Top Banner
Jurnal Smart Teknologi Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 21 ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 1 ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP PENURUNAN MUTU CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON AC-WC DAN LAPIS TIPIS ASPAL BETON HRS- WC ANALISIS OF THE EFFECT OF WATER IMMERSION ON DECREASING THE QUALITY OF THE MIXTURE OF ASPHALT CONCRETE AC-WC AND THIN LAYER OF ASPHALT CONCRETE HRS-WC Dhani Sugianto 1) , Irawati 2) , Adhitya Surya Manggala 3) 1 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember Email : [email protected] 2 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember Email : [email protected] 3 Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember Email : [email protected] Abstrak Perkerasan jalan di Indonesia umumnya sering mengalami kerusakan penyebabnya yaitu genangan air, dampak pada kontruksi jalan yaitu dapat melonggarkan ikatan antara agregat dengan aspal, air yang meresap masuk ke dalam perkerasan jalan dapat mengakibatkan perubahan bentuk lapisan permukaan jalan yang menyebabkan pelayanan kinerja jalan menjadi menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh rendaman air terhadap karateristik campuran beraspal jenis laston ac-wc dan lataston hrs-wc. Penelitian ini menggunakan durasi rendaman 2 hari, 4 hari, 6 hari dan 8 hari pada suhu 60°C dengan benda uji masing-masing 3 sesuai dengan durasi hari perendaman pada setiap jenis aspal beton. Berdasarkan hasil penelitian, rendaman air mempengaruhi karateristik marshall pada benda uji Laston AC-WC dan Lataston HRS-WC. diketahui nilai stabilitas terhadap rendaman mengalami penurunan, nilai Kelelehan mengalami penurunan disebabkan nilai Stabilitas menurun, nilai VIM mengalami peningkatan, nilai VFA mengalami penurunan, nilai VMA mengalami peningkatan, dan nilai MQ mengalami penurunan yang disebabkan nilai Stabilitas dan Kelelehan menurun Kata kunci: AC-WC, HRS-WC, rendaman air, karateristik marshall dan uji extraksi Abstract Road pavements in Indonesia generally often experience damage due to waterlogging, the impact on road construction is that it can loosen the bond between aggregates and asphalt, water that seeps into the pavement can result in changes in the shape of the road surface layer which causes road performance services to decline. This study aims to analyze the effect of water immersion on the characteristics of asphalt mixtures of ac-wc and hrs-wc asphalt mixtures. This study used a duration of immersion of 2 days, 4 days, 6 days and 8 days at a temperature of 60°C with 3 specimens each according to the duration of soaking days on each type of asphalt concrete. Based on the results of the study, water immersion affects the Marshall characteristics of the Laston AC- WC and Lataston HRS-WC test objects. it is known that the stability value of the immersion has decreased, the yield value has decreased due to the decreased stability value, the VIM value has increased, the VFA value has decreased, the VMA value has increased, and the MQ value has decreased due to the decreased stability and yield values. Keywords: AC-WC, HRS-WC, waterbath, marshall characteristics and extraction test.
21

ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Nov 26, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 1

ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP PENURUNAN MUTU

CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON AC-WC DAN LAPIS TIPIS ASPAL BETON HRS-

WC

ANALISIS OF THE EFFECT OF WATER IMMERSION ON DECREASING

THE QUALITY OF THE MIXTURE OF ASPHALT CONCRETE AC-WC AND THIN

LAYER OF ASPHALT CONCRETE HRS-WC

Dhani Sugianto1)

, Irawati2)

, Adhitya Surya Manggala3)

1Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember

Email : [email protected] 2Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember

Email : [email protected] 3Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember

Email : [email protected]

Abstrak

Perkerasan jalan di Indonesia umumnya sering mengalami kerusakan penyebabnya yaitu genangan

air, dampak pada kontruksi jalan yaitu dapat melonggarkan ikatan antara agregat dengan aspal, air

yang meresap masuk ke dalam perkerasan jalan dapat mengakibatkan perubahan bentuk lapisan

permukaan jalan yang menyebabkan pelayanan kinerja jalan menjadi menurun. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisa pengaruh rendaman air terhadap karateristik campuran beraspal jenis

laston ac-wc dan lataston hrs-wc. Penelitian ini menggunakan durasi rendaman 2 hari, 4 hari, 6 hari

dan 8 hari pada suhu 60°C dengan benda uji masing-masing 3 sesuai dengan durasi hari

perendaman pada setiap jenis aspal beton. Berdasarkan hasil penelitian, rendaman air

mempengaruhi karateristik marshall pada benda uji Laston AC-WC dan Lataston HRS-WC.

diketahui nilai stabilitas terhadap rendaman mengalami penurunan, nilai Kelelehan mengalami

penurunan disebabkan nilai Stabilitas menurun, nilai VIM mengalami peningkatan, nilai VFA

mengalami penurunan, nilai VMA mengalami peningkatan, dan nilai MQ mengalami penurunan

yang disebabkan nilai Stabilitas dan Kelelehan menurun

Kata kunci: AC-WC, HRS-WC, rendaman air, karateristik marshall dan uji extraksi

Abstract

Road pavements in Indonesia generally often experience damage due to waterlogging, the impact

on road construction is that it can loosen the bond between aggregates and asphalt, water that

seeps into the pavement can result in changes in the shape of the road surface layer which causes

road performance services to decline. This study aims to analyze the effect of water immersion on

the characteristics of asphalt mixtures of ac-wc and hrs-wc asphalt mixtures. This study used a

duration of immersion of 2 days, 4 days, 6 days and 8 days at a temperature of 60°C with 3

specimens each according to the duration of soaking days on each type of asphalt concrete. Based

on the results of the study, water immersion affects the Marshall characteristics of the Laston AC-

WC and Lataston HRS-WC test objects. it is known that the stability value of the immersion has

decreased, the yield value has decreased due to the decreased stability value, the VIM value has

increased, the VFA value has decreased, the VMA value has increased, and the MQ value has

decreased due to the decreased stability and yield values.

Keywords: AC-WC, HRS-WC, waterbath, marshall characteristics and extraction test.

Page 2: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jalan merupakan infrastruktur dasar dan

utama dalam menggerakkan roda

perekonomian nasional dan daerah, mengingat

penting dan strategisnya fungsi jalan untuk

mendorong ditribusi barang dan jasa sekaligus

mobilitas penduduk. Ketersediaan jalan adalah

prasyarat mutlak bagi masuknya investasi ke

suatu wilayah. Perkerasan jalan di Indonesia

umumnya sering mengalami kerusakan salah

satu penyebabnya yaitu genangan air.

Genangan air yang terjadi pada kontruksi jalan

sangat berdampak pada kondisi sosial dan

ekonomi masyarakat, terutama pada sarana

transportasi darat, dampak pada kontruksi jalan

yaitu dapat melonggarkan ikatan antara agregat

dengan aspal, air yang meresap masuk ke

dalam perkerasan jalan dapat mengakibatkan

perubahan bentuk lapisan permukaan jalan

yang berupa retak-retak, lubang (photoles),

bergelombang (rutting), dan pelepasan butiran

(raveling) serta gerusan tepi yang

menyebabkan pelayanan kinerja jalan menjadi

menurun.

Dari permasalahan diatas, perlu dilakukan

penelitian uji laboratorium tentang “Analisis

Pengaruh Rendaman Air Terhadap Penurunan

Mutu Campuran Aspal Beton AC-WC Dan

Lapis Tipis Aspal Beton HRS-WC”. Selain

menggunakan benda uji yang dibuat di

laboratorium, juga ada pengambilan benda uji

dilapangan sesuai dengan jenis aspal yang

dibutuhkan agar bisa digunakan untuk

pembanding hasil uji laboratorium dengan

hasil pengambilan benda uji dilapangan.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana menganalisa pengaruh

rendaman air terhadap mutu campuran

lapis aspal beton (laston) ac-wc dan lapis

tipis aspal beton (lataston) hrs-wc dengan

mengamati melalui uji marshall dengan

durasi waktu yang telah ditentukan

melalui skala uji laboratorium ?

2. Bagaimana hasil perbandingan pengaruh

lama perendaman durasi hari terhadap

lapis aspal beton laston ac-wc dan lapis

tipis aspal beton (lataston) hrs-wc mana

yang mempunyai daya tahan kuat ?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian

ini adalah:

1. Menganalisa pengaruh rendaman air

terhadap mutu campuran aspal beton Ac-

wc dan Hrs-wc melalui uji marshall agar

dapat mengetahui nilai kekuatan/stabilitas

setelah dilakukannya perendaman benda

uji.

2. Menganalisa pengaruh lama rendaman air

terhadap kerusakan pada Lapisan aspal

beton (Laston) AC-WC dan Lapisan tipis

aspal beton (Lataston) HRS-WC

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diantaranya

sebagai berikut :

1. Untuk dijadikan gambaran pengaruh air

terhadap penurunan mutu Lapis aspal

beton (Laston) AC-WC dan Lapis tipis

aspal beton (Lataston) HRS-WC.

2. Dapat juga di gunakan sebagai informasi

yang lebih mendalam di bidang

perkerasan jalan terutama untuk jenis lapis

aspal beton (Laston) AC-WC dan lapis

tipis aspal beton (Lataston) HRS-WC

yang lebih kuat diantara 2 jenis aspal

tersebut jika terpengaruh oleh genangan

air bisa diterapkan pada perkerasan jalan

yang ada di Indonesia.

Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup penulisan yang

dijadikan batasan sebagai batasan dalam

penulisan adalah

1. Penelitian ini dilakukan pada skala uji

laboratorium.

2. Penelitian yang akan dilakukan dalam

pembuatan campuran aspal beton Asphalt

Concrete - Wearing Course (AC-WC) dan

Hot Rolled Sheets - Wearing Course

(HRS-WC) hanya sebatas pengujian di

laboratorium.

3. Menggunakan acuan standard spesifikasi

Kementerian Pekerjaan Umum Dan

Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal

Bina Marga 2018 divisi 6 Perkerasan

Jalan.

4. Tidak membahas Rencana Anggaran

Biaya (RAB)

Page 3: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum

Fungsi utama perkerasan adalah

menyebarkan beban roda ke area permukaan

tanah dasar yang lebih luas dibandingkan luas

kontak roda dan perkerasan, sehingga

mereduksi tegangan maksimum yang terjadi

pada tanah dasar, yaitu pada tekanan dimana

tanah dasar tidak mengalami deformasi

berlebihan selama masa pelayanan perkerasan.

Laston

Lapis aspal beton (laston) adalah suatu

lapisan konstruksi jalan yang terdiri dari

campuran aspal keras dengan agregat yang

mempunyai gradasi menerus, dicampur,

dihampar serta dipadatkan dalam keadaan

panas pada suhu tertentu, ciri lainnya adalah

memiliki sedikit rongga dalam struktur

agregatnya, salng mengunci satu dengan yang

lainnya. Berikut ketentuan sifat laston :

Tabel 1. Ketentuan Sifat Laston

Sumber : Bina Marga 2018

Lataston

Lapis tipis aspal beton (lataston) adalah

lapisan penutup yang terdiri dari campuran

agregat bergradasi senjang, filler dan aspal

keras dengan perbandingan tertentu yang

dicampur dan dipadatkan secara panas (dalam

suhu tertentu, minimum 124ºC), dengan

ketebalan padat 2,5 cm atau 3 cm. lataston

biasa pula disebut dengan HRS (Hot Rolled

Sheet). Berikut ketentuan sifat lataston :

Tabel 2. Ketentuan Sifat Lataston

Sumber : Bina Marga 2018

Bahan Penyusun Aspal beton

Bahan penyusun campuran lapis aspal

beton yaitu agregat halus, agregat kasar, aspal,

dan filler. Dalam proses perancangan

perkerasan jalan, bahan penyusun campuran

aspal beton menjadi bagian yang diutamakan

dalam pertimbangan analisis parameter

perancangan. Hal ini karena salah satu

parameter kekuatan konstruksi jalan terletak

pada pemilihan material penyusun yang tepat

(Saodang, 2005). Berikut adalah penjelasan

masing-masing bahan penyusun campuran

aspal beton:

1. Aspal

Aspal adalah suatu bahan bentuk padat

atau setengah padat berwarna hitam sampai

coklat gelap, bersifat perekat (cementious)

yang akan melembek dan meleleh bila

dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian

besar bitumen yang kesemuanya terdapat

dalam bentuk padat atau setengah padat dari

alam atau hasil pemurnian minyak bumi, atau

merupakan campuran dari bahan bitumen

dengan minyak bumi atau derivatnya (ASTM,

1994).

Dalam Penelitian ini menggunakan 1 jenis

aspal, yaitu Aspal minyak penetrasi 60/70

merupakan kumpulan bahan-bahan sisa dari

proses destilasi minyak bumi di pabrik kilang

minyak

Page 4: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 4

Tabel 3. Sifat Aspal AC-WC Dan HRS-WC

Sumber : Bina Marga 2018

2. Agregat

Didefinisikan batuan sebagai suatu bahan

yang terdiri dari mineral padat, berupa massa

berukuran besar atau berupa fragmen-fragmen.

Agregat berdasarkan proses pembentukannya

terdiri dari 2 jenis yaitu agregat alam dan

agregat buatan. Agregat alam, berdasarkan

proses pembentukannya, terbagi lagi atas

batuan endapan, batuan beku dan batuan

metamorf. Berdasarkan proses pengolahannya

agregat dibedakan atas agregat alam yang

mengalami proses pengolahan terlebih dahulu

dan agregat buatan (Waani, 2013).

Tabel 4. Ketentuan Agregat Kasar

Sumber : Bina Marga 2018

Tabel 5. Ketentuan Agregat Halus

Sumber : Bina Marga 2018

Tabel 6. Ketentuan Bahan Pengisi

Sumber : Bina Marga 2018

Gradasi Agregat

Gradasi adalah susunan butir agregat

sesuai ukurannya. Gradasi agregat menentukan

besarnya rongga atau pori yang mungkin

terjadi dalam agregat campuran. Agregat

campuran yang terdiri dari agregat berukuran

sama akan beronggaatau berpori banyak,

karena tidak terdapat agregat berukuran lebih

kecil yang dapat mengisi rongga yang terjadi.

Tabel 7. Amplop Gradasi Agregat Gabungan

Sumber : Bina Marga 2018

Metode Pengujian Marshall

Metode yang digunakan pada penelitian

ini adalah metode marshall. Konsep marshall

test dikembangkan oleh Bruce Marshall,

seorang insiyur perkerasan pada Mississipi

State Highway. Pada tahun 1948 US Cops of

Page 5: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 5

Engineering meningkatkan dan menambah

beberapa kriteria pada prosedur tesnya,

terutama kriteria rancangan campuran. Sejak

itu tes ini banyak diadopsi oleh berbagai

organisasi dan pemerintahan dibanyak negara,

dengan beberapa modifikasi prosedur ataupun

intepretasi terhadap hasilnya

1. Stabilitas

Nilai stabilitas benda uji diperoleh dari

pembacaan arloji stabilitas pada saat

pengujian dengan alat marshall.

S = p x q (1)

Keterangan :

S = Nilai stabilitas, (Kg)

P = Pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi

alat

Q = Angka koreksi tebal benda uji

2. Kelelehan (Flow)

Nilai flow ditunjukkan oleh jarum arloji

pembacaan flow pada alat marshall. Untuk

arloji pembacaan flow, nilai yang didapat

sudah dalam satuan mm, sehingga tidak

perlu dikonversi lebih lanjut.

3. Void In The Mix (VIM)

VIM (void in the mix) merupakan

persentase rongga yang terdapat dalam

total campuran. Berikut rumus

menghitung nilai VIM :

VIM =

(2)

Keterangan :

VIM = Persentase rongga udara Pada

campuran, (%)

Gmm = Berat benda uji ssd setelah

dipadatkan, (gr)

Gmb = Berat jenis bulk Campuran setelah

pemadatan,(gr/cc)

4. Void In Mineral Agregate (VMA)

Merupakan kadar persentase ruang rongga

diantara partikel agregat pada benda uji,

termasuk rongga udara dan volume aspal

efektif (tidak termasuk volume aspal yang

diserap agregat). Rumus berikut :

VMA = ( ) ( )

(3)

Keterangan :

VMA = Rongga udara pada campuran,

(%)

Gsb = Berat benda uji ssd

Setelah dipadatkan, (gr)

Gmb = Berat jenis bulk campuran setelah

pemadatan, (gr/cc)

Pb = Persentase kadar aspal terhadap

berat total campuran, (%)

5. Void Filled Asphalt (VFA)

VFA (void filled with asphalt) merupakan

persentase rongga terisi aspal pada

campuran setelah mengalami proses

pemadatan. Nilai VFA dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

VFA =

(4)

Keterangan :

VFA = Persentase rongga udara yang

terisi aspal, (%)

VMA = Persentase rongga udara pada

mineral agregat, (%)

VIM = Persentase rongga udara pada

campuran, (%)

6. Marshall Quetient (MQ)

Marshall Quotient (MQ) adalah nilai

pendekatan yang hampir menunjukkan

nilai kekakuan suatu campuran beraspal

dalam menerima beban. Nilai MQ

diperoleh dari perbandingan antara nilai

stabilitas yang telah dikoreksi terhadap

nilai flow), dan dinyatakan dalam satuan

kg/mm atau kN/mm. rumus untuk mencari

nilai (MQ)

MQ =

(5)

Keterangan :

MQ = Nilai Marshall Quotient, (Kg/Mm)

S = Nilai Stabilitas, (Kg)

F = Nilai Flow, (Mm)

III. Metodologi Penelitian

Di dalam penelitian ini pengujian

dilakukan secara bertahap, yaitu terdiri atas

pengujian agregat kasar (coarse agregate),

agregat halus (fine agregate), bahan pengisi

(filler), aspal dan pengujian terhadap campuran

(uji marshall) dan pengujian terhadap agregat,

pada jenis aspal Lapis aspal beton (AC-WC)

dan Lapis tipis aspal beton (HRS-WC).

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Amp PT. Bumi Karya Utama (BKU) dengan

panduan Standar Kementerian Pekerjaan

Umum Dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga 2018 Divisi 6 Perkerasan

Jalan

Page 6: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 6

Flowchart Penelitian

Gambar 1. Flowchart Penelitian

Sumber : Hasil Perencanaan

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam

penelitian ini antara lain:

1. Material agregat kasar, agregat halus dan

filler diambil dari stock pile PT. Bumi

Karya Utama, Kabupaten Situbondo,

Provinsi Jawa Timur,

2. Aspal minyak diambil dari Laboratorium

Bidang Pengujian dan Pengembangan PT.

Bumi Karya Utama (BKU), Kabupaten

Situbondo, Provinsi Jawa Timur

Penyiapan Peralatan

Kegiatan penyiapan alat dimaksudkan

sebagai penunjang didalam melakukan

penelitian untuk mendapatkan hasil-hasil dari

pengujian sifat bahan dan pemeriksaan

karakteristik marshall campuran dengan

menggunakan alat marshall. Adapun alat-alat

yang akan digunakan dalam penelitian ini

meliputi peralatan uji di dalam Laboratorium

PT. Bumi Karya Utama, Kabupaten Situbondo,

Provinsi Jawa Timur yang sesuai dengan

Acuan Normatif

Pengujian Material Agregat

Pengujian agregat bertujuan untuk

mengetahui sifat atau karateristik agregat yang

diperoleh dari hasil pemecahan stone crusher

(mesin pemecah batu). Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk menentukan pembagian

butiran (gradaasi) agregat kasar dan halus

dengan menggunakan satu set saringan.

Tabel 8. Persentase Minimum Rongga

Sumber : SNI-03-1737-1989

Page 7: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 7

Persiapan Benda Uji Marshall Test

Setelah semua pemeriksaan agregat

memenuhi spesifikasi, langkah selanjutnya

yaitu melakukan rancangan campuran (mix

design) untuk mendapatkan komposisi agregat

dan kadar aspal. Bahan-bahan yang digunakan

dalam campuran benda uji yaitu agregat kasar,

agregat halus dan filler. Agregat dan filler

ditimbang sesuai ukurannya berdasarkan

gradasi yang diinginkan. Berat total agregat

campuran adalah berat agregat yang dapat

menghasilkan satu benda uji padat setinggi

6,35 cm dengan diameter 10,2 cm. Umumnya

berat agregat campuran adalah ± 1200 gram.

Prosedur Pembuatan benda uji sebagai

berikut :

1. Persiapan Benda Uji

Bersihkan bahan-bahan yang akan

digunakan untuk campuran benda uji

2. Pembuatan campuran

Panaskan agregat dan filler yang

diperlukan dengan cara disangrai dengan

suhu diatas 110⁰C.

3. Pemadatan campuran

Setelah campuran aspal tercampur merata

diatas suhu 110⁰C, pindahkan kedalam

cetakan

4. Perawatan benda uji

Benda uji yang telah dipadatkan

dikeluarkan dari cetakan dengan dongkrak

hidrolik (extruder)

5. Setelah proses pemadatan selesai benda

uji didiamkan agar suhunya turun, setelah

dingin benda uji dikeluarkan

6. Benda uji dibersihkan dari kotoran yang

menempel dan diukur tinggi benda uji

dengan ketelitian 0,1 mm dan ditimbang

beratnya di udara.

7. Benda uji direndam dalam air selama 10-

24 jam supaya jenuh.

8. Setelah jenuh benda uji ditimbang dalam

air.

9. Benda uji dikeluarkan dari bak dan

dikeringkan dengan kain pada permukaan

agar kondisi kering permukaan jenuh

(saturated surface dry, SSD) kemudian

ditimbang.

10. Benda uji direndam dalam bak

perendaman pada suhu 60±1ºC selama 30

hingga 40 menit.

Pembuatan Benda Uji Pada Kadar Aspal

Optimum (KAO)

Benda uji dengan durasi perendaman 2

hari, 4 hari, 6 hari dan 8 hari. Pembuatan benda

uji digunakan untuk menentukan, Rongga

dalam Campuran (VIM), Rongga Antar

Agregat (VMA), Rongga terisi aspal (VFA),

Stabilitas, Kelelehan dan hasil bagi Marshall.

Seluruh kriteria hasil Marshall yang di

dapatkan mengacu pada Standar Departemen

Pekerjaan Umum Bina Marga 2018 Divisi 6

Perkerasan Jalan Raya.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pembahasan mengenai hasil penelitian

yang telah dilakukan. Keseluruhan penelitian

meliputi persiapan bahan campuran, pengujian

bahan campuran, pengujian hasil extraksi dari

benda uji core drill, pengujian benda uji

standard dan pengujian benda uji dengan durasi

perendaman hari pada aspal beton.

Analisa Bahan Pengujian Laston Ac-wc dan

Lataston Hrs-wc Untuk Benda Uji Standar

Analisa bahan pengujian adalah pengujian

material coarse agregat (material kasar),

medium agregat, fine agregat dan bahan

pengisi (filler) sebelum pembuatan benda uji

atau bitumen untuk menentukan kadar aspal

optimum meliputi pengujian karateristik

agregat, pengelompokkan gradasi agregat,

penentuan proporsi agregat dan penentuan

kadar aspal optimum untuk jenis aspal beton.

Hasil Pengujian Agregat Laston AC-WC

Sampel agregat yang digunakan dalam

penelitian ini berasal dari AMP Situbondo.

Pemeriksaan agregat dilakukan di

Laboratorium Pengujian PT. Bumi Karya

Utama dengan menggunakan acuan standar uji,

Standar Nasional Indonesia (SNI)

Tabel 9. Hasil Pengujian Coarse Agregat

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Page 8: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 8

Tabel 10. Hasil Pengujian Medium Agregat

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Tabel 11. Hasil Pengujian Fine Agregat

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Tabel 12. Hasil Pengujian Bahan Pengisi

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Tabel 13. Hasil Pengujian Karateristik Aspal

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Jenis aspal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah aspal minyak penetrasi

60/70 yang diperoleh dari Stock Pile Amp PT.

Bumi Karya Utama (BKU). Penelitian ini

dilakukan 8 jenis pengujian aspal yaitu

pengujian penetrasi, titik lembek aspal, titik

nyala, kehilangan berat, kelarutan zat cs2/ccl4,

Daktalitas, berat jenis dan viscositas. Acuan

yang digunakan pada penelitian ini adalah SNI

(Standar Nasional Indonesia).

Penentuan Komposisi Presentase Campuran

Lapis Aspal Beton (Laston) Ac-wc

Dalam penentuan komposisi presentase

campuran agregat menggunakan metode

instant di dapatkan grafik analisa saringan

agregat untuk Lapis aspal beton (Laston),

Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC).

Hasil komposisi presentase campuran

memenuhi spesifikasi dengan 1% filler adalah

(CA 10%), (MA 45%), (FA 44%).

Gambar 2. Grafik Analisa Saringan Agregat

Untuk Campuran AC-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Penentuan Kadar Aspal Optimum Rencana

Laston AC-WC

Perkiraan awal kadar aspal optimum dapat

direncanakan setelah dilakukan pemilihan dan

penggabungan pada tiga fraksi agregat

Perhitungan kadar aspal optimum rencana

disajikan sebagai berikut ini:

Pb (0%) = 0, 035·(54,4) + 0, 045·(41,1) +

0,18·(4,6) + 1 = 5,5%

Kadar aspal yang dipakai dalam penelitian

antara lain yaitu :

4,5%, 5,0%, 5,5%, 6,0%, 6,5% dan 7,0%

Hasil Pengujian Untuk Menentukan Kadar

Aspal Optimum (KAO)

Pengujian yang dilakukan untuk

menentukan kadar aspal optimum pada jenis

Lapis aspal beton (Laston) Asphalt Concrete-

Wearing Coarse (AC-WC) diperoleh nilai-nilai

No. Saringan ( Inchi ) 3/4" 1/2" 3/8" #4 #8 #16 #30 #50 #100 #200

No. Saringan ( mm ) 19,1 12,5 9,5 4,75 2,36 1,19 0,600 0,300 0,150 0,075

AGREGATE 100,0 96,8 85,3 61,4 45,6 33,1 22,6 12,8 7,8 4,6

TOLERANSI ± 5 ± 5 ± 5 ± 3 ± 3 ± 3 ± 3 ± 2 ± 1

KURVA FULLER 100,0 82,6 73,0 53,5 39,0 28,7 21,1 15,4 11,3 8,3

SPECIFIKASI 100,0 90 - 100 77 - 90 53 - 63 33 - 53 21 - 40 14 - 30 9 - 22 6 - 15 4 - 9

Grafik Analisa Saringan Agregate untuk Campuran AC WC

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

3/4

"

1/2

"

3/8

"

#4

#8

#16

#30

#5

0

#1

00

#2

00

RO

SE

NT

AS

E L

OL

OS

NOMOR SARINGAN

SPECIFIKASI

FULLER

AGREGATE

Page 9: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 9

karakteristik Marshall diantaranya Kelelehan

(Flow), Stabilitas, Density, Rongga dalam

campuran (VIM), Rongga Terisi Aspal (VFA),

Rongga Dalam Agregat (VMA) dan Hasil Bagi

Marshall (MQ).

Tabel 14. Hasil Pengujian Marshall Untuk

Mencari KAO Laston AC-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Gambar 3. Grafik Penentuan Hasil Kadar

Aspal Optimum (AC-WC)

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Data Pengujian Marshall Standar Laston

AC-WC

Berdasarkan perhitungan Didapatkan

komposisi benda uji AC-WC dengan proporsi

optimal, yaitu pada kadar aspal 6,2% dan

campuran agregat 93,8%

Tabel 15. Data Karateristik Marshall Benda

Uji Standard Laston AC-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hasil Pengujian Agregat Lataston HRS-WC

Sampel agregat yang digunakan dalam

penelitian ini berasal dari Asphalt Mixing Plant

(AMP) PT. Bumi Karya Utama (BKU),

Situbondo. Pemeriksaan agregat dilakukan di

Laboratorium Pengujian PT. Bumi Karya

Utama (BKU) dengan menggunakan acuan

standar uji, Standar Nasional Indonesia (SNI)

Tabel 16. Hasil Pengujian Coarse Agregat

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Tabel 17. Hasil Pengujian Medium Agregat

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Tabel 18. Hasil Pengujian Fine Agregat

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Tabel 19. Hasil Pengujian Bahan Pengisi

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

2,00 - 4,00 > 800 > 2,00 3,0 - 5,0 > 65 > 15 > 4,0 > 250

1 3,33 877,19 2,24 8,84% 50,5% 17,8% 4,03% 263

2 2,74 816,62 2,22 9,55% 48,3% 18,5% 4,03% 298

3 3,17 868,22 2,23 9,02% 49,9% 18,0% 4,03% 274

3,08 854,01 2,23 9,14% 49,6% 18,1% 4,03% 278

4 3,28 983,07 2,25 7,74% 56,8% 17,9% 4,53% 300

5 2,91 936,75 2,24 8,14% 55,4% 18,3% 4,53% 322

6 3,32 1008,54 2,25 7,46% 57,8% 17,7% 4,53% 304

3,17 976,12 2,24 7,78% 56,7% 18,0% 4,53% 308

7 3,29 1084,97 2,28 5,84% 66,2% 17,3% 5,04% 330

8 2,92 1038,65 2,26 6,58% 63,4% 17,9% 5,04% 356

9 3,42 1091,91 2,28 5,70% 66,8% 17,2% 5,04% 319

3,21 1071,84 2,27 6,04% 65,5% 17,5% 5,04% 335

10 3,10 1113,29 2,29 4,57% 73,5% 17,26% 5,54% 359

11 3,04 1120,52 2,29 4,63% 73,3% 17,31% 5,54% 369

12 3,58 1171,18 2,31 3,91% 76,6% 16,69% 5,54% 327

3,24 1135,00 2,30 4,37% 74,5% 17,1% 5,54% 352

13 3,20 1091,57 2,28 4,15% 76,9% 17,96% 6,05% 341

14 3,58 1131,38 2,31 3,24% 81,1% 17,18% 6,05% 316

15 3,18 1084,34 2,28 4,36% 76,0% 18,14% 6,05% 341

3,32 1102,43 2,29 3,92% 78,0% 17,8% 6,05% 333

16 3,30 1036,33 2,27 4,12% 78,3% 18,99% 6,55% 314

17 3,70 1079,51 2,29 3,18% 82,5% 18,19% 6,55% 292

18 3,59 1071,07 2,29 3,40% 81,5% 18,38% 6,55% 298

3,53 1062,30 2,28 3,57% 80,8% 18,5% 6,55% 301

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

5,5%

6,0%

6,5%

7,0%

Hasil Bagi

Marshall

BENDA UJI LASTON AC-WC

4,5%

5,0%

Flow Stabilitas DensityProsentase

Kadar Aspal

VIM VFA VMA

Rata-rata

Kadar Aspal

Efektif

4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0

Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Rongga Dalam

Campuran (VIM)

Rongga Dalam

Agregate (VMA)

Kadar Aspal Eff

Rongga Terisi Aspal

(VFA)

Density

Stabilitas

Kelelehan (Flow)

Hasil Bagi Marshall

(MQ)

KA

DA

R A

SP

AL

PIL

IH

AN

: 6

,2 %

2,00 - 4,00 > 800 > 2,00 3,0 - 5,0 > 65 > 15 > 250

1 6,43 3,21 1115,7 2,310 3,48% 79,29% 16,74% 347,6

2 6,47 3,09 1092,8 2,302 3,80% 77,68% 17,02% 353,7

3 6,32 3,66 1156,7 2,318 3,15% 80,87% 16,46% 316,0

4 6,29 3,74 1163,9 2,319 3,09% 81,61% 16,41% 311,2

6,38 3,43 1132,3 2,312 3,38% 79,86% 16,66% 332,1

BENDA UJI LASTON AC-WC STANDARDHasil Bagi

Marshall (MQ)Jenis

Rendaman

Durasi

Perendaman

Benda

Uji

Stabilitas DensityKelelehan

(Flow)

Rongga Dalam

Campuran (VIM)

Rongga Terisi

Aspal (VFA)

Rongga Dalam

Agregat (VMA)

-

Tinggi

-

Rata - rata

Page 10: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 10

Tabel 20. Hasil Pengujian Karateristik Aspal

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Jenis aspal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah aspal minyak penetrasi

60/70 yang diperoleh dari Stock Pile Amp PT.

Bumi Karya Utama (BKU). Penelitian ini

dilakukan 8 jenis pengujian aspal yaitu

Pengujian Penetrasi, Titik Lembek Aspal, Titik

Nyala, Kehilangan Berat, Kelarutan Zat

CS2/CCL4, Daktalitas setelah kehilangan

berat, Penetrasi setelah kehilangan berat, Berat

jenis dan Viscositas. Acuan yang digunakan

pada penelitian ini adalah SNI (Standar

Nasional Indonesia).

Penentuan Komposisi Presentase Campuran

Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) HRS-

WC

Dalam penentuan komposisi presentase

campuran agregat menggunakan metode

instant di dapatkan grafik analisa saringan

agregat untuk Lapis tipis aspal beton (Laston),

Hot Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC).

Hasil komposisi presentase campuran

memenuhi spesifikasi dengan 2% filler adalah

(CA 10%), (MA 30%), (FA 58%).

Gambar 4. Grafik Analisa Saringan Agregat

Untuk Campuran HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Penentuan Kadar Aspal Optimum Rencana

Lataston HRS-WC

Perkiraan awal kadar aspal optimum dapat

direncanakan setelah dilakukan penggabungan

pada tiga fraksi agregat. Perhitungan kadar

aspal optimum dengan 0% filler (pb) sesuai

pedoman. Perhitungan kadar aspal optimum

rencana disajikan sebagai berikut ini:

Pb (0%) = 0, 035·(44,9) + 0,045·(48,7) +

0,18·(6,5) + 1 = 7,0%

Hasil perhitungan Pb dibulatkan ke 0,5% ke

atas dan ke bawah terdekat.

Kadar aspal yang dipakai dalam penelitian

antara lain yaitu :

5,5%, 6,0%, 6,5%, 7,0%, 7,5% dan 8,0%

Hasil Pengujian Untuk Menentukan Kadar

Aspal Optimum (KAO)

Pengujian yang dilakukan untuk

menentukan kadar aspal optimum pada jenis

Lapis tipis aspal beton (Lataston) Hot Rolled

Sheet-Wearing Coarse (HRS-WC) diperoleh

nilai-nilai karakteristik Marshall diantaranya

Kelelehan (Flow), Stabilitas, Density, Rongga

dalam campuran (VIM), Rongga Terisi Aspal

(VFA), Rongga Dalam Agregat (VMA) dan

Hasil Bagi Marshall, yang mengunakan bahan

ikat aspal.

Tabel 21. Hasil Pengujian Marshall Untuk

Mencari KAO (HRS-WC)

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

1 PENETRASI mm 62 60 - 70 SNI. 06-2456-1991

2 TITIK LEMBEK °C 49,4 > 48 SNI. 06-2434-1991

3 °C 314 > 232 SNI. 06-2433-1991

4 % 0,2219 < 0,8 SNI. 06-2440-1991

5 % 99,8836 > 99 AASTHO T 44-1990

6 Cm > 140 > 100 SNI. 06-2432-1991

7 Cm 100 > 100 SNI. 06-2432-1991

9 Gr/ml 1,030 > 1 SNI. 06-2441-1991

10 °C 153 - SNI. 06-6721-2002

°C 143 - SNI. 06-6721-2003 (280 cSt)

HASIL PENGUJIAN KARATERISTIK ASPAL

KETERANGAN

SNI. 06-2456-1991

METODE

54

SPESIFIKASI

>

BERAT JENIS

VISCOSITAS (170 cSt)

PENETRASI Stlh Kehilangan Berat

(Prosentase Thd Asli)%

HASIL

PENGUJIAN

8

TITIK NYALA

KEHILANGAN BERAT

KELARUTAN ZAT CS2/CCL4

DAKTALITAS

DAKTALITAS Stlh Kehilangan Berat

NO. PARAMETER PENGUJIAN SATUAN

96

No. Saringan ( Inchi ) 3/4" 1/2" 3/8" #4 #8 #16 #30 #50 #100 #200

No. Saringan ( mm ) 19,1 12,5 9,5 4,75 2,36 1,19 0,600 0,300 0,150 0,075

AGREGATE 100,0 96,3 81,3 68,5 55,1 45,8 41,0 20,7 9,7 6,5

TOLERANSI - - - - ± 5 - - ± 3 ± 2 ± 1

KURVA FULLER 100,0 82,6 73,0 53,5 39,0 28,7 21,1 15,4 11,3 8,3

SPECIFIKASI 100,0 90-100 75-85 - 50-72 - 35-60 - - 6-10

Grafik Analisa Saringan Agregate Untuk Campuran HRS WC

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

3/4

"

1/2

"

3/8

"

#4

#8

#16

#30

#50

#1

00

#2

00

RO

SE

NT

AS

E L

OL

OS

NOMOR SARINGAN

SPECIFIKASI

FULLER

AGREGATE

> 3,00 > 600 > 2,00 4,0 - 6,0 > 68 > 18 > 5,9 > 250

1 3,41 730,3 2,21 8,42% 56,51% 19,35% 4,94% 214

2 2,85 780,7 2,22 8,13% 57,44% 19,10% 4,94% 274

3 3,01 714,5 2,20 8,96% 54,83% 19,83% 4,94% 237

3,09 741,8 2,21 8,50% 56,26% 19,43% 4,94% 242

4 3,10 846,4 2,25 6,32% 65,96% 18,56% 5,45% 273

5 3,43 894,0 2,23 6,98% 63,54% 19,13% 5,45% 261

6 2,95 840,2 2,25 6,27% 66,16% 18,52% 5,45% 285

3,16 860,2 2,24 6,52% 65,22% 18,74% 5,45% 273

7 3,08 890,4 2,26 5,03% 72,83% 18,50% 5,95% 289

8 3,17 940,2 2,27 4,76% 73,93% 18,27% 5,95% 297

9 3,47 949,5 2,28 4,26% 76,12% 17,84% 5,95% 274

3,24 926,7 2,27 4,68% 74,29% 18,20% 5,95% 286

10 3,73 977,3 2,30 2,80% 84,16% 17,65% 6,46% 262

11 3,16 942,5 2,29 3,42% 81,18% 18,18% 6,46% 298

12 3,34 929,8 2,28 3,67% 80,04% 18,39% 6,46% 278

3,41 949,9 2,29 3,30% 81,79% 18,07% 6,46% 280

13 3,60 868,4 2,28 2,87% 84,70% 18,77% 6,96% 241

14 3,31 846,4 2,28 3,06% 83,85% 18,92% 6,96% 256

15 3,77 876,5 2,29 2,71% 85,46% 18,63% 6,96% 233

3,56 863,8 2,28 2,88% 84,67% 18,77% 6,96% 243

16 3,37 768,9 2,29 2,07% 89,16% 19,15% 7,47% 228

17 3,81 739,9 2,28 2,41% 87,57% 19,43% 7,47% 194

18 3,92 731,8 2,27 2,63% 86,57% 19,61% 7,47% 187

3,70 746,9 2,28 2,37% 87,77% 19,39% 7,47% 203Rata-rata

8,0%

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

Rata-rata

5,5%

6,0%

6,5%

7,0%

7,5%

BENDA UJI LATASTON HRS-WC

Prosentase

Kadar Aspal

Flow Stabilitas Density VIM VFA VMA Kadar Aspal

Efektif

Hasil Bagi

Marshall

Page 11: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 11

Gambar 5. Penentuan Hasil KAO (HRS-WC)

Sumber :Hasil Uji Laboratorium

Data Pengujian Marshall Standar Lataston

HRS-WC

Berdasarkan Perhitungan didapatkan

komposisi benda uji HRS-WC dengan proporsi

optimal, yaitu pada kadar aspal 6,5% dan

campuran material agregat 93,5%. Setelah

ditetapkan proporsi material dan aspal, tahapan

selanjutnya membuat 4 benda uji standard

dengan proporsi material dengan kadar aspal

Tabel 22. Data Karateristik Marshall Benda

Uji Standard Laston HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perlakuan Benda Uji Aspal Beton Dengan

Perendaman

Bahwa berdasarkan benda uji yang telah

terpilih sesuai dengan hasil perhitungan

komposisi campuran agregat dan kadar aspal

optimum (KAO) untuk jenis Lapis aspal beton

(Laston) Asphalt Concrete-Wearing Course

(AC-WC) dan Lapis tipis aspal beton

(Lataston) Hot Rolled Sheet-Wearing Course

(HRS-WC). Maka nilai yang digunakan adalah

6,2% kadar aspal untuk Lapis aspal beton

(Laston) Asphalt Concrete-Wearing Course

(AC-WC) dan 6,5% kadar aspal untuk Lapis

tipis aspal beton (Lataston) Hot Rolled Sheet-

Wearing Course (HRS-WC). Pengujian durasi

perendaman Marshall ini dilakukan selama 2

hari, 4 hari , 6 hari dan 8 hari dengan jumlah 3

benda uji pada setiap durasi perendaman yang

telah ditentukan

Data Pengujian Marshall Lapis Aspal Beton

(Laston) AC-WC Dengan Durasi

Perendaman.

Pengujian durasi perendaman Marshall

ini dilakukan selama 2, 4, 6 dan 8 hari

dengan masing-masing 3 benda uji pada

setiap durasi perendaman. beraspal akibat

masuknya air kedalam campuran yang

akan menyebabkan hilangnya ikatan adhesi

antara agregat dan aspal Tabel 23. Data Hasil Pengujian Marshall

Perendaman Laston AC-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Stabilitas Lapis Aspal Beton (Laston) AC-

WC

Stabilitas merupakan kemampuan lapisan

perkerasan dalam menerima beban lalu lintas.

Nilai stabilitas rata-rata yang diperoleh dari

hasil pengujian terhadap durasi perendaman 2

hari sampai 8 hari antara lain: 1032,07 kg,

970,96 kg, 944,02 kg, dan 931,96 kg.

Gambar 6. Hubungan Lama Perendaman

Dengan Stabilitas

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0

Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

Kelelehan (Flow)

Stabilitas

Rongga Dalam

Campuran (VIM)

Rongga Dalam

Agregate (VMA)

Kadar Aspal Eff.

Rongga Terisi Aspal

(VFA)

Hasil Bagi Marshall

(MQ)

Density

KA

DA

R A

SP

AL

PIL

IHA

N :

6,5

%

(cm) > 3,00 > 600 > 2,00 4,0 - 6,0 > 68 > 18 > 250

1 6,31 3,21 939 2,249 5,61% 70,48% 19,00% 292,5

2 6,34 3,46 937 2,262 5,06% 72,70% 18,52% 270,7

3 6,46 3,34 927 2,260 5,16% 72,30% 18,61% 277,7

4 6,28 3,64 953 2,248 5,64% 71,76% 19,03% 261,8

6,35 3,41 939,07 2,255 5,37% 71,81% 18,79% 275,69

Rongga Terisi

Aspal (VFA)

Rata - rata

- -

Benda

Uji

Tinggi

BENDA UJI LATASTON HRS-WC STANDARD

Jenis

Rendaman

Durasi

Perendaman

Rongga Dalam

Agregat (VMA)

Hasil Bagi

Marshall (MQ)

Kelelehan

(Flow)Stabilitas Density

Rongga Dalam

Campuran (VIM)

2,00 - 4,00 > 800 > 2,00 3,0 - 5,0 > 65 > 15 > 250

1 6,49 3,14 1051,77 2,303 3,77% 77,83% 16,99% 334,96

2 6,44 3,12 1032,47 2,302 3,81% 77,64% 17,03% 330,92

3 6,25 3,18 1011,97 2,305 3,67% 78,31% 16,91% 318,23

6,39 3,15 1032,07 2,30 3,75% 77,93% 16,98% 328,04

4 6,46 3,13 986,64 2,309 3,52% 79,04% 16,78% 315,22

5 6,41 3,11 970,96 2,303 3,75% 77,91% 16,98% 312,21

6 6,47 3,08 955,28 2,293 4,18% 75,91% 17,35% 310,16

6,45 3,11 970,96 2,30 3,82% 77,62% 17,03% 312,53

7 6,40 3,08 950,45 2,289 4,35% 75,15% 17,49% 308,59

8 6,44 3,05 943,22 2,295 4,09% 76,33% 17,27% 309,25

9 6,30 3,07 938,39 2,308 3,55% 78,89% 16,80% 305,67

6,38 3,07 944,02 2,298 3,99% 76,79% 17,19% 307,84

10 6,52 3,13 935,98 2,309 3,54% 78,94% 16,79% 299,04

11 6,40 3,04 931,16 2,284 4,57% 74,17% 17,68% 306,30

12 6,35 2,97 928,74 2,296 4,05% 76,51% 17,24% 312,71

6,42 3,05 931,96 2,296 4,05% 76,54% 17,24% 306,01

Rongga Dalam

Agregat (VMA)

Hasil Bagi

Marshall (MQ)Tinggi

BENDA UJI LASTON AC-WC PERENDAMAN VARIASI WAKTURongga Dalam

Campuran (VIM)

Rongga Terisi

Aspal (VFA)

Kelelehan

(Flow)Stabilitas Density

2 HariAir

Rata - rata

Jenis

Rendaman

Durasi

Perendaman

Benda

Uji

Rata - rata

4 Hari

6 Hari

8 Hari

Air

Air Tawar

Air

Rata - rata

Rata - rata

Page 12: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 12

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Kelelehan (Flow) Lapis Aspal Beton

(Laston) AC-WC

Penurunan nilai kelelehan diakibatkan

oleh lama perendaman dengan durasi 2 hari, 4

hari, 6 hari dan 8 hari dengan jumlah 3 benda

uji pada setiap lama perendaman yang telah

ditetapkan dengan nilai tertinggi sebesar 3,15

mm dan nilai terendah sebesar 3,05% tetapi

masih memenuhi syarat Kementerian

Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

Direktorat Jenderal Bina Marga 2018 Divisi 6

Perkerasan Jalan. Maka semakin lama

campuran aspal terendam, maka nilai kelelehan

(flow) akan semakin menurun

Gambar 7. Hubungan Lama Perendaman

Dengan Kelelehan (Flow)

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Rongga Dalam Campuran (VIM) Lapis

Aspal Beton (Laston) AC-WC

Nilai rongga dalam campuran (VIM) rata-

rata angka yang diperoleh antara lain: 3,75%,

3,82%, 3,99%, dan 4,05%. Hasil masih

memenuhi syarat spesfikasi Kementerian

Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina

Marga 2018 Divisi 6 Perkerasan Jalan yaitu

3,0% sampai 5,0%

Gambar 8. Hubungan Lama Perendaman

Dengan VIM

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Rongga Dalam Agregat (VMA) Lapis Aspal

Beton (Laston) AC-WC

Nilai rongga dalam agregat (VMA) rata-

rata yang diperoleh dari hasil pengujian

perendaman 2 hari sampai dengan 8 hari yaitu:

tertinggi 17,24% dan terendah 16,98%

Gambar 9. Hubungan Lama Perendaman

Dengan VMA

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Rongga Terisi Aspal (VFA) Lapis Aspal

Beton (Laston) AC-WC

Nilai VFA rata-rata yang diperoleh dari

hasil pengujian perendaman 2 hari sampai 8

hari, nilai tertinggi 77,93% dan terendah

76,54%. Menunjukkan nilai rongga semakin

menurun sesuai dengan lama perendaman.

Gambar 10. Hubungan Lama Perendaman

Dengan VFA

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan Hasil

Bagi Marshall (MQ) Lapis Aspal Beton

(Laston) AC-WC

Nilai hasil bagi marshall (MQ) terus

menurun terhadap durasi perendaman 2 hari

sampai 8 hari. Nilai hasil bagi marshall (MQ)

rata-rata tertinggi sebesar 328 kg/mm dan

terendah sebesar 306 kg/mm. Memenuhi Bina

Marga 2018 minimum 250 kg/mm. walaupun

menurun akibat lamanya durasi perendaman

3,15 3,11 3,07 3,05

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

2 4 6 8

Rendaman Hari

Kelelehan (Flow) : 2,00 - 4,00

Page 13: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 13

Gambar 11. Hubungan Lama Perendaman

Dengan MQ

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Kesimpulan Analisa Data Pengujian

Rendaman Laston AC-WC

Secara umum dapat dilihat bahwa lama

perendaman dapat mempengaruhi 6 karateristik

marshall. Lama perendaman terhadap Stabilitas

menyebabkan Stabilitas menurun, nilai Flow

menurun, VIM mengalami peningkatan, VMA

meningkat, VFA mengalami penurunan akibat

besarnya VMA, dan MQ menurun

Data Pengujian Marshall Lapis Tipis Aspal

Beton (Lataston) HRS-WC Dengan Durasi

Perendaman.

Pengujian durasi perendaman Marshall ini

dilakukan selama 2, 4, 6 dan 8 hari dengan

masing-masing 3 benda uji pada setiap durasi

perendaman. Proses pengujian ini bertujuan

untuk melihat pengaruh infiltrasi air terhadap

penurunan kekuatan campuran

Tabel 24. Data Hasil Pengujian Marshall

Perendaman Lataston HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Stabilitas Lapis Tipis Aspal Beton

(Lataston) HRS-WC

Nilai stabilitas rata-rata yang diperoleh

dari hasil pengujian antara lain: 829,07 kg,

746,85 kg, 722,92 kg, dan 702,85 kg. Hasil

pengujian durasi perendaman 2 hari sampai 8

hari masih memenuhi syarat spesifikasi

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat

Jenderal Bina Marga 2018 Divisi 6 Perkerasan

Jalan yaitu minimum 600 kg.

Gambar 12. Hubungan Lama Perendaman

Dengan Stabilitas

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Kelehan (Flow) Lapis Tipis Aspal Beton

(Lataston) HRS-WC

Penurunan nilai kelelehan diakibatkan

oleh lama perendaman yang telah ditetapkan,

maka semakin lama campuran aspal terendam,

maka nilai Kelelehan (Flow) akan semakin

menurun. Masih memenuhi persyaratan

spesifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga

2018 Divisi 6 Perkerasan Jalan yaitu antara

2,00-4,00 mm

Gambar 13. Hubungan Lama Perendaman

Dengan Kelelehan (Flow)

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

328313 308 306

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

400,0

450,0

500,0

2 4 6 8

Rendaman Hari

Hasil Bagi Marshall (MQ) : > 250

(cm) > 3,00 > 600 > 2,00 4,0 - 6,0 > 68 > 18 > 250

1 6,29 3,03 860,33 2,24 6,15% 68,41% 19,46% 283,94

2 6,35 3,47 818,65 2,25 5,36% 71,47% 18,78% 235,92

3 6,55 3,34 808,22 2,27 4,92% 73,28% 18,40% 241,98

6,40 3,28 829,07 2,25 5,47% 71,05% 18,88% 253,95

4 6,30 3,01 768,85 2,24 5,78% 69,82% 19,14% 255,43

5 6,38 3,41 739,91 2,26 5,11% 72,50% 18,57% 216,98

6 6,27 3,32 731,80 2,25 5,65% 70,32% 19,03% 220,42

6,32 3,25 746,85 2,25 5,51% 70,88% 18,91% 230,95

7 6,54 3,03 727,17 2,24 6,12% 68,52% 19,43% 239,99

8 6,51 3,37 722,54 2,24 5,79% 69,76% 19,15% 214,40

9 6,60 3,31 719,06 2,27 4,92% 73,28% 18,40% 217,24

6,55 3,24 722,92 2,25 5,61% 70,52% 19,00% 223,88

10 6,46 3,01 708,64 2,27 4,91% 73,31% 18,40% 235,43

11 6,35 3,28 704,01 2,23 6,35% 67,66% 19,63% 214,64

12 6,38 3,21 695,91 2,24 5,83% 69,60% 19,19% 216,79

6,39 3,17 702,85 2,25 5,70% 70,19% 19,07% 222,29

Rata - rata

Air 8 Hari

Rata - rata

Air 4 Hari

Rata - rata

Air 6 Hari

DensityRongga Dalam

Campuran (VIM)

Rongga Terisi

Aspal (VFA)

Rongga Dalam

Agregat (VMA)

Hasil Bagi

Marshall (MQ)Stabilitas

Air 2 Hari

Rata - rata

Jenis

Rendaman

Durasi

Perendaman

Benda

Uji

Kelelehan

(Flow)Tinggi

BENDA UJI LATASTON HRS-WC PERENDAMAN VARIASI WAKTU

3,28 3,25 3,24 3,17

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

2 4 6 8

Rendaman Hari (HRS-WC)

Kelelehan (Flow) : > 3,00

Page 14: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 14

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Rongga Dalam Campuran (VIM) Lapis

Tipis Aspal Beton (Lataston) HRS-WC.

Nilai rongga dalam campuran (VIM) rata-

rata angka yang diperoleh antara lain: 5,47%,

5,51%, 5,61%, dan 5,70%. Hasil pengujian

durasi perendaman 2 hari sampai dengan 8 hari

masih memenuhi syarat spesfikasi

Gambar 14. Hubungan Lama Perendaman

Dengan VIM

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Rongga Dalam Agregat (VMA) Lapis Tipis

Aspal Beton (Lataston) HRS-WC

Nilai rongga dalam agregat (VMA) rata-

rata yang diperoleh dari hasil pengujian

perendaman 2 hari sampai 8 hari yaitu:

18,88%, 18,91%, 19,00% dan 19,07%.

Spesifikasi nilai rongga dalam agregat (VMA)

yang disyaratkan oleh Jenderal Bina Marga

2018 Divisi 6 Perkerasan jalan minimal 18%

Gambar 15. Hubungan Lama Perendaman

Dengan VMA

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan

Rongga Terisi Aspal (VFA) Lapis Tipis

Aspal Beton (Lataston) HRS-WC

Nilai rongga terisi aspal (VFA) rata-

rata yang diperoleh dari hasil pengujian pyaitu:

71,05%, 70,88%, 70,52% dan 70,19%. Spesifikasi nilai Rongga terisi aspal (VFA)

minimal 68%, sehingga hasil yang diperoleh

dari pengujian masih memenuhi syarat

spesifikasi.

Gambar 16. Hubungan Lama Perendaman

Dengan VFA

Sumber : Hasi Uji Laboratorium

Hubungan Lama Perendaman Dengan Hasil

Bagi Marshall (MQ) Lapis Tipis Aspal

Beton (Lataston) HRS-WC

Nilai hasil bagi Marshall (MQ) rata-rata

yang diperoleh antara lain: 253,95 kg/mm,

230,95 kg/mm, 223,88 kg/mm, dan 222,29

kg/mm. Spesifikasi nilai Marshall Quotient

yang disyaratkan minimum 250 kg/mm

Kesimpulan Analisa Data Pengujian

Rendaman Lataston HRS-WC

Stabilitas menurun dan nilai Flow

menurun, Rongga Dalam Campuran (VIM)

mengalami peningkatan, Rongga Dalam

Agregat (VMA) juga meningkat, Rongga Terisi

Aspal (VFA) mengalami penurunan, dan untuk

nilai Hasil Bagi Marshall (MQ) menurun

Analisa Perbandingan Hasil Parameter

Pengujian Marshall Pada Benda Uji

Standard Dan Benda Uji Perendaman

Berdasarkan data hasil parameter

pengujian Marshall benda uji standard dan

benda uji perendaman pada jenis Lapis aspal

beton (Laston) Asphalt Concrete-Wearing

Course (AC-WC) dan Lapis tipis aspal beton

(Lataston) Hot Rolled Sheet-Wearing Course

(HRS-WC).

Perbandingan Parameter Marshall

Standard Dan Perendaman Hari Laston

AC-WC

Selanjutnya berdasarkan data hasil

pengujian Marshall Standard dan Marshall

Perendaman, parameter pengujian terhadap

marshall standard dan marshall perendaman

Page 15: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 15

dapat dilihat pada hasil perbandingan nilai

hasil pengujian Lapis aspal beton (Laston)

Asphalt concrete-Wearing Course (AC-WC)

Perbandingan Nilai Stabilitas Standar Dan

Perendaman Lapis Aspal Beton (Laston)

AC-WC Nilai Stabilitas semakin menurun, akan

tetapi terjadi perbedaan pada nilai Stabilitas

benda uji standar dengan nilai rata-rata sebesar

1163,94 kg dimana tidak terjadi penurunan,

sehingga nilai Stabilitas pada benda uji standar

lebih baik dibandingkan dengan nilai Stabilitas

hasil durasi perendaman dengan nilai tertinggi

sebesar 1032,07 kg dan nilai terendah sebesar

931,96 kg tetapi masih memenuhi syarat

spesfikasi Bina Marga 2018.

Gambar 17. Perbandingan Nilai Stabilitas

Standard dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Kelelehan (Flow)

Standard Dan Perendaman Lapis Aspal

Beton (Laston) AC-WC Nilai Kelelehan (Flow) mengalami

penurunan dikarenakan akibat lamanya durasi

perendaman, akan tetapi terjadi perbedaan pada

nilai Flow benda uji standard tidak mengalami

penurunan, nilai Kelelehan (Flow) pada benda

uji standard lebih baik dibandingkan dengan

benda uji durasi perendaman.

Gambar 18. Perbandingan Nilai Flow

Standard dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Rongga Dalam

Campuran (VIM) Standard Dan

Perendaman Lapis Aspal Beton (Laston)

AC-WC

Sesuai dengan durasi perendaman, nilai

Rongga dalam campuran (Vim) meningkat,

tetapi pada benda uji standard masih stabil dan

tidak mengalami peningkatan, nilai Rongga

dalam campuran (Vim) pada benda uji standard

lebih baik dengan benda uji perendaman

Gambar 19. Perbandingan Nilai Vim Standard

dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Rongga Dalam Agregat

(VMA) Standard Dan Perendaman Lapis

Aspal Beton (Laston) AC-WC

Maka nilai Rongga dalam agregat (Vma)

mengalami peningkatan, akan tetapi terjadi

perbedaan pada benda uji standard nilai

Rongga dalam agregat (Vma) masih stabil dan

tidak mengalami peningkatan serta nilai

Rongga dalam agregat (Vma) pada benda uji

standard lebih baik dibandingkan dengan

benda uji perendaman

Gambar 20. Perbandingan Nilai VMA

Standard dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Rongga Terisi Aspal

(VFA) Standard Dan Perendaman Lapis

Aspal Beton (Laston) AC-WC Nilai Rongga terisi aspal (Vfa) mengalami

penurunan akibat lamanya durasi perendaman,

Page 16: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 16

akan tetapi terjadi perbedaan pada benda uji

standard terhadap nilai Rongga terisi aspal

(Vfa) dimana tidak terjadi penurunan dan nilai

masih stabil

Gambar 21. Perbandingan Nilai VFA

Standard Dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Marshall Quetient (MQ)

Standard Dan Perendaman Lapis Aspal

Beton (Laston) AC-WC

Akibat lamanya durasi perendaman dan

juga akibat nilai Stabilitas dan Kelelehan

(Flow) menurun yang dipengaruhi oleh durasi

perendaman, akan tetapi ada perbedaan pada

benda uji standard dimana nilai Hasil Bagi

Marshall (MQ) tidak terjadi penurunan bisa

dikatakan stabil

Gambar 22. Perbandingan Nilai MQ Standard

dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Parameter Marshall

Standard Dan Perendaman Hari Lataston

HRS-WC

Selanjutnya berdasarkan data hasil

pengujian Marshall Standard dan Marshall

Perendaman, parameter pengujian terhadap

marshall standard dan marshall perendaman

dapat dilihat pada hasil perbandingan nilai

hasil pengujian Lapis tipis aspal beton

(Lataston) Hot Rolled Sheets-Wearing Course

(HRS-WC)

Perbandingan Nilai Stabilitas Standar Dan

Perendaman Lapis Tipis Aspal Beton

(Lataston) HRS-WC Nilai Stabilitas semakin menurun, akan

tetapi terjadi perbedaan pada nilai Stabilitas

benda uji standar dimana tidak terjadi

penurunan, sehingga nilai Stabilitas pada benda

uji standar lebih baik dibandingkan durasi

perendaman

Gambar 23. Perbandingan Nilai Stabilitas

Standard dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Kelelehan (Flow)

Standard Dan Perendaman Lapis Tipis

Aspal Beton (Lataston) HRS-WC

Nilai Kelelehan (Flow) mengalami

penurunan dikarenakan akibat lamanya durasi

perendaman, akan tetapi terjadi perbedaan pada

nilai Flow benda uji standard tidak mengalami

penurunan, nilai benda uji standard lebih stabil

atau lebih baik dibandingkan dengan benda uji

durasi perendaman

Gambar 24. Perbandingan Nilai Flow

Standard dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Rongga Dalam

Campuran (VIM) Standard Dan

Perendaman Lapis Tipis Aspal Beton

(Lataston) HRS-WC

Sesuai dengan durasi perendaman 2 hari,

4 hari, 6 hari dan 8 hari, nilai Rongga dalam

campuran (Vim) meningkat, tetapi pada benda

uji standard nilai Rongga dalam campuran

Page 17: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 17

(Vim) masih stabil dan tidak mengalami

peningkatan, nilai pada benda uji standard

lebih baik atau stabil dibandingkan dengan

benda uji perendaman

Gambar 25. Perbandingan Nilai Vim Standard

dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Rongga Dalam Agregat

(VMA) Standard Dan Perendaman Lapis

Tipis Aspal Beton (Lataston) HRS-WC Maka nilai Rongga dalam agregat (Vma)

mengalami peningkatan, akan tetapi terjadi

perbedaan pada benda uji standard nilai

Rongga dalam agregat (Vma) masih stabil dan

tidak mengalami peningkatan serta nilai

Rongga dalam agregat (Vma) pada benda uji

standard lebih baik dibandingkan dengan

benda uji perendaman.

Gambar 26. Perbandingan Nilai Vma

Standard dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Rongga Terisi Aspal

(VFA) Standard Dan Perendaman Lapis

Tipis Aspal Beton (Lataston) HRS-WC

Maka nilai Rongga terisi aspal (Vfa)

mengalami penurunan akibat lamanya

durasi perendaman, akan tetapi terjadi

perbedaan pada benda uji standard

terhadap nilai Rongga terisi aspal (Vfa)

dimana tidak terjadi penurunan dan nilai

masih stabil.

Gambar 27. Perbandingan Nilai Vfa Standard

dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Nilai Marshall Quetient

(MQ) Standard Dan Perendaman Lapis

Tipis Aspal Beton (Lataston) HRS-WC Sesuai dengan durasi perendaman, maka

nilai Hasil bagi marshall (MQ) mengalami

penurunan akibat lamanya durasi perendaman

dan juga akibat nilai Stabilitas dan Kelelehan

(Flow) menurun yang dipengaruhi oleh durasi

perendaman, akan tetapi ada perbedaan pada

benda uji standard dimana nilai Hasil Bagi

Marshall (MQ) tidak terjadi penurunan bisa

dikatakan stabil.

Gambar 28. Perbandingan Nilai MQ Standard

dan Perendaman

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Hasil Perbandingan Karateristik Marshall

Rendaman Hari Pada Aspal Beton

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa dampak dari perendaman dengan air

durasi 2 hari, 4 hari, 6 hari dan 8 hari, dapat

diketahui bahwa daya tahan karateristik

marshall pada jenis Lapis aspal beton (Laston)

Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC)

lebih kuat dibandingkan dengan Lapis tipis

aspal beton (Lataston) Hot Rolled Sheet-

Wearing Course (HRS-WC) terhadap

rendaman air. Berikut penjelasannya :

Page 18: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 18

Perbandingan Stabilitas Aspal Beton AC-

WC Dan HRS-WC

Dapat disimpulkan bahwa nilai stabilitas

semakin menurun pada jenis aspal beton HRS-

WC memiliki stabilitas yang kecil, jauh

dibandingkan dengan nilai stabilitas pada jenis

aspal beton AC-WC

Gambar 29. Perbandingan Stabilitas Aspal

Beton AC-WC dan HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Kelelehan (Flow) Aspal Beton

AC-WC Dan HRS-WC

Pada jenis aspal beton AC-WC memiliki

kelelehan (flow) yang kecil, jauh dibandingkan

dengan nilai kelelehan (flow) pada jenis aspal

beton HRS-WC, dimana lebih besar yang

disebabkan nilai stabilitasnya lebih kecil

daripada nilai stabilitas pada jenis aspal beton

Ac-wc

Gambar 30. Perbandingan Flow Aspal Beton

AC-WC dan HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Rongga Dalam

Campuran (VIM) Aspal Beton AC-WC

Dan HRS-WC Pada jenis aspal beton Ac-wc memiliki

rongga dalam campuran (Vim) yang besar,

jauh dibandingkan dengan nilai rongga dalam

campuran (Vim) pada jenis aspal beton Hrs-wc

dimana lebih kecil. Jadi semakin besar pori

yang tersisa semakin tidak kedap air dan

semakin banyak udara di dalam campuran,

yang menyebabkan semakin mudahnya selimut

aspal beroksidasi.

Gambar 31. Perbandingan Nilai VIM Aspal

Beton AC-WC dan HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Rongga Dalam Agregat

(VMA) Aspal Beton AC-WC Dan HRS-WC

Pada jenis aspal beton Hrs-wc memiliki

rongga dalam agregat (Vma) yang besar, jauh

dibandingkan dengan nilai rongga dalam

agregat (Vma) pada jenis aspal beton Ac-wc

dimana lebih kecil. Maka semakin besar nilai

rongga dalam agregat (Vma) dari suatu

campuran semakin kecil nilai stabilitasnya.

Campuran dengan rongga dalam agregat

(Vma) yang besar mengakibatkan problem

stabilitas dan menjadikan campuran tidak

ekonomis untuk diproduksi

Gambar 32. Perbandingan VMA Aspal Beton

AC-WC dan HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Rongga Terisi Aspal (VFA)

Aspal Beton AC-WC Dan HRS-WC

Pada jenis Lapis aspal beton (Laston)

Asphlat Concrete-Wearing Course (AC-WC)

memiliki rongga dalam agregat (VFA) yang

besar, jauh dibandingkan dengan nilai rongga

terisi aspal (VFA) pada jenis Lapis tipis aspal

beton (Lataston) Hot Rolled Sheet-Wearing

Course (HRS-WC) dimana lebih kecil. Nilai

rongga terisi aspal (VFA) yang kecil

Page 19: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 19

berpengaruh terhadap kekedapan campuran

terhadap air dan udara, karena lapis film aspal

akan menjadi tipis dan akan mudah retak bila

menerima beban sehingga campuran aspal

mudah teroksidasi yang akhirnya menyebabkan

lapis perkerasan memiliki umur layanan yang

pendek.

Gambar 33. Perbandingan VFA Aspal Beton

AC-WC dan HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Perbandingan Marshall Quetient (MQ)

Aspal Beton AC-WC Dan HRS-WC

Dapat disimpulkan bahwa dengan

bertambahnya lama perendaman semakin

menurun mendekati nilai minimal yang

disyaratkan oleh Bina Marga 2018, nilai

marshall quotient pada jenis aspal beton Ac-wc

memiliki marshall quetient yang besar, nilai

marshall quetient pada jenis aspal Hrs-wc lebih

kecil dan yang memenuhi spesifikasi hanya

pada rendaman 2 hari

Gambar 34. Perbandingan MQ Aspal Beton

AC-WC dan HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Pengujian Ekstraksi Aspal Beton

Adalah Pemeriksaan Sampel Benda Uji

Core Drill yang bertujuan untuk mengetahui

kandungan aspal yang ada apakah sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditentukan

menurut SKBI-24.26.1987 yaitu kadar aspal

yang diijinkan berkisar antara 4% sampai 7%.

Tabel 25. Data Hasil Uji Extraksi Pada Benda

Uji Core Drill AC-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Tabel 26. Data Hasil Uji Extraksi Pada Benda

Uji Core Drill HRS-WC

Sumber : Hasil Uji Laboratorium

Page 20: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan

pengaruh rendaman air selama 2 hari, 4 hari, 6

hari dan 8 hari, terhadap Lapis aspal beton

(Laston) AC-WC dan Lapis tipis aspal beton

(Lataston) HRS-WC, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Perlakuan rendaman air terhadap

campuran Laston AC-WC dan Lataston

HRS-WC mempengaruhi Stabilitas dan

Kelelehan (Flow) dengan penjelasan

sebagai berikut :

a). Stabilitas

Nilai stabilitas pada benda uji

rendaman jenis perkerasan Laston AC-

WC semakin menurun dengan nilai

rata-rata tertinggi sebesar 1032,07 kg

dan nilai rata-rata terendah sebesar

931,96 kg, jadi dapat diketahui bahwa

presentase penurunan sebesar 9,69%.

Pada benda uji rendaman jenis

perkerasan Lataston HRS-WC juga

mengalami penurunan dengan nilai

stabilitas rata-rata tertinggi sebesar

829,07 kg dan nilai rata-rata terendah

sebesar 702,85 kg, jadi dapat diketahui

presentase penurunan sebesar 15,2%.

b). Kelelehan (Flow)

Nilai kelelehan (flow) pada benda uji

rendaman jenis perkerasan Laston AC-

WC semakin menurun dengan nilai

rata-rata tertinggi yaitu 3,15 mm dan

nilai rata-rata terendah yaitu 3,05 mm,

dapat diketahui presentase penurunan

sebesar 3,17%. Pada benda uji

rendaman jenis perkerasan Lataston

HRS-WC nilai kelelehan (flow) dengan

nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,28 mm

dan nilai rata-rata terendah yaitu 3,17

mm, dapat diketahui bahwa presentase

penurunan sebesar 3,35%

2. Dapat diketahui bahwa lama perendaman

dengan durasi hari terhadap jenis

perkerasan Lapis aspal beton (Laston)

AC-WC dan Lapis tipis aspal beton

(Lataston) HRS-WC menunjukkan bahwa

nilai stabilitas dan kelelehan Laston AC-

WC lebih tinggi dibandingkan dengan

Lataston HRS-WC.

Saran

Dari hasil penelitian pengujian yang

dilakukan ada beberapa hal yang disarankan,

adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya menggunakan 2 jenis

perkerasan Lapis aspal beton (Laston)

AC-WC dan Lapis tipis aspal beton

(Lataston) HRS-WC, diharapkan pada

penelitian kedepannya dapat

dikembangkan dengan menggunakan

lebih dari 2 jenis perkerasan beraspal

2. Untuk menjaga agar kontruksi perkerasan

jalan tidak terendam oleh air perlu adanya

pembuatan saluran drainase pada kedua

sisi jalan agar air tidak menggenangi

perkerasan jalan

3. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan

durasi perendaman yang lebih lama

dengan temperatur yang berbeda, serta

dapat dicari IKS (Indeks Kekuatan Sisa)

dari perkerasan jalan akibat rendaman air.

DAFTAR PUSTAKA.

Departemen Pekerjaan Umum (1989). SNI No:

1737-1989-F Tata Cara Pelaksanaan

Lapis Aspal Beton (Laston).

Departemen Pekerjaan Umum (1990). Metode

Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan

Air Agregat Kasar, SNI. 03 – 1969 –

1990, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan

Umum, Jakarta.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan

Jembatan. (1990a). Metode Pengujian

Analisis Saringan Agregat Halus dan

Kasar. SNI 03-1968-1990. Bandung:

Badan Standardisasi Indonesia, 1–17.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan

Jembatan. (1990b). Metode Pengujian

Berat Jenis dan penyerapan air agregat

halus SNI 03-1970-1990.

Direktorat Jenderal Bina Marga. (2018).

Spesifikasi Umum Bina Marga 2018

Untuk Pekerjaan Kontruksi. In Direktorat

Jenderal Bina Marga. Kementerian

PUPR, Direktoral Jenderal Bina Marga.

Ignatius S. Pasereng., 2014. “Studi Pengaruh

Genangan Banjir Jalan Terhadap Kinerja

Campuran Perkerasan Beraspal Di Kota

Makassar”. Makassar : Universitas

Hasanuddin Makassar.

Page 21: ANALISIS PENGARUH RENDAMAN AIR TERHADAP …

Jurnal Smart Teknologi

Vol. 3, No. 1, Agustus 2021, Halaman 1 – 21

ISSN: 2774-1702, http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JST

PENERBIT: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 21

Dwi Esti Intari, Woelandari Fathonah Farista,

dan Widya Karina. 2018. Analisis

Karateristik Campuran Laston (HRS-WC)

Akibat Rendaman Air Laut Pasang (ROB)

Dengan Aspal Modifikasi Polimer Starbitt

E-5. Jurnal Fondasi Vol. 7 No. 2. Fakultas

Teknik, Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa Banten. Banten.

Damar Gumilang., 2017. “Analisis Dampak

Rendaman Air Tawar Terhadap

Durabilitas Marshall Pada Campuran

Aspal (AC-BC)”. Surakarta : Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Ilvin Nur Laily dan Boedi Raharjo., 2017.

Pengaruh Lama Perendaman Air Hujan

Terhadap Kinerja Laston (AC-WC)

Berdasarkan Uji Marshall. Jurnal

Bangunan Vol. 22, No. 1. Fakultas

Teknik, Universitas Negeri Malang.

Malang.

Nahyo, Sudarno, dan Bagus Hario Setiadji,.

2015. Durabilitas Campuran Hot Rolled

Sheet-Wearing Course (HRS-WC) Akibat

Rendaman Menerus dan Berkalan Air

ROB. Jurnal Teknik Sipil Vol. 13, No. 1.

Magister Ilmu Lingkungan Universitas

Diponegoro.

Hery Riyanto., 2013. Pengaruh Kadar Air

Dalam Agregat Terhadap Stabilitas Beton

Aspal. Jurnal Teknik Sipil UBL Vol. 4,

No.1. Fakultas Teknik, Universitas Bandar

Lampung. Lampung.

Ida Bagus Wirahaji dan AAA Made Cahaya

Wardani,. 2018. Pengaruh Air Hujan

Terhadap Karateristik Marshall

Campuran Aspal Panas Pada Lapis

Permukaan Jalan. Jurnal Teknik Sipil.

Fakultas Teknik, Universitas Hindu

Indonesia Denpasar. Bali.

Sukirman, S, (2003), Beton Aspal Campuran

Panas, Granit, Jakarta.

Sukirman, S, (2007), Beton Aspal Campuran

Panas, Granit, Jakarta.

Hamirhan Saodang, 2005. Perancangan

Perkerasan Jalan Raya, Nova, Bandung

The Asphalt Institute, 1993, Mix Design

Methods for Asphalt Concrete and Other

Hot-Mix Types, Manual Series No. 2 (MS-

2), Asphalt Institute, Lexington USA.