ANALISIS PETA POSITIONINGPRODUK KARTU GSMDI KALANGAN MAHASISWAUNIVERSITAS TEUKU UMARDENGAN METODE ATTRIBUTE RATING DAN CORRESPONDENCE ANALYSIS TUGAS AKHIR DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMenyelesaikan Program Sarjana(S1) TeknikPadaFakultasTeknikUniversitasTeuku Umar DisusunOleh: Nama : IingPamungkas NIM :09C10207008 Bidang : ManajemenRekayasa&SistemProduksi JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITASTEUKU UMAR MEULABOH 2013
38
Embed
ANALISIS PETA POSITIONINGPRODUK KARTU GSMDI …repository.utu.ac.id/345/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 19. · ANALISIS PETA POSITIONINGPRODUK KARTU GSMDI KALANGAN MAHASISWAU NIVERSITAS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PETA POSITIONINGPRODUK KARTU GSMDI KALANGAN
MAHASISWAUNIVERSITAS TEUKU UMARDENGAN METODE
ATTRIBUTE RATING DAN CORRESPONDENCE ANALYSIS
TUGAS AKHIR
DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMenyelesaikan Program Sarjana(S1)
TeknikPadaFakultasTeknikUniversitasTeuku Umar
DisusunOleh:
Nama : IingPamungkas
NIM :09C10207008
Bidang : ManajemenRekayasa&SistemProduksi
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITASTEUKU UMAR
MEULABOH
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggro
Aceh Darussalam, Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas
wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai
barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai
dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng
Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km.
Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km² , kecamatan Johan Pahlawan
sebagai salah satu pusat kota , yang sangat besar masalah kapasitas arus lalu lintasnya
sudah menjadi masalah sehari-hari penduduk kota khususnya Kecamatan Johan
Pahlawan. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 47409 jiwa berdasarkan sumber
setcam johan pahlawan, aktivitas kendaraan moda darat sangat padat terutama pada
jam–jam sibuk di pagi dan sore hari. Kapasitas di Jalan Gajah Mada Dan Jalan
Manekroo ini dapat terjadi karena ruas jalan yang ada kapasitasnya sudah tidak
mencukupi lagi dengan banyaknya jumlah kendaraan yang melaju di jalan tersebut,
belum lagi pengaruh hambatan yang lain yang memakan badan jalan cukup
signifikan.
Jalan Gajah Mada merupakan suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu
lintas dari suatu tempat ketempat lainnya. Lalu lintas menyangkut semua benda dan
makhluk hidup yang melewati jalan tersebut, baik kendaraan ataupun kendaraan tak
bermotor seperti sepeda maupun manusia. (djamal Abdat 1981). Kemudian jalan
manekroo juga merupakan suatu lintasan melewatkan lalulintas dari suatu tempat
ketempat lainnya. Seiring perkembangan kota maka kebutuhan transportasi
diperkotaan meningkat pula, menyebabkan permasalahan kemacetan atau kapasitas
2
ruas jalan menjadi sangat kompleks sehingga diperlukan tindakan penanganan segera
mungkin. Upaya mengantisipasi atau mengurangi permasalahan kemacetan dan
kapasitas pada ruas jalan Gajah Mada dan Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat ini diperlukan kajian kinerja jalan dengan menggunakan
metode MKJI 1997 diharapkan dapat memberi manfaat pada lembaga / instansi
terkait dalam pengelolaan kajian kinerja jalan sebagai pengendali lalu lintas
khususnya untuk meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem jalan.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan
dalam studi kasus ini berkaitan dengan kajian kinerja jalan berdasarkan metode
manual kapasitas jalan indonesia (MKJI) 1997 studi kasus jalan Gajah Mada dan
jalan Manekroo Meulaboh, Sebagai Berikut :
a. Apakah kajian kinerja jalan sebagai alat bantu mampu menghitung jumlah
kendaraan pada suatu ruas jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo Meulaboh
b. Dengan adanya kinerja jalan Apakah kemacetan yang terjadi pada suatu ruas
jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo dapat diprediksikan sebelumnya?
c. Apakah kajian kinerja jalan kondisi ruas jalan Gajah Mada dan jalan
Manekroo Meulaboh, dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaca
dalam proses pengambilan keputusan, khususnya untuk perhitungan
kapasitas (C).
1.3 Batasan Masalah
1. Studi kasus ini di batasi untuk daerah jalan Gajah Mada dan jalan Manekroo
serta tidak membahas jalan lokal yang ada di jalan tersebut. Jalan ini merupakan
jalan penghubung antar daerah lainnya.
3
2. Volume kendaraan yang di teliti berdasarkan pengambilan data di lapangan secara
langsung, Jumlah penduduk yang di teliti berdasarkan data sekunder yang
diambil dari instansi tertentu yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) dan data yang di
ambil sebagian dari data di dinas yang terkait.
1.4 Tujuan studi kasus
Tujuan melakukan studi kasus ini adalah:
1. Untuk mencari nilai kapasitas (C) dan nilai kendaraan pada ruas jalan Gajah
Mada dan jalan Manekroo Meulaboh
2. Untuk memberikan informasi tentang kinerja jalan Gajah Mada dan jalan
Manekroo Meulaboh dengan menggunakan metode manual kapasitas jalan
indonesia (MKJI) 1997.
3. Untuk mengetahui kapasitas jalan Gajah Mada dan manekroo Meulaboh dengan
menggunakan metode manual kapasitas jalan indonesia (MKJI) 1997.
1.5. Manfaat Studi kasus
Studi kasus ini sebagai bahan masukan akan penelitian dasar dan kajian awal
sistem informasi pada perencanaan perhubungan darat berkenaan dengan kondisi ruas
jalan yang ada pada Jalan Gajah Mada Dan jalan Manekroo Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Dapat juga di pakai sebagai data base awal kondisi
ruas jalan utama di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
1.6. Lokasi Studikasus
Lokasi yang di tinjau dalam studi kasus ini adalah jalan Gajah Mada dan jalan
Manekroo di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh barat. Jalan Gajah Mada
4
terdiri dari satu jalur dua lajur, satu arah, sedangkan pada ruas jalan manekroo yang
terdiri dari dua jalur dua lajur, dua arah yang mana meliputi berbagai Gampong. Di
antaranya Gampong Drien Rampak, Gampong Rundeng, Gampong Kuta Padang, dan
Gampong Seuneubok.
10
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Umum
Yang dimaksud dengan jalan seperti yang tertera dalam Undang-
UndangnRepublik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan, menerangkan
bahwa Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada dipermukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah
permukaan tanah dan atau air serta di atas permukaan air, kecuali jalan lori, jalan
kerata api, dan jalanmkabel. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu
lintas umum sedangkan jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi,
badan usaha, perseorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan dan pengawasan jalan. Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan
kebijakan perencanaan, penyususnan rencana umum, dan penyusunan peraturan
perundangan-undangan jalan. Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan
pedoman dan standart teknis , pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta
penelitian dan pengembangan jalan. Pembangunan jalan adalah kegiatan
pemrograman dan penganggaran , perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta
pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Pengawasan jalan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mewujutkan tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.
Sementara bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang melekat dan tidak
dapat dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, seperti jembatan, ponton, lintas atas
(overpass), lintas bawah (underpass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok
penahan lahan atau tebing, saluran air dan pelengkapan yang meliputi rambu-rambu
11
dan marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, pagar daerah milik jalan serta lampu
lalu lintas. Jalan mempunyai suatu sistem jaringan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam
pengaruh pelayanannya dalam hubungan hierarki. Menurut perananan pelayanan
jasa distribusi, terdapat 2 macam jaringan jalan yaitu sistem jaringan jalan primer
dan sistem jalan sekunder.
2.2 Macam-macam Jalan
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan
yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan
distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk
menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan
sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang merupakan
sentra produksi pertanian.
Pada tugas akhir ini penulis memanfaatkan sistem pemetaan sebagai sarana
memberikan informasi tentang sistem transportasi darat, dalam hal inipenulis
membatasi hanya pada sistem transportasi jalan raya di Kecamatan Johan Pahlawan,
Kabupaten Aceh Barat. Informasi yang akan diberikan untuk sistem transportasi
jalan raya ini berupa kapasitas kepadatan ruas jalan, derajat kejenuhan.
Berdasarkan data peta administrasi Kecamatan Johan Pahlawan didapat
bahwasanya di kecamatan ini meliki beberapa tipe jalan diantaranya :
1. Jalan Kolektor Primer (K1)
2. Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi)
3. Jalan Lokal Primer
4. Jalan Lain
1. Jalan Kolektor Primer (K1)
Jalan Kolektor Primer (K1) adalah jalan yang menghubungkan secara efisien
antar pusat kegiatan wilayah ataumenghubungkan antara pusat kegiatan wilayah
11
dengan pusat kegiatan lokal.
2. Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi)
Jalan Kolektor Primer (K2/Provinsi) merupakan jalan kolektor dalam sistem
jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya.
4. Jalan Lain
jalan lain dimaksud juga jalan lingkungan, jalan lingkungan adalah jalan umum
yang melayani ankutan lingkungan, perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-
rata rendah.
2.3 Fungsi Jalan
Berdasarkan buku Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota fungsi dari
Jalan raya merupakan tempat atau media berkendara semua orang menuju tempat
yang diinginkan. Namun untuk menjaga keselamatan dari jalan itu sendiri maka
fungsi jalan diklasifikasikan menurut fungsinya kedalam jalan alteri, jalan kolektor,
jalan lokal, dan jalan lingkungan.
1. Jalan alteri adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara efisien.
2. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk di batasi.
3. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepata rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
11
tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan adalah jalan yang melayani angkutan lingkungan dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
2.4 Kelas Jalan
Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan,
jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi,
pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik
masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu
terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan menurut
muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No 14 Tahun 1992, tentang lalulintas dan angkutan jalan terdiri
dari:
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua
ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas
ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter,
dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
3. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua
ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu)
11
milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton; dan
4. kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih
dari 10 (sepuluh) ton.
2.5 Ruas Jalan
Ruas Jalan adalah bagian atau penggal jalan di antara dua
simpul/persimpangan sebidang atau tidak sebidang baik yang dilengkapi dengan alat
pemberi isyarat lalu lintas ataupun tidak. Dalam studi kasus ini penulis mencoba
melakukan penggambaran ruas jalan gajah mada dan ruas jalan manekroo yang
terdapat dikecamatan Johan Pahlawan dengan proses pemetaan kepadatan pada
ruas-ruas jalan, Dengan proses pemetaan penulis juga mencoba menggamnbarkan
secara langsung keadaan ruas jalan gajah mada dan ruas jalan manekroo di
Kecamatan Johan Pahlawan, baik itu dari gangguan samping dan sebagainya.
2.6 Arus Lalulintas
Arus lalulintas terbentuk dari pergerakan individu pengendara dan kendaraan
yang melakukan interaksi satu sama lain pada suatu ruas jalan dan lingkungan Arus
lalulintas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Makroskopik: arus lalulintas secara umum.
2. Mikroskopik: prilaku kendaraan individu dalam bagian arus
lalulintas terkait interaksi satu sama lainnya.
Jenis arus lalulintas yaitu :
1.Arus tidak terganggu (Un-interupted Flow)
11
- ditentukan oleh interaksi kedaraan-kendaraan, dan kendaraan jalan.
- ex, arus kendaraan dijalan tol atau jalan antar kota.
2.Arus terganggu (Interupted Flow)
-kondisi arus lalulintas yang ditentukan atau diatur dengan alat, misalnya lampu
atau marka lalulin
2.7 Volume Lalu lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu jalur gerak
persatuan waktu. Data lalu lintas suatu jalan dilakukan oleh dinas yang biasa
melakukan survey lalu lintas seperti Dinas Perhubungan. Data yang ada mencakup
pengelompokan kendaraan berdasarkan jenis dan muatan sumbu.
Satuan yang umum untuk lalu lintas adalah lalu lintas harian rata-rata
(LHR), LHR didapat dari jumlah lalu lintas pada satu tahun dibagi 365, tetapi
dengan alasan tertentu LHR pun dapat dihitung dengan berbagai metode.
Untuk menjadikan satuan mobil penumpang (SMP) harus dikalikan suatu
faktor, dimana faktor tersebut dipengaruhi oleh kondisi geometrik jalan, lokasi
jalan, kondisi cuaca, jenis jalur gerak ( ruas/simpang ). Nilai SMP untuk masing-
masing jenis kendaraan dapat dicari dari data empiris. “ Das’at Widodo (1996) “
2.8 Kecepatan Arus Bebas kendaraan ringan
Kecepatan arus bebas (FV) adalah kecepatan pada tingkat arus nol yaitu
kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa
pengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan. Kecepatan arus bebas kendaraan
ringan telah dipilih sebagai kriteria dasar untuk kinerja segmen jalan pada arus = 0,
kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dan sepeda motor juga diberikan
sebagai referensi. Kecepatan arus bebas untuk mobil penumpang biasanya 10-15%
11
lebih tinggi dari tipe kendaraan ringan lain. Persamaan untuk penentuan kecepatan
arus bebas menurut Manual Kapsitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. mempunyai
bentuk umum berikut:
FV = (FVO + FVW) x FFVSF x FFVCS
FV =Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan (km/jam)
FVO = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yangvdiamati
FVW = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)
FFVSF = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarakkereb penghalang
FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota
2.9 Kapasitas Jalan Raya
Pada kenyataannya kapasitas jalan ini sangat tergantung Pada keadaan
masing-masing jalan. Dapat dibayangkan bahwa jalan yang bebas dari gangguan
dalam arti kata perjalanan tidak terganggu, akan berbeda bila kendaraan sebentar-
sebentar harus diperlambat, berhenti dan sebagainya.
Persamaan untuk menentukan kapasitas adalah sebagai
berikut:
C = Co x FCw x FCsp x FCcf
Dimana :
C : Kapasitas (smp/jam)
Co : Kapasitas dasar (smp/jam)
Fcw : Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah
11
Tipe jalan KapasitaDasar
(smp/jam)
Keterangan
4 lajur terbagi Datar Berbukit Pegunungan
4 lajur takterbagi Datar Berbukit Pegunungan
2 lajur takterbagi Datar Berbukit Pegunungan
1900
1850
1800
1700
1650
1600
3100
3000
Perlajur
Perlajur
Total 2arah
FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan yaitu :
3 Faktor kapasitas jalan kota,
Faktor kapasitas jalan kota adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya
yang digunakan. Interval waktu pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 60 menit (1 jam) selama 7 hari).
Dari hasil data lapangan pada ruas jalan Gajah Mada yang dilakukan selama 6
jam/hari dari jam 07.00-08.00, 09.00-09.00, dari jam 12.00-13.00,13.00-
14.00,16.17.00 dan jam 17.00-18.00 wib selama (satu) minggu dimana dalam
seminggu pengambilan data dilaksanakan 7 (tujuh) hari (Senin, selasa, rabu, kamis,
Jumat, sabtu dan hari Minggu) diperoleh jenis kendaraan maksimum yaitu pada hari
selasa tanggal 20 Agustus 2013 pada pukul 13.00 s.d 14.00 sebesar 1727
kendaraan/jam. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Volume kendaraan lalu lintas jalan Gajah Mada
Sumber lapangan.
Pengambilan data volume lalu lintas di atas dapat dibagi dalam 4 kelompok lalulintas yang memberikan pengaruh yang berbeda yaitu : kendaraan ringan (LV),kendaraan berat (HV), sepeda motor (MC) dan kendaraan tak bermotor. Datapengamatan dicatat dan dikelompokkan pada setiap arah pergerakan di lembarpengisian data jumlah kendaraan yang sudah disiapkan. Data volume lalu lintasdalam satuan kend / jam dan kemudian dikalikan dengan faktor ekivalen mobilpenumpang (emp) sebagai berikut :
20
No Jenis Kendaraan faktor emp1 Car(roda4) 12 Bus/Truck 1.33 Sepeda Motor 0.45 Sepeda 1
LV 1 HV 1.3 MC 0.4
Kendper
Smpper
Kend
per
Smpper
Kendper
Smp per%
pemisah
Kend/jam
Smpper
1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1 jam 1jam 1jam1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
07.00-08.00
Lurus
43 43 7 9.1 1541 616.4 50 1595 638
08.00-09.00
Lurus
72 72 13 16.9 1643 657.2 50 1730 692
12.00-13.00
Lurus
34 34 7 9.1 1443 577.2 50 1497 598.8
13.00-14.00
Lurus
242 242 38 49.4 1435 574 50 1727 690.8
16.00-17.00
Lurus
134 134 61 79.3 944 377.6 50 1139 455.6
17.00-18.00
Lurus
31 31 31 40.3 1075 836 50 1139 455.6
Kend Ringan Kend,beratSpd Motor+Bck
motor
ArahJam
Arus total Q
Tipe KendaraanData aruskendaraan
Tabel 4.4 Jenis kendaraan pada ruas jalan Gajah Mada
Sumber MKJI 1997
Dari hasil perkalian volume lalulintas dengan faktor ekivalen mobil penumpang(emp)
tersebut volume lalu lintas pada ruas jalan Gajah Mada sebesar 690.8 smp/jam. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Arus kendaraan/jam ruas jalan Gajah Mada hari selasa
Sumber MKJI 1997
21
Kiri KananKiri KananKiri Kanan Kiri KananKiri Kanan