ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013 Skripsi Oleh : SITI PUJI HASTUTI NIM. K5404059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
97
Embed
ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN …/Analisis... · ii analisis pertumbuhan penduduk dan penyediaan fasilitas pendidikan sekolah dasar di kecamatan tasikmadu kabupaten
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS
PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013
Skripsi
Oleh :
SITI PUJI HASTUTI
NIM. K5404059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS
PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013
Oleh :
Siti Puji Hastuti
NIM K5404059
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd
NIP. 19560420 198303 1 003
Pembimbing II
Dra. Inna Prihartini, M.S
NIP. 19570207 198303 2 002
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 10 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si ……………… Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si ……………… Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ……………… Anggota II : Dra. Inna Prihartini, M.S ………………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 1987021 001
DAFTAR ISI
v
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK........................................................................ v
HALAMAN MOTTO ............................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xv
DAFTAR PETA .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6
1. Pengertian Pertumbuhan Penduduk .............................................. 6
2. Pengertian Pendidikan .................................................................. 15
3. Pengertian Fasilitas Pendidikan ................................................... 21
4. Penggabungan Sekolah Dasar ...................................................... 25
B. Penelitian yang relevan .................................................................... 27
C. Kerangka Berfikir ............................................................................ 29
BAB III. METODELOGI PENELITIAN .............................................. 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 31
B. Metode Penelitian ............................................................................ 31
C. Sumber Data .................................................................................... 32
D. Teknik Sampling ............................................................................. 33
vi
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 33
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 33
G. Prosedur Penelitian .......................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 38
A. Deskripsi Daerah Penelitian ...................................................... 38
1. Keadaan Fisik ..................................................................... 38
2. Keadaan Penduduk ............................................................ 40
3. Sarana dan Prasarana Daerah ................................................ 50
4. Sarana dan Prasarana SD/MI ................................................ 55
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian.............................................. 61
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun.... 61
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar.................... 66
C. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 78
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun ... 78
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar ................. 80
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................ 86
A. Kesimpulan .............................................................................. 86
B. Implikasi .................................................................................. 87
C. Saran ....................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
ABSTRAK
Siti Puji Hastuti. ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2007 DAN PREDEKSI TAHUN 2013. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan dan persebaran penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2013; (2) Mengetahui penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2013.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif geografis. Variabel dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia 7-12 tahun dan penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang meliputi gedung, ruang kelas, tenaga guru dan tenaga perpustakaan di Kecamatan Tasikmadu. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi, dan observasi lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah eksponensiil dan proyeksi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,48%; (2) Penduduk Kecamatan Tasikmadu yang berusia 7-12 tahun tersebar di 10 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 5.214 jiwa, jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Papahan dengan jumlah sebanyak 696 jiwa dan yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu 300 jiwa. Pada tahun 2013 yang akan datang jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu diperkirakan akan berkurang menjadi 5.066 jiwa. (3) Penyediaan fasilitas pendidikannya meliputi; (a) jumlah gedung SD/MI di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 berjumlah 28 gedung Sekolah Dasar pada tahun 2013 diperkirakan akan berkurang sebanyak 8 gedung. (b) Jumlah Ruang kelas pada tahun 2007 mengalami kelebihan 2 buah, sedangkan pada tahun 2013 jumlah ruang kelas yang dibutuhkan hanya 122 buah sehingga di Kecamatan Tasikmadu terdapat kelebihan 52 buah, untuk itu diperlukan penggabungan Sekolah Dasar sebanyak 8 buah agar lebih efektif dan efisien. (c) Jumlah tenaga guru yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada Tahun 2007 adalah sebanyak 243 orang, sedangkan pada tahun 2013 hanya dibutuhkan sebanyak 167 guru sehingga di Kecamatan Tasikmadu terdapat kelebihan jumlah guru sebanyak 76 orang. (d) Jumlah tenaga perpustakaan yang dibutuhkan untuk SD/MI di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan sebanyak 5 orang, yang paling sedikit adalah 2 orang yang berada di Desa Buran, Desa Gaum, dan Desa Wonolopo.
viii
ABSTRACT
Siti Puji Hastuti. ANALYSIS OF GROWTH POPULATION AND THE PROVISION OF FACILITIES BASIC EDUCATION SCHOOL IN TASIKMADU DISTRICT KARANGANYAR REGENCY IN 2007 AND PREDICTION 2013. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University of Surakarta, March 2010.
The purpose of this study is: (1) Knowing the growth and spread of primary school age population (7-12 years) in Tasikmadu district Karanganyar regency 2007-2013; (2) Knowing the provision of educational facilities Elementary School in Tasikmadu district Karanganyar regency 2007-2013.
This research is a geographical descriptive method. The variables used in the research are the growth and spread of primary school age population (7-12 years) and the provision of educational facilities Elementary School are building, classrooms, teachers, and librarian. The data collecting technique applied that is documentation, and observation of field. The data analytical technique applied is eksponensiil and projection.
Based on the research results can be concluded: (1) The number of age residents 7-12 years in Tasikmadu district in the year 2007 experiencing growth of resident equal - 0,48%; (2) The district Resident of Tasikmadu having age 7-12 years spread over in 10 villages with number of residents 5.214 child, number of residents is many to resides in Papahan with number of 696 men and fewest resided in Buran that is 300 child. In the year 2013 which will come number of age residents 7-12 years in Tasikmadu district decreases to become 5.066 child. (3) The provision of educational facilities Elementary School in Tasikmadu are; (a) Number of buildings SD/MI in Tasikmadu the year 2007 amounts to 28 elementary school in the year 2013 will estimated decrease counted 8 building; (b) The number of class rooms in the year 2007 experiencing excess of 2 class, while in the year 2013 class room amounts required only 122 class so that in Tasikmadu district there is excess of 52 class, for the purpose is required merger of elementary school counted 8 build of that more efficient and effectively. (c) The number of the teachers in Tasikmadu district at year 2007 is 243, while in the year 2013 only required 167 teachers for the purpose in Tasikmadu district there is excess of number of 76 teachers. (d) The number of librarian required for SD/MI in Tasikmadu district in the year 2013 is 33 mans who at most is Papahan about 5 man, fewest is 2 man is residing in Buran village, Gaum village, and Wonolopo village.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
ix
Penduduk merupakan suatu kelompok organisasi yang terdiri dari
individu-individu yang sejenis dan mendiami suatu daerah dengan batas-batas
tertentu. Penduduk suatu daerah dapat juga meliputi seluruh manusia yang hidup
di tahun yang sama dan menempati daerah yang sama. Menurut Undang-Undang
RI No.10 tahun 1992 yang dimaksud penduduk adalah orang yang dalam
fungsinya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara,
dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas
wilayah negara pada waktu tertentu (Mantra, 2003:3).
Kebijakan kependudukan dan program pembangunan sosial dan ekonomi
yang dilaksanakan Indonesia selama tiga dekade yang lalu telah berhasil
menurunkan angka kelahiran dan kematian sehingga mampu menghambat laju
pertumbuhan penduduk dari 2,3 % pada periode 1971-1980 menjadi 1,4 % per
tahun pada periode 1990-2000 meskipun jumlah penduduk Indonesia masih
akan terus bertambah. Di daerah yang pertumbuhan penduduknya telah menurun,
terjadi perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan penurunan
proporsi anak-anak usia di bawah 15 tahun disertai dengan peningkatan pesat
proporsi penduduk usia kerja dan peningkatan proporsi penduduk usia lanjut
(lansia) secara perlahan, sedangkan di daerah yang tingkat pertumbuhan
penduduknya masih tinggi, proporsi penduduk usia 0-14 tahun masih besar
sehingga memerlukan investasi sosial dan ekonomi yang besar pula untuk
penyediaan sarana tumbuh kembang, termasuk pendidikan dan kesehatan.
Proporsi penduduk muda Indonesia semakin menurun akibat semakin
rendahnya angka fertilitas. Penurunan ini akan menyebabkan semakin
menurunnya jumlah anak-anak yang masuk Sekolah Dasar. Bila ukuran seperti
perubahan jumlah murid digunakan, bisa jadi ditemukan penurunan jumlah murid
di Sekolah Dasar dengan interpretasi terjadi penurunan partisipasi sekolah.
Namun, bila digunakan angka partisipasi sekolah, maka akan ditemukan
peningkatan partisipasi di tingkat SD yang disebabkan semakin rendahnya jumlah
penduduk usia Sekolah Dasar. (www.datastatistik-Indonesia.com)
Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya teratasi dalam
pembangunan pendidikan. Penurunan penduduk usia muda terutama kelompok
1
x
usia Sekolah Dasar sebagai dampak positif program Keluarga Berencana
menyebabkan turunnya jumlah siswa yang bersekolah pada jenjang SD/MI dari
tahun ke tahun. Pada saat yang sama terjadi pula perubahan struktur usia SD/MI
dengan semakin menurunnya siswa yang berusia lebih dari 12 tahun dan
meningkatnya siswa yang berumur kurang dari 7 tahun. Hal tersebut terus
dipertimbangkan dalam menyediakan fasilitas pelayanan pendidikan sehingga
efisiensi dapat terus ditingkatkan. (www.pdankjatim.net)
Pada dekade tahun 1970-80an, kebijakan pendidikan dasar bagi murid
sekolah dasar diwujudkan dengan pembangunan gedung-gedung Sekolah Dasar
sampai ke wilayah-wilayah pedesaan yaitu melalui pogram INPRES SD. Sampai
pertengahan tahun 1990an, usaha pemerintah tersebut menunjukkan hasil yang
cukup menggembirakan dengan melihat fakta-fakta di lapangan terutama di
pedesaan banyak anak-anak yang berduyun-duyun ke sekolah-sekolah dan banyak
gedung-gedung Sekolah Dasar yang telah di bangun. (Tilaar, 2003:29)
Kebijakan Presiden tersebut dilaksanakan seiring dengan adanya program
pengontrolan kelahiran yaitu melalui program Keluarga Berencana. Akibat
pelaksanaan program ini terjadi penurunanan laju pertumbuhan penduduk yaitu
pada periode tahun 1971-1980 laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
2,3 %, pada periode tahun 1980-1990 dan 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk
terus menurun, masing-masing menjadi 1,9 % dan 1,3 %. (Mantra, 2003:150).
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 2000 yang
cenderung mengalami penurunan, maka akan mempengaruhi jumlah penduduk
sehingga jumlah siswa yang bersekolah terutama di usia Sekolah Dasar (7-12
tahun) semakin menurun, oleh karena itu fasilitas pendidikan yang tersedia supaya
disesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada agar lebih efektif dan efisien.
Persebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan kesulitan dalam
penyediaan dan pemerataan sarana pendidikan, hal ini disebabkan oleh kondisi
geografis yang berbeda-beda di setiap wilayah. Perbedaan itu dapat ditinjau dari
faktor fisis dan non fisis, kedua faktor tersebut dijelaskan oleh Nursid
Sumaatmadja yaitu bahwa faktor fisis dapat diperhatikan kondisi tanah, air,
morfologi, iklim, dan sumber daya alam yang ada dalam lapisan kulit bumi kita
xi
ini. Faktor yang termasuk non fisis meliputi kondisi kependudukan, ekonomi,
budaya, politik dan hal-hal yang erat hubungannya dengan perilaku kehidupan
manusia.
Dampak dari masalah kependudukan di Indonesia adalah merosotnya
kualitas penduduk. Masalah kualitas penduduk yang dimaksud adalah masalah
tingkat kehidupan penduduk itu sendiri terutama bila dilihat dari kemakmuran dan
fasilitas hidup yang tersedia. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal
pembangunan bila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban
pembangunan bila kualitasnya rendah. Salah satu indikator untuk mengetahui
kualitas penduduk disuatu daerah adalah dengan melihat keadaan tingkat
pendidikan di daerah tersebut.
Kecamatan Tasikmadu merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Karanganyar, terdiri dari 10 desa, dengan luas 27,60 km2. Berdasarkan
data dari lapangan pada tahun 2007 jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7-12
tahun) di Kecamatan Tasikmadu berjumlah 5.214 jiwa, dengan jumlah gedung
Sekolah Dasar yang ada sampai saat ini adalah 28 gedung, sedangkan jumlah
ruang kelasnya adalah 174 buah, dan siswa yang tercatat pada SD/MI di
Kecamatan Tasikmadu yaitu 5.032 siswa, maka apabila dilihat dari jumlah siswa
dan jumlah ruang kelasnya terlihat masih banyak sekolah yang mengalami
kekurangan jumlah murid.
Keadaan pendidikan yang cukup memprihatinkan seperti yang telah
diterangkan di atas, menuntut adanya kebijaksanaan dari pemerintah. Salah satu
langkah yang harus ditempuh adalah dengan adanya pelaksanaan program
penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar untuk efisiensi biaya perawatan
gedung Sekolah Dasar dan peningkatkan mutu Sekolah Dasar.
Melihat kondisi dan fenomena sosial yang menarik ini maka penelitian ini
diarahkan untuk menganalisis pertumbuhan penduduk dan persebarannya di
Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 dan 2013; Alasan menggunakan tahun
2007 karena pada tahun tersebut pemerintah Kabupaten Karanganyar
mengeluarkan kebijakan yaitu Keputusan Bupati Karanganyar No. 890/7/2007
tentang pembentukan tim pendirian, pengintegrasian, dan penghapusan sekolah
xii
formal dan non formal sebagai upaya pemecahan masalah mengenai kelebihan
sarana gedung Sekolah akibat dari penurunan jumlah anak usia Sekolah Dasar
yang nantinya akan digunakan untuk melakukan proyeksi jumlah penduduk pada
6 tahun yang akan datang di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2013 dihubungkan
dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, sehingga akan ditemukan kesimpulan-
kesimpulan yang berguna untuk merencanakan pembangunan fasilitas pendidikan
pada tahun yang akan datang, sebagai upaya untuk memecahkan masalah
pendidikan yang berhubungan dengan masalah kependudukan.
Bertolak belakang dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PERTUMBUHAN
PENDUDUK DAN PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH
DASAR DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2007 DAN PREDIKSI TAHUN 2013”.
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pertumbuhan penduduk dan persebaran penduduk usia Sekolah
Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan
2013 ?
2. Bagaimana penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan
Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pertumbuhan dan persebaran penduduk usia Sekolah Dasar di
Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013.
2. Mengetahui penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan
Tasikmadu Kabupaten Karanganyar tahun 2007 dan 2013.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat antara lain:
1 Manfaat Teoritis
xiii
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu yang bersifat teoritis khususnya pada bidang geografi
dalam membantu memecahkan masalah-masalah sosial, khususnya masalah
kependudukan dan dapat dipakai sebagai acuan pengembangan penelitian
yang sejenis.
2 Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan pemerintah sebagai
salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil alternatif kebijakan
yang akan dikerjakan.
b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pembuatan media
pembelajaran di kelas XI SMA yaitu pada kompetensi dasar kemampuan
memprediksi dinamika perubahan antroposfer dan dampaknya terhadap
kehidupan dimuka bumi dengan materi pokok Antroposfer yang
memiliki indikator sebagai berikut:
Meganalisis komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis
kelamin.
Menghitung pertumbuhan penduduk suatu wilayah.
Menyajikan informasi kependudukan melalui peta, tabel dan
grafik / diagram.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dapat diartikan sebagai bertambah atau
berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara dalam kurun waktu
tertentu (Mudjiman, 1988: 146). Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah
dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian, migrasi masuk, dan migrasi
keluar. Pertumbuhan penduduk terjadi bila jumlah kelahiran lebih besar daripada
jumlah kematian, sedang jumlah pendatang tidak lebih kecil dibanding penduduk
yang pergi dari daerah tersebut.
xiv
Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran,
kematian, dan migrasi penduduk (Rusli, 1983: 35). Penduduk akan bertambah
jumlahnya kalau ada bayi yang lahir dan penduduk yang datang, dan penduduk
akan berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang mati dan yang meninggalkan
wilayah tersebut.
Mantra (2003: 85) mengemukakan rumus-rumus yang digunakan dalam
menghitung pertumbuhan penduduk yaitu:
1. Pertumbuhan Penduduk Geometris (Geometris Growth)
Pertumbuhan penduduk geomtris adalah pertumbuhan penduduk bertahap
(discreate), yaitu dengan memperhitungkan pertumbuhan penduduk hanya
pada akhir tahun dari suatu periode. Rumus yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan penduduk secara geometris yaitu:
Pt = Po(1+r)t
Dimana:
Pt : Banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal
r : Angka pertumbuhan penduduk
t : Jangka waktu (dalam banyaknya tahun)
2. Pertumbuhan Penduduk Eksponensial (Exponential Growth)
Pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan penduduk yang
berlangsung terus-menerus (continous). Rumus yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan penduduk secara eksponensial yaitu:
Pt = Po.ert
Dimana:
Pt : Banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal
r : Angka pertumbuhan penduduk
t : Jangka waktu
e : Angka eksponensial (2,71828)
6
xv
3. Pertumbuhan Penduduk Arithmatic (Pertumbuhan Penduduk Hitung)
Pertumbuhan penduduk arithmatic adalah pertumbuhan penduduk dengan
jumlah (absolut number) sama setiap tahun. Rumus yang digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan penduduk secara arithmatic yaitu:
Pn = Po(1+rn)
Dimana:
Pn : Banyaknya penduduk pada tahun n
Po : Banyaknya penduduk pada tahun awal (dasar)
r : Angka pertumbuhan penduduk
n : Periode waktu dalam tahun
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh kelahiran (Fertilitas), kematian
(Mortalitas), dan migrasi (Migration). Berikut ini akan dijelaskan variabel yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk sebagai berikut:
1. Kelahiran (Fertilitas)
Kelahiran (fertilitas) merupakan hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau sekelompok wanita di suatu daerah tertentu. Jadi fertilitas menyangkut
banyaknya bayi yang lahir hidup (Hatmadji, 1981: 57)
Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda
kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya.
(Mantra, 2003: 145)
Ukuran dasar kelahiran (fertilitas) yang sering digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth Rate = CBR)
Tingkat fertilitas kasar didefinisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup
pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau
dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:
kPBCBR
Dimana:
CBR = Crude Birth Rate atau Tingkat Kelahiran Kasar
xvi
P = Penduduk pertengahan tahun
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
(Hatmadji, 1981: 7)
b. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate = GFR)
Tingkat fertilitas umum adalah perbandingan jumlah kelahiran dengan
jumlah penduduk perempuan usia 15 – 49 tahun. Jadi sebagai penyebut tidak
menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi jumlah penduduk
perempuan pertengahan tahun umur 15 – 49 tahun. Tingkat kelahiran ini dicari
dengan menggunakan rumus:
k
tahunnpertengahapadaumurwanitapendudukJumlah
tertentutahunpadakelahiranJumlahGFR
4915
Atau
kPf
BGFR
)4915(
Dimana:
GFR = Tingkat Fertilitas Umum
B = Jumlah kelahiran
Pf (15 – 49) = Jumlah penduduk perempuan umur 15 - 49 tahun pada
pertengahan tahun.
k = Bilangan konstan biasanya 1.000
(Mantra, 2003: 151)
c. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate = ASFR)
Tingkat fertilitas menurut umur adalah banyaknya kelompok setiap 1000
wanita pada kelompok umur tertentu. Angka kelahiran menurut umur dapat
dihitung dengan rumus berikut:
k
tahunnpertengahapadaiumurkelompokperempuanJumlah
iumurkelompokpadabayikelahiranJumlahASFRi
Atau
xvii
kPfBASFR
i
ii
Dimana:
Bi = Jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi = Jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
k = Bilangan konstan biasanya 1.000
(Mantra, 2003: 152)
d. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFR)
Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-
laki dan perempuan tiap 1000 penduduk yang hidup hingga akhir masa
reproduksinya dengan catatan:
Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri
masa reproduksinya;
Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu
tertentu.
Tingkat fertiilitas total dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
iASFRTFR 5
Dimana:
TFR = Total Fertility Rate
å = Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi = Tingkat fertilitas menurut umur ke 1 dari kelompok berjenjang 5
tahunan.
(Mantra, 2003: 158)
2. Kematian (Mortalitas)
Kematian atau mortalitas adalah salah satu kompenen proses demografi
yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya tingkat
mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan
penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
xviii
Budi Utomo (1981: 86) menyebutkan bahwa peristiwa kematian atau
yang dimaksud mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda – tanda kehidupan
secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup, disamping
mortalitas dikenal istilah morbidilitas yang diartikan sebagai penyakit atau
kesakitan. Penyakit dan kesakitan dapat menimpa manusia lebih dari satu kali dan
selanjutnya rangkaian mordbiditas ini atau sering disebut morbiditas kumulatif
pada akhirnya menghasilkan peristiwa yang disebut kematian.
Ukuran dasar kematian (mortalitas) yang sering digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR)
Tingkat kematian kasar didefinisikan sebagai banyaknya kematian pada
tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Dengan rumus
dapat ditulis sebagai berikut:
kPmDCDR
Dimana:
CBR = Crude Death Rate atau Tingkat Kematian Kasar
D = Jumlah kematian pada tahun tertentu
Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
b. Tingkat Kematian Menurut Umur dan Jenis Kelamin
(Age SpecificDeath Rate = ASDR)
Tingkat kematian kasar didefinisikan sebagai angka yang menyatakan
banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu, tiap 1000 penduduk dalam
kelompok umur yang sama. Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut:
k
tahunnpertengahapadaiumurkelompokpendudukJumlah
iumurkelompokpendudukkematianJumlah
iUmurKelompokKematianTingkat
Atau
kPmDASDR
i
ii
xix
Dimana:
ASDR i = Tingkat kematian menurut umur
Di = Jumlah kematian pada tahun tertentu
Pmi = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
c. Tingkat Kematian Bayi
Angka kematian bayi atau tingkat kematian bayi berasal dari Infant
Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja
terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk
keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat
tinggal. Angka kematian bayi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
k
tertentutahunpadahidupkelahiranJumlah
tertentutahunpadabayikematianJumlah
BayiKematianTingkat
Atau:
kB
DoIMR
Dimana:
IMR = Tingkat Kematian Bayi
Do = Jumlah kematian pada tahun tertentu
B = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
3. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain
dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan (Munir, 1981: 116). Hal ini
senada dengan yang dimaksudkan oleh Daldjoeni (1982: 44) yang menyebutkan
bahwa migrasi adalah gerakan penduduk dari region satu menuju region yang lain
untuk menempatinya secara permanen.
xx
Munir (1981: 123) membagi ukuran-ukuran dalam migrasi adalah sebagai
berikut:
a. Angka Mobilitas
Angka mobilitas adalah perbandingan dari banyaknya penduduk yang
pindah secara lokal (mover) dalam jangka waktu tertentu dengan banyaknya
penduduk. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:
kPMm
Dimana:
m = Angka mobilitas
M = Jumlah mover
P = Jumlah penduduk
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
b. Angka Migrasi Masuk
Angka migrasi masuk adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran
yang masuk per 1000 orang penduduk daerah tujuan dalam waktu satu tahun.
Rumus yang digunakan adalah:
kPImi
Dimana:
mi = Angka migrasi masuk
I = Jumlah migrasi masuk
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
c. Angka Migrasi keluar
Angka migrasi keluar adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran
yang keluar per 1000 orang penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun.
Rumus yang digunakan adalah:
kPOmo
Dimana:
Mo= Angka migrasi keluar
xxi
O = Jumlah migrasi keluar
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
d. Angka Migrasi Neto
Angka migrasi neto adalah selisih banyaknya migran yang masuk dan
keluar ke dan dari suatu daerah dalam satu tahun. Rumus yang digunakan
adalah:
kP
OImn
Dimana:
Mn = Angka migrasi neto
I = Jumlah migrasi masuk
O = Jumlah migrasi keluar
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
e. Angka Migrasi Bruto
Angka migrasi bruto adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kejadian perpindahan yaitu jumlah migrasi masuk dan keluar dibagi jumlah
penduduk tempat asal yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah:
kPPOImn
Dimana:
Mn= Angka migrasi bruto
I = Jumlah migrasi masuk
O = Jumlah migrasi keluar
P = Jumlah penduduk tempat tujuan
k = Bilangan konstan yang biasanya 1.000
Dari ketiga faktor di atas yang berupa fertilitas, mortalitas, dan migrasi
dapat dihitung besarnya pertumbuhan penduduk, yaitu selisih antar fertilitas
dengan mortalitas ditambah selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar, atau
xxii
perubahan jumlah dalam waktu satu tahun, sebagai akibat dari adanya selisih
antara jumlah kelahiran dan kematian.
Untuk menghitung pertumbuhan penduduk bertahap atau pertumbuhan
penduduk tahunan dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut:
Pt = Po + (B – D) + (I – E)
Dimana:
Pt = Banyaknya penduduk pada tahun akhir
Po = Banyaknya penduduk pada tahun awal
B = Banyaknya kelahiran
D = Banyaknya kematian
I = Banyaknya migrasi masuk
E = Banyaknya migrasi keluar
(Enoch, 1992: 134)
Variabel pertumbuhan yang dihitung dalam penelitian ini meliputi:
1. Penduduk kelompok usia 7-12 tahun
Penduduk kelompok usia 7-12 tahun merupakan batasan dalam penelitian
ini, kaitannya dengan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang dibutuhkan.
2. Murid Sekolah Dasar
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional murid / peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 1), sedangkan menurut
Vembriarto (1981: 2) pendidikan adalah proses akulturasi pada anggota
xxiii
masyarakat yang masih muda oleh anggota-anggota masyarakat yang lebih tua
dalam proses institusional yang berupa pengertian, norma-norma, pengetahuan
dan teknologi dalam masyarakat diserahkan kepada generasi baru.
a. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Dasar adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai landasan untuk berpijak
dan dari sanalah segala aktivitas yang berdiri diatasnya termasuk aktivitas
penduduk akan dijiwai atau diwarnainya. Tujuan adalah sesuatu yang akan
diraih dengan melakukan aktivitas tersebut.
Pemerintah Indonesia telah menggariskan dasar pendidikan dan
pengajaran Pasal 2 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional berbunyi pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Suatu rencana tidak akan terarah bila belum diketahui tujuannya.
Demikian pula pendidikan, menurut pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun
2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b. Jenjang Pendidikan
Tirtarahardja dan La Sulo, (1994: 264) berpendapat bahwa jenjang
pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan
kedalaman bahan pengajaran.
Menurut pasal 1 butir 8 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyatakan
bahwa jenjang pendidikan yang diterapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Menurut pasal
17 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bahwa Pendidikan Dasar
diselenggarakan untuk ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan
xxiv
untuk mengikuti pendidikan menengah, pendidikan dasar berbentuk Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat
serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat. Sementara itu pendidikan menengah menurut
pasal 18 burtir 1 adalah merupakan lanjutan pendidikan dasar serta
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi, pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat. Pasal 19 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan Diploma (D1, D2, D3, D4),
Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan oleh
Perguruaan Tinggi.
Pada bab V pasal 6 UU No 2 tahun 1989 mengenai peserta didik yang
berisi warga negara yang berumur 6 (enam tahun) berhak mengikuti
pendidikan dasar, sedangkan pasal 14 UU No 14 tahun 1989 berisi warga
Negara yang berumur 7 (tujuh) tahun berkewajiban mengikuti pendidikan
dasar atau pendidikan dasar setara sampai tamat, dari kedua pasal diatas kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa penduduk pada kelompok umur 7-12
tahun wajib untuk mengikuti pendidikan dasar program 6 tahun yang terdiri
atas Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan pendidikan setara SD.
Hal ini sesuai dengan program pembangunan nasional yang berawal dari pelita
V mengenai pilot project atau perintisan wajib belajar sampai sekolah
menengah yang mengambil jenjang umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun sebagai
dasar pendataan untuk selanjutnya dapat diambil keputusan program-program
selanjutnya.
c. Jalur Pendidikan
xxv
Philip H. Copmbs seorang ahli perencanaan pendidikan dalam Vembriarto
(1981: 22) mengklasifikasikan bentuk-bentuk pendidikan menjadi 3 golongan
yaitu:
1). Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang
dari pengalaman sehari-hari dengan sadar ataupun tidak sadar sejak
seseorang lahir sampai mati, di dalam keluarga dalam pekerjaan atau
pergaulan sehari-hari.
2). Pendidikan formal yang kita kenal dengan pendidikan sekolah yang
teratur bertingkat dan mengikuti peraturan-peraturan yang jelas dan
ketat.
3). Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar
dilakukan tetepi tidak terlalu mengikuti peraturan yang tetap dan
ketat.
Kemudian menurut pasal 13 butir 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, juga menjelaskan tentang jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya. Adapun penjelasannya terdapat dalam
pasal 1 butir 11, 12 dan 13 yaitu sebagai berikut:
1). Pendidikan formal
Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
a) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau berbentuk lainnya yang
sederajat.
b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah
berbentuk SMA (Sekolah Menengah Atas), MA (Madrasah
xxvi
Aliyah), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), dan MAK
(Madrasah Aliyah Kejuruan) atau bentuk lain yang sederajat.
c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister,
Spesialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan
Tinggi dapat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi,
Institut atau Universitas. Perguruan Tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi dan atau vokasi.
2). Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan berfungsi sebagai pengganti, penambah
dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
ketrampilan dan pelatiahan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus,
lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar
masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, ketrampilan, kecakapan hidup, dan
sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
xxvii
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.
3). Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil
pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar
nasional pendidikan.
Pendidikan yang mencakup tiga kriteria diatas keberadaannya
sangat penting menurut Undang–Undang Pendidikan Tahun 2003
adalah:
a) Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal.
Pendidikan anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman
Kanak – Kanak (TK), Raudhotul Athfal (RA), atau bentuk lain
yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini ini pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
b) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemeritah non
departemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal dan informal.
c) Pendidikan Keagamaan.
xxviii
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan pesarta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalkan nilai – nilai ajaran agamanya dan
atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan
informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah,
pesantren, pasraman, dan bentuk lain yang sejenis.
d) Pendidikan jarak jauh
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan
layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak
dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk,
modus, dan cakupan, yang didukung oleh sarana dan layanan
belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai
dengan standar nasional pendidikan.
e) Pendidikan Khusus dan Pendidikan layanan khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Pendidikan layanaan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang
terpencil.
3. Pengertian Fasilitas Pendidikan
Perkembangan anak didik akan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan
faktor lingkungan. Bakat anak didik akan berkembang apabila didukung oleh
tersedianya fasilitas maupun lingkungan yang memadai. Sebaliknya bakat yang
xxix
ada pada seseorang tidak dapat berkembang jika tidak ada fasilitas maupun
lingkungan yang mendukung. Jadi fasilitas belajar akan menunjang keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain fasilitas belajar adalah
segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar.
Sarana pendidikan merupakan semua fasilitas yang ditentukan dalam
proses belajar mengajar baik bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian
tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Sarana
pendidikan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar
yang meliputi gedung belajar, perkantoran, ruang belajar, ruang UKS, tenaga
perpustakaan, buku pelajaran dan prasarana yang lain termasuk guru sebagai
pendidik. Sarana prasarana menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun
2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI adalah perlengkapan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang diperlukan untuk
menjalankan fungsi satuan pendidikan.
Pada umumnya semakin lengkap fasilitas pendidikan akan memperlancar
dan membuat semakin efektif proses belajar mengajar, semakin efektif proses
belajar mengajar merupakan indikator peningkatan kualitas yang lebih baik.
Penyediaan fasilitas pendidikan merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan.
Secara spesifik fasilitas pendidikan yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah :
a. Gedung Sekolah Dasar
Gedung diartikan sebagai bangunan (rumah), baik untuk kantor, rapat, atau
tempat pertunjukan. Sekolah diartikan sebagai lembaga pendidikan yang
memiliki unsur personel didalam lingkungan sekolah (kepala sekolah, guru,
karyawan dan murid) dan sebagai lembaga formal yang ada dibawah instansi
atasan baik itu kantor dinas / kantor wilayah departemen yang bersangkutan
(Arikunto, 1986: 5). Sekolah Dasar merupakan bentuk satuan pendidikan
dasar yang menyelenggarakan program 6 tahun. Berdasarkan pengertian diatas
xxx
maka dapat disimpulkan bahwa gedung sekolah dasar merupakan suatu
bangunan untuk kegiatan bersekolah sebagai lembaga pendidikan dasar yang
menyelenggarakan program pendidikan 6 tahun.
Menurut Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun 2007
tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI bangunan gedung sekolah
adalah gedung yang sebagian atau seluruhnya berada di atas lahan, yang
berfungsi sebagai tempat untuk pembelajaran pada pendidikan formal.
Adapun data tentang jumlah kebutuhan gedung Sekolah Dasar yang ideal
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TampungDaya
DasarSekolahSiswaJumlahSekolahGedungJumlah
Keterangan :
Daya Tampung SD : 40/ Rombongan Belajar
( Sumber : SK Mendiknas No. 060/U/2002)
b. Ruang Belajar
Ruang belajar (ruang kelas) merupakan ruangan yang dibatasi oleh dinding
atau sekat lain yang digunakan untuk tempat belajar murid. Secara spesifik
disebutkan dalam Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 24 tahun
2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI adalah sebagai
berikut:
1) Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek
yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat
khusus yang mudah dihadirkan.
2) Banyak minimum ruang kelas sama dengan banayak rombongan
belajar.
3) Rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/ peserta didik.
4) Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaaan
yang memadai.
5) Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru
dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya.
xxxi
Kebutuhan ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu menurut
pedoman pelaksanaan penggabungan Sekolah Dasar dapat dihitung dengan
rumus dibawah ini:
c. Tenaga Guru
Menurut Undang-undang No.2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanaan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdiaan kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pengajar,
merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama
mengajar, pada pendidikan dasar dan menengah.
Perhitungan kebutuhan guru Sekolah Dasar didasarkan pada jumlah
kelas/rombongan belajar dengan rumus:
Kebutuhan guru SD adalah kebutuhan guru yang diberi tugas untuk mengajar
seluruh mata pelajaran selain pendidikan jasmani dan kesehatan serta
pendidikan agama. (http://www.pmptk.net/).
Jumlah guru SD adalah Jumlah guru sebanyak rombongan belajar yang
mengajar seluruh mata pelajaran kecuali agama dan jasmani olahraga
ditambah 1 orang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan 1
orang guru Pendidikan Agama.
(Pedoman Standar Pelayanaan Minimal Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah
tidak merata di antara setiap Sekolah Dasar Negeri merupakan salah satu alasan
dalam Penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar.
B. Penelitian yang Relevan
1. Edy Santoso dan Danial Achmad (1996) dalam buku Jurnal Ilmu Pendidikan
yang berjudul: Perencanaan Kebutuhan Ruang Belajar dan Guru Sekolah
Dasar Negeri dalam kaitannya dengan anak usia sekolah di Kotamadya
Bandarlampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
perkiraan tentang: (1) jumlah anak usia Sekolah Dasar di Kotamadya
Bandarlampung pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan 1994/1995; (2)
kebutuhan ruang belajar dan gedung sekolah bagi pelayanan kebutuhan belajar
anak usia Sekolah Dasar pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan
1994/1995; (3) kebutuhan guru dan penyebarannya di Kotamadya
Bandarlampung pada tahun ajaran 1991/1992 sampai dengan 1994/1995.
Analisis data yang digunakan adalah analisis prediksi. Pertama adalah prediksi
arus siswa berdasarkan laju pertanbahan penduduk usia Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandarlampung. Atas dasar arus siswa itu, dibuat perhitungan
kebutuhan kelas pada setiap Sekolah Dasar dengan rasio 40:1. Berdasarkan
raiso guru dalam hal ini digunakan guru kelas sebagai pedoman, maka angka
rasio guru dengan murid adalah 1:40. atas dasar data penelitian awal maka
dapat diketahui perkiraan arus siswa, kebutuhan guru, dan kebutuhan ruang
belajar pada lima tahun yang akan datang pada setiap Kecamatan di
Kotamadya Bandarlampung. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Jumlah murid
di Kotamadya Bandarlampung rata-rata menurun, (2) Di Kotamadya Bandar
Lampung terdapat kelebihan guru; yaitu pada tahun ajaran 1991/1992 terdapat
3.230 orang guru, sedangkan untuk tahun proyeksi hanya dibutuhkan
sebanyak 1.963 orang guru; (3) Pada tahun ajaran 1991/1992 hanya terdapat
1.400 ruang kelas, sedangkan untuk tahun proyeksi dibutuhkan sebanyak
1.965 ruang kelas, dengan demikian ruang kelas yang tersedia masih
mengalami kekurangan.
2. Tri Yunianto Agung Setiawan (2005) Analisis Pertumbuhan Penduduk dan
Perencanaan Penyediaan Fasilitas Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan
xxxvi
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2004 dan Prediksi tahun 2010. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pertumbuhan dan persebaran
penduduk usia SD di Kecamatan Ungaran tahun 2004 dan 2010. (2)
Mengetahui penyediaan gedung SD di Kecamatan Ungaran Tahun 2004 dan
2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan populasi
anak usia 6-12 tahun yang ada di Kecamatan Ungaran. Teknik Analisis yang
digunakan deskriptif kualitatif. Pengambilan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) menghitung tingkat pertumbuhan penduduk usia SD; (2)
menghitung jumlah penduduk usia 6-12 tahun; (3) menghitung kebutuhan
gedung Sekolah Dasar tahun 2010; (4) Memetakan persebaran data yaitu:
memetakan pertumbuhan dan persebaran penduduk usia SD. Hasil dari
penelitian ini adalah: (1) jumlah penduduk usia 6-12 tahun di Kecamatan
Ungaran Pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,85%;
(2) penduduk Kecamatan Ungaran yang berusia 6-12 tahun tersebar di setiap
kelurahan; (3) Gedung Sekolah Dasar yang tersedia pada tahun 2004 tersebar
di 21 desa/kelurahan dan Gedung sekolah Dasar yang berjumlah 65 buah pada
tahun 2010 akan mengalami pengurangan gedung seiring dengan kebijakan
pemerintah terkait dengan regrouping Sekolah Dasar karena kurang
terpenuhinya jumlah siswa ideal suatu Sekolah Dasar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Penelitian yang Relevan
Peneliti Judul Data Metode Analisis Hasil
Edy Santoso, Danial Achmad (Jurnal penelitian yang tidak dipublikasikan) dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.1996
Perencanaan Kebutuhan Ruang Belajar dan Guru Sekolah Dasar Negri dalam Kaitannya dengan Anak Usia Sekolah Dasar di Kotamadya Bandarlampung.
Jumlah Murid Jumlah Guru Jumlah Ruang
Belajar
Deskriptif Survai
Prediksi
1). Jumlah murid di Kotamadya Bandarlampung rata-rata menurun.
2). Di Kotamadya Bandarlampung terdapat kelebihan guru.
3). Ruang kelas yang tersedia masih mengalami kekurangan.
xxxvii
Tri Yunianto Agung Setiawan Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2005
Analisis Pertumbuhan Penduduk dan Perencanaan Penyediaan Fasilitas Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2004 dan Prediksi Tahun 2010.
Jumlah Anak usia 6-12 tahun
Jumlah Siswa Jumlah
Gedung
Deskriptif Kualitatif
Proyeksi Eksponensi
il
1) Jumlah penduduk usia 6-12 tahun di Kecamatan Ungaran Pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan penduduk sebesar -0,85%
2) Penduduk Kecamatan Ungaran yang berusia 6-12 tahun tersebar di setiap kelurahan
3) Gedung SD yang tersedia pada tahun 2004 tersebar di 21 Kelurahan
Dan Gedung SD yang berjumlah 65 buah pada tahun 2010 akan mengalami pengurangan.
Siti Puji Hastuti Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010
Analisis Pertumbuhan Penduduk dan Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 dan Prediksi Tahun 2013
Jumlah Anak usia 7-12 tahun
Jumlah Murid Jumlah
Gedung Jumlah Ruang
Kelas Jumlah Guru Jumlah Tenaga Perpustakaan
Deskriptif Geografis KkKkkkkkkkkkua
Proyeksi Eksponensi
il
---------------------------
C. Kerangka Berfikir
Analisis jumlah dan pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun sangat
diperlukan sebagai implikasi dari UU No 2 tahun 1989 tentang wajib belajar
pendidikan dasar dalam rangka penyediaan fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar
yang telah disediakan maupun yang akan dibutuhkan. Analisis jumlah dan
pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun meliputi: (i) perhitungan pertumbuhan
penduduk usia 7-12 tahun periode 2001- 2007; (ii) perhitungan jumlah penduduk
usia 7-12 tahun periode 2013 dan mengetahui persebarannya ditiap desa. Analisis
penyediaan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar meliputi; (i) analisis penyediaan
gedung Sekolah Dasar; (ii) analisis kebutuhan tenaga guru; (iii) analisis jumlah
ruang kelas yang ada, dan (iv) analisis jumlah tenaga perpustakaan yang
dibutuhkan.
Setelah menganalisis dua variabel diatas diharapkan dapat membantu
perencanaan pendidikan yang akan dilaksanakan, dimana dalam perencanaan
xxxviii
tersebut memperhatikan keadaan daerahnya. Kecamatan Tasikmadu sebagian
besar berupa wilayah dataran rendah. Penduduk tertinggi Kecamatan Tasikmadu
berada di Kelurahan Suruh dengan jumlah 6.675 jiwa, karena dekat dengan pusat
kota yang memiliki aksesibilitas yang mudah dengan fasilitas dan pelayanan
umum, sedangkan tingkat kepadatan penduduk paling padat berada di Desa
Papahan dengan kepadatan 2,886 jiwa/km2, karena memiliki sarana dan prasarana
yang memadai, memiliki aksesibilitas yang mudah, serta dekat dengan kota
Kecamatan Karanganyar. Adapun uraian kerangka pemikiran diatas dapat dilihat
dalam skema berikut ini:
Gambar 1. Diagram Alir Pemikiran
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten
Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Alasan penelitian dilakukan di daerah ini
karena adanya fenomena jumlah penduduk usia Sekolah Dasar (7-12 tahun) yang
Keadaan Daerah
Pertumbuhan Penduduk - Anak Usia 7-12 Tahun - Murid SD
Fasilitas Pendidikan - Gedung Sekolah - Ruang Belajar - Tenaga Guru - Tenaga Perpustakaan
Perencanaan Pendidikan
Keserasian Anak Usia 7-12 Tahun dengan Fasilitas Pendidikan Tingkat SD
xxxix
semakin menurun akibat pelaksanaan program Keluarga Berencana sehingga
dapat mempengaruhi jumlah fasilitas pendidikan Sekolah Dasar yang dibutuhkan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari proposal, perijinan, penelitian,
analisis data, sampai penyusunan laporan adalah sebagai berikut:
75 ke atas 478 919 1.397 2,52 Jumlah 27.532 27.847 55.379 100
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui rasio jenis kelamin dan rasio beban
tanggungan untuk wilayah Kecamatan Tasikmadu :
a). Rasio Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (1998: 5) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
terhadap jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Berdasarkan tabel 12 diatas untuk Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007
diketahui jumlah penduduk laki-laki 27.532 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 27.847 jiwa. Besarnya rasio jenis kelamin dapat diketahui dengan
rumus sebagai berikut :
Rasio jenis kelamin = 100
perempuanpendudukjumlahlakilakipendudukJumlah
Rasio jenis kelamin = 100847.27532.27
= 98,87 dibulatkan menjadi 99
lvi
Hasil perhitungan diatas menunjukkan rasio jenis kelamin di Kecamatan
Tasikmadu pada tahun 2007 adalah 99, artinya setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 99 penduduk laki-laki.
b). Rasio beban tanggungan
Rasio beban tanggungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk
dibawah usia 15 tahun dan diatas 65 tahun yang merupakan kelompok usia non
produktif terhadap jumlah penduduk berusia 15 64 tahun yang merupakan
kelompok usia produktif. Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui penduduk usia 0
14 tahun berjumlah 14.097 jiwa dan penduduk berusia diatas 65 tahun berjumlah
5.120 jiwa, sedangkan penduduk yang berusia 15 64 tahun berjumlah 36.180
jiwa. Rasio beban tanggungan di Kecamatan Tasikmadu diketahui dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Rasio beban tanggungan = 100)6415(
)65()140(
PPP
Rasio beban tanggungan = 100180.36
120.5097.14
= 100180.36217.19
= 53,11 dibulatkan menjadi 53
Hasil perhitungan diatas menunjukkan rasio beban tanggungan di
Kecamatan Tasikmadu adalah 53, artinya setiap 100 penduduk usia produktif
harus menaggung beban ekonomi 53 penduduk yang tidak produktif.
2) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat memberikan
gambaran tentang struktur ekonomi suatu daerah. Komposisi penduduk menurut
mata pencaharian di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
lvii
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007
No. Mata Pencaharian Banyaknya Jiwa %
1. Petani Sendiri 7.128 15,41 2. Buruh Tani 5.682 12,28 3. Pengusaha 305 0,66 4. Buruh Industri 15.117 32,68 5. Buruh Bangunan 3.016 6,52 6. Pedagang 2.281 4,93 7. Pengangkutan 226 0,49 8. PNS/TNI/Polri 2.030 4,39 9. Pensiunan 560 1,21
10. Lain-lain 9.911 21,43 Jumlah 46.256 100
Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
Kecamatan Tasikmadu mempunyai mata pencaharian sebagai buruh industri
15.117 jiwa atau 32,68%, karena di Kecamatan Tasikmadu terdapat industri baik
industri besar, maupun industri kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sektor industri menjadi sektor utama kegiatan ekonomi penduduk, sedangkan
yang lain mempunyai mata pencaharian di luar sektor industri. Mata pencaharian
terkecil di Kecamatan Tasikmadu adalah pengangkutan sebanyak 226 orang
karena sebagian besar masyarakatnya sudah memiliki sepeda dan sepeda motor
sehingga transportasi umum jarang dimanfaatkan masyarakat.
3) Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Komposisi penduduk menurut pendidikan dapat memberikan gambaran
tentang tingkat pendidikan penduduk suatu daerah. Tingkat pendidikan penduduk
di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini :
lviii
Tabel 11. Komposisi Penduduk 5 tahun ke atas menurut Pendidikan tertinggi di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007
No. Tingkat Pendidikan Banyaknya Jiwa %
1. Tidak / Belum Pernah Sekolah 4.105 8,06 2. Belum Tamat SD 5.033 9,88 3. Tidak Tamat SD 2.149 4,22 4. Tamat SD 17.046 33,45 5. Tamat SMP 11.689 22,94 6. Tamat SMA 9.037 17,73 7. Tamat Akademi / Perguruan Tinggi 1.896 3,72
Jumlah 50.955 100 Sumber : Kecamatan Tasikmadu Dalam Angka Tahun 2007/2008
Tingkat pendidikan penduduk merupakan dasar dari pengetahuan
penduduk, Nursid Sumaatnmadja (1980:33) berpendapat bahwa latar belakang
pendidikan dapat mengungkapkan berbagai gejala dan aspek kehidupan yang
harus dikembangkan. Tingkat pendidikan yang rendah, menjadi penghambat
pembangunan khususnya dalam pengembangan sarana pendidikan.
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan
Tasikmadu yang tidak / belum pernah Sekolah yaitu 4.105 jiwa atau (8,06%),
belum tamat SD yaitu 5.033 atau (9,88%), tidak tamat SD yaitu 2.149 atau
(4,22%), sedangkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah adalah tingkat
pendidikan tamat SD yaitu 17.046 jiwa (33,45%), kemudian tamat SMP 11.689
jiwa (22,94%), tamat SMA 9.037 jiwa (17,73%), sedangkan yang tamat
Akademi/Perguruan Tinggi 1.896 (3,72%). Banyaknya tamatan SMA di
Kecamatan Tasikmadu karena lapangan pekerjaan dibidang industri yaitu menjadi
buruh industri dan karyawan swasta, merupakan lapangan pekerjaan yang paling
banyak, sehingga untuk dapat bekerja sebagai buruh industri/karyawan swasta
diharuskan tamat SLTA.
3. Sarana dan Prasarana Daerah
Keadaan kehidupan penduduk dipengaruhi oleh sarana dan prasarana yang
tersedia. Sarana dan prasarana yang tersedia di Kecamatan Tasikmadu yang di ada
dalam penelitian yaitu:
lix
a. Sarana dan Prasarana Transportasi
Sarana transportasi sangat penting peranannya untuk menghubungkan
masyarakat dari daerah yang satu ke daerah lainnya dengan cepat dan mudah.
Sarana transportasi yang digunakan oleh penduduk Kecamatan Tasikmadu dapat
di lihat pada tabel 12 berikut :
Tabel 12. Sarana dan Prasarana Transportasi di Kecamatan Tasikmadu Tahun 2007.
Berdasarkan tabel 26 dapat diketahui bahwa prediksi jumlah petugas
perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh SD/MI di Kecamatan
Tasikmadu tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan
adalah 5 orang, sedang yang paling sedikit adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di
Desa Wonolopo yaitu 2 orang. Keberadaan Tenaga perpustakaan diharapkan
dapat membantu terlaksananya tujuan Perpustakaan Sekolah yaitu untuk
menunjang program belajar siswa dan mengajar guru di sekolah agar dapat
tercapai secara optimal sebagaimana tercantum dalam kurikulum sekolah. Peta
sebaran fasilitas pendidikan di Kecamatan Tasikmadu dapat dilihat pada peta 5.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 Tahun
Jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun
2007 sebanyak 5.214 jiwa, sedangkan pada tahun 2001 sebanyak 5.367 jiwa,
dengan demikian tingkat pertumbuhan penduduk usia (7-12 tahun) di Kecamatan
Tasikmadu periode 2001-2007 adalah sebesar -0,48 % yang berarti penduduk usia
7-12 tahun periode 2001-2007 mengalami penurunan sebesar 0,48 %.
lxxxvii
lxxxviii
Jumlah penduduk usia Sekolah Dasar yang paling banyak berada di Desa
Papahan yaitu 696 jiwa, dan yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu
sebanyak 300 jiwa. Pada tahun 2013 yang akan datang diperkirakan jumlah
penduduk Kecamatan Tasikmadu sebesar 5.066 jiwa, dengan jumlah penduduk
terbanyak di Desa Papahan yaitu sebesar 676 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
terkecil terdapat di Desa Buran dengan jumlah 291 jiwa.
Penurunan jumlah penduduk usia Sekolah Dasar akibat adanya program
Keluarga berencana berdampak pada jumlah siswa yang ada pendidikan Sekolah
Dasar. Semakin banyak penduduk yang berada di usia Sekolah Dasar (7-12 tahun)
maka akan semakin banyak dibutuhkan gedung Sekolah Dasar yang mampu
menampung jumlah penduduk yang berusia (7-12 tahun) dan berkesempatan
mengenyam pendidikannya di Sekolah Dasar, namun sebaliknya jika semakin
sedikit penduduk yang berada di usia Sekolah Dasar maka semakin banyak
gedung yang mengalami kekurangan jumlah murid, sehingga untuk mengatasi hal
tersebut pemerintah mengeluarkan program penggabungan (regrouping) Sekolah
Dasar agar efisiensi pembiayaan khususnya dalam bidang Pendidikan Dasar dapat
tercapai.
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar
a. Jumlah dan Persebaran Gedung Sekolah Dasar
Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu tersebar di 10 desa,
dengan jumlah gedung terbanyak di miliki oleh Desa Karangmojo sebanyak 4
gedung yang terdiri gedung Sekolah Dasar maupun Madrasah Ibtidaiyah dan
jumlah gedung paling sedikit berada di Buran, Desa Ngijo, dan Desa Gaum
masing-masing hanya ada 2 gedung Sekolah Dasar. Jumlah gedung yang tidak
sama juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang tidak sama. Seperti diketahui,
jumlah penduduk usia Sekolah Dasar terbanyak di Desa Papahan, Desa Suruh,
Desa Pandeyan dan Desa Karangmojo. Pembangunan gedung Sekolah Dasar
memang dilakukan untuk menampung jumlah penduduk yang berusia 7-12 tahun
sehingga bisa mengenyam pendidikan dasar khususnya pendidikan Sekolah
Dasar.
lxxxix
Pada tahun 2007 jumlah gedung Sekolah Dasar yang ada sebanyak 28
gedung, rata-rata jumlah murid tiap Sekolah Dasar sebesar 180 siswa. Jumlah ini
kurang ideal berdasarkan SK Mendiknas yang memberikan arahan tiap sekolah
dasar untuk berdaya tampung 240 siswa atau 40 siswa/kelasnya. Dengan demikian
jumlah dan persebaran gedung Sekolah Dasar pada tahun 2013 supaya ideal
ditentukan dengan melakukan perhitungan proyeksi jumlah siswa Sekolah Dasar
pada tahun 2013 dibagi dengan jumlah rata-rata daya tampung siswa tiap sekolah
hasil penghitungannya adalah pada tahun 2013 jumlah Sekolah Dasar yang tepat
di Kecamatan Tasikmadu adalah 20 gedung dan didistibusikan di seluruh
Kecamatan Tasikmadu.
Berdasarkan hasil tabel 23 dapat diketahui bahwa Sekolah yang akan di
regrouping sebanyak 10 buah dari 28 buah SD yang berada di Kecamatan
Tasikmadu yaitu berada di Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa Suruh,
Desa Gaum, Desa Pandeyan, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo,
dan Desa Kalijirak. Namun hanya 8 desa yang memiliki persentase yang relatif
besar untuk di regrouping karena untuk Desa Suruh dan Desa Pandeyan memiliki
persentase yang relatif kecil sehingga kemungkinan untuk tidak di regrouping
masih tinggi sehingga hal ini akan sesuai dengan jumlah Sekolah Dasar yang ideal
di Kecamatan Tasikmadu.
Penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar menurut Pedoman
Pelaksanaan Penggabungan Sekolah Dasar oleh Tim Pembina Pusat Pembagunan
gedung Sekolah Dasar tahun 1999/2000 ditentukan oleh kriteria teknis pendidikan
dengan indikator Daya Tampung (DT) SD/ sederajat yang ada pada tingkat desa /
kelurahan merupakan indikator makro untuk memperkirakan adanya kelebihan
atau kekurangan gedung sekolah hasilnya adalah Penggabungan (regrouping)
Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu paling ideal dilakukan pada 8 Desa yang
ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu berada di Desa Buran, Desa Papahan, Desa
Ngijo, Desa Gaum, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo, dan Desa
Kalijirak. Adapun sekolah yang jumlah siswanya kurang dari 240 siswa dilakukan
penggabungan dengan sekolah-sekolah terdekatnya yang berada dalam satu area
separti yang disebutkan dalam SK Mendiknas No.060/U/2002 dimana sekolah
xc
yang berada dalam satu lokasi dan mempunyai jumlah siswa kurang dari 240 anak
maka dilakukan penggabungan dengan sekolah lain yang sejenis dan berada
dalam satu lokasi atau satu kelurahan.
Pelaksanaan regrouping di Kecamatan Tasikmadu telah dimulai dengan
adanya berbagai pertimbangan dan kajian yang diawali dengan Keputusan Bupati
Karanganyar No 890/7/tahun 2007 tentang pembentukan tim pendirian,
pengintegrasian, dan penghapusan sekolah formal dan nonformal. Pemerintah
Kabupaten Karanganyar manyadari perencanaan konsep penggabungan Sekolah
Dasar dapat memberi harapan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran dan
efisiensi anggaran, antara lain dengan memecahkan masalah yang ada dengan
upaya pemanfaatan kelebihan karakteristik dari masing-masing daerah. Proses
Penggabungan (regrouping) SD dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan
kondisi dan potensi berdasarkan hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh tim
penggabungan SD. Namun dalam pelaksanannya, proses penggabungan juga
menghadapi kendala terutama pada perangkat institusi/lembaga (kepala sekolah,
penjaga sekolah dan guru), sehingga sampai saat ini belum ada tindakan lebih
lanjut dari pemerintah Kabupaten Karanganyar maupun Kecamatan Tasikmadu.
Peta sebaran fasilitas pendidikan prediksi tahun 2013 di Kecamatan Tasikmadu
dapat dilihat pada peta 6.
b. Persebaran Guru SD dan MI
Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah guru SD (tenaga pengajar)
yang dibutuhkan di Kecamatan Tasikmadu proyeksi tahun 2013 adalah 167 orang,
dibandingkan dengan jumlah guru yang dibutuhkan tahun 2007 ada adalah 236
orang sedangkan jumlah guru yang ada tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu
adalah 243, sehingga di Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 mengalami kelebihan
guru (tenaga pengajar) sebanyak 7 orang dan proyeksi untuk tahun 2013 akan
mengalami kelebihan guru sebesar 76 orang.
xci
xcii
Hal ini disebabkan oleh adanya regrouping 8 buah SD yang tersebar
merata di Kecamatan Tasikmadu kecuali Desa Suruh dan Pandeyan seperti yang
tercantum dalam tabel 26. Walaupun demikian kelebihan guru atau tenaga
pengajar akibat adanya regrouping tidak akan memiliki dampak negatif yang
besar dan tidak akan secara signifikan mengurangi tujuan dari efisiensi biaya,
selain kareana antisipasi beberapa guru yang telah mendekati masa pensiun,
kelebihan guru atau tenaga pengajar tersebut dapat di realokasikan ke kecamatan
lain yang lebih membutuhkan dengan mempertimbangkan beberapa aspek serta
dapat diterapkan metode guru bidang studi untuk beberapa pelajaran penting.
c. Persebaran Ruang Kelas SD dan MI
Ruang Kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 untuk
SD dan MI berjumlah 174 kelas dan tersebar di 28 sekolah. Jumlah rombongan
belajar yang ada hanya berjumlah 172 rombongan maka masih ada 2 buah kelas
yang kosong. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan jumlah siswa SD/MI di
Kecamatan Tasikmadu tahun 2007 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya
yang mengakibatkan penurunan jumlah rombongan belajar sedangkan jumlah
ruang kelas yang cenderung tetap dari tahun ke tahun sehingga untuk mengatasi
hal tersebut maka pihak sekolah biasanya memanfaatkannya dengan
menggunakannya untuk ruang agama, ruang praktek siswa ataupun ruang
serbaguna lainya. Hasil perhitungan kebutuhan jumlah ruang kelas yang ada di
Kecamatan Tasikmadu untuk tahun 2013 adalah sebanyak 122 ruang, sehingga
terdapat kelebihan 52 ruang maka untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan
melakukan penggabungan Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu
sebanyak 8 buah gedung.
d. Persebaran Tenaga Perpustakaan
Jumlah tenaga Perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh SD/MI
di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 berdasarkan hasil perhitungan adalah 33
orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan adalah 5 orang, sedang yang
paling sedikit adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di Desa Wonolopo yaitu 2
xciii
orang. Tenaga perpustakaan ini dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
perpustakaan sebab guru tidak mampu untuk mengelola perpustakaan secara
penuh sehingga memerlukan tenaga khusus yang dapat membantu agar tidak
mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar sehingga perpustakaan sekolah
agar dapat maju dan berkembang untuk menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar di Sekolah Dasar.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk Usia 7-12 tahun
Angka pertumbuhan penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu periode 2001-2007 adalah sebesar -0,48 %, berarti dalam jangka waktu 6 tahun penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu mengalami pengurangan sebesar 0,48 %. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 tersebar di 10 desa. Jumlah terbanyak di Desa Papahan yaitu sebesar 696 jiwa, pada tahun 2013 diperkirakan turun menjadi 676 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Buran dengan jumlah 300 jiwa pada tahun 2013 diperkirakan menjadi 291 jiwa.
2. Penyediaan Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV proyeksi kebutuhan gedung yang ideal pada tahun 2013 adalah 20 gedung sedangkan pada tahun 2007 gedung SD dan MI yang ada di Kecamatan Tasikmadu berjumlah 28 sehingga diperlukan penggabungan (regrouping) Sekolah Dasar dengan tujuan efisiensi biaya anggaran pendidikan. Gedung SD yang di regrouping berada pada 8 desa yaitu Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa Gaum, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa Wonolopo, dan Desa Kalijirak. Guru SD dan MI yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 berjumlah 243 orang dan tersebar di 28 sekolah. Berdasarkan perhitungan kebutuhan guru tahun 2007 di Kecamatan Tasikmadu mengalami kelebihan guru sebanyak 7 orang sedangkan untuk tahun 2013 kebutuhan guru di Kecamatan Tasikmadu adalah 167 orang yaitu yang paling banyak berada di Desa Papahan sebanyak 26 buah, yang paling sedikit berada di Desa Buran yaitu 10 orang. Kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu pada tahun 2007 untuk SD dan MI berjumlah 174 kelas sedangkan jumlah rombongan belajar di Kecamatan
86
xciv
Tasikmadu adalah 172 sehingga kelebihan 2 ruang kelas. Hasil perhitungan kebutuhan jumlah ruang kelas yang ada di Kecamatan Tasikmadu untuk tahun 2013 adalah sebanyak 122 ruang, sehingga terdapat kelebihan 52 ruang, maka untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melakukan penggabungan Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Tasikmadu yaitu sebanyak 8 buah gedung agar lebih efektif dan efisien.
Jumlah tenaga Perpustakaan Sekolah Dasar yang dibutuhkan oleh SD/MI di Kecamatan Tasikmadu tahun 2013 adalah 33 orang, yang paling banyak adalah Desa Papahan adalah 5 orang, sedang yang paling sedikit adalah Desa Buran, Desa Gaum, dan di Desa Wonolopo yaitu 2 orang.
B. Implikasi
Pertumbuhan penduduk yang senantiasa mengalami pengurangan akibat adanya pelaksanaan program Keluarga Berencana di Indonesia, mempengaruhi jumlah penduduk yang bersekolah di SD/MI sehingga diperlukan kebijakan penggabungan Sekolah Dasar atau regrouping bagi Sekolah Dasar yang mengalami kekurangan murid untuk mengatasi masalah kelebihan tenaga guru, peningkatan mutu, serta efisiensi biaya pengelolaan Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pembuatan media pembelajaran di kelas XI SMA yaitu pada kompetensi dasar kemampuan memprediksi dinamika perubahan antroposfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi dengan materi pokok Antroposfer.
C. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan dan implikasi hasil penelitian diatas maka dapat diberikan saran-saran kepada Pemerintah Kabupaten Karanganyar, sebagai berikut:
1. Pembangunan gedung harus memperhatikan jumlah penduduk dan daya
tampung sehingga lebih efektif dan efisien.
2. Pelaksanaan program penggabungan Sekolah Dasar (Regrouping) menjadi
kebijakan pengelolaan Sekolah Dasar, sebagai akibat dari berkurangnya
jumlah penduduk usia Sekolah Dasar.
3. Mengoptimalkan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dasar dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan
Evaluatif. Jakarta: CV. Rajawali
xcv
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1988. Komposisi Penduduk. Jakarta : PT Manggala Putra Utama
Barclay, George.W. 1984. Teknik Analisa Kependudukan. Jakarta : Bina Aksara Daldjoeni. 1982. Pengantar Geografi. Bandung : Penerbit Alumni. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Pembakuan Tipe Sekolah Pada Jenjang Pendidikan Dasar. Jakarta : Direktorat Sarana Pendidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Standar Pelayanan Minimal
Penyeleggaraan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara. Ikhsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta Koordinator Statistik Kecamatan Tasikmadu. 2008. Kecamatan Tasikmadu Dalam
Angka 2007/2008. BPS Kabupaten Karanganyar. Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta : Nur Cahaya. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Mudjiman, Haris. 1988. Teknik Analisis Demografi. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Press. Munir, Rozy., Dkk. 1981. Dasar-Dasar Demografi Edisi 2000. Jakarta : Lembaga
Demografi FE UI. Nawawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah
mada University Press. Rusli, Said. 1983. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES Santoso, Edy dan Danial Achmad. 1996. Perencanaan Kebutuhan Ruang Belajar
dan Guru Sekolah Dasar Negri dalam kaitannya dengan anak Usia Sekolah di Kotamadya Bandarlampung. Jurnal Ilmu Pendidikan. Malang : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.
89
xcvi
Sudarsono, Widiyanti. 2000. BPK Demografi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press.
Sumardji. 1988. Perpustakaan Organisasi dan Tatakerjanya. Yogyakarta :
Kanisius Sumatmadja, Nursid. 1980. Perspektif Studi Sosial. Bandung : Penerbit Alumni. Suwartono. 2000. Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret Press. Tim Pembina Pusat Pembangunan Gedung Sekolah Dasar. 1998. Pedoman
Pelaksanaan Penggabungan Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Dalam Negri.
Tirtarahardja dan La Sulo. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tika, Much Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tilaar H.A.R. 1995. Manajemen Pendidikan Nasional Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2005. Solo : CV. Kharisma. Vembriarto, S. T. 1981. Pendidikan Sosial. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan
Paramita. Yunianto, Tri. 2005. Analisis Pertumbuhan Penduduk dan Penyediaan Fasilitas
Gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2004 Prediksi Tahun 2010. Skripsi. Surakarta: FKIP UNS.
Surat Keputusan Bupati Karanganyar No. 890/7//2007. Tentang
Pembentukan Tim Pendirian, Pengintegrasian dan Penghapusan Sekolah Formal dan Nonformal.
Surat Keputusan Mendiknas No. 060/U//2002. Tentang Pedoman Pendirian Sekolah Dasar.
http://library.usu.ac.id/download/fs/perpus-zurni2.pdf, diakses 27 September 2009 http://www.datastatistik-Indonesia.com/component/option,com-Search/item,
132/index.php, diakes 26 Mei 2009
xcvii
http://www.pdankjatim.net/Dokumen/GRANDDESIGN.doc , diakses 23 Mei 2009
http://www.pmptk.net/file/pedoman/4.%20Perhitungan%20Perencanaan%20 Kebutuhan%20Guru.doc, diakses 19 Juli 2008