Jurnal Penelitian, Maret 2015 ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN Diah Winiarti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sematera Utara Abstract This study aimed to analysis of availability, consumption, the ratio of strategic food availability and comsuption and consumption patterns. Research in Medan. Sampling method using Multistages Sampling. Methods of analysis using descriptive analysis, ratio, average percentage of expenditure. The results of the study a total of startegic food security for rice in 2009 to 396.587 tons, 11.865 tons of cow meat, 5.069 tons of red chili, and 11.051 tons of red union. in 2011 to 321.870 tons of rice, 7.920 tons of cow meat, to 24.992 tons of red chili, 19.268 tons of red union. in 2013 to 257.235 tons of rice, to 9.845 tons of cow meat, to 10.355 tons of red chili, and to 8.166 tons of red union. Total food consumption strategic in 2009 to 298.401 tons of rice, to 11.272 tons of cow meat, to 4.766 tons of red chili, to 10.756 tons of red union. In 2011 to 210.429 tons of rice, to 7.522 tons of cow meat, to 23.484 tons of red chili, and to 17.611 tons of red union. In 2013 to 229.792 tons of rice, to 1.490 tons of cow meat, to 9.729 tons of red chili, and to 7.464 tons of red union. The ratio of strategic food availability in 2009 lasting only rice food, food security in 2011 also on rice and food security in 2013 shifted to the cow meat. Patterns of consumption with the average total consumption expenditure of strategic food that is Rp. 336. 612/RT/Month. Keywords : Availability, Consumption, Ratio, and Comsumption Patterns Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui analisis ketersediaan, konsumsi, rasio ketersediaan dan konsumsi pangan strategis dan pola konsumsi. Penelitian di Kota Medan. Metode penarikan sampel menggunakan Multistages sampling. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif, rasio, Persentase rata-rata pengeluaran. Hasil penelitian total ketersediaan pangan strategis untuk beras tahun 2009 yaitu 396.587 ton, daging sapi 11.865 ton, cabai merah 5.069 ton, dan bawang merah 11.051 ton. Tahun 2011 untuk beras 321.870 ton, daging sapi 7.920 ton, cabai merah 24.992 ton, dan bawang merah 19.268 ton. Tahun 2013 untuk beras 257.235 ton, daging sapi 9.845 ton, cabai merah 10.355 ton, dan bawang merah 8.166 ton. Total konsumsi pangan strategis tahun 2009 untuk beras yaitu 298.401 ton, daging sapi 11.272 ton, cabai merah 4.766 ton, dan bawang merah 10.756 ton. Tahun 2011 untuk beras 210.429 ton, daging sapi 7.522 ton, cabai merah 23.484 ton, dan bawang merah 17.611 ton. Tahun 2013 untuk beras 229.792 ton, daging sapi 1.490 ton, cabai merah 9.729 ton, dan bawang merah 7.464 ton. Rasio ketersediaan pangan strategis tahun 2009 tahan pangan hanya beras, Tahun 2011 tahan pangan juga pada beras. Tahun 2013 tahan pangan bergeser pada daging sapi. Pola konsumsi masyarakat dengan total rata-rata pengeluaran konsumsi pangan strategis yaitu sebesar Rp. 336.612/RT/Bulan. Kata Kunci : Ketersedian, Konsumsi, Rasio dan Pola konsumsi
14
Embed
ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN … Winiarti.pdfJurnal Penelitian, Maret 2015 ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN Diah Winiarti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Jurnal Penelitian, Maret 2015
ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN
STRATEGIS DI KOTA MEDAN
Diah Winiarti
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sematera Utara
Abstract
This study aimed to analysis of availability, consumption, the ratio of strategic food
availability and comsuption and consumption patterns. Research in Medan. Sampling method
using Multistages Sampling. Methods of analysis using descriptive analysis, ratio, average
percentage of expenditure. The results of the study a total of startegic food security for rice in
2009 to 396.587 tons, 11.865 tons of cow meat, 5.069 tons of red chili, and 11.051 tons of red
union. in 2011 to 321.870 tons of rice, 7.920 tons of cow meat, to 24.992 tons of red chili, 19.268
tons of red union. in 2013 to 257.235 tons of rice, to 9.845 tons of cow meat, to 10.355 tons of
red chili, and to 8.166 tons of red union. Total food consumption strategic in 2009 to 298.401
tons of rice, to 11.272 tons of cow meat, to 4.766 tons of red chili, to 10.756 tons of red union.
In 2011 to 210.429 tons of rice, to 7.522 tons of cow meat, to 23.484 tons of red chili, and to
17.611 tons of red union. In 2013 to 229.792 tons of rice, to 1.490 tons of cow meat, to 9.729
tons of red chili, and to 7.464 tons of red union. The ratio of strategic food availability in 2009
lasting only rice food, food security in 2011 also on rice and food security in 2013 shifted to the
cow meat. Patterns of consumption with the average total consumption expenditure of strategic
food that is Rp. 336. 612/RT/Month.
Keywords : Availability, Consumption, Ratio, and Comsumption Patterns
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui analisis ketersediaan, konsumsi, rasio ketersediaan
dan konsumsi pangan strategis dan pola konsumsi. Penelitian di Kota Medan. Metode penarikan
sampel menggunakan Multistages sampling. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif,
rasio, Persentase rata-rata pengeluaran. Hasil penelitian total ketersediaan pangan strategis
untuk beras tahun 2009 yaitu 396.587 ton, daging sapi 11.865 ton, cabai merah 5.069 ton, dan
bawang merah 11.051 ton. Tahun 2011 untuk beras 321.870 ton, daging sapi 7.920 ton, cabai
merah 24.992 ton, dan bawang merah 19.268 ton. Tahun 2013 untuk beras 257.235 ton, daging
sapi 9.845 ton, cabai merah 10.355 ton, dan bawang merah 8.166 ton. Total konsumsi pangan
strategis tahun 2009 untuk beras yaitu 298.401 ton, daging sapi 11.272 ton, cabai merah 4.766
ton, dan bawang merah 10.756 ton. Tahun 2011 untuk beras 210.429 ton, daging sapi 7.522 ton,
cabai merah 23.484 ton, dan bawang merah 17.611 ton. Tahun 2013 untuk beras 229.792 ton,
daging sapi 1.490 ton, cabai merah 9.729 ton, dan bawang merah 7.464 ton. Rasio ketersediaan
pangan strategis tahun 2009 tahan pangan hanya beras, Tahun 2011 tahan pangan juga pada
beras. Tahun 2013 tahan pangan bergeser pada daging sapi. Pola konsumsi masyarakat dengan
total rata-rata pengeluaran konsumsi pangan strategis yaitu sebesar Rp. 336.612/RT/Bulan.
Kata Kunci : Ketersedian, Konsumsi, Rasio dan Pola konsumsi
Jurnal Penelitian, Maret 2015
PENDAHULUAN
Pangan adalah hak asasi manusia.
Orientasi dalam mengkonsumsi pangan
telah bergeser dari perhatian pada komoditas
menjadi perhatian pada nutrisi dan gizi.
Kebutuhan nutrisi oleh tubuh hanya dapat
dipenuhi dengan mengkonsumsi beraneka
ragam pangan. Untuk meningkatkan
ketahanan pangan perlu memperhatikan
sumber daya, kelembagaan dan budaya
lokal, yang salah satunya dilakukan dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi beranekaragam pangan atau
memperbaiki pola konsumsinya dengan
prinsip gizi seimbang guna membentuk
sumber daya manusia yang sehat, aktif, dan
produktif.1
Pola konsumsi pangan dipengaruhi
oleh banyak faktor dan pemilihan jenis
maupun banyaknya pangan yang dimakan,
dapat berlainan dari masyarakat ke
masyarakat dan dari negara ke negara. Akan
tetapi, faktor- faktor yang tampaknya akan
mempengaruhi konsumsi pangan dimana
saja di dunia adalah (1) jenis dan banyaknya
pangan yang diproduksi dan tersedia, (2)
Tingkat pendapatan, (3) Pengetahuan gizi.
Apabila jumlah pangan yang ditanam tidak
cukup untuk memberikan makan penduduk
suatu negara, maka resiko kurang gizi akan
tinggi dan gangguan gizi meningkat. Hal ini
menyebabkan keadaan kesehatan buruk dan
produktivitas rendah tidak hanya pada
tingkat lokal tetapi juga pada tingkat
nasional. Oleh sebab itu ahli pertanian
mempunyai peranan sangat penting dalam
pengembangan dan pelaksanaan program
pangan dan gizi. Produksi pangan yang lebih
banyak dan jenis yang beragam, merupakan
langkah pertama menuju ketersediaan
pangan yang cukup untuk penduduk.2
Ketersediaan pangan yang cukup
untuk seluruh penduduk di suatu wilayah
belum menjamin terhindarnya penduduk
dari masalah pangan dan gizi. Kebutuhan
pangan untuk konsumsi rumah tangga
merupakan hal pokok dalam kelangsungan
hidup. Untuk itu, selain ketersediaannya
juga perlu diperhatikan pola konsumsi
rumah tangga atau keseimbangan kontribusi
diantara jenis pangan yang dikonsumsi,
sehingga dapat memenuhi standar gizi yang
dianjurkan. Pola konsumsi pangan rumah
tangga dipengaruhi oleh pola makan
sebagian besar penduduk, ketersediaan
bahan pangan, dan tingkat pendapatan.
Ketersediaan dan konsumsi pangan dapat
menjadi masalah utama yang disebabkan
oleh adanya kekurangan pemenuhan
kebutuhan konsumsi semestinya dimana
pada akhirnya untuk memenuhi ketersediaan
pangan Kota Medan diperlukan adanya
cadangan makanan.3
Cadangan pangan dalam pemenuhan
ketersediaan pangan Kota Medan
merupakan komponen yang sangat penting
dalam penyediaan pangan yang cukup,
beragam, bergizi dan berimbang, baik secara
kuantitas maupun secara kualitas,
merupakan pondasi yang sangat penting
dalam pembangunan sumber daya manusia
suatu bangsa. Kekurangan pangan
berpotensi memicu keresahan berdampak
kepada masalah sosial, keamanan, dan
ekonomi. Pemenuhan pangan yang cukup
dan berkualitas bagi seluruh penduduk
merupakan salah satu tujuan pembangunan
pertanian. Disisi lain penyediaan tersebut
telah dipenuhi dengan baik seperti yang
telah diciri kan oleh pencapaian
keberhasilan mempertahankan swasembada
beras dan peningkatan ketersediaan pangan
lainnya.
Jurnal Penelitian, Maret 2015
Tabel 1. Banyaknya Poduksi, Barang Masuk (Impor), Barang Keluar (Ekspor) Dan Persediaan
Domestik Bahan Pangan Strategis Kota Medan Tahun 2013
No Bahan pangan
strategis
Produksi
(Keluaran)
Perubahan
Stock
Barang Masuk
(Impor)
Barang Keluar
(Ekspor)
Persediaan
Domestik
1 Beras 9.866 9.762 413.350 175.743 237.711
2 Bawang Merah - - 21.877 13.711 8.166
3 Cabe Merah 161 - 10.668 476 10.353
4 Daging Sapi 1.070 2 8.773 - 1.569
Sumber: BKP Medan, 2014
Dilihat dari tabel di atas bahwa Impor
bahan pangan strategis Kota Medan yang
terbesar adalah dari jenis pangan beras yakni
sebesar 413.350 ton, urutan kedua jenis
bahan pangan berasal dari bawang merah
yakni sebesar 21. 877 ton dan yang terkecil
adalah daging sapi yakni sebesar 8.773 ton.
Ekspor bahan pangan strategis yang terbesar
adalah dari jenis bahan pangan beras yakni
sebesar 175.743 ton, urutan kedua jenis
bahan pangan berasal dari bawang merah
yakni sebesar 13.711 ton dan yang terkecil
adalah daging sapi karena tidak ada yang
diekspor dan dapat dilihat bahwa persediaan
pangan strategis yang terbanyak yaitu pada
beras.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Dan Laju
Pertumbuhan Penduduk
Tahun Jumlah
Penduduk
Laju
Pertumbuhan
Penduduk (%)
2009 2.121.053 0,90
2010 2.097.710 (1,10)
2011 2.117.224 0,93
2012 2.122.804 0,26
2013 2.135.516 0,60
Sumber : BKP Medan, 2014
Berdasarkan data BPS Kota Medan
diketahui ada penurunan jumlah penduduk
Kota Medan dari 2.121.053 jiwa pada tahun
2009 menjadi 2.097.710 jiwa pada tahun
2010 (hasil Sensus Penduduk tahun 2010
penduduk Kota Medan) dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar -1,10%.
Sedangkan pada tahun 2011, jumlah
penduduk Kota Medan mengalami
peningkatan menjadi 2.117.224 jiwa atau
tumbuh sebesar 0,93% dari tahun
sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2012
penduduk Kota Medan sebanyak 2.122.804
jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 0,26% dari tahun sebelumnya. Laju
pertumbuhan penduduk Kota Medan tahun
2013 sebesar 0,60% dari tahun sebelumnya
yakni menjadi 2.135.516 Jiwa.
Pemenuhan kebutuhan pangan dapat
dilihat dari total konsumsi penduduk Kota
Medan yang dapat diketahui dengan
mengalikan konsumsi pangan per orang
dengan jumlah penduduk. Pemenuhan
pangan dipengaruhi oleh adanya
peningkatan jumlah penduduk. Hal ini
berarti jika jumlah penduduk meningkat
maka kebutuhan konsumsi akan meningkat
yang akhirnya menyebabkan kebutuhan
akan pangan meningkat pula. Oleh sebab itu
ketersediaan pangan menjadi suatu hal yang
penting untuk diperhatikan.
Dengan demikian, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Rasio Ketersediaan Pangan
Dan Konsumsi Pangan di Kota Medan”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode penelitian
yang ditunjukkan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung saat ini atau saat yang lampau.
Penelitian deskriptif dapat mendeskripsikan
suatu keadaan saja, tetapi dapat juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-
tahapan perkembangannya.
Metode penentuan daerah penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive).
Lokasi penelitian bertempat di Kota Medan.
Jenis penelitian deskriptif ini
menggambarkan dan menganalisa
ketersediaan pangan dan konsumsi pangan
di Kota Medan, dengan empat komoditas
pangan strategis di Kota Medan
Jurnal Penelitian, Maret 2015
Penentuan sampel penelitian ini
adalah dengan cara proportionate stratified
random sampling yaitu mengambil sampel
secara strata acak sederhana berdasarkan
banyaknya jumlah. Populasi dalam
penelitian ini adalah petani yang melakukan
konversi lahan pertanian baik itu yang
melakukan sebagian konversi, maupun
melakukan konversi seluruhnya.
Populasi pada penelitian ini adalah
rumah tangga di Kota Medan sebanyak
493.366 RT dengan asumsi bahwa rumah
tangga tersebut mengkonsumsi pangan
strategis seperti beras, cabai merah, bawang
merah, dan daging sapi. Penentuan sampel
dilakukan dengan cara pengambilan
bertahap ganda (Multistages Sampling)
yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
melalui tahap-tahap dengan menggunakan
dua atau lebih tahapan.4
Tahapan-tahapan pelaksanaan yaitu
sebagai berikut :
1. Di Kota Medan secara sengaja
(purposive) dipilih 3 (tiga) kecamatan
yaitu Kecamatan Medan Deli, Medan
Marelan, dan Medan Helvetia dengan
berdasarkan pertimbangan bahwa
kecamatan yang dipilih dapat
mewakili secara demografis dan
jumlah rumah tangga yang terbanyak
sehingga mempengaruhi tingkat
konsumsi dan pola konsumsi nya.
2. Dari kecamatan terpilih secara sengaja
(purposive) diperoleh populasi jumlah
sebanyak 105.427 RT.
3. Penarikan responden dilakukan secara
acak sederhana (simple random
sampling), yaitu setiap kecamatan
diambil responden sesuai jumlah
sampel setiap lokasi penelitian
sehingga secara keseluruhan sampel
yang dapat mewakili populasi
berjumlah 75 rumah tangga
(responden). Dengan asumsi bahwa
rumah tangga tersebut mengkonsumsi
beras, cabai merah, bawang merah dan
daging sapi.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini terdiri dari data sekunder dan
data primer. Data primer diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada petani sebagai
responden dengan menggunakan daftar
pertanyaan (questioner) yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi-instansi
terkait.
Menyelesaikan masalah satu yaitu
bagaimana mengetahui tingkat ketersediaan
pangan strategis di Kota Medan, digunakan
analisis deskriptif dengan cara melihat data
ketersediaan pangan strategis di Kota
Medan. Data tersebut bersumber dari Badan
Ketahanan Pangan Kota Medan Ketersediaan pangan wilayah untuk