Top Banner
ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN SETELAH REVALUASI ASET TETAP PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK SKRIPSI Ditulis Sebagai Syarat Untuk Penulisan Skripsi Pada Jurusan Ekonomi Syari’ah Konsentrasi Akuntansi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Oleh: MAI WAHYU HISDA NIM. 14 231 055 JURUSAN EKONOMI SYARIAH KONSENTRASI AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR 2018 M/1439 H
94

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

Nov 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DANSETELAH REVALUASI ASET TETAP PT BANK OF

INDIA INDONESIA TBK

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat Untuk Penulisan Skripsi Pada Jurusan EkonomiSyari’ah Konsentrasi Akuntansi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar

Oleh:

MAI WAHYU HISDANIM. 14 231 055

JURUSAN EKONOMI SYARIAH KONSENTRASI AKUNTANSISYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)BATUSANGKAR

2018 M/1439 H

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

ii

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

iii

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

iv

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

v

ABSTRAK

Mai Wahyu Hisda. NIM 14231055 (2018). Judul Skripsi: “AnalisisPerbandingan Laporan Keuangan Sebelum dan Setelah Revaluasi AsetTetap PT Bank of India Indonesia Tbk”. Jurusan Ekonomi Syari’ahKonsentrasi Akuntansi Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah analisis perbandinganlaporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap PT Bank of IndiaIndonesia Tbk. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui laporankeuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum dan setelahmelakukan revaluasi terhadap aset tetap tanah dan bangunan, dan untukmengetahui analisis perbandingan laporan keuangan perusahaan sebelum dansetelah revaluasi aset tetap tanah dan bangunan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian studikasus (case study) dengan metode kualitatif deskriptif. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yangdigunakan ialah teknik dokumentasi dengan objek penelitian PT Bank of IndiaIndonesia Tbk yang sudah terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI).

Hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa analisisperbandingan laporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap tanah danbangunan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015 terdapat perbedaan padanilai laporan keuangan perusahaan yaitu, pada laporan posisi keuangan bagianakun aset tetap dan ekuitas perusahaan. Laporan laba rugi dan penghasilankomprehensif lain, yaitu bagian pendapatan komprehensif lain yang tidak terdapatdalam laporan laba rugi. Kemudian laporan perubahan ekuitas perusahaan,terdapat akun baru yaitu akun surplus revaluasi aset tetap.

Kata kunci: Laporan Keuangan, Revaluasi Aset Tetap

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................. ii

ABSTRAK................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

B. Fokus Penelitian....................................................................... 5

C. Sub Fokus Penelitian................................................................ 6

D. Rumusan Masalah.................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian..................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian................................................................... 7

G. Defenisi Operasional................................................................ 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori.......................................................................... 9

1. Aset tetap............................................................................. 9

a. Pengertian aset tetap...................................................... 9

b. Cara perolehan dan harga perolehan aset tetap............. 10

c. Pengakuan awal aset tetap............................................. 14

d. Pengukuran awal aset tetap........................................... 14

e. Penilaian aset tetap........................................................ 15

f. Penyusutan aset tetap.................................................... 16

g. Penghentian pengakuan dan penurunan nilai aset tetap. 18

h. Penyajian aktiva tetap dilaporan keuangan.................... 20

2. Revaluasi aset tetap.............................................................. 21

a. Pengertian revaluasi aset tetap....................................... 21

b. Penentuan nilai wajar dan teknik revaluasi aset tetap... 24

c. Penyajian dan pengungkapan revaluasi aset tetap......... 25

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

vii

d. Hubungan aset tetap untuk tujuan akuntansi dan pajak. 28

e. Persetujuan otoritas perpajakan atas pengajuan

revaluasi aset tetap........................................................ 29

3. Laporan Keuangan.............................................................. 30

a. Defenisi laporan keuangan (financial statement).......... 30

b. Kerangka dasar penyajian laporan keuangan................ 31

c. Elemen laporan keuangan.............................................. 38

4. Revaluasi Aset Tetap Menurut Perpajakan......................... 44

a. PMK RI No.191/ 2015 dan PMK RI No.233/ 2015....... 45

b. Perbedaan PMK 191/2015 dengan PMK 79/2008......... 47

c. Perubahan PMK 191/2015 menjadi PMK 233/2015..... 48

B. Penelitian Yang Relevan............................................................ 51

1. Teti Tri Atikasari.................................................................. 51

2. Subhan dan Moh.Ratno Djasmiko....................................... 51

3. Suparna Wijaya dan Adika Brata Supandi.......................... 52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.......................................................................... 54

B. Latar Dan Waktu Penelitian...................................................... 54

C. Jenis dan Sumber Data............................................................. 54

D. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 55

E. Instrumen Penelitian................................................................. 55

F. Tejnik Analisis Data................................................................. 55

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data............................................ 56

BAB IV PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian.................................................................... 57

1. Gambaran Umum dan Sejarah Perusahaan......................... 57

2. Visi dan Misi Perusahaan.................................................... 59

3. Struktur Organisasi Perusahaan........................................... 60

B. Pembahasan............................................................................... 61

1. Dasar Revaluasi Aset Tetap Perusahaan.............................. 61

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

viii

2. Nilai Aset Tetap Tanah dan Bangunan Setelah Revaluasi... 62

3. Dasar dan Beban Penyusutan Aset Tetap............................. 63

4. Laporan Keuangan Sebelum Revaluasi Aset Tetap (Tanah

dan Bangunan)...................................................................... 65

5. Laporan Keuangan Setelah Revaluasi Aset Tetap (Tanah

dan Bangunan )..................................................................... 72

6. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Sebelum dan

Setelah Revaluasi Aset Tetap............................................... 79

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... 82

B. Implikasi ........................................................................................ 83

C. Saran .............................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. viii

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan dalam berbagai bidang dan berbagai ukuran,

mereka memiliki kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dalam

melakukan kegiatan tersebut, perusahaan memerlukan aset tetap. Menurut

Atikasari (2017:2) aset tetap merupakan salah satu dari beberapa akun

perusahaan yang memiliki nilai yang cukup besar dan aset tetap

merupakan bagian terpenting bagi suatu entitas usaha. Menurut PSAK

(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 16 aset tetap adalah

aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

penyediaan barang dan jasa, untuk di rentalkan kepada pihak lain, atau

untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama labih

dari satu periode (IAI, 2015:16.1).

Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 16

tentang aktiva tetap, terdapat pengukuran setelah pengakuan awal, entitas

harus memilih cost model atau revaluation model sebagai kebijakan yang

diterapkan pada seluruh aktiva tetap dalam kelompok yang sama. Pada

metode cost model setelah di akui sebagai aset, aset tetap di catat sebesar

biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi

penurunan nilai aset. Sedangkan pada revaluation model setelah diakui

sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal

harus di catat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal

revaluasi di kurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan

nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan

dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah

tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan

menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan (IAI, 2015:16.6).

Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan,

yang di akibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

2

karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang

disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain. Sehingga nilai aset tetap dalam

laporan keuangan perusahaan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar

( Mardiasmo, 2011:166).

Menurut PSAK Nomor 16 (revisi 2015) beberapa aset tetap

mengalami perubahan nilai secara signifikan dan berfluktuatif sehingga

perlu di revaluasi (IAI, 2015:16.6). Maka dengan hal tersebut mendorong

perusahaan untuk melakukan revaluasi pada aset tetap agar laporan

keuangan menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai kondisi

financial perusahaan pada saat pelaporan, dengan penyajian laporan

keuangan yang lebih akurat akan membuat pihak manajemen perusahaan

membuat keputusan yang lebih relevan untuk kedepannya, dan bisa

menarik perhatian kreditur untuk meminjamkan modal bagi perusahaan,

karena menurut Bambang (dalam jurnal Putri:2012), perusahaan yang

sebagian besar aktivanya berasal dari aktiva tetap akan mengutamakan

pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang. Perusahaan dengan jumlah

aktiva tetap besar dapat menggunakan utang lebih banyak karena aktiva

tetap dapat di jadikan jaminan yang baik atas pinjaman-pinjaman

perusahaan.

Pada umunya perusahaan yang ada di Indonesia memilih cost model

untuk pengukuran aset tetap, karena lebih mudah bagi perusahaan. Jika

menggunakan model revaluasi, perusahaan harus membayar biaya jasa

penilai dan pajak final sebesar 10% yang di bayarkan pada saat revaluasi

di lakukan. Revaluasi aktiva tetap sering di kukuhkan dengan surat

ketetapan perpajakkan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, selisih revaluasi aktiva

tetap di anggap sebagai keuntungan sehingga dikenakan pajak penghasilan

badan (Purba, 2013:50).

Pada tahun 2015 Direktorat Jendral Pajak menerbitkan kebijakkan

mengenai penilaian aktiva tetap (revaluasi aset tetap), seperti yang

tertuang dalam peraturan menteri keuangan Republik Indonesia Nomor

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

3

191/PMK.010/2015 tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan

perpajakan bagi permohonan yang di ajukan pada tahun 2015 dan tahun

2016, yaitu tarif pajak penghasilan (PPh) yang bersifat final di berikan

pemotongan, sehingga besarnya tarif menjadi: 3%, 4%, 6%. Pemotongan

tarif PPh final tersebut hanya sampai 31 Desember 2016, mulai dari 01

Januari 2017, tarif PPh final atas revaluasi aset tetap kembali ke tarif

semula yaitu 10%. Selanjutnya penilaian kembali aset tetap dapat di

lakukan terhadap sebagian atau seluruh aset tetap berwujud yang berada di

Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Walaupun PMK

Nomor 191/PMK.010/2015 telah diubah menjadi PMK Nomor 233/

PMK.03/2015 tentang penilaian kembali aset tetap, ketentuan tarif pajak

final atas selisih lebih revaluasi aset tetap bagi pemohon 2015 dan 2016

masih tetap sama dengan ketentuan sebelumnya (PMK RI Nomor 191/

PMK.010/2015 dan PMK Nomor 233/PMK.03/2015).

Adanya tarif khusus pajak final atas selisih lebih revaluasi aset tetap

yang terdapat dalam PMK RI No 191/PMK.010/2015 tersebut, akan

mendorong perusahaan yang ada di Indonesia untuk melakukan revaluasi

pada aset tetap, karena tarif khusus yang diberikan pemerintah tersebut

dapat di manfaatkan oleh perusahaan merevaluasi aset tetap untuk

meningkatkan jumlah aset yang akan di laporkan dalam laporan posisi

keuangan jika aset yang di ukur tersebut mengalami peningkatan nilai

wajar dan laporan keuangan perusahaan juga akan mencerminkan nilai

yang sebenarnya, tetapi pada umumnya nilai aset tetap yang selalu

meningkat secara signifikan hanya aset tetap tanah, dan aset tetap tanah

tidak di akumulasi kecuali untuk perusahaan tertentu.

Beberapa perusahaan Perbankan di Indonesia sudah melakukan

revaluasi pada aset tetap, seperti PT Bank Capital Indonesia Tbk yang

melakukan revaluasi pada seluruh aset tetap sejak tahun 2011, PT BRI

persero Tbk yang merevaluasi aset tetap tanah sejak tahun 2015 tetapi baru

dapat izin dari Direktur Jenderal Pajak pada tahun 2016, dan PT Bank

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

4

Central Asia Tbk merevaluasi aset tetap tanah pada tahun 2016, kemudian

PT Bank Of India Indonesia Tbk yang juga merevaluasi aset tetap tanah

dan bangunan sejak tahun 2015 dan lain-lain (www.Idx.co.id).

Beberapa perusahaan yang di paparkan di atas, yang akan menjadi

objek dari penelitian ini adalah PT Bank Of India Indonesia Tbk yang

telah menerapkan PSAK Nomor 16 tentang aset tetap dan berlaku efektif

tahun 2016. Berdasarkan PSAK Nomor 16 (revisis 2015) jika suatu aset

tetap di revaluasi maka seluruh aset tetap dalam kelas yang sama harus di

revaluasi, suatu kelas aset tetap adalah pengelompokan aset-aset yang

memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi entitas (IAI,

2015:16.7). Sejak Desember 2015, PT Bank of India Indonesia Tbk

melakukan perubahan kebijakan akuntansi atas tanah dan bangunan dari

model biaya menjadi model revaluasi, karena tanah dan bangunan

merupakan aset tetap dalam satu kelompok yang sama. Penilaian tanah

dan bangunan dilakukan oleh penilai independen eksternal yang telah

memiliki sertifikasi.

PT Bank Of India Indonesia Tbk sebagai objek penelitian dengan

alasan, PT Bank of India Indonesia Tbk menjelaskan nilai aset tetap tanah

dan bangunan sebelum dan setelah di revaluasi dalam catatan atas laporan

keuangan pada tahun 2015, dan juga menjelaskan metode penyusutan yang

dipakai oleh perusahaan kemudian juga menjelaskan penurunan nilai aset

tetap. sedangkan pada perusahaan lain tidak mencantumkan nilai aset tetap

sebelum di revaluasi dan juga menggunakan metode saldo menurun untuk

menghitung nilai penyusutan aset tetap kecuali bangunan, kemudian juga

tidak menjelaskan revaluasi aset tetap secara rinci (seperti kapan dilakukan

revaluasi aset tetap, siapa yang melakukan penilaian terhadap aset tetap,

berapa selisih nilai dari revaluasi aset tetap, dan lain sebagainya).

Revaluasi pada aset tetap tanah dan bangunan PT Bank Of India Indonesia

Tbk pada tahun 2015 mengalami peningkatan nilai dari nilai sebelumnya,

seperti yang di cantumkan pada tabel 1.1 (Laporan keuangan PT Bank of

India Indonesia Tbk tahun 2015).

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

5

Tabel 1.1Rincian nilai aset tetap tanah dan bangunan PT Bank of India

Indonesia Tbk pada tahun 2015(Dalam Rupiah)

Jenis aset Nilai sebelum

revaluasi

Nilai setelah revaluasi

Tanah 5.046.115.250 93.489.000.000

Bangunan 9.238.387.395 47.183.340.027

Total 14.284.502.645 140.672.340.027

Sumber: Laporan keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk 2015.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI No.191/

PMK.010/2015 tanggal 15 Oktober, sebagaimana telah di ubah dengan

PMK RI No. 233/PMK.03/2015 tanggal 21 Desember tahun 2015,

permohonan yang di ajukan sampai dengan tanggal 31 Desember tahun

2015, akan mendapatkan perlakuan khusus berupa pajak penghasilan yang

bersifat final menjadi 3%, sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun

2015 PT Bank of India Indonesia Tbk melakukan estimasi atas nilai wajar

aset tetap berupa tanah dan bangunan, kemudian atas kenaikan nilai wajar

di bandingkan dengan nilai buku aset tetap yang ada akan di kenakan

pajak final sebesar 3% dari jumlah selisih lebih revaluasi (Laporan

keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk periode 2015). Adanya

perubahan nilai aset tetap akibat melakukan revaluasi tersebut, maka dari

itu judul dari penelitian ini ialah “Analisis Perbandingan Laporan

Keuangan Sebelum dan Setelah Revaluasi aset Tetap PT Bank of

India Indonesia Tbk”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka fokus

penelitian ini yaitu, menganalisis perbandingan laporan keuangan sebelum

dan setelah revaluasi aset tetap pada PT Bank Of India Indonesia Tbk pada

tahun 2015.

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

6

C. Sub Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas untuk menghindari

kerancuan juga keterbatasan waktu dan beberapa pertimbangan lainnya

maka di lakuakan sub fokus penelitian yakni, menganalisis perbandingan

laporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap tanah dan

bangunan PT Bank Of India Indonesia Tbk pada tahun 2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan sub fokus penelitian yang diangkat mengenai analisis

perbandingan laporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap

tanah dan bangunan pada PT Bank Of India Indonesia Tbk, maka terdapat

perumusan masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. Bagaimana laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk pada

tahun 2015 sebelum melakukan revaluasi aset tetap tanah dan

bangunan?

2. Bagaimana laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk pada

tahun 2015 setelah melakukan revaluasi terhadap aset tetap tanah

dan bangunan?

3. Bagaimana analisis perbandingan laporan keuangan PT Bank of

India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum dan setelah revaluasi aset

tetap tanah dan bangunan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan diatas,

maka tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh jawaban dari

pertnyaan-pertanyaan tersebut yaitu:

1. Untuk mengetahui laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk

tahun 2015 sebelum melakukan revaluasi aset tetap tanah dan

bangunan.

2. Untuk mengetahui laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk

tahun 2015 setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan.

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

7

3. Untuk mengetahui analisis perbandingan laporan keuangan PT Bank of

India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum dan setelah melakukan

revaluasi aset tetap tanah dan bangunan.

F. Manfaat dan Luaran Penelitian

1. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat bagi

semua pihak, seperti:

a. Bagi akademik

Penelitian ini semoga bisa bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan tentang perbedaan laporan keuangan sebelum dan

setelah revaluasi aset tetap serta sebagai pedoman untuk penelitian

selanjutnya.

b. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan pertimbangan

dan masukan bagi perusahaan untuk melakukan revaluasi aset

tetap.

c. Bagi penulis

Penelitian ini bagi penulis hendaknya dapat menambah

pengetahuan penulis menegenai revaluasi aset tetap dan perbedaan

laporan keuangan sebelum dan sesudah revaluasi aset tetap.

kemudian bagi penulis juga sebagai syarat sebelum pembuatan

skripsi bagi mahasiswa untuk mendapatkan gelar serjana.

2. Luaran Penelitian

Adapun luaran dari penelitian ini ialah agar hasil penelitian ini

nantinya bisa di terbitkan sebagai jurnal ilmiah.

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

8

G. Defenisi Operasional

1. Revaluasi Aset Tetap

Revaluasi aset tetap adalah menilai kembali aset tetap secara

berkala sesuai dengan nilai pasar atau nilai wajar. Frekuensi-

revaluasi aset tetap tersebut di lakukan tergantung materialitas

perbedaan nilai dari aset tetap yang di revaluasi (Satriawan, 2012:

191).

Revaluasi aset tetap dalam penelitian ini ialah penilaian kembali

aset tetap tanah dan bangunan PT Bank of India Indonesia Tbk

karena adanya perubahan nilai pasar (nilai wajar) pada saat

pelaporan tahun 2015.

2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan

keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen

atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka

(IAI, 2015:1.3).

Jadi analisis perbandingan laporan keuangan sebelum dan

setelah revaluasi aset tetap ialah membandingkan dan menganalisis

laporan keuangan (informasi yang di sajikan tentang keuangan

perusahaan) PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015 antara

sebelum dan setelah menilai kembali aset tetap tanah dan bangunan

berdasarkan nilai pasar (nilai wajar) aset tetap tersebut pada saat

pelaporan.

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Aset Tetap

a. Pengertian Aset Tetap

Menurut PSAK Nomor 16 p.06 (revisi 2015) aset tetap

adalah aset berwujud yang di miliki untuk di gunakan dalam

produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan

kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan di

perkirakan untuk digunakan selama lebih satu periode (IAI, 2015:

16.2). Beberapa hal penting yang terkait dengan aset tetap yaitu

aset tetap adalah aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik

(seperti tanah, bangunan) berbeda dengan paten atau merk dagang

yang tidak mempunyai bentuk fisik (merupakan aset tak

berwujud). Aset seperti tanah yang di miliki perusahaan dengan

tujuan untuk di jual bukan merupakan aset tetap, aset tetap

termasuk kedalam aset tidak lancar (Martani, Veronica, Wardhani,

Farahmita, & Edward, 2012: 271).

Aktiva yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam

menjalankan aktivitas usaha dan sifatnya relatif tetap atau jangka

waktu perputarannya lebih dari satu tahun. Menurut SAK, aktiva

tetap adalah aktiva berwujud; diperoleh dalam bentuk siap pakai

atau dibangun lebih dahulu, digunakan dalam operasi perusahaan,

tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal peru-

sahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun periode

akuntansi (Suhayati & Anggadini, 2013:247) .

Menurut Suhayati & Anggadini (2013:47-48) ciri-ciri aset

atau aktiva tetap ialah sebagai berikut:

1) Jangka waktu pemakaiannya lama (lebih dari 1 tahun)

Page 18: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

10

2) Tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan

normal perusahaan.

3) Nilainya cukup tinggi

4) Penurunan manfaat (penurunan dari nilai aktiva tetap) secara

periodik disebut depreciation expense (penyusutan).

5) Memiliki umur ekonomis dan nilai residu

Menurut SAK aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Aktiva tetap berwujud

Contoh: peralatan, bangunan, tanah, alat angkut, mesin dan

sebagainya.

2) Aktiva tetap tidak berwujud

Contoh: goodwill, hak paten, hak cipta, merk dagang, dan

sebagainya.

b. Cara perolehan dan harga perolehan aset tetap

Cara memperoleh aset dalam ajaran islam, seperti yang

terkutip dalam Surah Al- Anfal : 28

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesama mu dengan jalan yang batil, kecualidengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh diri musesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu” (Qs.An-nisaa: 29).

Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan bahwa jangan

memperoleh harta yang merupakan sarana kehidupan kamu

dengan cara yang tidak benar, kecuali dengan perniagaan yang

berdasarkan kerelaan dan tidak melanggar ketentuan agama, dan

juga jangan mendzolimi diri sendiri dan orang lain secara tidak

Page 19: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

11

hak karena kedudukan manusia semuanya sama (Fathoni, 2014:

161).

Menurut Surya (2012:150-161) aset tetap dapat diperoleh dari

pembelian, pembangunan sendiri, sumbangan, dan pertukaran

dengan aset lain.

1) Aset tetap yang dibeli. Suatu aset tetap yang memenuhi

kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus

diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan suatu aset

tetap yang dibeli terdiri dari harga belinya, termasuk bea

impor dan PPN masukan tidak boleh restitusi (non-fundable),

dan setiap biaya yang dapat diatribusikan langsung dalam

membawa aset tersebut kekondisi yang membuat aset

tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

Setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga

pembelian. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara

langsung adalah:

a) Biaya persiapan tempat;

b) Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya

simpanan dan bongkar muat (handling costs).

c) Biaya pemasangan (instanlation costs); dan

d) Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.

Harga perolehan aset tetap sebagai berikut:

a) Biaya tanah

Semua pengeluaran yang dilakukan untuk mem-

peroleh tanah dan mempersiapkannya untuk digunakan

dipertimbangkan sebagai bagian dari biaya tanah. Biaya

tanah biasanya meliputi; harga beli, biaya penutupan

seperti sertifikasi hak milik, honor pengacara, honor

pencatatan, biaya yang terjadi untuk menyiapkan tanah

untuk tujuannya seperti perataan, penimbunan, pengo-

songan dan pembersihan, semua penambahan dan

Page 20: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

12

perbaikan tanah yang memiliki masa manfaat yang tidak

terbatas. Jika pada tanah yang dibeli untuk membangun

gedung terdapat bangunan lama maka biaya untuk

menghilangkan bangunan lama tersebut dikurangi

dengan nilai sisa (salvage value) di anggap sebagai biaya

tanah karena biaya tersebut di perlukan untuk mem-

persiapkan tanah untuk tujuannya dan bukan sebagai

biaya bangunan. Perbaikan permanen yang dilakukan

oleh pemilik, seperti pembuatan taman (landscaping),

dibebankan ke dalam akun tanah (land), sedangkan

perbaikan dengan umur terbatas, seperti jalan pribadi,

pagar, dan tempat parkir dicatat sebagai perbaikan tanah

(land improvement), dan disusutkan selama estimasi

masa manfaatnya.

b) Biaya bangunan

Biaya bangunan meliputi semua pengeluaran yang

secara langsung berhubungan dengan perolehan atau

kons-truksinya. Semua biaya yang dikeluarkan mulai

dari penggalian (excavation) hingga penyelesaian

dianggap sebagai bagian dari biaya bangunan.

c) Potongan tunai

Apabila aset tetap dibeli dengan syarat potongan

tunai (cash discount) dan potongan tunai itu diambil

maka harus dikuangkan dari harga perolehan aset

tersebut. Jika potongan tunai tersebut tidak diambil maka

ada dua pendapat:

(1) Potongan tunai, apakah diambil atau tidak, harus

dikurangkan dari harga perolehan aset (metode

bersih). Alasannya ialah biaya aktual dari aset adalah

harga kas atau setara kas.

Page 21: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

13

(2) Diskon harus dipertimbangkan sebagai kerugian

(metode kotor). Alasannya adalah bahwa bisa saja

syarat kreditnya tidak menguntugkan atau tidak

bijaksana bagi perusahaan untuk mengambil

potongan tersebut.

d) Perolehan secara gabungan

Harga perolehan dari masing-masing aset yang

diperoleh secara gabungan (lump sum) ditentukan

dengan meng-alokasikan harga gabungan (lump sum

price) tersebut berdasarkan perbandingan nilai pasar

wajar (fair market value) masing-masing aset yang

bersangkutan.

e) Pembayaran yang ditangguhkan

Jika pembayaran untuk suatu aset tetap

ditangguhkan melampaui jangka waktu kredit normal,

biayanya adalah yang disamakan dengan harga tunai.

Perbedaan antara jumlah ini dengan pembayaran total

diakui sebagai beban bunga selama periode kredit,

selama tidak dikapitalisasi menurut perlakuan alternatif.

f) Kapitalisasi biaya bunga pinjaman

Menurut PSAK 26 biaya pinjaman, dalam keadaan

tertentu biaya pinjaman (borrowing cost) yaitu biaya

bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh

suatu perusahaan sehubungan dengan dengan pemin-

jaman dana, dimasukkan sebagai biaya aset.

2) Aset tetap yang dikonstruksi sendiri. Aset tetap yang

dikonstruksi sendiri sama dengan biaya untuk memproduksi

aset serupa untuk dijual. Apabila biaya membuat sendiri lebih

rendah dari harga apabila aset tersebut dibeli, tidak boleh

diakui sebagai laba. Jika biaya membuat sendiri lebih mahal

Page 22: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

14

daripada harga pasar yang berlaku, harus dicatat sebagai

kerugian dan aset dilaporkan dengan nilai pasar yang berlaku.

3) Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan. Aset tetap yang

diperoleh dari sumbangan harus diakui sebagai penghasilan,

karena memenuhi defenisi panghasilan menurut kerangka

dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

c. Pengakuan aset tetap

Sebagaimana pengakuan untuk aset lainnya, biaya perolehan

aset tetap menurut Martani dkk (2012:272) harus di akui sebagai

aset jika dan hanya jika:

1) Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan

berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir keentitas.

2) Biaya perolehan aset dapat di ukur secara andal, ini

merupakan prinsip pengakuan umum untuk aset tetap. Prinsip

ini diterapkan saat pengakuan awal aset, pada saat ada bagian

tertemtu dari aset yang di ganti dan jika penegkuaran tertentu

yang menjadi terkait dengan aset tersebut selama masa

manfaatnya. Jika pengeluaran tersebut menimbulkan manfaat

ekonomis dimasa depan maka dapat di akui sebagai aset.

Menurut Muljono (2012:187) entitas harus menerapkan

kriteria pengakuan dalam menentukan pengakuan aset tetap. Oleh

karena itu, entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap

sebagai aset tetap. Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat

dipisahkan dan harus dicatat secara terpisah, meskipun tanah dan

bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan.

d. Pengukuran awal aset tetap

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui

sebagai aset pada awalnya harus di ukur sebesar biaya perolehan.

Biaya perolehan aset tetap atau komponen biaya perolehan tetap

meliputi:

Page 23: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

15

1) Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak

pembelian yang tidak boleh di kreditkan setelah di kurangi

diskon pembelian dan potongan-potongan lain.

2) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk

membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar

aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung

adalah:

a) Biaya imbalan kerja (seperti di definisikan dalam PSAK

24 (revisi 2010): Imbalan Kerja) yang timbul secara

langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap.

b) Biaya penyiapan lahan untuk pabrik.

c) Biaya handling dan penyerahan awal.

d) Biaya perakitan dan instalasi.

e) Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik,

setelah di kurangi hasil bersih penjualan produk yang

dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut.

(misalnya, produk dihasilkan dari peralatan yang sedang

di uji).

f) Komisi profesional.

Biaya perolehan aset tetap ialah setara dengan nilai

tunainya dan di akui pada saat terjadinya. Jika entitas

memperoleh aset tetap secara kredit dan pembayaran untuk

aset melampaui jangka waktu kredit normal, maka perbedaan

antara nilai tunai dengan pembayaran total di akui sebagai

beban bunga selama periode kredit (kecuali di kapitalisasi

sesuai dengan PSAK 26 biaya pinjaman (Martani dkk, 2012:

272-277).

e. Penilaian aset tetap

PSAK 16 memberikan dua alternatif bagi entitas bisnis

dalam menyajikan aset tetap. Kedua alternatif tersebut ialah:

Page 24: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

16

1) Model biaya

Model biaya perolehan adalah pendekatan yang

mengharuskan penggunaan harga perolehan sebagai nilai aset

tetap atau aset tak berwujud setelah pengakuan awal.

Sebelum diberlakukan PSAK 16 model biaya dalah satu-

satunya pendekatan yang digunakan dalam menilai aset tetap

maupun aset tak berwujud. Penyusutan dilakukan terhadap

nilai tercatat aset atau harga perolehan setelah dikurangi

akumulasi penyusutan atau amortisasi dan penurunan nilai

aset tetap dan aset tak berwujud.

2) Model revaluasi

Apabila suatu entitas memilih model revaluasi maka

entitas tersebut harus menilai kembali aset tetapnya secara

berkala sesuai dengan nilai pasar wajar (Surya, 2012:191).

f. Penyusutan aset tetap

Depresiasi (penyusutan) merupakan alokasi secara sistematis

jumlah yang dapat di susutkan dari suatu aset sepanjang masa

manfaat. Untuk aset tetap berwujud, istilah alokasi harga

perolehan (cost) menjadi beban selama usia ekonomis aset tetap

secara rasional dan sistematis dinamakan depresiasi (penyusutan).

Untuk aset tetap tak berwujud, istilah alokasi harga perolehan

menjadi beban selama umur ekonomis secara sistematis dan

rasional dinamakan amortisasi. Pada umumnya tanah tidak

disusutkan, tetapi untuk perusahaan tertentu tanah di susut, contoh

perusahaan keramik, tambak, dan lainya. Untuk aset tetap “tanah”

istilah alokasi harga perolehan dinamakan deplesi. Faktor-faktor

yang mempengaruhi depresiasi (penyusutan) antara lain ialah,

harga perolehan (cost), usia ekonomis aset tetap (economic life)

dan nilai sisa (Sumarsan, 2013: 64).

Berdasarkan PSAK 16 setiap bagian aset tetap yang memiliki

biaya perolehan cukup signifikan jika di bandingkan dengan

Page 25: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

17

jumlah biaya perolehan seluruh aset harus di susutkan secara

terpisah. Metode yang digunakan untuk menyusutkan aset tetap

harus didasarkan pada espektasi pola konsumsi manfaat ekonomis

masa depan dari aset tetap oleh entitas. Menurut Purba (2013:57-

60) ada beberapa metode penyusutan aset tetap yang dapat di

gunakan, seperti:

1) Metode garis lurus. Metode garis lurus ialah metode yang

paling sederhana dari semua metode penyusutan yang ada.

Berdasarkan metode ini pola besarnya manfaat yang di

harapkan dari aset yang sama setiap tahunnya.

Beban Penyusutan = harga perolehan – nilai residuUmur ekonomis

2) Metode saldo menurun

Metode saldo menurun di gunakan apabila manfaat yang

diperoleh pada awal umur ekonomis aset lebih besar jika di

bandingkan dengan manfaat yang diperoleh pada tahun-tahun

setelahnya. Penyusutan dihasilkan dengan mengalikan harga

perolehan dengan suatu angka penyusutan yang diperoleh

dengan rumus sebagai berikut;

N = umur ekonomis

R = nilai residu

C = harga perolehan atau nilai revaluasi

3) Metode jumlah unit. Jika metode jumlah unit yang di

gunakan, maka besarnya beban penyusutan setiap tahunnya

didasarkan ekspektasi penggunaan atau output aset yang di

gunakan, sehingga besarnya beban penyusutan sangat relatif

setiap tahunnya.

Page 26: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

18

g. Penghentian pengakuan dan penurunan nilai aset tetap

1) Penghentian pengakuan aset tetap

Menurut Martani dkk (2012:287) jumlah tercatat aset

tetap di hentikan pengakuannya pada saat:

a) Dilepaskan.

b) Tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang di

harapkan dari penggunaan dan pelepasannya.

Laba atau rugi yang ditimbulkan dari penghentian

pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba

rugi komprehensif pada saat aset tersebut dihentikan peng-

akuannya.

2) Penurunan nilai aset tetap

Entitas harus melakukan review akhir periode untuk

menentuan apakah terjadi penurunan nilai atas aset tetapnya.

Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami

penurunan nilai, entitas mengacu pada PSAK 48 (revisi 2009)

Penurunan Nilai Aset. Menurut PSAK 48, suatu aset tersebut

mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya lebih besar

di bandingkan nilai terpulihkan. Nilai terpulihkan merupakan

nilai tertinggi diantara nilai wajar di kurangi biaya untuk

menjual dan nilai pakai.

Nilai wajar di kurangi biaya penjualan adalah jumlah

yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit

penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak yang

mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, di kurangi

biaya pelepasan aset. Sedangkan nilai pakai adalah nilai kini

dari taksiran arus kas yang di harapkan akan di terima.

Sesuai ketentuan dalam PSAK 48, entitas harus menilai

apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan

nilai pada setiap akhir periode pelaporan. Jika terdapat

indikasi, maka entitas harus mengestimasi jumlah terpulihkan

Page 27: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

19

aset tersebut. Namun, jika tidak terdapat indikasi, maka

entitas tidak perlu mengestimasi jumlah terpulihkan (Martani

dkk, 2012: 287).

Dalam mempertimbangkan ada tidaknya indikasi

penurunan nilai atas aset tetap, maka entitas harus mem-

pertimbangkan dari sumber eksternal dan sumber internal.

Informasi dari sumber eksternal diantaranya sebagai berikut:

a) Selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun

secara signifikan lebih dari yang diharapkan sebagai

akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.

b) Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar,

ekonomi atau lingkup hukum empat entitas beroperasi

atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak

merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode

tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat.

c) Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari

investasi telah meningkat selama periode tersebut dan

kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat

diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai

aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset secara

material.

d) Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi

pasarnya.

Sedangkan informasi dari sumber-sumber internal di

antaranya sebagai berikut:

a) Terdapat bukti mengenai keuangan dan kerusakan fisik

aset.

b) Terdapat bukti dari pelaporan internal yang meng-

indikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari

yang diharapkan.

Page 28: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

20

c) Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat

perubahan signifikan yang berdampak merugikan

sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset

di gunakan atau diharapkan akan di gunakan. Perubahan-

perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadikan tidak

di gunakan, rencana untuk menghentikan atau

restrukturisasi operasi yang di dalamnya suatu aset di

gunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal

yang diharapkan sebelumnya, dan penilaian ulang masa

manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas (Martani

dkk, 2012: 288-289).

h. Penyajian aktiva tetap dilaporan keuangan

Aset tetap biasanya disajikan terpisah pada neraca. Aset tetap

disajikan berdasarkan nilai perolehan aset tetarsebut dikurangi

dengan akumulasi penyusutan (Surya, 2012:195).

Laporan keuangan juga mengungkapkan antara lain:

1) Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset

taetap yang di jaminkan untuk utang.

2) Jumlah pengeluaran yang di akui dalam jumlah tercatat aset

tetap yang sedang dalam pembangunan.

3) Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap

4) Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang

mengalami penurunan nilai, hingga atau di hentikan yang di

masukkan dalam laporan laba rugi komprehensif, jika tidak di

ungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi

komprehensif. Untuk memberi informasi bagi pengguna

laporan keuangan dalam me-review kebijakkan yang di pilih

manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan entitas

lain. Untuk alasan tersebut, perlu di ungkapkan:

Page 29: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

21

a) Penyusutan, apakah di akui dalam laporan laba rugi

komprehensif atau di akui sebagai bagian dari biaya

perolehan aset lain, selama satu periode.

b) Akumulasi penyusutan pada akhir periode

Untuk aset tetap, pengungkapan tersebut dapat muncul

dari perubahan estimasi dalam:

a) Nilai residu.

b) Estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi

suatu aset tetap.

c) Umur manfaat, dan

d) Metode penyusutan,

Hal tersebut Sesuai dengan PSAK 25 mengungkapkan

sifat dan dampak perubahan estimasi akuntansi yang

berdampak material pada periode berjalan (Martani dkk,

2012: 291).

2. Revaluasi Aset Tetap

a. Pengertian Revaluasi aset tetap

Menurut PSAK Nomor 16 (revisi 2015) setelah di akui

sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat di ukur secara

andal di catat sebesar jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada

tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusustan dan akumulasi

penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi di lakukan

dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa

jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang

di tentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode

pelaporan (IAI, 2015: 16.6).

IAS 16 dan PSAK 16 (revisi 2007) Menetapkan dua model

penilaian (valuation model) aset tetap, yaitu: model harga

perolehan (cost model) dan model revaluasi (revaluation model).

Apabila suatu entitas memilih model revaluasi maka entitas

tersebut harus menilai kembali aset tetapnya secara berkala sesuai

Page 30: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

22

dengan nilai pasar wajar. Frekuensi revaluasi aset tetap tersebut di

lakukan tergantung materialitas perbedaan nilai dari aset tetap

yang di revaluasi. Jika material atau signifikan maka revaluasi

aset tetap perlu di lakukan setiap tahun, sedangkan jika tidak

material/signifikan revaluasi bisa di lakukan setiap 3 sampai 5

tahun sekali (Surya, 2012: 191).

Jika suatu aset tetap di revaluasi, maka seluruh aset tetap

dalam kelas yang sama harus di revaluasi. Suatu kelas aset tetap

adalah pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan kegunaan

yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah

kelompok aset yang terpisah:

1) Tanah

2) Tanah dan bangunan

3) Mesin;

4) Kapal;

5) Pesawat udara;

6) Kendaraan bermotor;

7) Perabotan; dan

8) Peralatan kantor.

Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus di

revaluasi secara bersamaan untuk menghindari revaluasi aset

secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai

lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok

aset dapat di revaluasi secara bergantian (rolling basis)

sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat di

selesaikan secara lengkap dalam waktu yang singkat dan

sepanjang revaluasi di muktahirkan (IAI, 2015: 16.7).

Jika perusahaan memilih revaluasi secara periodik, maka

lakukan revaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa

jumlah tercatat tidak berbeda secara signifikan dari nilai

wajarnya. Untuk item aset tetap yang memiliki perubahan yang

Page 31: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

23

berfluaktuasi dan signifikan terhadap nilai wajarnya, maka di

perlukan untuk merevaluasinya setiap tahun. Ketika ada

perubahan yang kurang signifikan dalam nilai wajar, maka

revaluasi cukup dilakukan setiap tiga sampai lima tahun sekali

Sumarsan, 2013: 73).

Menurut Sumarsan (2013:73) revaluasi biasanya di lakukan

dengan cara-cara berikut:

1) Bangunan, sumber penilai profesional yang berkualifikasi.

2) Peralatan, sumber nilai pasar ditentukan oleh penilai.

3) Tanah, sumber penilai profeional yang berkualifikasi.

Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap

perusahaan yang di akibatkan adanya kenaikan nilai aset tersebut

di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan

keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab

lain. Hal ini mengakibatkan nilai aset tetap dalam laporan

keuangan tidak mencerminkan nilai yang wajar. Tujuan revaluasi

adalah agar nilai yang tercantum di dalam buku perusahaan atau

laporan keuangan perusahaan sesuai dengan nilai wajar yang

berlaku pada saat di lakukannya revaluasi. Penilaian kembali aset

tetap perusahaan harus di lakukan berdasarkan nilai pasar atau

nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian

kembali aset tetap yang di tetapkan oleh perusahaan jasa penilai

atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah

(Mardiasmo, 2011: 166).

Aktiva tetap yang dapat di revaluasi adalah aktiva tetap yang

di gunakan untuk operasi perusahaan, yaitu aktiva tetap yang di

gunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang merupakan objek pajak. Dalam hal ini aktiva

tetap dapat berupa bangunan, kendaraan, tanah, perkebunan,

aktiva tidak berwujud dan aktiva operasi lainnya. Dalam

perspektif PMK RI No.79/PMK.03/2008 bahwa revaluasi aktiva

Page 32: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

24

tetap yang hanya mengakibatkan penambahan nilai aktiva tetap

yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final (Purba,

2010: 63).

Hal lain yang perlu mendapat perhatian ialah bahwa

berdasarkan regulasi di Indonesia, penambahan nilai aktiva tetap

yang berasal dari selisih revaluasi ternyata dapat di konversi

menjadi modal saham. Hal ini dapat dilihat dari PMK RI No.79/

PMK.03/2008 pasal 9 ayat 2-3. Ketentuan tersebut di perkuat oleh

Undang-undang No.19 tahun 2003 tentang “BUMN” pasal 4 ayat

2 yang menyebutkan bahwa pernyertaan modal negara dalam

rangka pendirian atau pernyertaan pada BUMN dapat bersumber

dari keuntungan revaluasi aktiva (Purba, 2010: 64-65).

Pada saat dilakukan konversi, jurnal pencatatan yang di

lakukan adalah sebagai berikut:

Selisih revaluasi aktiva tetap xxx

Modal saham xxx

Para pembuat undang-undang berpendapat bahwa hal ini di

perbolehkan, sepanjang mendapat persetujuan dari Menteri

Hukum dan HAM (Purba, 2013: 51).

b. Penentuan nilai wajar dan teknik revaluasi aset tetap

1) Penentuan nilai wajar aset tetap

Menurut Purba (2013:51) secara konseptual, nilai wajar

ditentukan dengan menggunakan tiga hirarki penentuan nilai

wajar sebagai berikut:

a) Harga pasar resmi pada pasar yang aktif. Pasar yang aktif

adalah dengan pasar yang menawarkan harga yang paling

tinggi (dalam hal perusahaan adalah pemilik aset) atau

dengan harga yang paling rendanh.

b) Harga aset sejenis pada suatu pasar yang aktif atau

penilaian dengan observable input.

Page 33: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

25

c) Penilaian dengan unobservable input atau input yang

diciptakan oleh manajemen. Apabila nilai aset sejenis

tidak juga didapatkan maka, manajemen dapat men-

ggunakan nilai wajar yang dihasilkan melalui penilaian

yang dilakukan oleh penilai independen.

2) Teknik revaluasi

Menurut Purba (2013:53) ada beberapa teknik revaluasi

yaitu:

a) Market aproach. Menggunakan data yang diperoleh dari

transaksi pasar

b) Income aproach. Menggunakan data nilai kini arus kas,

dimana tingkat diskonto didasarkan pada ekspektasi

pelaku pasar.

c) Cost aproach. Didasarkan pada jumlah uang yang

diperlukan menggantikan aset.

c. Penyajian dan pengungkapan revaluasi aset tetap

1) Penyajian revaluasi aset tetap

Untuk menentukan akuntansi yang tepat untuk aset yang

telah di revaluasi:

Tabel 2.1Penyajian Revaluasi Aset Tetap

Nilai aset meningkat Dicatat dalam pendapatan

komprehensif lain sebagai “surplus

dalam revaluasi” di dalam ekuitas.

Nilai aset meningkat,

tetapi membalikkan

penurunan revaluasi

sebelumnya

Dicatat sebagai laba sampai dia

membalikkan penurunan revaluasi

sebelumnya yang di catat dalam

laporan laba rugi

Nilai aset menurun Diakui sebagai kerugian

Nilai aset menurun,

tetapi perkiraan

Diakui dalam pendapatan

komprehensif lain sampai pada

Page 34: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

26

“surplus dalam

revaluasi” untuk aset

masih bersaldo

kredit

setiap surplus dalam revaluasi

untuk aset, dengan setiap kelebihan

di akui suku kerugian.

Sumber: Thomas Sumarsan (2013:73).

Ketika suatu aset diberhentikan atau di jual, maka

mengalihkan setiap surplus dalam revaluasi untuk aset

tersebut pada laba ditahan. Perusahaan juga dapat

mengalihkan bagian dari surplus dalam revaluasi itu pada

laba di tahan yang merupakan perbedaan antara penyusutan

pada harga perolehan awal dari aset dengan biaya aset yang

direvaluasi (Sumarsan, 2013: 73).

Menurut Martani dkk (2012:282) jika suatu aset tetap di

revaluasi, maka terdapat 2 alternatif perlakuan untuk

akumulasi penyusutan aset tetap, adalah sebagai berikut:

a) Di sajikan kembali secara proposional dengan perubahan

dalam jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah

tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah

revaluasian. Model ini sering digunakan apabila aset di

revaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan

biaya pengganti yang telah di susutkan.

Contoh: Peralatan xxx

Akumulasi penyusutan xxx

Surplus revaluasi xxx

b) Di eliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan

jumlah tercatat neto setelah di eliminasi di sajikan

kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut.

Metode ini sering di gunakan untuk bangunan.

Contoh: Akumulasi penyusutan xxx

Peralatan xxx

Page 35: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

27

Peralatan xxx

Surplus revaluasi xxx

Menurut Martani dkk (2012:283-284) jika jumlah

tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut

langsung di kreditkan kesurplus revaluasi. Namun, apabila

sebelumnya aset tersebut mengalami penurunan nilai yang di

akui dalam laporan laba rugi komprehensif maka kenaikkan

tersebut harus di akui dalam laporan laba rugi komprehensif

hingga sebesar jumlah penurunan tersebut. Sebaliknya jika

jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan

aset tersebut di akui dalam laporan laba rugi komprehensif.

Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung di

debit kesurplus revaluasi selama penerunan tersebut tidak

melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.

Perlakuan saldo surplus revaluasi terdapat dua alternatif,

yaitu:

a) Surplus revaluasi aset tetap yang di sajikan dalam

pendapatan komprehensif lain dapat di pindahkan

langsung kesaldo laba pada saat aset tersebut di hentikan

pengakuannya (misal, pada saat aset terkait di jual).

b) Sebagian surplus revaluasi dapat di pindahkan sejalan

dengan penggunaan aset oleh entitas, yaitu di pindahkan

kesaldo laba sebesar perbedaan antara jumlah

penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan

jumlah penysusutan berdasarkan biaya perolehan aset

tersebut. Pemindahan tersebut langsung kesaldo laba,

tidak di lakukan melalui laporan laba rugi komprehensif.

2) Pengungkapan revaluasian aset tetap

Menurut Martani dkk (2012:292) jika aset tetap di sajikan

pada jumlah revaluasian, hal yang harus di ungkapkan antara

lain:

Page 36: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

28

a) Tanggal efektif revaluasi

b) Apakah penilaian independen dilibatkan

c) Metode dan asumsi signifikan yang di gunakan dalam

mengestimasi nilai wajar

d) Penjelasan mengenai nilai wajar aset yang di tentukan

secara langsung berdasar harga yang dapat di observasi

dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang

wajar atau di estimasi menggunakan teknik penilaian

lainnya.

e) Untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset

seandainya aset tersebut di catat dengan model biaya.

f) Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama

periode dan pembatasa-pembatasan distribusi kepada

pemegang saham.

Sesuai dengan PSAK 48, suatu entitas mengungkapkan

informasi penurunan nilai aset tetap sebagai tambahan

informasi yang di syaratkan. Informasi berikut relevan dengan

kebutuhan pengguna laporan keuangan, sehingga entitas juga

di anjurkan melakukan pengungkapan atas:

a) Jumlah tercatat aset tetap yang di pakai sementara.

b) Jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah di

susutkan penuh dan masih di gunakan

c) Jumlah tercatat aset tetap yang di hentikan dari pengguna

aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai tersedia untuk di

jual.

d. Hubungan Revaluasi Aset Tetap untuk Tujuan Akuntansi

dan Pajak

Dalam Buletin Teknis 11 p.06 revaluasi aset tetap untuk

tujuan pajak tunduk pada peraturan perpajakan, yang diantaranya

mengatur bahwa revaluasi aset tetap tidak dapat dilakukan

kembali sebelum lewat jangka waktu lima tahun, dapat dilakukan

Page 37: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

29

untuk sebagian atau seluruh aset tetap, masa manfaat aset tetap

setelah revaluasi di sesuaikan kembali menjadi manfaat penuh

untuk kelompok aset tersebut, dan dasar penyusutan aset tetap

adalah nilai pada saat revaluasi aset tetap.

Sedangkan revaluasi aset tetap dalam buletin teknis 11 p.07

untuk tujuan akuntansi mengikuti ketentuan dalam PSAK 16:

Aset Tetap. PSAK 16 menyatakan bahwa revaluasi aset tetap di

lakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk

memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material

dengan jumlah yang di tentukan dengan menggunakan nilai wajar

pada akhir periode pelaporan, dan jika suatu aset tetap di

revaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelas yang sama di

revaluasi.

Entitas dapat memilih melakukan revaluasi aset tetap untuk:

1) tujuan akuntansi;

2) tujuan pajak; atau

3) tujuan akuntansi dan pajak.

Jika entitas melakukan revaluasi aset tetap hanya untuk

tujuan pajak, maka entitas mengungkapkan informasi mengenai

selisih lebih revaluasi aset tetap tersebut dalam catatan atas

laporan keuangan sesuai PMK 233/2015 (IAI, 2016: 2).

e. Persetujuan Otoritas Perpajakan atas Pengajuan Revaluasi

Aset Tetap

Dalam buletin teknis 11 p.09 Entitas yang melakukan

revaluasi aset tetap untuk tujuan pajak harus mendapatkan

persetujuan dari otoritas perpajakan yang akan di berikan dalam

jangka waktu tertentu. Atas hal tersebut, muncul isu akuntansi

ketika entitas telah membayar pajak penghasilan final atas

revaluasi aset tetap untuk tujuan pajak, namun sampai akhir

periode pelaporan belum mendapatkan persetujuan dari otoritas

perpajakan. Otoritas perpajakan mempunyai kewenangan untuk

Page 38: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

30

menerima atau menolak pengajuan revaluasi aset tetap, serta

menentukan jumlah kenaikan nilai revaluasi aset tetap jika

pengajuan tersebut diterima. Oleh karena itu, persetujuan dari

otoritas perpajakan tersebut bersifat substantif (IAI, 2016: 2).

3. Laporan Keuangan

a. Defenisi laporan keuangan (financial statements)

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan

keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan, laporan keuangan

menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

1) Aset;

2) Liabilitas;

3) Ekuitas

4) Penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian;

5) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam

kapasitasnya sebagai pemilik, dan

6) Arus kas

Informasi tersebut, beserta informasi lain yang terdapat dalam

laporan catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna

laporan keuangan dalam memprediksi arus kas masa depan entitas,

dan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas

dan setara kas (IAI, 2015:1.3).

b. Kerangka dasar penyajian laporan keuangan

1) Pengguna dan tujuan laporan keuangan

Menurut Martani dkk (2012:33) pengguna laporan

keuangan meliputi investor, pemberi pinjaman, karyawan,

pemasok, kreditur lainnya, pelanggan, pemerintah, lembaga

dan masyarakat. Pengguna tersebut menggunakan laporan

Page 39: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

31

keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang

berbeda, diantaranya sebagai berikut:

a) Investor, menilai entitas dan kemampuan entitas

membayar deviden dimasa mendatang. Investor dapat

memutuskan untuk membeli atau menjual saham entitas.

b) Karyawan, kemampuan memberikan balas jasa, manfaat

pensiun, dan kesempatan kerja.

c) Pemberi jaminan, kemampuan membayar utang dan

bunga yang akan mempengaruhi keputusan apakah akan

memberikan pinjaman.

d) Pemasok dan kreditur lain, kemampuan entitas mem-

bayar liabilitasnya pada saat jatuh tempo.

e) Pelanggan, kemampuan entitas menjamin kelangsungan

hidupnya.

f) Pemerintah, menilai bagaimana alokasi sumber daya.

g) Masyarakat, menilai tren dan perkembangan ke

makmuran entitas.

Manajemen entitas merupakan penanggung jawab utama

penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Manajemen

memiliki akses informasi tentang pengelolaan entitas, namun

yang di sajikan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum,

sebatas informasi yang ditentukan dalam standar. Menurut

kerangka konseptual IFRS, tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi

sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah

dilakukan manajemen (stewardship) dan pertanggung

jawaban sumber daya entitas yang telah dipercayakan

kepadanya (Martani dkk, 2012: 34).

Page 40: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

32

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan, kinerja , serta perubahan

posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik.

Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang

mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan

ekonomik karena secara umum menggambarkan pengaruh

keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk

menyediakan informasi non keuangan (IAI, 2015:3).

2) Asumsi

Asumsi dalam penyusunan laporan keuangan di gunakan

sebagai konsep dasar yang melandasi penyusunan laporan

keuangan. Berdasarkan asumsi ini laporan keuangan disusun

dan diharapkan dapat memenuhi tujuan laporan keuangan.

Basis akrual merupakan asumsi yang mendasari penyusunan

laporan keuangan. Berdasarkan konsep akrual, pengaruh

transaksi dan peristiwa lain di akui pada saat terjadinya

(bukan pada saat kas diterima atau di bayarkan). Berdasarkan

asumsi ini, entitas tidak hanya mengakui kas yang diterima

tetapi juga mengakui klaim kepada pihak lain (piutang),

liabilitas kepada pihak lain (utang), mengakui aset selain kas

(Martani dkk, 2012: 33).

3) Karakteristik kualitatif

Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut PSAK

(revisi 2015), yaitu:

a) Dapat dipahami, kemudahannya untuk segera dapat

dipahami oleh pengguna.

b) Relevan, agar bermanfaat informasi harus relevan untuk

pengguna dalam proses pengambimbilan keputusan.

c) Materialitas, relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat

dan materialitasnya.

Page 41: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

33

d) Keandalan, agar bermanfaat informasi harus andal

(reliable).

e) Penyajian jujur, agar dapat diandalkan informasi yang

disajikan harus dengan jujur transaksi serta peristiwa

lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat

diharapkan dan disajikan.

f) Substansi mengungguli bentuk, peristiwa tersebut perlu

dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas

ekonomik.

g) Netralitas, informasi harus disajikan utuk kebutuhan

umum, dan tidak tergantung pada pihak tertentu dan

keinginan tertentu.

h) Pertimbangan sehat, penyusunan laporan keuangan

adakalanya menghadapi ketidak pastian peristiwa dan

keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang

diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta peralatan.

Ketidak pastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan

hakikat serta tingkatnya dan menggunakan pertimbangan

sehat.

i) Kelengkapan, agar dapat diandalkan, informasi dalam

laporan keuangan harus lengkap dalam batasan

materialitas dan biaya.

Adapun tujuan kualitatif yang di rumuskan APB

statetement No.4 (dalam Harahap, 2011:127) adalah sebagai

berikut:

a) Relevance, memilih informasi yang benar-benar sesuai

dan dapat membantu pamakai laporan dalam proses

pengambilan keputusan.

b) Understandability, informasi yang di pilih untuk di

sajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus

informasi yang di mengerti para pemakainya.

Page 42: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

34

c) Verifiability, hasil akuntansi itu harus dapat di periksan

oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang

sama.

d) Neutrality, laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-

pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan

untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja.

e) Timeliness, laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk

pengambilan keputusan apabila di serahkan pada saat

yang tepat.

f) Comparability, informasi akuntansi harus dapat saling di

bandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip

yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun

perusahaan lain.

g) Completeness, informasi akuntansi yang di laporkan

harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para

pemakai.

4) Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan

keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi

kecendrungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna

juga harus dapat meperbandingkan laporan keuangan antar

entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,

pengukuran penyajian dampak keuangan dari transaksi dan

peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten

(IAI, 2015:7).

5) Unsur laporan keuangan

Menurut Surya (2012:29) laporan keuangan adalah suatu

penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

keuangan suatu entitas. Laporan keuangan yang lengkap

terdiri dari komponen-komponen berikut ini:

Page 43: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

35

a) Laporan laba rugi (statement of income) dan/atau laporan

laba rugi komprehensif (statement of comprehensive

income) selama periode;

b) Laporan perubahan ekuitas (statement of changes in

equities) selama periode;

c) Lapran posisi keuangan (statement of financial position)

pada akhir periode;

d) Laporan arus kas (statement of cash flows) selama

periode;

e) Catatan atas laporan keuangan (notes to financial

statement), yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi

penting dan informasi penjelasan lainnya; dan

f) Laporan posisi keuangan awal periode komparatif

terawal, yang disajikan apabila entitas menerapkan suatu

kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat

penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika

entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.

Menurut Martani dkk (2012:42-43) laporan keuangan

menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa

lain yang terjadi dalam satu entitas. Unsur keuangan di

klasifikasi kedalam beberpa kelompok yaitu:

a) Posisi keuangan

Unsur dalam posisi keuanagn di defenisikan sebagai

berikut:

(1) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas

sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana

manfaat ekonomi masa depan diharapkan akan di

peroleh entitas.

(2) Liabilitas merupakan utang entitas masa kini yang

timbul dari peristiwa masa lalu.

Page 44: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

36

(3) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah di

kurangi semua liabilitas.

b) Kinerja

Laba di gunaka sebagai ukuran kinerja dan dasar bagi

ukuran investasi (return on investment) atau kinerja saham

dengan melihat laba persaham (earnings per share). Unsur

yang berkaitan dengan laba adalah:

(1) Penghasilan adalah manfaat ekonomi selama satu

periode dalam bentuk pemasukkan atau penambahan

aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan

kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi

penanaman modal.

(2) Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama

satu periode akuntansi.

6) Pengakuan unsur laporan keuangan

Menurut Martani dkk (2012:43) pos yang memenuhi

defenisi suatu unsur laporan keuangan harus di akui jika:

a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang

berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau

kedalam entitas

b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat di

ukur dengan andal.

Jika pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi di

masa mendatang, maka pengeluaran tersebut tidak dapat di

akui sebagai aset, sebaliknya menimbulkan pengakuan beban

dalam laporan laba rugi komprehensif. Liabilitas di akui

dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran

sumber daya yang akan dilakukan untuk menyelesaikan

kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah dapat di ukur

dengan andal. Pengakuan liabilitas biasanya mengakibatkan

Page 45: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

37

pengakuan beban atau aset yang terkait dengan liabilitas

tersebut.

Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kom-

prehensif jika kenaikan manfaat ekonomi dimasa depan yang

berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan liabilitas

telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Beban di akui

dalam laporan laba rugi komprehensif jika penurunan

manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan

penurunan aset atau peningkatan liabilitas telah terjadi dan

dapat diukur dengan andal. Jika manfaat ekonomi diharapkan

timbul selama beberapa periode akuntansi, beban beban

diakui dalam laporan laba rugi komprehensif atas dasar

prosedur alokasi yang rasinal dan sistematis dalam periode

akuntansi yang menikmati manfaat.

7) Pengukuran unsur laporan keuangan

Menurut Martani dkk (2012:44) pengukuran adalah

proses penetapan jumlah uang untuk unsur laporan keuangan

yang di sajikan dalam neraca dan laporan laba rugi

komprehensif. Proses ini menyangkut pemilihan dasar

pengukuran tertentu. Berbagai dasar pengukuran tersebut

adalah:

a) Biaya historis (historical cost) adalah biaya perolehan

pada tanggal transaksi.

b) Biaya kini (current cost) adalah biaya yang seharusnya

yang diperoleh saat ini atau pada saat pengukuran.

c) Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)

adalah nilai yang dapat di peroleh dengan menjual aset

dalam pelepasan normal (orderly disposal).

d) Nilai kini (pressent value) adalah arus kas masuk neto

dimasa depan yang di diskontokan kebiaya kini dari pos

Page 46: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

38

yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam

pelaksanaan uasaha normal.

8) Konsep pemeliharaan modal

Menurut Martani dkk (2012:47) ada dua konsep

pemeliharaan modal ini menciptakan dua konsep laba sebagai

berikut:

a) Pemeliharaan modal keuangan, menurut konsep ini, laba

hanya diperoleh jika jumlah finansial (uang) dari aset

neto pada akhir periode melebihi jumlah finansial dari

aset neto pada awal periode.

b) Pemeliharaan modal fisik, menurut konsep ini, laba hanya

diperoleh jika kapasitas produktif fisik (kemampuan

usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif

fisik pada awal periode, setelah memasukan kembali aset

distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi

dari, para pemilik selama satu periode.

c. Elemen Laporan Keuangan

Sebagaimana di jelaskan pada IAS 1 tentang, ‘presentation of

financial statement’, laporan keuangan terdiri dari lima elemen,

yaitu laporan posisi keuangan atau neraca, laporan laba

komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan

catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi yang terkait

dengan kebijakan akuntansi yang signifikan dan catatan-catatan

penjelasan (Purba, 2013: 28).

1) Laporan posisi keuangan atau neraca

Menurut Martani dkk (2012:141) Laporan posisi

keuangan melaporkan aset, liabilitas, dan modal entitas pada

tanggal tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi

utama tentang posisi keuangan entitas karena merangkum

elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan peng-

Page 47: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

39

ukuran posisi keuangan, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.

Kegunaan laporan posisi keuangan ialah:

a) Mengevaluasi struktur pendanaan, dalam hal ini yang di

lihat adalah informasi tentang perbandingan sumber

pendanaan melalui utang di bandingkan dengan ekuitas.

b) Menganalisis likuiditas, likuiditas adalah seberapa cepat

waktu yang diperlukan sampai suatu aset dapat terealisasi

atau di konversi menjadi kas, atau sampai suatu liabilitas

dapat terbayar.

c) Menilai solvabilitas, solvabilitas adalah kemampuan

entitas membayar utangnya pada saat jatuh tempo.

d) Menilai fleksibelitas keuangan, likuiditas dan solvabilitas

akan menentukan flaksibelitas keuangan entitas, yaitu

mengukur kemampuan entitas mengambil tindakan

tertentu sebagai respon terhadap kebutuhan dan peluang

yang ada.

Menurut PSAK Nomor 1 (revisi 2015 p.54) laporan

posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-

pos berikut:

a) Aset tetap

b) Properti investasi

c) Aset tak berwujud

d) Aset keuangan

e) Investasi yang dicatat dengan menggunakan metode

ekuitas

f) Persediaan

g) Piutang dagang dan piutang lain

h) Kas dan setara kas

i) Total aset yang diklasifikasi sebagai aset yang dimiliki

untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok

lepasan yang diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual

Page 48: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

40

j) Utang dagang dan utang lain

k) Provisi

l) Liabilitas keuangan

m) Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana yang

didefenisikan oleh PSAK 46

n) Liabiltas dan aset pajak tangguhan

o) Liabiltas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang

diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual.

p) Kepentingan non pengendali, yang disajikan sebagai

bagian dari ekuitas

q) Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan

kepada pemilik entitas induk.

2) Laporan laba rugi dan laporan laba rugi komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang

mengukur keberhasilan kinerja perusahaan digunakan untuk

menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidak

pastian arus kas masa depan. Laporan laba rugi komprehensif

sering digunakan oleh beberapa pengguna laporan keuangan

berikut ini:

a) Investor, yang dijadikan dasar untuk memprediksi harga

saham dan deviden perusahaan dimasa depan.

b) Kreditor, untuk memahami kemampuan calon debitur

dalam menghasilkan arus kas masa depan yang di

perlukan untuk membayar beban bunga dan pokok

pinjaman. Informasi neraca atau posisi keuangan juga

diperhatikan oleh kreditor.

c) Manajemen, banyak perusahaan, bonus yang diberikan

kepada manajer ditentukan berdasarkan keberhasilan

dalam mencapai target laba.

Page 49: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

41

Menurut Martani dkk (2012:114) total laba komprehensif

adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan

dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang

dihasilkan dari transaksi dengan pemilikdalam kapasitasnya

sebagai pemilik. Konsep laba berkaitan langsung dengan

unsur penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran

penghasilan dan beban untuk menghasilkan laba, sebenarnya

bergantung pada kosep pemeliharaan modal yang digunakan.

Menurut konsep pemeliharaan modal laba hanya diperoleh

apabila jumlah finansial (uang) dari aset neto pada akhir

periode (di luar dari distribusi dan kontribusi pemilik

perusahaan) melebihi aset neto pada awal periode. Total laba

komprehensif dibagi menjadi sebagai berikut:

a) Komponen “laba rugi”, laba rugi adalah total pendapatan

dikurangi beban, yang tidak termasuk dalam komponen

pendapatan komprehensif lain.

b) Komponen “pendapatan komprehensif lain”, pendapatan

komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban

yang tidak diakui dalam laba rugi, sebagaimana di

syaratkan oleh SAK lainnya.

Menurut Martani dkk (2012:115) komponen pendapatan

komprehensif lain, antara lain sebagai berikut:

a) Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan aset tak

berwujud.

b) Keuntungan dan kerugian akturial atas program manfaat

pasti yang diakui.

c) Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran

laporan keuangan dari entitas asing.

d) Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset

keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk di

jual.

Page 50: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

42

e) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen

lindung nilai arus kas.

Menurut Surya (2012:31) laporan laba rugi komprehensif,

sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos

berikut selama suatu periode:

a) Pendapatan (revenue)

b) Biaya keuangan (finance costs);

c) Bagian laba atau rugi dari entitas asosiasi dan ventura

bersama (share of the profit or loss of associates and joint

ventures) yang dicatat dengan menggunakan metode

ekuitas;

d) Beban pajak (tax expense)

e) Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari:

(1) Laba atau rugi setelah pajak dari operasi yang

dihentikan (post-tax profit or loss of discountinued

operations); dan

(2) Laba atau rugi setelah pajak (post-tax profit or loss)

yang diakui dengan pengukuran nilai wajar

dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan

aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka

operasi yang dihentikan.

f) Laba atau rugi (profit or loss);

g) Setiap komponen dari penghasilan komprehensif lain

(other comprehensive income) yang diklasifikasikan

sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h)).

h) Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas

asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan

menggunakan metode ekuitas; dan

i) Total laba rugi komprehensif (total comprehensive

income).

Page 51: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

43

Menurut Surya (2012:32) penghasilan komprehensif lain

berisi pos-pos penghasilan dan beban (termasuk penyesuaian

reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dan laba rugi

komprehensif. Komponen pendapatan komprehensif lain

meliputi:

a) Perubahan dalam surplus revaluasi (revaluation surplus)

b) Keuntungan dan kerugian akturial atas program manfaat

pasti yang diakui.

c) Kauntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran

laporan keuangan dari entitas asing.

d) Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset

keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk

dijual.

e) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen

lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas.

3) Laporan perubahan ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang

perubahan ekuitas perusahaan antara awal dan akhir periode

pelaporan yang mencerminkan naik turunnya aset neto

perusahaan selama periode, baik yang berasal dari setoran

atau distribusi kepada pemilik atau yang berasal dari kinerja

perusahaan selama periode berjalan (Martani dkk 2012: 126).

4) Laporan arus kas

Laporan arus kas memberikan dasar bagi pengguna

laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam

menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan ebtitas dalam

menggunakan arus kas tersebut (Surya, 2012:36).

Laporan arus kas adalah sebuah laporan yang meng-

gambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar secara

terperinci dari masing-masing aktivitas, yaitu mulai dari

aktivitas operasi, aktivitas investasi, sampai pada aktivitas

Page 52: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

44

pendanaan atau pembiayaan untuk satu periode waktu

tertentu (Hery, 2012:9).

5) Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi

tentang dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan

laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan juga

menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi tertentu

yang diterapkan yang relevan untuk memahami laporan

keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan

informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di

bagian manapun dalam laporan keuangan (Surya, 2012:36).

4. Revaluasi Aset Tetap Menurut Perpajakan

Perusahaan dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap

perusahaan untuk tujuan perpajakan, dengan syarat telah memenuhi

semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir

sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Perusahaan yang

melakukan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan

harus mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak. Penilaian

kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan terhadap:

1) Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak

milik atau hak guna bangunan; atau

2) Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak

atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

merupakan objek pajak.

Dalam hal ini nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh

perusahaan jasa penilai atau ahli penilai dimaksud ternyata tidak

mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak

menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva yang

bersangkutan. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan

Page 53: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

45

dalam jangka waktu paling lama 1 tahun sejak tanggal laporan

perusahaan jasa penilai atau ahli penilai (Muljono, 2012:193).

a. PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015 dan PMK RI Nomor

233/PMK.03/ 2015

Direktorat Jenderal Pajak Indonesia mengeluarkan surat

ketetapan perpajakan mengenai penilaian kembali aktiva tetap,

yaitu PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015 dan perubahan PMK

RI Nomor 233/PMK.03/2015. Dalam ketetapan tersebut terdapat

pengurangan tarif PPh pasal 19 untuk wajib pajak bagi

permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016.

Dapat dipahami bahwa PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015

merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai revaluasi

aktiva tetap, maka PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015 tidak

mencabut atau mengubah PMK RI Nomor 79/PMK.03/2008,

yang berarti bahwa setelah tahun 2016 ketentuan tentang PPh atas

revaluasi aktiva tetap kembali lagi merujuk pada peraturan

Menteri Keuangan No.79/PMK.03/2008 dengan tarif yang di

kenakan yaitu 10%.

Beberapa perlakuan khusus atau failitas diberikan melalui

PMK RI No.191/PMK.010/2015 ini yang tidak ada dalam

peraturan sebelumnya yaitu:

1) Tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final diberikan

pemotongan, sehingga besarnya tarif menjadi:

a) 3%, untuk permohonan yang di ajukan sejak 15 Oktober

2015 sampai dengan tanggal 31 Desember 2015;

b) Tarif 4%, untuk permohonan yang di ajukan sejak 1

Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016 dan;

c) 6%, untuk permohonan yang di ajukan sejak 1 Juli 2016

sampai dengan tanggal 31 Desember 2016. Pemotongan

tarif PPh final tersebut hanya sampai 31 Desember 2016,

Page 54: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

46

dengan kata lain mulai 1 Januari 2017, tarif PPh final atas

revaluasi aset tetap kembali ke tarif semula yaitu 10%.

Sedangkan tarif pajak final atas revaluasi aset tetap dalam

perubahan PMK Nomor 233/PMK.03/2015 sebesar tarif

tertinggi pajak penghasilan yang berlaku pada saat penilaian

kembali aktiva tetap.

2) Dalam PMK Nomor 191/PMK.010/2015 maupun perubahan

PMK Nomor 233/PMK.03/2015 penilaian kembali aset tetap

dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh aset tetap

berwujud yang berada di Indonesia, di miliki dan di

pergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan yang merupakan objek pajak. Pada peraturan

sebelumnya yaitu PMK No.79/PMK.03/2008 mensyaratkan

penilaian kembali harus dilakukan terhadap keseluruhan aset.

Nilai aktiva tetap yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai

publik atau ahli penilai yang memperoleh izin dari pemerintah

harus berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang

berlaku pada saat penilaian aktiva tetap, jika nilai pasar atau nilai

wajar tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya maka

Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan kembali nilai pasar atau

nilai wajar aktiva yang bersangkutan (PMK RI 191/PMK.010/

2015 & PMK RI 233/PMK.03/2015).

Page 55: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

47

b. Perbedaan PMK 191 Tahun 2015 dan PMK 79 Tahun 2008

Tabel 2.2Perbedaan PMK 191/ PMK.010/2015 dengan PMK 79/ PMK.03/2008

Point Aspek PMK 191/PMK.010/2015 PMK 79/PMK.03/2008

1. Tarif 3%, 4%, 6% 10%

2. Penilaian aktiva tetap Sebagian atau seluruh aktiva tetap berwujud Seluruh aktiva berwujud

3. Penyusutan 01 Januari 2016, bagi wajib pajak yang melakukan

penilaian kembali aktiva tetap pada tahun 2015,

bulan di lakukannya penilaian kembali, bagi wajib

pajak yang melakukan penilaian kembali aktiva tetap

pada tahun 2016 dan 2017

Bulan di lakukannya penilaian

kembali

4. Jangka waktu peni-

laian KJPP dengan

pengajuan permohon-

an penilaian kembali

Pengajuan permohonan tahun 2015 menggunakan

laporan KJPP/ahli penilai tahun 2015. Pengajuan

permohonan tahun 2016 menggunakan laporan

KJPP/ahli penilai tahun 2016

Pengajuan permohonan penilaian

kembali menggunakan laporan

KJPP/ahli penilai paling lama 1

tahun sebelumnya

5. Pelunasan pajak

terutang

Sebelum mengajukan permohonan 15 hari setelah di keluarkan

keputusan persetujuan

6. Angsuran Tidak dapat diangsur Paling lama 12 bulan

Sumber: PMK 191/PMK.010/2015 dan PMK 79/PMK.03/2008.

Page 56: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

48

c. Perubahan PMK RI Nomor 191/ PMK.010/ 2015 menjadi PMK RI Nomor 233/ PMK.03/ 2015

Tabel 2.3Perubahan PMK 191/ PMK.010/ 2015 dan PMK 233/ PMK.03/ 2015

Point Perubahan PMK 191/PMK.010/2015 PMK 233/PMK.03/2015

1. Pasal 3, terkait dengan

batasan masa manfaat

aktiva tetap yang

dapat di revaluasi

Penilaian kembali aktiva tetap dapat di

lakukan terhadap sebagian atau seluruh aktiva

tetap berwujud yang terletak di Indonesia.

Penilaian kembali aktiva tetap dapat

dilakukan terhadap sebagian atau seluruh

aktiva tetap berwujud yang terletak di

Indonesia dan mempunyai masa manfaat

lebih dari 1 tahun.

2. Pasal 8 ayat (1) di

ubah terkait jangka

waktu yang harus

dipenuhi apabila WP

(wajib pajak) berniat

melakukan pengalihan

aktiva yang telah di

revaluasi.

Dalam hal WP melakukan pengalihan aktiva

tetap berupa:

a. Aktiva tetap kelompok 1 dan kelompok 2

yang telah memperoleh keputusan

persetujuan penilaian kembali sebelum

berakhirnya masa manfaat yang baru

sebagaimana dimaksud dalm pasal 7; atau

b. Aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4,

bangunan dan tanah yang telah mem-

peroleh persetujuan penilaian kembali-

Dalam hal WP melakukan pengalihan aktiva

tetap berupa:

a. Aktiva tetap kelompok 1 dan kelompo 2

yang telah memperoleh keputusan

persetujuan penilaian kembali sebelum

lewat jangka waktu 3 tahun;

b. Aktiva tetap kelompok 3, kelompok 4,

yang telah memperoleh persetujuan

penilaian kembali sebelum lewat jangka

waktu 5 tahun;

Page 57: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

49

Point Perubahan PMK 191/PMK.010/2015 PMK 233/PMK.03/2015

sebelum lewat jangka waktu 10 tahun. c. Tanah dan atau bangunan yang telah

memperoleh keputusan persetujuan

penilaian kembali sebelum lewat jangka

waktu 1 tahun.

3. Pasal 8 ayat (1a)

mengatur tarif pajak

atas pelanggaran ke-

tentuan pada Pasal 8

ayat (1)

Tarif tertinggi pajak penghasilan sebagai-

mana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Tarif yang dimaksud dalam Pasal 17

ayat (2a) UU No. 7 Tahun 1983 tentang

pajak penghasilan yang telah diubah

terakhir dengan UU No. 36 tahun 2008

bagi WP Badan DN atau BUT; atau

b. Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a UU No.

7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan

telah di ubah terakhir dengan UU No.36

Tahun 2008 bagi WP orang pribadi.

Page 58: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

50

point Perubahan PMK 191/PMK.010/2015 PMK 233/PMK.03/2015

4. Pasal 9 ayat (1) di

ubah tentang kewa-

jiban membuat akun

selisih lebih penilaian

kembali aktiva tetap

wajib pajak.

Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap

WP diatas nilai sisa buku komersial semula-

setelah di kurangi dengan pajak penghasilan

di bukukukan dalam neraca komersial pada

pekiraan modal dengan nama selisih lebih

penilaian kembali aktiva tetap wajib pajak.

Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap

WP di atas nilai sisa buku komersial semula-

setelah di kurangi dengan pajak penghasilan

di catat dalam laporan keuangan wajib

pajak.

5. Ditambahkan pasal

9A yang mengatur

revaluasi aset oleh

BUMN/BUMD

Dalam hal penilaian kembali aktiva tetap

untuk tujuan perpajakan di lakukan oleh

BUMN atau BUMD, penetapan nilai aktiva

tetap hasil penilaian kembali dapat di

lakukan oleh penilai pemerintah di

lingkungan Direktorat Jenderal kekayaan

negara.

6. Ditambahkan pasal

11A yang mengatur

masa berlaku PMK

revaluasi aset ini

Berlaku sejak di undangkannya PMK RI No.

191/PMK.010/2015.

Sumber: PMK 191/PMK.010/2015 dan PMK 233/PMK.03/2015.

Page 59: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

51

A. Penelitian Yang Relevan

1. Teti Tri Atikasari

Teti Tri Atikasari (2017) meneliti tentang “Dampak Revaluasi

Aset Tetap Terhadap Pajak Penghasilan Yang Terhutang” dengan

hasil penelitian jumlah beban pajak penghasilan yang terhutang

perusahaan ketika tidak melakukan kebijakan revaluasi aset tetap

sebesar Rp 987.169.750 ketika melakukan kebijakan revaluasi aset

tetap sebesar Rp 270.970.750 dengan kondisi tersebut, dapat diketahui

bahwa jumlah beban pajak penghasilan yang terhutang perusahaan

lebih kecil ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap di

bandingkan dengan ketika tidak melakukan revaluasi aset tetap.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

sama-sama meneliti tentang revaluasi aset tetap dan juga meng-

gunakan metode penelitian yang sama yaitu metode kualitatif

deskriptif, sedangkan perbedaannya, yaitu:

a. peneliti sebelumnya fokusnya pada “Dampak terhadap pajak

penghasilan yang terhutang”, dan penelitian ini fokusnya tentang

“analisis perbandingan laporan keuangan sebelum dan setelah

revaluasi aset tetap”.

b. Objek peneliti sebelumnya pada PT Damai Sejahtera Abadi,

sedangkan penelitian ini objek penelitiannya PT Bank Of India

Indonesia Tbk .

2. Subhan dan Moh. Ratno Djasmiko

Subhan dan Moh. Ratno (2017) meneliti tentang “Perlakuan

Akuntansi Revaluasi Aktiva Tetap Serta Dampaknya Terhadap

Laporan Keuangan” dengan hasil penelitian menunjukkan revaluasi

aset berpengaruh terhadap laporan keuangan PKP-RI Kabupaten

Pamekasan yaitu pada neraca, pada sisa aktiva, asset badan usaha

meningkat karena nilai aktiva tetap naik sedangkan nilai akumulasi

penyusutan menurun karena di hapuskannya akumulasi penyustan

aktiva tetap yang direvaluasi. Pada sisi pasiva terdapat kenaikan yang

Page 60: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

52

di akibatkan oleh timbulnya akun baru selisih penilaian kembali aktiva

tetap pada ekuitas.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah sama-

sama meneliti tentang Revaluasi Aset/Aktiva Tetap. Sedangkan

perbedaannya yaitu:

a. Penelitian sebelumnya fokus kepada perlakuannya dalam

akuntansi dan dampaknya terhadap laporan keuangan perusahaan,

sedangkan penelitian ini memfokuskan kepada analisis

perbandingan laporan keuangan perusahaan sebelum dan setelah

revaluasi aset tetap.

b. Objek penelitian sebelumnya, yaitu PKP-RI Kabupaten

Pamekasan, sedangkan penelitian ini objeknya yaitu PT Bank of

India Indonesia Tbk.

c. Jenis dan metode penelitian sebelumnya yaitu jenis deskriptif

kuantitatif dengan metode kuantitatif, sedangkan penelitian ini

jenis penelitiannya studi kasus dengan metode kualitatif deskriptif.

3. Suparna Wijaya dan Adika Brata Supandi

Suparna Wijaya dan Adika Brata Supandi (2017) meneliti tentang

“Analisis Revaluasi Aktiva Tetap Pada PT IndonesiaPower“ dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa revaluasi aktiva

tetap untuk tujuan perpajakan dapat meningkatkan laba bersih, aset,

dan ekuitas, revaluasi aktiva juga dapat memberikan manfaat berupa

berkurangnya pajak penghasilan untuk tahun setelah revaluasi serta

manfaat ekonomi lainnya, yaitu performa keuangan yang meningkat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu ialah sama-

sama meneliti tentang analisis revaluasi aset tetap dan juga

menggunakan metode penelitian yang sama, yaitu kualitatif deskriptif,

sedangkan perbedaannya, yaitu:

a. Penelitian sebelumnya memfokuskan kepada “menggambar kan

revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan dan manfaat

ekonominya bagi perusahaan”, sedangkan penelitian ini mem-

Page 61: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

53

fokuskan kepada “perbandingan laporan keuangan sebelum dan

setelah revaluasi aset tetap perusahaan”.

b. Objek penelitian sebelumnya pada PT Indonesia Power yang

merupakan anak usaha BUMN, sedangkan objek penelitian ini,

yaitu PT Bank of India Indonesia Tbk.

Page 62: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

54

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini jenis penelitian yang digunakan ialah

studi kasus (case study). Menurut Patton (dalam buku Semiawan, 2010:72

& 74) jenis penelitian studi kasus adalah studi tentang kekhususan dan

kompleksitas suatu kasus tunggal dan berusaha untuk mengerti kasus

tersebut dalam konteks, situasi dan waktu tertentu. Kasus tersebut begitu

unik, penting dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada

umumnya. Bentuk studi kasus dapat berupa deskriptif, eksplorasi dan

eksplanatori. Studi kasus yang deskriptif bertujuan menggambarkan suatu

gejala, fakta atau realita.

Adapun metode penelitian ini yaitu, metode kualitatif deskriptif.

Menurut Sugiyono (2013:2&8) metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu, dan metode penelitian kualitatif sering disebut metode

penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting). Disebut sebagai metode kualitatif, karena data

yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat atau objek penelitian ini adalah PT Bank Of India Indonesia

Tbk yang sudah terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) dan bisa

mengambil data yang dibutuhkan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia

(BEI), yaitu www.idx.co.id. Sedangkan waktu penelitian yang dibutuhkan

ialah mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Juli tahun 2018.

C. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini ialah data sekunder berupa data

kuantitatif dari laporan keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk tahun

Page 63: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

55

2015 yang diperoleh melalui data yang sudah dipublikasikan oleh

perusahaan yang berasal dari website Bursa Efek Indonesia, yaitu

www.idx.co.id.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah

teknik dokumentasi. Menurut Sugiono (2013:240) dokumentasi adalah

catatan kejadian yang sudah berlalu, dokumen ini bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental lainya. Dalam penelitian ini data

yang dikumpulkan adalah data laporan keuangan PT Bank Of India

Indonesia Tbk tahun 2015 yang berasal dari website resmi Bursa Efek

Indonesia (BEI).

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang gunakan untuk penelitian ini yaitu:

1. Teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti,

seperti PMK Nomor 191/PMK.010/2015, PMK Nomor 233/

PMK.03/2015 dan PSAK 16 yang membahas tentang perlakuan aset

tetap.

2. Laporan keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk periode 2015 s.d

2017.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Mengumpulkan data mengenai aset tetap, yaitu daftar penyusutan aset

tetap sebelum dan setelah revaluasi aset tetap, metode penyusutan aset

tetap, nilai aset tetap sebelum dan setelah revaluasi aset tetap.

2. Menganalisis perlakuan akuntansi revaluasi aset tetap tanah dan

bangunan berdasarkan PSAK Nomor 16 (revisis 2015).

Page 64: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

56

3. Menyesuaikan ketentuan revaluasi aset tetap PT Bank of India

Indonesia Tbk tahun 2015 berdasarkan PMK 191/PMK.010/2015 serta

perubahan PMK 233/PMK.03/2015.

4. Menghitung selisih nilai aset tetap PT Bank Of India Indonesia Tbk

sebelum revaluasi dengan setelah revaluasi.

5. Menghitung jumlah pajak final PT Bank Of India Indonesia Tbk atas

selisih revaluasi aset tetap tanah dan bangunan berdasarkan PMK No

191/PMK.010/2015 dan PMK RI No 233/PMK.03/2015.

6. Membandingkan dan menganalisis laporan keuangan PT Bank Of

India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum dan setelah aset tetap

direvaluasi.

7. Kemudian menjelaskan perbedaan laporan keuangan PT Bank of India

Indonesia Tbk sebelum dan setelah revaluasi aset tetap.

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Menurut Semiawan (2010:157) memvalidasi hasil penelitian berarti

peneliti menentukan akurasi dan kredibilitas hasil melalui strategi yang

tepat, seperti lewat member checking atau triangulasi, auditing, kredibilitas

peneliti. Adapun penjamin keabasahan data dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan member checking, yaitu mengambil data yang

dibutuhkan dari laporan keuangan tahunan PT Bank of India Indonesia

Tbk tahun 2015 kemudian disesuaikan dengan laporan anual report PT

Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015 untuk memastikan data yang

diperoleh benar.

Page 65: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

57

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

1. Gambaran Umum dan Sejarah Perusahaan

PT Bank of India Indonesia Tbk merupakan sebuah perusahaan

jasa yang bergerak dibidang perbankan, dimana produk dan jasa bank

terdiri dari produk simpanan (seperti giro, rekening star dolar,

tabungan, deposito), produk kredit (seperti kredit modal kerja, kredit

investasi, kredit ekspor dan impor, kredit konsumsi), dan produk jasa

layanan lainnya (seperti layanan jasa dalam negeri dan layanan jasa

luar negeri). PT Bank of India Indonesia Tbk berdiri pada tahun 1968

M di Surabaya, yang pada awalnya merupakan sebuah bank pasar yang

bernama bank pasar Swadesi. Pada tahun 1984 M bank pasar Swadesi

diambil alih oleh keluarga Chugani, sehingga pada tanggal 2

September tahun 1989 M bank pasar Swadesi berkembang dan resmi

menjadi bank umum yang bernama bank Swadesi. Ditahun 1990, bank

Swadesi melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank

Perkreditan Rakyat Panti Daya Ekonomi yang berkedudukan di

Surakarta untuk dapat membuka kantor cabang di Jakarta.

Pada tahun 1992 M Bank Swadesi memperoleh ijin dari Bank

Indonesia untuk menjalankan usaha sebagai pedagang valuta asing. Di

bawah pengendalian manajemen yang baru ini proses tumbuh dan

berkembang bank Swadesi terus berlanjut, sehingga pada tanggal 11

November tahun 1994 M Bank Swadesi mendapatkan peningkatan

status dari Bank Indonesia yaitu secara resmi beroperasi menjadi bank

Devisa. Dengan status yang baru ini semakin memperkuat posisi bank

Swadesi sebagai lembaga yang dapat memberikan jasa dan layanan

perbankan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.

Dalam upaya pengembangan usaha dan sekaligus untuk

mendekatkan diri pada sentra bisnis nasional, pada tahun 1995 M di

Page 66: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

58

lakukan pemindahan kantor pusat dari Surabaya keJakarta. Konsistensi

pada komitmen untuk terus berkembang dan memberikan yang terbaik

dengan berpedoman pada prinsip kehati-hatian, telah menjadi bukti

keberhasilan Bank Swadesi dalam melewati masa-masa sulit ditengah

krisis multidimensi yang melanda Indonesia. Berdasarkan hasil due

diligence yang dilakukan oleh pihak independen Bank Swadesi

termasuk dalam kategori bank “A” sehingga tidak perlu masuk dalam

program rekapitalisasi. Sebagai langkah strategis untuk mengantisipasi

perkembangan perbankan dimasa mendatang, khususnya dalam aspek

permodalan, pada tahun 2002 M Bank Swadesi mencatatkan sahamnya

di Bursa Efek Jakarta dan tercatat sebagai lembaga perbankan ke-22

yang “go public”.

Sejalan dengan program kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia

(API), Bank Swadesi telah memenuhi kriteria sebagai bank fokus

dengan modal minimal Rp 100 miliar dan dengan kondisi permodalan

yang cukup akan memberikan keunggulan kompetitif bagi Bank

Swadesi dalam memanfaatkan segala peluang yang ada.Untuk dapat

mewujudkan Visi, Misi dan sekaligus memperkuat posisinya dipeta

perbankan nasional, Bank Swadesi memandang perlu untuk menjalin

aliansi strategis dengan mengundang investor yang kuat. Upaya

tersebut di realisasikan dengan penandatanganan Akta Akuisisi antara

pemegang saham mayoritas Bank Swadesi dengan Bank Of India

terkait dengan pengambilalihan saham sebanyak 235.600.000 lembar

saham atau yang mewakili 76% dari keseluruhan saham Bank Swadesi

pada tanggal 22 Juni 2007 M. Dengan demikian secara resmi Bank of

India telah menjadi pemegang saham mayoritas dan mengambil alih

pengendalian Bank Swadesi. Dengan terjadinya pengambilalihan

pengendalian kepemilikan, pada tahun 2011 nama Bank Swadesi

berubah nama menjadi PT. Bank of India Indonesia Tbk.

Dengan dukungan Bank of India, sebagai bank yang telah berusia

100 tahun dan memiliki 22 kantor cabang di luar negeri yang meliputi:

Page 67: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

59

USA, United Kingdom, Channel Islands, France, Kenya, Singapore,

Indonesia, Hongkong, west Indies, Japan, China. PT Bank of India

Indonesia Tbk kedepan diharapkan akan terus membangun pondasi

yang kokoh untuk mencapai kinerja terbaik dengan pertumbuhan yang

berkelanjutan melalui alih pengetahuan dan teknologi, penempatan

individu dan meningkatkan modal pada saat dibutuhkan. Pada tanggal

31 Desember 2016 M, PT Bank of India Indonesia Tbk memiliki

kantor operasional, yang tediri dari 1 kantor pusat, 7 kantor cabang, 6

kantor cabang pembantu, 2 kantor kas yang tersebar di wilayah Jakarta,

Surabaya, Bandung, Medan, Bali, dan Makassar (Anual report PT

Bank of India Indonesia Tbk).

2. Visi dan Misi Perusahaan

Adapun visi dan misi PT Bank of India Indonesia Tbk ialah sebagai

berikut:

a. Visi

Menjadi bank yang prudent dan terpercaya dengan standar

internasional dalam memenuhi kebutuhan nasabah, dalam transaksi

perbankan nasional maupun internasional.

b. Misi

Menyediakan layanan unggulan dengan lebih memfokuskan pada

perbankan retail, berdasarkan prinsip kehati-hatian bank dan Good

Corporate Governance untuk meningkatkan nilai bagi stakeholder.

Page 68: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

60

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 4.1Struktur Organisasi PT Bank of India Indonesia Tbk

Pemegang Saham

Dewan Komisaris

Direktur Utama:Sindbad Rijadi Hardjodipuro

Wakil Direktur Utama:Gopinathan Ekamurthy

Direktur Kredit &Internasional Banking:Prashant ThapliyaL

Direktur Operasional:Ferry Koswara

Direktur Kepatuhan:Primasura Pandu

Dwipanata

Komite Nominasi & Remunerasi

Komite Pemantau Resiko

Komite Audit

D. Analisis Kredit:

Siti Yanti E. Gultom

D. Administrasi Kredit& Remedial:

Aminah

Divisi Legal:

Muhammad Chotib

D. Indian Desk:

Gautam Chada

D. Treasury:

Heru Helbianto

D.Kontrol Akunting& Pengendalian Keuangan:

E.C Timotius Tinarko

D. Teknologi InformasiRamamurthy

Bhamidimukkula

D. Umum & CorporateSuport

Unit Kontrol Internal

D. Internasional &Koresponden Bank

D. Perencanaan Strategi & Pengembangan Bisinis: AdeDevi Butar Butar

D. Pelayanan Pelanggan

D. MIS & Pelaporan

Divisi SDM:

Joko Yunianto

Divisi Kepatuhan:

Heru HermawanIndrasaputra

Divisi ManajemenRisiko:

Wahyu Himmah R

Divisi SekretarisPeruahaan

Page 69: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

61

B. Pembahasan

1. Dasar Revaluasi Aset Tetap Perusahaan

Berdasarkan surat No. 203/KP-BD/PJK/XII/2015 tanggal 04

Desember 2015, PT Bank of India Indonesia Tbk mengajukan

permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta mengenai

permohonan penilaian kembali aset tetap, kemudian PT Bank of India

Indonesia Tbk mendapat persetujuan dan melakukan revaluasi aset

tetap pada bulan Desember 2015 tersebut. Revaluasi yang digunakan

oleh perusahaan adalah revaluasi parsial yaitu, revaluasi yang hanya di

lakukan terhadap sebagian dari aset tetap perusahaan yang dimiliki. Di

mana PT Bank of India Indonesia Tbk hanya melakukan revaluasi pada

aset tetap tanah dan bangunan. Revaluasi yang di lakukan PT Bank of

India Indonesia Tbk berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

No 191/PMK.010/2015 serta perubahan PMK No 233/PMK.03/2015

tentang penilaian kembali aktiva tetap.

Tata cara revaluasi aset tetap telah sesuaikan berdasarkan peraturan

yang ada. Tujuan perusahaan melakukan revaluasi aset tetap ialah untuk

mencerminkan nilai aset tetap yang sebenarnya. Penilaian terhadap

tanah dan bangunan di lakukan oleh penilai independen eksternal yang

memiliki sertifikasi. Revaluasi di lakukan dengan keteraturan yang

memadai untuk memastikan bahwa nilai wajar dari aset yang di nilai

kembali tidak berbeda material dari nilai tercatatnya (Catatan atas

laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk, 2015:41).

Page 70: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

62

2. Nilai Aset Tetap Tanah dan Bangunan Setelah Revaluasi

Tabel 4.1PT Bank of India Indonesia Tbk

Nilai Aset Tetap Tanah dan BangunanTahun 2015(Dalam Rupiah)

NamaAset

Nilaibuku/nilaisebelumrevaluasi

Nilai pasar/nilaisetelah revaluasi

Surplusrevaluasi aset

tetap

Tanah

Bangunan

5.046.115.250

9.238.387.395

93.489.000.000

47.183.340.027

88.442.884.750

37.944.952.632

Total 14.284.502.645 140.672.340.027 126.387.837.382

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015

Seperti yang terdapat pada tabel di atas, nilai wajar aset tetap tanah

dan bangunan PT Bank of India Indonesia Tbk di tahun 2015

mengalami kenaikan dari nilai tercatat aset, dengan selisih sebesar Rp

126.387.837.382, di mana nilai tanah sebelum di revaluasi sebesar Rp

5.046.115.250 menjadi Rp 93.489.000.000 setelah di revaluasi,

sedangkan bangunan nilai sebelum revaluasi sebesar Rp 9.238.387.395

menjadi Rp 47.183.340.027 setelah di revaluasi. perubahan nilai yang

terbesar adalah pada aset tetap tanah, meningkat sebesar 1852,7 % dari

nilai buku, sedangkan aset tetap bangunan meningkat sebesar 510,7 %

dari nilai buku.

Tabel 4.2Pajak Final atas Selisih Lebih Nilai Revaluasi Aset Tetap

PT Bank of India Indonesia Tbk Tahun 2015(Dalam rupiah)

Nama

Aset

Nilai selisih

lebih revaluasi

aset tetap

Tarif Pajak Final Jumlah pajak

yang

dibayarkan

Tanah

Bangunan

88.442.884.750

38.169.775.304

126.612.660.054 x

3%

3.798.379.802

Total 126.612.660.054 3.798.379.802

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk

Page 71: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

63

Selisih lebih atas revaluasi aset tetap tanah dan bangunan PT Bank

of India Indonesia Tbk di kenai pajak final, sesuai dengan PMK Nomor

191/PMK.010/2015 dan perubahan PMK Nomor 233/PMK.03/2015

atas penilaian kembali aktiva tetap, bagi permohonan yang diajukan

mulai dari 15 Oktober sampai dengan 31 Desember 2015 akan

mendapatkan tarif khusus, yaitu dengan tarif sebesar 3%. PT Bank of

India Indonesia Tbk mengajukan permohonan pada tanggal 04

Desember 2015, maka ia mendapatkan tarif khusus pajak final atas

selisih lebih penilaian aktiva/aset tetap sebesar 3%, seperti yang di

hitung pada tabel di atas, PT Bank of India Indonesia Tbk harus

membayar pajak final sebesar Rp 3.798.379.802 atau 3% dari total

selisih lebih revaluasi aset tetap tanah dan bangunan (126.612.660.054

x 3%).

3. Dasar dan Beban Penyusutan Aset Tetap

a. Dasar penyusutan aset tetap

Tabel 4.3PT Bank of India Indonesia Tbk

Dasar Penyusutan Aktiva/Aset Tetap (Bangunan)Aktiva/Aset Tetap Masa Manfaat Tarif

Penyusutan

Tanah

Bangunan

-

20 tahun

-

5%

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk

Umur ekonomis atau masa manfaat aset tetap bangunan adalah

20 tahun dan tidak memiliki nilai sisa, seperti yang terdapat pada

tabel di atas. Sedangkan aset tetap tanah tidak memiliki masa

manfaat karena aset tetap tanah memiliki masa manfaat yang tidak

terbatas. Metode penyusutan aset tetap PT Bank of India Indonesia

Tbk menggunakan metode saldo menurun kecuali aset tetap

bangunan, aset tetap bangunan di susutkan dengan metode garis

lurus atau dengan tarif 5%, sedangkan aset tetap tanah tidak di

susutkan.

Page 72: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

64

b. Beban penyusutan aset tetap

Tabel 4.4Beban Penyusutan Aset Tetap (Sebelum Revaluasi)

PT Bank of India Indonesia TbkTahun 2015

(Dalam rupiah)Nama

Aset

Harga

Perolehan

Beban

Penyusutan

Nilai buku

Tanah

Bangunan

5.046.115.250

21.975.936.121

-

902.129.468

5.046.115.250

9.238.387.395

Total 27.022.051.371 902.129.468 14.284.502.645

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk

Tabel 4.5Beban Penyusutan Aset Tetap (Setelah Revaluasi)

PT Bank of India Indonesia TbkTahun 2015

(Dalam rupiah)Nama

Aset

Harga

Perolehan

Beban

Penyusutan

Nilai buku

Tanah

Bangunan

93.489.000.000

47.327.743.001

-

2.383.019.214

93.489.000.000

44.944.723.787

Total 140.816.743.001 2.383.019.214 138.433.723.787

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk

Beban penyusustan aset tetap bangunan PT Bank of India

Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum revaluasi adalah sebesar Rp

1.018.811.032, kemudian perusahaan melakukan reklasifikasi aset

tetap bangunan pada tahun 2015 sebesar Rp 12.593.145.752,

sehingga beban penyusutan aset tetap bangunan sebelum

melakukan revaluasi berubah menjadi Rp 902.129.468. Sedangkan

beban penyusutan aset tetap bangunan perusahaan setelah

melakukan revaluasi meningkat menjadi Rp 2.383.019.214

(Laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015).

Page 73: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

65

4. Laporan Keuangan Sebelum Revaluasi Aset Tetap (Tanah dan

Bangunan)

Tabel 4.6PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK

Laporan Posisi Keuangan (Sebelum Revaluasi)Per 31 Desember 2015

(Dalam rupiah)Nama Akun Debet Kredit

Aset:

Kas

Giro pada Bank

Indonesia

Giro pada Bank Lain

-Pihak Berelasi

-Pihak Ketiga

Dikurangi: Cadangan

Kerugian Penurunan

Nilai

Giro Pada Bank Lain

Bersih

Penempatan Pada Bank

Indonesia dan Bank lain

Efek-efek bersih

Tagihan derivatif

Kredit yang diberikan

-Pihak berelasi

-Pihak ketiga

Dikurangi: Cadangan

Kerugian Penurunan

Nilai

Kredit yang Diberikan

Bersih

13.519.538.000

409.940.362.071

5.096.716.683

78.564.895.946

(157.066.213)

83.504.546.416

78.963.813.780

1.568.731.873.714

1.663.978.466

192.929.084.207

3.399.858.376.025

(191.332.047.488)

3.401.455.412.744

Page 74: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

66

Tagihan Akseptasi

Pajak dibayar dimuka

Biaya Dibayar Dimuka

Aset Tetap

Dikurangi: Akumulasi

Penyusutan

Aset Tetap-net

Aset Takberwujud

Dikurangi: Amortisasi

Aset Takberwujud-net

Aset Lain-lain

Jumlah Aset

Liabilitas dan Ekuitas

Liabilitas:

Liabilitas Segera

Simpanan Nasabah

- Pihak Berelasi

- Pihak Ketiga

Jumlah Simpanan

Nasabah

Simpanan dari Bank Lain

- Pihak Berelasi

- Pihak Ketiga

Jumlah Simpanan dari

Bank Lain

Liabilitas Derivatif

Utang Akseptasi

Utang Pajak

Pendapatan Diterima

Dimuka

99.866.533.741

9.317.621.154

3.035.352.801

35.875.204.456

(17.429.351.641)

18.445.852.815

7.027.878.087

(2.180.320.373)

4.847.557.714

277.120.121.095

5.970.412.564.511

9.576.669.338

278.144.135.429

4.099.979.001.570

4.378.123.136.999

418.508.662.132

24.317.562.672

442.826.224.804

1.585.522.944

99.866.533.741

6.188.184.776

2.197.231.714

Page 75: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

67

Liabilitas Imbalan Pasca-

kerja

Liabilitas Pajak

tangguhan

Liabilitas Lain-lain

Jumlah Liabilitas

Ekuitas:

Modal saham

Tambahan modal disetor

Laba belum direalisasi

atas kepemilikan efek

tersedia untuk dijual

Pengukuran kembali atas

program imbalan pasti-

bersih

Saldo Laba

-Ditentukan

penggunaannya

-Tidak ditentukan

Penggunaannya

Jumlah Ekuitas

4.465.116.018

1.806.149.085

25.959.958.628

4.972.594.728.047

208.320.000.000

478.301.320.814

451.506.817

(2.027.549.893)

20.000.000.000

292.772.558.726

997.817.836.464

Jumlah Liabilitas dan

Ekuitas

5.970.412.564.511

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015.

Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk pada

tahun 2015 sebelum revaluasi menunjukan jumlah aset sebesar Rp

5.970.412.564.511 dengan jumlah aset tetap sebesar Rp 35.875.204.456

dan akumulasi penyusutan aset tetap sebesar Rp 17.429.351.641

(penyusutan bangunan Rp 318.522.439 + penyusutan aset tetap selain

bangunan sebesar Rp 17.110.829.202), sedangkan jumlah ekuitas

sebesar Rp 997.817.836.464 dan tidak ada penambahan ataupun

Page 76: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

68

pengurangan pada jumlah aset tetap. Pada bagian ekuitas tidak ada akun

“surplus revaluasi aset tetap”, dan menunjukan jumlah ekuitas dan

liabilitas sebesar Rp 5.970.412.564.511

Tabel 4.7PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK

Laporan Laba Rugi danPenghasilan Komprehensif Lain (Sebelum Revaluasi)

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal31 desember 2015

(Dalam rupiah)

Nama akun

Pendapatan dan beban

operasional

Pendapatan bunga

-Bungka

-Provisi dan Komisi

Jumlah pendapatan bunga

Beban bunga

- Bunga

-Premi program

penjaminan simpanan

Jumlah beban bunga

Pendapatan bunga-bersih

Pendapatan operasionalainya

Provisi dan komisi selain

dari kredit-Bersih

Keuntungan transaksi mata

uang asing-bersih

lain-lain

552.414.395.18

1.521.204.470

553.935.599.657

(355.160.899.253)

(9.116.124.916)

(364.277.024.169)

189.658.575.488

13.460.480.998

10.687.119.483

1.028.660.029

214.834.835.998

Page 77: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

69

Pembentukan cadangan

kerugian penurunan nilai aset

keuangan

Beban operasional lainnya

Tenaga kerja dan tunjangan

Umum dan administrasi

Jumlah beban operasional

lainnya

Pendapatan (beban)

operasional bersih

Pendapatan dan beban non

operasional:

Laba penjualan aset tetap -

bersih

Lainnya – bersih

Beban non operasional bersih

Laba (rugi) sebelum pajak

Manfaat (beban) pajak:

Kini

Tangguhan

Laba bersih tahun berjalan

Penghasilan komprehensif

lain setelah pajak

Pos-pos yang tidak akan

direklasifikasi kelaba rugi:

Pengukuran kembali atas

program imbalan pasti

Pajak atas penghasilan terkait

Pos-pos yang tidak akan

direklasifikasi ke laba rugi

(197.497.235.808)

(36.126.734.284)

(26.955.597.434)

(63.082.331.718)

(45.744.731.528)

116.400.000

(1.972.900.322)

(1.856.500.322)

(47.601.231.850)

-

2.933.188.355

(44.668.043.495)

3.373.037.393

(10.385.703.174)

Page 78: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

70

Pos-pos yang akan

direklasifikasi kelaba rugi:

Kerugian neto yang belum

direalisasi atas perubahan

nilai efek-efek yang

tersedia untuk dijual

Jumlah penghasilan (rugi)

komprehensif lain tahun

berjalan setelah pajak

Jumlah penghasilan (rugi)

komprehensif tahun

berjalan

(412.531.179

(7.425.196.960)

(52.093.240.455)

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015.

Seperti yang terdapat pada tabel laporan laba rugi komprehensif

sebelum revaluasi tahun 2015 di atas, pada laporan laba rugi

komprehensif bagian penghasilan komprehensif lain tidak ada akun

“surplus revaluasi aset tetap”. Penghasilan komprehensif setelah pajak

tahun 2015 PT bank of India Indonesia Tbk mengalami kerugian

sebesar Rp 7.425.196.960, untungnya penghasilan komprehensif tidak

mempengaruhi jumlah ekuitas perusahaan. Sedangkan beban

penyusutan aset tetap disajikan dalam akun beban umum dan

administrasi sebesar Rp 2.969.075.982 (beban penyusutan aset tetap

selain bangunan sebesar Rp 2.066.946.514 + beban penyusutan

bangunan Rp 902.129.468).

Page 79: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

71

Tabel 4.8PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK

Laporan Perubahan Ekuitas (Sebelum Revaluasi)Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015

(Dalam rupiah)Nama Akun

Saldo per 31 Desember 2014

Penerbitan saham baru melalui

penawaran umum terbatas II-

bersih

-Ditempatkan dan disetor penuh

-Tambahan modal disetor

Penyisihan cadangan umum

-Ditentukan penggunaannya

-Tidak ditentukan

penggunaannya

Jumlah penyisihan cadangan

umum

Laba tahun berjalan

Rugi tahun berjalan

Penghasilan komprehensif lain-

bersih

-Laba rugi belum direalisasi atas

efek tersedia untuk dijual

-pengukuran kembali atas

program imbalan pasti

Jumlah penghasilan

komprehensif lain-bersih

Saldo per 31 Desember 2015

556.249.317.333

34.720.000.000

449.399.315.760

2.000.000.000

(2.000.000.000)

-

1.040.368.633.093

-

(44.668.043.495)

995.700.589.598

(412.531.179)

2.529.778.045

2.117.246.866

997.817.836.464

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015

Page 80: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

72

Seperti yang terlihat pada tabel di atas, tidak ada penambahan

ataupun pengurangan akibat selisih lebih atau selisih kurang nilai

revaluasi aset tetap, jika aset tetap tidak di revaluasi. jumlah saldo

ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2015 sebelum

revaluasi aset tetap tanah dan bangunan ialah sebesar Rp

997.817.836.464.

5. Laporan Keuangan Setelah Revaluasi Aset Tetap (Tanah dan

Bangunan)

Tabel 4.9PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK

Laporan Posisi Keuangan (Setelah Revaluasi)Per 31 Desember 2015

(Dalam rupiah)Nama Akun Debet Kredit

Aset:

Kas

Giro pada Bank

Indonesia

Giro pada Bank Lain

Pihak Berelasi

Pihak Ketiga

Dikurangi: Cadangan

Kerugian Penurunan

Nilai

Giro Pada Bank Lain

Bersih

Penempatan Pada Bank

Indonesia dan Bank lain

Efek-efek bersih

Tagihan derivatif

Kredit yang diberikan

Pihak berelasi

13.519.538.000

409.940.362.071

5.096.716.683

78.564.895.946

(157.066.213)

83.504.546.416

78.963.813.78

1.568.731.873.714

1.663.978.466

192.929.084.207

Page 81: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

73

Pihak ketiga

Dikurangi: Cadangan

Kerugian Penurunan

Nilai

Kredit yang Diberikan

Bersih

Tagihan Akseptasi

Biaya Dibayar Dimuka

Aset Tetap

Dikurangi: Akumulasi

Penyusutan

Aset Tetap-net

Aset Takberwujud

Dikurangi: Amortisasi

Aset Takberwujud-net

Aset Lain-lain

Jumlah Aset

Liabilitas dan Ekuitas

Liabilitas:

Liabilitas Segera

Simpanan Nasabah

Pihak Berelasi

Pihak Ketiga

Jumlah Simpanan

Nasabah

Simpanan dari Bank Lain

Pihak Berelasi

Pihak Ketiga

Jumlah Simpanan dari

Bank Lain

Liabilitas Derivatif

3.399.858.376.025

(191.332.047.488)

3.401.455.412.744

99.866.533.741

3.035.352.801

162.263.041.838

(17.429.351.641)

144.833.690.197

7.027.878.087

(2.180.320.373)

4.847.557.714

277.120.121.095

6.087.482.780.739

9.576.669.338

278.144.135.429

4.099.979.001.570

4.378.123.136.999

418.508.662.132

24.317.562.672

442.826.224.804

1.585.522.944

Page 82: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

74

Utang Akseptasi

Utang Pajak

Pendapatan Diterima

Dimuka

Liabilitas Imbalan Pasca-

Kerja

Liabilitas Pajak

Tangguhan

Liabilitas Lain-lain

Jumlah Liabilitas

Ekuitas:

Modal saham

Tambahan modal disetor

Surplus revaluasi aset

tetap-bersih

Laba belum direalisasi

atas kepemilikan efek

tersedia untuk dijual

Pengukuran kembali atas

program imbalan pasti-

bersih

Saldo laba

- Ditentukan

penggunaannya

-Tidak ditentukan

penggunaannya

Jumlah Ekuitas

99.866.533.741

6.188.184.776

2.197.231.714

4.465.116.018

1.806.149.085

25.959.958.628

4.972.594.728.047

208.320.000.000

478.301.320.814

117.070.216.228

451.506.817

(2.027.549.893)

20.000.000.000

292.772.558.726

1.114.888.052.692

Jumlah Liabilitas dan

Ekuitas

6.087.482.780.739

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015

Page 83: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

75

Laporan posisi keuanagan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun

2015 setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan,

jumlah aset meningkat menjadi Rp 6.087.482.780.739 yang disebabkan

nilai aset tetap tanah dan bangunan meningkat sebesar Rp

126.612.660.054 dan di kurangi dengan kerugian penurunan nilai

sebesar Rp 224.822.672, sihingga nilai aset tetap setelah revaluasi

sebesar Rp 162.263.041.838, dengan akumulasi penyusutan sebesar Rp

17.429.351.641, berarti nilai akumulasi aset tetap bangunan setelah

revaluasi masih sama dengan yang sebelum revaluasi, karena nilai

akumulasi penyusutan yang baru berlaku untuk tahun selanjutnya, yaitu

tahun 2016. Sedangkan jumlah ekuitas menjadi Rp 1.114.888.052.692

karena adanya penambahan ekuitas dari selisih lebih penilaian aset tetap

tanah dan bangunan sebesar Rp 117.070.216.228 yaitu nilai selisih

lebih aset tetap setelah revaluasi sebesar Rp126.612.660.054 di kurangi

dengan pajak penghasilan sebesar Rp 9.542.443.826. setelah melakukan

revaluasi aset tetap tanah dan bangunan, pada bagian ekuitas muncul

akun baru yaitu akun “ surplus revaluasi aset tetap”.

Tabel 4.10PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK

Laporan Laba Rugi dan PenghasilanKomprehensif Lain (Setelah Revaluasi)

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 desember 2015(Dalam rupiah)

Nama akun

Pendapatan dan beban operasional

Pendapatan bunga

- Bungka

-Provisi dan Komisi

Jumlah pendapatan bunga

Beban bunga

-Bunga

552.414.395.18

1.521.204.470

553.935.599.657

(355.160.899.253)

Page 84: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

76

-Premi program penjaminan

Simpanan

Jumlah beban bunga

Pendapatan bunga-bersih

Pendapatan operasional lainya

- Provisi dan komisi selain dari

kredit-Bersih

Keuntungan transaksi mata uang

asing-bersih

lain-lain

Pembentukan cadangan kerugian

penurunan nilai aset keuangan

Beban operasional lainnya

-Tenaga kerja dan tunjangan

-Umum dan administrasi

Jumlah beban operasional lainnya

Pendapatan (beban) operasional

bersih

Pendapatan dan beban non

operasional:

Laba penjualan aset tetap – bersih

Lainnya – bersih

Beban non operasional bersih

Laba (rugi) sebelum pajak

Manfaat (beban) pajak:

Kini

Tangguhan

Laba bersih tahun berjalan

(9.116.124.916)

(364.277.024.169)

189.658.575.488

13.460.480.998

10.687.119.483

1.028.660.029

214.834.835.998

(197.497.235.808)

(36.126.734.284)

(26.955.597.434)

(63.082.331.718)

(45.744.731.528)

116.400.000

(1.972.900.322)

(1.856.500.322)

(47.601.231.850)

-

2.933.188.355

(44.668.043.495)

Page 85: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

77

Penghasilan komprehensif lain

setelah pajak

Pos-pos yang tidak akan

direklasifikasi kelaba rugi:

Surplus revaluasi aset tetap

Pengukuran kembali atas program

Imbalan pasti

Pajak atas penghasilan terkait

Pos-pos yang tidak akan

direklasifikasi ke laba rugi

Pos-pos yang akan direklasifikasi

kelaba rugi:

Kerugian neto yang belum

direalisasi atas perubahan nilai

efek-efek yang tersedia untuk

dijual

Jumlah penghasilan (rugi)

komprehensif lain tahun

berjalan setelah pajak

Jumlah penghasilan

komprehensif tahun berjalan

126.612.660.054

3.373.037.393

(10.385.703.174)

(412.531.179)

119.187.463.094

74.519.419.599

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015

Perlakuan surplus revaluasi aset tetap perusahaan di sajikan dalam

pendapatan atau penghasilan komprehnsif lain. Seperti yang terdapat

dalam tabel laporan laba rugi komprehesif setelah revaluasi tahun 2015

PT Bank of India Indonesia Tbk di atas, setelah perusahaan melakukan

revaluasi pada aset tetap tanah dan bangunan, kemudian mengalami

kenaikkan nilai sebesar Rp 126.612.660.054 diakui dalam laporan laba

rugi komprehensif yang terdapat pada bagian penghasilan komprehensif

lain yang tidak terdapat pada laporan laba rugi perusahaan. Pada

laporan laba rugi komprehensif perusahaan muncul akun baru di bagian

Page 86: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

78

penghasilan komprehensif yaitu akun “surplus revaluasi aset tetap”.

Jika aset tetap tanah dan bangunan tersebut di hentikan pengakuannya,

contohnya aset tetap tanah dan bangunan tersebut di jual, maka surplus

revaluasi aset tetap tersebut dapat di pindahkan langsung ke saldo laba

perusahaan. Beban penyusutan aset tetap di sajikan dalam akun beban

umum dan administrasi sebesar Rp 2.969.075.982 (beban penyusutan

aset tetap bangunan sebesar Rp 902.129.468 + beban penyusutan aset

tetap selain bangunan sebesar Rp 2.066.946.514), berarti nilai beban

penyusutan aset tetap bangunan setelah revaluasi tidak mempengaruhi

laporan laba rugi perusahaan pada tahun 2015 .

Tabel 4.11PT BANK OF INDIA INDONESIA TBK

Laporan Perubahan Ekuitas (Setelah Revaluasi)Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2015

(Dalam rupiah)Nama Akun

Saldo per 31 Desember 2014

Penerbitan saham baru melalui

penawaran umum terbatas II-

bersih

-Ditempatkan dan disetor penuh

-Tambahan modal disetor

Penyisihan cadangan umum

-Ditentukan penggunaannya

-Tidak ditentukan penggunaannya

Jumlah penyisihan cadangan umum

Laba tahun berjalan

Rugi tahun berjalan

556.249.317.333

34.720.000.000

449.399.315.760

2.000.000.000

(2.000.000.000)

-

1.040.368.633.093

-

(44.668.043.495)

995.700.589.598

Page 87: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

79

Penghasilan komprehensif lain:

Surplus revaluasi aset tetap

Laba rugi belum direalisasi

atas efek tersedia untuk dijual

pengukuran kembali atas

program imbalan pasti

Jumlah penghasilan komprehensif

lain-bersih

Saldo per 31 Desember 2015

117.070.216.228

(412.531.179)

2.529.778.045

119.187.463.094

1.114.888.052.692

Sumber: Laporan Keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk 2015

Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk tahun

2015 setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan,

terdapat penambahan dan akun baru pada bagian kredit yaitu “surplus

revaluasi aset tetap” sebesar Rp 117.070.216.228 setelah di kurangi

pajak penghasilan sebesar Rp 9.542.443.826. Adanya penambahan

ekuitas akibat selisih lebih revaluasi aset tetap tersebut, maka jumlah

ekuitas pada akhir tahun 2015 menjadi sebesar Rp 1.114.888.052.692.

saldo akhir tahun 2015 tersebut akan menjadi saldo ekuitas awal pada

tahun 2016.

6. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Sebelum dan Setelah

Revaluasi Aset Tetap

a. Analisis laporan keuangan sebelum revaluasi aset tetap

Laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015

sebelum melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan,

menunjukan:

1) Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk

tahun 2015 menunjukan bahwa jumlah aset atau aktiva sebesar

Rp 5.970.412.564.511, dengan jumlah ekuitas sebesar Rp

997.817.836.464. dan tidak ada akun surplus revaluasi pada

bagian ekuitas.

Page 88: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

80

2) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain PT Bank

of India Indonesia Tbk tahun 2015 sebelum melakukan

revaluasi aset tetap tanah dan bangunan, tidak ada akun surplus

revaluasi aset tetap pada bagian penghasilan komprehensif

yang tidak terdapat dalam laporan laba rugi.

3) Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk

tahun 2015 sebelum melakukan revaluasi aset tetap,

menunjukkan bahwa tidak ada penambahan modal perusahaan

dari surplus revaluasi aset tetap, kemudian juga tidak terdapat

akun surplus revaluasi aset tetap.

b. Analisis laporan keuangan setelah revaluasi aset tetap

Setelah melakukan revaluasi pada aset tetap tanah dan

bangunan oleh PT Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2015,

laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015

mencerminkan nilai aset tetap tanah dan bangunan yang

sebenarnya pada saat pelaporan, revaluasi tersebut berdampak pada

laporan keuangan perusahaan, yaitu pada:

1) Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk pada

tahun 2015 menunjukkan bahwa, nilai aset tetap sebesar Rp

162.263.041.838, sedangkan sebelum revaluasi sebesar Rp

35.875.204.456, berarti meningkat sebesar Rp 126.360.837.382.

Sedangkan jumlah aktiva sebesar Rp 6.087.482.780.739 berarti

maningkat sebesar 1.96 % dari yang sebelumnya, sedangkan

nilai akumulasi penyusutan aset tetap masih sama dengan nilai

yang sebelum di revaluasi yaitu sebesar Rp 17.429.351.641,

karena nilai penyusutan aset tetap tanah dan bangunan yang di

revaluasi mulai berlaku untuk tahun selanjutnya, yaitu mulai

tahun 2016. Kemudian pada bagian ekuitas terdapat akun baru

yaitu “surplus revaluasi aset tetap” dengan nilai sebesar Rp

117.070.216.228 yang menyebabkan jumlah ekuitas menjadi

Page 89: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

81

sebesar Rp 1.114.888.052.692, meningkat sebesar 11,73% dari

nilai yang sebelumnya.

2) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain PT Bank

of India Indonesia Tbk tahun 2015 setelah melakukan revaluasi

aset tetap tanah dan bangunan, pada bagian penghasilan

komprehensif lain terdapat akun baru, yaitu “surplus revaluasi

aset tetap” dengan nilai sebesar Rp 126.612.660.054, yang

mengakibatkan nilai penghasilan komprehensif lain menjadi

sebesar Rp 119.187.463.094, meningkat sebesar 1505,17% dari

yang sebelumnya, sedangkan beban penyusutan aset tetap

masih sama dengan yang sebelumnya, karena nilai beban

penyusutan aset tetap bangunan yang telah di revaluasi berlaku

untuk tahun setelah melakukan revaluasi, sehingga tidak

mempengaruhi laba perusahaan pada tahun 2015.

3) Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk

tahun 2015 setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan

bangunan menunjukkan bahwa, jumlah ekuitas sebesar Rp

1.114.888.052.692 sedangkan sebelum revaluasi sebesar Rp

997.817.836.464, meningkat senilai Rp 117.070.216.228.

Page 90: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang dilakukan atas analisis

perbandingan laporan keuangan sebelum dan setelah revaluasi aset tetap

PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015, maka hasil penelitian ini

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015

sebelum melakukan revaluasi pada aset tetap tanah dan bangunan

menunjukkan bahwa:

a. Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun

2015 jumlah aset atau aktiva sebesar Rp 5.970.412.564.511, dan

jumlah ekuitas sebesar Rp 997.817.836.464.

b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain PT Bank of

India Indonesia Tbk tahun 2015 dengan jumlah rugi tahun berjalan

sebesar Rp 44.668.043.495, kemudian jumlah penghasilan (rugi)

komprehensif tahun berjalan sebesar Rp 52.093.240.455.

c. Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk tahun

2015 dengan jumlah ekuitas sebesar Rp 997.817.836.464.

2. Adapun laporan keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun 2015

setelah melakukan revaluasi pada aset tetap tanah dan bangunan, yaitu

sebagai berikut:

a. Laporan posisi keuangan PT Bank of India Indonesia Tbk tahun

2015, jumlah aset tetap menjadi sebesar Rp 6.087.482.780.739, dan

jumlah ekuitas sebesar Rp 1.114.888.052.692 meningkat dari

jumlah nilai yang sebelum revaluasi. Meningkatnya jumlah aset

dan ekuitas perusahaan, maka rasio keuangan perusahaan juga

akan meningkat.

b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain PT Bank of

India Indonesia Tbk tahun 2015 setelah revaluasi aset tetap, jumlah

Page 91: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

83

rugi tahun berjalan perusahaan sebesar Rp 44.668.043.495, dan

jumlah penghasilan komprehensif tahun berjalan mengalami

keuntungan sebesar Rp 74.519.419.599.

c. Laporan perubahan ekuitas PT Bank of India Indonesia Tbk tahun

2015 setelah revaluasi aset tetap, jumlah ekuitas perusahaan

meningkat menjadi Rp 1.114.888.052.692.

3. Setelah melakukan revaluasi aset tetap tanah dan bangunan pada tahun

2015, PT Bank of India Indonesia Tbk membayar pajak final sebesar

Rp 3.798.379.802 atau 3% dari selisih lebih penilaian aset tetap tanah

dan bangunan. Penyusutan aset tetap bangunan untuk tahun

selanjutnya atau tahun setelah melakukan revaluasi meningkat menjadi

Rp 2.383.019.214 yang bisa mengakibatkan berkurangnya jumlah laba

perusahaan, dengan berkurangnya jumlah laba akibat revaluasi, maka

juga akan berdampak terhadap jumlah pajak penghasilan perusahaan.

Menerapkan metode revaluasi pada aset tetap, akan mencerminkan

nilai aset tetap yang sebenarnya pada saat tanggal pelaporan.

B. Implikasi

Implikasi dari penelitian ini ialah perbandingan laporan keuangan

sebelum dan setelah revaluasi aset tetap terbukti berbeda, karena

menerapkan metode revaluasi pada aset tetap mengalami perubahan nilai,

sehingga laporan keuangan perusahaan setelah revaluasi terpengaruh.

Revaluasi aset tetap juga bermanfaat bagi perusahaan, bisa menampilkan

jumlah aset tetap yang sebenarnya pada saat pelaporan, dan jika nilai aset

meningkat akibat revaluasi maka akan meningkatkan rasio keuangan

perusahaan.

C. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka saran untuk:

1. perusahaan yang diteliti ialah, sebaiknya melakukan revaluasi terhadap

seluruh aset tetap yang dimiliki perusahaan, agar laporan keuangan

Page 92: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

84

perusahaan mencerminkan kemampuan dan nilai yang sebenarnya

pada saat pelaporan. Dengan melakukan revaluasi perusahaan bisa

meningkatkankan jumlah aset dan ekuitas, kemudian juga bisa

menghemat beban pajak yang di bayarkan untuk tahun selanjutnya.

2. Akademis, untuk penelitian selanjutnya semoga bisa menggunakan

data primer dalam melakukan penelitian ini untuk lebih memperdalam

lagi tentang revaluasi aset tetap.

Page 93: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Atikasari, Teti, Tri. 2017. Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap PajakPenghasilan Yang Terhutang. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 6(8). ISSN: 2460-0585.

Fathoni, Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi Dasa-DasarEkonomi Islam). Bandung: Pustaka Setia.

Harahap, Sofyan, Syafari. 2011. Teori Akuntansi (Edisi Revisi 2011). PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan (revisi2015)“PSAK 16 Aset Tetap”. Salemba Empat. Jakarta.

“ “. 2015. Standar Akuntansi Keuangan “PSAK 1 Laporan Keuangan”.Salemba Empat. Jakarta.

“ “. 2016. Buletin Teknis 11; Revaluasi Aset Tetap. DSAK.www.iaiglobal.or.id. 23 februari 2016.

Laporan Keuangan PT Bank Of India Indonesia Tbk periode 2015 s.d 2017.

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Martani, Veronica, Wardhani, Farahmita, dan Tanujaya. 2012. AkuntansiKeauangan Manajemen berbasis PSAK. Seri Departemen AkuntansiFEUI. Salemba Empat. Jakarta.

Muljono, Djoko. 2012. Pengaruh Perpajakan pada Penerapan Standar AkuntansiKeuangan Entitas. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.03/2008Tentang Penilaian Kembali Aset Tetap untuk Tujuan Perpajakan.Lembaran negara Republik Indonesia tahun 2008. Jakarta.

“ “. Nomor 191/PMK.010/2015 Tentang Penilaian Kembali AsetTetap. Menteri Keuangan Republik Indonesia tahun 2015. Jakarta.

“ “. Nomor 233/PMK.03/2015 Tentang Perubahan Atas PeraturanMenteri keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 Tentang Penilaian KembaliAset Tetap. Lembaran negara Republik Indonesia tahun 2015. Jakarta.

Page 94: ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN SEBELUM DAN …

xv

“ “. 2010. International Financial Reporting Standards. Graha Ilmu.Yogyakarta.

“ “ . 2013a. Akuntansi Keuanagn (Aset Tetap dan Aset TakBerwujud). Graha Ilmu. Yogyakarta.

“ “. 2013b. Aspek Akuntansi (Undang-undang Perseroan Terbatas).Graha Ilmu. Yogyakarta.

Putri, Dwi, Elsa, Meidera. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva danUkuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan ManufakturSektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia (BEI). Jurnal manajemen 01(01). 1-9.

Semiawan, R., Conny. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT GramediaWidiasarana Indonesia. Jakarta.

Suhayati, Ely & Aggadini, Sri dewi. 2012. Akuntansi Keuangan. Graha Ilmu.Yogyakarta.

Subhan, Moh., Ratno. 2017. Perlakuan Akuntansi Revaluasi Aktiva Tetap SertaDampaknya Terhadap Laporan Keuangan (Pada PKP-RI KabupatenPamekasan). Jurnal Aktiva Akuntansi dan Investasi 2(2). Hal 1-16.

Sumarsan, Thomas. 2013. Akuntansi Dasar dan Aplikasi Dalam Bisnis. VersiIFRS Jilid pertama Puri Media. Jakarta.

Sugiono. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D.Alfabeta. Bandung.

Surya, Setiawan, Adri, Raja. 2012. Akuntansi Keuangan Fersi IFR. Graha Ilmu.Yogyakarta

Wijaya, Suparna. 2017. Analisisi Aktiva Tetap Pada PT Indonesia Power. jurnalPajak Indonesia 1(1). Hal 106-117.

www. Idx.co.id