Top Banner
G. Telaah Pustaka 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam jurnal ekonomi pembangunan (Anna,2010) suatu daerah terbagi kedalam wilayah-wilayah atau sub- subwilayah. Misalnya daerah provinsi dalam wilayah tersebut masih terbagi atas berbagai sub wilayah seperti kabupaten atau kota. Pertumbuhan daerah tersebut akan ditentukan oleh faktor-faktor utama yang antara lain : 1) sumber daya alam yang tersedia, 2) tersedianya modal bagi pengelolaan sumber daya alam, 3) adanya prasarana dan sarana (infrastruktur) yang menunjang seperti transportasi, komunikasi, 4) tersedianya teknologi yang tepat untuk pengelolaan sumber daya alam, dan 5) tersedianya kualitas sumber manusia untuk pengelolaan teknologi. Sumber daya alam dapat berupa lahan pertanian, bahan tambang atau galian yang dapat mendukung industri pengolahan atau sumber daya alam lainnya yang akan mempunyai arti penting bagi daerah yang memilikinya. Daerah tersebut akan berspesialisasi dalam suatu sub sektor atau sektor dan akan mempunyai keuntungan
31

Analisis sektor

Mar 08, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisis sektor

G. Telaah Pustaka

1. Pertumbuhan Ekonomi

Dalam jurnal ekonomi pembangunan (Anna,2010) suatu

daerah terbagi kedalam wilayah-wilayah atau sub-

subwilayah. Misalnya daerah provinsi dalam wilayah

tersebut masih terbagi atas berbagai sub wilayah

seperti kabupaten atau kota. Pertumbuhan daerah

tersebut akan ditentukan oleh faktor-faktor utama yang

antara lain : 1) sumber daya alam yang tersedia, 2)

tersedianya modal bagi pengelolaan sumber daya alam, 3)

adanya prasarana dan sarana (infrastruktur) yang

menunjang seperti transportasi, komunikasi, 4)

tersedianya teknologi yang tepat untuk pengelolaan

sumber daya alam, dan 5) tersedianya kualitas sumber

manusia untuk pengelolaan teknologi.

Sumber daya alam dapat berupa lahan pertanian,

bahan tambang atau galian yang dapat mendukung industri

pengolahan atau sumber daya alam lainnya yang akan

mempunyai arti penting bagi daerah yang memilikinya.

Daerah tersebut akan berspesialisasi dalam suatu sub

sektor atau sektor dan akan mempunyai keuntungan

Page 2: Analisis sektor

absolut bagi daerah lainnya. Jika daerah tersebut

dikelola secara baik dengan modal dan teknologi yang

memadai maka daerah tersebut dapat diharapkan akan

mengalami pertumbuhan dengan pesat.

Pengertian pertumbuhan disini, menyangkut

perkembangan berdlmensi tunggal dan diukur dengan

meningkatnyahasil produksi (output) dan pendapatan.

Berbeda dengan pembangunan ekonomi, yang mengandung

arti lebih luas dan mencakup perubahan pada tata

susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh

(Djojohadikusumo dlm Dwi, 2013).

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan

atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya

meningkat atau lebih tinggi jika di bandingkan dengan

tahun sebelumnya. Dengan katalain, perkembangannya baru

terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang

dihasilkan perekonomian tersebut sertambah besar pada

tahun-tahun berikutnya (Sukirno,2004). Oleh karenaitu,

untuk melihat peningkatan jumlah barang yang dihasilkan

maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai

Page 3: Analisis sektor

pendapatan daerah pada berbagai tahun harus

dihilangkan. Caranya adalah dengan melakukan

perhitungan pendapatan daerah didasarkan atas harga

konstan.

Ada beberapa teori pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi regional yang akan di sajikan, khususnya teori-

teori yang sangat terkait dengan penelitian ini.

Diantaranya : 1) Teori pertumbuhan jalur cepat, 2)

Teori basis ekspor, dan 3) teori pusat pertumbuhan

(Tarigan dlm Dwi, 2013)

a. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat

Teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike)

diperkenalkan oleh samuel son pada tahun 1955.

Padaintinya, teori ini menekankan bahwa setiap daerah

perlu mengetahui sektor atau pun komoditi apa yang

memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan

cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor

itumemiliki competitiv advantageuntuk dikembangkan.

Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor

tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih

besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat

Page 4: Analisis sektor

dan sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar.

Agar pasarnya terjamin produk tersebut harus bisa

di ekspor (keluar daerah atau luar negeri).

Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain

turut berkembang sehingga perekonomian secara

keseluruhan akan tumbuh. Mensinerjikan sektor-sektor

adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling

mendukung. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan

mensinerjikan dengan sektor lain yang terkait akan

mampu membuat perekonomian tumbuh cepat (Tarigan dlm

Dwi, 2013).

b. TEORI BASIS EKONOMI

Teori ini membagai sektor produksi atau jenis

pekerjaan yang terdapat di dalam suatau wilayah atas

pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service

(pelayanan) atau lebih sering disebut sektor nonbasis.

Pada intinya, kegiatan yang hasilnya dijual ke luar

daerah (atau mendatangkan dari luar daerah) disebut

kegiatan basis. Sedangkan kegiatan nonbasis adalah

kegiatan yang melayani kebutuhan masyarakat di daerah

itu sendiri, baik pembeli maupun asal uangnya dari

Page 5: Analisis sektor

daerah itu sendiri.

Teori basis ekspor menggunakan dua asumsi, yaitu :

1) Asumsi pokok atau yang utama bahwa ekspor adalah

satu-satunya unsurekosistem(independen)dalam

pengeluaran. Artinya, semua unsus

pengeluaranlain terikat (dependen) terhadap

pendapatan. Secara tidak langsung hal ini berarti

diluar pertambahan alamiah, hanya peningkatan ekspor

saja yang dapat mendorongpeningkatan pendapatan daerah

karena sektor-sektor lain terikat peningkatannya oleh

peningkatan pendapatan daerah. Sektor lain hanya

meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan

meningkat. Jadi satu-satunya yang bisa meningkatkan

secara bebas adalah ekspor. Ekspor tidak terikat dalam

siklus pendapatan daerah; 2) Asumsi kedua adalah fungsi

pengeluaran dan fungsi impor bertolak dari titik nol

sehingga tidak akan berpotongan.

Model teori basis ini adalah sederhana, sehingga

memiliki kelemahankelemahan antara lain sebagai berikut

:

1) Menurut Richardson besarnya basis ekspor adalah

Page 6: Analisis sektor

fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Artinya,

makin besar suatu daerah maka ekspornya akan semakin

kecil apabila dibandingkan dengan total pendapatan.

2) Ekspor jelas bukan satu-satunya faktor yang bisa

meningkatkan pendapatan daerah. Ada banyak unsur

lain yang dapat meningkatkan pendapatan daerah

seperti : pengeluaran atau bantuan pemerintah pusat,

investasi, dan peningkatan produktivitas tenaga

kerja.

3) Dalam melakukan studi atas suatu wilayah, multiplier

basis yang di perolehadalah rata-ratanya dan bukan

perubahannya. Menggunakan multiplier basisrata-rata

untuk proyeksi seringkali memberikan hasil yang

keliru apabila adatendensi perubahan nilai

multiplier dari tahun ke tahun.

4) Beberapa pakar berpendapat bahwa apabila pengganda

basis digunakan sebagai alat proyeksi maka masalah

time lag(masa tenggang) harus diperhatikan.

5) Ada kasus dimana suatu daerah yang tetap berkembang

pesat meski ekspornya relatif kecil. Pada umumnya

hal ini dapat terjadi pada daerah yang terdapat

Page 7: Analisis sektor

ragam kegiatan dan suatu kegiatan saling membutuhkan

dari produk kegiatan lainnya. Pada darah ini tetap

tecipta pasar yang tertutup tetapi dinamis, dan

inibisa terjadi apabila syarat-syarat keseimbangan

yang dituntut dalam teori harrod-domar dapat

dipenuhi.

c. TEORI PUSAT PERTUMBUHAN

Teori pertumbuhan menganjurkan strategi

pembangunan investasi harus dipusatkan pada sektor

tertentu yang dianggap menjadi motor penggerak

pembangunan wilayah. Sektor ini disebut sebagai sektor

kutub pertumbuhan. Sektor yang dianggap sebagai kutub

pertumbuhan adalah sektor basis yang ada di wilayah

tersebut. Dalam pemahaman mereka ketika suatu kutub

sektor ekonomi berkembang.

Pratiknya pembangunan wilayah yang menggunakan

strategi kutub pertumbuhan lebih menguntungkan pusat

perkotaan. Hampir semua infrastruktur dibangun di

daerah urban sehingga otomatis pemusatan industri juga

di daerah perkotaan. Dampak penyebab tidak merata

berakibat pada pembangunan yang tidak seimbang

Page 8: Analisis sektor

(unbalanced development). Tentu ini menjadi masalah karena

pasti akan terjadi kesenjangan antar wilayah.

Kecemburuan terjadi antar wilayah atau antar

sektor dalam wilayah. bersangkutan karena strategi

kutub pertumbuhan akan menciptakan wilayah atau sektor

yang berhasil maju dan wilayah atau sektor yang masih

terbelakang(winners and loosers). Pada umumnya

wilayahperkotaandengansektor industri selalu lebih maju

dari pada wilayah pedesaan yang mengandalkan sektor

pertanian. Kesenjangan antar wilayah atau antar sektor

mengantar kaum neoklasik melihat strategi kutub

pertumbuhan hanya melancarkan proses ekploitasi suatu

wilayah terhadap yang lain atau suatu sektor terhadap

sektor yang lain.

2. PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam

proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target

utama dalam rencana pembangunan disamping pembangunan

sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana

terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau

Page 9: Analisis sektor

pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikaitkan

tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan out put

riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah

bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan

output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan

kenaikan tarif hidup diukur dengan output riil per

orang.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan

atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya

meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik

yang dihasilkan perekonomian tersebut sertambah besar

pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah

pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan

sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value

added) yang tercipta di suatu wilayah.

Definisi pembangunan ekonomi menurut Todaro adalah

suatu proses yang bersifat multidimensinal, yang

Page 10: Analisis sektor

melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap

perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial,

mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi

ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan

ekonomi (Todaro dlm Uray,2012)

Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis

suatu wilayah sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang

berhubungan dengan wilayah-wilayah lain melalui arus

perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran

komoditas.Pembangunan dalam suatu wilayah akan

mempengaruhi pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk

permintaan sektor untuk wilayah lain yang akan

mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu

pembangunan ekonomi dari wilayah lainakan mengurangi

tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta

interrelasi.

Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak

kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan

yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang

secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan

Page 11: Analisis sektor

yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah

untuk mengevaluasi keberhasilan pembagunan (Sirojuzilam

dlm Uray, 2012).

3. KONSEP ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ)

Location quotient yang disingkat LQ adalah suatu

metode untuk mengukur spesialisasi relative dari suatu

wilayah atau daerah dalam industry-spesialisasi relatif

dari suatu wilayah/daerah dalam industri-

industritertentu. Metode LQ dapat digunakan untuk

mengetahui kapasitas ekspor yang dimiliki oleh daerah.

Artinya dengan menggunakan metode ini, perencana dapat

mengetahui spesialisasi yang dimiliki oleh daerah

dibandingkan dengan daerah yang tingkatannya lebih

tinggi atau sektor lain yang memiliki kategori yang

sama (Tarigan,2007).

Metode LQ dapat digunakan sebagai petunjuk adanya

keunggulan komparatif, untuk mengetahui sektor-sektor

yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor baru

atau sedang tumbuh apalagi selama ini belum pemah ada

LQ tidak dapat digunakan karena totalnya belum

Page 12: Analisis sektor

menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut. Akan

lebih tepat untuk melihat secara langsung

apakahkomoditi itu memiliki prospek untuk di ekspor

atau tidak, dengan catatan produk tersebut tidak

diberikan subsidi daerah-daerah lainnya.

Analisis LQ sesuai dengan rumusnya memang sangat

sederhana dan apabila digunakan dalam bentuk one shot

analysi, manfaatnya juga tidak begitu besar, yaitu hanya

melihat apakah LQ berada di atas 1 atau tidak. Akan

tetapi analisis. LQ bisa dibuat menarik apabila

dilakukan dalam bentuk analisis runtun waktu atau time

series atau trend.Analisis dilakukan dalam beberapa periode

atau kurun waktu tertentu.

Pada keadaan ini, perkembangan LQ diamati untuk

suatu sektor tertentu pada kurun waktu yang berbeda,

apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Hal ini menarik

untuk diamati lebih lanjut, misalnya apabila naik maka

dikaji faktor-faktor yang membuat daerah itu tumbuh

lebih cepat dari rata-rata nasional. Kalau terjadi

penurunan, maka dikaji faktor-faktor apa yang

menyebabkan pertumbuhan lebih lambat dari rata-rata

Page 13: Analisis sektor

nasional.

Keadaan yang diuraikan di atas dapat membantu

mengetahui kekuatan atau kelemahan suatu daerah

dibandingkan secara relatif dengan wilayah lain yang

lebih luas. Potensi yang positif digunakan dalam

strategi pengembangan daerah. Adapun fakor-faktor yang

menyebabkan potensi daerah lemah, perlu dipikirkan

apakah segera ditanggulangi atau dianggap tidak

berpengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah

secara keseluruhan, sehingga bisa dianggap tidak

prioritas.

Beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain

metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor

tidak langsung. Metode LQ sederhana dan tidak mahal

serta dapat diterapkan pada data histiris untuk

mengetahui trend. Sedangkan beberapa kelemahan metode

LQ adalah metode iniberasumsi bahwa pola permintaan di

setiap daerah indentik dengan pola-pola permintaan

bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap

sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja

dalam industi-industri nasional. Selain itu metode ini

Page 14: Analisis sektor

berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat

disagregasi (Lembaga Administrasi Negara, 2007)

4. DAYA SAING

Daya saing adalah kemampuan produsen memproduksi

suatu komoditi dengan mutu yang baik dan biaya yang

cukup rendah sesuai harga di pasar internasional, dapat

dipasarkan dengan laba yang cukup dan dapat melanjutkan

kegiatan produksi atau usahanya (Simanjuntak dlm Dwi,

2013).

Dalam Dwi (2013) menurut buku Tarigan menurut

Simatupang (1991); Sudaryanto dan Simatupang (1993),

konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya

saing potensional apabila perekonomian tidak mengalami

distorsi sama sekali. Simatupang mengemukakan bahwa

konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan

finansial adalah keunggulan kompetitif atau Sering

disebut "revealed competitive advantage"yang merupakan

pengukur daya saing kegiatan pada kondisi perekonomian

aktual.

a. TEORI KEUNGGULAN KOMPERATfF

Page 15: Analisis sektor

Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan

komparatif yang pertama kali dikenal dengan model

Ricardian. Hukum keunggulan komparatif (The Low of

Comparative Advantage) dari ricardo menyatakan bahwa

sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan

absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika

dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang Saling

menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio

harga antar negara masihberbeda jika dibandingkan tidak

ada perdagangan (Husna Dkk,Jap,1(1):192).

b. TEORI HECKSHER DAN OHLIN

Komoditi-komoditi yang dalam produksinya

memerlukan faktor produksi (yang melimpah) dan faktor

produksi (yang langka) di ekspor untuk ditukar dengan

barang-barang yang membutuhkan faktor produksi dalam

produksi yang sebaliknya. Jika secara tidak langsung

faktor produksi yang langka di impor (Dwi,2013)..

c. TEORI POTER DIAMOND MODEL

Teori-teori Poter tentang daya saing nasional

berangkat dari keyakinan bahwa teori ekonomi klasik

yang menjelaskan tentang keunggulan komprarativ tidak

Page 16: Analisis sektor

mencukupi, atau tidak tepat. Menurut poter, suatu

negara memperoleh keunggulan daya saing atau

competitive advantage (CA) jika perusahaan (yang ada di

negara tersebut) kompetitif. Daya saing suatu negara

ditentukan oleh kemampuan industry melakukan inovasi

dan meningkatkan kemampuannya. Perusahaan memperoleh CA

karena tekanan dan tantangan. Perusahaan menerima

manfaat dari adanya pesaingan di pasar domestik,

supplier domestik yang agresif, serta pasar lokal yang

memiliki permintaan tinggi.

Perbedaan dalam nila-nilai nasional, budaya,

struktur ekonomi, institusi, dan sejarah semuanya

memberi kontribusi pada keberhasilan dalam persaingan.

Perusahaan menjadi kompetitif melalui inivasi yang

dapat meliputi peningkatan teknis proses produksi atau

kualitas produk. Selanjutnya Porter mengajukan Diamond

Model (DM) yang terdiri dari empat determinan (faktor-

faktor yang menentukan) National Competitive Advantage(NCA).

Empat atribut ini adalah :factor conditions, demand

conditions, related and supporting industries, dan

firmstrategy, structure, and rivalry (Dwi,2013).

Page 17: Analisis sektor

PDRB

location Quotient

Sektor unggulan

Tipologi Klassen

Daya saing

Sektor unggulan yang berperan dalam kemajuan perekonomian daerah

H. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam buku perencanaan daerah (Mudrajad,2012)

pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah dapat

dilihat dari perkembangan indikator ekonomi yang ada,

salah satunya menggunakan PDRB. Pembangunan dibidang

ekonomi diarahkan untuk memperkokoh struktur ekonomi

dengan keterkaitan yang kuat dan Saling mendukung antar

sektor dengan melihat sektor-sektor yang menjadi

unggulan di wilayah Pulau Sumatera.

Adapun sektor-sektor ekonomi yang ada terdiri dari

Sembilan sektor antara lain : sektor pertanian; sektor

pertambangan dan penggalian; sektor industri

pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor

bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; sektor

pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa.

Page 18: Analisis sektor

Peningkatan kesejahteraan dan pembagunan ekonomi

2. HIPOTESIS

a. Diduga sektor uanggulan di Provinsi Riau dan

Provinsi Kepulauan Riau dapat meningkatkan

peranannya dalam kemajuan perekonomian daerah.

b. Diduga sektor unggulan dengan daya saing paling

unggul dapat menciptakan wilayah cepat maju di

Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau.

I. METODE PENELITIAN

1. JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data skunder yaitu data yang di peroleh dari instansi-

instansi terkait, yaitu :

a. BPS Provinsi Riau, berupa data PDRB Sektoral atas

dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan

Page 19: Analisis sektor

usaha tahun 2006-2012.

b. BPS Provinsi Kepulauan Riau, berupa data PDRB

Sektoral atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut

lapangan usaha tahun 2006-2012.

c. Buku panduan dan hasil penelitian terdahulu yang

erat kaitannya dengan penelitian ini.

2. TEHNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

penelitian ini, di gunakan teknik sebagai berikut ;

a. Studi kepustakaan, dengan cara membaca dan mengutip

teori-teori yang terkait dengan penelitian ini.

b. Menghimpun data skunder yang telah di publikasikan

oleh instansi yang ada di Provinsi Riau dan Provinsi

Kepulauan Riau. baik yang diarsip dalam bentuk

hardcopymaupun softcopyyang ada di web BPS.

3.DEFINISI OPRASIONAL DAN INDIKATOR VARIABEL

Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu

sesuatu yang merupakan inti dari problematika

penelitian (Arikunto dlm Tanda, 2007). Objek penelitian

ini adalah Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau.

Page 20: Analisis sektor

subjek yang akan diteliti adalah PDRB Provinsi Riau dan

Provinsi Kepulauan Riau atas dasar harga konstan tahun

2000 menurut lapangan usaha tahun 2006 hingga tahun

2012, untuk melihat sektor apa saja yang merupakan

sektor unggulan.

Variabel penelitian ini adalah subjek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Variabel dalam penelitian ini antara lain :

a. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

Menurut Demmatadju (2012) kenaikan PDRB tanpa

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih

kecil dari pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan

struktur ekonomi berlaku atau tidak. Laju pertumbuhan

ekonomi diukur dengan indicator perkembangan PDRB dari

tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen per tahun.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan

daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB tiap

tahunnya, yang dimulai dari tahun 2006-2012.

b. INDIKATOR UTAMA DAN PRINSIP-PRINSIP DAYA SAING

DAERAH

Page 21: Analisis sektor

Nilai tambah, investasi, tabungan,

konsumsi akhir kinerja sektoral,

biaya hidup

Internasionalisasi, perdagangan

internasional,investasi asing, perdagangan

antar daerah

Nilai tambah, investasi,

tabungan, konsumsi akhir kinerja

sektoral, biaya hidup

Infrastruktur fisik, informasi dan komunikasi, sumber daya alam

Keagiatan penelitian SDM di Bidang Teknologi

Perekonomian daerah

keterbukaan Sistem keuangan

Daya Saing Daerah

kelembagaan Governance & kebijakan pemerintah

Aspek Hukum Dan Keamanan, Aspek Sosial Politik

Prediktabilitas peraturan dan kebijakan, hambatan birokrasi,

efisiensi sektor publik, kebijakan

Dalam buku daya saing daerah (Piter,2000) dari

berbagai literature, teoriekonomi serta berbagai

diskusi, indicator-indikator utama yang dianggap

menentukan daya saing daerah adalah 1) Perekonomian

daerah, 2) keterbukaan, 3) sistem keuangan, 4)

infrastruktur dan sumber daya alam 5) ilmu pengetahuan

dan teknologi, 6) sumber daya manusia, 7) kelembagaan,

8) Governance dan kebijakan pemerintah, dan 9)

manajemen dan ekonomi mikro ().

Indikator dan sub-Indikator dari daya saing daerah

tersebut dapat dilihatpada gambar dibawah ini.

Infrastruktur &SDA

Ilmu pengetahuandan teknologi

Page 22: Analisis sektor

Prediktabilitas peraturan dan kebijakan, hambatan birokrasi,

efisiensi sektor publik, kebijakanManajemen &

ekonomiSDM

Karakteristik penduduk, ketenaga

kerjaan,pendidikan,kualitas hidup,

perilaku dan nilai sosial

Produktifitas,biaya tenaga kerja, kinerja perusahaan, efisiensi

manajeen, budaya perusahaan

Gambar 8.1. indikator utama penentu daya saing daerah

Page 23: Analisis sektor

c. PEREKONOMIAN DAERAH

Dalam buku daya saing daerah (Piter,2000)

perekonomian daerah merupakan ukuran kinerja secara

umum dari perenomian makro (daerah) yang meliputi

penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital,tingkat

konsumsi, kinerjasektoral perekonomian, Serta tingkat

biaya hidup. Indikator kinerja ekonomi

makromempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-

prinsip sebagai berikut :

1) Nilai tambah merefleksikan produktivitas

perekonomian setidaknya dalam jangka pendek.

2) Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan

daya saing dalam jangka panjang.

3) Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi

di masa lalu.

4) Kompetisi yang didorong mekanisme pasar akan

meningkatkan kinerjaekonomi satu daerah. Semakin

ketat kompetisi pada suatu perekonomiandaerah, maka

akan semakin kompetitif perusahaan-perusahaan yang

akanbersaing secara international maupun domestic

Page 24: Analisis sektor

d. TINGKAT DAYA SAING

Tingkat daya saing adalah kemampuan produsen

memproduksi suatu komoditi dengan mutu yang baik dan

biaya yang cukup rendah sesuai harga di pasar, dapat

dipasarkan dengan laba yang cukup dan dapat melanjutkan

kegiatan produksi atau usahanya(Simanjuntak dlm

Suparmoko,2002).

a. Sektor ekonomi potensial merupakan sektor ekonomi

yang memiliki satu atau gabungan kriteria seperti

keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif,

spesialisasi jika di bandingkan dengan sektor

ekonomi yang sama pada wilayah lainnya.

b. Keunggulan kompetitif berarti kemampuan daya saing

kegiatan ekonomi yang lebih besar pada suatu daerah

terhadap kegiatan ekonomi yang sama di daerah

lainnya. Keunggulan kempetitif juga merupakan cermin

dari keunggulanpertumbuhan ekonomi suatu wilayah

terhadap wilayah lainnya yang dijadikan "benchmark".

c. Keunggulan komparatif mengacu pada kegiatan ekonomi

suatu daerah yang menurut perbandingan lebih

menguntungkan bagi perekonomian daerah tersebut.

Page 25: Analisis sektor

Perbandingan tersebut merupakan perbandingan

kontribusi nilai tambah bruto suatu sektor ekonomi

suatu daerah yang lebih besar dibandingkan dengan

daerah lainnya.

4. METODE ANALISIS

Analisis data yang digunakan dalam melakukan

penelitian ini adalah analisis deskriptif dan

kuantitatif (secara statistik). Analisis statistik

adalah dengan mengumpulkan data kemudian dikelompokkan

menurut jenis-jenisnya. Alat analisis yang digunakan

untuk menjawab tujuan penelitian yang ada menggunakan

dua (2) buah alat analisis sebagi berikut :

a. LOCATION QUOTIENT

Alat analisis location quotient adalah

perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor

disuatu daerah terhadap peranan suatu sektor tersebut

secara nasional atau di suatu kabupaten terhadap

peranan suatu sektor secara regional atau tingkat

provinsi (Todaro,2006).

Analisis location quotient merupakan alat analisis

Page 26: Analisis sektor

yang sederhana yang dapat menunjukkan struktur

perekonomian suatu daerah dan industri impor potensial

atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor

dan menunjukkan indusri-industri potensial untuk

dianalisis lebih lanjut. Alat analisis location

quotient dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan

merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis

suatu wilayah dengan menggunakan dataproduk domestik

regional bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan

wilayah (Adisasmita,2005:29).

Dalam tehnik ini, menurut Tariga (2007) kegiatan

ekonomi suatu daerah dapat dibagi menjadi dua golongan

yaitu :

1) Sektor basis atau sektor unggulan

Adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi

kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah

itu sendiri. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya

mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah

lain dan dapat dijadikan sektor unggulan.

2) Sektor non basis

merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi

Page 27: Analisis sektor

kebutuhan daerah itusendiri atau memerlukan bantuan

dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan akan hasil

produksi sektor ini. Sektor seperti ini dikenal dengan

sektor non unggulan.

Teori ini selanjutnya menyatakan bahwa karena

sektor basis menghasilkan barang dan jasa yang dapat

dijual keluar daerah yang meningkatkan pendapatan

daerah tersebut, maka secara berantai akan meningkatkan

investasi yang berarti menciptakan lapangan kerja baru

peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya

meningkatkan permintaan terhadap industry basis, tetapi

juga menaikkan permintaan industry non basis.Dengan

dasar teori ini maka sektor basis perlu di prioritaskan

untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan

ekonomi daerah.

Rumusan Location Quotient (LQ) menurut Bendavid

Val (Tarigan,2007) yang kemudian digunakan dalam

penentuan sektor basis dan non basis di Provinsi Riau

dan Provinsi Kepulauan Riau, yang dinyatakan dalam

persamaan berikut :

Page 28: Analisis sektor

LQ=xr /RVr

xn /RVn

atau LQ=xr /xn

RVr /RVn

Dimana :

LQ :Koefisien Location Quotient Provinsi Riau dan

Provinsi Kepulauan Riau.

Xr :PDRB sektor I di Provinsi Riau dan Provinsi

Kepulauan Riau.

RVr :Total PDRB Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan

Riau.

Xn :PDB sektor I di Indonesia.

RVn :Total PDB Indonesia.

Selanjutnya menurut Bendavid Val memberikan

pengukuran terhadapderajat spesialisasi dengan kreteria

sebagai berikut :

1) LQ > 1

Jika LQ lebih dari 1, berarti tingkat spesialisasi

sektor tertentu pada Provinsi Riau dan Provinsi

Kepulauan Riau lebih besar dari sektor yang sama pada

tingkat nasional.

2) LQ < 1

Page 29: Analisis sektor

Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat

spesialisasi sektor tertentu pada Provinsi Riau dan

Provinsi Kepulauan Riau lebih kecil dari sektor yang

sama pada tingkat nasional.

3) LQ = 1

Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat

spesialisasi sektor tertentu pada Provinsi Riau dan

Provinsi Kepulauan Riau sama dengan sektor yang sama

pada tingkat nasional.

b. TIPOLOGI KLASSEN

Karakteristik tentang pola dan struktur

pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan klassen tipologi

(Sjahrizal dlm Negara, 2010) digunakan untuk mengetahui

gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi

masing-masing daerah. Tipologi klassen pada dasarnya

membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu

pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita

daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi

sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan

Page 30: Analisis sektor

perkapita sebagai sumbu horizontal. Daerah yang diamati

akan dibagi menjadi empat klasifikasi yang daerah cepat

maju dan cepat tumbuh (High growth and high share),

daerah maju tapi tertekan (high share but low growth),

daerah berkembang cepat (high growth but low share),

dan daerah relatif tertinggal (low growh and low

share).

Tipologi klassen merupakan salah satu alat

analisis ekonomi regional yang dapat digunakan untuk

mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah

Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau. analisis

tipologi klassen digunakan dengan tujuan

mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Provinsi

Riau dan Provinsi Kepulauan Riau dengan memperhatikan

sektor perekonomian Provinsi Riau dan Provinsi

Kepulauan Riau sebagai daerah referensi. Analisis ini

bersifat dinamis karena sangat bergantung pada

perkembangan kegiatan pembangunan pada Provinsi Riau

dan Provinsi Kepulauan Riau yang

bersangkutan(Sjafrizal,2008). Penggunaan dan

interpretasi alat analisis klassen typology dapat

Page 31: Analisis sektor

dilihat di tabel 9.1

Tabel 9.1 :Klasifikasi sektor PDRB menurut

Tipologi Klassen

Kontribusi laju Yik> Yi Yik< Yirik>ri Kuadran 1

Wilayah cepatmaju

Kuadran IIWilayah maju

rik< ri Kuadran IIIWilayah lambat

maju

Kuadran IVWilayah tidak

majuSumber: Sjafriza1,1997

Keterangan :

rik : Laju pertumbuhan sektor i tingkat Kabupaten/Kota

di Provinsi Riau danProvinsi Kepulauan Riau.

ri : Laju pertumbuhan sektor i di tingkat Provinsi

Riau dan Provinsi kepulauan Riau

Yik : Kontribusi sektor i terhadap PDRB tingkat

Kabupaten/Kota di Provinsi Riau dan Provinsi

Kepulauan Riau

Yi : Kontribusi sektor i terhadap PDRB daerah yang

menjadi referensi