Page 1
G. Telaah Pustaka
1. Pertumbuhan Ekonomi
Dalam jurnal ekonomi pembangunan (Anna,2010) suatu
daerah terbagi kedalam wilayah-wilayah atau sub-
subwilayah. Misalnya daerah provinsi dalam wilayah
tersebut masih terbagi atas berbagai sub wilayah
seperti kabupaten atau kota. Pertumbuhan daerah
tersebut akan ditentukan oleh faktor-faktor utama yang
antara lain : 1) sumber daya alam yang tersedia, 2)
tersedianya modal bagi pengelolaan sumber daya alam, 3)
adanya prasarana dan sarana (infrastruktur) yang
menunjang seperti transportasi, komunikasi, 4)
tersedianya teknologi yang tepat untuk pengelolaan
sumber daya alam, dan 5) tersedianya kualitas sumber
manusia untuk pengelolaan teknologi.
Sumber daya alam dapat berupa lahan pertanian,
bahan tambang atau galian yang dapat mendukung industri
pengolahan atau sumber daya alam lainnya yang akan
mempunyai arti penting bagi daerah yang memilikinya.
Daerah tersebut akan berspesialisasi dalam suatu sub
sektor atau sektor dan akan mempunyai keuntungan
Page 2
absolut bagi daerah lainnya. Jika daerah tersebut
dikelola secara baik dengan modal dan teknologi yang
memadai maka daerah tersebut dapat diharapkan akan
mengalami pertumbuhan dengan pesat.
Pengertian pertumbuhan disini, menyangkut
perkembangan berdlmensi tunggal dan diukur dengan
meningkatnyahasil produksi (output) dan pendapatan.
Berbeda dengan pembangunan ekonomi, yang mengandung
arti lebih luas dan mencakup perubahan pada tata
susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh
(Djojohadikusumo dlm Dwi, 2013).
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya
meningkat atau lebih tinggi jika di bandingkan dengan
tahun sebelumnya. Dengan katalain, perkembangannya baru
terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang
dihasilkan perekonomian tersebut sertambah besar pada
tahun-tahun berikutnya (Sukirno,2004). Oleh karenaitu,
untuk melihat peningkatan jumlah barang yang dihasilkan
maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai
Page 3
pendapatan daerah pada berbagai tahun harus
dihilangkan. Caranya adalah dengan melakukan
perhitungan pendapatan daerah didasarkan atas harga
konstan.
Ada beberapa teori pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi regional yang akan di sajikan, khususnya teori-
teori yang sangat terkait dengan penelitian ini.
Diantaranya : 1) Teori pertumbuhan jalur cepat, 2)
Teori basis ekspor, dan 3) teori pusat pertumbuhan
(Tarigan dlm Dwi, 2013)
a. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat
Teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike)
diperkenalkan oleh samuel son pada tahun 1955.
Padaintinya, teori ini menekankan bahwa setiap daerah
perlu mengetahui sektor atau pun komoditi apa yang
memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan
cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor
itumemiliki competitiv advantageuntuk dikembangkan.
Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor
tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih
besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat
Page 4
dan sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar.
Agar pasarnya terjamin produk tersebut harus bisa
di ekspor (keluar daerah atau luar negeri).
Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain
turut berkembang sehingga perekonomian secara
keseluruhan akan tumbuh. Mensinerjikan sektor-sektor
adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling
mendukung. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan
mensinerjikan dengan sektor lain yang terkait akan
mampu membuat perekonomian tumbuh cepat (Tarigan dlm
Dwi, 2013).
b. TEORI BASIS EKONOMI
Teori ini membagai sektor produksi atau jenis
pekerjaan yang terdapat di dalam suatau wilayah atas
pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service
(pelayanan) atau lebih sering disebut sektor nonbasis.
Pada intinya, kegiatan yang hasilnya dijual ke luar
daerah (atau mendatangkan dari luar daerah) disebut
kegiatan basis. Sedangkan kegiatan nonbasis adalah
kegiatan yang melayani kebutuhan masyarakat di daerah
itu sendiri, baik pembeli maupun asal uangnya dari
Page 5
daerah itu sendiri.
Teori basis ekspor menggunakan dua asumsi, yaitu :
1) Asumsi pokok atau yang utama bahwa ekspor adalah
satu-satunya unsurekosistem(independen)dalam
pengeluaran. Artinya, semua unsus
pengeluaranlain terikat (dependen) terhadap
pendapatan. Secara tidak langsung hal ini berarti
diluar pertambahan alamiah, hanya peningkatan ekspor
saja yang dapat mendorongpeningkatan pendapatan daerah
karena sektor-sektor lain terikat peningkatannya oleh
peningkatan pendapatan daerah. Sektor lain hanya
meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan
meningkat. Jadi satu-satunya yang bisa meningkatkan
secara bebas adalah ekspor. Ekspor tidak terikat dalam
siklus pendapatan daerah; 2) Asumsi kedua adalah fungsi
pengeluaran dan fungsi impor bertolak dari titik nol
sehingga tidak akan berpotongan.
Model teori basis ini adalah sederhana, sehingga
memiliki kelemahankelemahan antara lain sebagai berikut
:
1) Menurut Richardson besarnya basis ekspor adalah
Page 6
fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Artinya,
makin besar suatu daerah maka ekspornya akan semakin
kecil apabila dibandingkan dengan total pendapatan.
2) Ekspor jelas bukan satu-satunya faktor yang bisa
meningkatkan pendapatan daerah. Ada banyak unsur
lain yang dapat meningkatkan pendapatan daerah
seperti : pengeluaran atau bantuan pemerintah pusat,
investasi, dan peningkatan produktivitas tenaga
kerja.
3) Dalam melakukan studi atas suatu wilayah, multiplier
basis yang di perolehadalah rata-ratanya dan bukan
perubahannya. Menggunakan multiplier basisrata-rata
untuk proyeksi seringkali memberikan hasil yang
keliru apabila adatendensi perubahan nilai
multiplier dari tahun ke tahun.
4) Beberapa pakar berpendapat bahwa apabila pengganda
basis digunakan sebagai alat proyeksi maka masalah
time lag(masa tenggang) harus diperhatikan.
5) Ada kasus dimana suatu daerah yang tetap berkembang
pesat meski ekspornya relatif kecil. Pada umumnya
hal ini dapat terjadi pada daerah yang terdapat
Page 7
ragam kegiatan dan suatu kegiatan saling membutuhkan
dari produk kegiatan lainnya. Pada darah ini tetap
tecipta pasar yang tertutup tetapi dinamis, dan
inibisa terjadi apabila syarat-syarat keseimbangan
yang dituntut dalam teori harrod-domar dapat
dipenuhi.
c. TEORI PUSAT PERTUMBUHAN
Teori pertumbuhan menganjurkan strategi
pembangunan investasi harus dipusatkan pada sektor
tertentu yang dianggap menjadi motor penggerak
pembangunan wilayah. Sektor ini disebut sebagai sektor
kutub pertumbuhan. Sektor yang dianggap sebagai kutub
pertumbuhan adalah sektor basis yang ada di wilayah
tersebut. Dalam pemahaman mereka ketika suatu kutub
sektor ekonomi berkembang.
Pratiknya pembangunan wilayah yang menggunakan
strategi kutub pertumbuhan lebih menguntungkan pusat
perkotaan. Hampir semua infrastruktur dibangun di
daerah urban sehingga otomatis pemusatan industri juga
di daerah perkotaan. Dampak penyebab tidak merata
berakibat pada pembangunan yang tidak seimbang
Page 8
(unbalanced development). Tentu ini menjadi masalah karena
pasti akan terjadi kesenjangan antar wilayah.
Kecemburuan terjadi antar wilayah atau antar
sektor dalam wilayah. bersangkutan karena strategi
kutub pertumbuhan akan menciptakan wilayah atau sektor
yang berhasil maju dan wilayah atau sektor yang masih
terbelakang(winners and loosers). Pada umumnya
wilayahperkotaandengansektor industri selalu lebih maju
dari pada wilayah pedesaan yang mengandalkan sektor
pertanian. Kesenjangan antar wilayah atau antar sektor
mengantar kaum neoklasik melihat strategi kutub
pertumbuhan hanya melancarkan proses ekploitasi suatu
wilayah terhadap yang lain atau suatu sektor terhadap
sektor yang lain.
2. PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam
proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target
utama dalam rencana pembangunan disamping pembangunan
sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana
terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau
Page 9
pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikaitkan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan out put
riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah
bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan
output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
kenaikan tarif hidup diukur dengan output riil per
orang.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya
meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya
baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik
yang dihasilkan perekonomian tersebut sertambah besar
pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah
pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan
sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value
added) yang tercipta di suatu wilayah.
Definisi pembangunan ekonomi menurut Todaro adalah
suatu proses yang bersifat multidimensinal, yang
Page 10
melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap
perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial,
mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi
ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan
ekonomi (Todaro dlm Uray,2012)
Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis
suatu wilayah sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang
berhubungan dengan wilayah-wilayah lain melalui arus
perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran
komoditas.Pembangunan dalam suatu wilayah akan
mempengaruhi pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk
permintaan sektor untuk wilayah lain yang akan
mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu
pembangunan ekonomi dari wilayah lainakan mengurangi
tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta
interrelasi.
Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak
kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan
yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang
secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan
Page 11
yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah
untuk mengevaluasi keberhasilan pembagunan (Sirojuzilam
dlm Uray, 2012).
3. KONSEP ANALISIS LOCATION QUOTIENT (LQ)
Location quotient yang disingkat LQ adalah suatu
metode untuk mengukur spesialisasi relative dari suatu
wilayah atau daerah dalam industry-spesialisasi relatif
dari suatu wilayah/daerah dalam industri-
industritertentu. Metode LQ dapat digunakan untuk
mengetahui kapasitas ekspor yang dimiliki oleh daerah.
Artinya dengan menggunakan metode ini, perencana dapat
mengetahui spesialisasi yang dimiliki oleh daerah
dibandingkan dengan daerah yang tingkatannya lebih
tinggi atau sektor lain yang memiliki kategori yang
sama (Tarigan,2007).
Metode LQ dapat digunakan sebagai petunjuk adanya
keunggulan komparatif, untuk mengetahui sektor-sektor
yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor baru
atau sedang tumbuh apalagi selama ini belum pemah ada
LQ tidak dapat digunakan karena totalnya belum
Page 12
menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut. Akan
lebih tepat untuk melihat secara langsung
apakahkomoditi itu memiliki prospek untuk di ekspor
atau tidak, dengan catatan produk tersebut tidak
diberikan subsidi daerah-daerah lainnya.
Analisis LQ sesuai dengan rumusnya memang sangat
sederhana dan apabila digunakan dalam bentuk one shot
analysi, manfaatnya juga tidak begitu besar, yaitu hanya
melihat apakah LQ berada di atas 1 atau tidak. Akan
tetapi analisis. LQ bisa dibuat menarik apabila
dilakukan dalam bentuk analisis runtun waktu atau time
series atau trend.Analisis dilakukan dalam beberapa periode
atau kurun waktu tertentu.
Pada keadaan ini, perkembangan LQ diamati untuk
suatu sektor tertentu pada kurun waktu yang berbeda,
apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Hal ini menarik
untuk diamati lebih lanjut, misalnya apabila naik maka
dikaji faktor-faktor yang membuat daerah itu tumbuh
lebih cepat dari rata-rata nasional. Kalau terjadi
penurunan, maka dikaji faktor-faktor apa yang
menyebabkan pertumbuhan lebih lambat dari rata-rata
Page 13
nasional.
Keadaan yang diuraikan di atas dapat membantu
mengetahui kekuatan atau kelemahan suatu daerah
dibandingkan secara relatif dengan wilayah lain yang
lebih luas. Potensi yang positif digunakan dalam
strategi pengembangan daerah. Adapun fakor-faktor yang
menyebabkan potensi daerah lemah, perlu dipikirkan
apakah segera ditanggulangi atau dianggap tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembangunan daerah
secara keseluruhan, sehingga bisa dianggap tidak
prioritas.
Beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain
metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor
tidak langsung. Metode LQ sederhana dan tidak mahal
serta dapat diterapkan pada data histiris untuk
mengetahui trend. Sedangkan beberapa kelemahan metode
LQ adalah metode iniberasumsi bahwa pola permintaan di
setiap daerah indentik dengan pola-pola permintaan
bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap
sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja
dalam industi-industri nasional. Selain itu metode ini
Page 14
berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat
disagregasi (Lembaga Administrasi Negara, 2007)
4. DAYA SAING
Daya saing adalah kemampuan produsen memproduksi
suatu komoditi dengan mutu yang baik dan biaya yang
cukup rendah sesuai harga di pasar internasional, dapat
dipasarkan dengan laba yang cukup dan dapat melanjutkan
kegiatan produksi atau usahanya (Simanjuntak dlm Dwi,
2013).
Dalam Dwi (2013) menurut buku Tarigan menurut
Simatupang (1991); Sudaryanto dan Simatupang (1993),
konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya
saing potensional apabila perekonomian tidak mengalami
distorsi sama sekali. Simatupang mengemukakan bahwa
konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan
finansial adalah keunggulan kompetitif atau Sering
disebut "revealed competitive advantage"yang merupakan
pengukur daya saing kegiatan pada kondisi perekonomian
aktual.
a. TEORI KEUNGGULAN KOMPERATfF
Page 15
Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan
komparatif yang pertama kali dikenal dengan model
Ricardian. Hukum keunggulan komparatif (The Low of
Comparative Advantage) dari ricardo menyatakan bahwa
sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan
absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika
dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang Saling
menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio
harga antar negara masihberbeda jika dibandingkan tidak
ada perdagangan (Husna Dkk,Jap,1(1):192).
b. TEORI HECKSHER DAN OHLIN
Komoditi-komoditi yang dalam produksinya
memerlukan faktor produksi (yang melimpah) dan faktor
produksi (yang langka) di ekspor untuk ditukar dengan
barang-barang yang membutuhkan faktor produksi dalam
produksi yang sebaliknya. Jika secara tidak langsung
faktor produksi yang langka di impor (Dwi,2013)..
c. TEORI POTER DIAMOND MODEL
Teori-teori Poter tentang daya saing nasional
berangkat dari keyakinan bahwa teori ekonomi klasik
yang menjelaskan tentang keunggulan komprarativ tidak
Page 16
mencukupi, atau tidak tepat. Menurut poter, suatu
negara memperoleh keunggulan daya saing atau
competitive advantage (CA) jika perusahaan (yang ada di
negara tersebut) kompetitif. Daya saing suatu negara
ditentukan oleh kemampuan industry melakukan inovasi
dan meningkatkan kemampuannya. Perusahaan memperoleh CA
karena tekanan dan tantangan. Perusahaan menerima
manfaat dari adanya pesaingan di pasar domestik,
supplier domestik yang agresif, serta pasar lokal yang
memiliki permintaan tinggi.
Perbedaan dalam nila-nilai nasional, budaya,
struktur ekonomi, institusi, dan sejarah semuanya
memberi kontribusi pada keberhasilan dalam persaingan.
Perusahaan menjadi kompetitif melalui inivasi yang
dapat meliputi peningkatan teknis proses produksi atau
kualitas produk. Selanjutnya Porter mengajukan Diamond
Model (DM) yang terdiri dari empat determinan (faktor-
faktor yang menentukan) National Competitive Advantage(NCA).
Empat atribut ini adalah :factor conditions, demand
conditions, related and supporting industries, dan
firmstrategy, structure, and rivalry (Dwi,2013).
Page 17
PDRB
location Quotient
Sektor unggulan
Tipologi Klassen
Daya saing
Sektor unggulan yang berperan dalam kemajuan perekonomian daerah
H. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
1. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam buku perencanaan daerah (Mudrajad,2012)
pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah dapat
dilihat dari perkembangan indikator ekonomi yang ada,
salah satunya menggunakan PDRB. Pembangunan dibidang
ekonomi diarahkan untuk memperkokoh struktur ekonomi
dengan keterkaitan yang kuat dan Saling mendukung antar
sektor dengan melihat sektor-sektor yang menjadi
unggulan di wilayah Pulau Sumatera.
Adapun sektor-sektor ekonomi yang ada terdiri dari
Sembilan sektor antara lain : sektor pertanian; sektor
pertambangan dan penggalian; sektor industri
pengolahan; sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor
bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa.
Page 18
Peningkatan kesejahteraan dan pembagunan ekonomi
2. HIPOTESIS
a. Diduga sektor uanggulan di Provinsi Riau dan
Provinsi Kepulauan Riau dapat meningkatkan
peranannya dalam kemajuan perekonomian daerah.
b. Diduga sektor unggulan dengan daya saing paling
unggul dapat menciptakan wilayah cepat maju di
Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau.
I. METODE PENELITIAN
1. JENIS DAN SUMBER DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data skunder yaitu data yang di peroleh dari instansi-
instansi terkait, yaitu :
a. BPS Provinsi Riau, berupa data PDRB Sektoral atas
dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan
Page 19
usaha tahun 2006-2012.
b. BPS Provinsi Kepulauan Riau, berupa data PDRB
Sektoral atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut
lapangan usaha tahun 2006-2012.
c. Buku panduan dan hasil penelitian terdahulu yang
erat kaitannya dengan penelitian ini.
2. TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini, di gunakan teknik sebagai berikut ;
a. Studi kepustakaan, dengan cara membaca dan mengutip
teori-teori yang terkait dengan penelitian ini.
b. Menghimpun data skunder yang telah di publikasikan
oleh instansi yang ada di Provinsi Riau dan Provinsi
Kepulauan Riau. baik yang diarsip dalam bentuk
hardcopymaupun softcopyyang ada di web BPS.
3.DEFINISI OPRASIONAL DAN INDIKATOR VARIABEL
Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu
sesuatu yang merupakan inti dari problematika
penelitian (Arikunto dlm Tanda, 2007). Objek penelitian
ini adalah Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau.
Page 20
subjek yang akan diteliti adalah PDRB Provinsi Riau dan
Provinsi Kepulauan Riau atas dasar harga konstan tahun
2000 menurut lapangan usaha tahun 2006 hingga tahun
2012, untuk melihat sektor apa saja yang merupakan
sektor unggulan.
Variabel penelitian ini adalah subjek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Variabel dalam penelitian ini antara lain :
a. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI
Menurut Demmatadju (2012) kenaikan PDRB tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih
kecil dari pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan
struktur ekonomi berlaku atau tidak. Laju pertumbuhan
ekonomi diukur dengan indicator perkembangan PDRB dari
tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen per tahun.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan
daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB tiap
tahunnya, yang dimulai dari tahun 2006-2012.
b. INDIKATOR UTAMA DAN PRINSIP-PRINSIP DAYA SAING
DAERAH
Page 21
Nilai tambah, investasi, tabungan,
konsumsi akhir kinerja sektoral,
biaya hidup
Internasionalisasi, perdagangan
internasional,investasi asing, perdagangan
antar daerah
Nilai tambah, investasi,
tabungan, konsumsi akhir kinerja
sektoral, biaya hidup
Infrastruktur fisik, informasi dan komunikasi, sumber daya alam
Keagiatan penelitian SDM di Bidang Teknologi
Perekonomian daerah
keterbukaan Sistem keuangan
Daya Saing Daerah
kelembagaan Governance & kebijakan pemerintah
Aspek Hukum Dan Keamanan, Aspek Sosial Politik
Prediktabilitas peraturan dan kebijakan, hambatan birokrasi,
efisiensi sektor publik, kebijakan
Dalam buku daya saing daerah (Piter,2000) dari
berbagai literature, teoriekonomi serta berbagai
diskusi, indicator-indikator utama yang dianggap
menentukan daya saing daerah adalah 1) Perekonomian
daerah, 2) keterbukaan, 3) sistem keuangan, 4)
infrastruktur dan sumber daya alam 5) ilmu pengetahuan
dan teknologi, 6) sumber daya manusia, 7) kelembagaan,
8) Governance dan kebijakan pemerintah, dan 9)
manajemen dan ekonomi mikro ().
Indikator dan sub-Indikator dari daya saing daerah
tersebut dapat dilihatpada gambar dibawah ini.
Infrastruktur &SDA
Ilmu pengetahuandan teknologi
Page 22
Prediktabilitas peraturan dan kebijakan, hambatan birokrasi,
efisiensi sektor publik, kebijakanManajemen &
ekonomiSDM
Karakteristik penduduk, ketenaga
kerjaan,pendidikan,kualitas hidup,
perilaku dan nilai sosial
Produktifitas,biaya tenaga kerja, kinerja perusahaan, efisiensi
manajeen, budaya perusahaan
Gambar 8.1. indikator utama penentu daya saing daerah
Page 23
c. PEREKONOMIAN DAERAH
Dalam buku daya saing daerah (Piter,2000)
perekonomian daerah merupakan ukuran kinerja secara
umum dari perenomian makro (daerah) yang meliputi
penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital,tingkat
konsumsi, kinerjasektoral perekonomian, Serta tingkat
biaya hidup. Indikator kinerja ekonomi
makromempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-
prinsip sebagai berikut :
1) Nilai tambah merefleksikan produktivitas
perekonomian setidaknya dalam jangka pendek.
2) Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan
daya saing dalam jangka panjang.
3) Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi
di masa lalu.
4) Kompetisi yang didorong mekanisme pasar akan
meningkatkan kinerjaekonomi satu daerah. Semakin
ketat kompetisi pada suatu perekonomiandaerah, maka
akan semakin kompetitif perusahaan-perusahaan yang
akanbersaing secara international maupun domestic
Page 24
d. TINGKAT DAYA SAING
Tingkat daya saing adalah kemampuan produsen
memproduksi suatu komoditi dengan mutu yang baik dan
biaya yang cukup rendah sesuai harga di pasar, dapat
dipasarkan dengan laba yang cukup dan dapat melanjutkan
kegiatan produksi atau usahanya(Simanjuntak dlm
Suparmoko,2002).
a. Sektor ekonomi potensial merupakan sektor ekonomi
yang memiliki satu atau gabungan kriteria seperti
keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif,
spesialisasi jika di bandingkan dengan sektor
ekonomi yang sama pada wilayah lainnya.
b. Keunggulan kompetitif berarti kemampuan daya saing
kegiatan ekonomi yang lebih besar pada suatu daerah
terhadap kegiatan ekonomi yang sama di daerah
lainnya. Keunggulan kempetitif juga merupakan cermin
dari keunggulanpertumbuhan ekonomi suatu wilayah
terhadap wilayah lainnya yang dijadikan "benchmark".
c. Keunggulan komparatif mengacu pada kegiatan ekonomi
suatu daerah yang menurut perbandingan lebih
menguntungkan bagi perekonomian daerah tersebut.
Page 25
Perbandingan tersebut merupakan perbandingan
kontribusi nilai tambah bruto suatu sektor ekonomi
suatu daerah yang lebih besar dibandingkan dengan
daerah lainnya.
4. METODE ANALISIS
Analisis data yang digunakan dalam melakukan
penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
kuantitatif (secara statistik). Analisis statistik
adalah dengan mengumpulkan data kemudian dikelompokkan
menurut jenis-jenisnya. Alat analisis yang digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian yang ada menggunakan
dua (2) buah alat analisis sebagi berikut :
a. LOCATION QUOTIENT
Alat analisis location quotient adalah
perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor
disuatu daerah terhadap peranan suatu sektor tersebut
secara nasional atau di suatu kabupaten terhadap
peranan suatu sektor secara regional atau tingkat
provinsi (Todaro,2006).
Analisis location quotient merupakan alat analisis
Page 26
yang sederhana yang dapat menunjukkan struktur
perekonomian suatu daerah dan industri impor potensial
atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor
dan menunjukkan indusri-industri potensial untuk
dianalisis lebih lanjut. Alat analisis location
quotient dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan
merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis
suatu wilayah dengan menggunakan dataproduk domestik
regional bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan
wilayah (Adisasmita,2005:29).
Dalam tehnik ini, menurut Tariga (2007) kegiatan
ekonomi suatu daerah dapat dibagi menjadi dua golongan
yaitu :
1) Sektor basis atau sektor unggulan
Adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi
kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah
itu sendiri. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya
mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah
lain dan dapat dijadikan sektor unggulan.
2) Sektor non basis
merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi
Page 27
kebutuhan daerah itusendiri atau memerlukan bantuan
dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan akan hasil
produksi sektor ini. Sektor seperti ini dikenal dengan
sektor non unggulan.
Teori ini selanjutnya menyatakan bahwa karena
sektor basis menghasilkan barang dan jasa yang dapat
dijual keluar daerah yang meningkatkan pendapatan
daerah tersebut, maka secara berantai akan meningkatkan
investasi yang berarti menciptakan lapangan kerja baru
peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya
meningkatkan permintaan terhadap industry basis, tetapi
juga menaikkan permintaan industry non basis.Dengan
dasar teori ini maka sektor basis perlu di prioritaskan
untuk dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan
ekonomi daerah.
Rumusan Location Quotient (LQ) menurut Bendavid
Val (Tarigan,2007) yang kemudian digunakan dalam
penentuan sektor basis dan non basis di Provinsi Riau
dan Provinsi Kepulauan Riau, yang dinyatakan dalam
persamaan berikut :
Page 28
LQ=xr /RVr
xn /RVn
atau LQ=xr /xn
RVr /RVn
Dimana :
LQ :Koefisien Location Quotient Provinsi Riau dan
Provinsi Kepulauan Riau.
Xr :PDRB sektor I di Provinsi Riau dan Provinsi
Kepulauan Riau.
RVr :Total PDRB Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan
Riau.
Xn :PDB sektor I di Indonesia.
RVn :Total PDB Indonesia.
Selanjutnya menurut Bendavid Val memberikan
pengukuran terhadapderajat spesialisasi dengan kreteria
sebagai berikut :
1) LQ > 1
Jika LQ lebih dari 1, berarti tingkat spesialisasi
sektor tertentu pada Provinsi Riau dan Provinsi
Kepulauan Riau lebih besar dari sektor yang sama pada
tingkat nasional.
2) LQ < 1
Page 29
Jika LQ lebih kecil dari 1, berarti tingkat
spesialisasi sektor tertentu pada Provinsi Riau dan
Provinsi Kepulauan Riau lebih kecil dari sektor yang
sama pada tingkat nasional.
3) LQ = 1
Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat
spesialisasi sektor tertentu pada Provinsi Riau dan
Provinsi Kepulauan Riau sama dengan sektor yang sama
pada tingkat nasional.
b. TIPOLOGI KLASSEN
Karakteristik tentang pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan klassen tipologi
(Sjahrizal dlm Negara, 2010) digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
masing-masing daerah. Tipologi klassen pada dasarnya
membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita
daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi
sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan
Page 30
perkapita sebagai sumbu horizontal. Daerah yang diamati
akan dibagi menjadi empat klasifikasi yang daerah cepat
maju dan cepat tumbuh (High growth and high share),
daerah maju tapi tertekan (high share but low growth),
daerah berkembang cepat (high growth but low share),
dan daerah relatif tertinggal (low growh and low
share).
Tipologi klassen merupakan salah satu alat
analisis ekonomi regional yang dapat digunakan untuk
mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah
Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau. analisis
tipologi klassen digunakan dengan tujuan
mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Provinsi
Riau dan Provinsi Kepulauan Riau dengan memperhatikan
sektor perekonomian Provinsi Riau dan Provinsi
Kepulauan Riau sebagai daerah referensi. Analisis ini
bersifat dinamis karena sangat bergantung pada
perkembangan kegiatan pembangunan pada Provinsi Riau
dan Provinsi Kepulauan Riau yang
bersangkutan(Sjafrizal,2008). Penggunaan dan
interpretasi alat analisis klassen typology dapat
Page 31
dilihat di tabel 9.1
Tabel 9.1 :Klasifikasi sektor PDRB menurut
Tipologi Klassen
Kontribusi laju Yik> Yi Yik< Yirik>ri Kuadran 1
Wilayah cepatmaju
Kuadran IIWilayah maju
rik< ri Kuadran IIIWilayah lambat
maju
Kuadran IVWilayah tidak
majuSumber: Sjafriza1,1997
Keterangan :
rik : Laju pertumbuhan sektor i tingkat Kabupaten/Kota
di Provinsi Riau danProvinsi Kepulauan Riau.
ri : Laju pertumbuhan sektor i di tingkat Provinsi
Riau dan Provinsi kepulauan Riau
Yik : Kontribusi sektor i terhadap PDRB tingkat
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau dan Provinsi
Kepulauan Riau
Yi : Kontribusi sektor i terhadap PDRB daerah yang
menjadi referensi