-
203
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
Analisis Sistem Manajemen Risiko Kredit dan Pengaruhnya terhadap
Laba Perusahaan dengan
Penerapan Model Program Komputer (Studi Kasus PT Bank JABAR
Cabang Ciamis)
Rika Gumayantika Alumni Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Abdul Kohar Irwanto Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen
Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
One of the bank's main activities is to distribute funds to the
public in the form of credits with a specific system. PT. Bank
Jabar Cabang Ciamis constitutes the one chapter which has the
highest credit distribution activities among the chapters.
Generally speaking, a theory states that the more fund is
distributed by the bank the more potential of Non Performing Loan
(NPL) will be experienced by the bank. The purposes of this study
are : (1) to identify factors those influence the occurring of the
NPL, (2) to identify and analyze the risk management system of
credit, (3) to analyze profit associated with the credit
activities, (4) to analyze the effect of the NPL ratio to the
profit. The data used in the study were primary and secondary data.
The primary data was obtained through: collecting the data directly
from several sources and interviewing employees (credit analysts).
The secondary data was collected basically from historical data,
literature study, research and financial reports of the bank. The
results of the study indicate that the credit risk is strongly
affected by several factors. The factors include: (a) internal
factors (human resources and financial), (b) creditor factor (the
period of credit), and (c) external factor (the competition with
other banks). The risk management implementation in the Bank Jabar
basically consists of three main activities: (1) identification and
classification of the credit risks, (2) measurement of the credit
risks through calculation of the NPL ratio, and (3) controlling and
managing the credit risks.
Keywords: Risk Management, Credit Risk, NPL.
I. Pendahuluan
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat tidak hanya membawa
peluang bagi bisnis perbankan, tapi juga risiko yang semakin besar.
Siamat (2005) mendefinisikan
-
204
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
risiko usaha atau business risk bank sebagai tingkat
ketidakpastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima.
Risiko usaha yang dapat dihadapi bank antara lain risiko kredit,
risiko investasi, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko
penyelewengan (fraud risk), risiko fidusia, risiko tingkat bunga,
risiko solvensi, risiko valuta asing, dan risiko persaingan.
Risiko kredit ternyata merupakan perkara besar bagi dunia
perbankan. Oleh karena itu, risiko kredit perlu mendapat perhatian
khusus dan serius, karena setiap rupiah yang tidak tertagih menjadi
macet, yang kemudian menimbulkan masalah besar. Masalah tersebut
adalah timbulnya biaya penyisihan dalam laporan laba/rugi bank.
Besarnya risiko kredit ditunjukkan dalam bentuk non performing
loan (NPL). Tingginya nilai NPL menunjukkan banyaknya kredit pihak
debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman
kreditnya, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman
sebagaimana yang telah dipersyaratkan oleh perjanjian kredit.
Kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, maka kredit tersebut
diragukan dan macet, serta nilai NPL diragukan. Semakin besar rasio
NPL berarti risiko kredit semakin tinggi.
Risiko kredit perlu dikelola dengan baik, karena apabila tidak
dikelola dengan baik, maka akan mengakibatkan proporsi kredit yang
bermasalah semakin besar, sehingga akan berdampak negatif pada
kondisi perbankan.
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank Jabar)
adalah salah satu lembaga perbankan yang berfungsi sebagai alat
kelengkapan ekonomi dan pembangunan daerah yang merupakan subsistem
dari perekonomian nasional. Sedangkan Bank Jabar Cabang Ciamis
merupakan salah satu cabang Bank Jabar yang lebih banyak
menyalurkan kreditnya daripada menyimpan dana dari masyarakat.
Dalam menyalurkan dana dari masyarakat, sejalan dengan
peraturan-peraturan perbankan, bank wajib melaksanakan prinsip
kehati-hatian agar tidak merugikan bank dan nasabahnya. Semakin
banyak dana yang disalurkan tentu saja semakin besar potensinya
dalam menimbulkan risiko.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan
permasalahannya adalah: (1) Apa saja dan bagaimana faktor yang
memengaruhi terjadinya risiko kredit, (2) bagaimana manajemen
risiko kredit dilaksanakan, (3) bagaimana kondisi labanya
sehubungan dengan perkembangan sektor kredit, dan (4) bagaimana
pengaruh rasio NPL terhadap laba. Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi terjadinya risiko
kredit. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko
kredit. 3. Menganalisis laba sehubungan dengan perkembangan kredit.
4. Menganalisis pengaruh rasio NPL terhadap laba. 5.
Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi terjadinya risiko kredit.
6. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko kredit. 7.
Menganalisis laba sehubungan dengan perkembangan kredit. 8.
Menganalisis pengaruh rasio NPL terhadap laba.
-
205
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
II. Metodologi Penelitia II.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank sebagai lembaga intermediasi menerima simpanan dari nasabah
dan meminjamkannya kepada nasabah (unit ekonomi) lain. Atas
simpanan masyarakat itu, bank memberikan imbalan berupa bunga.
Demikian pula, atas pemberian pinjaman (kredit) bank mengenakan
bunga kepada para peminjam. Bank mempunyai tujuan menjaga
kelangsungan hidupnya melalui usaha untuk memperoleh keuntungan
dengan cara meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat.
Di samping memberikan sumbangan terbesar terhadap laba, kredit
juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rapuhnya usaha
perbankan, yaitu dengan tingginya risiko kredit.
Pada penelitian ini, besarnya risiko kredit ditunjukkan dalam
bentuk rasio NPL. Tingginya nilai NPL mengindikasikan banyaknya
pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman
kreditnya. Risiko kredit ditimbulkan karena dua hal utama, yaitu:
(a) debitur (atau pembeli secara kredit) tidak dapat membayar utang
dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan, atau (b)
turunnya mutu debitur, sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal
bayar semakin tinggi.
Risiko kredit akan berpengaruh tehadap tingkat laba yang
diperoleh. Tingkat laba yang telah diprediksikan akan terganggu
pada saat debitur tidak mampu mengembalikan pinjamannya kepada
bank. Seberapa besar pengaruhnya suatu bank belum mampu
diprediksikan, karena risiko kredit yang terjadi tergantung kepada
keadaan debitur. Peningkatan risiko kredit perlu ditunjang oleh
mutu manajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalisasi potensi
kerugian yang akan dihadapi. Gambar 1
memperlihatkan kerangka pemikiran dari penelitian ini.
-
206
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
II.2. Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan, pengumpulan
data, dan wawancara dengan para analis kredit. Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui data historis, studi literatur, majalah,
koran, laporan penelitian, serta laporan keuangan yang diterbitkan
bank maupun internet.
Metode pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan dengan
nonprobability sampling, yaitu purposive sampling, yang merupakan
teknik dengan pertimbangan tertentu. Contoh berupa data tentang
kredit yang bermasalah, jumlah kredit yang disalurkan, dan laba
yang dihasilkan.
II.3. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dan diolah dengan metode
statistik deskriptif, analisis Pearson Product Moment Correlation
(PPMC), dan analisis regresi linear sederhana, serta program
komputer untuk keperluan simulasi. II.4. Analisis Pearson Product
Moment Correlation
PPMC adalah statistik yang mengukur keserasian hubungan di
antara dua peubah. Dalam Sugiono (2006), rumus untuk PPMC
adalah:
nXiYi(Xi)(Yi) rxy = . ..................... (1)
{nXi2(Xi)
2}{nYi2(Yi)
2}
Di mana: Y = peubah terikat (laba bank) X = peubah bebas
(tingkat risiko kredit) n = lamanya periode. II.5. Analisis Regresi
Linear Sederhana
Metode ini didasarkan pada pengaruh suatu peubah independen
dengan satu peubah dependen, yaitu tingkat risiko kredit (peubah
bebas atau independen) dan laba bank (peubah terikat atau
dependen). Untuk menganalisis apakah risiko kredit memengaruhi
laba, digunakan model regresi linear sederhana, seperti yang
dikemukakan Sugiono (2006)
Y = a +
bX.....................................................(2)
(Y)(X2) (X )(XY)
-
207
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
a = ..................... ...................(3) nX2 (X)2
n(XY) (X)(Y) b = .............................. (4)
nX2 (X)2
Keterangan: Y = peubah terikat (laba bank) X = peubah bebas
(tingkat risiko kredit) a = nilai konstan b = koefisien regresi n =
lamanya periode Uji model regresi mencakup: 1. Uji Serempak (Uji
F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua peubah independen yang
dimaksudkan dalam model memunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap peubah dependen.
Langkah-langkah uji statistik F adalah: a. Merumuskan
Hipotesis
1) H0: 1 = 0 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah
semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua peubah
independen bukan merupakan penjelas nyata terhadap peubah
dependen.
2) H1 : j 0 Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter
secara simultan sama dengan nol. Artinya, semua peubah independen
secara simultan merupakan penjelas nyata terhadap peubah
dependen.
b. Menentukan Ftabel 1) F (k-1, n-k). 2) Taraf nyata () = 0,05,
yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditoleransi. 3) Derajat
bebas pembilang = k. 4) Derajat bebas penyebut = n(k+1).
c. Menentukan Fhitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
program Minitab. d. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel
1) Jika statistik hitung (angka Foutput) > statistik tabel
(Ftabel) atau Fhitung < Ftabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima.
2) Jika Ftabel < statistik hitung (angka Foutput) <
statistik tabel (Ftabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Kelayakan model regresi yang telah dibuat dapat dilihat pada
hasil uji Analysis of
Variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji hipotesis kesesuaian model
dengan data
-
208
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
yang ada. Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F,
dengan daerah penolakan p-value < a. II.6. Model Program
Komputer
Model program komputer merupakan suatu representasi sistem
berbentuk informasi yang tertuang dalam bentuk lisan maupun
tertulis oleh suatu pengolah informasi. Menurut Krisna D.
Octovhiana, bahasa pemrograman adalah perintah-perintah yang
dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.
Dalam penelitian ini dikembangkan suatu model program komputer
untuk menghitung dan menganalisis pengaruh risiko kredit terhadap
laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Dengan pemodelan diciptakan
hasil perhitungan keadaan aktual, efisien, dan akurat, di samping
melihat pengaruh risiko kredit terhadap laba pada masa mendatang
dengan melakukan asumsi terhadap persentase penurunan maupun
peningkatan risiko kredit dan laba yang dikaitkan dengan strategi
perusahaan. Model program komputer dalam penelitian ini terdiri
dari database. Outcome dari model komputer yang digunakan berupa:
1. Dana pihak ketiga meliputi sumber dana pihak ketiga yang
didapatkan dari
masing-masing produk yang ditawarkan seperti giro, tabungan,
simpanan berjangka, kewajiban bank lain, dan kewajiban lainnya.
Dana pihak ketiga ini digunakan untuk membandingkan antara kredit
yang disalurkan dengan dana pihak ketiga.
2. Laba dari kredit meliputi laba kredit, provisi, dan fee
kredit kelolaan. Data ini digunakan untuk membandingkan laba yang
didapatkan dari kredit dengan laba bersih Bank Jabar Cabang
Ciamis.
3. Data kolektibilitas meliputi baki debet dari masing-masing
kolektibilitas (lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan, dan macet), jumlah debitur dari masing masing
kolektibilitas. Data ini digunakan untuk mengetahui besarnya rasio
NPL yang menunjukan besarnya risiko kredit.
4. Laba data digunakan untuk mengetahui pengaruh risiko kredit
terhadap laba. 5. Hasil analisis, di mana terdapat hasil
perhitungan dengan menggunakan metode
PPMC dan regresi linear sederhana.
III. Hasil Penelitian III.1. Gambaran Umum Bank Jabar
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat adalah bank milik Pemerintah
Provinsi Jawa Barat bersama-sama dengan Pemerintah Kota/ Kabupaten
se-Jawa Barat dan Banten, didirikan berdasarkan Surat Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20
Mei 1961 dengan modal dasar pertama Rp2.500.000,00.
Pada tahun 1978 untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya
Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat nomor 11/PDDPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang
kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai
perusahaan daerah yang berusaha di bidang
-
209
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat nomor 1/DP040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD Bank
Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat. Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84.KEP/DIR tanggal
2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995
memunyai sebutan Bank Jabardengan logo baru.
Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan,
maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor
4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta perbaikan Nomor 8 Tanggal 15
April 1999 yang telah disahkan oleh Mentri Kehakiman RI Tanggal 16
April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah
(PD) menjadi Persero Terbatas (PT). Untuk memberikan keleluasaan
dalam melaksanakan ekspansi usaha, berdasarkan hasil usaha Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan pada tanggal 16
April 2001, disetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi
Rp1 triliun. Seiring dengan tuntutan era globalisasi, bentuk badan
hukum Bank Jabar sebagai Perseroan Terbatas (PT) membuka peluang
untuk lebih memperluas ruang gerak oprasional sekaligus mengubah
citra Bank Jabar yang selama ini terbatas melayani masyarakat
Daerah Provinsi Jawa Barat menjadi sebuah bank daerah yang
berwawasan global.
Sebagai bank yang sedang berkembang, Bank Jabar terus berusaha
meningkatkan kinerja dan keberhasilan yang telah dicapai sebelumnya
guna mendukung visi Bank Jabar, yaitu menjadi bank terbesar dan
sehat yang berkantor pusat di Bandung pada tahun 2005.
Sebagai salah satu alat kelengkapan otonomi daerah, Bank Jabar
memunyai misi dan fungsi berikut: 1. Penggerak dan pendorong laju
pembangunan di daerah. 2. Melaksanakan pengelolaan usaha daerah. 3.
Salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD).
Pada dasarnya semua bank memunyai fungsi usaha seperti Bank
Jabar berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 tahun 1992 Bank Jabar
memunyai misi membantu dan mendorong kegiatan pembangunan nasional
di daerah Jawa Barat dalam rangka pembangunan nasional dengan jalan
melakukan usaha-usaha bank.
Sesuai dengan misi di atas Bank Jabar memunyai fungsi sebagai
bank umum, bank devisa, pemegang kas daerah, pemegang gaji dan
pensiunan pegawai otonomi, serta pembinaan Bank Rakyat (BPR) Pemda.
Dalam memenuhi fungsi tersebut Bank Jabar melakukan kegiatan usaha
berikut: 1. Penghimpun dana
a. Giro. Rekening giro Bank Jabar dirancang khusus untuk
memberikan keuntungan dan keleluasaan dalam melakukan transaksi
baik penarikan maupun penyetoran.
b. Tabungan. Bank Jabar Cabang Ciamis menyelenggarakan
macam-macam tabungan sebagai berikut: 1) Tabungan Anda Masa Datang
(TANDAMATA). Tabungan ini hanya
-
210
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
diselenggarakan oleh Bank Jabar, sehingga kesempatan mendapatkan
hadiah lebih besar.
2) Simpanan Pembangunan Daerah (SIMPEDA). Tabungan yang di
selenggarakan oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) seluruh
Indonesia.
c. Simpanan Berjangka, yaitu deposito lebih panjang dan dapat
ditarik atau dicairkan setelah jatuh tempo.
2. Penyaluran Kredit. Kegiatan penyaluran kredit merupakan
kegiatan utama bisnis Bank Jabar sebagai lembaga bank devisa yang
bertugas untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Kredit
yang diberikan di Bank Jabar Cabang Ciamis adalah: a. Kredit
investasi, biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha
atau
membangun proyek atau pabrik baru. Masa pemakaiannya untuk suatu
periode yang relatif lebih lama dan biasanya untuk kegiatan utama
suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja umum, digulirkan bagi keperluan menambah
modal kerja usaha perorangan/badan hukum. Fasilitas ini dapat
digunakan untuk pembelian bahan baku, pembelian persediaan barang
dagangan, biaya operasional, dan lain-lain.
c. Kredit profesi, yaitu kredit yang diberikan untuk
mengembangkan jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan keahlian
khusus.
d. Kredit Abdi Bhakti, yaitu fasilitas kredit yang diberikan
untuk karyawan atau karyawati Bank Jabar.
e. Kredit Multi Guna Bhakti, yaitu fasilitas kredit yang
diberikan bagi pegawai negeri dan pensiunan pegawai negeri sipil
(PNS) berpenghasilan tetap.
f. Kredit Wira Bhakti, yaitu fasilitas kredit yang diberikan
bagi para pegawai negeri berpenghasilan tetap yang memiliki bidang
usaha sampingan atau yang membuka usaha jasa sosial masyarakat.
Sebelum debitur memperoleh kredit, terlebih dahulu harus melalui
tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan kredit, pemeriksaan
keaslian dokumen, analisis kredit, perjanjian kredit sampai pada
realisasi kredit, pengawasan kredit, dan pengembalian kredit
(pelunasan kredit, penambahan kredit, dan kredit bermasalah). Di
mana pada Bank Jabar memiliki Pedoman Pelaksanaan Pemberian Kredit
(PPPK) dengan tujuan: 1. Memuat peraturan-peraturan atau
ketentuan-ketentuan mengenai pemberian
kredit yang berlaku di lingkungan Bank Jabar. 2. Sebagai pedoman
kerja bagi pejabat dan pengurus perkreditan. 3. Sebagai salah satu
alat penelitian terhadap proyek-proyek yang mengharapkan
bantuan pembiayaan bank. Pada saat proses pemberian kredit,
harus selektif dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Bank Jabar. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi
risiko yang akan terjadi. Untuk itu, diperlukan tahapan pemberian
kredit, yaitu: pengajuan kredit, analisis kredit, pengambilan
keputusan, perjanjian kredit, dan realisasi kredit.
-
211
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
III.2. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Perkembangan usaha
Bank Jabar Cabang Ciamis dalam penyaluran kreditnya
mengalami peningkatan cukup tinggi pada tahun 2007. Peningkatan
terlihat dari besarnya kredit yang disalurkan kepada nasabah, baik
kredit investasi, kredit modal kerja, kredit konsumtif, dan kredit
lainnya. Perkembangan kredit pada tahun 2007 pada Tabel 1
berdasarkan pada perhitungan program komputer. Tabel 1. Jumlah
kredit yang disalurkan
Tabel 1 menjelaskan jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank
Jabar Cabang Ciamis pada tahun 2007. Kredit yang disalurkan
mengalami peningkatan dari bulan ke bulan walaupun pada bulan-bulan
terakhir mengalami penurunan. Setiap bulannya kredit yang
disalurkan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Penyaluran
kredit paling tinggi pada bulan Oktober sebesar Rp 386.730.712.995
dan bulan Desember penurunannya menjadi Rp 376.999.324.181.
III.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Risiko Kredit
Risiko kredit terjadi ketika bank mengalami kemungkinan
ketidakmampuan konsumen dalam membayar kredit secara penuh dan
tepat waktu. Faktor-faktor yang paling memengaruhi risiko kredit
Bank Jabar Cabang Ciamis adalah: 1. Internal Perusahaan
Keadaan internal perusahaan dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. Apabila keadaan internal tidak memiliki mutu dan
kuantitas yang bagus, maka akan menimbulkan risiko. Keadaan
internal meliputi: a. Sumber daya manusia (SDM). Kerugian risiko
kredit yang terkait dengan SDM
berkaitan dengan moral hazard dan morale hazard. Moral hazard
terjadi apabila karyawan dengan sengaja melakukan tindakan yang
menguntungkan dirinya sendiri dan menimbulkan kerugian bagi bank,
sehingga menimbulkan risiko. Sedangkan morale hazard terjadi karena
kurang hati-hatinya karyawan dalam melakukan transaksi dengan
nasabah. Jika mutu SDM rendah maka akan meningkatkan risiko kredit.
Ketidakmampuan debitur dalam membayar angsuran kredit dapat
disebabkan kesalahan pegawai dalam menyurvei calon debitur
-
212
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
sebelum kredit diberikan dan dalam menganalisis kredit yang
diajukan. b. Keuangan yang dimiliki oleh Bank Jabar sangat
memengaruhi proses penyaluran
kredit. Selain itu keuangan juga berhubungan dengan kemampuan
dalam mencadangkan sejumlah uang. Cadangan ini digunakan untuk
cadangan penghapusan piutang ragu-ragu untuk mengantisipasi
kemungkinan kerugian yang diakibatkan oleh gagal bayar yang
merupakan bagian dari risiko kredit. Cadangan ini harus mampu
menutupi kemungkinan kerugian yang akan dihadapi secara efisien dan
efektif. Dana yang dicadangkan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dana cadangan masuk ke rekening
khusus untuk kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit
macet. Sedangkan untuk kredit lancar dan kredit dalam perhatian
khusus masuk pada rekening umum. Bank Indonesia mewajibkan bank
untuk membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Tetap (PPAT) terhadap
kredit yang disalurkan. PPAT untuk kredit berupa cadangan umum dan
khusus yang besarnya tergantung dari kolektibilitas.
2. Debitur
Debitur merupakan pengguna atau pemakai dari kredit yang
diberikan bank. Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur
akibat unsur kesengajaan, artinya debitur sengaja tidak mau
membayar kewajibannya kepada bank, sehingga kredit yang diberikan
macet. Selain itu adanya unsur tidak sengaja akibat adanya musibah
seperti bencana alam. Debitur ini sangat berpengaruh terhadap
besarnya risiko kredit yang terjadi. Faktor yang memengaruhi risiko
kredit dari sisi debitur, di antaranya: a. Jangka waktu. Jangka
waktu kredit disesuaikan dengan kesepakatan atau
persetujuan antara debitur dengan pihak bank pada saat
perjanjian kredit. Dalam hal ini, konsumen harus melunasi hutangnya
sebelum jatuh tempo. Semakin lama jangka waktu yang diberikan,
kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan
kemungkinan kerugian dari risiko kredit semakin tinggi pula.
b. Suku bunga. Suku bunga yang diberikan bank dapat menjadi
salah satu faktor yang mengakibatkan debitur melakukan gagal bayar.
Apabila bunga yang telah ditetapkan bersifat flat, maka kemungkinan
debitur akan untung ataupun rugi, karena bunga yang diberikan
tetap, apabila bunga mengalami penurunan, debitur harus tetap
membayar bunga yang berlaku pada saat perjanjian. Selain itu,
tingginya bunga terkadang membuat debitur melakukan gagal bayar,
karena tidak sanggup membayar bunga untuk angsuran berikutnya.
3. Lingkungan Eksternal
Tidak hanya faktor internal saja yang memengaruhi risiko kredit,
tetapi faktor eksternal juga cukup berpengaruh terhadap besarnya
risiko kredit. Faktor yang memengaruhi risiko kredit dari luar
perusahaan, di antaranya persaingan dengan bank lain. Perkembangan
dunia perbankan semakin banyak menimbulkan persaingan, karena
banyak bermunculan bank-bank baru di mana-mana, terutama Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Setiap bank berlomba untuk mendapatkan
nasabah dengan memberikan pelayanan dan menawarkan produk-produk
yang lebih bervariasi.
-
213
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
Dalam penyaluran kreditnya, banyak pesaing yang memberikan
kredit dengan persyaratan dan prosedur sangat mudah. Kredit yang
diberikan sangat cepat dicairkan tanpa jaminan yang tinggi. Hal ini
mampu meningkatkan persaingan yang begitu ketat di antara bank-bank
dalam menyalurkan kredit. Dengan semakin mudahnya persyaratan
kredit dan cepatnya proses pencairan yang diberikan oleh bank
pesaing, maka semakin banyak orang yang tertarik untuk mendapatkan
kredit.
Kemudahan kredit ini menimbulkan persaingan yang semakin besar
bagi Bank Jabar dalam mendapatkan calon debitur. Selain itu,
debitur Bank Jabar dapat beralih ke bank pesaing. Apabila hal ini
terjadi tentunya menimbulkan kerugian bagi bank.
III.4. Manajemen Risiko Kredit
Risiko kredit yang merupakan salah satu risiko yang paling
diperhatikan oleh pihak perbankan secara khusus. Hal ini
dikarenakan Bank Jabar Cabang Ciamis lebih banyak menyalurkan
kreditnya dibandingkan dengan menyimpan dana dari masyarakat.
Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis dimulai dari:
1. Identifikasi Risiko Kredit
Bank Jabar Cabang Ciamis melakukan identifikasi risikonya dengan
sistem yang terintegrasi dan terkomputerisasi. Walaupun belum ada
sistem yang secara khusus menghitung risiko kredit secara otomatis.
Perhitungannya masih secara manual tidak secara sistem, dikarenakan
ada data-data yang belum terangkat dan migrasi belum sepenuhnya
sempurna. Semua data tentang angsuran dan sisa pinjaman debitur
masuk ke dalam database dan dalam database tersebut
pengidentifikasian risiko kredit terlihat dan dilakukan pada akhir
bulan.
2. Pengelompokan Risiko Kredit
Tahap selanjutnya adalah tahapan pengelompokan kredit yang
mengalami keterlambatan pembayaran. Bank Jabar Cabang Ciamis dalam
proses pegelompokan kredit sesuai dengan kolektibilitas yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Direktur Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1999
pasal 4 tentang mutu aktiva produktif, bahwa kredit digolongkan ke
dalam kredit lancar, kredit dalam perhatian khusus, kredit kurang
lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Grafik kredit sesuai
dengan kolektibilitasnya berdasarkan hasil pengolahan program
komputer dimuat pada Gambar 1.
-
214
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
Gambar 1. Grafik persentase kolektibilitas (hasil pengolahan
program komputer)
Dari gambar di atas terlihat grafik kredit pada masing-masing
kolektibilitas. Kredit lancar terlihat sangat mendominasi
dibandingkan kolektibilitas-kolektibilitas lainnya yang jauh di
bawahnya. 3. Pengukuran Tingkat Risiko Kredit
Setiap kredit yang disalurkan oleh bank bagi debitur selalu
mengandung risiko atau yang lebih dikenal dengan risiko kredit.
Bank tidak dapat memprediksi besarnya risiko yang akan dialami,
maka perlu adanya manajemen yang dikelola dengan baik untuk
meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi. Pada penelitian ini
besarnya risiko kredit ditunjukan dalam NPL. NPL adalah kredit yang
tidak diikuti oleh pemenuhan pembayaran pokok dan atau angsuran
sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian kredit.
Kredit dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet
termasuk dalam NPL. Rasio NPL diperoleh dari pembagian antara NPL
dengan total baki debet. Semakin besar rasio NPL, semakin tinggi
pula risiko yang ditanggung oleh pihak bank. Selain itu, rasio NPL
juga digunakan untuk mengukur risiko gagal bayar kredit akibat
adanya kredit bermasalah. Dalam penelitian ini perhitungan besarnya
risiko kredit yang dilihat dari besarnya NPL menggunakan model
program computer, seperti dimuat pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukan pertumbuhan risiko kredit yang dilihat dari
besarnya rasio NPL, di mana keadaannya tidak stabil, kadang
mengalami kenaikan maupun penurunan risiko kredit. Pada bulan
Februari risiko kreditnya tinggi tetapi untuk bulan-bulan
berikutnya mengalami penurunan.
-
215
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
Gambar 2. Grafik Perkembangan Risiko Kredit
4. Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Kredit Pengendalian dan
pengelolaan yang dilakukan oleh Bank Jabar Cabang Ciamis, di
antaranya panggilan atau penagihan secara intensif kepada
debitur yang mengalami keterlambatan pembayaran angsuran, perbaikan
sistem dan prosedur, peningkatan SDM bermutu, rescheduling
(penjadwalan kembali), reconditioning (persyaratan kembali),
restructuring, kerja sama dengan asuransi, diserahkan ke
pengadilan/Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN).
5. Laba Bank Jabar Cabang Ciamis
Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukan keberhasilan
perusahaan dalam mengelola usahanya, seperti halnya Bank Jabar
Cabang Ciamis, baik penyimpanan dana maupun penyaluran kreditnya.
Berikut ini perolehan laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis
berdasarkan tampilan program komputer.
Gambar 3. Laba Bank Jabar cabang Ciamis
Gambar 3 menjelaskan laba bersih kumulatif Bank Jabar Cabang
Ciamis. Laba yang diperoleh terus mengalami peningkatan, di mana
bulan Desember diperoleh laba mencapai Rp 28.614.000.000. Sebelum
melakukan analisis regresi linier sederhana,
-
216
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
dilakukan pengukuran keserasian hubungan di antara dua peubah
yang masing-masing diukur pada skala interval atau rasio terlebih
dahulu. Notasi untuk statistik ini adalah rxy. Analisis ini
digunakan untuk mengetahui hubungan risiko kredit terhadap laba
Bank Jabar Cabang Ciamis. Hasil dari perhitungan korelasi pearson
product moment dengan menggunakan program komputer didapatkan r =
-0,652, artinya terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara
risiko kredit dan laba di mana KD = r2 = (-0,652)2 = 0,43. Ini
menunjukkan pengaruh risiko kredit terhadap laba = 43%, sisanya 57%
ditentukan oleh faktor lain.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba. Dari pedoman
koefisien korelasi didapatkan hasil bahwa koefisien korelasi yang
ditemukan sebesar 0,652 termasuk kategori kuat. Untuk menghitung
kontribusi dari X terhadap naik turunnya nilai Y digunakan
Koefisien Determinasi (KD), yaitu KD = r2 = 0,6522 =0,43, artinya
bahwa laba perusahaan dijelaskan oleh peubah risiko kredit 43% dan
sisanya (57%) dijelaskan oleh faktor lain yang tidak disertakan
dalam penelitian ini.
III.6. Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk melihat
besarnya pengaruh risiko kredit terhadap laba Bank Jabar Cabang
Ciamis. Model analisis ini melihat pengaruh secara keseluruhan dan
parsial dari peubah yang diujikan. Di mana laba (Y) sebagai peubah
dependen dan risiko kredit (X) sebagai peubah independen. Hasil
dari perhitungan dengan mengunakan program komputer didapatkan
persamaan:
Gambar 4. Hasil regresi linear sederhana (data olah program
komputer)
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko
kredit (peubah X) memunyai pengaruh negatif terhadap laba bank
(peubah Y), di mana setiap kenaikan peubah X (tingkat risiko
kredit) akan mengakibatkan penurunan pada peubah Y (laba bank).
Pada persamaan regresi terlihat bahwa koefisien risiko kredit 189
artinya bahwa kenaikan risiko kredit sebesar satu satuan, maka laba
akan menurun 189.
-
217
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
III.7. Dampak Perubahan secara Keseluruhan (Uji F) Uji F
dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan peubah independen
terhadap
peubah dependen. Perhitungannya menggunakan MINITAB 14. Untuk
mengetahui apakah peubah independen secara keseluruhan memengaruhi
peubah dependen pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan
langkah-langkah berikut: a. Perumusan hipotesis.
1) H0: = 0 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah
semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua peubah
independen bukan merupakan penjelas yang nyata terhadap peubah
dependen.
2) H1: 0 Hipotesis alternatifnya (H1), parameter tidak sama
dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu peubah independen
merupakan penjelas yang nyata terhadap peubah dependen.
b. Menentukan F tabel.
1) Taraf nyata ( = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat
ditoleransi. 2) Derajat bebas penyebut = n(k+1) = 12(1+1) = 10 3)
Derajat bebas pembilang = k = 1 4) Dengan demikian F tabel pada
0,05(1,10) = 4,96.
c. Menentukan besarnya F hitung. Hasil perhitungan menunjukkan
nilai F hitung = 7,40.
d. Membandingkan F hitung dengan F tabel 1) Jika F hitung > F
tabel atau F hitung < F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Jika F tabel < F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak.
Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 7,40
> 4,96. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga
risiko kredit secara keseluruhan berpengaruh secara nyata terhadap
laba pada taraf nyata 5%.
Kelayakan model regresi yang telah dibuat dapat dilihat pada
hasil uji Analysis of Variance (ANOVA). Hipotesis yang digunakan
sama dengan hipotesis uji F, dengan
daerah penolakan p-value 13 < (0,05), didapat p-value =
0,022, sehingga model regresi yang dibuat nyata (tolak H0).
IV. Kesimpulan Faktor-faktor yang paling memengaruhi risiko
kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis adalah faktor internal
perusahaan (sumber daya manusia, keuangan), faktor debitur (jangka
waktu kredit, suku bunga), dan faktor eksternal (persaingan dengan
bank lain).v Hasil dari pengidentifikasian mengenai risiko kredit
merupakan salah satu risiko yang paling diperhatikan oleh Bank
Jabar. Manajemen risiko kredit pada Bank Jabar Cabang Ciamis
mencakup identifikasi risiko kredit, pengelompokan risiko kredit
sesuai dengan kolektibilitas, pengukuran risiko kredit dilihat dari
rasio NPL, pengendalian dan pengelolaan risiko kredit (panggilan
atau penagihan secara intensif kepada debitur, perbaikan sistem dan
prosedur, peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas,
rescheduling, reconditioning, restructuring, serta kerja sama
dengan asuransi dan
-
218
Jurnal Manajemen dan Organisasi
Vol I, No. 3, Desember 2010
diserahkan kepada DJPLN. Laba didapat dari laporan laba/rugi
Bank Jabar Cabang Ciamis. Dalam hal laba perusahaan dijelaskan oleh
peubah risiko kredit 43%, dan sisanya (57%) dapat dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini. Hasil
analisis regresi linier sederhana menunjukan persamaan Y = 326
189X. Persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat risiko
kredit (peubah X) memunyai pengaruh negatif terhadap laba bank
(peubah Y), di mana setiap kenaikan peubah X (tingkat risiko
kredit) akan mengakibatkan penurunan pada peubah Y (laba bank).
Pada persamaan regresi terlihat bahwa koefisien risiko kredit
sebesar 189, artinya bahwa kenaikan risiko kredit sebesar satu
satuan akan menurunkan laba sebesar 189. Berdasarkan pengujian
menggunakan uji F menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu
7.40 > 4.96. Dengan demikian, maka H0 ditolak dan H1 diterima,
sehingga risiko kredit secara keseluruhan berpengaruh secara
signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5%. V. Daftar Pustaka
Siamat D. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan
Perbankan.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sugiono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV
Alfabeta.