Page 1
1
ANALISIS SEISMISITAS BERDASARKAN DATA GEMPA BUMI
PERIODE 1958-2018 MENGGUNAKAN b-value PADA DAERAH
SELATAN JAWA BARAT DAN BANTEN
Skripsi ini ditujuan kepada Fakultas Sains dan Teknologi untuk memenuhi gelar Sarjana Sains (S.Si)
ILMAN LUTHFI HILMI
11140970000013
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Page 2
ii
ANALISIS SEISMISITAS BERDASARKAN DATA GEMPA
BUMI PERIODE 1958-2018 MENGGUNAKAN b-Value PADA
DAERAH SELATAN JAWA BARAT DAN BANTEN
Oleh:
ILMAN LUTHFI HILMI
11140970000013
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Bidang Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
Page 6
vi
ABSTRAK
Daerah Jawa Barat dan Banten, khususnya wilayah selatan merupakan salah
satu kawasan yang rawan terjadi gempa bumi disebabkan daerah tersebut
merupakan jalur cincin api dan adanya sesar yang masih aktif, seperti Sesar
Cimandiri, Sesar Baribis dan Sesar Lembang. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui tingkat keaktifan seismik, kerapuhan batuan dan tingkat periode ulang
untuk membuat bangunan tahan gempa. Parameter seismoteknik suatu wilayah
dapat dihitung dengan menggunakan hubungan Frekuensi-Magnitudo dengan
perumusan Guttenberg-Rithcher, yaitu Log N(M)= a’-bM dan menggunakan
metode Maximum Likelihood. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dari
data gabungan USGS dan BMKG pada magnitude ≥ 4 SR dan kedalaman 0-300
km. Berdasarkan hasil analisis dan persebaran seismisitas didapatkan semakin
tinggi frekuensi semakin kecil magnitude gempa. Hasil Parameter seismoteknik
memberikan variasi nilai b di Selatan Jawa Barat dan Banten sekitar 0.95-1.45,
dengan nilai tertinggi di Selatan Kabupaten Pandeglang (1.35-1.45) dan terendah di
Kabupaten Tasikmalaya (0.95-1.05). Variasi nilai a sekitar 6.5-9, dimana nilai
tertinggi di Selatan Kabupaten Pandeglang (8.5-9) dan terendah di Kabupaten
Tasikmalaya (6.5-7). Perhitungan Indeks Seismisitas yaitu 0.632 dan indeks
seismisitas pada gempa terbesar yaitu 0.004. Probabilitas pada interval waktu 20
tahun dengan nilai P(7, 20)=8%; P(7, 40)=15%; P(7, 60);21%. Variasi periode
ulang dengan variasi 5 SR= 1-4 tahun, 6 SR= 15-55 tahun dan 7 SR=150-550 tahun.
Kata Kunci: Maximum Likelihood, kondisi wilayah Selatan Jawa Barat dan Banten,
Guttenberg-Richter, Parameter Seismoteknik.
Page 7
vii
ABSTRACT
The area of West Java and Banten, especially in Southern is one of the areas
prone to earthquakes, caused by the fact that the area is part of the ring of fire path
and the presence of faults that are still active, such as the Cimandiri Fault, the
Baribis Fault and the Lembang Fault. The purpose of this study is to determine the
level of seismic activity, the fragility of the rocks and the level of the return period
to make earthquake resistant buildings. The seismotechnical parameters of a region
can be calculated using the Frequency-Magnitude relationship with the
Guttenberg-Rithcher formulation, namely Log N (M) = a'-bM by using the
Maximum Likelihood method. Based on the results of the research obtained from
the combined data of USGS and BMKG, the magnitude of the 4 SR and the depth
of 0-300 km. Based on the analysis and distribution of seismicity, it was found that
the higher of the frequency of the smaller earthquake magnitude is obtained. The
results of the seismotechnical parameters provide variations of the b-value in South
West Java and Banten around 0.95-1.45, with the highest value in the South of
Pandeglang Regency (1.35-1.45) and the lowest in Tasikmalaya District (0.95-
1.05). Variations of the a-values of an area around 6.5-9, while the highest value is
on the South of Pandeglang Regency (8.5-9) and the lowest in Tasikmalaya Regency
(6.5-7). The seismicity index is 0.632 and the seismicity of the largest earthquake is
0.004.. Probability is at a time interval of 20 years with value as follows P(7,
20)=8%; P(7, 40)=15%; P(7, 60);21%. While variation of the return period are
with variation of 5 SR= 1 to 4 years, 6 SR= 15-55 years and 7 SR=150-550 years.
Keywords: Maximum Likelihood, condition of the South West and Banten regions,
Guttenberg-Richter, Seismotechnical Parameters.
Page 8
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
petunjuk-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS SEISMISITAS
BERDASARKAN DATA GEMPA BUMI PERIODE 1958-2018
MENGGUNAKAN b-Value PADA DAERAH SELATAN JAWA BARAT DAN
BANTEN” dapat diselesaikan sesuai waktunya. Laporan ini disusun untuk
memenuhi syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Sains (S.Si) pada jurusan Fisika
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik itu langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan
pembuatan tugas akhir ini, yaitu
1. Allah SWT. Yang atas karunianya telah memberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tangerang
Selatan sebagai instansi yang telah memberikan ilmu kepada saya selama
melaksanakan tugas akhir ini.
3. Bapak DR. Sutrisno M. Si Dipl. Seis. selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Ibu Tati Zera M. Si selaku Sekretaris Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Arif Tjahjono M. Si selaku dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Darman Mardanis, SE selaku Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa yang
telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan Tugas Akhir di bagian
TEWS BBMKG Wilayah II Tangerang Selatan.
7. Bapak Dede Sunarya S.Si MT selaku pembimbing Tugas Akhir pada bagian
TEWS BBMKG Wilayah II Tangerang Selatan.
8. Keluarga yang selalu memberikan semangat dan dukungan penuh berupa doa
dalam pelaksanaan tugas akhir di BBMKG Wilayah II Tangerang Selatan.
Page 9
ix
9. Para karyawan bagian TEWS BBMKG Wilayah II Tangerang Selatan.
10. Seluruh dosen Program Studi Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Seluruh teman-teman Fisika 2014.
12. Teman-teman Geofisika 2016 yang telah memberikan dukungan dan ilmu yang
berguna.
13. Untuk teman saya, Alfayed, Dimas Maulana Akbar (Psikologi Gunadarma),
Siva Dwi Harum, Suci Maulidiyah, Khoirunnisa Listiani (Biologi UIN Jakarta),
Fitrian Saraswati Yuswandhini (Pendidikan Fisika UIN Jakarta), Fiviana
(PGSD UMJ), Novera Pratiwi (Ilmu Komunikasi), Dian Pratiwi (FIKES UPN
Jakarta) dan Shinta Yuni Asri (Agroekotekonologi Unbraw) yang telah banyak
memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
14. Semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penyusunan makalah
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikian laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami hal-hal yang
berhubungan dengan parameter seismoteknik. Kritik dan saran dari berbagai pihak
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini yang dapat dikirimkan melalui email:
[email protected] .
Tangerang Selatan, 10 Januari 2019
Ilman Luthfi Hilmi
Page 10
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
PENGESAHAN UJIAN ....................................................................................... iv
PERNYATAAN TULISAN .................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ ………….1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
1.5.1 Bagi Masyrakat Luar ....................................................................... 7
1.5.2 Bagi Mahasiswa .............................................................................. 8
1.5.3 Bagi Instansi .................................................................................... 8
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 10
2.1 Gempa Bumi .......................................................................................... 10
2.2 Proses Terjadinya Gempa Bumi ............................................................ 13
Page 11
xi
2.3 Skala Kekuatan Gempa .......................................................................... 16
2.3.1 Skala Kekuatan .............................................................................. 16
2.3.2 Skala Intensitas .............................................................................. 16
2.4 Jenis Pergerakan Lempeng ..................................................................... 20
2.5 Metode Maximum Likelihood dan Least Square .................................... 21
2.5.1 Metode Maximum Likelihood ........................................................ 21
2.5.2 Metode Least Square ..................................................................... 23
2.6 Hubungan Frekuensi-Kekuatan Gempa Bumi ....................................... 24
2.7 Indeks Seismisitas .................................................................................. 26
2.8 Probabilitas Kejadian Gempabumi ........................................................ 27
2.9 Kondisi Wilayah Jawa Barat dan Banten ............................................... 28
2.10 Software Z-Map .................................................................................... 33
2.11 Gempabumi dan al-Qur’an ................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 38
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 38
3.2 Pengumpulan Data ................................................................................. 38
3.3 Alat dan Bahan ....................................................................................... 39
3.4 Pengolahan Data..................................................................................... 39
3.5 Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 43
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian........................................................... 42
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 60
Page 12
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Skala Ricther dan Pembandingnya ............................................ 17
Tabel 2.2: Skala Intensitas Gempabumi Menurut BMKG ......................... 19
Tabel 2.3: Perbandingan Kekuatan dan Frekuensi Gempabumi ................ 25
Tabel 4.1: Nilai Indeks Seismisitas, Probabilitas dan Periode Ulang ........ 49
Tabel 4.1: Perbanding Nilai a dan b dari Berbagai Sumber ....................... 54
Page 13
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Peta Tektonik Indonesia ....................................................... 3
Gambar 2.1: Jenis Pergerakan Lempeng ................................................... 21
Gambar 2.2: Struktur Jawa Barat .............................................................. 30
Gambar 2.3: Distribusi Spasial Litologi Daerah Penelitian …………………...33
Gambar 2.4: Tampilan Awal Software Z-Map .......................................... 34
Gambar 3.1: Diagram Alur Penelitian ....................................................... 42
Gambar 4.1: Peta Penelitian Daerah Selatan Jawa Barat dan Banten ....... 43
Gambar 4.2: (a) Hubungan Frekuensi-Magnitudo Wilayah Selatan Jawa
Barat dan Banten ............................................................. 45
(b) Histogram Magnitude Wilayah Selatan Jawa Barat dan
Banten ............................................................................. 45
(c) Histogram Kedalaman Wilayah Selatan Jawa Barat dan
Banten .............................................................................. 45
Gambar 4.3: (a) Variasi Spasial a-value
(b) Variasi Spasial b-value ................................................... 46
Gambar 4.4: (a) Periode Ulang Gempa 5 SR ........................................... 51
(b) Periode Ulang Gempa 6 SR ........................................... 51
(c) Periode Ulang Gempa 7 SR ............................................ 52
Gambar 4.5: Hubungan Magnitude Frekuensi Menggunakan
Least Square ........................................................................ 53
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam terjadi di permukaan bumi
dan mempunyai resiko tinggi mengalami kerusakan, baik bangunan maupun
jatuhnya korban jiwa. Hal ini disebabkan karena penyebab gempa bumi tidak
mudah untuk diprediksi, baik waktu, lokasi, maupun seberapa kuatnya goncangan
gempa yang dihasilkan. Goncangan gempa bumi sendiri diakibatkan pelepasan
energy dari dalam bumi yang menjalar ke segala arah berupa gelombang seismik
dan dirasakan sampai ke permukaan bumi. Pancaran gelombang seismik tersebut
dapat merambat seperti pada rambatan gelombang bunyi saat pesawat melaju di
udara. Hasil pancaran gelombang seismik tersebut bervariasi yang besarnya
beragam, dimulai dari magnitudo kecil sampai magnitudo besar. Pada gempa yang
ber-magnitudo kecil, gejala yang ditimbulkan biasanya tidak terasa karena hanya
tercatat oleh alat-alat khusus seperti seismograf, atau bisa saja gempa yang
ditimbulkan dapat terasa oleh sebagian orang namun tidak dapat menyebabkan
kerusakan karena hanya mengakibatkan benda-benda bergoyang. Beda halnya
dengan gempa yang ber-magnitudo besar, gempa bumi yang dihasilkan akan
menyebabkan kerusakan yang bersifat merusak bangunan maupun menyebabkan
jatuhnya korban jiwa.
Page 16
2
Gempa bumi sendiri terdiri dari banyak jenis, selain yang berada di daratan
gempa bumi juga banyak terjadi di dasar laut. Perlu diwaspadai apabila pada daerah
laut mengalami gempa yang sifat magnitudo nya besar, maka bisa terjadi
kemungkinan bahwa pada daerah sekitar yang mengalami gempa terkena dampak
terburuknya, yaitu tsumani. Seperti gempa bumi yang menyebabkan Tsunami
terjadi di beberapa daerah didunia, bisa diambil contoh pada gempa Aceh tahun
2004 dengan kekuatan 9.5 SR menyebabkan ratusan ribu jiwa meninggal dunia, dan
rumah rusak dari kategori ringan sampai rusak parah akibat tsunami dengan tinggi
ombak sekitar belasan meter.
Kepulauan Indonesia sendiri merupakan salah satu daerah di dunia yang
mempunyai tatanan tektonik yang sangat beragam dan juga kompleks. Mengapa
demikian? karena pada Kepulauan Indonesia merupakan daerah yang berada pada
lintasan pertemuan tiga lempeng tektonik, baik lempeng besar maupun lempeng
kecil. Pada lempeng tektonik besar (macroplate), pertemuan lempeng tersebut yaitu
lempeng Eurasia yang relatif diam, lempeng Pasifik yang sifat pergerakannya ke
barat dan juga lempeng Indo-Australia yang sifat pergerakannya ke utara. Selain
lempeng besar, terdapatnya lempeng Filipina yang merupakan lempeng kecil
(microplate). Pertemuan antara ketiga lempeng besar tersebut menyebabkan
terbentuknya zona subduksi, yang merupakan pertemuan antara kedua buah
lempeng tektonik yang bersifat convergen (saling mendekat) di mana salah satu
lempeng akan menujam kedalam lempeng lainnya disebabkan nilai densitas yang
dimilikinya lebih tinggi dari lempeng lainnya. Selain membentuk zona subduksi,
pertemuan tiga lempeng juga disebut triple junction.
Page 17
3
Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia
(Sumber: http://balai3.denpasar.bmkg.go.id/tentang-gempa)
Bencana alam tektonik sebenarnya sudah lama terbentuk sejak benua terpisah
seperti sekarang ini, banyak factor yang menyebabkan bencana tektonik terbentuk.
Bencana alam selain bencana tektonik juga ada yang menyebabkan perubahan
struktur daerah tersebut, salah satunya adalah gunung api. Gunung api yang ada di
dunia mempunyai potensi yang sama besar nya dengan gempa tektonik. Salah satu
contoh nya adalah bagaimana letusan gunung Krakatau yang menyebabkan bencana
besar akibat gunung tersebut mengalami erupsi dan meletus, menyebabkan muncul
nya anak gunung baru yaitu Anak Gunung Krakatau. Bencana tektonik dan gunung
api sangat berkaitan erat dengan kondisi geografis Indonesia. Hal ini terjadi
dikarenakan Indonesia selain adanya pertemuan antara tiga lempeng besar dan
kecil, juga dilalui oleh cincin api (Ring of Fire). Ring of Fire terletak di sepanjang
Samudera Pasifik dan mempunyai bentuk cekungan dengan panjang wilayah nya
sekitar 40.000 km2, melewati rute yang membentang dari Sumatera, Jawa, Bali,
Page 18
4
Nusa Tenggara, Filipina dan terus ke Himalaya, Mediterania dan berujung di
Samudera Atlantik (Yonathan, 2018). Karena rute tersebut menyebabkan Indonesia
banyak terdapat gunung api yang masih aktif seperti di Sumatera Barat, gunung api
di Kepulauan Indonesia merupakan gunung api yang paling aktif pada jalur Ring of
Fire dibandingkan jajaran gunung api lain di jalur yang sama.
Daerah Jawa Barat dan Banten khususnya wilayah selatan merupakan kawasan
yang rawan terjadinya gempa bumi. Secara geografis daerah Jawa Barat dan Banten
terletak pada -6o s/d -8o LS dan 105o s/d 108o BT. Daerah ini merupakan wilayah di
Kepulauan Indonesia yang berada di zona pertemuan antara lempeng Eurasia
dengan Indo-Australia, di mana gerakan lempeng Indo-Australia bergerak kearah
utara dan bertumbukan dengan lempeng Eurasia yang relatif diam. Selain adanya
aktivitas subduksi lempeng didaerah Selatan Jawa Barat, daerah ini juga rawan
bencana gempa bumi dikarenakan adanya aktivitas sesar local diwilayah tersebut,
seperti Sesar Lembang, Sesar Cimandiri dan Sesar Baribis. Hingga tahun 2018 ada
beberapa gempa bumi yang tercatat, di mana lebih dari 29 kali kejadian gempa bumi
yang bersifat merusak dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Kejadian gempa
bumi tersebut antara lain gempa bumi di Kuningan tahun 1875, gempa bumi
Tasikmalaya pada 1979, gempa bumi Majalengka tahun 1990, gempa bumi
Sukabumi tahun 2000, gempa bumi di Gunung Halu tahun 2005, gempa bumi dan
tsunami di Pangandaran tahun 2006, dan gempa bumi di Tasikmalaya tahun 2009
(Daryono, 2010; (Sunardi, et al., 2017)). Selain itu berdasarkan data dari situs
USGS ada beberapa gempabumi yang termasuk ke dalam gempa bumi yang
tercatat, salah satunya adalah daerah Tasikmalaya pada tahun 2017 dengan Mw 6.5.
Page 19
5
Efek yang ditimbulkan dari gempa bumi baik gempa tektonik maupun gempa
api seperti pergerakan tanah, longsor, dan sebagainya seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya pada daerah yang terkena dampak dari gempa bumi. Dengan
mengetahui berbagai efek dari gempa tersebut dapat dilakukan berbagai upaya
untuk mencegah kerusakan tersebut.
Kewaspadaan dari gempa bumi perlu dilakukan suatu kajian mengenai
seismoteknik yang berdasarkan sejarah gempa bumi daerah tersebut. Seismoteknik
adalah katalog gempa bumi yang memuat persebaran gempa bumi dan juga ukuran
untuk perbandingan aktivitas seismis antara satu daerah dengan daerah lain.
Parameter seismoteknik merupakan harga numeric yang dapat digunakan sebagai
ukuran tingkat kegempaan suatu daerah. Parameter seismoteknik dapat berupa
keaktifan seismisk (a-value), kerapuhan batuan (b-value), indeks seismisitas, dan
periode pengulangan gempa.
Nilai a secara fisis dapat diartikan sebagai tingkat seismisitas di wilayah
tertentu, sedangkan nilai b sendiri merupakan aktifitas gempa local dan struktur
suatu wilayah. Dengan mengetahui khususnya nilai a dan b maka kita dapat
menentukan daerah yang merupakan daerah yang termasuk rawan gempa karena
nilai a dan b ini akan menunjukan seberapa besar tingkat keaktifan seismisitas dan
kegempaan. Nilai a dan b ini juga dapat digunakan sebagai acuan kepada
pemerintah daerah dalam pembuatan sebuah bangunan yang tahan gempa sehingga
dalam hal ini mengurangi resiko baik kerusakan bangunan maupun jatuhnya korban
jiwa.
Page 20
6
Penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan software dan metode yang
digunakan. Berdasarkan informasi tersebut, maka perlunya dilakukan penelitian
terkait penentuan nilai parameter seismotektonik berdasarkan nilai a dan b di daerah
Selatan Jawa Barat dan Banten dengan menggunakan hubungan Gutenberg-Rithcer
atau Magnitudo Frequency Relation (MFR) dan metode statistic Maximum
Likelihood. Sedangkan software yang digunakan adalah dengan menggunakan
software Z-Map dan ArcGIS 10.2.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang berkaitan dengan latar belakang diatas antara lain:
1) Bagaimana cara untuk mengetahui b-value untuk daerah selatan Jawa Barat dan
Banten dengan metode statistic periode 1958-2018?
2) Bagaimana hasil dari seismisitas pada daerah selatan Jawa Barat dan Banten
berdasarkan distribusi gempa bumi?
3) Bagaimana persebaran periode ulang gempa bumi di daerah selatan Jawa Barat
dan Banten berdasarkan perhitungan?
1.3 Batasan Masalah
Data gempa berdasarkan katalog gempa bumi dari USGS dan BMKG selama 60
tahun terakhir, dimulai dari tanggal 1 Januari 1958 sampai 1 Juni 2018 meliputi
wilayah selatan Jawa Barat dan Banten dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Magnitudo minimum adalah 4 SR dan maksimum adalah 8 SR.
2) Kedalaman berkisar antara 0-300 km yang merupakan gempa dangkal sampai
dalam. Gempa dangkal diketahui sebagai gempa yang paling menyebabkan
kerusakan terparah.
Page 21
7
3) Data diambil dengan ketentuan daerah koordinat yang terletak antara -6.948o
s/d -8.135o LS dan 104.996o s/d 108.721o BT.
4) Metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan hubungan Gutenberg-
Rithcer atau Magnitudo Frequency Relation (MFR) dan metode Maximum
Likelihood, sedangkan software yang digunakan dalam mengolah data adalah
Microsoft Excel dan dalam menginterpretasikan data adalah Software Z-Map.
Sedangkan untuk pemetaan seismisitas gempa bumi daerah penelitian
menggunakan software ArcGIS 10.2.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Mengetahui b-value untuk daerah selatan Jawa Barat dan Banten dengan
metode statistic periode 1958-2018.
2) Mengetahui tingkat seismisitas daerah selatan Jawa Barat dan Banten
berdasarkan data gempa periode 1958-2018.
3) Mengetahui tingkat periode ulang gempa bumi pada daerah selatan Jawa Barat
dan Banten berdasarkan nilai a dan b value yang di dapat.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat Luar
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada
Pemerintah baik Daerah maupun Pusat sebagai studi mitigasi kebencanaan
Page 22
8
khususnya gempa bumi di daerah selatan Jawa Barat dan Banten sehingga dapat
dijadikan saran untuk pembuatan bangunan didaerah tersebut.
1.5.2 Bagi Mahasiswa
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Strata Satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain
itu manfaat lainnya adalah dapat sekaligus pengetahuan tentang penggunaan
software dan pengolahan data.
1.5.3 Bagi Instansi
Manfaat bagi instansi adalah terjalinnya hubungan baik antara Instansi
tempat melakukan penelitian dengan Program Studi sehingga dapat terjalin kerja
sama kedepannya. Selain itu juga sebagai saran dan masukan atas pelayanan untuk
tempat instansi tersebut.
1.6 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri atas lima bab, antara lain sebagai berikut:
1) BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi gambaran umum mengenai masalah yang akan dibahas dalam
penelitian tersebut. Dalam bab ini berisi mengenai latar belakang penulisan,
rumusan masalah, batasan masalah dalam penelitian, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian untuk orang lain.
Page 23
9
2) BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang teori yang berkenaan dengan apa yang dibahas di dalam
penelitian ini. Pada bab ini juga berisi mengenai pengertian, proses, kondisi
geologi, hubungan antara frekuensi dengan magnitude, indeks seismisitas,
probabilitas dan periode ulang.
3) BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisikan waktu dan tempat pelaksanaan, data apa saja yang digunakan,
alat dan bahan yang dipakai selama penelitian, pengolahan data, teknik
pengumpulan data dan juga diagram alir penelitian tersebut.
4) BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan berikut analisis
mengenai hasil penelitian tersebut.
5) BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini terdiri kesimpulan yang didapat dari penelitian ini serta saran kedepan
untuk penelitian selanjutnya.
Page 24
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gempa bumi
Gempa bumi merupakan sentakan asli dari bumi, yang sumbernya di dalam
bumi yang merambat melalui permukaan bumi (J. A. Katili dan Marks, 1963: 250;
(Ir. Soetoto, 2013)). Selain itu definisi lain dari gempa bumi adalah sebuah proses
bergetarnya permukaan tanah disebabkan karena adanya pelepasan energy yang
secara tiba-tiba karena adanya patahan atau pecahnya massa batuan di lapisan kerak
bumi. Pengertian ini merupakan kesimpulan dari beberapa pendapat yang
mengemukakan tentang gempa bumi, sehingga adanya penjelasan yang lebih dalam
mengenai defisnisi gempa bumi. Defisini gempa bumi yang telah dirangkum dari
beberapa sumber diantaranya sebagai berikut (Pawirodikromo, 2012):
a. Earthquake is vibrations of the Earth caused by the sudden release of energy,
usually as a result of displacement of rock along fault.
b. An earthquake is a sudden motion or tembling in the earth caused by the sudden
release of slowly accumulated strain.
c. Earthquake is a ground shaking or radiated seismic energy caused by a sudden
stress changes or a sudden slip on a fault or volcanic/ magmatic activity.
d. Earthquake is a sudden shock or shacking and vibration at the surface of the
earth resulting from underground movement along a fault plane or volcanic
activity.
Page 25
11
e. Earthquake is shaking of the Earth surface caused by rapid movement or rocky
outer earth layer.
f. Earthquake is vibration of the earth produced by the rapid release energy.
g. Earthquake is a shaking of a ground caused by the sudden breaking and shifting
of large section of the earth’s rocky outer shell.
Menurut teori yang dikemukakan oleh seismolog Reid (Fulki, 2011)
menyatakan bahwa gempa bumi merupakan gejala alam yang disebabkan oleh
pelepasan energy regangan elastis batuan yang disebabkan adanya deformasi
batuan yang terjadi di litosfer.
Deformasi batuan terjadi akibat adanya tekanan (stress) dan regangan (strain)
pada lapisan bumi. Tekanan atau tarikan yang terjadi secara terus-menerus akan
menyebabkan daya dukung pada batuan akan mencapai titik maksimum dan mulai
terjadinya pergeseran mengakibatkan patahan secara tiba-tiba. Energi stress yang
tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran yang dikenal sebagai gempa bumi.
Apabila dua buah lempeng mengalami pertumbukan, maka pada daerah
batasnya antara dua lempeng akan mengalami tegangan. Salah satu lempeng akan
menyusup ke bawah lempeng lainnya, inilah yang disebut subduksi. Pada umumnya
lempeng samudera akan menyusup ke bawah lempeng benua, ini disebabkan karena
densitas lempeng samudera lebih besar dibandingkan dengan lempeng benua.
Apabila tegangan tersebut telah melewati titik maksimum nya maka akan terjadi
patahan pada kulit bumi di daerah yang lemah. Kulit bumi yang patah akan
melepaskan energy atau tegangan parsial atau seluruhnya untuk kembali ke keadaan
Page 26
12
semula. Peristiwa pelepasan energy ini disebut gempa bumi (Pepen, 2008; (Lira,
2017)).
Pergerakan dua lempeng yang berbatasan saling bergerak relative terhadap
sesamanya menimbulkan gesekan di sepanjang bidang batas lempeng. Gesekan dua
lempeng yang bersifat elastis dapat menimbulkan energy elastis. Jika pergerakan
lempeng terjadi terus menerus dalam waktu yang lama akan terjadi akumulasi
energy pada batas lempeng. Pada suatu kondisi tertentu di mana batuan tidak dapat
lagi menahan gaya yang ditimbulkan oleh gerak relative lempeng, energy elastis
yang terakumulasi akan dilepaskan secara tiba-tiba dalam bentuk gelombang elastis
yang menjalar ke segala arah. Gelombang ini sampai di permukaan bumi dalam
bentuk gelombang elastis yang menjalar ke segala arah. Gelombang ini sampai di
permukaan bumi dalam bentuk getaran tanah yang dapat dirasakan. Selanjutnya
gelombang elastis yang dipancarkan oleh gempa ini disebut gelombang seismik
(Fulki, 2011). Gelombang inilah yang diketahui sebagai penyebab adanya kejadian
gempa bumi.
Gempa bumi terjadi setiap menitnya baik gempa kecil maupun gempa besar.
Setiap gempa memiliki karakteristik yang berbeda baik energy yang dilepas
maupun goncangan yang dihasilkan, ini disebabkan karena adanya factor yang
mempengaruhi. Semua gempa tersebut biasanya mempunyai pusat gempa yang
berada di bawah permukaan. Pusat gempa bumi yang terdeteksi dipermukaan
disebut Epicenter, dan dicatat menggunakan alat yang dipasang pada setiap stasiun
pencatat daerah. Alat tersebut bernama seismogram yang merupakan alat untuk
mem-visualisai getaran tanah akibat gempa bumi dengan hasil catatan berupa
Page 27
13
seismograf. Dari alat ini kita dapat mendapatkan berbagai informasi yaitu berupa
kecepatan gelombang P dan S, yang kemudian dianalisis kemudian diperoleh jarak
antara pusat gempa dengan stasiun pencatat terdekat.
2.2 Proses Terjadinya Gempa bumi
Dalam suatu kejadian gempa bumi, ada beberapa syarat yang diperlukan untuk
terjadinya suatu kejadian gempa bumi, antara lain sebagai berikut:
a. Pergerakan relative dari lempeng tektonik atau blok lempeng tektonik;
b. Adanya tekanan atau stress;
c. Pelepasan energy dari dalam bumi.
Menurut teori patahan (theory fracture) mengatakan bahwa pada waktu
terjadinya gempa bumi akan dilepaskan sejumlah energy tertentu akibat patahan
yang terjadi secara tiba-tiba dan gelombang seismik yang dipancarkan dapat
dirasakan oleh alat seismogram, jadi dapat diketahui bahwa gempa bumi adalah
hasil pelepasan energy dari suatu patahan kerak bumi di mana patahan itu
merupakan sumber gempa (Sulaiman, 1989)
Ada beberapa jenis gempa bumi yang dikategorikan berdasarkan penyebab
terjadinya. Gempa tersebut dimulai dari gempa yang relative kecil sampai pada
gempa yang besar atau dapat merusak. Jenis gempa tersebut antara lain:
1. Gempa bumi Runtuhan
Gempa bumi runtuhan merupakan gempa bumi yang terjadi diakibatkan karena
adanya runtuhan di dalam bumi. Runtuhan didalam bumi biasanya berada pada
Page 28
14
lapisan tanah baik runtuhan di dalam gua-gua atau daerah pertambangan, daerah
kapur dan mengakibatkan getaran dalam tanah dalam efek yang kecil. Runtuhan di
dalam gua dan daerah pertambangan diakibatkan karena adanya tegangan yang
melampaui batas maksimal akibat perubahan struktur penyusun batuan. Gempa ini
juga dapat terjadi karena tanah longsor, misalnya tanah longsor raksasa di Peru
tahun 1974 telah mengakibatkan getaran tanah yang bersifat kecil sampai
menengah.
2. Gempa bumi Vulkanik
Gempa bumi vulkanik terjadi diakibatkan karena adanya proses aktivitas
magma panas yang keluar ke atas permukaan tanah, sehingga menimbulkan
ledakan. Gempa vulkanik berhubungan dengan ledakan gunung api, dengan
ledakan yang bervariasi mulai dari ledakan kecil sampai besar. Namun getaran
tanah biasanya hanya berada dalam radius yang kecil karena hanya berada pada
sekitar kaki gunung, dan intensitasnya juga lebih kecil dari gempa tektonik.
3. Gempa bumi Buatan
Gempa bumi buatan terjadi akibat adanya aktivitas manusia yang menyebabkan
ledakan yang sangat besar di dalam tanah maupun di permukaan tanah. Misalnya
percobaan ledakan nuklir ataupun peledakan bangunan bertingkat yang
terbengkalai. Selain itu juga adanya ledakan untuk ekplorasi pertambangan juga
turut mempengaruhi terjadinya gempa ini. Ledakan nuklir dibawah tanah dapat
menyebabkan adanya getaran tanah yang setara dengan gempa bumi magnitude 7
SR. Jika ledakan tersebut dilakukan di udara maka akan mengakibatkan lepasnya
Page 29
15
energy yang sangat besar disertai dengan tekanan dan suhu yang sangat besar
sehingga dapat merusak bangunan disekitar.
4. Gempa bumi Tektonik
Gempa bumi ini merupakan gempa yang biasanya paling besar diantara ketiga
gempa tadi. Ini disebabkan oleh aktivitas lempeng tektonik baik dalam rentang
regional maupun global, yang mengakibatkan patahan lapisan batuan. Gerakan
lempeng tektonik dapat terjadi saling betumbuk (convergent), menggeser (shear),
dan juga saling tarik mensarik (tension). Dalam waktu lama gerakan lempeng
tektonik tersebut dalam waktu geologi akan mengakibatkan perubahan dan bentuk
lapisan batuan, diantaranya terbentuknya pegunungan.
Daerah yang paling rawan gempa biasanya berada pada pertemuan lempeng-
lempeng tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Subduction, merupakan suatu peristiwa di mana salah satu lempeng menujam
ke bawah karena perbedaan densitas. Peristiwa ini yang menyebabkan kejadian
gempa bumi paling banyak.
2. Extrusion, merupakan suatu kejadian penarikan satu lempeng terhadap lempeng
yang lain.
3. Transcursion, merupakan adanya suatu kejadian gerakan vertical satu lempeng
terhadap yang lain.
4. Accretion, merupakan suatu kejadian tabrakan lambat yang terjadi antara
lempeng samudra dan lempeng benua..
Page 30
16
Sedangkan berdasarkan kedalaman sumber (h), gempa bumi dibedakan atas 3
jenis, yaitu:
1. Gempa bumi dalam, di mana pada kejadian ini kedalaman gempa biasanya lebih
dari 300 km;
2. Gempa bumi menengah, di mana pada kejadian ini kedalaman gempa berkisar
antara 80 sampai dengan 300 km. Jenis gempa bumi ini berada diantara gempa
dalam dan juga gempa dangkal;
3. Gempa bumi dangkal, merupakan gempa bumi yang paling berpotensi merusak
dikarenakan berada pada kedalaman kurang dari 80 km.
2.3 Skala Kekuatan Gempa
2.3.1 Skala Kekuatan
Merupakan kekuatan gempa yang bersifat kuantitatif (Adzkia, 2010). Konsep
ini pertama kali diperkenalkan oleh C. F. Ritchter pada tahun 1935, yang
mengemukakan mengenai skala kekuatan logaritma yang biasa disebut skala
Ritcher. Pengukuran kekuatan gempa bumi ini menggunakan skala Ritcher yang
umumnya dikenal dengan pengukuran magnitude bumi. Magnitudo gempa bumi
merupakan ukuran mutlak yang dikeluarkan oleh pusat gempa. Gempa terbesar
yang tercatat adalah sebesar 8.9 SR terjadi di daerah Columbia pada tahun 1906.
2.3.2 Skala Intensitas
Merupakan kekuatan gempa yang bersifat kualitatif (Zera, 2007), yaitu dengan
melihat besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh adanya gempa dipermukaan
bumi. Skala ini dikembangkan oleh Guisseppe Mercally pada tahun 1902, beliau
Page 31
17
merupakan seorang ahli seismologi dari Italia yang namanya diabadikan menjadi
nama skala intensitas kegempaan. Dengan kata lain, skala MMI (Modified Mercally
Intensity) digunakan untuk mengukur besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh
gempa bumi. Selain skala MMI, ada skala lain yaitu skala Rossi-Forrel (1874-1878)
dan Skala Intensitas Gempa (SIG) BMKG. Dalam skala ini ada beberapa tingkatan
zona bahaya yang bertujuan untuk mempermudah penggunaan peta dalam melihat
tingkat bahaya gempa bumi dalam suatu daerah yang mengalami gempa. Semakin
tinggi skala nya maka semakin tinggi pula tingkat kerusakannya. Secara lebih rinci
skala tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
A. Skala Ricther
Mempunyai skala 1-8.8 dalam skala logaritma. Prinsip kerja dari skala ini
adalah pengukuran amplitude maksimum seismik pada jarak 161 km, dengan
mengukur perbedaan waktu tempuh gelombang P dan S.
Tabel 2.1 Skala Ricther dan Pembandingnya (Adzkia, 2010)
No SR Peningkatan Kekuatan Energi dilepas (Ledakan TNT)
1 1 1 0,17 kg
2 2 10 6 kg
3 3 100 179 kg
4 4 1000 5 metric ton
5 5 10.000 179 metric ton
6 6 100.000 5643 metric ton
7 7 1.000.000 179.100 metric ton
8 8 10.000.000 5.463.000 metric ton
Page 32
18
B. Skala Rossi-Forrel
1. Terekam dari instrument;
2. Dapat dirasakan dalam keadaan diam oleh sejumlah kecil manusia dan hewan;
3. Merasakan guncangan yang cukup kuat oleh beberapa orang dalam keadaan
diam;
4. Dapat dirasakan oleh beberapa orang dalam keadaan bergerak;
5. Dapat dirasakan setiap orang, dapat menggerakan perabot dan membuat
lonceng berbunyi;
6. Dapat membangunkan orang yang tidur, membuat lonceng berbunyi lebih
keras;
7. Membuat kepanikan di sekitar, menjatuhkan benda yang tergantung seperti
lampu maupun hiasan dinding;
8. Dapat meretakan dinding bangunan baik kecil maupun lebar;
9. Bersifat merusak bangunan baik secara keseluruhan maupun sebagian
bangunan;
10. Dapat mengakibatkan bencana yang besar.
C. Skala Intensitas Gempa (SIG) BMKG
Merupakan skala yang dibuat oleh institusi pemerintah yang memiliki tujuan
untuk memahami seberapa besar dampak gempa secara makroseismik yang terjadi
disuatu tempat dengan kondisi lingkungan di Indonesia.
Page 33
19
Tabel 2.2 Skala Intensitas Gempa Bumi Menurut BMKG (sumber:bmkg.go.id)
D. Skala Mercalli
Penentuan nilai skala Mercally bersifat subjektif dikarenakan hal berikut, yaitu:
1. Tergantung pada jarak epicenter dengan tempat yang dimaksud;
2. Keadaan geologi setempat;
3. Kualitas dari bangunan setempat dilokasi terjadi nya gempa bumi;
4. Kekacauan yang biasa terjadi saat gempa.
Intensitas gempa lebih mempengaruhi dibanding nilai magnitude gempa.
Contohnya adalah gempa yang terjadi di kota Agadir, Maroko yang hancur oleh
gempa bumi tahun 1960 dan menyebabkan 12.000 korban jiwa, padahal magnitude
Page 34
20
gempa hanya sekitar 5.75 SR, tetapi letak hypocenter gempa ada di dalam
kedalaman 2-3 km sehingga menyebabkan gempa yang besar.
2.4 Jenis Pergerakan Lempeng
Lempeng tektonik dunia bergerak menurut arah dan kecepatan masing-masing.
Ada 3 jenis pergerakan lempeng yang memiliki perbedaan dari cara lempeng
tersebut bergerak. Tiga jenis batas tersebut antara lain:
1. Gerakan Divergen
Gerakan yang terajadi ketika dua lempeng tektonik saling menjauh, diakibatkan
karena adanya gaya dorong peristiwa konveksi, gaya sentrifugal berotasinya bumi,
dan lainnya. Mid Ocean Ridge dan zona retakan merupakan salah satu dari contoh
gerakan divergen.
2. Gerakan Konvergen
Gerakan konvergen terjadi ketika salah satu ujung lempeng tektonik menjauh,
maka ujung yang lain tektonik akan bergerak mendekat karena bentuk bumi yang
bulat, sehingga membentuk zona subduksi atau tabrakan benua jika kedua lempeng
tersebut mengandung kerak benua. Lempeng yang menujam kebawah disebut
downgoing plate sedangkan lempeng yang diatas disebut juga overriding plate.
Contoh yang ada di zona subduksi yaitu palung laut, di mana lempeng yang
menujam mengandung air sehingga saat menujam kebawah kandungan air akan
dilepaskan karena pemanasan dan terjadi pencampuran dengan mantel
menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Page 35
21
3. Gerakan Transform
Gerakan ini terjadi ketika antara dua lempeng yang saling bergerak menggeser
di sepanjang sesar transform. Gerakan kedua lempeng bergerak ke kiri ataupun ke
kanan yang akan mengakibatkan terjadinya sesar geser. Contohnya adalah patahan
geser San Andreas yang terjadi karena bergesernya lempeng pasifik dengan
lempeng Amerika Utara didaerah pantai barat Amerika Serikat.
Gambar 2.1 Jenis Pergerakan Lempeng
(Sumber:http://frysiangeologi.blogspot.co.id/2012/12/3-jenis-pergerakan-
lempeng_22.html)
2.5 Metode Maximum Likelihood dan Least Square
Dalam melakukan analisis seismoteknik, ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mencari nilai a dan b. Metode tersebut antara lain:
2.5.1 Metode Maximum Likelihood
Metode Maximum Likelihood merupakan salah satu metode stastistika yang
sangat sesuai untuk penyelesaian masalah mengenai seismoteknik, di mana metode
Page 36
22
ini digunakan untuk menemukan sebuah penduga yang dapat diterapkan pada
berbagai kejadian (Pertiwi, 2010). Metode ini digunakan untuk menaksir suatu nilai
parameter seismoteknik apabila distribusi populasi telah diketahui. Teknik
penafsiran nilai parameter pada metode ini lebih mudah, akan tetapi teknik ini
hanya dapat digunakan jika distribusi populasi telah diketahui. Kelemahan dari
metode ini sendiri yaitu metode ini sangat sensitive terhadap data ekstrem, sehingga
akan mempengaruhi terhadap nilai rata-rata maupun variansi (Ririn, 2013).
Menurut Utsu (1965) nilai b dapat dihitung menggunakan perkiraan maximum
likelihood. Sedangkan nilai a ditentukan dengan persamaan dari Werkner (1965)
(Rohadi, et al., Juli 2007), dirumuskan sebagai berikut:
𝑏 = 0.4343
�̅�− 𝑀𝑜………..……………………………………………………….….(2.1)
a= log N + log b ln 10 + Mo.b…….………………………………….…….……(2.2)
Keterangan:
Mo : Magnitude Minimum
�̅� : Magnitude Rata-Rata
Log e : 0.4343
Menurut Utsu (1965) berpendapat bahwa metode ini mempunyai keunggulan
yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode least square, terlebih lagi dengan
data di mana jumlah data gempa bumi itu kecil (Pertiwi, 2010). Selain itu dalam
hasil dari metode ini memberikan hasil yang lebih stabil karena memodelkan
kemiringan garis bukan dari hasil pencocokan least square pada tiap interval
magnitude, tapi kemiringan nilai tengah magnitude fungsi distribusi Gaussian.
Page 37
23
Apabila diberikan probabilitas 95% dan Wz=1.960, batas atas dan batas bawah
nilai b dengan probabiitas tertentu menurut Utsu (1965), yaitu:
[𝑏 (1 −1.96
√𝑁) ≤ 𝑃𝑟 ≤ 𝑏 (1 +
1.96
√𝑁)] ………………………………………..(2.3)
2.5.1 Metode Least Square
Metode Least Square adalah metode yang digunakan untuk mencari nilai-nilai
parameter penduga dalam model regresi. Dalam metode ini kita dapat menganalisa
hubungan antara variable bebas dengan variable terikat (Mutiarani, et al., 2013).
Untuk melihat hubungan antara masing-masing variable maka dapat digunakan
1 variabel terikat (Y) dan 1 variabel bebas (X), di mana dalam hal ini metode ini
digunakan untuk data-data yang biasanya terdapat hubungan korelasi linear.
Metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑏 =𝑛 ∑(𝑋𝑖.𝑌𝑖)−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
𝑛 ∑ 𝑋𝑖2−( ∑ 𝑋𝑖)2 …………………………………………………(2.4)
𝑎 =𝑛 ∑ 𝑌𝑖.−𝑏 ∑ 𝑋𝑖
𝑛 ………………………………………………………....(2.5)
Di mana dalam metode least square untuk melihat hubungan antara variable
terikat dengan variable bebas, digunakan nilai yang di dapat dari koefisien relasi.
Koefisien relasi adalah sebuah ukuran linear antara variable terikat dan variable
bebas, di mana nilai ini yang menunjukan seberapa kuat antara 2 variabel tersebut.
Koefisien relasi dirumuskan sebagai berikut:
𝑟 = 𝑛 ∑(𝑋𝑖.𝑌𝑖)−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
√𝑛 ∑ 𝑋𝑖2−( ∑ 𝑋𝑖)2.√𝑛 ∑ 𝑌𝑖
2−( ∑ 𝑌𝑖)2
…………………………………….....(2.6)
Page 38
24
Di mana
n : Banyak Interval Magnitude
Xi : Nilai Tengah dari Interval Magnitude
Yi : Log Freuensi Kumulatif Gempa untuk Interval Magnitudo
Nilai r ini berkisar antara -1 sampai 1. Apabila nilai r adalah 1, maka adanya
hubungan antara M dengan N ada koefisien relasi positif yang tinggi. Sedangkan
apabila nilai r adalah -1 maka hubungan M dengan N ada koefisien relasi negatif
yang tinggi, nilai r adalah 0 maka tidak ada hubungan antara M dengan N (Walpole,
2006).
2.6 Hubungan Frekuensi-Magnitudo Gempa Bumi
Dalam kejadian gempa bumi, peneliti memprediksi kejadian gempa bumi secara
makro yang dapat dilihat pada kejadian masa lalu. Hubungan antara frekuensi dan
magnitude (frequency-magnitudo distribution, FMD) merupakan salah satu cara
untuk mengetahui aktivitas kegempaan disuatu wilayah (Rohadi dkk, 2008; (Priadi
& Arifin, 2017)). Secara umum b-value mendekati 1, yang berarti penurunan
aktivitas sebesar 10 kali terkait dengan kenaikan dalam tiap unit magnitude.
Frekuensi dan kekuatan gempa bumi yang didapatkan sangatlah tidak pasti
sehingga prediksi kejadian gempa bumi pada masa sekarang dilakukan dengan
menggunakan cara statistic dalam bentuk probabilitas. Probablitias terjadinya suatu
parameter gempa sendiri dapat diistilahkan dengan hazard analysis
(Pawirodikromo, 2012), yang dilampaui sesuai periode gempa bumi yang di
inginkan. Ini merupakan komponen yang cukup penting dikarenakan hasil dari
Page 39
25
hazard analysis dapat dijadikan sebagai standar desain pembangunan bangunan
sesuai dengan beban gempa yang ada pada daerah tersebut.
Berikut merupakan table frekuensi rata-rata pertahun gempa bumi selama
periode 1918-1945 (Zera, 2007).
Tabel 2.3 Perbandingan kekuatan dan frekuensi gempa bumi
No Skala Kekuatan Frekuensi Tiap Tahun
1 >8 1
2 7-7.9 18
3 6-6.9 108
4 5-5.9 800
5 4-4.9 6200
6 3-3.9 49000
7 2-2.9 300000
Dari hasil data yang ditampilkan dalam Tabel 2.2 dapat ditarik kesimpulan
bahwa kejadian gempa bumi berbanding terbalik kepada frekuensi yang dihasilkan.
Itu artinya gempa dengan magnitude yang kecil sangat besar terjadi kemungkinan
gempa bumi dan sebaliknya bahwa semakin besar frekuensi gempa maka kejadian
yang dialami akan semakin sedikit terjadi.
Untuk keperluan analisis diperlukan parameter-parameter gempa bumi, salah
satunya adalah frekuensi kejadian gempa untuk setiap magnitude gempa yang
pernah terjadi dalam periode tertentu dalam suatu daerah yang mengalami kejadian
gempa. Dari data gempa bumi juga dapat dibuat hubungan antara frekuensi dan
Page 40
26
kekuatan gempa untuk suatu daerah yang menjadi sangat penting. Hubungan itu
dapat ditulis sebagai berikut,
𝐿𝑜𝑔 𝑛 (𝑀) = 𝑎 − 𝑏 𝑀 …………………………………………………(2.7)
𝐿𝑜𝑔 𝑁 (𝑀) = 𝑎′ − 𝑏 𝑀 ………………………………………………...(2.8)
Di mana n (M) adalah jumlah gempa bumi dengan magnitude M dan N (M)
adalah jumlah kumulatif dengan a’= a - log (b ln 10). Dari rumus tersebut dapat
diketahui bahwa Log N adalah jumlah kumulatif gempa dengan M adalah
magnitude gempa yang terjadi. Rumusan ini merupakan rumusan yang dikenal
dengan hukum Gutenberg-Richter (Power Law) yang diperkenalkan oleh B.
Gutenberg dan C.F. Richter pada tahun 1956 (Zera, 2007).
Nilai a merupakan parameter seismik yang dipengaruhi oleh banyak data dan
luas daerah penelitian, dan nilai b merupakan parameter tektonik yang meliputi
kondisi lingkungan geologi. Nilai b yang tinggi kondisi medium heterogenitas
tinggi, dan nilai b yang rendah berhubungan dengan kondisi batuan yang lunak dan
medium heterogenitas rendah (Syahfirani, 2018). Penurunan b-value berbanding
lurus dengan peningkatan tingkat stress sebelum terjadinya gempa bumi yang besar.
2.7 Indeks Seismisitas
Indeks seismisitas merupakan sebuah parameter fisis yang menggambarkan
jumlah total kejadian gempa bumi yang berlangsung dalam periode satu tahun
dengan magnitude lebih besar dari magnitude terkecil gempa bumi pada suatu
wilayah penelitian. Dari hubungan antara frekuensi dengan magnitude gempa kita
dapat memperkirakan jumlah gempa bumi rata-rata dalam satu tahun yang memiliki
tingkat magnitude M dalam setiap tahunnya. Dimisalkan total jumlah gempa bumi
Page 41
27
dengan magnitude M≥4 SR di dalam data gempa sebagai indeks seismisitas untuk
satu wilayah. Di mana hal ini sejalan dengan pendapat Peter (1965) bahwa indeks
seismisitas dengan N1 (M≥4) menggambarkan total kejadian gempa bumi tahunan
(Suwandi, et al., 2017). Harga indeks seismisitas dapat dijabarkan dalam rumus
sebagai berikut:
N1 (M ≥ Mo) = 10(a1’-bM)…………………………………………………...(2.9)
N1 (M ≥ 0) = 10a1’………….……………………………………………...(2.10)
N1 (M ≥ 4) = 10(a1’-4b)……………………………………………………...(2.11)
Secara teoritis, jumlah kejadian gempa bumi pertahunnya dapat dihitung
dengan membagi nilai a dengan periode penelitian (T), sebagi berikut:
a1 = a/log T
a1’ = a’/log T
Di mana
T = Waktu tahun pengamatan
a1, a1’, a, b = Parameter-parameter yang digunakan untuk menghitung nilai
indeks seismisitas
N1 (M ≥ 4) = Jumlah gempa rata-rata tahunan dengan M ≥ 4
2.8 Probabilitas Kejadian Gempa bumi
Probabilitas kejadian gempa bumi merupakan kemungkinan adanya kejadian
gempa bumi yang merusak disuatu daerah dalam waktu tertentu. Nilai dari
probabilitas kejadian gempa bumi dapat digunakan untuk perencanaan dalam
pembuatan bangunan yang lebih tahan terhadap goncangan gempa bumi.
Page 42
28
Terjadinya kemungkinan gempa bumi dengan magnitude lebih besar daripada M
dengan periode waktu T, dapat ditulis sebagai berikut:
P (M, T) = 1-e-N(M).T…………………………………………..…………...(2.12)
Di mana frekuensi kumulatif rata-rata tahunan dengan jumlah magnitudo
terbesar adalah sebagai berikut:
N1(M)=N1
(M≥4).102b…………………………………………..…………......(2.13)
Dengan didapatkannya nilai N1(M) dapat dihitung periode ulang rata-rata gempa
bumi merusak pada wilayah penelitian tersebut Perhitungan kemungkinan waktu
terjadinya periode pengulangan periode gempa bumi pada daerah penelitian adalah:
𝜃 =1
𝑁1(𝑀) ……..…………………………………………………….(2.14)
Di mana
P (M,T) : Probabilitas gempa bumi dengan magnitude M dan periode T
N1(M) : Jumlah gempa kumulatif dengan magnitude terbesar
𝜃 : Rata-rata periode ulang gempa
2.9 Kondisi Wilayah Selatan Jawa Barat dan Banten
Jawa Barat dan Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berada
di bagian barat Pulau Jawa. Jawa Barat dan Banten sendiri berbatasan dengan Laut
Jawa di bagian utara, Selat Sunda di bagian barat, Provinsi Jawa Tengah di timur,
dan Samudera Hindia di wilayah selatan. Daerah ini terbagi menjadi beberapa
kabupaten dan kota, seperti Tasikmalaya, Garut, Pangandaran, Sukabumi, Cianjur,
Pandeglang dan Lebak. Di mana pada wilayah Jawa Barat bagian selatan
Page 43
29
didominasi oleh topografi pegunungan dan lembah curam, terlebih wilayah Garut
dan Cianjur.
Dinamika tektonik pada Pulau Jawa banyak didominasi oleh adanya pergerakan
lempeng Indo-Australia yang bergerak kearah utara bertabrakan dengan lempeng
Eurasia yang relative diam (Mutiarani, et al., 2013). Adanya aktivitas tersebut
menyebabkan elemen tektonik terutama di daerah Jawa Barat menyebabkan
pembentukan palung, busur luar non-vulkanik, cekungan depan busur, dan Paparan
Sunda (Katili, 1973; (Haryanto, 2006)) Para peneliti sendiri telah banyak
mempelajari mengenai struktur geologi di Jawa dengan melakukan berbagai
penelitian. Menurut pendapat Pulunggono dan Martodjojo (1995) bahwa ada tiga
struktur geologi di Jawa yang dominan, yaitu Pola Meratus, Pola Jawa dan Pola
Sunda.
Pada pola Meratus sesar regional bergerak ke arah timurlaut-baratdaya, yang
salah satu contohnya adalah sesar Cimandiri (Pulunggono dan Martodjojo, 1995;
(Haryanto, 2006)) yang memanjang dari arah Sukabumi menuju ke arah Bandung
hingga mencapai daerah Pengunungan Meratus di Kalimantan Timur. Sedangkan
pola Jawa diwakili oleh sesar naik yang bergerak kearah utara yang melibatkan
sedimen Tersier. Pola Sunda mempunyai struktur yaitu berarah uatara-selatan
merupakan sesar-sesar yang membatasi beberapa cekungan di Pantai Utara Jawa
Barat, salah satunya adalah Segmen Banten dari Bogor dan Pegunungan Selatan.
Menurut Van Bemmelen (1949) struktur fisiografis Jawa Barat secara garis
besar dibagi menjadi empat zona, yaitu Zona Bandung, Zona Bogor, Zona
Pegunungan Selatan dan Zona Jakarta. Sedangkan berdasarkan sedimen dan
Page 44
30
tektonik, wilayah Jawa Barat dan Banten terbagi menjadi 4 mandala sedimentasi,
yaitu blok Banten, blok Bogor, blok Pegunungan Jawa Barat Selatan dan blok
Jakarta Cirebon. Dari daerah penelitian ini dapat dilihat bahwa pada struktur
fisiografis dan sedimentasi, bahwa daerah tersebut termasuk kedalam zona
Bandung-zona Pegunungan Selatan dan Blok Pegunungan Jawa Barat Selatan.
Gambar 2.2 Struktur Jawa Barat (Pulonggono dan Martodjojo, 1984)
(Sumber: http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/453/jbptitbpp-gdl-togiyonath-22636-3-2009ta-
2.pdf)
Zona Bandung merupakan daerah dengan morfologi daerah depresional
memanjang dari barat-timur, di mulai dari Lembah Cimandiri sampai Pantai Selatan
Jawa Tengah dengan lebar berkisar antara 20-40 km. Batas Zona Bandung yaitu
Zona Pegunungan Selatan dan Zona Pegunungan Bayah. Zona Bandung sendiri
merupakan daerah gunung api yang mempunyai bentuk depresi dibanding Zona
Bogor dan Pegunungan Selatan, di mana sebagian besar terisi oleh endapan alluvial
dan vulkanik muda hasil dari gunung api di dataran rendah daerah perbatasan
Daerah
Penelitian
Page 45
31
sampai membentuk barisan. Adanya campuran antara endapan kuarter dan tersier
di zona ini, dengan endapan tersier tersebut antara lain Pegunungan Bayah (umur
Eosen), bukit di sekitar Lembar Cimandiri, bukit Rajamandala (umur Oligosen),
dataran Jampang dan bukit Kabanaran.
Zona Pegunungan Selatan merupakan zona yang terbentang dari Teluk
Pelabuhan Ratu di sebelah timur sampai dengan Pulau Nusakambangan di sebelah
timur (Bemmelen. V., 1949; (Firmansyah, et al., 2017)). Zona ini mempunyai lebar
sekitar kurang lebih 50 km dengan lebar yang semakin menyempit kearah timur.
Daerah ini mempunyai batuan tertua yang termasuk kelompok Melange, di mana
pada kelompok Melange ini terdiri dari kerabat ofiolit (gabro dan basal), selain itu
juga ada batuan sedimen seperti gamping, rijang dan serpih hitam. Batuan ini
tercampur secara tektonik dalam gerusan serpihan sehingga membentuk bongkahan
(Suhaeli, 1977; (Sarmili & Setiady, 2015))
Kelompok batuan berumut diatas mélange yaitu Formasi Ciletuh (umur Eosen)
yang tersusun dari batuan konglomerat, batupasir dan lempung didaerah Sungai
Ciletuh, Pelabuhan Ratu (Sukamto, 1975; (Sarmili & Setiady, 2015)). Di mana dari
hasil identifikasi ditemukan bahwa pada batas formasi Ciletuh bagian bawah
ditemukan sesar yang berbatasan dengan kelompok batuan Melange, ditandai
adanya perubahan jenis batuan yang berangsur-angsur dari batuan lempeng ke
batupasir kuarsa. Pada batas atas formasi Ciletuh ditutupi oleh formasi Bayah yang
berumut Eosen Tengah. Pada umur Miosen Tengah adanya perubahan daerah lautan
menjadi daratan pada wilayah Pegunungan Selatan, diikuti adanya genang laut pada
daerah tersebut menghasilkan batugamping hasil dari Formasi Bojonglapang. Pada
Page 46
32
akhir Miosen Tengah terjadi pengendapan batuan Formasi Beser, di mana
sebelumnya telah terjadi pengendapan secara regresif lempung dari Formasi
Nyalindung. Batupasir tufaan yang berupa endapan vulkanik dari Formasi Benteng
terjadi pada umur Pliosen, sedangkan pada umur Miosen terjadi polaritas
sedimentasi arah selatan-utara. Pada sedimen tua berumut Paleogen arah utara-
selatan (Sudradjat M.Sc, et al., 2009).
Berdasarkan hasil penilitian geologi yang telah dilakukan oleh para geologist
yang telah dipetakan oleh Pusat Survei Geologi (PSG) dalam peta Geologi Regional
kawasan Selatan Jawa Barat (Sudradjat M.Sc, et al., 2009). Di mana pada daerah
tersebut batuan penyusun terdiri atas:
1. Endapan Kuarter dan Alluvial (Qa);
2. Batu Gunungapi Kuarter (Qv);
3. Pra Tersier (Ptm);
4. Batuan Sedimen Paleogen (Tps);
5. Batuan Sedimen Oligo-Miosen (Toms);
6. Batugamping Oligo-Miosen (Toml);
7. Batu Gunungapi Oligo-Miosen (Tomv);
8. Batuan Sedimen Mio-Pliosen (Tns);
9. Batugamping Mio-Pliosen (Tnl);
10. Batuan Terobosan Neogen (Tni);
11. Batuan Sedimen Plio-Plistosen (Tqs);
12. Batu Gunungapi Plio-Plistosen (Tqv).
Dari hasil distribusi spasial pada gambar 2.3 batuan penyusun daerah penelitian
didominasi oleh batuan sedimen Mio-Pliosen (Tns) dan batu gunungapi Plio-
Pliosen (Tqv).
Page 47
33
Gambar 2.3 Distribusi Spasial Litologi Daerah Penelitian (Sudradjat M.Sc, et al., 2009)
2.10 Software Z-Map
Dalam melakukan penelitian mengenai nilai a dan b, diperlukan software yang
digunakan untuk melakukan input data gempa secara otomatis dan menghasilkan
output yaitu nilai dan b beserta pemetaanya. Nilai a dan b tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari gempa bumi dan dianalisis dengan
kondisi geologi setempat. Software bernama Z-Map v6 yang dikembangkan oleh
Stefan Wiemer dan teman-temannya menghasilkan beragam fitur tambahan yang
berguna untuk analisis kegempaan.
Daerah Penelitian
Page 48
34
Gambar 2.4 Tampilan Awal Software Z-MAP Versi 6
(Sumber: http://www.geociencias.unam.mx/~ramon/cookbook.pdf)
Software Z-Map hanya dapat berjalan apabila sudah terinstal MATLAB dan
bersifat open source. Beberapa fitur yang ada dalam Z-Map antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Perubahan tingkat seismisitas dapat dikerjakan sebagai fungsi ruang dan waktu
secara berkelanjutan;
2. Analisis yang terperinci dan detail dapat dilakukan pada beberapa wilayah
tertentu;
3. Tampilan yang berbeda dari peta, profil dan statistik yang sangat berguna
seperti p dan b values dapat dihitung dan divisualisasikan kedalam gambar
dengan mudah;
Page 49
35
4. Analisis yang lebih mendalam dan kompleks dapat dengan mudah dilakukan
dengan bantuan orientasi pengguna.
2.11 Gempa bumi dan al-Qur’an
Segala sesuatu yang terjadi didunia ini sedikit banyak telah terdapat di dalam
al-Qur’an, termasuk kejadian gempa bumi sendiri. Kejadian gempa bumi telah
banyak terdapat pada ayat-ayat al-Qur’an, contohnya adalah pada QS al-A’raf:7,91,
lalu ditemukan pada ayat QS al-‘Ankabuut:29,37 (Gofar, 2008), lalu juga dapat
ditemukan pada QS al-Zalzalah:99,1-3 (Lira, 2017).
2.11.1. QS al-A’raf ayat 91
Artinya: “Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan merekapun mati bergelimpangan
didalam reruntuhan rumah mereka” (Qur'an.com, 2018)
Adapun maksud dari ayat tersebut adalah terdapat pada kisah Nabi Syuaib ini,
di mana sifat mereka yang ingkar kepada Allah dan menghalagi umat manusia
untuk menganut agama Allah, di mana itu merupakan suatu kejahatan besar. Maka
Allah menimpalkan kepada orang-orang itu azab yang berat, di mana terjadinya
gempa bumi dan petir yang mampu membinasakan mereka. Gempa bumi yang
terjadi tersebut membuat mereka mati bergelimpangan didalam reruntuhan rumah,
dan dan rata dengan tanah. Sehingga mereka yang memiliki sifat ingat seolah-olah
tidak pernah tinggal di negeri tersebut. (Kementrian Agama, 2018)
2.11.2. QS al-‘Ankabuut ayat 37
Page 50
36
Artinya: “Mereka mendustakannya (Syuaib), maka mereka ditimpa gempa yang dahsyat,
lalu jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat mereka”
(Qur'an.com, 2018)
Adapun maksud dari ayat di atas adalah sama seperti pada QS al-A’raf ayat
91 yaitu mengenai Nabi Syuaib. Di mana pada ayat ini sama seperti kaum Nabi
Luth, umat Nabi Syuaib durhaka kepada Allah dan acuh kepada nasihat Nabi
Syuaib. Sehingga berlaku nya sunah Allah, karena mereka (umat Nabi Syuaib) terus
menerus berbuat ingkar kepada Nabi Syuaib secara terang-terangan setelah diberi
peringatan berulang-ulang, maka akhirnya Allah mengazab mereka. Allah
mengazab mereka dengan mengguncangkan bumi di mana mereka tinggal yang
menggetarkan dan menghancurkan tanah maupun bangunan tempat mereka tinggal.
Mereka dijungkir balikan dan ditelan bumi membuat mereka mati, tanpa bergerak
lagi. (Kementrian Agama, 2018)
Menurut pendapat al-Biqa’i bahwa maksud dari ayat ini adalah mengenai
binasanya para pendurhaka, dan juga salah satu cobaan bagi orang saleh yang tidak
mempunyai pendamping dan penolong di dunia, baik itu merasa terasingkan disuatu
tempat (setelah hijrah) di mana waktu itu hanya sedikit umat yang mengikuti ajaran
Nabi Syuaib. (Shihab, 2002; (Gofar, 2008))
2.11.3 QS al-Zalzalah ayat 1-3
Artinya: “Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya). Dan manusia bertanya, “Apa
yang terjadi pada bumi ini?”” (Qur'an.com, 2018)
Page 51
37
Maksud ayat ini adalah di mana bumi diguncangkan dengan guncangan dari
bawah, di mana akan terjadinya guncangan yang dahsyat. Di mana diterangkan
dalam QS al-Hajj:22,1 yang berisi “Wahai manusia! Bertakwalah kepada
Tuhanmu, sungguh guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat
besar” (Kementrian Agama, 2018). Dalam tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa
ayat ini menceritakan awal terjadinya hari itu (hari kiamat) (Lira, 2017). Ayat ini
dimaksudkan untuk memperingati orang-orang kafir agar dapat merenungkan dan
memikirkan, seolah-olah berkata kepada mereka bahwa bumi sebagai benda padat
dapat terguncang dengan dahsyat pada hari itu. Kenapa orang-orang kafir tidak mau
sadar dan meninggalkan kekafirannya.
Page 52
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Tsunami Early Warning System pada Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan yang
beralamat di Jl. H. Abdul Ghani No. 5, Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang
Selatan. Penelitian ini dimulai dari bulan Mei hingga November 2018.
3.2 Pengumpulan Data
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil data
gabungan gempa bumi dari USGS dan repository BMKG, di mana data yang
diperoleh berupa besar magnitudo, kedalaman dan periode gempa sesuai dengan
batasan masalah penelitian. Pengambilan data gempa bumi sesuai dengan batasan
masalah yaitu magnitude minimum 4 SR dan kedalaman 0-300 km. Periode gempa
bumi yang diambil pada penelitian ini selama 60 tahun dimulai dari 1 Januari 1958
hingga 1 Juni 2018 di mana data gempa yang diperoleh yaitu sebanyak 719 event
gempa. Data tersebut diolah menggunakan software Microsoft Excel dengan
mensortir data sesuai dengan batasan penelitian, lalu menghitung dan melakukan
pemetaan nilai a dan b menggunakan Software Z-MAP.
Page 53
39
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain Software Z-MAP untuk
pemetaan nilai a dan b, ArcGIS 10.2 digunakan untuk melakukan pemetaan sebaran
seismisitas gempa bumi, alat tulis digunakan mencatat baik koordinat maupun
daerah penelitian, Microsoft Excel yang berguna untuk perhitungan nilai indeks
seismisitas, periode ulang rata-rata dan probabilitas.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah data gempa dengan periode 1958-
2018 selama kurun waktu 60 tahun dan berdasarkan kriteria magnitudo ≥4 SR,
kedalaman 0-300 km berada pada koordinat lokasi penelitian yang ditentukan pada
daerah selatan Jawa Barat dan Banten. Sumber data gempa bumi diambil dari data
gabungan USGS dan BMKG sesuai dengan batasan masalah.
3.4 Pengolahan Data
Dalam pengolahan data gempa ini, untuk mencari nilai b ada beberapa
parameter yang perlu diperhatikan. Parameter-parameter tersebut diperhatikan
sesuai dengan batasan lingkup penelitian seperti garis koordinat, besar kekuatan
gempa, kedalaman, dan magnitude.
Setelah parameter kita tentukan, data tersebut diolah dengan menggunakan
rumus empiris yaitu menggunakan metode maximum likelihood. Pengolahan data
secara manual ini, yaitu dengan melakukan penyeragaman skala magnitude dan
mengolah data menggunakan rumus empiris pada program Microsoft Excel.
Page 54
40
Langkah-langkah dalam mengolah data gempa antara lain:
1. Adanya studi literature mengenai penelitian ini;
2. Pengambilan data sekunder daerah Selatan Jawa Barat dan Banten dengan batas
wilayah -6.948o s/d -8.135o LS dan 104.996o s/d 108.721o, meliputi waktu
kejadian, kedalaman dan magnitude gempa bumi. Data tersebut diambil dari
situs United States Geological Survey (USGS) dan repository BMKG dengan
periode waktu dari 1 Januari 1958 sampai dengan 1 Juni 2018;
3. Pengolahan data gempa berupa konversi skala magnitude menjadi Mw. Adapun
konversi magnitudenya sebagai berikut (Pawirodikromo, 2012):
𝑀𝑤 = 0.143 (𝑀𝑆)2 − 1.051 (𝑀𝑆) + 7.285
𝑀𝑤 = 0.114 (𝑀𝐵)2 − 0.556 (𝑀𝐵) + 5.560
𝑀𝑤 = 0.787 (𝑀𝐸)2 − 1.537
𝑀𝐵 = 0.125 (𝑀𝐿)2 − 0.389 (𝑀𝑙) + 3.513
Keterangan:
𝑀𝑤: Magnitude Momen
𝑀𝑆: Magnitude Surface
𝑀𝐵: Magnitude Body
𝑀𝐸: Magnitude Energy
𝑀𝐿: Magnitude Local
Page 55
41
4. Menghitung dan membuat pemetaan nilai a dan b menggunakan software Z-
Map menggunakan metode maximum likelihood yang memberikan hasil lebih
stabil dikarenakan memodelkan kemiringan garis yaitu dari kemiringan nilai
tengah magnitude fungsi distribusi.
5. Membuat pemetaan seismisitas ke dalam software ArcGIS 10.2 untuk
mengetahui tingkat seismisitas daerah penelitian;
6. Menghitung indeks seismisitas, periode ulang dan probabilitas kejadian gempa
bumi di daerah penelitian berdasarkan rumus menggunakan Microsoft Excel
dan hasil perhitungan dibuat dalam bentuk table. Di mana rumus masing-
masing yaitu:
6.1 Indeks Seismisitas
N1 (M) = 10(a1’-bM)……………………………………………………...(4.1)
6.2 Probabilitas Kejadian Gempa bumi
P(M,T) = 1-e-N(M).T……..………………………………………….…………(4.2)
Kemungkinan waktu terjadinya periode pengulangan gempa bumi di daerah
tersebut dengan magnitude M adalah:
𝜃 =1
𝑁1(𝑀) ………..……………………………………………..……(4.3)
3.5 Diagram Alur Penelitian
Dibawah ini merupakan hasil diagram alur dalam proses pengolahan data
analisis seismisitas.
Page 56
42
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
MULAI
MENYIAPKAN
PERANGKAT
YANG DIGUNAKAN
MENGUNDUH DATA GEMPA
DARI SITUS USGS DAN
BMKG DAN MENYORTIR
DATA GEMPA SESUAI
KETENTUAN
KONVERSI MAGNITUDE KE
DALAM MAGNITUDE
MOMEN (Mw)
NILAI MAGNITUDE MOMEN
(Mw)
MENGITUNG DAN
MEMBUAT PEMETAAN NILAI
A DAN B DENGAN Z-MAP
SELESAI
NILAI A-B DAN PEMETAAN
MENGHITUNG NILAI
INDEKS SEISMISITAS
MENGHITUNG NILAI
FREKUENSI
HITUNG PROBABILITAS
DAN PERIODE ULANG
NILAI INDEKS
SEISMISITAS NILAI FREKUENSI
NILAI PROBABLITAS,
PERIODE ULANG
ANALISIS
Page 57
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian
Daerah Jawa Barat dan Banten khususnya di wilayah Selatan merupakan salah
satu daerah yang mempunyai tingkat keaktifan gempa bumi yang tinggi karena
dilalui oleh jalur cincin api dan adanya patahan yang aktif sehingga menjadikan
daerah ini rawan terjadinya gempa bumi. Banyaknya data gabungan yang
didapatkan dari situs USGS dan BMKG yaitu sekitar 719 event gempa dengan
besaran magnitude M≥4 SR. Data tersebut kemudian diinput ke dalam software
ArcGIS sehingga didapatkan hasil yaitu peta persebaran seismisitas gempa bumi.
Gambar 4.1 Peta Penelitian Daerah Selatan Jawa Bagian Barat
Page 58
44
Pada katalog gempa bumi daerah Selatan Jawa Barat ini, daerah tersebut
memiliki intensitas gempa bumi yang cukup tinggi dilihat dari titik-titik yang
terdapat dalam peta gempa bumi. Nilai persebaran gempa bumi cukup beragam di
mana pada daerah Selatan Jawa Barat dan Banten ini didominasi oleh gempa
dengan magnitude 5.2-6 SR apabila dilihat dari titik-titik gempa berwarna kuning,
sementara distribusi gempa bumi terhadap kedalaman dominan oleh gempa bumi
dengan kedalaman <100 km.
Untuk mengetahui distribusi frekuensi dan magnitude dari daerah penelitian
maka dilakukan peng-input-an data ke dalam software MatLab dan Z-map V6 maka
akan didapatkan peta persebaran dan grafik hubungan antara magnitude dan
frekuensi kejadian gempa, didalam grafik terdapat b-value dan a-value. Distribusi
frekuensi dan magnitude menggambarkan hubungan antara jumlah gempa yang
terjadi dalam suatu wilayah tersebut dengan magnitude. Distribusi frekuensi
magnitude gempa bumi untuk wilayah Jawa Barat dan Banten ditunjukan oleh
gambar 4.2. Dengan menggunakan metode maximum likelihood, didapatkan hasil
b-value sebesar 1.1, untuk hasil perhitungan a-value sebesar 7.47, Magnitudo of
Completeness sebesar 4.6.
Page 59
45
(a)
(b) (c)
Gambar 4.2. (a) Hubungan Frekuensi-Magnitudo Wilayah Selatan Jawa Barat dan Banten
; (b) Histogram Magnitude Wilayah Selatan Jawa Barat dan Banten. ; (c) Histogram
Kedalaman Wilayah Selatan Jawa Barat dan Banten.
4.1.1 Variasi Spasial a-value dan b-value
Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil perhitungan variasi spasial a-
value dan b-value berupa pemetaan wilayah penelitian sebagai berikut:
Page 60
46
(a)
(b)
Gambar 4.3 (a) Variasi Spasial a-value; (b) Variasi Spasial b-value;
Variasi spasial a-value dan b-value wilayah penelitian ditunjukan dalam
Gambar 4.3. Variasi spasial b-value dalam penelitian ini berkisar diantara 0.95
sampai 1.45, di mana b-value secara teori merupakan suatu parameter keadaan
tektonik dalam suatu daerah penelitian di mana tergantung dari sifat batuan
Page 61
47
setempat maupun berdasarkan hasil penelitian para ahli-ahli yang meneliti daerah
tersebut sebelumnya (Scholz, 1968).
Menurut pendapat Scholz (1968) bahwa nilai parameter seismoteknik apabila
nilainya rendah berhubungan dengan tingkat stress yang tinggi, sedangkan apabila
parameter seismoteknik bernilai tinggi maka tingkat stress yang rendah.
Nilai parameter seismoteknik apabila dihubungkan dengan magnitude gempa
suatu wilayah maka akan menyatakan tingkat kerapuhan batuan wilayah tersebut.
Nilai parameter seismoteknik yaitu b-value apabila nilainya rendah menandakan
bahwa pada daerah tersebut memiliki tingkat kerapuhan batuan yang rendah dan
daya tahan batuan terhadap tekanan yang besar. Sedangkan b-value yang tinggi
menunjukan bahwa daerah tersebut mempunyai tingkat kerapuhan batuan yang
tinggi dan daya tahan batuan terhadap tekanan yang kecil (Mogi, 1962). Beberapa
ahli mengatakan bahwa nilai parameter seismoteknik konstan dan memiliki nilai
dikisaran 1, meskipun pada akhirnya ditemukan perbedaan dikarenakan adanya
perbedaan nilai data maupun metode perhitungan yang dipakai dalam penelitian
tersebut.
Dari hasil perhitungan data diperoleh nilai parameter seismoteknik terendah
pada Gambar 4.3 dapat dilihat pada daerah Tasikmalaya dengan nilai b berkisar
antara 0.95-1.05 (biru sampai biru muda), sedangkan nilai parameter seismoteknik
tertinggi dapat dilihat pada wilayah di daerah wilayah Laut pada Selatan Kabupaten
Pandeglang (merah sampai merah tua), nilai b di daerah tersebut berkisar antara
1.35-1.45. Secara keseluruhan dari pemetaan dapat dilihat bahwa pada bagian
kanan peta didominasi oleh warna biru tua sampai warna kuning, ini berarti bahwa
Page 62
48
daerah tersebut kemungkinan yang lebih tinggi untuk terjadinya dominasi gempa
bumi dengan magnitude yang besar dari pada gempa bumi di bagian kiri peta, ini
disebabkan karena tingkat stress di daerah ini yang terhitung cukup tinggi.
Penelitian ini menghasilkan a-value dalam perhitungannya (a-value sendiri
merupakan nilai yang menunjukan tingkat keaktifan seismik dalam suatu daerah
penelitian). Didapatkan dari hasil perhitungan dapat dilihat kemiripan antara
persebaran nilai a dengan nilai b, dengan variasi spasial nilai a direntang angka 6.5-
9. Nilai parameter seismoteknik terendah terdapat didaerah Tasikmalaya dengan
nilai a berkisar antara 6.5-7, sedangkan nilai parameter seismoteknik tertinggi dapat
dilihat pada wilayah di daerah Selatan Kabupaten Pandeglang, nilai a di daerah
tersebut berkisar antara 8.5-9 sehingga daerah ini memiliki aktivitas kegempaan
daerah yang relative lebih tinggi dibandingkan daerah yang lain, namun potensi
besaran gempa besar relative lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang
memiliki nilai a yang rendah.
Dalam analisis ini berarti bahwa pada data gempa bumi periode 1958-2018
semakin tinggi kerapuhan batuan maka semakin tinggi pula keaktifan seismik
daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena pada daerah tersebut terdapat patahan
Cimandiri yang bergeser ke kiri dengan pergerakan antara 4-6 mm per tahun dan
sejarah kebencanaan gempa bumi yang tercatat sejak abad ke 19 menunjukan
bahwa sesar Cimandiri berperan besar atas gempa bumi di Pelabuhan Ratu (1900),
Cibadak (1973), Gandasoli (1982), Padalarang (1910), Sukabumi (2011) (Rohadi,
et al., Juli 2007). Selain itu tingkat seismisitas suatu daerah biasanya dipengaruhi
oleh umur batuan yang ada pada wilayah tersebut, apakah batuan tersebut termasuk
Page 63
49
batuan muka ataupun tua. Apabila umur batuan semakin tua maka aktifitas seismik
yang terjadi akan semakin besar. Untuk daerah Pulau Jawa, batuan dasar/ basement
disusun oleh batuan malihan/ metamorfik dan juga batuan beku. Batuan dasar pada
daerah Jawa Barat khususnya berumur lebih tua jika dibandingkan dengan batuan
yang berada di Jawa Tengah dan Timur, karena batuan dasar di Jawa Timur
terbentuk pada tahap akhir (yang bisa dimaksud bahwa batuan dasar di Jawa Barat
terbentuk pada tahap awal) setelah ditumbuk oleh lempeng Indo-Australia dan
akhirnya menumpuk membentuk batuan dasar di Jawa Timur (Juanita, 2011;
Mutiarani, 2013). Sedangkan nilai a berbanding lurus dengan keaktifan seismik,
dimana nilai b berbanding terbalik dengan tingkat kerapuhan batuan. Namun pada
hasil seismisitas maupun variasi spasial terdapat perbedaan terhadap parameter a
dan b, dikarenakan hasil a dan b ini hanya melihat dari data gempa bumi saja tidak
melihat dari kondisi keaktifan seismik, kondisi geologi, stratigrafi maupun
fisiografis daerah tersebut.
4.1.2 Indeks Seismisitas, Probabilitas dan Periode Ulang
Untuk mengetahui tingkat indeks seismisitas, probabilitas dan periode ulang
pada data gempa bumi, dapat menggunakan perhitungan menggunakan Microsoft
Excel maupun menggunakan software Z-Map V.6. Secara perhitungan dihasilkan
nilai sebagai berikut yang berada pada table dibawah ini:
Tabel 4.1 Nilai Indeks Seismisitas, Probabilitas dan Periode Ulang Wilayah Penelitian
Indeks Seismisitas
(M≥4)
a’ a1 a1’
IndeksSeism
isitas N1(7 SR)
Periode
Ulang
Probabilitas
(dalam tahun)
20 40 60
0.632 7.067 4.201 3.974 0.004 250 thn 8%
15
% 21%
Page 64
50
Indeks seismisitas sendiri adalah normalisasi dari banyaknya gempa bumi
dalam periode satu tahun. Pada daerah dengan indeks seismisitas tinggi atau periode
ulang yang rendah dapat dikatakan sebagai daerah paling rawan untuk terjadinya
bencana alam. Hasil perhitungan data penelitian indeks seismisitas dalam satu tahun
untuk daerah Selatan dan Jawa Barat dengan M ≥ 4 SR sebesar 0.632 dan indeks
seismisitas gempa merusak dengan gempa terbesar M ≥ 7 SR adalah 0.004. Itu
berarti daerah Selatan Jawa Barat dan Banten merupakan daerah yang termasuk
kedalam wilayah rawan bencana, namun karena pada perhitungan indeks
seismisitas gempa merusak hasil yang didapatkan nilainya sangat kecil, probabilitas
kejadian gempa bumi akan semakin kecil dan periode ulang akan semakin lama. Di
mana probabilitas kejadian gempa bumi yang merusak di wilayah penelitian dibagi
dalam rentang 20 tahun, yaitu 20, 40 dan 60. Dengan hasil probabilitas pada P (7,
20)= 8%, P (7, 40)= 15%, P (7, 60)= 21%, sedangkan periode ulang gempa yang
merusak pada gempa maksimum yaitu 7 SR sekitar 250 tahun. Adapun parameter
yang dihitung sebagai indeks seismisitasnya dapat memberi kemudahan bagi
peneliti untuk mengetahui adanya kemungkinan terjadi berapa kali gempa besar
yang merusak disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Pendeknya periode
ulang yang terjadi biasanya berhubungan dengan aktivitas gempa bumi yang
relative tinggi dalam suatu daerah penelitian tersebut.
Pada perhitungan periode ulang menggunakan software Z-Map didapatkan
variasi magnitudo gempa bumi yaitu 5 SR, 6 SR dan 7 SR. Hal ini bertujuan agar
dapat diketahui perbedaan jangka waktu gempa yang merusak berdasarkan
magnitude sehingga dapat dijadikan bahan referensi. Periode ulang terjadinya
Page 65
51
gempa bumi dengan magnitude 5 SR, 6 SR sampai 7 SR ditunjukan pada gambar
4.4 (a), (b), dan (c).
(a)
(b)
Page 66
52
(c)
Gambar 4.4 (a) Periode Ulang Gempa 5 SR; (b) Periode Ulang Gempa 6 SR; (c) Periode
Ulang Gempa 7 SR.
Secara umum periode ulang gempa bumi berbeda-beda tergantung dari
magnitude yang terjadi dalam suatu daerah. Pada gempa bumi dengan magnitude 5
SR terjadi periode ulang berkisar antara 1 sampai 4 tahun pada gambar 4.4 (a). Di
mana daerah yang memiliki waktu periode ulang lebih cepat yaitu sepanjang daerah
Kabupaten Lebak sampai Kabupaten Tasikmalaya dengan waktu periode ulang
berkisar 1-2 tahun, sedangkan daerah Laut di Selatan Ujung Kulon memiliki waktu
periode ulang sekitar 3.5-4 tahun.
Periode ulang gempa bumi dengan magnitude 6 SR berkisar antara 15 sampai
55 tahun pada gambar 4.4 (b). Daerah yang memiliki waktu periode ulang lebih
cepat yaitu sepanjang daerah Kabupaten Tasikmalaya dengan waktu periode ulang
berkisar 15-20 tahun, sedangkan daerah Laut di Selatan Kabupaten Pandeglang
Page 67
53
memiliki waktu periode ulang sekitar 50-55 tahun. Periode ulang gempa bumi
dengan magnitude terbesar yaitu 7 SR berkisar antara 150 sampai 550 tahun pada
gambar 4.4 (c). Daerah yang memiliki waktu periode ulang lebih cepat yaitu
Kabupaten Tasikmalaya dengan waktu periode ulang berkisar 150-175 tahun,
sedangkan daerah Laut di Selatan Kabupaten Pandeglang dekat meliputi Pulau
Tinjil memiliki waktu periode ulang sekitar 500-550 tahun. Nilai periode ulang
gempa bumi dapat ditentukan yaitu nilai yang besar maka gempa bumi yang terjadi
sedikit atau bisa dikatakan daerah ini merupakan wilayah yang lebih aman
dibandingkan wilayah lain.
4.1.3 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian dari data gempa periode 1958-2018 di daerah Selatan
Jawa Barat dan Banten diperoleh hasil b-value sebesar 1.1 dan a-value sebesar 7.47
menggunakan metode maximum likelihood, di mana saat perhitungan menggunakan
metode lainnya yaitu least square didapatkan nilai a 7.8887 dan b 1.0839, dengan
nilai r sebesar -0.9276 (koefisien relasi negative yang tinggi).
Gambar 4.5 Hubungan Magnitde Frekuensi Menggunakan Least Square
y = -1.0839x + 7.8887r = -0.9276; R² = 0.8604
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
0 2 4 6 8
Log
N (
M)-
Cu
mm
ula
tive
Magnitude
Least Square Solution
Page 68
54
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tati Zera dengan
menggunakan data gempa bumi 1910-2010, di mana pada penelitiannya didapat
nilai b-value yang bervariasi, namun pada wilayah penelitian yang sama didapat
nilai b sebesar 1.19 dan 1.18, dan nilai a yaitu 7.22 dan 7.86 pada wilayah 4 dan 5
(Zera, Mei 2014). Hal ini karena pada penelitian Tati Zera menggunakan waktu
yang lebih lama dan juga adanya pembagian cluster, selain itu ketentuan magnitudo
yang digunakan juga berbeda. Tetapi antara penelitian ini dengan hasil periode
ulang didapati adanya kesamaan yaitu 250 tahun (pada penelitian Tati Zera di
wilayah 4 dan 5). Dalam hasil analisis adanya kesamaan lain bahwa semakin tinggi
nilai b maka nilai a akan semakin tinggi juga pada daerah tersebut. Dari hasil
perhitungan b-value didapatkan juga beberapa hasil dari peneliti lain dengan
lingkup daerah yang hampir sama yaitu pada daerah Jawa Barat didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Perbandingan Nilai a dan b dari Berbagai Sumber
No Hasil Metode a b
1 (Tati Zera, 2014) Max. Likelihood 7.22-7.86 1.18-1.19
2 (Rohadi, et al., Juli 2007) Max. Likelihood 6-9 1-1.5
3 (Suwandi, et al., 2017) Max. Likelihood 3.9-4.42 0.56-0.7
4 (Mutiarani, et al., 2013) Least Square 8.5 1.21
5 (Hidayani & Lestari, April 2014) Least Square n/a 0-1.94
6 (Ilman Luthfi, 2018) Least Square 7.8887 1.0839
7 (Ilman Luthfi, 2018) Max. Likelihood 7.47 1.1
Page 70
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Untuk mendapatkan nilai b digunakan Metode Empiris yaitu Metode
Maximum Likelihood, di mana data gempa bumi dilakukan
penyeragaman skala magnitude menjadi Mw. Hasil data gempa bumi
diinput kedalam Software Z-Map dan didapatkan nilai b-value, a-value,
dan Magnitudo of Completeness (Mc). Didapatkan nilai b-value berkisar
antara 0.95-1.45 dengan nilai tertinggi pada daerah laut pada Selatan
Kabupaten Pandeglang yaitu 1.35-1.45 dan nilai terendah pada daerah
Tasikmalaya yaitu 0.95-1.05. Nilai a-value berkisar antara 6.5-9 dengan
nilai tertinggi pada daerah laut pada Selatan Kabupaten Pandeglang yaitu
8.5-9 dan nilai terendah pada daerah Tasikmalaya yaitu 6.5-7. Sedangkan
nilai Magnitudo of Completeness (Mc) sekitar 4.6.
b. Dalam waktu 60 tahun telah adanya gempa bumi sebanyak 719 kejadian
di wilayah Selatan Jawa Barat dan Banten dengan magnitude berkisar
antara 4-7 SR. Pada katalog gempa bumi wilayah Selatan Jawa Barat dan
Banten didominasi oleh gempa dengan magnitude sekitar 5.2-6 SR,
Page 71
56
sementara distribusi gempa bumi terhadap kedalaman didominasi oleh
gempa dengan kedalaman <100 km.
c. Nilai indeks seismisitas sebesar 0.63 dan indeks seismisitas gempa
merusak 0.004, probabilitas untuk P (7, 20)=8%, P (7, 40)=15%, P (7,
60)=21% dan periode ulang untuk gempa terbesar yaitu M 7 SR selama
250 tahun pada perhitungan Microsoft Excel. Sedangkan periode ulang
yang menggunakan variasi Magnitude 5 SR berkisar antara 1-4 tahun,
variasi Magnitude 6 SR berkisar antara 15-55 tahun dan Magnitude 7 SR
berkisar antara 150-550 tahun.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya adanya metode lain yang
digunakan untuk perhitungan agar dapat dijadikan sebagai perbandingan dari
metode ini. Saran lainnya adalah digunakan pengambilan wilayah yang lebih luas
agar hasil yang didapat semakin akurat.
Page 72
57
DAFTAR PUSTAKA
Adzkia, M., 2010. Perhitungan b-Value Menggunakan Metode Maximum
Likelihood untuk Daerah Sumatera dan Sekitarnya (3 Juni 1909-23
Desember 2009). 1 ed. Tangerang Selatan: Skripsi Fakultas Sains dan
Teknologi.
Agustiawati, A. & Hari, I. B. M. M., 2018. Studi B-Value untuk Analisis
Seismisitas Berdasarkan Data Gempabumi Periode 1904-2014 (Studi
Kasus: Gorontalo). Jurnal Program Studi Geofisika FMIPA Universitas
Hasanuddin, p. 2.
Firmansyah, Y., Gani, R. M. G., Setiadi, D. D. & A., 2017. Peranan Aspek
Stratigrafi dan Geologi dalam Mengkaji Potensi Gerakan Tanah di
Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Bulletin of Scientific
Contribution Volume 15 No. 1, p. 2.
Fulki, A., 2011. Analisis Parameter Gempa, b-Value, PGA di Daerah Papua.
Tangerang Selatan: Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Gofar, M., 2008. Gempabumi dalam Perspektif al-Qur'an. Yogyakarta: Skripsi S1
Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Guntur, P., Seni, H. J. T. & Vienda, G. L., 2015. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 15 No. 2.
ANALISIS TINGKAT SEISMISITAS DAN TINGKAT KERAPUHAN
BATUAN DI MALUKU UTARA, p. 3.
Haryanto, I., 2006. Bulletin of Scientific Contribution, Vol. 4 No. 1. Struktur
Geologi Paleogen dan Neogen di Jawa Barat, pp. 88-95.
Hidayani, S. & Lestari, D., April 2014. Jurnal Fisika al-Fiziya Volume VII, No. 2.
Analisis Periode Ulang dan Aktivitas Kegempaan pada Daerah Jawa dan
Sekitarnya, pp. 16-22.
Ir. Soetoto, S. U., 2013. Geologi Dasar. Yogyakarta: Ombak.
Kementrian Agama, 2018. Tafsir al-Qur'an. [Online]
Available at: https://quran.kemenag.go.id/index.php/tafsir/2/99/1-3;
https://quran.kemenag.go.id/index.php/tafsir/2/7/91;
https://quran.kemenag.go.id/index.php/tafsir/2/29/37
Lira, N., 2017. Analisis Parameter Seismik Gempabumi Wilayah Lengan Timur
Sulawesi dengan Metode Empiris. Makassar: Skripsi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Alauddin Makassar.
Page 73
58
Misyalam, M. O., 2014. Cilacap, Analisis Perbandingan Nilai Percepatan Tanah
Berdasarkan Metode Kawashumi dan Pengukuran Sensor Accelerograph
Stasiun. Tangerang Selatan: Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mogi, K., 1962. Magnitude-Frequency Relationship for Elastic Shocks
Accompanying Fractures of Various Materials and Some Related
Problems in Earthquakes. Bull. Earthquake Res. Inst..
Mutiarani, A., M. & Prastowo, T., 2013. Jurnal Fisika Vol. 2 No. 2. Studi b-Value
untuk Pengamatan Seismisitas Wilayah Pulau Jawa Periode 1964-2012,
p. 1.
Pawirodikromo, W., 2012. Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pertiwi, C. P., 2010. Analisis Peluang Terjadinya Gempa Bumi Menggunakan
Metode Maximum Likelihood untuk Daerah Papua dan Sekitarnya.
Skripsi Program Studi Fisika ed. Tangerang Selatan: Fakultas Sains dan
Teknologi.
Priadi, R. & Arifin, J., 2017. Penentuan Nilai b-Value untuk Identifikasi Kerentanan
Batuan dengan Mempertimbangkan Nilai Slowness pada Wilayah Pidie
Jaya. Jurnal Fisika Universitas Negeri Semarang Vol. 7, No. 1, pp. 1-6.
Qur'an.com, 2018. Qur'an.com. [Online]
Available at: https://quran.com/99; https://quran.com/7;
https://quran.com/29
Ririn, 2013. SlideShare. [Online]
Available at: https://www.slideshare.net/ririn12/metode-maximum-
likelihood [Accessed 30 12 2018].
Rohadi, S., Grandis, H. & Ratag, M. A., Juli 2007. Studi Variasi Spasial Seismisitas
Zona Subduksi Jawa. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, Vol.8 No. 1, pp.
42-47.
Sarmili, L. & Setiady, D., 2015. Pembentukan Prisma Akresi di Teluk Ciletuh
Kaitannya dengan Sesar Cimandiri, Jawa Barat. Jurnal Geologi Kelautan,
3(3), p. 1.
Scholz, C. H., 1968. Bull. Seismol. Soc. Am.. The Frequency Magnitude Relation
of Microfactoring in Rock and it's Relation to Earthquakes, p. 58.
Sudradjat M.Sc, P. D. I. A., Syafri, DEA, D. I. I., Sulaksana, MSP, I. N. & Sukiyah,
MT, D. I. E., 2009. Karakteristik Sumberdaya Geologi di Kawasan Jawa
Barat Bagian Selatan sebagai Referensi Pengembangan Sumber Energi
Page 74
59
Alternatif, Kabupaten Sumedang: Fakultas Teknik Geologi Universitas
Padjajaran.
Sulaiman, I., 1989. Pendahuluan Seismologi Jilid IA. Jakarta: Departemen
Perhubungan.
Sunardi, B., Istikomah, M. U. & S., 2017. Jurnal Riset Geofisika Indonesia. Analisis
Seismoteknik dan Periode Ulang Gempabumi Wilayah Nusa Tenggara
Barat, Tahun 1973-2015, pp. 23-28.
Suwandi, E. A., Sari, I. L. & W., 2017. Wahana Fisika, 2(2). Analisis Percepatan
Tanah Maksimum, Intensitas Maksimum dan Periode Ulang Gempa untuk
Menentukan Tingkat Kerentanan Seismik di Jawa Barat (Periode Data
Gempa Tahun 1974-2016), pp. 12-30.
Syafriani, S., 2018. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering 335.
An Investigation of Seismicity for the West Sumatera Region Indonesia, p.
2.
Walpole, e. R., 2006. Pengantar Statistika. 3 ed. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Yonathan, T., 2018. BAB II: Geologi Regional. [Online]
Available at: http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/453/jbptitbpp-gdl-
togiyonath-22636-3-2009ta-2.pdf
Zera, T., 2007. Geologi: Langkah Awal Mengenal Bumi. Jakarta: Program Studi
Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Zera, T., Mei 2014. Menentukan Peluang dan Periode Ulang Gempa dengan
Magnitude Tertentu Berdasarkan Model Guttenberg-Ritcher. Spektra:
Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 15 No. 1, pp. 44-48.
Page 76
61
Lampiran 1. Tabel Data Gempabumi Periode 1958-2018 Daerah Jawa Barat
dan Banten
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.8026 -5.9892 2018 5 19 5.3 156.9 3 57
105.3805 -6.1243 2018 4 13 5.3 50.44 9 55
105.5296 -6.9833 2018 4 9 5.6 104.2 11 46
107.2668 -6.1193 2018 4 2 5.3 62.6 1 2
106.6685 -6.3117 2018 3 27 5.4 250.04 8 57
105.9395 -7.4532 2018 2 26 5.2 139.15 9 57
106.4872 -7.2558 2018 2 18 5.3 48.55 4 40
106.024 -6.9072 2018 2 17 5.2 66 10 25
105.79 -7.8267 2018 2 16 5.3 42.02 4 52
106.428 -7.7572 2018 2 16 5.5 87.85 1 28
105.8892 -7.6264 2018 2 16 5.5 35 5 13
105.8132 -5.9672 2018 2 13 5.3 35 9 26
108.3796 -6.7929 2018 2 11 5.2 34.07 6 48
105.7636 -7.1229 2018 2 3 5.2 166.62 8 49
105.2402 -6.3598 2018 1 29 5.3 242.26 7 3
105.2421 -6.5772 2018 1 29 5.3 49.82 6 35
105.8007 -7.0901 2018 1 26 5.5 10 10 12
105.7819 -7.0604 2018 1 26 5.4 97.63 4 48
105.8133 -7.1221 2018 1 24 5.4 41.3 6 32
105.799 -7.1714 2018 1 23 5.2 36.72 7 7
105.2078 -6.2814 2018 4 14 4.9 88 6 2
105.9404 -7.41 2018 3 19 5 45 11 36
105.9632 -7.0924 2018 1 23 5.9 35 6 34
106.89 -7.18 2018 5 25 4.4 10 8 15
107.22 -8.05 2018 5 24 4.2 32 10 21
105.27 -7.2 2018 5 3 4.3 10 7 14
106.84 -7.28 2018 4 29 4.3 10 9 13
107.39 -7.99 2018 4 28 4.1 49 2 23
107.29 -8.11 2018 4 26 4.7 56 6 26
105.27 -7.42 2018 4 16 4.1 43 5 50
105.23 -7.26 2018 4 11 4.4 10 12 28
105.5 -7.01 2018 4 9 4.9 64 11 46
108.06 -7.82 2018 3 21 4.1 75 9 18
106 -7.35 2018 3 19 5.2 40 11 36
106.01 -7.51 2018 3 5 4.3 10 1 33
105.39 -7.5 2018 3 4 4.1 10 6 46
Page 77
62
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.02 -7.45 2018 2 26 4.6 10 9 57
106.67 -7.62 2018 2 18 4.5 10 4 40
106.17 -7.1 2018 2 17 4.1 10 10 25
105.86 -7.81 2018 2 16 4.6 10 4 52
106.45 -7.87 2018 2 16 5 49 1 28
105.85 -7.81 2018 2 16 5.1 10 5 13
105.95 -7.26 2018 2 3 4.5 10 8 49
106.04 -7.19 2018 1 26 5 30 10 12
106.05 -7.19 2018 1 26 5.2 30 4 48
106.11 -7.22 2018 1 23 4.2 25 5 4
106.08 -7.21 2018 1 23 4.2 41 12 57
106.12 -7.21 2018 1 23 4.1 33 11 9
106.09 -7.24 2018 1 23 4.1 37 9 15
106.09 -7.23 2018 1 23 4 28 8 55
106.12 -7.22 2018 1 23 4.3 27 7 58
106.11 -7.2 2018 1 23 4.8 32 7 56
106.01 -7.16 2018 1 23 4.3 20 6 2
106.08 -7.21 2018 1 23 4.1 19 6 50
106.09 -7.16 2018 1 23 4 23 6 40
106.26 -7.26 2018 1 23 4.4 20 6 38
106.04 -7.13 2018 1 23 6.1 46 6 34
106.3932 -7.7717 2017 12 24 5.4 35.03 3 42
107.0853 -7.4494 2017 12 15 5.3 35 9 10
106.5908 -7.1171 2017 12 15 5.2 48.19 4 4
107.0917 -7.1269 2017 12 12 5.6 35 2 23
105.7895 -7.5836 2017 12 1 5.2 83.48 2 43
107.2823 -7.545 2017 11 17 5.3 90 4 2
106.6143 -7.1109 2017 10 11 5.3 83.56 4 30
107.7299 -5.8793 2017 9 25 5.2 100.75 8 8
106.3876 -5.9298 2017 9 25 5.7 28.89 6 10
107.7737 -7.7805 2017 9 24 5.4 111.39 10 5
108.4731 -7.3924 2017 9 24 5.3 95.75 12 0
105.2691 -7.1134 2017 9 23 5.2 306.63 9 3
105.7976 -7.3238 2017 8 25 5.4 150.05 10 11
105.3828 -6.5499 2017 8 17 5.4 5.92 11 4
106.5514 -6.3342 2017 8 13 5.2 123.21 12 4
107.7612 -7.3133 2017 7 24 5.3 23.22 12 19
107.6362 -7.1082 2017 7 18 5.2 35 5 58
105.9824 -7.4094 2017 7 8 5.8 77.1 10 48
105.1342 -6.5338 2017 6 28 5.4 170.96 10 41
Page 78
63
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.53 -7.203 2017 6 23 5.3 141.58 6 0
107.0831 -7.6724 2017 5 11 5.4 18.56 8 51
106.5594 -6.5868 2017 5 10 5.4 8.54 5 46
105.1626 -6.6822 2017 5 5 5.4 36.76 11 25
105.3162 -7.1817 2017 4 25 5.5 10 4 37
105.3705 -6.0171 2017 4 24 5.6 86.27 9 29
108.0192 -7.7404 2017 4 23 5.8 121.11 6 1
105.2898 -6.9872 2017 4 22 5.3 66.62 8 54
106.8915 -6.0928 2017 3 26 5.2 35 3 6
108.0002 -7.8071 2017 3 15 5.4 50.16 2 26
106.5851 -7.7564 2017 3 14 5.6 72.22 2 51
105.2828 -7.2234 2017 3 10 5.6 35 4 33
105.1463 -6.5806 2017 3 10 5.5 195 4 13
106.8961 -7.1371 2017 3 6 5.3 78.6 8 11
107.9434 -7.8406 2017 2 19 5.5 51.37 3 39
107.3878 -7.5161 2017 2 15 5.6 45.97 6 53
108.383 -7.529 2017 2 13 5.5 75.9 8 12
106.9498 -7.5557 2017 2 8 5.6 61.55 8 34
107.0596 -7.6364 2017 1 26 5.4 67.97 5 50
105.466 -6.8572 2017 1 18 5.6 77.33 10 51
106.9319 -7.4129 2017 1 12 5.4 101.06 7 45
108.1743 -7.4921 2017 12 15 6.5 35 4 47
108.0156 -7.8007 2016 12 15 5.3 74.88 4 58
106.8294 -6.8524 2016 12 13 5.4 88.74 11 28
107.1769 -5.9708 2016 11 25 5.3 64.69 5 31
108.0168 -7.858 2016 11 23 5.3 93.58 8 53
106.281 -6.7921 2016 11 21 5.2 80.89 11 37
106.3907 -6.7344 2016 11 9 5.4 123.64 4 5
107.5887 -7.1888 2016 11 5 5.2 248.29 11 44
107.0088 -7.5166 2016 10 23 5.4 88.59 5 45
106.8318 -7.3174 2016 9 29 5.3 121.12 12 22
105.2056 -6.3091 2016 9 11 5.6 63.98 3 35
106.7289 -6.9974 2016 8 28 5.3 10 6 47
105.694 -7.6672 2016 8 27 5.3 37.84 5 52
106.8592 -6.9397 2016 8 25 5.3 80.76 3 6
105.7044 -6.5226 2016 8 1 5.4 10 10 10
107.9482 -6.7544 2016 7 31 5.2 96.48 10 46
106.4729 -6.847 2016 7 24 5.2 44.26 4 56
105.3444 -5.992 2016 6 28 5.8 178.37 3 32
Page 79
64
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.3258 -6.8443 2016 6 24 5.2 109.47 9 18
105.3343 -6.9872 2016 6 20 5.3 180.24 7 14
107.4912 -7.283 2016 6 4 5.3 134.55 11 12
107.635 -7.7826 2016 5 16 5.2 10 1 26
107.6764 -6.8972 2016 5 12 5.3 110.3 12 21
105.8263 -7.2878 2016 4 29 5.5 29.07 5 35
106.4816 -6.6806 2016 4 21 5.2 89.56 2 43
106.3497 -7.5846 2016 4 13 5.3 61.02 1 1
105.3637 -7.2477 2016 4 12 5.3 171.67 8 53
107.5705 -7.8028 2016 4 8 5.2 37.1 3 14
105.1325 -6.9132 2016 4 7 5.5 145.18 10 39
107.2049 -7.8515 2016 4 1 5.2 57.84 6 56
105.6299 -7.5315 2016 3 29 5.2 24.62 12 24
106.4963 -6.8706 2016 3 27 5.2 10 1 15
105.2049 -6.3787 2016 3 21 5.4 48.02 2 25
106.8047 -7.1683 2016 3 5 5.3 70.8 3 18
107.5574 -7.1841 2016 2 23 5.3 25.01 11 53
105.15 -7.1722 2016 2 21 5.2 145.86 11 5
106.9569 -7.3184 2016 2 16 5.5 67.81 3 5
106.7131 -7.6087 2016 2 16 5.2 78.12 1 47
105.8007 -7.5997 2016 2 15 5.3 12.93 1 22
108.4841 -7.2832 2016 2 13 5.3 64.88 3 23
108.1745 -6.6502 2016 1 25 5.2 128.01 12 54
106.6767 -7.2528 2016 1 15 5.2 62.27 9 5
106.4753 -7.2792 2016 1 6 5.4 10 1 9
105.1436 -7.0177 2015 12 13 5.4 123.05 10 21
105.1308 -6.5857 2015 11 24 5.4 241.11 8 23
105.3205 -7.4351 2015 11 20 5.5 98.31 8 3
105.2713 -7.4127 2015 11 20 5.5 85.72 7 48
106.8627 -6.4825 2015 11 12 5.5 40.59 12 7
105.2293 -6.093 2015 11 7 5.6 51.34 5 56
106.841 -7.4469 2015 10 31 5.4 65.41 6 46
105.3913 -6.0739 2015 10 14 5.4 28.57 10 52
106.2764 -7.2911 2015 10 6 5.2 10.33 1 43
106.2438 -7.6291 2015 9 2 5.5 126.02 9 56
105.4445 -5.9945 2015 8 5 5.5 39.93 3 41
105.3171 -7.0118 2015 6 22 5.6 46.5 4 37
106.7745 -7.8103 2015 5 4 5.2 43.97 12 2
105.1509 -6.3677 2015 4 22 5.3 47.37 5 33
Page 80
65
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.1288 -7.229 2015 4 11 5.2 25.33 7 21
105.3343 -6.7085 2015 4 9 5.6 56.5 6 20
105.1701 -6.819 2015 3 28 5.2 44.42 7 33
106.1219 -6.8412 2015 3 12 5.2 46.93 3 16
107.8862 -6.1453 2015 3 10 5.2 72.31 12 59
105.2771 -7.133 2015 3 6 5.4 50.47 6 13
105.6296 -5.8991 2015 2 20 5.2 35 1 9
105.3624 -6.1192 2015 2 2 5.8 66.15 9 29
105.837 -5.9993 2015 2 2 5.2 140.25 1 41
106.8824 -7.6141 2015 1 28 5.3 284.75 4 21
105.3183 -6.5138 2015 1 17 5.3 49.11 8 24
106.2154 -7.4024 2015 1 16 5.3 151.64 8 43
106.6987 -7.5146 2015 1 9 5.5 43.17 7 1
105.9999 -7.0548 2015 11 28 5.4 110 2 47
106.8666 -7.2683 2014 12 26 5.3 86.63 2 8
105.7543 -7.5261 2014 12 15 5.3 59.1 9 20
105.8177 -7.5632 2014 12 3 5.5 79.88 8 25
107.5222 -7.3152 2014 11 28 5.2 49.91 9 6
105.9866 -7.1838 2014 11 8 5.4 49.87 2 56
105.9668 -7.4091 2014 11 3 5.6 78.11 8 56
105.4869 -5.8922 2014 11 1 5.3 10 9 51
105.229 -6.1429 2014 11 1 5.3 10 7 21
105.3084 -6.9463 2014 10 22 5.4 1.41 4 14
107.1731 -6.4963 2014 10 17 5.8 64.79 9 26
107.4323 -7.3775 2014 10 8 5.2 25.05 5 46
106.8674 -7.1477 2014 9 24 5.3 69.14 9 30
106.295 -6.9314 2014 9 13 5.2 77.66 5 12
106.0528 -6.1423 2014 9 12 5.2 42.67 10 59
105.3513 -6.2746 2014 9 6 5.6 151.61 12 37
107.915 -6.2406 2014 8 18 5.2 10 7 47
107.9321 -6.1194 2014 7 20 5.2 78.79 6 46
107.1609 -7.5836 2014 7 8 5.4 41.4 2 22
108.0537 -7.7615 2014 6 22 5.7 119.16 6 38
106.0956 -6.6428 2014 6 5 5.3 9.05 5 51
106.0089 -7.2877 2014 5 30 5.6 296.7 5 53
105.8254 -7.2549 2014 5 14 5.5 278.15 4 52
106.7519 -7.0645 2014 5 13 5.2 63.24 11 15
105.1973 -6.1049 2014 4 29 5.3 72.02 9 11
Page 81
66
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.5629 -6.6942 2014 4 29 5.2 147.59 2 36
106.0233 -7.0782 2014 4 4 5.3 53.65 7 24
105.1495 -6.7521 2014 3 26 5.4 54.72 6 16
105.9853 -7.8028 2014 3 23 5.3 86.72 12 9
107.4071 -7.0215 2014 2 28 5.2 48.9 5 20
106.081 -7.5534 2014 2 26 5.4 105.53 7 41
108.2833 -6.7146 2014 2 26 5.3 54.23 2 36
106.3227 -6.9671 2014 2 24 5.2 10.9 5 40
106.5359 -7.7898 2014 2 16 5.4 21.85 10 50
106.3934 -6.4235 2014 1 30 5.2 168.99 3 34
106.8955 -6.3927 2014 1 15 5.4 52.83 9 26
105.4281 -6.9559 2014 1 9 5.6 232.91 4 16
105.1048 -6.5079 2014 1 8 5.4 93.32 12 17
105.3544 -5.9326 2014 1 5 5.7 67.47 11 32
108.4103 -7.5151 2014 1 3 5.4 147.78 7 22
105.3386 -6.2154 2013 12 19 5.2 125.44 10 56
107.1958 -6.8116 2013 12 19 5.4 42.78 4 41
106.4324 -6.37 2013 12 12 5.4 60.34 7 28
108.1852 -7.8229 2013 12 12 5.3 56.92 8 34
108.3556 -7.1978 2013 11 24 5.5 110.38 7 58
105.6137 -7.6025 2013 11 24 5.4 64.94 9 44
106.5655 -6.2522 2013 11 13 5.4 135.35 7 25
107.9754 -7.8609 2013 11 3 5.5 173.95 2 35
106.3123 -7.1506 2013 10 24 5.3 98.15 8 25
107.1197 -7.8068 2013 10 23 5.2 167.89 11 14
105.3568 -6.4721 2013 9 12 5.3 9.44 9 5
105.1352 -7.0445 2013 8 23 5.3 140.76 1 54
105.2525 -6.8674 2013 8 17 5.2 75.68 7 31
105.918 -7.356 2013 7 21 5.3 99.8 12 50
108.037 -7.682 2013 7 5 5.5 66.15 9 40
107.703 -7.597 2013 5 6 5.2 126.06 11 12
106.321 -6.266 2013 3 6 5.4 36.65 9 2
107.294 -6.998 2013 2 26 5.6 39.2 2 6
105.104 -7.014 2013 2 11 5.4 44.3 11 3
105.372 -6.943 2013 2 2 5.6 72.6 1 19
105.13 -6.966 2013 1 18 5.2 15.8 9 27
106.072 -7.091 2013 4 8 5.3 62 6 53
105.283 -6.96 2012 12 30 5.6 56.4 7 56
107.128 -7.136 2012 12 15 5.3 139.4 8 45
Page 82
67
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.928 -7.644 2012 12 14 5.5 146.2 4 16
106.666 -7.373 2012 11 10 5.7 40.8 6 5
106.205 -5.958 2012 10 1 5.4 34.9 5 54
105.847 -7.327 2012 9 18 5.5 35 4 35
105.13 -6.166 2012 9 11 5.5 48.3 4 17
106.751 -6.514 2012 9 8 5.5 143.2 6 27
106.271 -7.425 2012 9 3 5.4 35 10 27
108.112 -7.664 2012 8 3 5.4 49.5 11 34
105.188 -6.631 2012 7 16 5.3 142.1 12 55
105.887 -6.584 2012 7 4 5.3 174.6 11 39
105.4 -6.82 2012 6 29 5.4 42.2 6 48
107.27 -7.35 2012 6 27 5.4 74.4 4 55
106.082 -7.107 2012 6 24 5.6 40.6 3 40
107.416 -5.878 2012 6 8 5.4 85.2 7 4
106.479 -7.697 2012 5 1 5.5 92.2 4 59
106.638 -7.085 2012 4 28 5.3 63.7 2 31
105.504 -5.911 2012 4 22 5.5 117.9 1 4
105.265 -6.913 2012 4 16 5.5 64.3 7 37
105.274 -6.887 2012 4 15 5.4 86.6 6 22
105.444 -6.777 2012 4 14 5.8 70.5 7 31
107.114 -7.598 2012 4 12 5.6 308.8 3 1
105.972 -6.728 2012 4 8 5.3 50 8 6
106.565 -7.083 2012 3 7 5.4 35 3 33
106.564 -7.285 2012 2 29 5.5 84.9 1 28
106.792 -7.823 2012 2 27 5.2 28.9 10 53
106.12 -7.77 2012 2 15 5.4 20.4 9 59
107.592 -7.566 2012 2 15 5.4 56.6 8 38
108.053 -7.667 2012 1 14 5.2 68.1 11 58
107.529 -6.762 2012 11 1 5.7 45 2 12
106.371 -7.692 2012 6 4 5.9 35 11 18
105.457 -6.81 2012 4 14 5.8 35 7 26
106.301 -6.132 2011 11 6 5.8 62.7 4 41
107.233 -7.343 2011 10 31 5.3 57.6 12 25
105.281 -6.513 2011 10 29 5.5 123.1 9 59
105.801 -7.577 2011 10 18 5.4 66.7 8 7
105.916 -7.705 2011 10 11 5.3 45.4 12 57
107.358 -5.878 2011 8 30 5.2 61 9 56
106.906 -7.13 2011 8 21 5.5 61.8 4 54
Page 83
68
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.64 -7.59 2011 8 18 5.4 86.2 9 42
105.967 -7.184 2011 8 16 5.3 69 7 37
106.713 -7.507 2011 7 24 5.3 163.8 9 20
106.489 -6.64 2011 7 17 5.6 35 10 59
107.149 -7.672 2011 7 14 5.4 39 1 4
108.065 -7.574 2011 7 6 5.2 25 5 39
106.845 -6.79 2011 7 3 5.4 35 9 1
107.468 -6.341 2011 6 21 5.4 318.1 10 43
106.97 -7.651 2011 6 15 5.5 78.9 2 34
106.336 -6.623 2011 6 11 5.5 10 8 23
107.203 -7.826 2011 5 4 5.3 39.2 12 31
105.67 -6.819 2011 4 19 5.2 44.9 3 58
105.931 -7.225 2011 4 7 5.2 59.1 10 7
105.789 -7.737 2011 3 22 5.4 94.8 12 37
106.97 -7.47 2011 3 20 5.5 28.2 1 20
107.326 -7.549 2011 3 18 5.1 70.2 4 25
107.187 -6.556 2011 2 26 5.6 118.8 6 29
106.458 -7.197 2011 7 24 5 57 8 23
106.22 -6.93 2011 4 5 5.2 76 4 34
106.16 -6.988 2010 11 20 5.5 185.1 6 42
105.259 -7.021 2010 10 31 5.2 37.2 4 14
107.464 -7.176 2010 10 27 5.3 13.9 2 49
105.831 -7.526 2010 10 15 5.4 35 2 52
106.408 -7.564 2010 10 14 5.6 107.5 7 48
106.146 -6.582 2010 9 25 5.5 35 6 23
105.86 -7.404 2010 8 14 5.6 82.7 1 32
105.96 -6.215 2010 7 10 5.5 29.6 7 14
105.495 -6.04 2010 7 9 5.7 69.6 10 13
105.956 -7.63 2010 6 24 5.3 15 7 55
106.342 -7.487 2010 5 28 5.2 187.4 7 45
106.331 -6.243 2010 5 20 5.3 44.4 3 14
105.151 -7.117 2010 5 19 5.4 10 7 47
106.491 -7.382 2010 4 6 5.3 10 5 8
105.149 -7.193 2010 1 10 5.4 41.7 7 48
107.058 -7.495 2010 8 11 5.3 117 7 10
105.161 -6.641 2010 5 19 5.4 91 12 13
107.22 -7.845 2010 5 18 5.3 153 11 59
105.934 -7.278 2010 2 20 4.9 51 4 57
Page 84
69
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.099 -5.988 2009 12 31 5.5 36.5 7 52
106.243 -6.879 2009 12 24 5.4 134.2 12 20
106.498 -7.055 2009 10 24 5.5 48.8 3 9
108.276 -7.836 2009 10 20 5.3 37.4 12 1
105.18 -6.452 2009 10 16 5.8 110.7 10 1
107.305 -7.758 2009 10 12 5.3 67.6 2 56
107.296 -7.821 2009 10 8 5.5 35 6 56
107.328 -7.8 2009 10 2 5.2 35 9 0
107.285 -7.863 2009 9 2 5.5 134.1 8 15
107.449 -7.765 2009 9 2 5.8 35 8 7
107.393 -7.817 2009 9 2 6 38.9 8 2
106.021 -6.696 2009 7 30 5.4 34.2 5 10
105.118 -6.769 2009 6 24 5.4 60 7 9
107.471 -7.745 2009 6 14 5.4 50.4 1 31
106.037 -7.331 2009 3 10 5.3 38.8 5 41
106.086 -7.849 2009 1 20 5.4 35 2 24
108.13 -7.659 2009 1 16 5.3 10 8 40
105.223 -6.972 2009 1 7 5.1 15.4 9 0
107.923 -7.774 2009 1 6 5.2 15.3 2 36
105.223 -6.534 2009 10 16 6.1 89 9 52
107.297 -7.782 2009 9 2 7 76 7 55
106.154 -6.963 2009 3 27 5 87 8 53
108.268 -6.32 2008 12 30 5.2 35 9 42
105.37 -5.918 2008 12 15 5.5 38 10 12
105.317 -6.02 2008 12 11 5.7 35 8 57
106.508 -7.742 2008 11 27 5.1 35 3 58
106.641 -7.193 2008 11 15 5.4 13.4 1 0
106.127 -7.395 2008 11 15 5.2 35 9 3
107.23 -7.539 2008 10 26 5.6 54 9 12
106.716 -6.775 2008 10 11 5.2 51.8 4 24
108.022 -7.632 2008 10 4 5.4 46 3 54
108.071 -7.692 2008 9 10 5.3 71.8 5 6
106.321 -6.02 2008 9 4 5.2 34.9 1 49
106.236 -7.721 2008 8 9 5.3 18.1 8 51
106.186 -6.809 2008 8 5 5.3 47.4 10 42
106.93 -6.725 2008 7 26 5.2 10 6 20
105.978 -7.187 2008 7 18 5.2 35 9 5
106.75 -7.851 2008 7 9 5.4 10 4 50
106.036 -6.853 2008 7 3 5.5 35 4 28
Page 85
70
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
107.826 -7.046 2008 6 20 5.2 44.8 10 55
108.086 -7.646 2008 6 18 5.3 329.6 9 47
107.138 -7.135 2008 5 19 5.2 10 11 8
106.137 -7.453 2008 5 12 5.2 40.9 11 31
105.991 -7.24 2008 4 29 5.5 35 8 31
105.378 -7.051 2008 4 25 5.3 59.9 2 23
106.988 -6.717 2008 4 24 5.3 35 1 23
105.489 -5.913 2008 4 17 5.6 38.4 9 2
105.57 -6.714 2008 4 12 5.4 10 5 54
108.104 -7.804 2008 3 27 5.4 10 2 22
106.665 -7.599 2008 3 3 5.3 94.1 11 46
106.842 -7.081 2008 3 3 5.4 76.5 11 34
107.503 -7.422 2008 3 1 5 36.7 11 23
106.746 -7.05 2008 2 28 5.2 21.3 12 30
106.995 -7.656 2008 2 8 5.4 143 3 42
107.876 -7.782 2008 4 27 5 63 5 2
105.724 -6.764 2007 12 21 5.2 35 9 55
106.954 -7.633 2007 11 14 5.5 67.2 10 31
107.192 -6.691 2007 11 13 5.5 100.2 2 38
107.961 -7.846 2007 11 6 5.4 35 8 33
106.624 -7.142 2007 10 20 5.3 110.2 5 50
107.754 -7.816 2007 10 9 5.3 35 1 28
105.572 -5.875 2007 9 24 5.6 60.5 5 35
107.817 -7.849 2007 9 17 5.4 49.5 10 37
107.846 -7.83 2007 9 16 5.2 40.7 12 6
106.88 -7.682 2007 9 9 5.2 51 9 26
108.36 -7.425 2007 8 28 5.4 152 5 20
107.782 -7.775 2007 8 23 5.2 21 8 49
107.568 -6.078 2007 8 16 5.1 10 4 15
106.007 -7.34 2007 8 13 5.5 103.7 6 45
107.383 -5.93 2007 8 10 5.1 35 3 15
107.681 -5.926 2007 8 8 6.4 46 5 4
107.33 -6.372 2007 8 4 5.5 35 7 17
106.24 -6.946 2007 7 25 5.5 35 6 25
106.369 -7.181 2007 7 18 5.3 35 9 35
105.544 -5.882 2007 6 9 5.3 35 10 35
105.22 -6.584 2007 5 16 5.6 87.7 11 37
107.15 -7.8 2007 4 23 5.1 35 1 44
106.527 -6.018 2007 4 10 5.5 74 4 15
Page 86
71
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
107.459 -5.929 2007 4 9 5.2 10 2 56
105.188 -6.527 2007 2 8 5.4 10 4 3
107.907 -7.72 2007 2 3 5.5 35 5 25
106.526 -6.595 2007 1 8 5.1 35 1 28
105.513 -6.972 2007 1 6 5.4 40.6 8 4
108.158 -7.041 2007 1 6 5.4 28.5 10 24
107.193 -7.817 2007 1 31 5.5 33 8 31
105.993 -7.068 2007 12 1 5 33 11 1
105.135 -6.521 2007 8 10 5 100 1 17
107.293 -7.078 2006 12 31 5.3 35 7 22
107.346 -6.034 2006 12 16 5.3 52.2 9 40
107.798 -7.735 2006 11 28 5.7 15 1 54
106.754 -7.001 2006 10 30 5.5 378.7 1 0
106.621 -6.74 2006 10 22 5.2 21.5 11 16
106.137 -7.172 2006 10 19 5.2 51.8 7 38
106.454 -6.768 2006 10 13 5.3 265.7 3 33
105.382 -6.24 2006 10 11 5.2 291.2 5 25
107.932 -7.813 2006 10 9 5.2 201.7 11 38
106.104 -6.953 2006 10 8 5.4 54 7 41
107.779 -7.7 2006 9 28 5.3 98.8 1 46
106.74 -7.147 2006 9 19 5.3 59.6 10 8
106.137 -6.888 2006 8 23 5.4 16.1 5 35
107.973 -7.632 2006 8 18 5.3 10 4 22
106.819 -7.853 2006 8 16 5.4 136.7 9 15
108.023 -7.701 2006 8 13 5.5 310.3 2 14
107.328 -6.55 2006 7 17 5.3 10 11 0
106.36 -7.431 2006 7 17 5.2 10 11 0
105.581 -7.28 2006 7 17 5.4 51.7 3 56
105.998 -7.649 2006 7 17 5.4 119.5 3 7
107.297 -5.957 2006 7 14 5.2 35 3 9
105.572 -5.996 2006 7 5 5.3 10 3 26
106.134 -7.512 2006 7 1 5.4 30 1 16
105.562 -7.127 2006 6 23 5.6 30 11 37
106.109 -7.518 2006 6 2 5.3 35 7 58
106.086 -7.47 2006 5 18 5.5 38.4 8 33
106.065 -7.438 2006 4 9 5.4 10 10 50
105.601 -6.903 2006 3 11 5.4 109.2 4 25
105.158 -6.69 2006 3 8 5.4 68.1 9 4
105.365 -6.894 2006 2 16 5.3 154 7 20
Page 87
72
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.097 -6.224 2006 1 29 5.3 150 9 37
105.138 -6.007 2006 1 8 5.2 49.2 8 0
105.635 -6.785 2006 12 23 5.5 177 10 59
105.389 -6.535 2006 7 19 6.1 92 10 57
106.72 -7.366 2006 3 16 5 75 5 43
107.762 -7.762 2006 3 10 4.9 65 9 26
105.489 -5.944 2005 12 8 5.5 10 1 5
106.985 -7.375 2005 11 9 5.5 10 12 8
108.059 -7.776 2005 10 24 5.3 35 5 20
105.484 -7.142 2005 10 19 5.4 111.9 9 51
105.552 -6.932 2005 10 7 5.4 10 12 9
105.578 -6.773 2005 10 4 5.5 10 2 11
105.842 -6.599 2005 9 24 5.5 10 12 58
106.622 -6.981 2005 8 31 5.2 45 2 53
106.093 -6.896 2005 8 23 5.2 10 1 57
106.958 -7.63 2005 7 10 5.3 28.3 11 11
107.298 -7.066 2005 6 17 5.2 10 11 40
106.973 -7.428 2005 6 14 5.2 10 7 32
107.611 -7.661 2005 6 12 5.4 256 3 31
106.965 -7.427 2005 4 15 5.5 117 3 46
107.464 -6.892 2005 4 15 5.3 10 2 6
105.584 -5.914 2005 4 9 5.2 30.6 2 58
107.553 -6.991 2005 4 2 5.4 10 4 34
107.819 -7.037 2005 2 2 5.5 49.7 5 55
105.084 -6.982 2005 1 6 5.4 29.9 6 21
105.459 -6.881 2005 10 10 5.5 85 10 55
105.867 -6.705 2005 7 16 4.8 70 3 48
106.236 -6.868 2005 6 24 4.9 88 12 35
107.463 -7.847 2005 6 22 5.3 100 8 8
105.236 -6.462 2005 1 15 6 105 1 47
105.929 -6.236 2004 12 21 5.4 20.3 2 23
108.177 -7.743 2004 12 8 5.4 122.7 6 14
105.724 -6.605 2004 11 28 5.2 69 3 2
107.941 -7.302 2004 11 17 5.2 15 1 29
108.278 -6.09 2004 10 20 5.1 15 3 47
107.297 -7.009 2004 10 16 5.2 35 3 20
107.172 -6.426 2004 9 29 5.3 15 7 7
105.32 -7.037 2004 8 15 5.3 15 6 48
108.033 -6.153 2004 7 25 5.2 108.9 11 59
Page 88
73
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.267 -6.586 2004 7 10 5.2 35 9 39
108.003 -7.767 2004 6 19 5.3 30 9 46
108.451 -6.66 2004 5 31 5.4 30 8 55
107.093 -7.779 2004 5 28 5.5 23.6 10 23
105.905 -6.143 2004 5 25 5.3 15 3 43
106.136 -7.045 2004 3 4 5.4 10 2 21
107.027 -7.061 2004 2 20 5.3 102.7 12 15
106.597 -7.194 2004 2 8 5.3 10 5 17
106.43 -7.646 2004 2 4 5.4 55.7 2 2
106.202 -7.438 2004 10 5 4.9 33 9 14
107.963 -7.753 2004 9 25 5.1 99 4 4
106.178 -6.944 2004 5 9 5.2 90 10 25
105.618 -6.796 2004 5 6 4.7 91 10 15
105.436 -6.65 2004 3 25 5.4 100 10 15
108.273 -7.805 2003 12 24 5.3 40 2 57
106.36 -6.83 2003 12 22 5.3 41.3 6 2
106.406 -6.709 2003 11 26 5.4 38.3 8 34
105.541 -6.437 2003 11 20 5.3 107.4 8 47
106.867 -6.593 2003 11 3 5.3 102.3 2 57
106.075 -7.667 2003 9 20 5.3 98.6 10 12
106.02 -7.742 2003 9 20 5.3 66.6 10 6
105.297 -6.167 2003 9 17 5.5 10 6 6
106.443 -6.168 2003 9 10 5.4 35 7 21
106.089 -7.722 2003 8 11 5.4 96.6 8 58
106.4 -6.795 2003 7 27 5.4 15 12 8
105.203 -6.612 2003 7 15 5.5 58.7 1 22
107.964 -6.669 2003 7 11 5.5 30 12 19
106.263 -6.953 2003 6 24 5.2 75 12 50
106.149 -7.472 2003 5 1 5.4 104.6 5 22
107.557 -6.657 2003 4 13 5.5 15 1 1
107.799 -7.042 2003 4 6 5.5 106.6 1 52
106.56 -6.097 2003 3 25 5.3 367.1 7 7
108.468 -6.983 2003 3 21 5.4 61.4 11 38
107.475 -6.95 2003 2 26 5.2 50.5 9 42
105.942 -7.276 2003 1 30 5.5 193.9 12 23
106.774 -6.835 2003 1 23 5.4 86.6 7 21
106.466 -7.216 2003 1 20 5.5 50 8 19
107.481 -7.843 2003 1 12 5.4 306.5 7 48
Page 89
74
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.274 -6.959 2003 12 3 5.4 99 12 4
106.203 -7.56 2003 11 24 5.4 103 11 53
105.645 -6.607 2003 1 5 5.2 111 4 16
108.163 -7.629 2002 12 30 5.2 68.8 8 13
105.609 -6.859 2002 11 6 5.4 78.8 5 6
105.702 -6.407 2002 10 11 5.5 219.7 6 6
108.268 -7.244 2002 9 27 5.3 76.1 10 10
107.946 -6.076 2002 9 20 5.2 119.6 8 47
108.137 -7.68 2002 9 12 5.3 78.3 9 1
106.002 -6.641 2002 8 6 5.6 74.7 7 29
106.331 -6.85 2002 7 8 5.5 74.9 3 5
106.043 -7.197 2002 7 2 5.4 83.8 1 3
108.162 -7.508 2002 5 27 5.5 112.2 6 31
106.575 -7.179 2002 4 5 5.3 75.4 8 59
105.59 -5.878 2002 3 17 5.4 50 9 59
105.677 -6.119 2002 2 26 5.3 33 6 17
105.086 -6.174 2002 2 22 5.6 100 1 52
105.217 -6.102 2002 2 22 5.5 33 1 33
106.869 -6.883 2002 1 26 5.4 33 7 3
105.229 -6.464 2002 1 26 5.5 33 3 26
105.37 -6.158 2002 1 20 5.4 73.9 1 18
105.244 -6.157 2002 1 16 5.6 33 3 26
105.173 -6.407 2002 1 15 5.3 46 7 11
107.356 -7.374 2002 10 21 5.1 75 12 15
105.705 -6.75 2002 8 26 5.8 101 2 55
107.868 -7.642 2002 4 7 5.2 77 11 37
105.205 -6.314 2002 1 15 6.1 88 7 12
108.151 -7.811 2001 12 30 5.3 42.2 9 20
106.479 -7.137 2001 12 6 5.4 33 10 59
106.796 -7.863 2001 11 29 5.2 163.2 5 1
107.075 -7.471 2001 11 20 5.5 33 8 53
106.979 -7.656 2001 9 3 5.6 33 2 6
108.275 -6.99 2001 6 28 5.6 33 3 46
108.478 -6.402 2001 5 8 5.2 33 4 32
108.009 -7.732 2001 4 10 5.5 33 3 17
107.974 -7.794 2001 3 30 5.3 33 9 32
107.178 -7.534 2001 3 18 5.4 166.9 1 40
106.84 -7.008 2001 3 16 5.4 145.6 3 59
Page 90
75
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.341 -6.783 2001 3 3 5.6 171.9 6 8
107.182 -7.18 2001 2 27 5.4 33 8 43
107.317 -7.534 2001 2 25 5.2 100 2 12
105.521 -5.946 2001 2 14 5.5 33 8 34
107.213 -7.742 2001 6 1 5.3 106 11 9
106.116 -7.206 2001 3 12 5.8 62 11 35
106.766 -6.665 2000 12 20 5.3 33 6 45
105.568 -6.754 2000 11 18 5.2 33 11 21
107.701 -7.14 2000 11 7 5.5 33 2 53
105.507 -6.809 2000 10 26 5.4 33 2 25
107.823 -7.464 2000 10 25 5.8 100 5 42
105.374 -6.743 2000 10 25 5.2 87.3 4 47
105.619 -6.772 2000 10 25 5.1 65.5 11 3
106.623 -7.449 2000 10 18 5.4 33 6 0
106.963 -6.736 2000 10 10 5.4 38.8 1 59
106.448 -6.858 2000 10 1 5.2 300 5 23
106.591 -7.294 2000 8 28 5.1 102.5 9 0
105.448 -6.278 2000 8 28 5.6 62.9 7 18
107.59 -7.846 2000 6 28 5.5 106.5 3 6
107.766 -7.761 2000 4 12 5.3 88.2 5 54
106.234 -6.95 2000 3 14 5.2 33 6 33
105.194 -6.208 2000 2 25 5.6 33 2 10
106.741 -7.246 2000 2 15 5.2 43.9 9 27
105.4 -7.14 2000 4 7 6.2 52.1 11 43
105.245 -6.525 2000 11 17 5.3 27 6 9
105.63 -6.549 2000 10 25 6.8 51 9 32
107.881 -6.647 2000 9 24 4.9 95 12 55
105.424 -6.757 2000 7 31 5.3 124 6 59
106.845 -6.675 2000 7 12 5.4 60 1 10
106.664 -7.359 2000 6 5 5.1 104 5 43
105.646 -6.746 2000 1 8 5.6 54 3 44
105.353 -7.061 1999 12 25 5.2 100 7 11
107.198 -6.843 1999 12 20 5.4 33 10 10
107.426 -7.853 1999 12 8 5.4 33 11 14
105.473 -6.752 1999 11 23 5.2 16.6 10 25
106.665 -6.18 1999 11 18 5.3 33 8 57
108.043 -7.709 1999 11 12 5.6 33 12 48
105.413 -6.012 1999 8 11 5.7 33 3 28
Page 91
76
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
107.132 -6.904 1999 8 9 5.4 10 12 50
106.842 -6.721 1999 7 23 5.3 10 12 52
106.926 -6.982 1999 7 22 5.5 10 5 25
105.455 -6.265 1999 7 2 5.5 10 7 20
107.083 -7.284 1999 6 19 5.4 60.6 12 56
105.143 -6.911 1999 6 10 5.4 33 8 45
106.072 -7.29 1999 5 20 5.6 33 12 29
106.106 -7.112 1999 5 7 5.5 33 2 28
107.991 -7.796 1999 5 5 5.5 33 10 58
105.592 -6.832 1999 4 30 5.3 36.9 6 42
105.909 -7.296 1999 4 18 5.3 90.3 9 0
105.578 -6.905 1999 3 20 5.3 263.5 1 21
107.053 -7.335 1999 3 19 5.4 33 6 48
106.732 -7.036 1999 2 28 5.2 33 8 22
105.471 -6.988 1999 2 16 5.2 33 12 26
105.191 -7.164 1999 1 29 5.2 33 11 50
105.555 -6.845 1999 12 21 6.5 95 2 14
107.088 -7.094 1999 7 13 5.2 93 3 52
106.143 -6.582 1999 6 10 5.2 106 1 6
106.461 -6.319 1999 5 26 5.2 59 12 37
105.401 -6.175 1998 11 29 5.6 33 10 17
105.63 -5.873 1998 9 18 5.2 50.8 3 36
107.707 -6.801 1998 9 16 5.3 75.4 5 17
105.406 -5.929 1998 8 15 5.6 33 3 30
106.843 -7 1998 7 22 5.5 33 11 1
106.923 -7.002 1998 3 22 5.6 33 3 12
105.519 -6.007 1998 2 6 5.6 33 9 55
106.647 -7.291 1998 1 7 5.6 29.4 9 50
107.126 -7.535 1998 12 25 5.3 89 6 15
107.863 -7.609 1998 12 12 5 131 9 50
106.872 -6.382 1998 10 17 5.2 88 11 4
106.951 -7.77 1998 9 20 5.5 33 9 21
107.199 -7.58 1998 8 17 5.4 33 12 43
106.175 -6.19 1997 12 31 5.2 33 11 10
106.546 -7.076 1997 12 27 5.4 33 4 51
106.604 -7.529 1997 12 25 5.6 33 10 30
106.877 -7.271 1997 11 14 5.4 33 11 29
106.802 -7.382 1997 11 13 5.4 33 2 55
Page 92
77
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.384 -6.091 1997 11 11 5.6 38 5 42
108.466 -6.511 1997 11 5 5.2 33 10 47
107.023 -6.636 1997 10 15 5.5 33 6 3
106.702 -7.403 1997 8 30 5.4 150 4 15
107.242 -7.837 1997 8 5 5.4 33 11 27
106.837 -7.168 1997 8 5 5.2 33 2 29
105.243 -6.702 1997 7 24 5.2 33 4 0
108.058 -7.738 1997 7 17 5.4 33 8 45
105.942 -6.796 1997 5 10 5.6 33 5 43
105.431 -6.764 1997 5 3 5.6 113.3 10 53
105.248 -6.449 1997 4 25 5.5 33 1 9
107.415 -7.511 1997 4 24 5.2 33 9 59
108.17 -7.702 1997 3 26 5.5 33 12 32
108.036 -7.725 1997 3 25 5.5 33 5 55
105.628 -6.876 1997 3 20 5.4 51.6 1 54
105.355 -6.769 1997 3 19 5.3 83.8 7 25
106.79 -7.178 1997 2 10 5.4 61.7 5 0
108.146 -7.856 1997 2 8 5.4 33 5 19
106.542 -7.48 1997 1 26 5.4 56 6 36
105.584 -5.885 1997 1 10 5.6 114.7 6 32
105.249 -6.098 1997 1 9 5.4 33 7 27
105.514 -6.614 1997 3 17 6.4 62 8 5
105.387 -6.61 1996 12 18 5.4 33 8 31
105.768 -6.277 1996 12 14 5.4 165.4 2 10
105.483 -6.832 1996 12 4 5.5 80.4 8 10
105.323 -6.165 1996 11 21 5.2 33 11 41
105.44 -6.104 1996 10 17 5.5 135 1 58
107.075 -7.292 1996 8 27 5.5 171.1 1 41
107.678 -7.736 1996 6 20 5.1 33 8 17
107.685 -6.92 1996 5 8 5.1 33 5 32
106.595 -7.035 1996 5 7 5.4 33 9 23
105.835 -5.902 1996 4 22 5.4 33 10 52
106.099 -6.475 1996 4 21 5 33 10 13
105.098 -6.25 1996 3 26 5.4 109.3 9 16
105.333 -6.485 1996 3 14 5.2 135.7 3 6
107.871 -6.298 1996 2 19 5.1 49.6 4 53
105.956 -6.501 1996 2 4 5.3 33 11 48
108.244 -7.195 1996 1 15 5.1 33 1 43
Page 93
78
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
107.601 -7.744 1996 1 4 5.2 33 2 44
105.574 -6.2 1996 12 13 5.1 75 8 33
106.981 -7.761 1996 11 6 5.4 77 5 4
106.438 -7.094 1995 12 30 5.3 33 4 13
105.417 -6.077 1995 12 29 5.5 98.7 8 12
106.65 -7.413 1995 10 31 5.1 68.1 12 59
106.322 -6.901 1995 10 8 5.4 100 8 22
107.539 -7.606 1995 10 8 5.1 33 6 29
107.823 -7.019 1995 10 4 5.4 33 12 1
105.473 -5.917 1995 10 1 5.4 58.5 4 17
106.212 -7.117 1995 9 11 5.3 85.7 1 21
106.768 -7.33 1995 9 5 5.5 33 2 32
106.675 -6.638 1995 8 3 5.3 147.9 6 50
105.555 -5.998 1995 7 6 5.4 67.4 11 43
108.035 -7.751 1995 6 27 5.5 24.1 5 16
106.368 -6.578 1995 6 25 5.3 33 11 37
107.077 -7.62 1995 6 18 5.4 76.6 1 8
108.152 -7.793 1995 6 10 5.5 33 6 21
107.277 -6.783 1995 5 28 5.7 92.8 2 42
106.207 -7.765 1995 4 13 5.1 100 11 17
106.65 -7.457 1995 3 4 5.5 33 6 12
105.376 -6.569 1995 2 6 5.3 68.6 4 28
106.318 -6.89 1995 10 8 5.2 111.2 5 15
105.186 -6.308 1995 4 5 5.1 64.5 8 47
106.587 -7.199 1995 1 12 5.2 79.2 2 37
107.145 -7.492 1994 10 5 5.5 150 5 24
105.445 -6.199 1994 7 12 5.6 108.9 10 40
107.311 -5.872 1994 5 28 5.4 50 8 49
107.104 -7.482 1994 5 9 5.5 74.4 9 12
106.163 -7.289 1994 3 28 5.5 80.2 5 31
107.515 -5.941 1994 7 17 5.2 86.6 4 42
105.736 -7.481 1993 8 26 5.5 33 12 49
106.233 -6.518 1993 7 17 5.6 261.2 12 11
107.235 -7.594 1993 4 17 5.4 10 3 48
108.042 -7.769 1993 3 17 5.6 33 5 50
106.796 -7.292 1993 3 15 5.7 103.4 4 15
106.655 -6.455 1993 3 2 5.4 89.6 10 22
106.101 -7.033 1993 11 5 5.2 33.6 7 2
Page 94
79
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.262 -7.745 1993 2 10 5.8 121 10 53
106.193 -7.268 1992 11 18 5.8 61.4 9 26
105.357 -6.511 1992 10 7 5.8 90.3 10 0
106.313 -7.656 1992 9 26 5.5 33 5 59
105.847 -6.607 1992 9 13 5.7 33 3 39
105.276 -7.383 1992 9 11 5.3 33 3 27
105.713 -5.993 1992 9 4 5.5 100 4 34
106.656 -7.35 1992 7 11 5.6 100 2 25
105.338 -6.202 1992 3 7 5.5 75.6 2 4
105.19 -6.368 1992 1 9 5.4 33 9 25
105.602 -6.74 1992 10 18 5.9 84.2 5 42
105.65 -7.035 1992 9 6 5.5 56.4 11 49
105.482 -7.072 1992 9 6 5.7 68.1 11 46
105.284 -6.047 1992 5 16 5.9 67.9 9 30
106.159 -5.955 1992 3 3 5.3 68.9 8 29
106.544 -7.799 1991 12 19 5.5 33 4 21
105.823 -6.792 1991 10 24 5.4 33 5 13
105.579 -6.609 1991 6 28 5.8 33 1 54
108.077 -7.618 1991 4 13 5.6 33 11 20
107.45 -7.44 1991 4 4 5.6 50 5 56
106.729 -7.317 1991 1 30 5.6 33 11 17
105.401 -6.986 1991 10 23 5.4 270.1 5 27
106.815 -7.088 1990 11 4 5.2 100 3 41
106.494 -7.072 1990 10 1 5.5 33 11 50
107.008 -6.877 1990 9 8 5.2 100 3 25
106.178 -6.788 1990 9 8 5.7 55.3 12 11
106.37 -6.984 1990 8 31 5.6 38.4 3 24
105.521 -6.198 1990 7 3 5.4 33 9 56
106.42 -6.777 1990 6 11 5.5 33 5 49
106.688 -7.424 1990 6 3 5.5 33 3 50
106.984 -7.822 1990 5 12 5.3 33 6 54
106.695 -7.12 1990 4 13 5.6 33 2 17
108.023 -6.777 1990 2 14 5.3 160.2 4 44
105.67 -5.883 1990 1 28 5.8 33 3 58
105.396 -6.46 1990 8 2 5.8 61.4 3 3
108.12 -6.904 1990 7 6 5.5 68.8 12 16
105.14 -6.817 1990 4 6 5.8 33 5 47
105.911 -6.649 1990 1 20 5.4 78.7 9 13
Page 95
80
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
108.23 -6.223 1989 12 1 5.2 133.7 6 44
108.02 -6.265 1989 11 8 5.6 161.5 3 20
105.14 -6.388 1989 11 3 5.7 76 8 33
105.761 -6.724 1989 8 23 5.3 33 6 28
107.081 -7.322 1989 7 30 5.6 309 10 55
105.443 -5.943 1989 6 5 5.5 100 8 0
105.826 -6.538 1989 4 23 5.7 33 9 35
107.922 -7.775 1989 4 20 5.5 102.4 7 54
107.806 -5.93 1989 4 16 5.5 146.4 1 13
107.937 -7.374 1989 3 15 5.3 33 2 42
105.361 -6.012 1989 3 8 5.8 67.1 8 22
108.006 -7.302 1989 2 26 5.6 69.6 1 50
106.46 -7.365 1989 2 17 5.5 33 5 42
105.94 -7.02 1989 1 31 5.5 67.5 9 38
106.177 -6.991 1989 1 2 5.6 170.4 2 26
106.128 -6.839 1989 8 4 5.6 104.3 5 38
108.426 -6.699 1989 9 1 5.4 90.4 11 57
107.16 -7.206 1988 12 2 5.6 33 3 10
107.278 -6.346 1988 11 8 5.6 33 4 13
106.08 -7.121 1988 10 25 5.6 33 11 19
107.358 -6.18 1988 10 7 5.4 140 9 16
105.504 -5.981 1988 10 6 5.6 56.4 11 59
105.919 -6.447 1988 8 26 5.6 81 11 31
106.49 -6.914 1988 4 8 5.2 169.1 8 21
105.471 -6.735 1988 4 5 5.6 88.5 1 21
105.112 -6.638 1988 4 1 5.3 87.1 8 48
105.533 -5.966 1988 2 13 5.8 115.8 5 48
107.15 -7.698 1988 8 17 6 57.9 1 59
105.53 -5.964 1987 11 5 5.6 202.6 10 47
105.324 -7.305 1987 10 28 5.3 78 12 3
105.683 -6.585 1987 8 14 5.5 50 4 16
105.543 -6.046 1987 7 15 5.5 118.7 8 15
108.004 -7.789 1987 7 14 5.5 78.2 2 46
105.96 -6.127 1987 6 5 5.6 33 4 49
106.67 -7.268 1987 1 27 5.4 314.1 9 25
105.96 -7.269 1987 1 8 5.6 33 1 18
105.441 -6.466 1987 5 16 5.2 113.7 1 6
Page 96
81
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.337 -6.852 1986 12 5 5.6 297 2 33
106.191 -6.972 1986 11 24 5.4 98.6 4 53
105.56 -6.759 1986 11 24 5.2 77.1 8 8
108.457 -7.223 1986 11 22 5.3 74.8 11 39
106.516 -7.111 1986 11 21 5.2 33 5 0
105.186 -6.636 1986 10 20 5.5 120.8 11 53
107.233 -7.498 1986 10 10 6 108 5 48
105.526 -6.071 1986 9 14 5.7 96.2 3 38
108.3 -6.425 1986 9 8 5.4 73.5 11 51
105.145 -6.215 1986 8 27 5.8 123.6 6 36
106.053 -6.695 1986 8 14 5.6 32.8 5 58
105.339 -6.105 1986 3 20 5.7 48.2 9 0
107.392 -7.115 1986 12 12 5.3 66 3 55
106.492 -7.305 1986 5 20 5.5 33 9 57
108.175 -6.722 1985 12 12 5.6 37.4 12 39
106.868 -7.187 1985 9 11 5.5 40 12 47
106.165 -7.014 1985 8 15 5.6 33 9 43
107.475 -7.038 1985 8 2 5.6 84.8 12 42
106.322 -7.06 1985 7 4 5.6 33 2 55
107.464 -7.383 1985 6 8 5.7 35.5 11 34
105.53 -6.187 1985 6 6 5.4 33 2 40
105.575 -5.987 1985 4 12 5.7 99.4 9 5
107.973 -7.765 1985 4 2 5.8 33 3 33
106.181 -6.5 1985 3 22 5.5 33 12 38
105.395 -5.977 1985 2 20 5.8 80.7 8 21
105.961 -6.134 1985 1 26 5.7 144 9 9
107.082 -6.791 1985 10 9 6.5 39.8 1 15
105.393 -6.014 1985 8 10 5.6 84.7 4 12
108.036 -7.717 1985 4 25 5.2 33 2 14
105.419 -6.584 1985 3 22 6.4 108 2 42
105.512 -6.04 1984 12 15 5.8 60.6 5 10
107.153 -7.612 1984 12 10 5.5 53.2 1 27
106.521 -7.554 1984 11 20 5.8 85.1 8 37
107.93 -6.241 1984 11 11 5.5 61.1 5 22
105.657 -6.004 1984 10 3 5.6 112.1 8 24
105.539 -5.867 1984 9 6 5.7 60.6 11 45
105.855 -6.422 1984 8 24 5.2 77.9 3 54
105.374 -6.207 1984 8 3 5.6 33 5 45
105.326 -6.424 1984 5 14 5.5 87.6 3 13
Page 97
82
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.649 -7.464 1984 5 13 5.5 53.5 3 58
106.173 -7.054 1984 4 26 5.8 168.9 10 39
106.138 -7.016 1984 4 18 5.6 115.6 10 22
105.165 -6.576 1984 3 29 5.3 33 3 11
105.311 -5.904 1984 3 11 5.7 47.6 9 50
105.478 -6.823 1984 3 10 5.7 13.5 2 14
105.184 -5.975 1984 2 28 5.5 156.4 12 55
105.333 -6.61 1984 3 15 5.5 141 3 22
106.957 -7.641 1984 3 10 6 33 9 2
105.419 -6.077 1983 11 13 5.6 106 3 48
106.418 -7.378 1983 9 1 5.4 33 2 4
105.682 -5.875 1983 7 31 5.5 33 3 38
106.451 -7.761 1983 7 25 5.2 33 10 27
108.237 -7.523 1983 7 16 5.5 33 11 28
106.348 -6.709 1983 7 13 5.6 265.8 3 7
106.022 -7.244 1983 6 25 5.6 104.7 11 14
105.418 -6.428 1983 4 26 5.8 64.1 12 38
107.034 -7.437 1983 4 10 5.6 286.8 12 44
107.102 -7.693 1983 3 24 5.5 298 7 24
107.761 -7.193 1983 3 9 5.8 91.6 12 5
107.173 -7.287 1983 2 25 5.7 221.9 4 33
107.762 -6.402 1983 1 18 5.3 126.7 10 47
105.59 -6.726 1983 7 29 5.7 33 11 25
105.417 -5.997 1982 11 13 5.8 33 10 21
105.512 -6.028 1982 10 31 5.6 33 10 17
105.873 -7.364 1982 10 12 5.2 104 2 35
106.535 -7.387 1982 8 10 5.5 74.8 5 51
108.032 -7.763 1982 7 23 5.5 33 12 56
106.862 -6.942 1982 5 23 5.6 33 10 53
105.871 -5.932 1982 5 3 5.6 33 8 13
105.578 -6.017 1982 3 25 5.4 33 5 19
106.726 -7.265 1982 2 10 5.4 160.6 7 19
106.936 -6.863 1982 2 10 6 33 4 17
105.375 -6.041 1982 2 6 5.6 53.2 3 29
105.277 -6.003 1981 10 16 5.5 84.6 6 34
107.7 -7.641 1980 10 7 5.4 79.1 12 8
107.655 -7.126 1980 9 22 5.9 215.7 6 17
Page 98
83
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
105.329 -6.273 1980 8 30 5.6 91.6 7 58
106.386 -7.566 1980 7 23 5.8 177.5 1 32
107.094 -7.22 1980 6 30 5.6 89 6 58
106.088 -7.146 1980 5 25 5.6 165 12 7
107.165 -7.756 1980 3 24 5.6 27.1 1 39
106.169 -7.039 1980 3 20 5.8 111.5 7 50
107.009 -6.985 1980 1 22 5.3 33 5 43
105.356 -6.762 1979 12 3 5.7 33 3 20
108.252 -7.656 1979 11 2 6.4 46.6 3 53
106.035 -7.213 1979 10 10 6.2 33 1 39
106.294 -5.896 1979 10 9 5.3 33 10 43
108.045 -7.728 1979 9 22 5.5 89.8 5 50
106.754 -6.831 1979 9 6 5.8 55.4 4 1
105.328 -6.156 1979 5 27 5.7 80.6 10 44
106.598 -7.432 1979 5 18 5.3 131.8 8 40
105.957 -6.311 1979 5 7 6.2 70.9 12 52
107.151 -7.718 1979 5 4 5.7 33 2 32
106.211 -6.477 1979 3 2 5.5 33 6 34
105.336 -6.593 1978 12 20 5.9 89.4 1 2
108.025 -7.737 1978 12 13 5.6 78.1 8 59
106.656 -7.337 1978 11 24 5.8 86.2 5 38
105.646 -6.644 1978 9 23 5.6 33 10 19
105.576 -6.673 1978 9 21 6 145.1 6 27
106.803 -7.766 1978 9 12 5.8 118.2 6 17
107.433 -7.37 1978 8 8 5.7 61.8 8 24
105.345 -6.781 1978 8 6 5.5 81.7 8 21
107.006 -7.786 1978 7 9 5.6 33 6 59
107.05 -7.714 1978 2 14 5.9 285.3 12 3
108.069 -7.547 1978 1 5 5.5 76.3 5 2
105.545 -5.982 1977 11 28 5.6 137.7 6 12
105.79 -5.926 1977 11 1 5.8 60.9 8 28
107.088 -6.572 1977 9 10 6.2 33 1 39
107.169 -7.318 1977 8 3 5.6 251.1 7 54
107.866 -7.833 1977 1 1 5.5 153.8 2 18
107.567 -7.763 1977 8 14 5.9 33 9 38
106.715 -7.12 1976 7 30 5.5 53.8 3 53
106.507 -6.104 1976 7 2 5.7 90.2 4 4
Page 99
84
LON LAT YEAR MONTH DAY MAG DEPTH HOUR MIN
106.302 -6.798 1976 3 7 5.6 93.5 12 9
106.32 -6.841 1976 3 1 5.8 146.1 3 36
106.953 -6.995 1976 2 21 5.7 88.4 5 44
105.963 -7.288 1976 1 10 5.4 61 11 23
108.197 -7.819 1976 1 9 6.2 33 9 32
106.075 -7.12 1975 12 18 6 82 8 33
107.927 -7.808 1975 6 16 5.6 66.5 4 14
107.497 -7.396 1975 5 14 5.8 33 10 0
105.739 -5.958 1975 2 17 5.8 69.7 10 24
106.677 -6.686 1975 2 9 5.8 122.1 4 45
105.342 -6.498 1974 11 9 6.4 114.5 7 10
105.337 -6.783 1974 11 5 5.7 68.1 1 39
106.849 -6.885 1974 10 6 5.5 157 10 59
106.884 -6.679 1974 9 24 5.4 60.1 3 13
106.822 -7.354 1974 9 20 5.4 75.8 5 55
105.516 -6.13 1974 9 19 5.7 33 7 21
107.234 -7.579 1974 9 18 6 33 6 27
108.155 -7.521 1974 9 7 5.8 33 6 55
105.465 -6.014 1974 6 8 5.6 61.9 10 35
106.868 -7.325 1974 6 1 5.4 95.1 12 39
106.837 -6.513 1974 5 17 6.3 55.7 8 55
105.342 -6.491 1974 5 2 5.8 33 1 8
108.021 -6.605 1974 4 21 5.5 33 8 24
105.405 -6.062 1974 4 12 5.5 77.8 11 30
106.587 -6.761 1973 11 26 5.6 49.6 8 51
105.608 -6.674 1973 7 22 5.9 33 8 35
106.965 -6.528 1973 2 1 5.4 67.5 11 39
107.262 -7.575 1973 1 22 5.6 73.2 3 17
105.407 -6.564 1971 5 4 6.4 33 2 4
105.505 -6.819 1965 7 7 5.7 86 11 0
105.311 -6.575 1965 5 19 5.6 74 6 3
107.244 -6.845 1964 11 24 5.8 72 10 41
105.431 -6.399 1963 12 16 6.5 33 1 51
105.339 -6.597 1959 7 19 5.8 107 3 42
107.482 -7.817 1958 2 19 6 92 7 25
Page 100
85
Lampiran 2. Pengolahan data parameter seismoteknik menggunakan software
MATLAB- ZMAP V6.
1. Data gempabumi gabungan dari USGS dan BMKG disortir agar sesuai dengan
format Z-Map menggunakan Microsoft Excel (Lampiran 1). Data tersebut
disimpan dengan format .dat;
2. Membuka program Matlab dan run Z-Map v6;
3. Setelah progam terbuka, pilih Data Import Files, dan pilih ASCII Coloumns separated
by blanks or tabs;
1
2
Page 101
86
4. Akan muncul berupa parameter-parameter data gempabumi, selanjutnya klik
Go dan didapatkan peta seismisitasnya;
5. Untuk mencari nilai a dan nilai b, pilih analysis time series dan pilih ZTools-
>Mc and b-value estimation->automatic dan akan muncul grafik nilai a, b dan
Mc
Page 102
87
6. Pada peta seismisitas, membuat peta yang memuat peta persebaran nilai a, b,
dan periode ulang. Kita pilih ZTools->Mapping a and b values->Calculate a
Mc, a- and b-value map. Masukan kriteria seperti digambar;
2 (Hub
F-M)
1 (Decluster data)
Page 103
88
7. Klik Go, lalu akan kembali ke peta seismisitas. Pilih sudut-sudut daerah
penelitian sebagai titik-titik batas untuk persebarannya;
8. Save file dan akan muncul nilai b-value. Untuk memunculkan nilai a-value,
densitas maupun periode ulang klik Maps->a-value map/ Earthquake density
map/recurrence map;
Jumlah Gempa (setelah decluster)
Radius konstan
Grid peta
Nilai gempabumi tiap grid
Mc
Page 104
89
Variasi b-value
Variasi periode ulang Variasi a-value