1 Analisis rasio kinerja keuangan pada perusahaan daerah air minum (pdam) kabupaten Sukoharjo Oleh : Samsul Hadi F. 1201059 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan baik milik pemerintah maupun milik swasta mempunyai tujuan yaitu memperoleh keuntungan dari kegiatan usaha yang mereka laksanakan. Dalam melaksanakan usahanya setiap perusahaan pasti menjalankan fungsi fungsi manajemen untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut, salah satunya malaksanakan kegiatan keuangan. Kegiatan keuangan sangat penting bagi perusahaan karena tanpa adanya dana dan pengelolaan yang baik maka perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik. Memperhatikan kebutuhan masyarakat tentang pengadaan air bersih pemerintah daerah mendirikan perusahaan yang bergerak dalam pengadaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan air daerahnya tersebut, dalam hal ini PDAM. PDAM tentunya juga mempunyai kegiatan pengelolaan keuangan dalam menjalankan kegiatan usahanya, karena PDAM berasal dari berbagai sumber, diantaranya berasal dari permerintah daerah, pemerintah pusat, dan PDAM itu sendiri sehingga perlu adanya kinerja yang baik yang dapat
73
Embed
Analisis rasio kinerja keuangan pada perusahaan daerah air .../Analisis...Memperhatikan kebutuhan masyarakat tentang pengadaan air bersih ... Neraca dan Laporan Rugi / laba Analisis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Analisis rasio kinerja keuangan pada perusahaan daerah air minum (pdam)
kabupaten Sukoharjo
Oleh : Samsul Hadi F. 1201059
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan baik milik pemerintah maupun milik swasta
mempunyai tujuan yaitu memperoleh keuntungan dari kegiatan usaha yang
mereka laksanakan. Dalam melaksanakan usahanya setiap perusahaan pasti
menjalankan fungsi fungsi manajemen untuk mencapai tujuan dari perusahaan
tersebut, salah satunya malaksanakan kegiatan keuangan. Kegiatan keuangan
sangat penting bagi perusahaan karena tanpa adanya dana dan pengelolaan
yang baik maka perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik.
Memperhatikan kebutuhan masyarakat tentang pengadaan air bersih
pemerintah daerah mendirikan perusahaan yang bergerak dalam pengadaan air
bersih untuk memenuhi kebutuhan air daerahnya tersebut, dalam hal ini
PDAM. PDAM tentunya juga mempunyai kegiatan pengelolaan keuangan
dalam menjalankan kegiatan usahanya, karena PDAM berasal dari berbagai
sumber, diantaranya berasal dari permerintah daerah, pemerintah pusat, dan
PDAM itu sendiri sehingga perlu adanya kinerja yang baik yang dapat
2
mendukung kegiatan usaha yang dilaksanakannya. Setiap tahun biasanya
perusahaan pemerintah mengadakan peniliaan kinerja keuangan untuk
megetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dengan cara penilian yang
telah di tetapkan oleh pemerintah untuk masing masing PDAM yang dinilai
dari aspek keuangan.
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan bidang finansal akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manajemen dimasa lalu dan prospeknya dimasa mendatang.
Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas
yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang yang
cukup rasional, efisisensi manajemen persediaan, perencanaan investasi yang
baik dan struktur modal yang sehat sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.
Dengan analisis kinerja keuangan, seorang analis keuangan akan dapat menilai
apakah manajer keuangan dapat merencanakan dan mengimplementasikan
kedalam setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan perusahaan.
Dengan memperhatikan pentingnya kinerja kerja keuangan yang dicapai
oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan dan mengingat tidak semua orang dapat mempelajari,
membaca dan menginterprestasikan laporan keuangan PDAM, untuk
mengatasi hal tersebut diperlukan pedoman untuk keseragaman dalam
penilaian kinerja keuangan. Maka Departemen Dalam Negeri menerbitkan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 47 tahun 1999 tanggal 31
3
Mei 1999, tentang Pedoman Pemantauan dan Penilaian Kinerja Keuangan
PDAM.
Berdasarkan latar belakang peneletian tersebut diatas, maka peneliti
mengambil judul penelitian: “ANALISIS RASIO KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN
SUKOHARJO”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, yang menjadi pokok masalah dalam
penelitian ini adalah: ”Bagaimana perkembangan kinerja keuangan pada
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sukoharjo selama tiga tahun
terakhir (2000 - 2002) ditinjau dari Aspek Keuangan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kinerja
keuangan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sukoharjo dalam
kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir (2000 – 2002) ditinjau dari Aspek
Keuangan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini sangat berguna bagi
peneliti, perusahaan dan pihak yang terkait yaitu;
1. Bagi peneliti.
4
Penelitian ini merupakan proses pembelajaran ilmu yang telah diperoleh
selama ini dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan meneliti.
2. Bagi Perusahaan.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan sumbang
saran di dalam menentukan kebijakan yang akan diterapkan perusahaan.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi PDAM
Kabupaten Sukoharjo selaku obyek penelitan, sebagai masukan bagi
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo didalam mengadakan pembinaan
serta pengawasan terhadap PDAM Kabupaten Sukoharjo
E. Kerangka Pemikiran
Kebijaksanaan Pengambilan
Keputusan Perusahaan
Laporan Keuangan Neraca dan Laporan Rugi / laba
Analisis Kinerja Keuangan Aspek Keuangan
Penilaian Kinerja Keuangan SK Mendagri No: 47 Th. 1999
Hasil Kinerja Keuangan
5
Dalam menganalisa kinerja keuangan perlu mengetahui proses produksi
perusahaan, proses produksi memerlukan transformasi sumberdaya menjadi
barang dan jasa yang terdiri dari Tenaga Kerja, Investasi modal yang
menyediakan peralatan dan fasilitas produksi. Sistem Produksi yang
mengubah masukan menjadi keluaran yang dapat menghasilkan produksi
barang atau jasa.
Setelah mengetahui proses produksi dengan menganalisa laporan
keuangan tiap tahun yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba, Selanjutnya
diaplikasikan dengan analisa rasio keuangan sesuai Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 47 tahun 1999 terdiri dari aspek keuangan. Dari hasil
analisis tersebut akan di peroleh nilai dari Aspek Keuangan yang akan
menentukan nilai dan penggolongan tingkat kesehatan dan perkembangan
perusahaan dari tahun ke tahun kinerja keuangan perusahaan. Hasil analisa
Historis tersebut sangat penting Artinya bagi perbaikan penyusunan rencana
yang akan dilaksanakan di waktu mendatang sehingga membantu menentukan
arah kebijaksanaan pengambilan keputusan pemimpin perusahaan. (Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tahun 1999/ Bambang Riyanto 1999, hal
327)
F. HIPOTESIS
6
Hipotesis dalam penelitian kinerja keuangan ini dirumuskan sebagai
berikut;
Di duga ada rasio penilaian kinerja keuangan pada Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Kabupaten Sukoharjo yang lemah dengan katergori
kurang baik.
G. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran yang faktual
guna mencari pemecahan masalah metode penelitian yang digunakan sebagai
berikut:
1. Ruang Lingkup Penelitian.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study) dengan
obyek penelitian yaitu Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten
Sukoharjo yang berlokasi di Jl. Abu Tholib Sastrotenoyo No. 371 Telp.
593706 Sukoharjo.
2. Jenis data
Data kuantitatif, yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, seperti
neraca, laporan rugi laba dan laporan laporan lain yang berkaitan dengan
operasional perusahaan.
3. Sumber Data
a. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian.
7
Contoh: Observasi dan wawancara langsung dengan pimpinan maupun
karyawan perusahaan.
b. Data skunder.
Adalah data yang diperoleh dari catatan catatan yang ada pada
perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti atau yang
berguna sebagai informasi pendukung data.
Contoh: Neraca, laporan rugi laba dan laporan keuangan lainnya.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Untuk memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut.
a. Wawancara, yaitu mengadakan wawancara langsung kepada bagian
bagian yang terkait khususnya kepada bagian keuangan atau bagian
bagian lainnya yang diperlukan informasinya atau data datanya.
b. Observasi, yaitu mengamati secara langsung keadaan pada perusahaan
yang diteliti kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut.
c. Studi Pustaka, yaitu mempelajari literatur-literatur yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
5. Teknik Analisa Data.
Untuk menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan Pedoman
Pemantauan dan Penilaian Kinerja Keuangan PDAM yang di keluarkan
oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor:47 tahun 1999. berdasarkan surat kepetusan tersebut
8
kinerja keuangan PDAM dipengaruhi oleh beberapa indikator yang jenis
dan cara pelaksanaan perhitungannya dapat dirumuskan sebagi berikut:
Aspek Keuangan (bobot 45 dan nilai 60)
1. Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif
Laba sebelum Pajak X 100% Aktiva Produktif Penilaian
>10 % = 5
>7% - 10% = 4
>3% - 7% = 3
>0% - 3% = 2
<= 0% = 1
2. Rasio Laba terhadap Penjualan
Laba sebelum Pajak X 100% Penjualan Penilaian.
>20 % = 5
>14% - 20% = 4
>6% - 14% = 3
>0% - 6% = 2
<= 0% = 1
3. Rasio aktiva lancar terhadap hutang lancar
Aktiva Lancar
9
Hutang Lancar
Penilaian:
>1.75 – 2 = 5
>1,5 – 1,75 ; atau > 2,00 – 2,30 = 4
>1,25 – 1,50 ;atau 2,30 – 2,70 = 3
>1,00 – 1,25 ;atau 2,70 – 3,00 = 2
<= 1,00 ; atau >3,00 = 1
4. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas
Penilaian
<= 0,5 = 5
>0,5 – 0,7 = 4
>0,7 – 0,8 = 3
>0,8 - 1,0 = 2
>1,0 = 1
5. Rasio Total Aktiva terhadap Total Hutang
Total Aktiva
Total Hutang
Penilaian
>2,0 = 5
>1,7 - 2,0 = 4
10
>1,3 – 1,7 = 3
>1,0 – 1,3 = 2
<= 1,0 = 1
6. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi
Biaya Operasi
Pendapatan Operasi
Penilaian
<= 0,5 = 5
>0,5 – 0,65 = 4
>0,65 – 0,85 = 3
>0,85 – 1,00 = 2
>1,0 = 1
7. Rasio Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan terhadap Angsuran
Pokok dan Bunga Jatuh Tempo.
Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan
(Angsuran Pokok + Bunga) Jumlah Jatuh Tempo
Penilaian
>2,0 = 5
>1,7 – 2,0 = 4
>1,3 – 1,7 = 3
>1,0 – 1,3 = 2
<=1,0 = 1
8. Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air.
11
Aktiva Produktif
Penjualan Air
Penilaian
<= 2,0 = 5
>2,0 – 4,0 = 4
>4,0 – 6,0 = 3
>6,0 – 8,0 = 2
>8,0 = 1
9. Jangka waktu Penagihan Piutang
Piutang Usaha
Jumlah penjualan per hari
Penilaian
<= 60 = 5
>60 – 90 = 4
>90 – 150 = 3
>150 – 180 = 2
>180 = 1
10. Efektifitas pangihan
Rekening tertagih X 100% Penjualan air Penilaian >90% = 5
12
>85% – 90% = 4
>80% – 85% = 3
>75% – 80% = 2
<= 75% = 1
Penilaian untuk masing-masing indikator keuangan tersebut
diatas dilakukan dengan cara memberi nilai nilai yang disediakan
antara 1 sampai dengan 5. Selanjutnya setelah diperoleh indikator
kinerja keuangan tersebut digunakan untuk menentukan penggolongan
tingkat kesehatan PDAM Kabupaten Sukoharjo yaitu:
Nilai > 75 dinyatakan Baik Sekali
Nilai > 60 – 75 dinyatakan Baik
Nilai > 45 – 60 dinyatakan Cukup
Nilai > 30 – 45 dinyatakan Kurang
Nilai <= 30 dinyatakan Tidak Baik
13
BAB II
LANDASAN TEORI
RASIO KINERJA LAPORAN KEUANGAN
A. Laporan Keuangan
Menurut Meyr dalam buku Financial Stetement Analysis mengatakan bahwa Laporan Keuangan adalah “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk manambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan). (Drs.S Munawir. 2001, hal. 6)
Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas yang tertuliskan angka-angka, tetapi sangat penting juga untuk memikirkan aktiva riil dibalik angka angka tersebut (Eugene F. Brigham & Joel F. Houston. 1999, hal. 36).
Data keuangan yang dipergunakan untuk Analisis keuangan, diambil dari laporan – laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca dan laporan rugi laba, laporan laba ditahan, laporan arus kas. Umumnya laporan laporan tersebut disajikan setahun sekali, meskipun sekarang terdapat kecenderungan untuk makin sering penyajiaannya.
1. Tujuan Laporan Keuangan.
Di dalam Statement of Accounting Concept (SFAC) Nomor 1 dinyatakan
bahwa pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang;
a. Berguna bagi investor dan kreditor yang ada dan yang potensial dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian
kredit dan keputusan lainnya. Informasi yang dihasilkan itu harus
memadai bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang kegiatan dan usaha perusahaan dalam peristiwa peristiwa
ekonomi, serta bermaksud untuk menelaah informasi itu secara
sungguh sungguh.
b. Dapat membantu investor dan kreditor yang ada dan yang potensial
dan pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan
ketidakpastian dari penerimaan uang dimasa yang akan datang yang
berasal dari deviden atau bunga dan dari penerimaan uang yang berasal
dari penjualan, pelunasan, atau jatuh temponya surat surat berharga
14
atau pinjaman pinjaman. Oleh karena itu penerimaan dan pengeluaran
uang (cash flow) seorang kreditur atau investor itu berkaitan dengan
cash flow dari perusahaan, pelaporan keuangan harus menyajikan
informasi untuk membantu investor, kreditur dan pihak pihak lainnya
untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari aliran kas
masuk (sesudah dikurangkan kas keluar) dimasa datang untuk
perusahaan tersebut.
c. Menunjukkan sumber sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim
atas sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber
sumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh
dari transaksi transaksi, kejadian kejadian dan keadaan keadaan yang
mempengaruhi sumber sumber dan klaim atas sumber sumber tersebut
(Zaki Baridwan. 1999, hal 3)
2. Tujuan Umum Laporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan dapat di nyatakan sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai sumber
sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b. Untuk memberikan informasi yang dapat di percaya mengenai
perubahan dalam sumber sumber ekonomi neto (sumber dikurangi
kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktifitas aktifitas usaha
dalam rangka memperoleh laba.
15
c. Untuk memberikan infomasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam sumber sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi
mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman
e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi
yang dianut.
3. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan
a. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta
modal dari suatu perusahaan yang pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan
neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan
pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku buku
ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun
kalender sehingga neraca sering disebut Balance Sheet. Dengan
demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu Aktiva, Hutang,
Modal.
16
b. Laporan rugi laba
Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
selama periode tertentu. Prinsip prinsip dalam laporan rugi laba adalah:
1) Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari
usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau
memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari
barang/service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
2) Bagian kedua menunjukkan biaya biaya operasionil yang terdiri
dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi (operationing
expence)
3) Bagian ketiga menunjukkan hasil hasil yang diperoleh di luar
operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan biaya biaya yang
terjadi di luar usaha pokok perusahaan (Non operating/financial
income dan expenses)
4) Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra
ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih
sebelum pajak pendapatan.
c. Laporan Laba ditahan
Laporan yang menunjukkan berapa banyak laba perusahaan yang bila
dibandingkan dengan yang dibayar sebagai deviden. Jumlah laba
ditahan yang terlihat disini adalah jumlah laba ditahan tahunan untuk
setiap tahun sejarah perusahaan.
17
d. Laporan arus kas
Laporan yang menjelaskan dampak aktivitas operasi, investasi, dan
pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode
akuntansi dan menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk
jangka waktu tertentu.
B. Analisis Laporan Keuangan
1. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan.
Mengadakan interprestasi atau Analisis terhadap laporan finansiil suatu
perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisis untuk dapat
mengetahui keadaan dan perkembangan finansiil dari perusahaan yang
bersangkutan. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan dari
perusahaannya, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan
perkembangan finansial perusahaannya, dan akan dapat di ketahui hasil
hasil finansiil yang telah dicapai di waktu waktu yang lalu dan waktu yang
sedang berjalan. Hasil Analisis dimasa lalu sangat penting artinya bagi
perbaikan penyusunan rencana atau policy yang akan dilakukan diwaktu
yang akan datang. Dari sudut pandang investor analisis keuangan
digunakan untuk memprediksi masa depan dalam rangka penentuan
kebijakan penanaman modalnya. (Bambang Riyanto, 1995. hal 327`.)
2. Analisis Rasio Finasiil
Dalam menagadakan analisis laporan finansiil suatu perusahaan,
seorang penganalisis finansiil memerlukan adanya ukuran atau “yard-
stick” tertentu. Ukuranya yang sering digunakan dalam analisis finansiil
18
adalah “rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang
dinyatakan dalam “arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil. Panganalisis
finansiil dalam mengadakan analisis rasio finansiil pada dasarnya dapat
melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu:
a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio rasio yang
diperkirakan untuk waktu waktu yang akan datang dari perusahaan
yang sama. Dengan menganalisis satu macam rasio saja tidak banyak
artinya, karena kita tidak dapat mengetahui faktor faktor apa yang
menyebabkan perubahan tersebut.
b. Membandingkan rasio rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan)
dengan rasio rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau
industri (rasio industri/ rasio rata/ ratio standard) untuk waktu yang
sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri
akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam
aspek finansiil tertentu berada diatas rata rata industri (above average),
berada pada rata rata (average) atau terletak di bawah rata rata (below
average).
3. Macam macam Analisis Rasio Finansiil
Dilihat dari sumbernya deman rasio di buat maka rasio rasio dapat
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu;
a. Rasio rasio Neraca
19
Rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current
ratio, acid-test ratio, current assets to total assets ratio, current
liabilities to total assets ratio dan lain sebaginya.
b. Rasio laporan Rugi Laba
Rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement,
misalnya gross profit margin, net operating income, operating ratio dan
lain sebagainya.
c. Rasio antar laporan.
Rasio yang disusun dari data yang berasal dari Neraca dan data lainnya
berasal dari Income statement, misalnya asset turn over , inventory turn
over, receivables turn over dan lain sebagainya.
Ada pula yang mengelompokkan rasio rasio yang terdiri dari
a. Rasio likuiditas adalah berhubungan dengan masalah suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi.
1) Likuiditas Badan Usaha
Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar
sedemikian rupa besarnya sehingga mampu memenuhi segala
kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi.
2) Likuiditas Perusahaan
Perusahaan menggunakan kewajiban finansiilnya untuk
menyelenggarakan proses produksi.
20
b. Rasio Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
semua Hutangnya (hutang jangka pendek dan jangka pajang)
c. Rasio Aktifitas adalah rasio rasio yang dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan
sumber sumber dananya.
d. Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah modal usaha yang di gunakan. (Bambang Riyanto, 1995. Hal.
329 – 331)
Tabel II.1 Macam macam rasio, cara perhitungan beserta interprestasinya
berdasarkan laporan finansiil
Rasio Metode Perhitungan Interprestasi
1. Rasio Likuiditas
a. Current Ratio Aktiva Lancar
Utang lancar
Kemampuan untuk
membayar utang yang
segera harus dipenuhi
dengan aktiva
b. Cash ratio Kas + Efek Kemampuan Untuk
21
(ratio of immediate
solvency)
Utang Lancar membayar utang yang
harus segera dipenuhi
dengan kas yang
tersedia dalam
perusahaan dan efek
yang dapat diuangkan.
c. Quick Ratio Kas +Efek+Piutang
Utang Lancar
Kemampuan untuk
membayar utang yang
segera harus dipenuhi
dengan aktiva lancar
yang lebih likuid (quick
asset)
Rasio Metode Perhitungan Interprestasi
d. Working capital to
total asset ratio
Aktiva lancar-Utang
lancar
Jumlah aktiva
Likuiditas dari total
aktiva dan posisi modal
kerja
2. Rasio Solvabilitas
Total Asset to Debts
Ratio
Net worth to Debts
Total Assets
Debt Ratio
Aktiva-Hutang
Kemampuan Total
Aktiva untuk
membayar total utang
utangnya
Membandingkan modal
22
Ratio Total Hutang
sendiri dengan total
hutang yang dimiliki
perusahaan
3. Rasio Aktivitas
a. Total asset Tunr
Over
Penjualan neto
Jumlah Aktiva
Kemampuan dana yang
tertanam dalam
keseluruhan aktiva
perputaran modal yang
diinvestasikan untuk
menghasilkan
“revenue”
Rasio Metode Perhitungan Interprestasi
b. Receivable Turn
Over
Penjualan Kredit
Piutang rata rata
Kemampuan dana yang
tertanam dalam piutang
berputar dalam suatu
periode tertentu.
c. Average Collection
periode
Piutang rata rata x 360
Penjualan kredit
Periode rata rata yang
diperlukan untuk
mengumpulkan
piutang.
d. Inventory turnover Harga Pokok Penjualan Kemampuan dana yang
23
Inventory rata rata tertanam dalam
inventory berputar
dalam suatu periode
tertentu, atau likuiditas
dari inventory dan
tendensi untuk daya
“overstock”
e. Average day’s
inventory
Inventory rata rata x
360
Harga Pokok Penjualan
Peiode menahan
persediaan rata rata
atau periode rata
persediaan berada di
gudang
Rasio Metode Perhitungan Interprestasi
f. Working capital
turnover
Penjualan neto
Aktiva lancar – Utang lancar
Kemampuan modal
kerja (neto) berputar
dalam suatu periode
siklis kas (cash cycle)
dari perusahaan.
4. Rasio Keuntungan
a. Gross prifit margin Penjualan neto – Harga
pokok penjualan
Penjualan neto
Laba bruto per rupiah
penjualan.
24
b. Oprating Income
ratio (Operating
Profit Margin)
Penjualan neto-Harga
pokok penjualan-biaya
biaya administrasi,
penjualan, umum
Penjualan neto
Laba operasi sebelum
bunga dan pajak (neto
operating income) yang
dihasilkan oleh setiap
rupiah penjualan.
c. Operating ratio Harga pokok penjualan + biaya biaya
administrasi, penjualan , umum
Penjualan neto
Biaya operasi per
rupiah penjualan.
d. Net profit margin
(sales margin)
Keuntungan neto sesudah pajak
Penjualan neto
Keuntungan neto per
rupiah penjualan.
Rasio Metode Perhitungan Interprestasi
e. Earning Power to
total invesment (rate
of return an total
Assets)
EBIT
Jumlah aktiva/operating profit margin x Total
asset turn over
Kemampuan dari
modal yang di
investasikan dalam
keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan
keuantungan bagi
semua investor
(pemegang saham +
obligasi)
f. Net Earning Power Keuntungan neto Kemampuan dari
25
ratio sesudah pajak
Jumlah aktiva
modal yang
diivestasikan dalam
keseluruhan aktiva
untuk menghasilkan
keuntungan neto
g. Rate of return for
the owners (Rate of
return on Net
Worth)
Keuntungan neto sesudah pajak
Jumlah Modal Sendiri
Kemampuan dari
modal sendiri untuk
menghasilkan
keuntungan bagi
pemegang saham
preferen dan saham
biasa.
4. Metode dan Teknik Analisis Keuangan
Ada dua metode yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan
keuangan, yaitu;
a. Analisis Horisontal
Analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangna untuk
beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui
perkembangannya.
b. Analisis Vertikal
Apabila laporan keuangan yang diAnalisis meliputi satu periode atau
sar saat saja, yaitu dengan mamperbandingkan antara pos yang satu
dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga
26
hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat
tertentu saja.
Teknik teknik analisis keuangan yang biasa digunakan dalam laporan
keuangan adalah sebagi berikut;
a. Analisis perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik
dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode
atau lebih, dengan menunjukkan;
1) Data absolut atau jumlah jumlah dalam rupiah.
2) Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
3) Kenaikan atau penurunan dalam prosentase.
4) Perbandingan yang dinyatakan dengan ratio
5) Prosentase dari total.
Analisis dengan metode ini akan dapat diketahui perubahan perubahan
yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih
lanjut.
b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analiysis), adalah suatu
metode atau teknik Analisis untuk mengetahui tendensi dari pada
keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau
bahkan turun.
c. Laporan dengan prosentase per komponen atau common zise statement,
adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui prosentase investasi
pada masing masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk
27
mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang
terjadi dihubungkan dengan jumlah penjulannya.
d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu Analisis
untuk megetahui sumber sumber serta penggunaan modal kerja dalam
periode tertentu.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow statement analysis),
adalah suatu Analisis untuk mengetahui sebab sebab serta penggunaan
uang kas selama periode tertentu.
f. Analisis ratio, adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan
dari pos pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu
atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
g. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu
Analisis untuk mengetahui sebab sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor
atau perode dengan laba yang di budgetkan untuk periode tersebut.
h. Analisis Break-Even, adalah suatu Analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan Analisis break even ini juga akan diketahui
berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat
penjualan.
C. Kinerja Keuangan
1. Penilaian Kinerja Keuangan.
28
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodic efektivitas operasional
untuk organisasi, bagian organisasi, karyawannya berdasarkan sasaran,
standar yang telah ditetapkan sepbelumnya. (Mulyadi, 1997 hal 476)
Penilaian keuangan dapat dilihat dari pihak manajemen. Penilaian kinerja
keuangan bagi manajemen dapat diartikan sebagai pengukuran atas
kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian bagi pencapaian tujuan
perusahaan dibidang keuangan dan secara keseluruhan.
Pengukuran kinerja keuangan oleh manajemen dimaksudkan untuk dapat
memberikan petunjuk dalam pembuatan keputusan dan untuk mengevaluasi
kinerja manajemen.
2. Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja bagi manajemen puncak bertujuan untuk:
a. Memberikan dasar bagi penilaian mutu prestasi bagian dalam
perusahaan.
b. Memberikan motivasi bagi bagian bagian didalam menjalankan tugasnya
seirama dengan tujuan pokok organisasi perusahaan secara keseluruhan.
Sedangkan bagi pihak pihak diluar manajemen perusahaan, penilaian kinerja
ini dimaksudkan untuk:
a. Memberikan dasar bagi penilaian mutu prestasi hasil pelaksanaan
kegiatan suatu perusahaan.
b. Memberikan motivasi bagi manajemen perusahaan seirama dengan
kebijakan yang digariskan.
29
c. Penilaian kinerja keuangan PDAM menurut Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 47 tahun 1999, diklasifikasikan sebagai berikut;
NILAI KINERJA KINERJA
> 75 BAIK SEKALI
> 60 – 75 BAIK
> 45 – 60 CUKUP
> 30 – 45 KURANG
<= 30 TIDAK BAIK
3. Analisis Kinerja Keuangan
Analisis Kinerja Keuangan ditinjau dari Aspek Keuangan menurut Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 47 Tahun 1999
a. Rasio Laba terhadap Rasio Produktif (Earning Power atau Ratio
Profitabilitas)
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di
dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia
dalam perusahaan.
b. Rasio Laba terhadap Penjualan (Operating Profit Margin atau Ratio
Profitabilitas)
30
Rasio ini untuk mengukur laba sebelum pajak (pendapatan operasi
ditambah pendapatan non operasi dikurangi biaya operasi di kurangi biaya non
operasi) dibandingkan dengan volume penjualan.
c. Rasio Aktiva Lancar terhadap Hutang Lancar (Current Ratio atau Ratio
Likuiditas)
Rasio ini menggambarkan kemapuan perusahaan didalam membayar
hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
d. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas (Long Term Debt to Equity)
Rasio hutang jangka panjang terhadap modal adalah rasio yang sangat
penting bagi kreditur atau kalangan perbankkan dalam melaksanakan
penilaian pembiayaan jangka panjang untuk memantau saldo yang diperlukan
sehingga perusahaan dapat memperkirakan masa masa sulit yang menyerap
kerugian awal. Rasio ini memperlihatkan berapa besar modal yang digunakan
untuk menjamin hutang jangka panjang.
e. Rasio Total Aktiva Terhadap Total Hutang (Total Debt to Total Asset)
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
Total Hutang dengan Total Aktiva yang dimiliki perusahaan.
f. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (Operating Ratio atau Ratio
Profitabilitas)
Rasio ini untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan. Bila
peningkatkan pengeluaran lebih besar dari pada peningkatan pendapatan hal
ini dapat menjadi indikator penurunan produktifitas.
g. Rasio Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan terhadap Angsuran Pokok
31
dan Bunga Jatuh Tempo (Debt Coverange Ratio)
Rasio ini memperlihatkan berapa kali lebih besar penghasilan
operasional dapat menutup pembayaran bunga dan angsuran pokok pinjaman.
h. Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air (Total Assets Turn Over atau
Ratio Aktivitas)
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan aktiva perusahaan
didalam mencapai volume penjualan yang optimal.
i. Jangka Waktu Penagihan Piutang (Receivable Turn Over atau Ratio
Aktivitas)
Jangka waktu penagihan merupakan periode rata rata yang diperlukan
untuk mengumpulkan piutang sehingga dapat dikonversikan menjadi uang
tunai. Rasio ini menggambarkan pengelolaan dalam penagihan piutang.
j. Efektifitas Penagihan (Receivable Turn Over atau Ratio Aktifitas)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
didalam melakukan penagihan kepada pelanggan.
32
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUKOHARJO
A. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Perusahaan Daerah Air
Minum Kabupaten Sukoharjo.
Sebelum menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), PDAM
Kabupaten Sukoharjo berstatus Badan Pengelola Air Minum (BPAM) yang
beroperasi mulai bulan april 1989. Status kelembagaan pada waktu itu masih
berdasarkan Surat Keputusan Bersama 2 (dua) Menteri yaitu Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 1984 dan
261/KPTS/1984.
Pada tahun 1990 Pemerintah Daerah Sukoharjo membuat peraturan
Daerah (Perda) Nomor 27 Tahun 1990, tentang Pendirian Perusahaan Daerah
Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo.
Tahun 1993 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 69/KPTS/1993 tentang Penyerahan Pengelolaan Prasarana dan Sarana
Penyediaan Air Bersih di Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang, Batang,
Kebumen, Tegal, Pekalongan, Jepara dan Kabupaten Sukoharjo Kepada
Gubernur Kepala Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.
Selanjutnya dari Gubernur Jawa Tengah Prasarana dan Sarana
Penyediaan Air Bersih di Kabupaten Sukoharjo diserah terimakan kepada
Bupati Kepala Derah Tingkat II Sukoharjo dengan Berita Acara Serah Terima
33
Nomor 539/00775 dan Nomor 539/1061/1993 pada hari Selasa tanggal Dua
bulan Maret 1993
B. Visi dan Misi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sukoharjo
1. Visi
TERWUJUDNYA KEMAMPUAN PERUSAHAAN DALAM
MEMBERIKAN PELAYANAN AIR BERSIH KEPADA
MASYARAKAT SECARA TEPAT KUALITAS, TEPAT KUANTITAS
SERTA TEPAT KONTINUITAS.
2. Misi.
MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN
SUKOHARJO DENGAN PELAYANAN AIR BERSIH SESUAI
STANDAR KESEHATAN DENGAN TIDAK MENINGGALKAN
FUNGSI SOSIAL SERTA MEMBERIKAN KONTRIBUSI TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO
C. Tugas dan Fungsi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sukoharjo
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), Kabupaten Sukoharjo yang
merupakan salah satu sarana otonomi daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
yang merupakan tugas dan fungsi antara lain;
1. Memberikan pelayanan air minum bagi seluruh masyarakat.
2. Pendistribusian air minum secara adil dan merata serta dilakukan secara
terus menerus yang memenuhi syarat syarat kesehatan.
34
3. Meyediakan air yang aman untuk di konsumsi masyarakat, dengan
menetapkan standart kualitas air yang sehat, yaitu;
a. Tidak berwarna
Dalam arti tersebut bening dan tidak menampakkan warna zat zat asing
lainnya, seperti putih atau hitam dan sebagainya.
b. Tidak terasa
Dalam arti tidak mengandung rasa lain yang sekiranya asin dan membahayakan apabila dikonsumsi.
c. Tidak berbau.
Dalam arti tersebut tidak menimbulkan aroma bau bila di cium.
d. Tidak mengandung unsur unsur yang berbahaya.
Air tersebut tidak dicemari oleh zat zat kimia lainnya yang berasal dari
limbah pabrik, maupun limbah rumah tangga, termasuk juga
pencemaran yang terjadi karena bangkai binatang atau bahan bahan
lain yang membahayakan kesehatan manusia.
4. Bekerja sama dengan departemen kesehatan dalam pemerikasaan stradart kualitas air tersebut memang benar
benar aman untuk dikonsumsi atau dengan kata lain tidak membahayakan kesehatan. Dan kerjasama ini telah
dilakukan secara rutin yaitu setiap triwulan atau setiap setengah tahun air diperiksa di laboratorium.
D. Stuktur Organisasi dan Kondisi Ketenagakerjaan Perusahaan Daerah Air
Minum Sukoharjo.
Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Sukoharjo berdasarkan Surat
Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sukoharjo Nomor:
061/2235/1994 tanggal 1 Juli 1994 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
PDAM Kabupaten Sukoharjo. Dalam Perda Nomor 27 Tahun 1990 Bab III.
35
Pasal 5 ayat (1) tentang organisasi, disebutkan bahwa organisasi Perusahan
Daerah Air Minum terdiri dari:
1. Bupati Kepala Daerah
2. Badan Pengawas
3. Unsur Pimpinan adalah Direksi, terdiri dari;
a. Direktur Utama
b. Direktur Bidang Umum
c. Direktur Bidang Teknik
4. Unsur Staf terdiri dari
a. Bagian Keuangan
b. Bagian Hubungan Langganan
c. Bagian Umum
d. Bagian Produksi
e. Bagian Distribusi
f. Bagian Perencanaan Teknik
g. Bagian Peralatan Teknik
5. Unsur Pelayanan terdiri dari;
a. Cabang
b. Unit Pelayanan.
Gambar III.1 Struktur Organisasi PDAM
Kabupaten Sukoharjo
Bupati
Kab. Sukoharjo
Direktur Utama
Dir. Bag. Teknik Dir. Bag. Umum
BadanPengawas
36
Sumber: PDAM Kab. Sukoharjo Adapun tugas tugas masing masing bagian adalah sebagai berikut;
1. Badan Pengawas.
a. Melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan air
minum sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku
termasuk pelaksanaan kerja dan anggaran perusahaan daerah.
37
b. Memberikan saran dan pendapat kepada Bupati Kepala Daerah
mengenai rencana kerja dan anggaran perusahaan daerah serta
perubahan tambahannya serta laporan laporannya kepada Direksi.
c. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran perusahaan
daerah serta menyampaikan hasil penilaian kepada Bupati Kepala
Daerah dengan termbusan kepada Direksi perusahaan Daerah.
d. Mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan daerah dan hal hal
perusahaan menunjukkan gejala kemunduran, segera melaporkan
kepada Bupati Kepala Daerah dengan disertai saran mengenai langkah
langkah perbaikan yang perlu ditempuh.
e. Memberikan saran dan pendapat kepada Bupati Kepala Daerah dengan
termbusan kepada Direksi Perusahaan Daerah mengenai setiap
masalah lainnya yang dianggap penting bagi pengelolaan perusahaan
daerah.
f. Melakukan tugas tugas pengawasan yang ditentukan oleh Bupati
Kepala Daerah.
g. Memberikan laporan kepada Bupati Kepala Daerah secara berkala
(bulanan, triwulan, tahunan) serta setiap waktu yang diperlukan
mengenai perkembangan perusahaan daerah dan hasil perlaksanaan
tugas Badan Pengawas Perusahaan Daerah.
2. Direktur Utama.
a. Mempunyai tugas sebagaimana dalam pasal pasal yang terdapat dalam
peraturan Daerah Tingkat II Sukoharjo, No. 27 tahun 1990 tentang
38
pendirian Perusahaan Daerah Air Minum, Kabupaten Daerah Tingkat
II Sukoharjo.
b. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama bertanggung jawab
kepada Bupati Kepala Daerah.
c. Direktur Utama wajib mengadakan Rapat pada waktu yang telah
ditentukan untuk membahas secara menyeluruh penyelenggaraan tugas
dengan urusan unit unit perusahaan daerah.
d. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh para
Direktur yang dilengkapi dengan staff.
3. Direktur Bidang Umum.
a. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan di bidang administrasi,
keuangan, kepegawaian dan kesekretariatan.
b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan
pengelolaan perlengkapan.
c. Merencanakan dan mengendalikan sumber sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
d. Mengendalikan uang pendapat hasil penagihan rekening air dari
pelanggan.
e. Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama
f. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Bidang Umum bertanggung
jawab kepada Direktur Utama.
Direktur Bidang Umum dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh;
1). Direktur Keuangan
39
a) Mengendalikan kegiatan kegiatan di bidang keuangan.
b) Mengatur program pendapatan dan pengeluaran keuangan
c) Merencanakan dan megendalikan sumber sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
d) Melaksanakan tugas tugas yang diberikan oleh atasan.
e) Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur
Bidang Umum.
2). Bagian Langganan.
a) Melakukan penyaluran meter air dan memeriksa data penggunaan air
berdasarkan meter air.
b) Menyelenggarakan pemasaran pelayanan langganan dan mengurus
penagihan rekening langganan.
c) Menyelenggarakan fungsi pengawasan meter air, pengendalian meter
air, administrasi meteran.
d) Menyelenggarakan pelayanan langganan, pengolahan rekening dan
pengelolaan data langganan.
e) Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan atasan.
f) Dalam melaksanakan tugas tugasnya bertanggung jawab kepada
Direktur Bidang Umum.
3). Bagian Umum.
a) Mengendalikan dan menyelenggarakan kegiatan kegiatan dibidang
administrasi kepegawaian serta kesekretariatan.
40
b) Menyelenggarakan kegiatan kegiatan di dibidang rumah rangga,
peralatan kantor dan perundang undangan.
c) Mengurus material material perbekalan teknik.
d) Mengadakan pembelian barang barang yang diperlukan perusahaan.
e) Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh atasan.
4. Direktur Bidang Teknik
a. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan kegiatan perencanaan
teknik, produksi, distribusi, dan peralatan teknik.
b. Mengkoordinasikan kegiatan kegiatan pengujian peralatan teknik dan
bahan bahan kimia.
c. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pemeliharaan instalasi
produksi sumber mata air permukaan dan sumber air tanah.
d. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Bidang Teknik bertanggung
jawab kepada Direktur Utama.
Dalam menjalankan tugasnya direktur utama di bantu oleh;
1.) Bagian Produksi
a.) Menyelenggarakan pengendalian atas kualitas produksi air, termasuk
penyusunan rencana kebutuhan material produksi.
b.) Mengatur, menelenggarakan fungsi fungsi mekanik, mesin,
ketegangan serta laboratorium.
c.) Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan atasan.
d.) Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Drektur
Bagain Teknik.
41
2.) Bagian Distribusi.
a.) Mengawasi pemasangan dan pemeliharaan pipa pipa distribusi dalam
rangka pembagian secara merata dan terus menerus serta melayani
gangguan.
b.) Mengatur, menyelenggarakan fungsi pipa/jaringan pipa pompa tekan
dan pelayanan gangguan.
c.) Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan atasan.
d.) Bagian distribusi dalam menjalankan tugasnnya bertanggung jawab
kepada Direktur Bidang Teknik.
3.) Bagian Perencanaan Teknik.
a.) Mengadakan persediaan cadangan air minum guna keperluan
distribusi.
b.) Mengadakan perencanaan/penyediaan sarana air minum untuk
program program penyambungan dan pengawasan distribusi.
c.) Merencanakan pengadaan teknik bangunan air minum serta
mengendalikan kualitas dan kuantitas termasuk menjamin kebutuhan.
d.) Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan atasan.
e.) Dalam menjalankan tugas tugasnya bertanggung jawab kepada
Direktur Bagian Teknik.
4.) Bagian Peralatan Teknik
a.) Mengurus perbekalan dan peralatan teknik.
b.) Mengetes, meneliti dan menilai peralatan teknik sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
42
c.) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.
d.) Dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur
Bagian Teknik.
Uraian tugas Job Discription seperti di atas akan dapat dilaksanakan
apabila masing masing bagian menyadari dan peranannya sendiri dan
senantiasa tidak lupa untuk melakukan hubungan atau kerja sama secara
vertical maupun horizontal, sehingga apabila semuanya telah menyadari akan
tugas dan tangung jawab maka terciptalah suasana kerja yang nyaman dan
tertib.
Jumlah karyawan PDAM Kabupaten Sukoharjo sebanyak 96 orang,
dengan perincian sebagai berikut:
1. Menurut status kepegawaiannya:
PNS : 5 Orang
Pegawai Perusahaan : 82 Orang
Tenaga Honorair : 9 Orang
2. Menurut jenjang kependidikan
Sarjana (S1) : 2 Orang
Sarjana Muda (DIII) : 4 Orang
SLTA : 70 Orang
SLTP : 12 Orang
SD : 8 Orang
E. Produktifitas PDAM Sukoharjo dalam melaksanakan kegiatannya melayani 7 wilayah
kecamatan (dari 12 kecamatan yang ada), yaitu kecamatan Sukoharjo,
43
kecamatan Kartasura, kecamatan Grogol, kecamatan Bulu, kecamatan
Bendosari, kecamatan Polokarto, dan kecamatan Mojolaban. Untuk
kecamatan Bulu, Bendosari, kecamatan Polokarto dan kecamatan Mojolaban
merupakan daerah yang sering mengalami kekurangan air.
Tabel III.1 Jumlah Sumber Air dan Kapasitas PDAM Sukoharjo
No. Kecamatan Jumlah Sumber/Sumur Kapasitas (liter/detik)
1. Sukoharjo 3 buah sumur dalam 30
2. Kartasura 3 buah sumur dalam 50
3. Grogol 4 buah sumur dalam 55
4. Bendosari 2 buah sumur dalam 15
5. Mojolaban 1 buah sumur dalam 10
6. Polokarto 2 buah sumur dalam 3
7. Bulu 1 buah sumur dalam 3
Sumber: PDAM Kab. Sukoharjo
F. Peningkatan Jumlah Pelanggan.
Kualitas pelayanan yang baik dan adanya prosedur prosedur yang
mudah akan dapat menarik perhatian masyakat untuk ikut menjadi pelanggan
baru PDAM, dalam tabel berikut di sebutkan jumlah pelanggan selama kurun
waktu tiga tahun (2000 – 2002);
Tabel III.2 Jenis Pelayanan dan Jumlah Sambungan Langganan
PDAM Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000 –2002
Tahun No. Jenis Pelayanan
2000 2001 2002
1. Non Niaga 8.004 8.388 9.124
2. Instansi 84 87 87
3. Niaga Kecil 235 238 319
4. Niaga besar 10 12 12
44
6 Industri besar 1 1 1
5. Sosial 72 78 79
7. Hidran Umum 77 72 67
Jumlah 8.522 8.876 9.689
Sumber: PDAM Kab. Sukoharjo G. Penetapan Tarif Pemakaian Air
Berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Sukoharjo tentang
Penyesuaian Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Kebupaten
Sukoharjo, Klasifikasi Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum di bagi
menjadi;
1. Gologan I ; Sosial terdiri atas;
a. Sosial Umum meliputi:
1) Hidran Umum;
2) Kran Umum;
3) Kamar Mandi Umum;
4) WC Umum;
5) Terminal Air.
b. Sosial Khusus, meliputi;
1) Yayasan yayasan Sosial;
2) Rumah Sekolah Negeri/Swasta
3) Panti panti Asuhan;
4) Rumah Sakit Pemerintah
5) Tempat tempat Ibadah.
2. Gologan II Non Niaga terdiri atas;
a. Rumah tangga A (untuk rumah tangga sederhana)
b. Rumah tangga B (untuk rumah tangga menengah keatas)
45
c. Instansi Pemerintah (Untuk kantor pemerintah, Lembaga lembaga
pemerintah, Sarana intansi pemerintah)
3. Gologan III ; Niaga terdiri atas;
a. Niaga Kecil; warung, toko, rumah makan, losmen, penginapan,
Dokter praktek, Kantor notaris, Rumah sakit tipe C ke bawah,
Koperasi dan Kantor swasta;
b. Niaga Besar; Importir/Eksportir, Ekspeditur, Agen Makelar dan
komisioner, Pasar swalayan, Rumah sakit swasta tipe A/B, Kolam
renang umum swasta, Pompa bensin, Distributor, Pedagang besar,
Night Club, Diskotik, Stembath, Hotel, Restoran, Bengkel besar dan
usaha besar lainnya.
4. Golongan IV; Industri terdiri atas;
a. Industri kecil; Industri rumah tangga (Home industry), Kerajinan
tangan, Sanggar seni lukis, Usaha konfeksi kecil, Peternakan Kecil dan
Usaha kecil lainnya;
b. Industri Besar; Pabrik textil, Pabrik kimia, Pertambangan Perkayuan,
Pembuatan kapal, Peternakan besar, Pabrik Minuman, Pabrik Es, Cold
Storage dan Usaha besar lainnya.
5. Golongan V; Khusus terdiri atas;
a. Pelabuhan Laut
b. Pelabuhan Udara
c. Pelabuhan Darat.
Tabel III.3
46
Daftar tarif pamakaian air pada tingkat cabang (Pelayanan dari cabang Sukoharjo, Cabang Kartasura dan Cabang Grogol)
No. Kelompok Pelanggan 0 – 10 M3
Rp/ M3 11 – 20 M3
Rp/M3 21 – 30 M3
Rp/M3 31 – Keatas
Rp/M3 1. Sosial - Umum 400 400 400 400 - Khusus
450 550 850 975
2. Non Niaga - Rumah Tangga 500 800 950 1.150 - Instansi Pemerintah
525 925 1.125 1.550
3. Niaga - Niaga Kecil 1.025 1.375 1.725 - Niaga Besar
1.325 1.650 2.875
4. Industri - Industri kecil - 1.325 1.650 2.875 - Industri besar
Tabel III.4 Daftar Tarif Pemakaian air pada tingkat Unit IKK (P elayanan dari Unit
IKK, Mojolaban, Unit IKK Polokarto, Unit IKK Bendos ari, dan Unit IKK Bulu)
No. Kelompok Pelanggan 0 – 10 M3
Rp/ M3 11 – 20 M3
Rp/M3 21 – 30 M3
Rp/M3 31 – Keatas
Rp/M3 1. Sosial - Umum 400 400 400 400 - Khusus
400 525 650 850
2. Non Niaga - Rumah Tangga 400 575 825 925 - Instansi Pemerintah
425 750 925 1.225
3. Niaga - Niaga Kecil 875 1.125 1.425 - Niaga Besar
1.050 1.375 2.375
4. Industri - Industri kecil - 1.050 1.375 2.375 - Industri besar - 1.175 1.650 2.850
47
5. Niaga Khusus - 4.000 4.000 4.000
Sumber: PDAM Kab. Sukoharjo
Dalam menentukan tarif air minum ini PDAM Sukoharjo juga
mengupayakan keringanan bagi para pelanggan yang benar benar kurang
mampu. Mereka di beri keringanan berupa pembayaran secara angsuran,
sehingga hal ini bisa mengurangi beban pelanggan yang benar benar
membutuhkan
48
BAB IV
ANALISIS RASIO KINERJA KEUANGAN
Menurut data yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan PDAM
Kabupaten Sukoharjo yang digunakan dalam penelitian perkembangan kinerja
keuangan perusahaan, maka pada bab ini dilakukan analisis kuantitatif
perkembangan tingkat kesehatan kinerja keuangan perusahaan dalam kurun waktu
tiga tahun (2000 – 2002) dan faktor yang memperngaruhi tingkat kesehatan
perusahaan.
Dalam menganalisis data yang telah diperoleh, penilaian kinerja keuangan
menggunakan Pedoman Pemantauan dan Penilaian Kinerja Keuangan PDAM
yang di keluarkan oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor:47 tahun 1999.
11. Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif
Laba sebelum Pajak X 100% Aktiva Produktif Penilaian
>10 % = 5
>7% - 10% = 4
>3% - 7% = 3
>0% - 3% = 2
<= 0% = 1
49
Perhitungan tingkat kinerja
Tahun 2000
267.305.421,40 X 100% = 4,97% Nilai 1
5.381.460.260,05
Tahun 2001 273.093.183,13 X 100% = 5,20% Nilai 1 5.248.492.358,95
Tahun 2002 256.720.963,76 X 100% = 4.80% Nilai 1 5.346.096.125,28
Hasil rasio laba terhadap aktiva produktif pada tahun 2000 – 2002 dapat
dikatergorikan tidak baik karena prosentase yang di hasilkan hanya
mempunyai nilai 1. Tahun 2000 rasio laba aktiva produktifnya 4,97%, ini
berarti setiap Rp 1,00 aktiva produktif hanya mampu menghasilkan laba
sebelum pajak sebesar Rp. 0,0497. Tahun 2001 rasio laba aktiva produktifnya
5,20%, ini berarti setiap Rp 1,00 aktiva produktif hanya mampu menghasilkan
laba sebelum pajak sebesar Rp 0,052. Pada tahun 2001 mengalami kenaikan
rasio 0,23% dibanding tahun 2000, hal ini dikarenakan menurunnya aktiva
produktif sebanyak Rp. 132 967 881,1 dan menigkatnya laba sebelum pajak
Rp. 5 787 761,73 dibanding tahun 2000. Tahun 2002 rasio laba aktiva
produktifnya 4,80%, ini berarti setiap Rp 1,00 aktiva produktif hanya mampu
menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 0,048. Tahun 2002 mengalami
penurunan rasio 0,4% di banding tahun 2001 hal ini ditunjukan dengan jumlah
50
aktiva produktif tahun 2002 lebih besar Rp. 97 603 766,33 dari tahun 2001
dan laba sebelum pajak tahun 2002 menurun Rp. 16 372 219,37 dibanding
tahun 2001, penyebab utama penurunan laba ini adalah jumlah biaya langsung
usaha dan biaya administrasi yang mengalami kenaikan.
Nilai Bonus
Peningkatan Rasio Laba Terhadap Aktiva Produktif
Rumus = Rasio Laba Terhadap Aktiva Produktif t - Rasio Laba
Terhadap Aktiva Produktif t-1
Keterangan
t = Tahun Sekarang
t-1 = Tahun Lalu
Penilaian nilai bonus :
>12 % = 5
>9% - 12% = 4
>6% - 9% = 3
>3% - 6% = 2
>0% - 3% = 1
Penilaian
Tahun 2000 (4,97% - ~) = Tidak diketahui
Tahun 2001 (5,20% – 4,97%) = 0.23% Nilai 1
Tahun 2002 (4,80 – 5,20) = -0.4%
Nilai 0
Dari perhitungan nilai bonus pada tahun 2000 – 2002 hanya
mendapatkan nilai bonus 1, karena dari perhitungan diatas prosentase nilai
51
yang dapatkan tahun 2001 (0.23%) tahun 2002 (-0.4%), hal ini menunjukkan
rasio laba terhadap aktiva produktif pada tahun 2001 mengalami kenaikan
rasio dibanding tahun 2000 sedangkan tahun 2002 mengalami penurunan rasio
dari tahun 2001 sehingga tidak mendapatkan nilai bonus.
12. Rasio Laba terhadap Penjualan
Laba sebelum Pajak X 100% Penjualan Penilaian.
>20 % = 5
>14% - 20% = 4
>6% - 14% = 3
>0% - 6% = 2
<= 0% = 1
Tahun 2000
267.305.421,40 X 100% = 16,47% Nilai 4 1.623.060.447,00
Tahun 2001
273.093.183,13 X 100% = 13,74% Nilai 3 1.987.723.381,00
Tahun 2002
256.720.963,76 X 100% = 10,64% Nilai 3 2.411.811.491,00
52
Perbadingan laba terhadap penjualan pada tahun 2000 menghasilkan
rasio 16,47, berarti setiap penjualan Rp. 1,00 mampu menghasilkan laba
penjualan sebelum pajak Rp. 0,1647 hal ini dapat di kategorikan baik karena
prosentase yang di dapatkan menunjukan nilai 4. Tahun 2001 menghasilkan
rasio rasio 13,74, berarti setiap penjualan Rp. 1,00 mampu menghasilkan laba
penjualan sebelum pajak Rp. 0,1374 hal ini dapat di kategorikan cukup baik
karena prosentase yang di dapatkan menunjukan nilai 3. Tahun 2001
mengalami penurunan rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan sebesar
2,73% di banding tahun 2000, hal ini di tunjukkan dari kenaikan pendapatan
tapi diikuti kenaikan jumlah biaya langsung usaha dan biaya umum dan
administrasi yang lebih besar dari tahun sebelumnya sehingga laba sebelum
pajak yang di hasilkan lebih kecil di banding tahun 2000. Tahun 2002
menghasilkan rasio 10,64%, berarti setiap penjualan Rp. 1,00 mampu
menghasilkan laba penjualan sebelum pajak Rp. 0,1064 hal ini dapat di
kategorikan cukup baik karena prosentase yang di dapatkan menunjukan nilai
3, pada tahun 2002 tersebut mengalami penurunan rasio sebesar 3,1%
dibanding tahun 2001 yang di tunjukkan dengan kenaikan pendapatan yang
diikuti kenaikan oleh jumlah biaya langsung usaha dan biaya administrasi
yang menimbulkan penurunan laba sebelum pajak pada tahun 2002.
Nilai Bonus Peningkatan Rasio Laba Terhadap Penjualan Tahun tersebut Rumus = Rasio Laba Terhadap Penjualan t - Rasio Laba Terhadap
Penjualan t –1
53
Keterangan
t = Tahun Sekarang
t-1 = Tahun Lalu
Penilaian nilai bonus :
>12 % = 5
>9% - 12% = 4
>6% - 9% = 3
>3% - 6% = 2
>0% - 3% = 1
Penilaian
Tahun 2000 (16.47% - ~) = Tidak diketahui
Tahun 2001 (13.74% – 16.47%) = -2.73% Nilai 0
Tahun 2002 (10.64% – 13.74%) = -3.1% Nilai 0
Dari perhitungan nilai bonus pada tahun 2000 – 2002 tidak mendapatkan nilai
bonus, karena dari perhitungan diatas prosentase nilai yang dapatkan tahun
2001 (-2.73%) tahun 2002 (-3.1%), hal ini menunujukkan rasio laba terhadap
aktiva produktif pada tahun tersebut menalami penurunan rasio.
13. Rasio aktiva lancar terhadap Hutang lancar
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Penilaian:
>1.75 – 2 = 5
>1,5 – 1,75 ; atau > 2,00 – 2,30 = 4
54
>1,25 – 1,50 ;atau 2,30 – 2,70 = 3
>1,00 – 1,25 ;atau 2,70 – 3,00 = 2
<= 1,00 ; atau >3,00 = 1
Perhitungan Kinerja
Tahun 2000
366.202.763,00 = 0,86 Nilai 1 425.059.481,89
Tahun 2001
371.165.748,25 = 0,34 Nilai 1 1.097.067.885,18
Tahun 2002
634.637.695,31 = 0,39 Nilai 1
1.631.385.104,28
Rasio Aktiva lancar terhadap Hutang lancar pada tahun 2000
menghasilkan 0,86 dengan kategori tidak baik karena hanya mendapatkan
nilai 1. Tahun 2001 menghasilkan 0,34 dengan kategori tidak baik karena
hanya mendapatkan nilai 1. 2002 menghasilkan 0,39 dengan kategori tidak
baik karena hanya mendapatkan nilai 1. Berarti dari ketiga tahun tersebut
belum menunjukkan bahwa hutang jangka pendek dapat di jamin oleh aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan karena rasio yang di peroleh masih di bawah
standar yang ditentukan.
14. Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Hutang Jangka Panjang
55
Ekuitas
Penilaian
<= 0,5 = 5
>0,5 – 0,7 = 4
>0,7 – 0,8 = 3
>0,8 - 1,0 = 2
>1,0 = 1
Perhitungan kinerja
Tahun 2000
1.622.934.200,00 = 0,39 Nilai 5 4.209.159.229,32
Tahun 2001
1.295.723.180,00 = 0,35 Nilai 5 3.697.802.874,09
Tahun 2002
1.132.874.800 ,00 = 0,33 Nilai 5 3.442.533.202,32
Perbandingan rasio keuangan terhadap ekuitas pada tahun 2000 menghasilkan rasio 0,39 dengan kategori baik karena mendapatkan nilai 5. Tahun 2001 menghasilkan rasio 0,35 dengan kategori baik sekali karena mendapatkan nilai 5. hal ini menunjukan lebih baik dari tahun sebelumnya karena menurunnya Hutang jangka panjang sebesar Rp 327 211020 dan jumlah ekuitas sebesar Rp 511 356 355,25 . Tahun 2002 menghasilkan rasio 0,33 dengan kategori baik sekali karena mendapatkan nilai 5, dalam hal ini lebih baik dari tahun sebelumnya karena menurunnya hutang jangka panjang Rp. 162 848 380 dan Jumlah Ekuitas sebesar Rp. 255 269 671,75.
15. Rasio Total Aktiva terhadap Total Hutang
Total Aktiva
Total Hutang
56
Penilaian
>2,0 = 5
>1,7 - 2,0 = 4
>1,3 – 1,7 = 3
>1,0 – 1,3 = 2
<= 1,0 = 1
Penilaian kinerja
Tahun 2000
6.368.396.441,21 = 2,95 Nilai 5
2.159.237.181,89
Tahun 2001
6.232.581.439,25 = 2,46 Nilai 5 2.534.778.565,18
Tahun 2002
6.470.772.106,60 = 2,17 Nilai 5
3.027.238.904,28
Rasio total aktiva terhadap total hutang pada tahun 2000 menghasilkan
rasio 2,95 dengan kategori baik sekali dengan nilai yang didapatkan 5, berarti
Rp 1 hutang di jamin dengan Rp 2,59 dari aktiva yang dimiliki perusahaan.
Tahun 2001 menghasilkan rasio 2,46 dengan kategori baik sekali dengan nilai
yang didapatkan 5 berarti Rp 1 hutang di jamin dengan Rp 2,26 dari aktiva
yang dimiliki perusahaan. Tahun tersebut mengalami penurunan rasio dari
tahun sebelumnya di karenakan total hutang bertambah dan total aktiva turun
yang di tunjukkan dengan adanya hutang jangka panjang jatuh tempo
57
bertambah dan akumulasi penyusutan yang semakin meningkat. Tahun 2002
menghasilkan rasio 2,17 dengan katergori baik sekali dengan nilai yang
didapatkan 5 berarti Rp 1 Hutang di jamin dengan Rp 2,17 dari aktiva yang
dimiliki perusahaan. Tahun tersebut juga mengalami penurunan rasio dari
tahun sebelumnya di karenakan kenaikan pada total hutang yang di tunjukkan
dengan adanya beban bunga YMHD.
16. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi
Biaya Operasi
Pendapatan Operasi Penilaian <= 0,5 = 5
>0,5 – 0,65 = 4
>0,65 – 0,85 = 3
>0,85 – 1,00 = 2
>1,0 = 1
Penilaian kinerja
Tahun 2000
1.355.491.472,55 = 0,84 Nilai 3 1.623.060.447,00
Tahun 2001
1.742.744.015,37 = 0,88 Nilai 2 1.987.723.381,00
Tahun 2002 2.178.492.305,12 = 0,90 Nilai 2
58
2.411.811.491,00
Rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi pada tahun 2000
menghasilkan rasio 0,84 dapat kategori cukup baik dengan memperoleh nilai
3, hal ini berarti setiap Rp 1, pendapatan operasi hanya menelan biaya Rp
0,84. Tahun 2001 menghasilkan rasio 0,88 dapat kategori kurang baik dengan
memperoleh nilai 2, hal ini berarti setiap Rp 1, pendapatan operasi hanya
menelan biaya Rp 0,88. Tahun tersebut mengalami penurunan rasio di
karenakan kenaikan pendapatan yang diikuti kanaikan biaya operasi yang
lebih besar. Tahun 2002 menghasilkan rasio 0,90 dapat kategori kurang baik
dengan memperoleh nilai 2, hal ini berarti setiap Rp 1, pendapatan operasi
hanya menelan biaya Rp 0,9. Tahun tersebut mengalami penurunan lagi di
banding tahun sebelumnya dikarenakan kenaikan pendapatan yang diikuti pula
kenaikan biaya operasi yang besar pula terutama biaya umum dan administrasi
yang menunjukan kenaikan.
17. Rasio Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan terhadap Angsuran
Pokok dan Bunga Jatuh Tempo.
Laba Operasi sebelum Biaya Penyusutan
(Angsuran Pokok + Bunga) Jumlah Jatuh Tempo
Penilaian
>2,0 = 5
>1,7 – 2,0 = 4
>1,3 – 1,7 = 3
>1,0 – 1,3 = 2
59
<=1,0 = 1
Penilaian kinerja
Tahun 2000
267.305.421,40 = 0,63 Nilai 1 425.059.481,89
Tahun 2001
273.093.083,13 = 0,25 Nilai 1 1.097.067.885,18
Tahun 2002
265.720.963,76 = 0,16 Nilai 1 1.631.385.104,28
Perbandingan laba operasi sebelum penyusutan terhadap angsuran pokok
dan bunga jatuh tempo pada tahun 2000 menghasilkan rasio 0,63 dengan
kategori tidak baik yang mendapatkan nilai 1, hal ini di tunjukan dengan
jumlah angsuran pokok dan bunga jatuh tempo lebih besar dibanding laba
operasi sebelum pajak yang di dapatkan perusahaan. Tahun 2001
menghasilkan rasio 0,25 dengan kategori tidak baik yang mendapatkan nilai 1,
tahun tersebut dinyatakan mengalami penurunan rasio dari tahun lalu di
tunjukan dengan laba sebelum penyusutan menurun sedangkan jumlah
angsuran pokok jatuh tempo dan bunga bertambah. Tahun 2002
menghasilkan rasio 0,16 dengan kategori tidak baik yang mendapatkan nilai 1,
tahun tersebut mengalami penurunan lagi dibanding tahun sebelumnya hal ini
60
di karenakan laba yang semakin menurun lagi dan jumlah angsuran dan bunga
bertambah di banding tahun 2001
18. Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan Air.
Aktiva Produktif
Penjualan Air
Penilaian
<= 2,0 = 5
>2,0 – 4,0 = 4
>4,0 – 6,0 = 3
>6,0 – 8,0 = 2
>8,0 = 1
Penilaian kinerja
Tahun 2000
5.381.460.240,05 = 3,39 Nilai 4 1.369.363.075,00
Tahun 2001
5.248.492.358,95 = 3,28 Nilai 4 1.601.980.075,00
Tahun 2002
5.346.096.125,28 = 2,76 Nilai 4
1.938.374.550,00
61
Rasio aktiva produktif terhadap penjualan air pada tahun 2000
menghasilkan rasio 3,39 dengan kategori baik dengan mendapatkan nilai 4,
hal ini berarti setiap Rp. 1, penjualan air menggunakan aktiva produktif
sebesar Rp 3,39. Tahun 2001 menghasilkan rasio 3,28 dengan kategori baik
dengan mendapatkan nilai 4, hal ini berarti setiap Rp. 1, penjualan air
menggunakan aktiva produktif sebesar Rp 3,28. Tahun tersebut menunjukan
penjualan air bersih lebih meningkat dan jumlah aktiva produktif berkurang
dibanding tahun yang lalu. Tahun 2002 menghasilkan rasio 2,76 dengan
kategori baik dengan mendapatkan nilai 4, hal ini berarti setiap Rp. 1,
penjualan air menggunakan aktiva produktif sebesar 2,76. Tahun tersebut
lebih meningkat lagi dari tahun sebelumnya dengan meningkatnya penjualan
air bersih walaupun jumlah aktiva produktifnya juga mengalami kenaikan.
19. Jangka waktu Penagihan Piutang
Piutang Usaha
Jumlah penjualan per hari
Penilaian
<= 60 = 5
>60 – 90 = 4
>90 – 150 = 3
>150 – 180 = 2
>180 = 1
Perhitungan kinerja
Tahun 2000
62
165.502.285,00 = 34,71 Nilai 5 (1.623.060.447,60/360)
Tahun 2001
161.368.661,25 = 29,23 Nilai 5 1.987.723.381,00/360
Tahun 2002
344.498.472,5 = 51,42 Nilai 5 2.411.811.491,00/360
Jangka waktu penagihan piutang pada tahun 2000 menghasilkan rasio
34,71 dikategorikan baik sekali dengan nilai 5. Tahun 2001 menghasilkan
rasio 29,23 dikategorikan baik sekali dengan nilai 5. Tahun 2002
menghasilkan rasio 51,42 dikategorikan baik sekali dengan nilai 5. Dari
ketiga tahun tersebut diatan menunjukkan bahwa cukup tingginya tingkat
perputaran piutang menunjukkan suatu indikasi baik sistem penjualan dan
tertibnya dalam menagih. Ini disebabkan penerapan denda dan pelaksanaan
pemberian sangsi pemutusan sambungan air bagi yang terlambat membayar.
20. Efektifitas pangihan
Rekening tertagih X 100% Penjualan air Penilaian >90% = 5
>85% – 90% = 4
63
>80% – 85% = 3
>75% – 80% = 2
<= 75% = 1
Penilaian Kinerja
Tahun 2000
1.354.312.100,00 X 100% = 98,90% Nilai 5 1.369.363.075,00
Tahun 2001
1.581.374.825,00 X 100% = 98,71% Nilai 5 1.601.980.075,00
Tahun 2002
1.844.744.650,00 X 100% = 95,17% Nilai 5 1.938.374.550,00
Rasio efektifitas penagihan tahun 2000 menghasilkan rasio 98,90%
dengan kategori baik sekali nilai yang di dapat 5. Tahun 2001 menghasilkan
rasio 98,71% dengan kategori baik sekali nilai yang di dapat 5. Tahun 2002
menghasilkan rasio 95,17% dengan kategori baik sekali nilai yang di dapat 5.
dari hasil penilaian diatas ketiga tahun tersebut sudah memenuhi nilai
maksimum yang di tetapkan yaitu 90% sehingga dapat di simpulkan bahwa
efektifitas pengihan dari tahun 2000 – 2002 dinyatakan baik sekali.
Tabel IV-1 Analisis Rasio Kinerja Keuangan Tahun 2000 – 2002
(ditinjau dari aspek keuangan)
No Kinerja Keuangan Nilai 2000 2001 2002
64
Maks R N R N R N 1. Rasio laba terhadap aktiva
poduktif (%) 5 4,97 1 5,20 1 4.80 1
Nilai Bonus
5 - - 0.23 1 -0.4 -
2. Rasio laba terhadap penjualan (%)
5 16,47 4 13,74 3 16,64 3
Nilai Bonus
5 - 0 0 0
3 Rasio aktiva lancar terhadap Hutang lancar (Rp)
5 0,86 1 0,34 1 0,39 1
4 Rasio Hutang jangka panjang terhadap ekuitas (Rp)
5 0,39 5 0,35 5 0,33 5
5 Rasio total aktiva terhadap total Hutang. (Rp)
5 2,95 5 2,46 5 2,17 5
6 Rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi. (Rp)
5 0,84 3 0,88 2 0,9 2
7 Rasio laba operasi sebelum biaya penyusutan terhadap angsuran pokok dan bunga jatuh tempo.(Rp)
5 0,63 1 0,25 1 0,16 1
8 Rasio aktiva produktif terhadap penjualan air (Rp)
5 3,39 4 3,28 4 2,76 4
9 Jangka waktu penagihan piutang (Rp)
5 29,23 5 34,71 5 51,42 5
10 Efektivitas penagihan (%)
5 98,90 5 98,71 5 95,17 5
Jumlah 60 34 33 32
Tabel di atas menunjukkan hasil analisis terhadap kinerja aspek keuangan
yang menunjukkan kinerja tahun 2000 – 2002 dengan nilai yang di dapatkan
masing masing 34,33,32. dalam penilaian tersebut masih di katergorikan kurang
baik atas kinerja keuangan yang di lakukan oleh PDAM Kabupaten Sukoharjo.
65
Dari analisis rasio yang telah dilakukan terdapat beberapa rasio yang
menyebabkan nilai kinerja keuangan di katergorikan kurang baik diantaranya
sebagai berikut;
1. Rasio laba terhadap aktiva produktif
Dari tiga tahun (2000-2002) yang telah dilakukan analisis ternyata rasio yang dihasilkan hanya penilaian kinerja 1 dengan kategori kurang baik. Hal ini di ditunjukkan oleh indikator laba sebelum pajak yang hasilkan masih sangat rendah sekali, penyebab rendahnya indikator tersebut dari masing masing tahun yaitu;
a. Tahun 2000 disebabkan realisasi pendapatan oprasi usaha tidak memenuhi
jumlah pendapatan operasi usaha yang dianggarkan kekurangannnya
adalah Rp 140.111.533,00 sedangkan untuk realisasi biaya lansung usaha
mengalami pembengkakan dari yang dianggarkan sebanyak Rp
68.192.962 dan realisasi biaya umum dan administrasi juga mengalami
pembengkakan dari jumlah yang dianggarkan sebanyak Rp. 56.238.491
b. Tahun 2001 realisasi pendapatan usaha telah memenuhi jumlah
pendapatan operasi usaha yang dianggarkan bahkan mempunyai kelebihan
sebanyak Rp 102.427.381 sedangkan untuk realisasi biaya lansung usaha
mengalami pembengkakan dari yang dianggarkan sebanyak Rp
66.431.757 dan realisasi biaya umum dan administrasi juga mengalami
pembengkakan yang luar biasa dari jumlah yang dianggarkan sebanyak
Rp.206.222.256.
c. Tahun 2002 realisasi pendapatan usaha telah memenuhi jumlah
pendapatan operasi usaha yang dianggarkan bahkan mempunyai kelebihan
sebanyak Rp 111.613.491 sedangkan untuk realisasi biaya lansung usaha
mengalami kelebihan dari yang dianggarkan sebanyak Rp 64.057.753 tapi
66
realisasi biaya umum dan administrasi juga mengalami pembengkakan
yang luar biasa dari jumlah yang dianggarkan mencapai Rp.311.752.058
2. Rasio Aktiva Lancar terhadap Hutang Lancar
Dari hasil analisis yang telah dilakukan selama 3 tahun (2000-2001) menghasilkan rasio yang mendapatkan nilai 1 dengan kategori kurang baik hal ini di sebabkan selama tiga tahun tersebut perusahaan memiliki aktiva lancar yang lebih kecil dari hutang lancar sehingga dapat di simpulkan bahwa aktiva lancar yang dimiliki perusahaan tidak menjamin utang lancar yang di pinjam oleh perusahaan yang di tunjukan dengan perbandingan sebagai berikut;
a. Tahun 2000, jumlah aktiva lancar Rp. 366.202.763 sedangkan jumlah
hutang lancar Rp. 425.059.481,89 yang terdiri dari hutang bunga.
b. Tahun 2001, jumlah aktiva lancar Rp. 371.165,748,25 sedangkan jumlah
hutang lancar Rp. 1.097.067.885,18 yang terdiri dari Hutang jangka
panjang jatuh tempo ADB dan BPD serta hutang bunga.
c. Tahun 2001, jumlah aktiva lancar Rp. 634.673.695,31 sedangkan jumlah
hutang lancar Rp. 1.631.385.104,28 yang terdiri dari hutang jangka
panjang jatuh termpo, hutang supplier, dan beban bunga YMHD.
3. Rasio laba Operasi sebelum biaya penyusutan terhadap angsuran pokok dan
bunga jatuh tempo.
Rasio laba Operasi sebelum biaya penyusutan terhadap angsuran pokok dan
bunga jatuh tempo mendapatkan nilai 1 dan katergori tidak baik di karenakan
indikator laba yang sangat sedikit dibanding angsuran pokok dan bunga jatuh
tempo. Penyebab laba operasi yang berjumlah sedikit di karenakan biaya usaha
dan biaya umum dan administrasi perusahaan sangat besar seperti halnya telah
di jelaskan pada rasio laba terhadap aktiva produktif.
Dari analisis rasio yang telah dilakukan juga terdapat beberapa rasio yang
mengalami penurunan nilai kinerja keuangan diantaranya sebagai berikut;
1. Rasio laba terhadap penjualan
67
Hasil analisis dari penilain kinerja keuangan rasio laba terhadap penjualan
selama 3 tahun (2000-2001) dapat di katergorikan baik dan cukup baik karena
nilai yang di dapatkan adalah 4 dan 3 yang di tunjukkan dengan perbandingan
sebagai berikut sebagai berikut;
a. Tahun 2000, laba penjualan yang hasilkan berjumlah Rp. 267.305.421,40
dengan penjualan yang di dapatkan Rp 1.623.060.447,00 dengan nilai
kinerja yang di dapatkan yaitu 4 dengan katergori baik.
b. Tahun 2001, laba penjualan yang hasilkan berjumlah Rp. 273.093.183,18
dengan penjualan yang di dapatkan Rp 1.987.723.381,00. penjualan
menunjukkan adanya kenaikan tapi biaya operasi usaha yang luar bisa
mencapai Rp. 200.000.000 lebih sehingga laba yang di hasilkan
mengalami kenaikan yang tidak sebanding dengan kenaikan jumlah
penjualan tahun 2000 sehingga nilia kinerja mengalami penurunan menjadi
3 dengan kategori cukup baik.
c. Tahun 2002, laba penjualan yang hasilkan berjumlah Rp. 256.720.963,00
dengan penjualan yang di dapatkan Rp 2.411.811.491,00. penjualan
menunjukkan adanya kenaikan tapi biaya operasi usaha yang luar bisa
mencapai Rp. 300.000.000 lebih sehingga laba yang di hasilkan mengalami
penurunan di banding tahun 2001 sehingga nilai kinerja yang di dapatkan
hanya mendapat nilai 3 dengan kategori cukup baik.
2. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi.
Dari analisis penilaian kinerja yang telah dilaksanakan ternyata hasil rasio
biaya operasi terhadap pendapatan operasi juga mangalami penururun dari
68
nilai 3 menjadi nilai 2. Berikut akan ditunjukkan perbandingan rasio yang
telah dianalisis selama tiga tahun antara lain;
a. Tahun 2000, dengan biaya operasi yang di keluarkan sejumlah Rp.
1.355.491.472,55 perusahaan dapat mencapai penjualan 1.623.060.447,00
sehingga dalam rasio yang dihasilkan mendapatkan nilai 3 dengan kategori
cukup baik.
b. Tahun 2001, biaya operasi yang di gunakan sejumlah Rp.
1.742.744.015,37 dengan penjualan yang di dapatkan sebanyak Rp
1.987.723.381,00 sehingga rasio yang di hasilkan mendapatkan nilia 2
dengan kategori kurang baik, hal ini disebabkan jumlah penjualan yang
naik tapi jumlah biaya operasi juga menalami kenaikan luar biasa mencapai
Rp 200.000.000 lebih
c. Tahun 2002, biaya operasi yang di gunakan sejumlah Rp.
2.178.492.305,12 dengan penjualan yang di dapatkan sebanyak Rp
2.411.811.491,00 sehingga rasio yang di hasilkan mendapatkan nilia 2
dengan kategori kurang baik, hal ini disebabkan jumlah penjualan yang
naik tapi jumlah biaya operasi juga menalami kenaikan luar biasa mencapat
300.000.000 lebih
Dari analisa kinerja yang telah di lakukan terdapat beberapa rasio yang
mendapatkan nilai tetap dengan katergori baik dan sangat baik antara lain;
1. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
2. Rasio Total Aktiva terhadap Total Utang.
3. Rasio Aktiva produktif terhadap penjualan air
69
4. Jangka waktu penagihan piutang
5. Efektifitas penagihan
Kelima rasio tersebut dalam penilaian kinerja dapat di nyatakan baik dan
sangat baik, berarti dari kelima indikator diatas telah mencapai batas maksimum
menurut ketentuan Pedoman Pemantauan dan Penilaian Kinerja Keuangan PDAM
yang di keluarkan oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor:47 tahun 1999.
70
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab IV (empat) mengenai analisis penilaian kinerja keuagan pada PDAM Kabupaten Sukoharjo dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Hasil penilaian yang telah di laksanakan terhadap kinerja keuangan yang
telah di capai selama 3 tahun (2000 – 2002) adalah 34,33,32 dengan
kategori panilaian KURANG BAIK .
2. Dari 10 indikator penilaian kinerja, ada 2 indikator yang mempunyai nilai
rendah dengan kategori tidak baik. Yaitu;
a. Rasio Aktiva lancar terhadap Utang lancar dengan rasio yang
dihasilkan 0.86, 0.34, 0.39 dan nilai kinerja 1, 1, 1.
b. Rasio laba operasi sebelum biaya penyusutan terhadap angsuran pokok
dan bunga jatuh tempo dengan rasio yang dihasilkan 0.63, 0.25, 0.16
dan nilai kinerja 1, 1, 1.
3. Dari 10 indikator penilaian kinerja, ada 2 indikator yang mengalami
penurunan rasio dan nilai kinerja yang di dapatkan. Yaitu;
a. Rasio laba terhadap aktiva produktif dengan rasio yang di hasilkan
4.97%, 5.20%, 4.80% dan nilai kinerja 3, 3, 3.
b. Rasio laba terhadap penjualan dengan rasio yang di hasilkan 16.47%,
13.74%, 10.64% dan nilai kinerja 4, 3, 3.
c. Rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi dengan rasio yang
dihasilkan 0.84, 0.88, 0.90 dan nilai kinerja 3, 2, 2.
71
4. Dari 10 indikator penilaian kinerja, ada 5 indikator yang telah mencapai
nilia maksimum dengan katergori baik sekali dan baik yaitu;
a. Rasio aktiva produktif terhadap penjualan air dengan nilai rasio yang
di hasilkan 3.39, 3.28, 2.76 dan nilai kinerja 4, 4, 4.
b. Rasio utang jangka panjang tehadap ekuitas dengan nilai rasio yang
dihasilkan 0.39, 0.35, 0.33 dan nilai kinerja 5, 5, 5.
c. Rasio Total aktiva terhadap Total Hutang dengan rasio yang dihasilkan
2.95, 2.46, 2.17 dan nilai kinerja 5, 5, 5.
d. Jangka waktu penagihan piutang dengan rasio yang didapatkan 29.23,
34,71. 51.42 dan nilai kinerja 5, 5, 5.
e. Efektivitas penagihan dengan rasio yang didapatkan 98.90, 98.71,
96.17 dan nilai kinerja 5, 5, 5.
B. SARAN
1. Untuk meningkatkan laba perusahaan sebaiknya melakukan peningkatan
pendapatan PDAM, diantaranya malalui peningkatan jumlah sambungan
pelanggan, menekan kehilangan air, mengoptimalkan kapasitas telah
dimiliki. Perusahaan disarankan melakukan efisiensi dan efektifitas
penggunaan dana terutama dalam pengeluaran operasional melalui
disiplin anggaran dan realisasi, dengan menekankan pengeluaran yang
tidak perlu. Dengan demikian akan dapat meningkatkan beberapa
indikator penialaian kinerja diantarannya;
a. Rasio Laba terhadap Aktiva Produktif
72
b. Rasio Laba terhadap Angsuran pokok dan Bunga jatuh termpo
c. Rasio Laba terhadap Penjualan.
d. Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi.
e. Rasio Aktiva Produktif terhadap Penjualan air.
2. Dalam memperbaiki Rasio Aktiva Lancar terhadap Utang Lancar dan
Rasio Laba Angsuran Pokok dan Bunga jatuh tempo, PDAM di sarankan
merubah struktur kekayaan yang ada pada neraca perusahaan dengan
beberapa alternatif diantaranya;
a. Manambah aktiva lancar dengan mengambil aktiva lain lain yang
terdiri dari persediaan bahan instalasi dan sambungan yang akan di
terima.
b. Menambah aktiva lancar dengan Modal dan Cadangan yang dimiliki
perusahaan yang terdiri dari Modal pemerintah pusat, modal
pemerintah daerah, dan hibah
c. Membayar utang jangka pendek yang berupa bunga dengan menjual
aktiva lain lain yang terdiri dari persediaan bahan instalasi dan
sambungan yang akan di terima.
3. Untuk meningkatkan dan mempertahankan beberapa indikator penilaian
kinerja yang terdiri dari Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
dan Rasio Total Aktiva terhadap Total Hutang sebaiknya PDAM
mengadakan perubahan struktur kekayaan dengan melunasi semua
hutang jangka panjang dengan Modal dan cadangan yang dimiliki
73
perusahaan atau menjual aktiva lain lain yang berupa persediaan bahan
instalasi untuk dapat mengurangi hutang yang dimiliki perusahaan.
4. Untuk meningkatkan dan mempertahankan indikator penilaian kinerja
yang terdiri dari jangka waktu penagihan piutang dan efektifitas
penagihan, PDAM sebaiknya dengan cara;
a. Menegur para pelanggan serta melakukan penyuluhan kepada para
pelanggan air minum, sehingga sadar akan kewajibannya untuk
membayar rekening air minum tepat waktu.
b. Secara aktif melakukan penagihan langsung kepada pelanggan yang
menunggak dengan penerapan sangsi denda dan penerapan sangsi
penutupan sambungan air minum sesuai dengan ketentuan.