Top Banner
1 ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI BELIMBING (Averrhoa carambola L) DI KECAMATAN KENCONG KABUPATEN JEMBER ANALYSIS OF PRODUCTION AND PROFIT OF STARFRUIT FARMING (averrhoa carambola L) IN KENCONG DISTRICT JEMBER REGENCY Dhany Adi Prabowo 1 , Henik Prayuginingsih 2 & Syamsul Hadi 2 1 Alumni Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember 2 Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember Email: [email protected] ABSTRAK Belimbing adalah produk hortikultura yang memiliki prospek ekonomi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi apakah usahatani di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember menguntungkan, 2) mengidentifikasi apakah penggunaan biaya usahatani belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember efisien, dan 3) mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi produksi belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik dengan pemilihan daerah dilakukan dengan sengaja (purposiv method), terpilih Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling data diperoleh dari wawancara petan dan instansi terkait. Metode analisis data menggunakan analisis keuntungan, analisis RC-rasio, dan analisis regresi berganda model Cobb-Douglas. Hasil penelitian: a) usahatani belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember menguntungkan. Keuntungan sebesar Rp 23.457.092,89 /ha /panen (4 bulan), b) penggunaan biaya pada usahatani belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember sudah efisien dengan nilai R/C 2,848, c) faktor-faktor yang menunjukkan pengaruh signifikan pada produksi belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember terdiri atas jumlah tanaman, luas lahan, jumlah pupuk, dan umur tanaman. Sementara faktor pestisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh yang signifikan terhadap produksi belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Kata Kunci: belimbing, efisiensi, keuntungan, regresi berganda. ABSTRACT Starfruit is a horticultural product that has good economic prospects. This study aimed (1) to identify whether farming in Kencong Subdistrict, Jember Regency is profitable, (2) to identify whether the use of starfruit farming costs in Kencong Subdistrict, Jember Regency is efficient, and (3) to know the factors that affected star fruit production in Kencong Subdistrict, Jember Regency. This research used descriptive and survey methods with a deliberate selection of regions, the Kencong Subdistrict selected in Jember Regency. Sampling has done by total sampling method data obtained from farmer and related institution. Data analysis and use profit, RC-ratio, and multiple regression analysis Cobb-Douglas method. This research concluded that: a) starfruit farming in Kencong Subdistrict, Jember Regency profitable. The profit Rp 23,457,092.89 /ha /harvest (4 months), b) Starfruit farming in Kencong District, Jember Regency was efficient with R / C value has 2,848, c) factors of production that showed a significant influence on starfruit farming in Kencong Subdistrict, Jember Regency consisting of the number of plants, land area, amount of fertilizer, and age of the plant, while pesticide and labor factors did not have a significant effect on starfruit farming in Kencong District, Jember Regency. Keywords: efficiency, multiple regression.profit, star fruit. Pendahuluan Indonesia merupakan negara agraris, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 43,029 persen pada pertengahan tahun 2009. Keadaan ini menggambarkan bahwa lahan dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk ditanami oleh berbagai macam tumbuhan sehingga agribisnis sangat berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Sektor agribisnis mencakup tiga bidang, yaitu bidang prtanian, bidang pertenakan, dan bidang perikanan (Daryanto, 2009).
10

ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

Mar 16, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

1

ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN

USAHATANI BELIMBING (Averrhoa carambola L)

DI KECAMATAN KENCONG KABUPATEN JEMBER

ANALYSIS OF PRODUCTION AND PROFIT

OF STARFRUIT FARMING (averrhoa carambola L)

IN KENCONG DISTRICT JEMBER REGENCY

Dhany Adi Prabowo1, Henik Prayuginingsih 2 & Syamsul Hadi2

1Alumni Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember 2 Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember

Email: [email protected]

ABSTRAK

Belimbing adalah produk hortikultura yang memiliki prospek ekonomi yang baik. Penelitian ini

bertujuan untuk 1) mengidentifikasi apakah usahatani di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember

menguntungkan, 2) mengidentifikasi apakah penggunaan biaya usahatani belimbing di Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember efisien, dan 3) mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi produksi belimbing

di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analitik dengan

pemilihan daerah dilakukan dengan sengaja (purposiv method), terpilih Kecamatan Kencong Kabupaten

Jember. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling data diperoleh dari wawancara petan

dan instansi terkait. Metode analisis data menggunakan analisis keuntungan, analisis RC-rasio, dan analisis

regresi berganda model Cobb-Douglas. Hasil penelitian: a) usahatani belimbing di Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember menguntungkan. Keuntungan sebesar Rp 23.457.092,89 /ha /panen (4 bulan), b)

penggunaan biaya pada usahatani belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember sudah efisien dengan

nilai R/C 2,848, c) faktor-faktor yang menunjukkan pengaruh signifikan pada produksi belimbing di

Kecamatan Kencong Kabupaten Jember terdiri atas jumlah tanaman, luas lahan, jumlah pupuk, dan umur

tanaman. Sementara faktor pestisida dan tenaga kerja tidak berpengaruh yang signifikan terhadap produksi

belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember.

Kata Kunci: belimbing, efisiensi, keuntungan, regresi berganda.

ABSTRACT

Starfruit is a horticultural product that has good economic prospects. This study aimed (1) to identify

whether farming in Kencong Subdistrict, Jember Regency is profitable, (2) to identify whether the use of

starfruit farming costs in Kencong Subdistrict, Jember Regency is efficient, and (3) to know the factors that

affected star fruit production in Kencong Subdistrict, Jember Regency. This research used descriptive and

survey methods with a deliberate selection of regions, the Kencong Subdistrict selected in Jember Regency.

Sampling has done by total sampling method data obtained from farmer and related institution. Data analysis

and use profit, RC-ratio, and multiple regression analysis Cobb-Douglas method. This research concluded

that: a) starfruit farming in Kencong Subdistrict, Jember Regency profitable. The profit Rp 23,457,092.89 /ha

/harvest (4 months), b) Starfruit farming in Kencong District, Jember Regency was efficient with R / C value

has 2,848, c) factors of production that showed a significant influence on starfruit farming in Kencong

Subdistrict, Jember Regency consisting of the number of plants, land area, amount of fertilizer, and age of the

plant, while pesticide and labor factors did not have a significant effect on starfruit farming in Kencong

District, Jember Regency.

Keywords: efficiency, multiple regression.profit, star fruit.

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara agraris,

karena sebagian besar masyarakat Indonesia

bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar

43,029 persen pada pertengahan tahun 2009.

Keadaan ini menggambarkan bahwa lahan dan

iklim di Indonesia sangat cocok untuk ditanami

oleh berbagai macam tumbuhan sehingga

agribisnis sangat berpotensi untuk dikembangkan

di Indonesia. Sektor agribisnis mencakup tiga

bidang, yaitu bidang prtanian, bidang pertenakan,

dan bidang perikanan (Daryanto, 2009).

Page 2: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

2

Salah satu hasil pertanian di Indonesia

adalah buah-buahan, komoditi buah-buahan

mempunyai keragaman dalam jenisnya serta

memiliki ekonomi yang tinggi dibandingkan

dengan tanaman pangan. Selain itu, buah-buahan

juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap

teknologi maju, produk yang bernilai tambah

besar, dan pasar yang terus berkembang. Oleh

karena itu, tanaman buah-buahan tepat

dikembangkan sebagai usaha agribisnis.

Permintaan buah-buahan akan semakin meningkat

sejalan dengan meningkatnya pendapatan

masyarakat, pengetahuan gizi, dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi buah-

buahan untuk kesehatan (Rahardi, 2007).

Menurut Saragih (2001), kegiatan ekonomi

yang berbasis terhadap tanaman pangan dan

hortikultura merupakan kegiatan yang sangat

pentting (strategis) di Indonesia. Disamping

melibatkan tenaga kerja terbesar dalam kegiatan

produksi, produkya juga merupakan bahan pokok

dalam konsumsi pangan di Indonesia. Dilihat dari

sisi bisnis, kegiatan ekonomi yang berbasis

tanaman pangan dan hortikultura merupakan

kegiatan bisnis terbesar dan tersebar di Indonesia.

Perannya sebagai penghasil bahan pangan dan

pokok, menyebabkan setiap orang dari 200 juta

penduduk Indonesia terlibat setiap hari dalam

kegiatan ekonomi tanaman pangan dan

hortikultura.

Pekembangan komoditas hortikultura,

khususnya buah-buahan dapat dirancang sebagai

salah satu sumber pertumbuhan baru dalam

perekonomian nasional. Perkembangan agribisnis

buah-buahan akan memberi nilai tabah bagi

produsen (petani) dan industri penggunaan serta

dapat memperbaiki keseimbangan gizi bagi

konsumen. Potensi pekembangan tanaman buah-

buahan di Indonesia di dukung oleh banyak faktor

(Rukmana, 2003).

Dari berbagai jenis buahan yang ada di

Indonesia, dapat dikelompokkan menjadi tiga

jenis. Jenis pertama, buah unggul nasional yaitu

buah mangga, manggis, nanas, papaya, pisang, dan

salak. Jenis kedua, buah konsumsi masyarakat

seperti buah avokad, anggur, apel, belimbing,

duku, durian, jambu, jeruk, kelengkeng, markisa,

melon, rambutan, sawo dan semangka. Jenis

ketiga, buah langka seperti buah bisbol, buni,

delima, cempedak, cereme, kawista, kesemek, dan

srikaya. Buah belimbing merupakan salah satu dari

jenis buah konsumsi, arti dari buah konsumsi

adalah buah yang paling banyak dikonsumsi oleh

masyarakat. Buah kelompok ini mudah dijumpai di

pasaran, terutama ketika musim panen buah

tersebut datang. (Murdijati dkk, 2015).

Dari beberapa hal tersebut, yang menjadi

pertanyaan adalah seberapa besar keuntungan

usahatani belimbing? Apakah petani sudah sudah

efisien dalam penggunaan biaya produksi pada

kegiatan usahatani belimbing yang diusahakan?

dan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap

produksi usahatani kacang panjang? Untuk

menjawab pertanyaan tersebut perlu dilakukan

suatu penelitian yang mempelajari tentang

usahatani belimbing yang dilakukan oleh petani

selama ini

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif dan analitik. Penelitian deskriptif

bertujuan membuat pencanderaan/

lukisan/deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-

sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara

sistematis, faktual, dan teliti. Variabel-variabel

yang diteliti terbatas atau tertentu saja, tetapi

dilakukan secara meluas pada suatu populasi atau

daerah itu. Biasanya penelitian semacam ini

disebut survai (jadi berbeda dengan studi kasus,

dimana fakta-fakta dan sifat-sifatnya dipelajari

selengkapnya secara mendalam tetapi hanya pada

satu unit tertentu saja) (Soetriono dan Rita, 2007).

Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan

Kecong Kabutaten Jember. Penentuan daerah

penelitian dilakukan secara sengaja (purposive

method). Didasarkan atas pertimbangan bahwa

Kecamatan Kencong memliki jumlah tanaman

belimbing ke empat terbesar di Kabupaten Jember

dan produksinya terbesar di Kabupaten Jember.

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan pada petani yang berusahatani

belimbing di Kecamatan Kencong dengan metode

total sampling. Pengambilan sampel yang

dibutuhkan sebagai responden adalah 37 petani.

Metode pengambilan sampel petani yang

digunakan adalah metode total sampling. Menurut

Sugiyono (2017), total sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi. Alasan mengambil total sampling

karena jumlah populasi yang kurang dari 100

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian

semuanya. Sampel yang diambil dari penelitian ini

37 orang.

Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan secara

langsung dari petani yang melakukan usahatani

belimbing dengan metode wawancara

menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

dinas atau instansi yang berhubungan dengan

Page 3: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

3

penelitian ini. Data-data tersebut dikumpulkan

dengan cara mendatangi dinas atau instansi yang

terkait dan meminta data yang berhubungan

dengan penelitian.

Metode Analisis data

Dalam penelitian ini, metode analisis data

yang akan digunakan untuk menguji hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahuhi tujuan yang pertama

tentang keuntungan dilakukan dengan

menggunakan pendekatan teori keuntungan

dengan formulasi sebagai berikut:

π = TR – TC

= (P.Q) – (TFC + TVC)

Keterangan :

𝜋 = keuntungan (Rp)

𝑇𝑅 = total penerimaaan (Rp)

𝑇𝐶 = total biaya (Rp)

P = harga produksi per kg (Rp)

𝑄 = produksi (kg)

TFC = total biaya tetap (Rp)

TVC = total biaya variabel (Rp)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan kriteria pengambilan keputusan

sebagai berikut:

a. TR ≤ TC menunjukkan bahwa usahatani

belimbing tidak menguntungkan

b. TR > TC menunjukkan bahwa usahatani

belimbing menguntungkan

2. Untuk mengetahui tujuan kedua tentang

efisiensi biaya produksi digunakan analisis RC-

ratio dengan formulasi sebagai berikut:

𝑅/𝐶 − 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑇𝑅

𝑇𝐶

Dimana:

TR = total

penerimaan

TC = total biaya

Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan kriteria pengambilan keputusan

sebagai berikut:

a. R/C > 1, maka biaya produksi yang

digunakan efisien

b. R/C ≤ 1, maka biaya produksi yang

digunakan tidak efisien

3. Untuk mengetahui tujuan yang ketiga, yaitu

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap produksi usahatani belimbing

digunakan pendekatan analisis regresi

berganda, dengan asumsi bahwa bentuk

hubungan antara variabel (X) dengan variabel

(Y) merupakan fungsi produksi Cobb-Douglas.

Hubungan antara variabel X dan Y tersebut,

secara matematik dirumuskan sebagai berikut

(Sutiarso, 2010):

𝑌𝑖 = 𝛽0𝑋1𝑖

𝛽1𝑋2𝑖

𝛽2 … 𝑋𝑘𝛽𝑘𝑒𝜇𝑖

Diduga faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap produksi adalah jumlah tanaman, luas

lahan, pupuk , pestisida, jumlah tenaga kerja

dan umur tanaman. Secara matematis,

persamaan taksiran fungsi produksi dengan

model regresi adalah:

�̂� = 𝛽0𝑋1𝛽1𝑋2

𝛽2𝑋3𝛽3𝑋4

𝛽4𝑋5𝛽5𝑋6

𝛽6

di mana:

�̂� = estimator dari Y = produksi usahatani

belimbing (kg)

X1 = jumlah tanaman (pohon)

X2 = luas lahan (ha)

X3 = jumlah pupuk (kg)

X4 = jumlah pestisida (kg)

X5 = jumlah tenaga kerja (HOK)

X6 = umur tanaman (th)

β0 = konstanta

β1-6 = koefisien regresi variabel bebas

Untuk memudahkan pendugaan maka persamaan

di atas diubah menjadi bentuk linear berganda

dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut,

sehingga persamaannya menjadi:

𝐿𝑛 𝑌 = 𝑙𝑛𝑎 + 𝛽1 𝑙𝑛 𝑋1 + 𝛽2 𝑙𝑛 𝑋2 + 𝛽3 𝑙𝑛 𝑋3

+ 𝛽4 𝑙𝑛 𝑋4 + 𝛽5 𝑙𝑛 𝑋5

+ 𝛽6 𝑙𝑛 𝑋6

keterangan:

Y = produksi usahatani belimbing (kg)

α = konstanta

β1-6 = koefisien regresi

X1 = jumlah tanaman (pohon)

X2 = luas lahan (ha)

X3 = jumlah pupuk (kg)

X4 = jumlah pestisida (kg)

X5 = jumlah tenaga kerja (HOK)

X6 = umur tanaman (th)

Setelah koefisien regresi diperoleh, maka untuk

mengetahui keberartian koefisien secara bersama-

sama:

H0 : Semua koefisien regresi dari variabel x

tidak berpengaruh terhadap

produksi (tidak berbeda dengan nol)

atau β1 = β2 = β3 = ... = βk = 0

Ha : Paling tidak salah satu koefisien regresi

dari variabel X berpengaru terhadap

produksi berbeda nyata dengan nol, atau

β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ ... ≠ βk ≠ 0 atau minimal ada

salah satu 𝛽𝑖 ≠ 0

Analisa yang telah dihitung kemudian dilanjutkan

dengan uji F yang merupakan uji kebenaran

terhadap model persamaan diatas, kemudian

menghitung R2 yang formulasinya sebagai berikut:

Page 4: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

4

𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑖

𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑖𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅2

=𝐽𝐾𝑅

𝐽𝐾𝑇

Kriteria pengambilan keputusan:

a. Fhitung ≤ (0,05 ; n-k-1), maka H0 diterima

b. Fhitung > (0,05 ; n-k-1), maka H0 ditolak

Dilanjutkan dengan uji-t untuk

mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen dengan

rumus sebagai berikut:

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑏𝑖

𝑆𝑏𝑖

𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑏𝑖

= √𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑠𝑎

𝑋𝑖2

Keterangan:

bi = Koefisien regresi

Sbi = Standar deviasi bi

Untuk mengetahui keberartian koefisien regresi

parsial secara individu yaitu:

H0 : Koefisien regresi parsial dari faktor-faktor

tertentu tidak berpengaruh terhadap produksi,

atau 𝛽𝑖 = 0

Ha : Minimal atau paling sedikit koefisien regresi

parsial dari fator-faktor tertentu berpengaruh

terhadap produksi, atau 𝛽𝑖 ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan:

a. thitung ≤ (0,05 ; n-k-1), maka H0 diterima

b. thitung > (0,05 ; n-k-1), maka Ha ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Keuntungan Usahatani Belimbing di

Kecamatan Kencong Kabupaten Jember

Biaya Usahatani Belimbing Biaya produksi merupakan pengeluaran

yang dilakukan selama proses produksi, meliputi

seluruh pengeluaran untuk pembelian input-input

yang dipakai dalam satu produksi. Jenis biaya

produksi yang dikeluarkan dalam usahatani dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu biaya variabel

dan biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang

besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar

kecilnya produksi, misalnya sewa lahan, mesi popa

air dan bahan bakar mesin. Sedangkan biaya

variabel adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi, seperti

biaya bibit, pupuk, pestisida, plastik, dan tenaga

kerja. Secara terperinci rata-rata biaya usahatani

belimbing disajikan pada Tabel 1 Berdasarkan

pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan

total biaya rata-rata usahatani belimbing per hektar

sebesar Rp 12.695.720 selama satu kali proses

produksi, biaya tetap mencapai 44% atau sebesar

Rp 5.592.740/ha dan biaya variable 56% atau

sebesar Rp 7.102.981/ha, berdasarkan perhitungan

dari biaya tetap terdapat empat variabel yaitu sewa

lahan, penyusutan alat, bibit, dan biaya tenaga

kerja penanaman. Dari ketiga biaya tersebut biaya

sewa lahan memiliki nilai biaya yang paling besar

yaitu Rp 3.890.208/ha atau 30% dari total biaya

keseluruhan, selanjutnya yang termasuk biaya

variable diantaranya plastik, pupuk, pestisida,

tenaga kerja perawatan,dan bahan bakar pompa air,

dengan total sebesar Rp 7.102.981/ha atau 56%

dari total biaya keseluruhan.

Jika dibandingkan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Su’udi (2015) bahwa total biaya

dalam usahatani belimbing masis Desa Glagahsari

Tuban Rp 23.689.300 selama satu kali proses

produksi, lebih besar dibandingkan dengan total

biaya produksi belimbing yang dilakukan petani di

lokasi penelitian ini yaitu hanya sebesar Rp

12.695.720. Hal ini terjadi karena adanya

perbedaan harga saprodi di daerah penelitian.

Misalnya biaya tenaga kerja dalam usahatani

belimbing Desa Glagahsari Tuban Rp 14.032.000

lebih besar dibandingkan dengan total biaya tenaga

kerja di Lokasi penelitian ini yaitu hanya sebesar

Rp 3.542.763.

Keuntungan Usahatani Belimbing

Tujuan akhir yang diharapkan dari suatu

kegiatan usahatani adalah diperolehnya

keuntungan yang maksimum. Produktivitas yang

tinggi tidak menjamin bahwa petani akan

mendapatkan keuntungan yang maksimum dari

usahataninya. Besarnya keuntungan yang akan

diterima petani tidak hanya ditentukan oleh

tingginya produksi, akan tetapi juga ditentukan

oleh harga dan besarnya biaya yang dikeluarkan.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa

produksi berpengaruh terhadap tingkat keuntungan

yang diterima petani dari usahatani belimbing.

Semakin tinggi tingkat penerimaan yang diperoleh

petani, dalam artian semakin tinggi produksi dan

atau harga output yang diterima petani, maka

tingkat keuntungan yang diperoleh semakin tinggi.

Dengan asumsi, biaya produksi yang dikeluarkan

dipertahankan tetap. Keuntungan yang tinggi juga

dapat diperoleh apabila petani dapat menghemat

biaya yang dikeluarkan, dengan asumsi tingkat

penerimaan dipertahankan tetap.

Untuk mengetahui rata-rata keuntungan

yang diperoleh usahatani belimbing di Kecamatan

Kencong Kabupaten Jember dapat dilihat pada

Tabel 2

Page 5: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

5

Tabel 1 Hasil Analisis Rata-rata Usahatani Belimbing per Hektar di Kecamatan Kencong Kabupaten

Jember

No Komponen Biaya Jumlah Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp) %

1 Tetap

Sewa Lahan 1 3.890.208 3.890.208 30,64

Bibit (pohon) 402,4 265 106.717 0,84

Tenaga kerja Penanaman(HOK) 13,6 56.794 770.403 6,07

Penyusutan Alat 825.412 6,50

Sub Total 5.592.740 44,05

2 Variabel

Plastik (box) 97,7 20.000 1.953.671 15,39

KCL (kg) 62 4.000 247.597 1,95

Za (Kg) 44 1.500 65.878 0,52

NPK (Kg) 36 10.000 357.413 2,82

Revithrin (botol) 1 350.828 265.492 2,09

Detacron (botol) 5 48.570 244.281 1,92

Tenaga kerja Perawatan(HOK) 73 48.266 3.542.763 27,91

Bahan Bakar Pompa Air 53 8.000 425.887 3,35

Sub Total 7.102.981 55,95

Total Biaya 12.695.720

Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Tabel 2 Hasil Analisis Rata-rata Keuntungan Usahatani Belimbing Perhektar di Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember

Uraian Satuan Rata-rata

Produksi kg 9.956,15

Harga Rp/kg 3.608,11

Penerimaan Rp 36.152.813,28

Biaya Rp 12.695.720,40

Keuntungan Rp 23.457.092,89

Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

usahatani Belimbing di Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember menguntungkan karena

penerimaan lebih besar dibanding biaya. Rata-rata

produksi per hektar 9.956,15 kg dan rata-rata harga

belimbing sebesar Rp 3.608,11 di tingkat petani

sehingga rata-rata penerimaan yang diterima oleh

petani belimbing sebesar Rp 36.152.813,28

sedangkan biaya yang dikeluarkan selama satu kali

proses produksi senilai Rp 12.695.720,40 sehingga

keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp

23.457.092,89.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Diyah (2011), menyatakan bahwa pendapatan

rata-rata yang diterima petani belimbing di Desa

Namoriam Kecamatan Pacur Batu Kabupaten Deli

Serdang adalah Rp 42.560.000 per hektar per

musim dengan keuntungan sebesar Rp 33.455.574

per hektar per musim . Dengan demikian usahatani

ini sudah dapat dikatakan berhasil atau layak untuk

dijalankan, karena pendapatan dan keuntungan

yang diperoleh petani dapat membayar biaya-biaya

yang dikeluarkan usahatani tersebut.

Analisis Efisiensi Usahatani Belimbing di

Kecamatan Kencong Kabupaten Jember

Prinsip dari suatu usahatani termasuk

usahatani Belimbing adalah menghasilkan

produksi yang maksimal dengan menekan

penggunaan biaya yang seminimal mungkin atau

dengan melakukan efisiensi dalam penggunaan

biaya produksi. Tujuan dari kegiatan usahatani

adalah untuk memperoleh keuntungan yang

setinggi mungkin dengan biaya yang serendah-

rendahnya dan usahatani yang efisien adalah

usahatani yang secara ekonomis menguntungkan,

demikian juga dengan usahatani belimbing.

Analisis R/C merupakan salah satu cara untuk

mengetahu tingkat efisiensi biaya dari suatu

usahatani.

Efisiensi adalah tingkat perbandingan

antara penerimaan dengan total biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi usahatani

belimbing. Usahatani dikatakan efisien apabila

nilai perbandingan yang diperoleh antara

penerimaan dengan biaya lebih dari 1 (R/C > 1),

dikatakan tidak efisien apabila kurang dari 1 (R/C

< 1) dan jika nilai (R/C = 1) maka penggunaan

biaya produksi berada pada titik impas (Break

Even Point). Efisiensi biaya produksi usahatani

belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten

Jember dapat diketahui dengan analisa R/C yaitu

dengan menggunakan perbandingan total

Page 6: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

6

penerimaan dengan total biaya produksi. Nilai

efisiensi biaya produksi usahatani belimbing di

Kecamatan Kencong Kabupaten Jember disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai R/C yang

dihasilkan sebesar 2,848 artinya setiap

pengeluaran biaya sebesar Rp 1 akan

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,848 atau

pengeluaran biaya sebesar Rp 1.000 akan

menghasilakan penerimaan sebesar Rp 2,848.

Besarnya nilai R/C yang diperoleh petani lebih dari satu (R/C > 1), maka dapat dikatakan bahwa

usahatani belimbing di Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember sudah efisien.

Penelitian ini sejalan dengan yang

dilakukan oleh Diyah (2011) bahwa kegiatan

usahatani belimbing yang dilakukan petani di Desa

Namoriam Kecamatan Pacur Batu Kabupaten Deli

Serdang efisien dan menguntungkan untuk

diusahakan, dikarenakan nilai R/C rasio atas biaya

total sebesar 4,675 yang berarti penerimaan yang

diperoleh petani Belimbing Rp 42.560.000 lebih

besar dibandingi biaya usahatani yang dikeluarkan

Rp 9.104.426.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi

Belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten

Jember

Hasil akhir dari suatu proses produksi

adalah output atau produksi. Jumlah produksi akan

dipengaruhi oleh besar atau kecilnya input dan

teknologi yang digunakan. Hubungan antara

jumlah penggunaan input dan produksi yang

dihasilkan, pada tingkat teknologi tertentu disebut

fungsi produksi, input sering pula disebut dengan

korbanan atau faktor produksi, karena faktor

produksi tersebut di korbankan untuk

menghasilkan produksi. Untuk menghasilkan

suatu produk, maka diperlukan pengetahuan

tentang hubungan antara faktor produksi dan

produksi. Dalam usahatani belimbing faktor-faktor

produksi diduga berupa jumlah bibit, luas lahan,

pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan umur tanaman.

Berdasarkan hasil analisis regresi fungsi

produksi maka, persamaan fungsi produksi linier

usahatani Belimbing dapat dirumuskan:

Persamaan linier tersebut dimasukkan

sehingga fungsi produksi cobb-douglas usahatani

belimbing sebagai berikut:

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh

terhadap produksi belimbing disajikan pada Tabel

4. Dari tabel tersebut menggambarkan bahwa

produksi dalam usahatani belimbing diasumsikan

dipengaruhi oleh faktor: (1) luas lahan, (2) jumlah

tanaman, (3) jumlah pupuk, (4) jumlah pestisida,

(5) jumlah tenaga kerja, (6) umur tanaman.

Tabel 3 Hasil Analisis Rata-rata Efisiensi Biaya Usahatani Belimbing di Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember

Uraian Satuan Analisis Efisiensi

Penerimaan Rp 36.152.813,28

Biaya Rp 12.695.720,40

R/C 2,848

Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Tabel 4 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Belimbing di

Kecamatan Kencong Kabupaten Jember

Variabel Parameter Koefisien

Regresi

Std.

Error t Signifikansi

Konstanta β0 5,537 0,780 7,103 *** 0,000

Jumlah Tanaman (X1) β1 0,631 0,089 7,103 *** 0,000

Luas Lahan (X2) β2 0,135 0,062 2,177 ** 0,037

Jumlah Pupuk (X3) β3 0,128 0,055 2,339 ** 0,026

Jumlah Pestisida (X4) β4 -0,089 0,092 -0,960 NS 0,345

Tenaga Kerja (X5) β5 -0,053 0,108 -0,492 NS 0,626

Umur tanaman (X6) β6 -0,192 0,091 -2,110 ** 0,043

Multiple R Se 0,972

R Square R2 0,946

Adjusted R Square 0,935

Standard Error 0,098

F-ratio 87,083

n 37

Keterangan: (***) = signifikan pada α 99%, (**) = signifikan α 95%, ns = non signifikan

Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Page 7: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

7

Hasil Uji F menunjukan bahwa variabel

bebas secara keseluruhan mempengaruhi secara

signifikan terhadap variabel terikat (produksi) Hal

ini dapat dilihat dari nilai F-hitung 87,083 yang

signifikan pada taraf uji 1%,

Dilihat dari nilai koefisien determinasi

(adjusted R square) yang sebesar 0,935

menunjukkan bahwa variabel bebas yang

dimasukkan ke dalam model dapat dapat

mengidentifikasikan variasi variabel dependen

(produksi) secara baik sekitar 93,5%. Hanya 6,5%

yang dijelaskan oleh faktor lain yang tidak masuk

ke dalam model.

Apabila dilihat dari nilai koefisien regresi

parsial yang menggunakan full-model, maka faktor

produksi jumlah tanaman, luas lahan, jumlah

pupuk, dan umur tanaman berpengaruh secara

signifikan terhadap produksi usahatani belimbing.

Sementara pengaruh dari variabel tenaga kerja, dan

pestisida berpengaruh tidak signifikan.

a. Jumlah tanaman (X1)

Berdasarkan Gambar 1 hasil koefisien

faktor jumlah tanaman pada penelitian ini sebesar

0,631 yang berarti berada pada tahap kedua pada

fungsi produksi sehingga secara teknis sudah

efisien, petani masih dapat meningkatkan

produksi dengan menambah jumlah tanaman.

Berbeda dengan hasil penelitian Diyah

(2011) yang menunjukkan bahwa.hasil koefisien

faktor jumlah tanaman di Desa Namoriam

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang sebesar 2,675. Nilai ini menunjukkan bahwa

hubungan antara faktor jumlah tanaman dengan

produksi berada pada tahap pertama yang berarti

secara teknis belum efisien, sehingga jumlah

tanaman belimbing di daerah penelitian Diyah

(2011). perlu ditambah dalam jumlah bayak agara

hasil produksi meningkat dan efisien.

Faktor jumlah tanaman berpengaruh positif

dan sangat nyata secara statistik pada taraf

kepercayaan 99%, dengan koefisien regresi

sebesar 0,631%. Secara ekonomik dapat diartikan

bahwa setiap penambahan jumlah tanaman sebesar

1%, maka akan diperoleh tambahan produksi

sebesar 0,631%. Secara grafis hal ini dapat dilahat

pada Gambar 1.

b. Luas Lahan (X2 Faktor luas lahan berpengaruh positif dan

nyata secara statistik pada taraf kepercayaan 95%.

Artinya, semakin luas lahan yang diusahakan,

semakin tinggi produksi belimbing yang

dihasilkan. Secara ekonomik dapat diartikan

bahwa setiap penambahan luas lahan sebesar 1%,

maka akan diperoleh tambahan produksi sebesar

0,135%. Secara grafis hal ini dapat dilihat pada

Gambar 2.

Berdasarkan Gambar 2 hasil hubungan

antara faktor luas lahan dengan produksi berada

pada tahap efisien atau tahap rasional dengan

koefisien sebesar 0,135. Tahap ini masih dapat

meningkatkan produksi. Sama halnya dengan

penelitian Diyah (2011) koefisien faktor luas lahan

pada penelitian ini berada pada tahap efisien atau

tahap rasional sebesar 0,905, hal ini dapat

menamabah luas lahan agara hasil produksi

meningkat.

Ep= 0,631

Ep=1 Ep=0 Jumlah Tanaman

TP

Y I II III

Gambar 1. Hubungan Atara Faktor Jumlah Tanaman Dengan Produksi Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Page 8: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

8

c. Pupuk (X3)

Berdasarkan Gambar 3 hasil dimana

hubungan antara faktor jumlah pupuk dengan

produksi berada pada tahap efisien atau tahap

rasional dengan koefisien sebesar 0,128. Pada

tahap ini petani masih dapat menambah jumlah

pupuk agar hasil produksi meningkat.

Pengaruh penggunaan jumlah pupuk juga

berpengaruh positif dan nyata secara statistik pada

taraf kepercayaan 95%. Artinya, produksi

belimbing yang dihasilkan semakin tinggi jika

penggunaan jumlah pupuk ditambah. Secara

ekonomik dapat dinyatakan bahwa setiap

penambahan jumlah pupuk sebanyak 1%, maka

akan diperoleh tambahan produksi sebesar

0,128%. Secara grafis hal ini dapat dilihat pada

Gambar 3.

d. Pestisida (X4)

Faktor penggunaan pestisida berpengaruh

negatif dan tidak signifikan pada taraf uji 10%.

semakin banyak petisida yang digunakan terhadap

usahatani belimbing, semakin sedikit produksi

yang diperole. Secara ekonomik menunjukkan

bahwa suatu peningkatan pestisida sebesar 1%

akan mengakibatkan tingkat produksi petani

belimbing menurun sebesar 0,089%. Secara grafis

hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Berdasarkan Gambar 4 hasil dimana

hubungan antara faktor jumlah pestisida dengan

produksi berada pada tahap ketiga atau tahap tidak

efisien dengan koefisien sebesar -0,089. Pada

tahap ini apabila penambahan faktor produksi

diteruskan, maka produksi akan berkurang.

EP= 0,135

Ep=1 Ep=0 Luas lahan

TP

Y I II III

Gambar 2. Hubungan Atara Faktor Luas Lahan Dengan Produksi

Sumber: Analisis Data Primer (2019).

EP= 0,128

Ep=1 Ep=0 Jumlah pupuk

TP

Y I II III

Gambar 3. Hubungan Atara Faktor Jumlah Pupuk Dengan Produksi

Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Page 9: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

9

e. Tenaga Kerja (X5)

Pengaruh faktor pengunaan tenaga kerja

berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada taraf

uji 10%. semakin banyak tenaga kerja yang

digunakan terhadap usahatani belimbing, semakin

sedikit produksi yang diperoleh. Secara ekonomik

menunjukkan bahwa suatu peningkatan tenaga

kerja sebesar 1% akan mengakibatkan tingkat

produksi petani belimbing menurun sebesar

0,053%. Secara Grafis hal ini dapat dilihat pada

Gambar 5.

Berdasarkan Gambar 5 hasil dimana

hubungan antara faktor. Tenaga kerja dengan

produksi berada pada tahap ketiga atau tahap tidak

efisien dengan koefisien sebesar -0,053. Dengan

demikian, jika faktor jumlah tenaga kerja

berjamabh justru akan menurunkan hasil produksi.

f. Umur Tanaman (X6)

Sementara faktor umur tanaman

berpengaruh negatif dan nyata secara statistik pada

taraf kepercayaan 95%. Artinya, jika umur

tanaman bertambah maka produksi belimbing

yang dihasilkan cenderung menurun. Secara

ekonomik dapat dinyatakan bahwa setiap umur

tanaman bertambah 1%, maka produksi belimbing

cenderung menurun sebesar 0,192%. Secara grafis

hal ini dapat dapat dilihat pada Gambar 6.

Berdasarkan Gambar 6 hasil dimana

hubungan antara faktor umur tanaman dengan

produksi berada pada tahap ketiga atau tahap tidak

efisien dengan koefisien sebesar -0,192. Pada

tahap ini apabila faktor umur tanaman terus

bertambah justru akan menurunkan hasil produksi.

EP= -0,089

Ep=1 Ep=0 Jumlah Pestisida

TP

Y I II III

Gambar 4. Hubungan Atara Faktor Jumlah Pestisida Dengan Produksi

Sumber: Analisis Data Primer (2019).

EP= -0,053

Ep=1 Ep=0 Tenaga Kerja

TP

Y I II III

Gambar 5. Hubungan Atara Faktor Tenaga Kerja Dengan Produksi Sumber: Analisis Data Primer (2019).

Page 10: ANALISIS PRODUKSI DAN KEUNTUNGAN USAHATANI ...

10

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan

pembahasan maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Usahatani belimbing di Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember menguntungkan, sebesar

Rp. 23.457.092,89 /ha /panen (4 bulan).

2. Penggunaan biaya pada usahatani belimbing

di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember

sudah efisien dengan nilai R/C 2,848.

3. Faktor-faktor produksi yang menunjukkan

pengaruh signifikan pada usahatani

belimbing di Kecamatan Kencong Kabupaten

Jember terdiri atas jumlah tanaman, luas

lahan, jumlah pupuk, dan umur tanaman.

Sementara faktor pestisida dan tenaga kerja

tidak berpengaruh yang signifikan terhadap

usahatani belimbing di Kecamatan Kencong

Kabupaten Jember.

2. Saran

Berdasarkan permasalahan, pembahasan,

dan kesimpulan yang ada maka dapat

dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi petani belimbing, untuk meningkatkan

jumlah produksi faktor-faktor yang harus di

tambah yaitu luas lahan, jumlah tanaman, dan

jumlah pupuk, namun kondisi saat ini masih

berlangsung secara efisien.

2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian

pada komoditas yang sama diharapkan untuk

mengkaji aspek pemasaran, karena belum

dilakukan pada penelitian ini.

3. Petani belimbing membutuhkan dukungan

pemerintah dalam hal penyuluh pertanian,

penyediaan bibit unggul, serta pengadaan

modal dalam bentuk kredit dengan bunga

yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, A. 2009 Posisi Daya Saing Prtanian

Indonesia Dan Upaya Peningkatannya.

Psat Analisis Kebijakan Pertanian. Badan

Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Departemen Pertanian.

Murdijati.Et al. 2015. Penanganan Segar

Hortikultura untuk Penyimpanan dan

Pemasaran. Prenada Media Group. Jakarta.

Nursaimatussaddiyah. 2011. Analisis Usahatani

Belimbing (Averhoa Carambola) (Studi

Kasus : Desa Namoriam Kecamatan

Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang).

Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Al

Washliyah Medan. Medan.

Rahardi, 2007. Agribisnis Tanaman Buah.

Swadaya. Jakarta.

Rukmana , R. 2003. Manajemen Pemasaran

(Suatu Pendekatan Analisis). BPEE.

Yogyakarta.

Saragih, B. 2001. Agribisnis (Paradikma Baru

Pembangunan Ekonomi Berbasis

Pertanian). Yayasan Mulia Persada

Indonesia. Bogor.

Sutiarso, E. 2010. Analisis Regresi Sederhana.

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas

Pertanian. Universitas Muhammadiyah

Jember. Jember.

EP= -0,192

Ep=

1

Ep=

0

Umur Tanaman

TP

Y I II III

Gambar 6. Hubungan Atara Faktor Umur Tanaman Dengan Produksi Sumber: Analisis Data Primer (2019).