DAFTAR ISIDAFTAR ISIiBAB I1PENDAHULUAN11.1.Latar
Belakang11.2.Tujuan dan
Sasaran11.2.1.Tujuan11.2.2.Sasaran11.3.Ruang Lingkup21.3.1.Ruang
Lingkup Wilayah21.3.2.Ruang Lingkup Materi21.4.Sistematika
Penulisan2BAB II3KAJIAN LITERATUR32.1.Analisis
Skalogram32.2.Analisis Indeks Sentralis Marshal5BAB III6GAMBARAN
UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG63.1.Kondisi
Geografis63.2.Kependudukan6BAB IV8ANALISIS SKALOGRAM DAN ISM
KABUPATEN TEMANGGUNG84.1.Analisis Skalogram84.2.Analisis Indeks
Sentralis Marshal11BAB
V16PENUTUP165.1.Kesimpulan165.2.Rekomendasi16DAFTAR PUSTAKA18
18
BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPermukiman adalah bagian
permukaan bumi yang dihuni oelh manusia yang meliputi segala
prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan masyarakat yang
menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal mereka. Secara
umum,faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
permukiman adalah faktor fisik,sosial, budaya, ekonomi, politik dan
faktor-faktor lainnya. Dasar teori dari sitem pusat permukiman
adalah central place teori serta range of goods serta threshold.
Analisis sistem pusat permukiman pada dasarnya ada dua elemen,
yaitu daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Pada daerah perdesaan
pola permuukimannya dipengaruhi oelh pertanian,permukiman yang
rapat dan cenderung berkembag pada daerah yang memiliki tanah yag
subur. Sedangkan daerah perkotaan adalah daerah yang bersifat non
agraris, bersifat persaingan dalam menggunakan ruang lebih intensif
daripada perdesaan. Analisis sistem permukiman berfungsi untuk
membuat analisis tentang sistem kota. Selain itu juga berfungsi
untuk mengetahui hirarki dan fungsi sistem permukiman. Alat
analisis yang digunakan antara lain analisis Skalogram Guttman dan
Analisis Sentralitas Marshall. Teknik skalogram digunakan untuk
memberikan gambaran adanya pengelompokan permukiman sebagai pusat
pelayanan dengan mendasarkan pada kelengkapan fungsi pelayanannya.
Sedangkan analisis indeks sentralitas marshall merupakan
penghitungan skor dengan menjumlahkan nilai indeks sentralitasnya
dari tiap-tiap fasilitas yang dimiliki dan didasarkan pada urutan
kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Berdasarkan teori dan
pemahaman tersebut kemudian dilakukan analisis mengenai sistem
pusat permukiman di Kabupaten Temanggung menggunakan analisis
skalogram dan indeks sentralitas marshall. Hal tersebut dilakukan
guna mengetahui dan menentukan hirarki-hirarki pusat pelayanan
diantara kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung.
1.2. Tujuan dan SasaranTujuan dan sasaran dalam laporan ini
adalah sebagai berikut.1.2.1. TujuanTujuan dari laporan ini adalah
mengidentifikasi pusat pelaynan permukiman di Kabupaten Temanggung
dengan menggunakan dua metode yaitu skalogram dan indeks sentralis
marshal.1.2.2. SasaranSasaran yang akan dicapai adalah sebagai
berikut.a. Mengetahui jenis dan jumlah fasilitas yang berhirarki di
Kabupaten Temanggung.b. Menganalisis data tersebut dengan
menggunakan metode skalogram dan indeks sentralis marshal.c.
Menganalisis pusat pelayanan permukiman di Kabupaten
Temanggung.
1.3. Ruang Lingkup1.3.1. Ruang Lingkup WilayahRuang lingkup
wilayah dalam laporan ini adalah Kabupaten Temanggung dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut.Utara: Kabupaten Kendal dan
Kabupaten SemarangSelatan: Kabupaten MagelangBarat: Kabupaten
WonosoboTimur: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang1.3.2.
Ruang Lingkup MateriRuang lingkup materi dalam laporan ini adalah
analisis pusat permukiman dengan metode skalogram dan metode indeks
sentralis marshal.
1.4. Sistematika PenulisanSistematika penulisan dalam laporan
ini adalah sebagai berikut.Bab I PendahuluanBab ini terdiri dari
latar belakang penulisan laporan, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
baik ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi, dan
sistematika penulisan.Bab II Kajian LiteraturKajian literatur
berisi tentang pengertian analisis skalogram dan indeks sentralis
marshal.Bab III Gambaran Umum Kabupaten TemanggungBab ini
mendiskripsikan gambaran umum dalam ruang lingkup wilayah studi
yaitu Kabupaten Temanggung. Gambaran umum tersebut terdiri dari
kondisi geografis, kependudukan,Bab IV Analisis Skalogram dan ISM
Kabupaten TemanggungBab ini berisi tentang analisis skalogram dan
indeks sentralis marshal di Kabupaten Temanggung.Bab V PenutupBab
terakhir ini membahas kesimpulan dan rekomendasi dari pembahasan
yang ada di laporan.
BAB II KAJIAN LITERATUR2.1. Analisis SkalogramMetode skalogram
adalah metode paling sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan
analisis fungsi wilayah, karena hanya menunjukkan daftar dari
komponen-komponen pendukungnya. Komponen-komponen yang dibutuhkan
biasanya meliputi :1. data pemukiman wilayah yang ditinjau;2.
jumlah penduduk/populasi masing-masing pemukiman;3. data
fungsi/fasilitas pelayanan yang terdapat pada setiap
pemukiman.Berdasarkan daftar tersebut, dapat dihitung rasio dari
jumlah fungsi pelayanan yang ada dengan jumlah penduduk, baik dalam
skala kabupaten maupun skala setiap wilayah/kecamatan (Riyadi dan
Bratakusumah, 2005).Metode sklagoram ini sering juga disebut
sebagai metode analisis skala Guttman. Menurut Soenjoto yang
dikutip dari (Dias, 1997), metode analisis skala Guttman merupakan
suatu teknik skala, yang memiliki sedikit perbedaan dengan
teknik-teknik skala lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada
persyaratan-persyaratan yang diajukan Guttman dalam membentuk
skalanya. Persyaratan-persyaratan tersebut merupakan sifat-sifatnya
yaitu :a. variabel-variabel (pernyataan-pernyataan) dalam suatu set
pernyataan harus homogen (undimensional) atau memiliki ketunggalan
dimensi. Artinya skala sebaiknya hanya mengukur satu dimensi saja
dari variabel yang memiliki banyak dimensi. Misalnya, walaupun
variabel nilai anak mempunyai dimensi ekonomi, dimensi psikologi,
dan dimensi sosial, namun suatu skala nilai anak sebaiknya hanya
mengukur salah satu dimensi saja.b. seperangkat variabel-variabel
dalam suatu set pernyataan harus bersifat kumulatif, yang berarti
pernyataan-pernyataan mempunyai bobot yang berbeda, dan apabila
seorang responden menyetujui pernyataan yang lebih berat bobotnya,
maka dia diharapkan akan menyetujui pernyataan-pernyataan yang
lebih rendah/ringan.Untuk lebih memahami tentang
persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Guttman seperti tersebut
di atas, berikut ini diberikan suatu contoh. Contoh ini merupakan
salah satu dari tiga perangkat variabel yang digunakan dalam
mengukur ketiga fungsi. Variabel-variabel tersebut ialah sebagai
berikut: 1) Jumlah penduduk pusat perkembangan kota (kota
kecamatan); 2) jumlah tenaga kerja di sektor perkotaan, yang
mencakup tenaga kerja sektor perdagangan, industri, jasa dan
pegawai negeri; 3) jumlah sekolah lanjutan pertama; 4) jumlah
sekolah lanjutan atas, 5) jumlah akademi dan perguruan tinggi.Dari
variabel-variabel tersebut di atas, jelas bahwa seperangkat
variabel tersebut memiliki sifat-sifat homogen dan kumulatif. Semua
variabel berusaha untuk dapat mengukur objek tunggal guna mengukur
tingkatan perkembangan pusat-pusat (ibukota-ibukota kecamatan), dan
variabel-variabel tersebut kemungkinan untuk dipunyai pada pusat
perkembangan, tersusun dari yang mudah didapat sampai ke tingkat
yang sulit didapat atau sebaliknya (sifat kumulatif).Cara menyusun
dan menetapkan ranking atau tingkatan kota-kota tersebut menurut
Budiharjo adalah sebagai berikut: a. wilayah kecamatan disusun
urutannya berdasarkan jumlah penduduk.b. kemudian kecamatan
tersebut disusun urutannya berdasarkan atas jumlah jenis fasilitas
sosial dan ekonomi yang tersedia.c. masing-masing jenis fasilitas
tersebut disusun urutannya pada semua wilayah yang memiliki jenis
fasilitas tertentu.d. ranking atau peringkat fasilitas sosial dan
ekonomi disusun urutannya berdasarkan atas jumlah unit fasilitas
tersebut.e. ranking kota kecamatan/wilayah ditentukan berdasarkan
jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang dimiliki oleh
masing-masing unit (Muzahar, 1997: 46).Kemudian dari contoh tadi,
diharapkan suatu pusat perkembangan akan cenderung memiliki
variabel 1 daripada 2, atau variabel 3 daripada 4. Hal ini
disebabkan menurut logika atau kebutuhan dan batas ambang
penduduknya bahwa suatu pusat terlebih dahulu memiliki penduduk
daripada tenaga kerja di sektor perkotaan, atau akan terlebih
dahulu membutuhkan SLTP daripada akademi dan perguruan tinggi. Jadi
dengan perangkat variabel-variabel tersebut, diharapkan setiap
pusat perkembangan dapat dinilai. Jika pusat tersebut memiliki
variabel 2 maka akan memiliki variabel 1, atau jika pusat tersebut
memiliki variabel 5, maka akan memiliki variabel 4 dan 3. Akan
tetapi jika pusat perkembangan memiliki variabel 1, maka tak akan
selalu memiliki variabel 2, 3, 4, dan 5.Lebih lanjut dalam
perhitungan metode ini dikenal cara penyusunan tabel skala Guttman
dengan tahapan sebagai berikut : 1) menyiapkan matriks data dasar,
yang mengandung jumlah objek penelitian dengan jumlah variabel yang
digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian, tingkat pelayanan
masyarakat, dan tingkat sumberdaya manusia; 2) perhitungan dengan
menggunakan titik potong (cutting point). Titik potong adalah suatu
nilai tertentu (ditentukan) untuk menetapkan batas antara
kelompok-kelompok objek penelitian yang memperlihatkan tingkatan
tiap objek penelitian terhadaap variabel-variabel yang ada. Jadi,
tingkat tiap-tiap objek penelitian ditentukan oleh besarnya jumlah
tiap-tiap variabel yang dimiliki pada objek-objek penelitian
tersebut. Dalam studi ini tingkatan tiap-tiap objek penelitian
terhadap variabel-variabelnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
tingkat tinggi, tingkat sedang, dan tingkat rendah.Interval Nilai =
Nilai Tertinggi Nilai Terendah.............................. (3)
3Selanjutnya, nilai masing-masing objek dimasukkan ke dalam tabel
skala Guttman. Sebelumnya tabel skala Guttman dibagi atas tiga
kolom penilaian, yaitu tinggi-sedang-rendah, dengan objek
penelitian sebagai barisnya. Tiap tingkatan nilai
tinggi-sedang-rendah memiliki skor tertentu. Susunan variabel dari
masing-masing kolom klasifikasi dapat diubah penempatannya,
tergantung hasil yang paling baik. Hasil dikatakan paling baik jika
memiliki coefficient of reproducibility yang mendekati 1 (atau >
0,9).Pada kenyataannyaa, pola skala Guttman yang sempurna jarang
sekali terjadi, dikarenakan adanya penyimpangan-penyimpangan dan
penyimpangan ini disebut error. Sempurna atau tidaknya skala
Guttman dapat ditunjukkan oleh coefficient of reproducibility,
yaitu merupakan suatu koefisien yang menunjukkan seberapa jauh
suatu skor yang diperoleh suatu objek penelitian benar-benar dapat
memberikan prediksi terhadap reaksi-reaksi objek-objek penelitian
dalam skala yang bersangkutan. Nilai dari koefisien ini bervariasi
dari 0 sampai 1. Menurut Soenjoto seperti dikutip Rinaldi
(2004:40), nilai koefisien yang makin mendekati nilai 1, akan
menunjukkan skala Guttman yang semakin sempurna, dan biasanya
koefisien yang bernilai lebih besar dari 0,9 dianggap menunjukkan
suatu skala yang berlaku.COR (coefficient of reproducibility) = (
frekuensi kesalahan ) x 100%.. (4) frekuensi
2.2. Analisis Indeks Sentralis MarshalAnalisis indeks
sentralitas Marshall digunakan untuk memberikan bobot pada
fasilitas yang ada. Dengan analisi ini dapat ditentukan hierarki
dari masing-masing kota. Untuk menentukan nilai sentralitas bobot
dapat dihitung dari persamaan berikut:C =C= Bobot dari atribut
suatu fasilitast = Nilai sentralitas gabunganT = Jumlah total
atribut fasilitasSetelah mengetahui nilai sentralitas, kita dapat
menentukan indeks sentralitas dengan mengalikanya dengan jumlah
fasilitas yang ada. Berdasarkan range yang kemudian dapat
ditentukan hierarki (tingkatan) masing-masig kota.
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG
3.1. Kondisi GeografisKabupaten Temanggung adalah salah satu
kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di 110023-11004630
BT dan 7014-703235 LS. Kabupaten Temanggung yang terdiri dari 20
kecamatan secara geoekonomis dilalui oleh tiga jalur pusat kegiatan
ekonomi yaitu Semarang (77 Km), Yogyakarta (64 Km), dan Purwokerto
(134 Km).Kabupaten Temanggung memiliki sifat iklim tropis dengan
dua musim yaitu musim kemarau antara BUlan April sampai dengan
September dan musim penghujan antara BUlan Oktober dan sampai
dengan Maret dengan curah hujan tahunan pada umumnya tinggi. Daerah
Kabupate Temanggung pada umumnya berhawa dingin dengan udara
pegungungan berkisar antara 200C-300C. Daerah berhawa sejuk
terutama di daerah Kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu (lereng Gunung
Sumbing), Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo serta Kecamatan
Candiroto.Permukaan wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dataran
tinggi. Pola topografi silayah secara umum mirip sebuah cekungan
atau depresi raksasa yang terbuka di bagian tenggara, di bagian
selatan dan Barta dibatasi oleh 2 guunung yaitu Gunung Sumbing
(3.260 mdpl) dan Gunung Sindoro (3.151 mdpl). Di bagian utara di
batasi oleh sebuah pegungungan yang membujur dari timur laut kea
rat tenggara. Dengan topografi semacam itu, Kabupaten Temangunggung
memiliki permukaan yang sangat beragam ditinjau dari ketinggian dan
luas wilayah/kawasan. Sebagian wilayah kapupaten berada pada
ketinggian 500 m-1.450 m (24,3%), luasan area ini merupakan daerah
lereng Gunung Sindoro dan Gungung Sumbing yang terhampar dari sisi
selatan, barat sampai dengan utara wilayah.
3.2. KependudukanJumlah penduduk Kapbupaten Temanggung terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 telah mencapai 739.874 jiwa.
Dengan laju pertumbuhan penduduk besarannya di bawah 1 persen
selama tiga tahun terakhir seperti tabel di bawah ini.Tabel III.1
Kependudukan Kabupaten Temanggung Tahun
2011-2013Uraian201120122013
Jumlah Penduduk727.184733.418739.873
Pertumbuhan Penduduk (%)0,760,860,88
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)835842850
Sex Rasio (%)199,55100,60100,57
Jumlah Rumah Tangga191.074192.080193.096
Rata-rata (jiwa/rumah tangga)3,813,823,83
Sumber: Statistik Kabupaten Temanggung,2014Secara umum jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Hal ini terlihat pada rasio perbandingan jenis kelamin
yang angkanya selalu lebih besar dari 100 persen dalam tiga tahun
terakhir.Dengan luas wilayah 870,65 km2 berarti setiap km2
rata-rata ditempati penduduk sebanyak 850 jiwa pada tahun 2013.
Untuk anggota rumah tangga dalam setiap rumah tangga terlihat
cenderung naik.Komposisi penduduk Kabupaten Temanggung didominasi
oleh penduduk muda/dewasa. Dasar piramida yang melebar baik untuk
penduduk laki-laki maupun perempuan menunjukkan bahwa angka
kelahiran di Kabupaten Temanggung masih cukup tinggi. Dari
komposisi penduduk, juga didapatkan rasio ketergantungan sebesar 46
persen, yang artinya setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun)
harus menanggung 46 orang tidak produktif (usia di bawah 15 tahun
dan di atas 65 tahun)
BAB IV ANALISIS SKALOGRAM DAN ISM KABUPATEN TEMANGGUNG
4.1. Analisis SkalogramKabupaten Temanggung terdiri atas 20
Kecamatan dengan persebaran tiap jumlah fasilitasnya berbeda-beda.
Dalam anialisis ini, fasilitas yang digunakan ada 16 fasilitas
diantaranya adalah fasilitas pendidikan yang terdiri atas
PAUD,TK,SD/MI sederajat,SMP/MTS sederajat,SMA/MAN sederajat dan
Perguruan Tinggi/Akademi. Fasilitas Kesehatan yang terdiri atas
PKD,Polindes,balai pengobatan,Puskesmas Pembantu,dan Rumah Sakit
Umum. Fasilitas perniagaan yang terdiri atas pasar desa dan pasar
daerah. Serta fasilitas peribadatan yang terdiri atas
mushola/langgar dan masjid. Berdasarkan hasil analisis Skalogram,
setelah datanya diurutkan berdasakan jumlah penduduk tertinggi dan
banyaknya fasilitas yang ada maka didapatkan eror (kesalahan)
sebesar 28 dengan jumlah total dari fasilitas yang ada sebesar 240.
Dengan demikian setelah dilakukan perhitungan COR (coeffisien of
reproducibility ) dengan rumus yang ada didapatkan COR sebesar
0.9125 yang artinya bahwa analisis skalogram ini dianggap layak
untuk menentukan orde pusat permukiman.Dalam menentukan pusat
permukiman tersebut digunakan perhitungan sebagai
berkut.Range/Jangkauan = Jumlah Terbesar-Jumlah Terkecil = 16-10
=6Orde pusat permukiman dibuat 4 orde yaitu I,II,III, dan IV dengan
pertimbangan semua nilai masuk ke dalam kelas tersebut.Interval
kelas = range : orde = 6 : 4 = 1.5Sehingga didapatkan kelas nya
adalah sebagai berikut: Tabel IV.1 Orde Hirarki Pusat Permukiman
dengan Analisis SkalogramORDE 1>14.5-16
ORDE 2>13.14.5
ORDE 3>11.5-13
ORDE 410-11.5
Sumber: Analisis Kelompok,2014
No
Kecamatan
Jumlah pendudukFasilitas
MusholaMasjidSD/MI sederajatTKPAUDPKDSMP/MTS
sederajatSMA/SMK/MAN sederajatPuskesmas PembantuPasar
DesaPuskesmasPolindesBalai PengobatanPasar DaerahRS
umumPT/AkademiJumlahKesalahanOrde Kota
5Temanggung79,6301111111111111111160I
13Kedu55,8561111111111110000120III
14Ngadirejo52,2301111111111110100132III
1Parakan51,1451111111111111111160I
10Pringsurat48,5101111111111111100140II
12Kandangan48,0891111111111101001132III
4Bulu46,2321111111111110010132III
9Kranggan45,2371111111111111100140II
11Kaloran41,0761111111111110000120III
16Gemawang31,8481111111111100000110IV
17Candiroto30,5941111111110110100122III
7Tembarak29,0311111111101100000102IV
15Jumo28,3921111111111100000110IV
2Kledung24,9881111111010110000104IV
20Wonoboyo24,5671111111011110000112IV
3Bansari22,3231111111100110000104IV
6Tlogomulyo22,2661111111011100000102IV
19Tretep19,8071111111011110000112IV
18Bejen19,6331111111010110000104IV
8Selopampang18,4191111111111100000110IV
Jumlah202020202020201518162014563324028
Sumber: Analisis Kelompok,2014Tabel IV.2 Analisis Skalogram
Hasil dari penentuan kelas tersebut kemudian digunakan untuk
menentukan orde dari masing-masing Kecamatan dengan hasil sebagai
berikut:Tabel IV.3 Jumlah Fasilitas dan Orde Tiap
KecamatanKecamatanJumlahOrde
Temanggung16I
Kedu12III
Ngadirejo13III
Parakan16I
Pringsurat14II
Kandangan13III
Bulu13III
Kranggan14II
Kaloran12III
Gemawang11IV
Candiroto12III
Tembarak10IV
Jumo11IV
Kledung10IV
Wonoboyo11IV
Bansari10IV
Tlogomulyo10IV
Tretep11IV
Bejen10IV
Selopampang11IV
Sumber:Analisis Kelompok,2014 Kemudian, setiap kecamatan yang
mempunyai orde yang sama dikelompokan menjadi seperti yang di bawah
ini.Tabel IV.4 Hierarki KecamatanOrdeKecamatan
ITemanggung dan Parakan
IIPringsurat dan Kranggan
IIIKedu, Ngadirejo, Kandangan, Bulu, Kaloran, Candiroto
IVGemawang, Tembarak, Jumo, Kledung, Wonoboyo, Bansari,
Tlogomulyo, Tretep, Bejen dan Selopampang
Sumber:Analisis Kelompok,2014
Gambar IV.1 Peta Hierarki Pusat Permukiman kabupaten Temanggung
dengan Metode Skalogram Sumber:Analisis Kelompok,2014 4.2. Analisis
Indeks Sentralis MarshalAnalisis ISM dilakukan dengan menggunakan
angka jumlah fasilitas yang ada kemudian ditentukan bobot dari
masing-masing fasilitas tersebut.Dalam menentukan bobot
masing-masing fasilitas menggunakan rumus C =
.FasilitasMusholaMasjidSD/MI sederajatTKPAUDPKDSMP/MTS
sederajatSMA/SMK/MAN sederajatPuskesmas PembantuPasar
DesaPuskesmasPolindesBalai PengobatanPasar DaerahRS
umumPT/Akademi
T154912825633092291581055040352422161043
t100100100100100100100100100100100100100100100100
C0.060.080.180.320.440.630.952.002.502.864.174.556.2510.0025.0033.33
Tabel IV.5 Bobot Tiap fasilitasSumber: Analisis
Kelompok,2014Gambar IV.2 Analisis Indeks Sentralis Marshal
Sumber:Analisis Kelompok,2014
Setelah diketahui bobot dari masing-masing fasilitas kemudian
mengalikan bobot dengan jumlah fasilitas untuk setiap kecamatan.
Kemudian hasilnya dijumlahkan per kecamatan untuk digunakan sebagai
penentu orde. Hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:Range =
jumlah tertinggi jumlah terendah = 220-36 = 184Sama seperti
analisis Skalogram sebelumnya, dalam analisi ISM ini menggunakan
empat orde dengan asumsi semua nilai masuk ke dalam kelas.Interval
kelas = range : orde = 184 : 4 = 46.03Sehingga didapatkan kelasnya
adalah sebagai berikut:Tabel IV.6 Orde Hirarki Pusat Permukiman
dengan Analisis ISMORDE 1174.08-220.11
ORDE 2128.06-174.08
ORDE 382.03-128.06
ORDE 436-82.03
Sumber:Analisis Kelompok,2014Hasil dari penentuan kelas tersebut
kemudian digunakan untuk menentukan orde dari masing-masing
Kecamatan dengan hasil sebagai berikut:Tabel IV.7 Jumlah Bobot dan
Orde Tiap KecamatanKecamatanJumlahOrde
Temanggung220I
Kedu61IV
Ngadirejo80IV
Parakan148II
Pringsurat117III
Kandangan105III
Bulu66IV
Kranggan92III
Kaloran86III
Gemawang56IV
Candiroto75IV
Tembarak49IV
Jumo51IV
Kledung41IV
Wonoboyo51IV
Bansari40IV
Tlogomulyo36IV
Tretep38IV
Bejen44IV
Selopampang43IV
Sumber:Analisis Kelompok,2014Kemudian, setiap kecamatan yang
mempunyai orde yang sama dikelompokan menjadi seperti yang di bawah
ini.Tabel IV.8 Hirarki KecamatanOrdeKecamatan
ITemanggung
IIParakan
IIIPringsurat, Kandangan, Kranggan, Kaloran
IVGemawang, Ngadirejo, Bulu, Kedu, Candiroto, Tembarak, Jumo,
Kledung, Wonoboyo, Bansari, Tlogomulyo, Tretep,Bejen dan
Selopampang
Sumber:Analisis Kelompok,2014
Gambar IV.3 Peta Hierarki Pusat Permukiman Kabupaten Temanggung
dengan Metode ISM
Sumber:Analisis Kelompok,2014BAB V PENUTUP5.1. KesimpulanDari
hasil analisis dengan dua metode diatas, didapatkan hasil bahwa
Kecamatan yang menempati orde pertama dalam perhitungan menggunakan
Saklogram dan ISM berturut-turut adalah Kecamatan Temanggung. Hal
ini dikarenakan karena Kecamatan Temanggung merupakan Ibu Kota dari
Kabupaten Temanggung dan merupakan daerah pusat pelayanan yang
melayani daerah-daerah lain dan juga daerahnya sendiri.5.2.
RekomendasiBerdasarkan Perda No 5 Tahun 2008 tentang RTRW Kabupaten
Temanggung pasal 33, bahwa:(1) Arahan pengembangan sistem pusat
permukiman perkotaan meliputi arahan terhadap fungsi pusat kegiatan
dan arahan terhadap penataan struktur ruang pusat-pusat permukiman
perkotaan.(2) Pengelolaan pusat permukiman perkotaan terkait dengan
pusat kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari pusat
kegiatan wilayah dan lokal, meliputi:a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
merupakan kawasan dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan pertama
dengan orientasi kegiatan berupa pemerintahan, perdagangan dan
jasa, pelayanan masyarakat dan lain yang termasuk PKL ini adalah
seluruh wilayah Kecamatan Temanggung.b. PKL I merupakan kawasan
perkotaan dengan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa,
permukiman, koleksi dan distribusi dengan skala pelayanan berupa
beberapa kecamatan yang termasuk kedalam PKL 1 adalah Kecamatan
Parakan, Ngadirejo, Kranggan, Pringsurat dan Kedu.c. PKL II
merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan menjadi kawasan
perkotaan dengan fungsi sebagai pusat produksi,pertanian dan
perkebunan dengan skala pelayanan beberapa kecamatan serta
menunjang kota dengan PKL I. Kecamatan yang masuk lingkup PKL II
adalah kecamatan Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto, dan
Selopampang.d. PKL III merupakan kawasan perdesaan yang
ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan yang memiliki fungsi sebagai
pusat produksi pertanian dengan skal lokal. PKL III terdiri atas
Kecamatan Bejen, Jumo, Tlogomulyo, Tembarak dan Kaloran.e. PKL IV
merupakan kawasan perdesaan yang ditingkatkan menjadi kawasan
perkotaan yang memiliki fungdi sebagai pusat produksi pertanian
dengan skala lokal. Kecamatan yang termasuk kedalam PKL IV adalah
Kecamatan Gemawang, Wonoboyo, Bansari, dan Tretepf. Pengembangan
Kawasan Perdesaan diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan untuk
mengurangi kesenjangan antara desa dan kota.
DAFTAR PUSTAKA
Dias, R. d. (1997). Studi Analisis Penentuan Lokasi Ibukota
Kabupaten dati II Pekalongan. Bandung: TA Jurusan Perencanaan
Wilayah dan Kota ITB.Daerah, P. (2008). Paten No. Perda No 5 Tahun
2008 tentang RTRW Kabupaten TemanggungRiyadi dan Bratakusumah, D.
S. (2005). Perencanaan Pembangunan Daerah: Starategi Menggali
Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.Sumaatmaja, N. (1988). Studi Geografi Pendekatan dan
Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.Temanggung, B. K. (2014).
Statistk Daerah Kabupaten Temangung 2014. Temanggung: BPS Kabupaten
Temanggung.Temanggung, B. K. (2014). Temanggung dalam Angka 2014.
Temanggung: BPS Kabupaten Temanggung.Peta Kepadatan Penduduk
Kabupaten Temanggung. Diunduh dari studio3bkedu.blogspot.com Sabtu,
6 Desember 2014