasikan dengan 𝐴. Maka Persamaan (4.2) menjadi, 𝑃𝑛+1 = 𝑃𝑛 + (𝑖 × 𝑃𝑛) − 𝐴
𝑃𝑛+1 = 𝑃𝑛(1 + 𝑖) − 𝐴. (4.7)
Dengan mengganti 𝑖 dengan rumus bunga majemuk yaitu 𝑎𝑟
100 maka
persamaan (4.7) menjadi,
𝑃𝑛+1 = 𝑃𝑛 (1 +𝑎𝑟
100) − 𝐴. (4.8)
Pada model pembayaran kredit, A adalah angsuran tetap tiap bulan yang diperoleh dari metode anuitas biasa. Persamaan (4.8) adalah persamaan beda orde satu dengan 𝛼 = (1 +
𝑎𝑟
100) dan 𝑏 = −𝐴
sehingga solusi Persamaan (4.8) yang di subtitusikan ke persamaan 𝑦𝑥 = 𝑎𝑥𝑦0 + 𝑏
1−𝑎𝑥
1−𝑎 menjadi,
𝑦𝑥 = (1 +𝑎𝑟
100)
𝑥
𝑦0 − 𝐴1 − (1 +
𝑎𝑟
100)
𝑥
1 − (1 +𝑎𝑟
100)
𝑦𝑥 =(1 +
𝑎𝑟
100)
𝑥𝑦0 (1 − (1 +
𝑎𝑟
100)) − 𝐴 + 𝐴 (1 +
𝑎𝑟
100)
𝑥
1 − (1 +𝑎𝑟
100)
𝑦𝑥 =(1 +
𝑎𝑟
100)
𝑥𝑦0 (
𝑎𝑟
100) + (𝐴 (1 +
𝑎𝑟
100)
𝑥− 𝐴)
−𝑎𝑟
100
𝑦𝑥 = (1 +𝑎𝑟
100)
𝑥
𝑦0 + (𝐴 (1 +𝑎𝑟
100)
𝑥
− 𝐴) (−100
𝑎𝑟)
𝑦𝑥 = (1 +𝑎𝑟
100)
𝑥
𝑦0 + (−100𝐴
𝑎𝑟(1 +
𝑎𝑟
100)
𝑥
+100𝐴
𝑎𝑟)
50
𝑦𝑥 = (1 +𝑎𝑟
100)
𝑥(𝑦0 −
100𝐴
𝑎𝑟) +
100𝐴
𝑎𝑟 (4.9)
Misalkan pinjaman awal dinotasikan dengan𝑃0, untuk setiap
𝑛 misalkan sisa pinjaman setelah pembayaran ke-𝑛 dinotasikan dengan 𝑃𝑛 dengan tingkat bunga sebesar r dan angsuran setiap periode dinotasikan dengan 𝐴, maka Persamaan (4.9) menjadi:
𝑃𝑛+1 = (1 +𝛼𝑟
100) × (𝑃0 −
100𝐴
𝛼𝑟) +
100𝐴
𝛼𝑟
𝑃1 = (1 +𝛼𝑟
100) × (𝑃0 −
100𝐴
𝛼𝑟) +
100𝐴
𝛼𝑟,
𝑃2 = (1 +𝛼𝑟
100) × (𝑃1 −
100𝐴
𝛼𝑟) +
100𝐴
𝛼𝑟,
𝑃2 = (1 +𝛼𝑟
100) × (
(1 +𝛼𝑟
100) × (𝑃0 −
100𝐴
𝛼𝑟)
+100𝐴
𝛼𝑟−
100𝐴
𝛼𝑟
) +100𝐴
𝛼𝑟,
𝑃2 = (1 +𝛼𝑟
100)
2
× (𝑃0 −100𝐴
𝛼𝑟) +
100𝐴
𝛼𝑟,
Sehingga diperoleh rumus untuk menghitunng sisa pembayaran
kredit sebagai berikut:
𝑃𝑛 = (1 +𝛼𝑟
100)
𝑛
× (𝑃0 −100𝐴
𝛼𝑟) +
100𝐴
𝛼𝑟
(4.10)
dengan:
𝑃0: Pokok Hutang 𝐴 : Anuitas 𝑎 : Periode pembayaran kredit 𝑟 : Tingkat bunga
51
𝑛 : pembayaran ke -𝑛 waktu 𝑃𝑛: Sisa hutang setelah pembayaran ke –𝑛
Perhitungan sisa pinjaman kredit pada Nasabah bank BRI dapat dilakukan ketika sudah dianggap layak untuk mendapatkan kredit. Dengan menggunakan Persamaan beda linier orde 1 didapat model metematika yang dapat digunakan untuk mengetahui sisa pinjaman selama n waktu. Berikut hasil perhitungan sisa pinjaman Nasabah 1 pada n ke 2 hingga k n waktu. 𝑃𝑛+1 = 𝑃𝑛 (1 +
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penilaian keputusan pemberian kredit yang digunakan dalam tugas akhir ini dikatakan layak untuk mendapatkan kredit jika telah memenuhi 9 dari 15 standart analisis rasio keuangan, sedangkan analisis rasio keuangan yang digunakan dalam sistem bank dianggap layak jika telah memenuhi 5 dari standart yang ditentukan. Setelah melakukan study kasus pada 2 Nasabah ternyata hasil keputusan sistem bank dengan yang ada pada tugas akhir ini mempunyai kesamaan dalam memutuskan pemberian kredit pada calon nasabah.
2. Perhitungan bunga dalam sistem bank menggunakan bunga tunggal sedangkan dalam tugas akhir ini menggunakan bunga majemuk, jadi terdapat selisih jumlah bunga yang diterima. Sisa hutang pembayaran kredit dengan bunga majemuk dan angsuran menggunakan anuitas dapat ditentukan menggunakan persamaan beda linear orde satu yaitu dengan rumusan
𝑃𝑛 = (1 +𝛼𝑟
100)𝑛
× (𝑃0 −100𝐴
𝛼𝑟) +
100𝐴
𝛼𝑟
5.2 Saran Penelitian ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu bagi peneliti lainnya, diharapkan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengkaji masalah-masalah yang berhubungan dengan bunga, anuitas dan persamaan beda linier orde satu. Selain itu dapat pula tidak menggunakan 1 bank dalam data penelitian melainkan dari beberapa bank sehingga
54
dapat membandingkan besaran bunga dan anuitas antara bank satu dengan bank lainnya.
xxv
Lampiran 1
Data di bawah ini merupakan data yang telah diolah sehingga dapat lebih mudah untuk dilihat. Berikut data keuangan dari nasabah yang yang ingin mengajukan kredit di Bank BRI cabang Malang.
Tabel 1. Data Keuangan Nasabah Bank BRI No Deskripsi Nasabah 3 Nasabah 4 Nasabah 5 Nasabah 6 Nasabah 7
10 Total Hutang Rp.54.035.000 Rp.47.000.000 Rp.33.025.000 Rp.21.025.000 Rp.17.075.000
11 Total Aktiva Rp.94.000.000 Rp.78.000.000 Rp.93.000.000 Rp.43.000.000 Rp.63.000.000
xxvi
Lampiran 1 (Lanjutan)
Tabel 1. Data Keuangan Nasabah Bank BRI(Lanjutan) No Deskripsi Nasabah 3 Nasabah 4 Nasabah 5 Nasabah 6 Nasabah 7
12 Hutang Jangka Panjang Rp.50.000.000 Rp.40.000.000 Rp.30.000.000 Rp.20.000.000 Rp.50.000.000
13 Modal sendiri Rp.2.500.000 Rp.2.000.000 Rp.10.500.000 Rp.2.000.000 Rp.3.500.000
14 Laba Operasional Rp.3.000.000 Rp.1.850.000 Rp.1.900.000 Rp.550.000 Rp.1.500.000
15 Laba Bersih Setelah Pajak Rp.2.475.000 Rp.1.553.500 Rp.1.282.500 Rp.810.000 Rp.1.125.000
16 Beban Bunga Per Bulan Rp.711.080 Rp. 101.490 0 0 Rp.291.550
17 Waktu Pengembalian 48 Bulan 72 Bulan 24 Bulan 36 bulan 12 Bulan
18 Jumlah Pinjaman Rp.50.000.000 Rp.40.000.000 Rp.30.000.000 Rp.20.000.000 Rp.50.000.000
xxvii
Lampiran 1 (Lanjutan)
Data di bawah ini merupakan data yang telah diolah sehingga dapat lebih mudah untuk dilihat. Berikut data keuangan dari nasabah yang yang ingin mengajukan kredit di Bank BRI cabang Malang.
Tabel 1. Data Keuangan Nasabah Bank BRI (Lanjutan) No Deskripsi Nasabah 8 Nasabah 9 Nasabah 10 Nasabah 11 Nasabah 12
10 Total Hutang Rp.35.525.000 Rp.25.125.000 Rp.18.010.000 Rp.55.000.000 Rp.58.050.000
11 Total Aktiva Rp.68.000.000 Rp.113.000.000 Rp.78.000.000 Rp.128.000.000 Rp.84.000.000
xxviii
Lampiran 1 (Lanjutan)
Tabel 1. Data Keuangan Nasabah Bank BRI (Lanjutan) No Deskripsi Nasabah 8 Nasabah 9 Nasabah 10 Nasabah 11 Nasabah 12
12 Hutang Jangka Panjang Rp.35.000.000 Rp.25.000.000 Rp.18.000.000 Rp.50.000.000 Rp.55.000.000
13 Modal sendiri Rp.3.000.000 Rp.6.500.000 Rp.4.000.000 Rp.5.000.000 Rp.4.000.000
14 Laba Operasional Rp.1.550.000 Rp.1.700.000 Rp.1.300.000 Rp.4.500.000 Rp.2.400.000
15 Laba Bersih Setelah Pajak Rp.1.260.000 Rp.1.500.000 Rp.1.170.000 Rp.4.050.000 Rp.1.990.000
16 Beban Bunga Per Bulan Rp. 265.220 Rp.291.550 Rp. 265.220 0 0
17 Waktu Pengembalian 24 Bulan 30 Bulan 36 Bulan 30 Bulan 60 Bulan
18 Jumlah Pinjaman Rp.35.000.000 Rp.25.000.000 Rp.20.000.000 Rp.50.000.000 Rp.55.000.000
xxix
Lampiran 1 (Lanjutan)
Data di bawah ini merupakan data yang telah diolah sehingga dapat lebih mudah untuk dilihat. Berikut data keuangan dari nasabah yang yang ingin mengajukan kredit di Bank BRI cabang Malang.
Tabel 1. Data Keuangan Nasabah Bank BRI (Lanjutan) No Deskripsi Nasabah 13 Nasabah 14 Nasabah 15 Nasabah 16 Nasabah 17
10 Total Hutang Rp.78.025.000 Rp.61.025.000 Rp.32.000.000 Rp.30.000.000 Rp.100.000.000
11 Total Aktiva Rp.85.000.000 Rp.68.000.000 Rp.95.000.000 Rp.114.000.000 Rp.214.000.000
xxx
Lampiran 1 (Lanjutan)
Tabel 1. Data Keuangan Nasabah Bank BRI (Lanjutan) No Deskripsi Nasabah 13 Nasabah 14 Nasabah 15 Nasabah 16 Nasabah 17
12 Hutang Jangka Panjang Rp.75.000.000 Rp.60.000.000 Rp.30.000.000 Rp.25.000.000 Rp.100.000.000
13 Modal sendiri Rp.7.500.000 Rp.4.000.000 Rp.4.500.000 Rp.8.000.000 Rp.25.000.000
14 Laba Operasional Rp.2.200.000 Rp.900.000 Rp.1.350.000 Rp.3.500.000 Rp.4.800.000
15 Laba Bersih Setelah Pajak Rp.1.800.000 Rp.765.000 Rp.1.125.000 Rp.3.060.000 Rp.4.275.000
16 Beban Bunga Per Bulan 0 0 0 0 0
17 Waktu Pengembalian 42 Bulan 12 Bulan 6 Bulan 12 Bulan 54 Bulan
18 Jumlah Pinjaman Rp.75.000.000 Rp.20.000.000 Rp.30.000.000 Rp.25.000.000 Rp.100.000.000
xxxi
Lampiran 1 (Lanjutan)
Data di bawah ini merupakan data yang telah diolah sehingga dapat lebih mudah untuk dilihat. Berikut data keuangan dari nasabah yang yang ingin mengajukan kredit di Bank BRI cabang Malang.
Tabel 1. Data Keuangan Nasabah Bank BRI (Lanjutan) No Deskripsi Nasabah 18 Nasabah 19 Nasabah 20
10 Total Hutang Rp.67.000.000 Rp.17.075.000 Rp.35.525.000
11 Total Aktiva Rp.84.000.000 Rp.63.000.000 Rp.68.000.000
xxxii
Lampiran 1 (Lanjutan)
Tabel 1. Data Keuangan Nasabah Bank BRI (Lanjutan) No Deskripsi Nasabah 18 Nasabah 19 Nasabah 20
12 Hutang Jangka Panjang Rp.60.000.000 Rp.50.000.000 Rp.35.000.000
13 Modal sendiri Rp.5.000.000 Rp.3.500.000 Rp.3.000.000
14 Laba Operasional Rp.2.850.000 Rp.1.500.000 Rp.1.550.000
15 Laba Bersih Setelah Pajak Rp.2.475.000 Rp.1.125.000 Rp.1.260.000
16 Beban Bunga Per Bulan 0 0 0
17 Waktu Pengembalian 66 Bulan 12 Bulan 24 Bulan
18 Jumlah Pinjaman Rp.60.000.000 Rp.50.000.000 Rp.35.000.000
xxxiii
Lampiran 2
Sebagai contoh, berikut ini hasil perhitungan Nasabah 1 tentang bunga sederhana, bunga majemuk, anuitas biasa, anuitas di muka, analisis rasio keuangan dan sisa pembayaran kredit menggunakan software MATLAB sebgai berikut:
Gambar 1. Listing program analisis keuangan data nasabah
xxxiv
Lampiran 2 (Lanjutan)
Gambar 2. Listing program keputusan pemberian kredit nasabah
xxxv
Lampiran 2 (Lanjutan) Berikut ini adalah perhitungan analisis rasio keuangan calon nasabah yang akan mengajukan pinjaman kredit:
Tabel 2. Hasil Perhitungan Analisis Rasio Keuangan Calon Nasabah Bank BRI No Deskripsi Nasabah 3 Nasabah 4 Nasabah 5 Nasabah 6 Nasabah 7 1 NWC 7000000 4000000 3000000 4000000 12500000 2 Current Ratio 275 300 220 500 725 3 Quick Ratio 225 250 10 350 475 4 Cash Ratio 62.5 50 80 125 125 5 Inventory Turnover 1.16667 2.15 0.525 0.75 0.34
Keputusan pemberian Kredit LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK LAYAK LAYAK Ket: Inf : bilangan yang memiliki pembagi nol
xli
Lampiran 2 (Lanjutan)
Berikut ini adalah perhitungan analisis rasio keuangan calon nasabah yang akan mengajukan pinjaman kredit:
Tabel 2. Hasil Perhitungan Analisis Rasio Keuangan Calon Nasabah Bank BRI (Lanjutan) No Deskripsi Nasabah 18 Nasabah 19 Nasabah 20 1 NWC 9000000 12500000 5500000
2 Current Ratio 550 725 466.667
3 Quick Ratio 400 475 300
4 Cash Ratio 200 125 150
5 Inventory Turnover 3 0.34 0.875
6 Receivable Turnover inf 25 140
7 Debt Turnover 0 5.29412 0
8 Debt Ratio 79.7619 27.1032 52.2426
9 The Debt Equity 1200 1428.57 1166.67
10 Time Interst Earned 0.3578 2.75229 4.06291
11 The debt coverage 1.37729 0.272274 0.694503
12 Net Profit Margin 91.6667 73.5294 80
xlii
Lampiran 2 (Lanjutan)
Tabel 2. Hasil Perhitungan Analisis Rasio Keuangan Calon Nasabah Bank BRI (Lanjutan)
No Deskripsi Nasabah
18 Nasabah
18 Nasabah
20
13 Operating
Profit Margin 95 88.2353 88.5714
14 ROI 2.94643 1.78571 1.85294
15 ROE 49.5 32.1429 42
Keputusan pemberian Kredit LAYAK TIDAK LAYAK
TIDAK LAYAK
Ket: Inf : bilangan yang memiliki pembagi nol
xliii
Lampiran 3
Dari hasil perhitungan Analisis Rasio Keuangan yang ada pada lampiran 2 menunjukkan ada 11 dari 18 calon Nasabah yang mau mengajukan pinjaman kredit dianggap layak untuk memperoleh pinjaman.
Berikut ini tabel yang menunjukkan sisa pembayaran kredit Nasabah yang telah mendapatkan pinjaman:
Tabel 4. Perhitungan sisa pembayaran kredit nasabah 3
%untuk melakukan pengecekan terhadap kriteria if NWC>=c T1=1; else T1=0; end if CR>142 T2=1; else T2=0; end if QR>35 T3=1; else T3=0; end if CaR<=100 T4=1; else T4=0; end if ITO>=0.5
lxiii
T5=1; else T5=0; end if RTO<=0.5 T6=1; else T6=0; end if DTO>=3 T7=1; else T7=0; end if DR>=50 T8=1; else T8=0; end if TDER>=100 T9=1; else T9=0; end
if Ttot==9 set(handles.text63,'string','selamat Anda
Layak Untuk mendapatkan Pengajuan kredit'); for n=1:Ni Pi(n+1)=Pi(n)*(1+I)-An; arr(n,1) = t(n); arr(n,2) = (Pi(n)); end arr(n+1,1) = t(n+1);
lxiv
arr(n+1,2) = 0;
set(handles.uitable1,'data',arr,'ColumnName',col
names); else if TIE>=2 T10=1; else T10=0; end
Ttot=T1+T2+T3+T4+T5+T6+T7+T8+T9+T10; if Ttot==9 set(handles.text63,'string','selamat
Anda Layak Untuk mendapatkan Pengajuan kredit'); for n=1:Ni Pi(n+1)=Pi(n)*(1+I)-An; arr(n,1) = t(n); arr(n,2) = Pi(n); end arr(n+1,1) = t(n+1); arr(n+1,2) = 0;
set(handles.uitable1,'data',arr,'ColumnName',col
names); else if TDC>=1,5 T11=1; else T11=0; end
Ttot=T1+T2+T3+T4+T5+T6+T7+T8+T9+T10+T11; if Ttot==9 set(handles.text63,'string','selamat
Anda Layak Untuk mendapatkan Pengajuan kredit'); for n=1:Ni Pi(n+1)=Pi(n)*(1+I)-An; arr(n,1) = t(n);
lxv
arr(n,2) = Pi(n); end arr(n+1,1) = t(n+1); arr(n+1,2) = 0;
set(handles.uitable1,'data',arr,'ColumnName',col
names); else if NPM>=85 T12=1; else T12=0; end
Ttot=T1+T2+T3+T4+T5+T6+T7+T8+T9+T10+T11+T12; if Ttot==9
set(handles.text63,'string','selamat Anda Layak
Untuk mendapatkan Pengajuan kredit'); for n=1:Ni Pi(n+1)=Pi(n)*(1+I)-An; arr(n,1) = t(n); arr(n,2) = Pi(n); end arr(n+1,1) = t(n+1); arr(n+1,2) = 0;
set(handles.uitable1,'data',arr,'ColumnName',col
names); else if OPM>=75 T13=1; else T13=0; end
Ttot=T1+T2+T3+T4+T5+T6+T7+T8+T9+T10+T11+T12+T13;
lxvi
if Ttot==9
set(handles.text63,'string','selamat Anda Layak
Untuk mendapatkan Pengajuan kredit'); for n=1:Ni Pi(n+1)=Pi(n)*(1+I)-An; arr(n,1) = t(n); arr(n,2) = Pi(n); end arr(n+1,1) = t(n+1); arr(n+1,2) = 0;
set(handles.uitable1,'data',arr,'ColumnName',col
names); else if ROI>=85 T14=1; else T14=0; end
Ttot=T1+T2+T3+T4+T5+T6+T7+T8+T9+T10+T11+T12+T13+
T14; if Ttot==9
set(handles.text63,'string','selamat Anda Layak
Untuk mendapatkan Pengajuan kredit'); for n=1:Ni Pi(n+1)=Pi(n)*(1+I)-
Data Keuangan Nasabah Bank BRI Hasil Perhitungan Analisis Rasio Keuangan Perhitungan Sisa Pembayaran Kredit Program M-file Matlab
xxv
xxxiii xliii liii
xxiii
DAFTAR PUSTAKA Ariyanti, M dan Firdaus, R. 2009. Manajemen Perkreditan Bank
Umum. Bandung. Alfabeta.
Ayres, F. 2004. Kalkulus Edisi Keempat. Jakarta. Erlangga.
Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Dowling, E. T. 2002. Teori dan Soal-soal untuk Ekonomi. Jakarta. Erlangga.
Emery, dan Finnerty. 1997. Principle of Financial Management. Prentice Hall.
Frensidy, B. 2005. Matematika Keuangan. Jakarta. Salemba Empat.
Fulford, G., Forrester, P. & Jones, A. 1997. Modelling with
Differential and Difference Equation. Cambridge. University Press.
Kalangi, J. B. 1997. Matematika untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta. BPFE.
Krishnan, R dan Sung Ho Ha. 2012. Predicting repayment of the credit cart debt.Computer and Operations Research.Vol 765-773.
McCauley, Joseh L. 2004. Making dinamic modeling effective in
economics. University of Houston, Houston, Texas 77204, USA. ELSEVIER. 2005.
Silaban, P. 1992. Analisis Numerik. Jakarta. Erlangga.
xxiv
Simamora, H. 2004. Akuntasi Manajemen. Yogyakarta. UPP AMP YKPN.
Smith, K. 1992. Finite Mathematics Third Edition. Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove. California.
Supranto, J. 1987. Matematika untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Syamsudin, L. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta. PT Raja Gafindo Persada.
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Ana Fitria, memiliki nama panggilan Ana, merupakan anak ke tiga dari empat saudara. Lahir di Jombang pada tanggal 22 Desember 1992. Penulis menempuh pendidikan formal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Asy’ari Keras, Madrasah Tsanawiyah (MTs) Salafiyah Syafi’iyah Seblak Jombang, Madrasah Aliyah (MASS) Salafiyah syafi’iyah Seblak Jombang. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan S1 di Jurusan Matematika FMIPA ITS melalui jalur SNMPTN tulis pada tahun 2011 dan terdaftar sebagai mahasiswa ITS dengan NRP 1211 100 060. Di Jurusan Matematika, penulis mengambil bidang minat Riset Operasi dan Pengolahan Data atau Matematika Terapan. Semasa menjadi mahasiswa hingga lulus, penulis aktif dalam mengikuti dan menjadi bagian dari beberapa organisasi mahasiswa (ormawa) , baik dalam kampus maupun organisasi ekstra kampus (ormek). Ditingkat jurusan penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA) sebagai staff Departemen Pengabdian Masyarakat 2012/2013, Lembaga Dakwah Jurusan Ibnu Muqlah (IM) sebagai staff Dana dan Usaha (Danus) 2012/2013, dan sebagai Sekertaris departement Keputrian 2013/2014. Ditingkat Institut penulis juga aktif di organisasi Lembaga Dakwah Kamus (LDK) Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) – ITS sebagai staff Dana dan Usaha (Danus) 20122013 , Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran – ITS, sebagai Bendahara Umum 2012/2013 dan sebagai Ketua Departement Eksternal 2013/2014, serta aktif di Organisasi Mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Sepuluh Nopember Surabaya sebagai Bendahara
2013/2014 dan sebagai Sekertaris 2013/2014. Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitian yaitu sebagai sie Perlengkaan OMITS 2013 dan Penanggung Jawab Regional OMITS 2014, ITS Expo sebagai sie Talk Show 2012, dan berbagai kegiatan kepanitiaan lainnya. Berbagai pelatihan pun pernah diikuti oleh penulis, antara lain: ESQ, Pra-TD FMIPA ITS, TD HIMATIKA ITS, dan beberapa pelatihan lainnya. Untuk menyelesaikan studi sarjananya penulis berhasil menyeleseikan tugas akhir dengan judul “Analilis sistem pembayaran kredit nasabah bank BRI cabang Malang menggunakan persamaan beda linier orde satu”. Apabila ingin memberikan saran, kritik dan pertanyaan mengenai Tugas Akhir ini, dapat disampaikan melalui e-mail