-
ANALISIS PENGARUH ASSET, DANA PIHAK KETIGA DAN
KREDIT YANG DIBERIKAN TERHADAP
KINERJA EFISIENSI BANK PERSERO DI INDONESIA
oleh
Novi Widyastuti
NIM : 107081002695
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/2011 M
-
i
Daftar Riwayat Hidup
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Novi Widyastuti 2. Tempat &
Tgl. Lahir : Jakarta, 13 Januari 1990 3. Tinggal di : Jakarta 4.
Alamat : Jl. Kebagusan IV RT. 01/04 No.24 D Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12520
5. Telepon : 08567619798
II. PENDIDIKAN 1. SD : SDN Jagakarsa 14 Pagi 2. SMP : SMPN 175
Jakarta 3. SMA : SMAN 109 Jakarta 4. S1 : UIN Syarif
Hidayatullah
III. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota ROHIS SMPN 175 Jakarta 2.
Anggota MADING ( Majalah Dinding ) SMAN 109 Jakarta 3. Anggota
Karang Taruna RT. 01/04 4. Anggota KPPS PEMILU Legislatif 2009 5.
Anggota PMII UIN Syarif Hidayatullah
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sulaiman 2. Tempat & Tgl. Lahir : Kuningan, 14
maret 1962 3. Alamat : Jl. Kebagusan IV RT. 01/04 No.24 D Pasar
Minggu
Jakarta Selatan 12520
4. Ibu : Sri Bandiyah 5. Tempat & Tgl. Lahir : Semarang, 23
Mei 1958 6. Alamat : Jl. Kebagusan IV RT. 01/04 No.24 D Pasar
Minggu
Jakarta Selatan 12520
7. Anak ke dari : 2 (dua) dari 3(tiga) bersaudara
-
ii
Abstract
This study aims to analyze the level of efficiency at bank
limited company. In
addition, this study also analyzed the influence of assets,
third party funds and
credit is given to the performance efficiency of the bank
limited company in
Indonesia. The model used in this research that the DEA (Data
Envelopment
Analysis) and then proceed with the panel data regression. The
results of
calculations with the DEA method shows that the average level of
efficiency of
bank BNI 96.15%, 92.56% of BRI, Mandiri and BTN 98.50% 96.51%.
With panel
data regression results showed that the only assets that have a
significant effect on
the performance efficiency of the bank limited company in
Indonesia, while third-
party funds and loans provided no significant effect on the
efficiency performance
of banks limited company in Indonesia.
Keywords : efficiency, DEA (Data Envelopment Analysis), panel
data
regression.
-
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar tingkat
efisiensi pada bank
persero. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis pengaruh
asset, dana pihak
ketiga dan kredit yang diberikan terhadap kinerja efisiensi bank
persero di
Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu DEA (
Data
Envelopment Analysis ) dan kemudian dilanjutkan dengan regresi
panel data.
Hasil perhitungan dengan metode DEA menunjukan bahwa rata - rata
tingkat
efisiensi bank BNI sebesar 96.15%, BRI 92.56%, MANDIRI 98.50%
dan BTN
96.51%. Dengan regresi panel data hasil penelitian menunjukan
bahwa hanya
asset yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja efisiensi
bank persero di
Indonesia sedangkan dana pihak ketiga dan kredit yang diberikan
tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja efisiensi bank persero
di Indonesia.
Kata kunci : efisiensi, DEA ( Data Envelopment Analysis ),
regresi panel data.
-
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, hanya kepada Allah SWT segala puji dan syukur
penulis
panjatkan. Tidak ada daya dan kekuatan tanpa kehendak-Nya. Cukup
bagiku
Allah sebagai penolong dan pelindung. Teriring salam dan salawat
kepada
kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Penulis berusaha seoptimal mungkin mencurahkan segala
kemampuan
yang penulis miliki dalam penyelesaian skripsi ini, namun
mungkin terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan maupun
pembahasannya. Oleh
karena itu, kritik serta saran sangat dibutuhkan demi
menghasilkan sebuah karya
penelitian yang sempurna. Hasil penelitian yang ditemukan dalam
penelitian ini
sangat ditentukan oleh data variabel yang digunakan, metode
penelitian serta
kemampuan memahami, mengelola dan menafsirkan sang penulis.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari kontribusi banyak
pihak,
karenanya penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih
kepada semua
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung membantu,
mendorong, serta
memberikan inspirasi sehingga skripsi ini bisa selesai sesuai
dengan target.
Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu menyebut namaku
disetiap
lantunan doa yang dipanjatkan. Terima kasih atas doa dan
harapanmu
semoga Allah kelak membalasnya dengan yang lebih baik.
2. Kakak dan adikku tercinta, Dewi dan Yusuf. Terima kasih atas
canda tawa
yang selalu kalian taburkan disaat kakakmu ini sedang sendu.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB yang telah
banyak
membantu dan memotivasi penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan FEB
dan
sekaligus menjadi pembimbing I yang telah banyak memberikan
masukan,
motivasi, serta mengoreksi kesalahan – kesalahan dalam skripsi
penulis.
-
v
5. Bapak Ade Ananto Terminanto, SE, MM selaku pembimbing II yang
telah
banyak membantu dan memotivasi penulis menyelesaikan skripsi
ini.
6. Teman dekat ku Awal, terima kasih telah memberikan semangat
agar
skripsi ini cepat selesai, terima kasih…..
7. Sahabat – sahabat seperjuanganku di manajemen perbankan.
Dini, Nadia,
Dewi, Bayu, Yolan, Pinkan, Zadi, Dani, Wulan, Peri, Robi, dll.
Jangan
lupakan akuuu…
8. Teman manajemen B, Ria, Umi, Adlin, Neneng, Nidia, Bimo, Ari,
Ole,
Haikal, Aghi, Hakim, Kidut dan juga yang lainnya yang telah
berbagi
bersama selama penulis kuliah. Salam cinta dariku untuk kalian
semua.
9. Terima kasih kepada Abee dan Ria yang telah membantu
penulis
mempelajari program untuk mengolah data penelitian. Terima kasih
atas
bantuannya...
Akhirnya penulis panjatkan doa kehadirat Allah SWT yang Maha
Mendengar dan Maha Pengabul Doa setiap hamba-Nya, untuk selalu
memberikan
kemudahan-kemudahan atas setiap kesulitan yang datang dan
membalas kebaikan
kita semua dengan yang lebih baik, serta menjadikan skripsi ini
kebaikan bagi
penulis dan memberikan manfaat bagi siapa yang membacanya.
Amin...........
Jakarta, Agustus 2011
Novi Widyastuti
-
vi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup i
Abstract ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian 7
2. Manfaat Penelitian 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.
A. Pengantar 9
B. Pengertian Bank 9
C. Jenis – Jenis Bank 12
D. Sumber – Sumber Dana Bank 14
-
vii
E. Usaha Bank Umum 16
1. Kegiatan Penghimpunan Dana 17
2. Kegiatan Penyaluran Dana 17
3. Penyediaan Jasa – Jasa 19
F. Laporan Keuangan Bank Umum 20
1. Pengertian Laporan Keuangan 20
2. Laporan Keuangan Bank Umum 22
G. Rentabilitas 23
H. Bank Persero 25
I. Penelitian Terdahulu 26
J. Keterkaitan Antar Variabel 31
K. Kerangka Pemikiran 33
L. Hipotesis Penelitian 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 37
B. Metode Penentuan Sample 37
C. Metode Pengumpulan Data 38
D. Metode Analisis Data
1. Data Envelopment Analysis(DEA) 39
2. Regresi Data Panel 42
E. Operasional Variabel Penelitian 45
-
viii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bank Pemerintah 48
2. Restrukturisasi Perbankan Indonesia 50
B. Hasil Perhitungan Efisiensi Bank Persero
1. Bank Negara Indonesia (BNI) 53
2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) 58
3. Bank Mandiri 62
4. Bank Tabungan Negara (BTN) 65
5. Efisiensi Bank Persero 69
6. Pengujian Hipotesis Efisiensi 70
7. Analisis Regresi Panel Data Fixed Effect 72
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
1. Kesimpulan 75
2. Implikasi 76
DAFTAR PUSTAKA 77
LAMPIRAN 79
-
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
2.1 Penelitian Terdahulu 28
3.1 Tabel Sampel Penelitian 38
4.1 Efisiensi Bank BNI 54
4.2 Table of peer units BNI 2009 56
4.3 Table Of Target Values 57
4.4 Efisiensi Bank BRI 58
4.5 Table Of Peer Units BRI 2007 60
4.6 Table Of Target Values 61
4.7 Efisiensi Bank Mandiri 62
4.8 Table Of Peer Units 64
4.9 Table Of Target Values 65
4.10 Efisiensi Bank BTN 66
4.11 Table Of Peer Units 68
4.12 Table Of Target Values 69
4.13 Rata – Rata Efisiensi Bank Persero 71
4.14 Rata – Rata Skor Efisiensi Bank Persero 71
-
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
2.1 Proses Akuntansi 21
2.2 Kerangka Pemikiran 34
4.1 Grafik Tingkat Efisiensi Bank BNI tahun 2001 – 2009 55
4.2 Grafik Tingkat Efisiensi Bank BRI Tahun 2001 – 2009 59
4.3 Grafik Tingkat Efisiensi Bank Mandiri Tahun
2001 – 2009 63
4.4 Grafik Tingkat Efisiensi Bank BTN Tahun 2001 – 2009 67
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Hal
1 Variabel Input Output Tingkat Efisiensi 79
2 Variabel Input di Log 81
3 Output Hasil Uji Efisiensi Bank Persero 83
4 Output Hasil Uji Refresi Panel Data Fixed Effect 123
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengelolaan bank umum pada dekade 1990-an merupakan tugas
yang
amat menantang. Kondisi perekonomian yang sedemikian sulit,
terjadinya
perubahan peraturan yang cepat, persaingan yang semakin tajam,
dan
berbagai kecenderungan lain dalam industri perbankan menjadikan
alasan
perlunya manajemen bank yang solid agar mampu menghadapi dan
mengantisipasi semua keadaan. Konsep dan teknik yang digunakan
dan
dikembangkan bank begitu cepat menjadi ketinggalan dan harus
segera
diperbaharui. Demikain pula pasar yang dilayani bank demikian
cepat
mengalami perubahan secara dramatis, terutama sejak memasuki
tahun
1990-an. Dalam menghadapi meningkatnya kompleksitas dalam
pengambilan keputusan, banyak manajemen bank menganggap hal
tersebut sebagai suatu beban dan sangat menyusahkan. Sebaliknya,
banyak
bank lain yang menjadikannya sebagai suatu kondisi untuk menilai
kinerja
manajemen bank.(Dahlan Siamat,2005:275).
Pada umumnya, kinerja perbankan Indonesia sebelum terjadinya
krisis
ekonomi cukup baik dan menunjukan kemajuan. Hal ini dapat
dilihat dari
mobilisasi dana pada tahun 1996 mencapai Rp 414 triliun, dana
pihak
ketiga, giro, tabungan dengan deposito serta kredit mengalami
kenaikan
menjadi Rp 304 triliun dari Rp 266 triliun. Efisiensi pada tahun
tersebut
-
2
juga masih dapat dikatakan baik. Rasio biaya operasional
terhadap
pendapatan operasional menunjukan nilai 92%, ROE 16.96%, CAR
menunjukan peningkatan rata – rata 12.10%.
Industri perbankan saat ini sudah membaik tapi perbankan
Indonesia
belum efisien. Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga
(loan-to-deposit
ratio/LDR perbankan Indonesia masih rendah, hal itu menandakan
bahwa
penyaluran kredit belum optimal, karena dana yang disalurkan
untuk
kredit masih sekitar 70% dari total dana pihak ketiga (DPK).
Menurut
ketentuan BI, LDR yang netral berada di kisaran 85-110 persen.
Kredit
bermasalah juga menyebabkan tidak optimumnya fungsi
intermediasi
perbankan. Persoalan lain dalam perbankan yaitu terjadinya
ekses
likuiditas, hal ini terlihat dalam besarnya dana bank yang
ditempatkan di
BI dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Selama ini, penilaian mengenai kinerja keuangan perbankan di
Indonesia telah banyak dibahas dan disajikan dengan metodologi
CAMEL
sedangkan di dalam penelitian ini akan meniliai kinerja
perbankan
berdasarkan tingkat efisiensi. Di lain pihak, pemahaman akan
kinerja
efisiensi bank mutlak diperlukan dalam situasi persaingan
industri
perbankan yang semakin ketat, terutama untuk menganstisipasi
kriteria
bank jangkar seperti yang syaratkan di dalam Arsitektur
Perbankan
Indonesia ( API ).
Efisiensi merupakan akar permasalahan kesehatan dan sumber
pertumbuhan perbankan. Fenomena munculnya bank-bank besar
dan
-
3
merger perbankan juga ditujukan untuk mendapatkan efisiensi.
Hukum too
big too fail pada perbankan konvensional telah mendorong
perbankan
untuk meningkatkan skala usaha dalam rangka meningkatkan
efisiensi(Priyonggo Suseno,2008 ).
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara
teoritis
merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja
sebuah
organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan
input
yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada
saat
pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi
bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input
yang ada,
atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat
output
tertentu. Dengan diidentifikasikannya alokasi input dan output,
dapat
dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab
ketidakefisiensian.
Sedangkan efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu
parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan
karena
merupakan jawaban atas kesulitan - kesulitan dalam menghitung
ukuran-
ukuran kinerja sebagaimana disebutkan di atas. Sering kali,
perhitungan
tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk
dalam
kriteria “sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan.
Sebagaimana diketahui,
industri perbankan adalah industri yang paling banyak diatur
oleh
peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi ukuran kinerja
dunia
perbankan. Capital Adequacy Ratio (CAR), Reserve Requirement,
Legal
Lending Limit dan kredibilitas para pengelola bank adalah
contoh
-
4
peraturan-peraturan yang sekaligus menjadi kriteria kinerja di
dunia
perbankan ( Muliaman D.Hadad, dkk, 2003).
Suatu bank dikatakan efisien secara teknik apabila mampu
menghasilkan output maksimal dengan sumber daya input tertentu
atau
menghasilkan output tertentu dengan sumber daya input minimal.
Oleh
karena itu diperlukan cara untuk mengukur kinerja suatu bank
yang dapat
menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola input menjadi
output
yang menunjukan ukuran efisiensi relatif suatu bank.
Studi empiris tentang kinerja efisiensi bank telah banyak
dilakukan.
Muliaman D. Hadad, dkk. (2003) mereka melakukan studi pada
periode
tahun 1995 sampai 2003. Studi ini menggunakan dua metode
parametrik
untuk menganalisis tingkat efisiensi bank di Indonesia. Hasil
dari studi
tersebut menunjukan bahwa bank asing campuran merupakan
kategori
bank paling efisien dibandingkan dengan kategori lainnya.
Zaenal Abidin ( 2007 ) mengevaluasi kinerja efisiensi 93 bank
umum
di Indonesia pada periode tahun 2002 sampai 2005. Hasil
temuan
menunjukkan bahwa kelompok bank asing dan bank pemerintah
menunjukan lebih efisien dibandingkan kelompok bank lain. Secara
rata –
rata tingkat efisiensi 93 bank umum mengalami peningkatan dari (
0.776 )
ditahun 2002 menjadi ( 0.793 ) di akhir tahun 2003 tetapi
kemudian
mengalami penurunan di tahun 2004 dan 2005 yaitu sebesar 0.782
dan
0.736. Pada bank Persero, bank BNI, BRI dan Mandiri selalu
mencapai
-
5
tingkat efisiensi 100 %. Sedangkan bagi BTN, selama 2 tahun
terakhir
hanya mencapai 89 % dan 97 % di bandingkan seluruh jenis
bank.
Sari Yuniarti ( 2007 ) meneliti efisiensi kinerja pada bank
berstratifikasi dengan kategori bank kegiatan terbatas, bank
fokus, dan
bank nasional yang go public pada tahun 2005-2007 dengan
menggunakan
pendekatan Data Envelopment Analysis. Hasil penelitian
menunjukan rata
– rata kinerja efisiensi relatif pada bank – bank go public dari
tahun 2005-
2007 mengalami peningkatan efisiensi yang cukup baik. Efisiensi
yang
paling baik dicapai oleh Bank Capital Indonesia, Bank Lippo,
Bank Panin,
Bank Victoria Internasional yang masing – masing merupakan
kategori
bank fokus serta Bank BCA dan Bank BRI yang masuk dalam
kategori
bank nasional ( nilai efisiensi relative 1,0000 atau 100% ).
Dengan keunggulan yang dimilki DEA sebagai alat analisis
efisiensi
bank, penulis akan menggunakan DEA dalam mengukur tingkat
efisiensi
bank persero. Kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi data
panel
untuk menganalisis apakah total asset, dana pihak ketiga, dan
kredit yang
diberikan mempengaruhi tingkat efisiensi pada bank persero.
Dengan juga menganalisis total asset, dana pihak ketiga, dan
kredit
yang diberikan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi
penelitian –
penelitian sebelumnya yang hanya menganalisis efisiensi
perbankan di
Indonesia, antara lain Priyonggo Suseno (2008) yang meneliti
tingkat
efisiensi perbankan syariah di Indonesia, Zaenal Abidin ( 2007 )
yang
meneliti kinerja efisiensi 93 bank umum di Indonesia, Yuliani
(2007) yang
-
6
meneliti hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap
kinerja
profitabilitas untuk perusahaan perbankan go public di
Indonesia. Maka
penulis mengangkat judul “ Analisis Pengaruh Total Asset, Dana
Pihak
Ketiga, Dan Kredit Yang Diberikan Terhadap Kinerja Efisiensi
Bank
Persero di Indonesia”.
Peneliti memilih bank persero sebagai sampel dalam penelitian
karena
secara mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Apabila
bank
persero memiliki tingkat efisiensi yang baik, maka masyarakat
tidak akan
ragu – ragu untuk menyimpan uang mereka di bank. Bank persero
dapat
dikatakan sebagai bank yang dijadikan patokan para masyarakat,
karena
apabila bank persero tidak efisien, maka masyarakat tidak akan
percaya
lagi kepada bank persero, dan masyarakat akan beralih ke bank –
bank
lainnya, seperti bank asing, bank swasta nasional. Apabila hal
ini terjadi,
maka masyarakat tidak akan menyimpan uang mereka di bank –
bank
pemerintah, dan akan menurunkan tingkat keuntungan bank
pemerintah itu
sendiri.
Bank persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil
jumlahnya
menjadi hanya 4 bank. Kebijakan pemerintah terhadap bank
persero
dilakukan dengan menggabungkan ( merger ) Bank Bumi Daya,
Bank
Pembangunan Indonesia dan Bank Dagang Negara ke dalam Bank
Mandiri, sementara BTN, BNI 46 dan BRI tetap terus beroperasi
seperti
sebelumnya. Bank Ekspor Impor Indonesia berubah menjadi Bank
Ekspor
-
7
Indonesia yang tidak lagi beroperasi sebagai bank dan berubah
fungsi
menjadi lembaga pembiayaan ekspor.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
masukan
kepada pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi
penyebab-penyebab
ketidakefisienan sehingga dapat pula dibuat kebijakan-kebijakan
yang
mengarah pada langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan
oleh
perbankan di Indonesia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan
pula
pengambil kebijakan mengambil langkah-langkah tepat baik bagi
bank
yang sudah sangat tidak efisien (exit policy) ( Muliaman D.
Hadad, dkk,
2003 ).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan
masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efisiensi bank persero dengan metode
DEA
(Data Envelopment Analysis) ?
2. Bagaimana pengaruh Total Asset, Dana Pihak Ketiga, dan
Kredit
yang Diberikan terhadap tingkat efisiensi bank persero ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
8
a. Menganalisis tingkat kinerja efisiensi bank persero (
BRI,
BNI, MANDIRI, dan BTN ) dilihat dari metode Data
Envelopment Analysis ( DEA ).
b. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh Total
Asset, Dana Pihak Ketiga, dan Kredit yang Diberikan
terhadap tingkat efisiensi bank persero.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan
memberikan
manfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis, penelitian ini akan menjadi salah satu cara
untuk mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu
akademis yang telah didapatkan di bangku kuliah.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengambil
keputusan tentang kinerja efisiensi bank yang ada di
Indonesia.
c. Dapat memberikan informasi tentang kinerja efisiensi bank
di Indonesia bagi pihak – pihak yang berkepentingan
dengan studi ini.
d. Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan
perbandingan mengenai kinerja efisiensi bank bagi
penelitian selanjutnya.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengantar
Dalam Bab II ini, akan diuraikan kerangka teori yang digunakan
sebagai
landasan yang berkaitan dengan tingkat kinerja efisiensi bank
Persero di
Indonesia yang diteliti dapat memilki landasan keilmuan yang
kuat.
Setelah uraian kerangka teori, akan diuraikan penelitian –
penelitian
sebelumnya sebagai landasan pembanding atau rujukan metodologi
yang
digunakan. Pengertian bank, jenis – jenis bank, kegiatan bank,
dan lain – lain
akan dipaparkan dan dijelaskan lebih detail.
B. Pengertian Bank
Banyak definisi mengenai bank, pada dasarnya semua definisi
tersebut
tidak berbeda satu sama lain, perbedaannya hanya pada tugas atau
usaha bank.
Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas
utamanya
sebagai perantara ( financial intermediary ) untuk menyalurkan
penawaran
dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan (Ahmad Rodoni,
2006:21).
Menurut Kasmir (1999:23), dalam pembicaraan sehari – hari,
bank
dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima
simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal
sebagai
tempat untuk meminjam uang ( kredit ) bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Disamping itu bank juga dikenal sebagai tempat
untuk
-
10
menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam
bentuk
pembayaran dan setoran.
Pengertian bank menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 adalah :
1) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk
lainnya,
dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
2) Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah
yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
3) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu
lintas pembayaran.
Definisi bank di atas memberi tekanan bahwa usaha utama bank
adalah
menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber
dana
bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank
tidak
semata – mata memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya
bagi
pemilik tapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada
peningkatan
taraf hidup masyarakat ( Dahlan Siamat, 2005:275-276 ).
-
11
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi
bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
keuangan,
artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang
keuangan.
Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah
keuangan.
Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang lebih dikenal dengan istilah di dunia
perbankan
adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya
adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari
masyarakat
luas.
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan
cara
memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan
dananya
dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih
oleh
masyarakat adalah giro, tabungan, sertifikat deposito, dan
deposito.
Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak
perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan
diberikan
kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga,
bagi hasil,
hadiah, pelayanan, atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas
jasa yang
diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan
uangnya.
Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai
rangsangan
dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk
menanamkan
dananya.
Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari
masyarakat,
maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau
dijualbelikan
-
12
kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal
dengan
istilah kredit ( lending ). Dalam pemberian kredit juga
dikenakan jasa
pinjaman kepada penerima kredit ( debitur ) dalam bentuk bunga
dan
biaya administrasi
Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga
simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan,
maka
semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula
sebaliknya.
Disamping bunga simpanan pengaruh besar kecil bunga pinjaman
juga
dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang
dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh
lain –
lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun ( funding
) dan
menyalurkan dana ( lending ) ini merupakan kegiatan utama
bank(Kasmir,
1999:23-25).
C. Jenis – Jenis Bank
Kasmir,1999, dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini
terdapat
beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang – Undang
Perbankan.
Jika kita melihat jenis perbankan sebelum keluar Undang – Undang
Perbankan
nomor 10 Tahun 1998 dengan sebelumnya yaitu Undang – Undang
nomor 14
Tahun 1967, maka terdapat beberapa perbedaan. Namun kegiatan
utama atau
pokok bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana
dari
masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu sama
lainnya.
-
13
Bank – bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada
dasarnya
dikelompokkan ke dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (
BPR ).
Sedangkan Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral. Namun
demikian,
sejalan dengan terjadinya perubahan dalam sistem keuangan
terutama yang
terkait dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak di
keluarkannya
undang – undang di bidang keuangan dan perbankan, bank yang
beroperasi di
Indonesia dapat dibedakan berdasarkan ( Dahlan Siamat,2005:47
):
1. Fungsi, yaitu :
Bank Sentral;
Bank Umum;
Bank Perkreditan Rakyat.
2. Kepemilikan, yaitu :
Bank Persero ( Bank Pemerintah );
Bank Umum Swasta Nasional;
Bank Asing;
Bank Pemerintah Daerah;
Bank Campuran.
3. Sistem Pengenaan Bunga, yaitu :
Bank Konvensional;
Bank Syariah.
4. Kegiatannya di Bidang Devisa, yaitu :
Bank Devisa ( foreign exchange bank );
Bank Non Devisa ( non foreign exchange bank ).
-
14
Sebagai konsekuensi diundangkannya UU No.7 Tahun 1992
tentang
perbankan menggantikan UU No.14 Tahun 1967, bank – bank yang
sebelumnya beroperasi sebagai bank tabungan, bank pembangunan,
dan bank
koperasi, semuanya dikelompokan menjadi bank umum. Sementara
bank
pasar, bank desa, dan lembaga kredit pedesaan lainnya yang
telah
mendapatkan pengukuhan dari Menteri Keuangan, berubah status
menjadi
BPR. Sementara itu Bank Indonesia melakukan fungsinya sebagai
bank
sentral dan melakukan pengaturan, pengawasan, dan pembinaan
terhadap
sektor perbankan. Namun demikian berdasarkan ketentuan
perundangan, bank
– bank umum pada dasarnya dapat memilih untuk berkonsentrasi
melakukan
kegiatan pada segmen usaha tertentu sebagai strategi bisnisnya,
misalnya:
bank tabungan, bank pembangunan, dan bank koperasi. Akan tetapi,
secara
kelembagaan bank – bank tersebut tetap sebagai bank umum (
Dahlan Siamat,
2005:48 ).
D. Sumber – Sumber Dana Bank
Sumber utama dana bank berasal dari simpanan dalam bentuk
giro
(demand deposit), deposito berjangka (time deposit), dan
tabungan (saving
deposit). Ketiga jenis dana ini sering disebut sebagai sumber
dana tradisional
bank. Sumber – sumber dana bank dalam bentuk simpanan tersebut
dapat
berasal dari masyarakat maupun dari institusi. Di samping itu,
sumber dana
bank dapat pula berasal dari modal dan sumber lainnya yang tidak
termasuk
dari kedua sumber tersebut diatas.
-
15
1. Giro
Giro atau demand deposit sering juga disebut cheking account
adalah simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran
dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan
cek, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara
pemindahbukuan. Karena sifat penarikannya yang dapat
dilakukan
setiap saat tersebut, maka giro ini merupakan sumber dana
yang
sangat labil bagi bank.
2. Deposito Berjangka
Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
menurut
perjanjian antara penyimpan dengan bank. Sumber dana ini
memiliki cirri – cirri pokok, yaitu jangka waktu
penarikannya
tetap, oleh karena itu sering disebut fixed deposit yang
umumnya
memiliki jangka waktu jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
12
bulan, dan 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat
ditarik
atau diuangkan pada saat jatuh temponya oleh pihak bank yang
namanya tercantum dalam bilyet deposito. Oleh karena itu,
deposito berjangka merupakan simpanan atas nama.
Selanjutnya,
deposito yang ditarik oleh deposan sebelum jangka waktu
jatuh
temponya sebagaimana yang telah diperjanjikan, bank
mengenakan
penalti kepada deposan dan hak pendapatan bunga tidak
diperhitungkan oleh bank atas deposito berjangka tersebut.
-
16
3. Tabungan
Tabungan (savings deposit) adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat
yang
dipersamakan dengan itu.
4. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito atau sertificate of deposit sering disingkat
CD
saja adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat
diperjualbelikan. Bentuk simpanan tersebut sampai saat ini,
khususnya dalam masyarakat perbankan Indonesia, belum begitu
populer sebagai mana deposito berjangka dan tabungan. Oleh
karena itu, dana perbankan yang bersumber dari jenis simpanan
ini
jumlahnya lebih kecil dibandingkan sumber dana lainnya.
E. Usaha Bank Umum
Kegiatan usaha bank umum yang diatur dalam UU No.10 Tahun
1998
tentang perubahan UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan dapat
dikelompokkan ke dalam tiga jenis kegiatan sebagai berikut :
1. Penghimpunan dana,
2. Penyaluran atau penggunaan dana,
3. Pemberian jasa – jasa dalam lalu lintas pembayaran.
-
17
1. Kegiatan Penghimpunan Dana
Kegiatan usaha bank dalam menghimpun atau memobilisasi dana
antara lain dapat berupa :
a. Giro ( demand deposits );
b. Deposito berjangka ( time deposit );
c. Sertifikat deposito ( certificate of deposit );
d. Tabungan ( saving deposits );
e. Bentuk simpanan lainnya, misalnya deposit on call;
f. Menerbitkan atau menjual surat pengakuan utang, baik
jangka
pendek misalnya wesel, promes ( promissory notes ), atau
commercial paper, maupun jangka panjang misalnya obligasi (
bonds );
g. Menerima pinjaman dana dari bank lain (interbank
borrowing);
h. Menjual surat – surat berharga yang dimiliki dengan cara
transaksi jual putus ( outright ) atau dengan janji membeli
kembali ( repurchase agreement );
i. Menerbitkan Medium Term Notes ( MTN ) dan Floating Rate
Notes ( FRN ); dan
j. Simpanan dalam rangka program pensiun (Dana Pensiun
Lembaga Keuangan).
2. Kegiatan Penyaluran Dana
Kegiatan usaha bank yang terkait dengan penyaluran dana
kepada
masyarakat atau pihak lain antara lain berupa :
-
18
a. Pemberian kredit ( loan ) dengan sistem konvensional;
b. Menyediakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah;
c. Membeli surat – surat wesel termasuk akseptasi bank (
banker’s acceptance );
d. Membeli surat pengakuan hutang jangka pendek misalnya,
promissory notes, akseptasi bank ( banker’s acceptance ),
wesel ( bill of exchange ), atau commercial papper;
e. Membeli surat berharga jangka panjang, misalnya obligasi
korporasi ( corporate bonds );
f. Membeli surat berharga dengan janji menjual kembali
(reverse repo );
g. Menempatkan dana pada bank lain berupa interbank call
money,deposit on call, deposito berjangka, dan sertifikat
deposito;
h. Membeli surat Pembendaharaan Negara ( Treasury Bills );
i. Membeli Obligasi Negara ( Treasury Bonds );
j. Penempatan pada Bank Indonesia berupa Sertifikat Bank
Indonesia, Fasilitas Simpanan Bank Indonesia ( FASBI ), di
samping untuk pemenuhan Giro Wajib Minimum;
k. Memberikan pembiayaan anjak piutang;
l. Melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan
lain di bidang keuangan, seperti perusahaan efek, modal
-
19
ventura, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan.
3. Penyediaan Jasa – Jasa
Di samping kegiatan penhimpunan dana dan penyaluran
dana, bank umum juga menyediakan jasa – jasa terutama dalam
rangka lalu lintas pembayaran yang meliputi:
a. Pemindahan uang ( transfer dana ) baik secara manual
maupun secara on line atau electronic;
b. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga
(collection );
c. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga ( safety box );
d. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan kontrak ( custodian );
e. Bertindak sebagai wali amanat ( trustee );
f. Memberikan jaminan letter of credit ( L/C );
g. Bertindak sebagai sub registry dalam perdagangan Obligasi
Negara dengan izin Bank Indonesia;
h. Memberikan bank garansi;
i. Bertindak sebagai penanggung ( guarantor ) dalam
penerbitan obligasi;
-
20
j. Memberikan pelayanan financial advisory;
k. Bertindak sebagai arranger dalam hal penerbitan surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek ( misalnya
commercial paper );
l. Memberikan jasa pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri,
yang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau
pembelian piutang tersebut ( factoring );
m. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun;
n. Memberikan pelayanan penukaran uang ( money changer );
o. Memberikan pelayanan dalam penarikan tunai atau
pembayaran transaksi dengan menggunakan kartu ATM (
Automated Teller Machine ); kartu debet ( debit card );
kartu kredit ( credit card )
p. Menerbitkan draft, yaitu surat perintah bayar tidak
bersyarat yang diterbitkan bank kepada korespondennya;
q. Menerbitkan cek perjalanan ( traveler’s check ).
F. Laporan Keuangan Bank Umum
1. Pengertian Laporan Keuangan
Berbicara mengenai laporan keuangan ( Financial Statement )
tidak
dapat dipisahkan dari proses akuntansi, yaitu “seni daripada
pencatatan,
-
21
penggolongan dan peringkasan peristiwa – peristiwa dan kejadian
–
kejadian yang setidak – tidaknya sebagian bersifat keuangan
dengan cara
setepat – tepatnya dan dengan petunjuk atau dinyatakan dalam
uang, serta
penafsiran terhadap hal – hal yang timbul daripadanya”. Hasil
dari proses
pencatatan tersebut adalah suatu ringkasan dari kondisi
keuangan
perusahaan. Ringkasan inilah yang disebut Laporan Keuangan (
Jopie
Jusuf, 2010 : 3 ).
Gambar 2.1
Proses Akuntansi
Transparansi di bidang laporan keuangan bank, sudah menjadi
suatu
kewajiban, bagi bank umum wajib mempublikasikan laporan
keuangan
melalui media cetak, demikian halnya dengan Bank Indonesia
berdasarkan
Undang – Undang No. 23/1999, diwajibkan menyusun laporan
keuangannya sebagai salah satu wujud akuntabilitas sebagaimana
diatur
dalam pasal 58 UU tersebut.
Tujuan diadakannya Laporan Keuangan adalah :
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
JOURNAL LEDGER FINANCIAL
STATEMENT
INCOME
STATEMENT
BALANCE
SHEET
-
22
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan aktiva netto ( aktiva dikurangi kewajiban ) suatu
perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
memperoleh laba.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai
perubahan
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai
aktivitas pembiayaan dan investasi.
e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai
kebijakan
akuntansi yang dianut perusahaan.
2. Laporan Keuangan Bank Umum
Laporan keuangan yang disajikan oleh Bank Umum untuk
dipublikasikan kepada masyarakat, berpedoman pada Peraturan
Bank
Indonesia No. 3/22/PBI tanggal 13 Desember 2001 tentang
tranparansi
Kondisi Keuangan Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia
No.3/30/DPNP
tanggal 14 Desember 2001 tentang Laporan Keuangan Publikasi
Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta laporan tertentu yang
disampaikan kepada Bank Indonesia ( Drs Selamet Riyadi, 2004 :
12 ).
-
23
Laporan keuangan bank umum terdiri dari :
a. Neraca
b. Perhitungan Laba Rugi dan Saldo Laba
c. Komitmen dan Kontijensi
d. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
e. Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya
f. Transaksi Valuta Asing dan Derivatif
g. Perhitungan Rasio Keuangan
h. Pembelian Kredit dari Badan Penyehatan Perbankan
Nasional/BPPN ( jika ada ).
G. Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara
laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan
kata lain
rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba
selama periode tertentu.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
rentabilitas antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen
sebagai
berikut :
1. Return On Assets ( ROA )
Rasio ini menunjukan perbandingan antara laba ( sebelum pajak
)
dengan total asset bank, rasio ini menunjukan tingkat
efisiensi
pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank yang
bersangkutan.
-
24
Laba sebelum pajak
Return On assets ( ROA ) = X 100 %
Rata – rata total asset
2. Return On Equity ( ROE )
Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh
pemilik bisnis ( pemegang saham ) atas modal yang dia setorkan
untuk
bisnis tersebut. ROE merupakan indikator yang tepat untuk
mengukur
keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang sahamnya.
Laba setelah pajak
Return On Equity ( ROE ) = X 100 %
Rata – rata modal inti
3. Biaya Operasional dibagi dengan Pendapatan Operasional
(BOPO)
BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional
dengan
Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO
berarti
semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih
efisien
dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.
Biaya Operasional
BOPO = X 100 %
Pendapatan Operasional
-
25
H. Bank Persero
Bank persero, atau juga sering disebut Bank BUMN, pada awalnya
masing
– masing didirikan dengan undang – undang tersendiri dimana
diatur
mengenai bidang tugas masing – masing bank. Selanjutnya, dalam
kegiatan
operasionalnya, bank persero tetap tunduk pada undang – undang
tentang
perbankan. Dengan diundangkannya UU No.7 tahun 1992 tentang
perbankan,
bank – bank persero lebih lanjut ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Bank persero, atau sering disebut juga bank pemerintah, adalah
bank
umum yang secara mayoritas sahamnya dimilki pemerintah. Di awal
dekade
2000-an , pemerintah melakukan restrukturisasi yang sangat
fundamental
terhadap bank – bank persero sebagai dampak terjadinya krisis
perbankan.
Bank persero yang sebelumnya berjumlah 7 bank diperkecil
jumlahnya
menjadi hanya 4 bank.
Kebijakan pemerintah terhadap bank persero dilakukan dengan
menggabungkan ( merger ) Bank Bumi Daya, Bank Pembangunan
Indonesia,
dan Bank Dagang Negara ke dalam Bank Mandiri. Sementara BTN,
Bank BNI
46, dan BRI tetap terus beroperasi seperti sebelumnya. Bank
Ekspor Impor
Indonesia berubah menjadi Bank Ekspor Indonesia yang tidak lagi
beroperasi
sebagai bank dan berubah fungsi menjadi lembaga pembiayaan
ekspor.
Dengan demikian, fungsi Bank Exim sebelumnya sebagai bank umum
kini
tidak lagi dilakukan. Komposisi kepemilikan bank persero juga
ikut
mengalami perubahan, di mana saham bank – bank persero tidak
lagi
sepenuhnya dimiliki pemerintah. Beberapa bank persero telah
menjadi bank
-
26
publik melalui penjualan sebagian sahamnya melalui pasar modal (
divestasi )
antara lain Bank BNI, Bank Mandiri, dan Bank BRI.
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian Maria Sophia Aguirre, Thomas K. Lee dan Themis D.
Pantos yang berjudul Universal versus Functional Banking Regimes
: The
Strucrure Conduct Performance Hypothesis Revisited. Penelitian
dilakukan
dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Penelitian ini
dilakukan di
sepuluh Negara dengan total 133 bank.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat
kuantitatif seperti
“Stochastic Cost Frontier”. Analisis ini bertujuan untuk melihat
hubungan
keterkaitan antara ukuran dan sistem perbankan terhadap kinerja
bank.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat manfaat apa yang
diperoleh oleh bank,
apakah lebih baik bila beroperasi sistem fungsional, yaitu
adanya batas –
batasan dalam melakukan kegiatan atau dengan sistem universal,
yaitu bank
bebas dalam setiap melakukan kegiatannya.
Zaenal Abidin dengan judul Kinerja Efisiensi Pada Bank Umum.
Penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja efisiensi 93 bank umum
di
Indonesia pada periode tahun 2002 hingga tahun 2005. Metode
analisis yang
digunakan adalah Data Envelopment Analysis ( DEA ). Hasil
penelitian
menunjukan bahwa kelompok bank asing dan bank pemerintah
menunjukan
lebih efisien dibandingkan dengan kelompok bank lain.
-
27
Variabel yang digunakan oleh Zaenal Abidin yaitu pada variabel
input
terdiri dari Dana Pihak Ketiga, Biaya Bunga, Biaya Operasional
lainnya,
sedangkan variabel outputnya adalah besarnya kredit, Pendapatan
Bunga, dan
Pendapatan Operasional lainnya.
Penelitian Priyonggo Suseno, SE, MSc. yang berjudul Analisis
Efisiensi
dan Skala Ekonomi pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia.
Penelitian
ini memiliki dua tujuan utama, pertama mengukur tingkat
efisiensi perbankan
syariah di Indonesia pada periode 2000 – 2004 dengan pendekatan
Data
Envelopment Analysis ( DEA ). Tujuan kedua adalah menganalisis
keterkaitan
antara tingkat efisiensi dan skala usaha industri perbankan.
Analisis
menggunakan regresi data panel dengan input yang dihasilkan dari
analisis
DEA.
Penelitian ini menggunakan data panel atas 10 bank syariah di
Indonesia
dengan periode penelitian 1999 – 2004. Data yang digunakan
adalah data
tahunan.
Sementara Sari Yuniarti yang berjudul Kinerja Efisiensi Bank
Berstratifikasi Sesuai dengan Visi Arsitektur Perbankan
Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi kinerja pada bank
berstratifikasi
dengan kategori bank kegiatan usaha terbatas, bank fokus, dan
bank nasional
yang go public pada tahun 2005 sampai 2007 dengan
menggunakan
pendekatan DEA (Data Envelopment Analysis ). Variabel – variabel
yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu
variabel input
dan variabel output. Variabel input terdiri dari 3 variabel
yaitu : salary
-
28
expense ( biaya personalia ), interest expense ( biaya bunga ),
dan other non
interest expense ( biaya non bunga ). Sedangkan variabel output
terdiri dari 2
variabel yaitu : interest income ( pendapatan bunga ) dan non
interest income (
pendapatan non bunga ). Kesimpulan yang didapat adalah rata –
rata kinerja
efisiensi relatif pada bank – bank go public dari tahun 2005
sampai 2007
mengalami peningkatan efisiensi yang cukup baik. Efisiensi yang
paling baik
dicapai oleh Bank Capital Indonesia, Bank LIPPO, Bank Panin,
Bank Victoria
Internasional yang masing – masing merupakan kategori bank
fokus.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis
Hasil Akhir
1. Maria
Sophia
Aguirre,
Thomas
K. Lee
and
Themis
D.
Pantos
Universal
Versus
Functional
Banking
Regimes :
The
Structure
Conduct
Performance
Hypothesis
Revisited
Variabel
independen:
Total asset,
Total
pinjaman,
Total
deposito,
total biaya,
Variabel
dependen :
ROA, ROE,
NIM, NIR
Stochastic
Cost
Frontier
Perbankan
fungsional
secara signifikan
lebih efisien
dibandingkan
perbankan
universal.
Di bawah sistem
perbankan
fungsional, bank
– bank kecil
lebih efisien
daripada bank
mega
-
29
Lanjutan Tabel
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis
Hasil Akhir
2. Moha
mmad
Hanif
Akhtar
X-
EFFICIEN
CY Analysis
Of
Commercial
Banks In
Pakistan: A
Preliminary
Investigatio
n
Variabel
input :
Deposito,
Modal
Variabel
output:
Investasi,
pinjaman
Data
Envelop
ment
Analysis
(DEA)
Private bank lebih
efisien bila
dibandingkan
dengan bank
lainnya.
3. Yuliani Hubungan
Efisiensi
Operasional
Dengan
Kinerja
Profitabilita
s Pada
Sektor
Perbankan
Yang Go
Publik Di
Bursa Efek
Jakarta
Variable
Independ
en:
MSDN,
BOPO,
CAR,
LDR.
Variable
Dependen
:
ROA.
metode
regresi
time-
series
cross-
section
(pooled
regressio
n).
Berdasarkan hasil
perhitungan
besarnya koefisien
determinasi R2
adalah 0,792 yang
berarti bahwa
variabel-variabel
bebas dalam
penelitian ini secara
bersama-
sama/simultas
mampu memberikan
kontribusi terhadap
variabel terikatnya
(ROA) adalah
79,2%,
sedangkan sisanya
sebesar 20,8%
dipengaruhi oleh
variabel lainnya
yang tidak
dimasukkan dalam
penelitian ini.
-
30
Lanjutan Tabel
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis
Hasil Akhir
4. Zaenal
Abidin
Kinerja
Efisiensi
Pada Bank
Umum
Variabel
Input :
Dana Pihak
Ketiga,
Biaya
Bunga,
Biaya
Operasional
Lainnya..
Variabel
Output :
Besarnya
Kredit,
Pendapatan
Bunga,
Pendapatan
Operasional
Lainnya
Data
Envelop
ment
Analysis
(DEA)
Kelompok Bank
Asing dan Bank
Pemerintah Lebih
Efisien
Dibandingkan
Dengan Kelompok
Bank Lain.
5. Sari
Yuniar
ti
Kinerja
Efisiensi
Bank
Berstratifi
kasi
Sesuai
Dengan
Visi
Arsitektur
Perbankan
Indonesia
Variabel
Input:
Biaya
Personalia,
Biaya
Bunga,Biay
a Non
Bunga,
Variabel
Output:
Pendapatan
Bunga,Pend
apatan Non
Bunga
Data
Envelop
ment
Analysis
(DEA)
Rata – rata kinerja
efisiensi pada bank –
bank go public dari
tahun 2005 – 2007
mengalami
peningkatan
efisiensi yang cukup
baik.Efisiensi yang
paling baik dicapai
oleh Bank Capital
Indonesia, Bank
LIPPO, Bank Panin,
Bank Victoria
Internasional, serta
Bank BCA dan
Bank BRI.
-
31
Lanjutan Tabel
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis
Hasil Akhir
6. Muliaman
D. Hadad,
Wimboh
Santoso,
Eugenia
Mardanugr
aha,
Dhaniel
Illyas.
Pendekatan
Parametrik
Untuk
Efisiensi
Perbankan
Indonesia
Variable
Input :
Price of
Labor,
Price of
Funds,
Variable
Output :
Kredit
yang
diberikan
pihak
terkait
dengan
bank,
Kredit
yang
diberikan
pihak
lainnya.
Stochastic
Frontier
Approach
(SFA) dan
Distributio
n Free
Approach
(DFA)
Berdasarkan
metode
parametrik, skor
efisiensi DFA
lebih beragam
dibandingkan
dengan skor
efisiensi SFA,
jika digunakan
data bulanan
dan
data tahunan
yang
menggabungkan
seluruh bank.
Namun
demikian, bank
- bank
yang paling
efisien yang
dihasilkan
dengan
menggunakan
kedua
metode adalah
sama.
J. Keterkaitan Antar Variabel
Keterkaitan atau hubungan antar variabel total asset, dana pihak
ketiga dan
kredit yang diberikan terhadap tingkat efisiensi bank persero
adalah sebagai
berikut :
-
32
1. Total Asset Terhadap Tingkat Efisiensi
Penyaluran dana dalam bentuk kredit mendominasi aaset bank.
Sementara dana masyarakat merupakan sumber utama dana bank
terutama dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka.
Dalam
hal ini bank dituntut untuk dapat mengelola dana yang diterima
dari
masyarakat dalam bentuk kredit secara efisien guna menjaga
kepercayaan masyarakat.
2. Dana Pihak Ketiga Terhadap Tingkat Efisiensi
Mengelola bank sangat berbeda dengan mengelola industri pada
umumnya karena bank menjalankan usahanya dengan cara
mengelola
uang masyarakat yang menjadi nasabahnya. Oleh karena itu
penting
bagi bank untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat. Bank
dituntut
untuk selalu menjalankan kegiatan usahanya secara efisien agar
tetap
dapat bertahan dan bersaing dengan bank - bank lain dalam
menarik
minat masyarakat agar bersedia menyimpan ataupun meminjam
dana
kepada bank, dengan begitu kepercayaan masyarakat bisa tetap
terjaga.
3. Kredit Yang Diberikan Terhadap Tingkat Efisiensi
Bank adalah pelaku fungsi intermediasi, yaitu menghimpun
dana
masyarakat dan menyalurkannya ke sektor-sektor produktif.
Jika
kinerja perbankan rendah maka sektor produksi akan kekurangan
dana
-
33
sehingga tidak dapat berproduksi dengan wajar. Tingkat
efisiensi
merupakan kinerja bank yang mengukur kemampuan bank dalam
menjalankan fungsi intermediasi.
K. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka
yang
berisikan rangkuman atas semua dasar – dasar teori yang
dijadikan landasan
dalam penelitian ini. Dimana dalam kerangka pemikiran ini
diberikan skema
singkat mengenai alur penelitian yang menggambarkan proses
penelitian yang
akan dilakukan. Hal ini akan memudahkan dalam membaca proses
penelitian
yang akan penulis laksanakan.
Dalam penelitian ini, faktor – faktor tingkat efisiensi pada
perbankan yang
dapat dilihat dari tingkat kinerja bank tersebut. Adapun faktor
– faktor tingkat
efisiensi pada perbankan yaitu dapat dilihat dari laporan
keuangan bank,
seperti total asset, dana pihak ketiga, dan total kredit yang
diberikan. Dalam
penelitian ini akan diketahui apakah faktor tersebut berpengaruh
terhadap
tingkat kinerja perbankan di Indonesia.
-
34
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Bank Indonesia
Variabel Input :
Total Aset,
Dana Pihak Ketiga,
Kredit Yang Diberikan.
Direktori Perbankan Indonesia
DEA
( Data Envelopment
Analysis )
EFISIENSI
Variabel Output :
ROA,
ROE,
BOPO
Neraca
Perhitungan Rasio
Keuangan
Bank Rakyat Indonesia (BRI);
Bank Negara Indonesia (BNI);
Bank Mandiri;
Bank Tabungan Negara (BTN).
Regresi Panel
Data
-
35
L. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku,
fenomena,
atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang
merupakan
pernyataan peneliti tentang hubungan antara variabel – variabel
dalam
penelitian serta merupakan pernyataan yang paling spesifik.
Peneliti bukannya
bertahan dalam hipotesis yang telah disusun, melainkan
mengumpulkan data –
data untuk mendukung atau menolak hipotesis tersebut.
Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara yang
disusun
oleh peneliti, yang kemudian akan di uji kebenarannya melalui
penelitian yang
akan dilakukan. Melihat dari penelitian terdahulu dan tinjauan
teoritis yang
telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat efisiensi bank persero ( BRI, BNI, Mandiri, BTN
):
Ho : Bank persero (BRI, BNI, Mandiri, BTN) tidak
memiliki tingkat efisiensi yang sempurna (100 persen)
Ha : Bank persero (BRI, BNI, Mandiri, BTN) memiliki
tingkat efisiensi yang sempurna (100 persen)
-
36
2. Pengaruh total asset, dana pihak ketiga, dan kredit yang
diberikan terhadap efisiensi bank persero :
Ho : Total asset, dana pihak ketiga, dan kredit yang
diberikan tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat efisiensi bank persero ( BRI, BNI, Mandiri,
BTN ).
Ha : Total asset, dana pihak ketiga, dan kredit yang
diberikan berpengaruh signifikan terhadap tingkat
efisiensi bank persero ( BRI, BNI, Mandiri, BTN ).
-
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah bank yang termasuk ke
dalam
bank milik pemerintah atau persero, yaitu bank BRI, bank BNI,
bank
Mandiri, dan bank BTN yang beroperasi berdasarkan ketentuan
Bank
Indonesia. Horison waktu yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu pada
tahun 2001 sampai dengan 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bank persero yang tercatat di
Bank
Indonesia. Penentuan sample pada penelitian ini menggunakan
non
probability sampling atau secara tidak acak, elemen – elemen
populasi
tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sample.
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
Convenience Sampling yaitu istilah umum yang mencakup variasi
luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenience Sampling berarti unit
sampel
yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk
mengukur, dan bersifat kooperatif.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah data panel
dengan
menggunakan data tahunan dengan periode tahun 2001 hingga tahun
2009.
-
38
Data panel merupakan data yang terdiri dari beberapa objek
dalam
rentangan waktu.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder
dengan periode tahun 2001 hingga tahun 2009. Data diambil dan
diolah
dari berbagai sumber, yaitu Direktori Perbankan Indonesia.
Tabel 3.1
Tabel Sampel Penelitian
No Nama Bank Persero
1 Bank Negara Indonesia ( BNI )
2 Bank Rakyat Indonesia ( BRI )
3 Bank Mandiri
4 Bank Tabungan Negara ( BTN )
C. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian
adalah :
1. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )
Penelitian kepustakaan adalah metode pengumpulan data
yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder. Data sekunder
adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung, yaitu melalui media perantara atau pihak lain.
Penelitian
kepustakaan meliputi kegiatan pencarian, pengumpulan dan
-
39
pengkajian data dari sumber yang relevan dan dapat mendukung
dalam penelitian ini, seperti literatur beberapa buku, artikel,
jurnal
keuangan dan perbankan dan bahan lain seperti surat kabar,
internet dan media masa lain yang mempunyai relevansi dengan
permasalahan yang akan dibahas.
2. Penelitian Lapangan ( Field Research )
Metode pengumpulan data lain yang penulis gunakan untuk
mendukung penelitian kepustakaan di atas adalah penelitian
lapangan. Dari penelitian lapangan diperoleh data sekunder.
Data
sekunder diperoleh dengan mempelajari dokumen, laporan dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
1. Data Envelopment Analysis ( DEA )
Metode yang digunakan untuk analisis adalah Data
Envelopment Analysis ( DEA ). Profil ukuran kinerja suatu
Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) meliputi ekonomi, efektifitas dan
efisiensi. Pengukuran kinerja dapat memberi arah pada
keputusan
strategis yang menyangkut perkembangan suatu organisasi di
masa
datang. DEA (Data Envelopment Analysis) berfungsi untuk
mengukur efesiensi suatu organisasi yang melibatkan banyak
input
dan banyak output (multi input multi output).
-
40
Alat analisis DEA dapat digunakan untuk mengukur
efisiensi, antara lain untuk penelitian kesehatan (healt
care),
pendidikan (education), transportasi, pabrik
(manufacturing),
maupun perbankan. DEA merupakan prosedur yang dirancang
secara khusus untuk mengukur efisiensi relatif suatu UKE
yang
menggunakan banyak input dan banyak output, dimana
penggabungan input dan output tersebut tidak mungkin
dilakukan.
DEA merupakan formulasi dari program linier.
Data Envelopment Analysis (DEA) dikembangkan sebagai
model dalam pengukuran tingkat kinerja atau produktifitas
dari
sekelompok unit organisasi. Pengukuran dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan-kemungkinan penggunaan sumber daya
yang dapat dilakukan untuk menghasilkan output yang optimal.
Produktifitas yang dievaluasi dimaksudkan adalah sejumlah
penghematan yang dapat dilakukan pada faktor sumber daya
(input) tanpa harus mengurangi jumlah output yang
dihasilkan,
atau dari sisi lain peningkatan output yang mungkin
dihasilkan
tanpa perlu dilakukan penambahan sumber daya.
Ada tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi
dengan
DEA :
1. Sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relatif
yang
berguna untuk mempermudah perbandingan antara unit
ekonomi yang sama.
-
41
2. Kedua mengukur berbagai informasi efisiensi antar unit
kegiatan ekonomi untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya.
3. Menentukan implikasi kebijakan sehingga dapat
meningkatkan tingkat efisiensinya.
Keterbatasan DEA :
1. Mensyaratkan semua input dan output harus spesifik dan
dapat
diukur,
2. DEA berasumsi bahwa setiap unit input atau output identik
dengan unit lain dalam tipe yang sama,
3. Dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi adanya CRS
(constant return to scale),
4. Bobot input dan output yang dihasilkan DEA sulit untuk
ditafsirkan dalam nilai ekonomi.
Dasar pengukuran efisiensi dengan DEA adalah program
linier, transformasi program linier yang kita sebut dengan
DEA
adalah sebagai berikut :
Maksimumkan
m
maximasi ht = ∑ vrt qrt r=1
-
42
Dengan batasan atau kendala
m n
kendala ∑ vrt qrs - ∑ uit xit ≤ 0 , r = 1,2 …… m r=1 i=1
n
∑ uik xik = 1 , dan Ui dan Vr ≥ 0, dimana: i=1
qrt : adalah jumlah output r pada bidang t
xit : adalah jumlah input i pada bidang t
qrs : adalah jumlah input r pada bidang s
xit : adalah jumlah ouput i pada bidang t
m : adalah jumlah sampel yang dianalisis
s : Jumlah input yang digunakan
uik : nilai terbesar input I pada bidang k
uit : nilai tertimbang dari output r yang dihasilkan pada
bidang t
ht : adalah nilai yang dioptimalisasikan sebagai
indikator efisiensi
2. Regresi Data Panel
Gabungan data cross section dan time series ini disebut data
panel (panel pooled data). Regresi dengan menggunakan data
panel disebut model regresi data panel. Ada beberapa
keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data panel.
Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time
-
43
series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih
banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang
lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time
series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul
ketika adalah masalah penghilangan variabel (ommited –
variabel) ( Agus Widarjono,2009:229 )
Bentuk struktur persamaan model analisis data panel linier
adalah sebagai berikut (Agus Widarjono, 2009:230):
+ εit
Dimana:
i : unit cross section sebanyak n
t : unit time series sebanyak t
Yit : variabel dependen untuk section ke-I dan waktu ke-t
Xit : variabel independen untuk section ke-I dan waktu ke-t
εit :disturbance term mempunyai E (εit) = 0
Namun ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk
mengestimasi model regresi dengan data panel, yaitu
pendekatan Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect (
Agus Widarjono, 2009:231 ). Namun dalam penelitian ini akan
menggunakan pendekatan Fixed Effect.
-
44
a. Model Efek Tetap ( Fixed Effect )
Teknik model regresi Fixed Effect adalah teknik
mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel
dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep.
Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan
intersep antara perusahaan namun intersepnya sama antar
waktu ( time invariant ). Di samping itu, model ini juga
mengasumsikan bahwa koefisien regresi ( slope ) tetap
antar perusahaan dan antar waktu.
Secara matematis model panel data Fixed Effect tingkat
efisiensi dapat ditulis sebagai berikut :
EFISIENSIit = β0 + β1 TOTAL ASSETit + β3 DPKit + β4
KYDit + β5 D1it + β6 D1it +…+ εit ;
I = 1,2,…,n; t = 1,2,…,t
Jadi dalam penelitian ini selain menganalisis tingkat
efisiensi pada bank persero, kita juga akan menganalisis
bagaimana pengaruh total asset, dana pihak ketiga, dan
kredit yang diberikan terhadap tingkat efisiensi bank
persero yaitu bank BRI, BNI, Mandiri, dan BTN dengan
alat bantu menggunakan software Eviews. Analisis
-
45
pengaruh ini akan dilihat dari metode pendekatan regresi
panel data fixed effect.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian adalah suatu definisi yang
diberikan
kepada variabel dengan cara memberi arti atau
menspesifikasikan
kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan
untuk
melakukan pengujian atas hipotesis yang diajukan, maka perlu
diadakan
pengukuran atas variabel yang diteliti. Variabel – variabel
dalam
penelitian ini adalah :
1. Variable Input
a. Total Asset
Sisi neraca ini mencerminkan posisi kekayaan yang
merupakan hasil penggunaan dana bank dalam berbagai bentuk.
Penggunaan dana bank dilakukan berdasarkan prinsip prioritas.
Di
samping itu, kegiatan pengalokasian dana tersebut harus
memperhatikan ketentuan – ketentuan yang ditetapkan oleh
bank
sentral sebagai otoritas moneter yang mengatur dan mengawasi
bank.
b. Dana Pihak Ketiga
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi
kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank
jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Sumber
-
46
dana yang dimaksud adalah simpanan giro, simpanan tabungan,
dan simpanan deposito.
c. Kredit Yang Diberikan
Penggunaan dana bank sangat didomonasi dalam bentuk
penyaluran kredit. Secara umum portofolio kredit bank
berkisar
70% dari total volume usaha bank. Penyaluran kredit tersebut
digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja, investasi,
dan keperluan kredit konsumtif nasabah.
2. Variable Output
a. Return on Asset ( ROA )
Rasio ini memberikan informasi seberapa efisien suatu
bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini
mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat
diperoleh rata – rata terhadap setiap rupiah asetnya.
b. Return on Equity ( ROE )
Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang
diperoleh pemilik bank atas modal yang dia setorkan untuk
bisnis tersebut.
c. Biaya Operasional Pendapatan Operasional ( BOPO )
BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya
Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah
-
47
tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen
bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan.
-
48
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bank Pemerintah
Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki perjalanan
sejarah
yang panjang. Bank Indonesia berawal dari suatu bank milik
Belanda
dengan nama “De Javasche Bank” yang didirikan pada tahun 1828
dan
diberi tugas sebagai bank sirkulasi oleh pemerintah Hindia
Belanda di
samping berfungsi sebagai bank komersial. Pendirian De Javasche
Bank
ini mengikuti pembentukan dan peranan De Nederlansche Bank
yang
didirikan pada tahun 1814 sebagai bank sirkulasi dan kemudian
menjadi
bank sentral kerajaan Belanda. Berdasarkan undang – undang
De
Javasche Bankwet 1992, De Javasche Bank oleh pemerintah
Hindia
Belanda diberi tugas menjaga kestabilan moneter dan menjaga
kesatuan
sistem moneter antara Hindia Belanda dan Nederland dengan
mempertahankan nilai tukar antara kedua mata uang dalam paritas
satu
lawan satu.
Pasca kemerdekaan, De Javasche Bank oleh Pemerintah kemudian
dinasionalisasi berdasarkan Undang – undang No. 24 Tahun
1951.
Penggunaan nama Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bank
dimulai sejak diundangkannya Undang – undang No.11 Tahun
1953
tentang Undang – undang Pokok Bank Indonesia. Undang – undang
ini
-
49
pula yang menjadi dasar hukum pendirian bank sentral Indonesia
dengan
nama Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bankwet 1992.
Sejarah bank sentral Indonesia sebelum De Javasche Bank
dinasionalisasi dan resmi menjadi Bank Indonesia pada tahun
1953,
sebenarnya memiliki kisah tersendiri jauh sebelumnya. Pada tahun
1945
sebenarnya telah dibentuk suatu yayasan yang disebut Jajasan
Poesat
Bank Indonesia yang diharapkan menjadi cikal bakal Bank
Indonesia
yang nantinya akan berfungsi sebagai bank sirkulasi bagi
Indonesia
menggantikan fungsi De Javasche Bank.
Dengan UU No.2 Prp Tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946 didirikan
Bank Negara Indonesia ( BNI ) sebagai penjelmaan Jajasan Poesat
Bank
Indonesia yang melebur ke dalamnya. Peresmian pendirian BNI
tersebut
dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1946 oleh Wakil Presiden
Mohammad Hatta. Fungsi BNI menurut Undang – undang
pendiriannya
adalah menjadi bank sirkulasi untuk Indonesia di samping
berfungsi
sebagai bank komersial. Namun dalam perjalanannnya, fungsi
BNI
sebagai bank sirkulasi tidak berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Ia
lebih terkonsentrasi pada fungsinya sebagai bank komersial,
meskipun
kegiatan tersebut tidaklah melanggar ketentuan perundangan.
Gagasan pemberian fungsi bank sirkulasi kepada Bank Negara
Indonesia pada Konferensi Meja Bundar ( KMB ) di Den Haag
ditolak
oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian menetapkan De
Javasche Bank sebagai bank sentral Indonesia, sementara BNI
ditetapkan
-
50
sebagai bank pembangunan. Penunjukan De Javasche Bank sebagai
bank
sentral Indonesia lebih bernuansa politis dan ekonomis yang
lebih
berpihak kepada kepentingan pemerintah Nederland. Keputusan
KMB
tersebut menempatkan pihak Indonesia pada posisi yang lemah di
mana
Belanda masih akan memiliki kemampuan untuk mengontrol
terhadap
manajemen De Javasche Bank, terutama mengenai mata uang, di
mana
untuk melakukannya harus terlebih dahulu bermusyawarah
dengan
pemerintah Belanda. Dengan adanya kesepakatn KMB tersebut, maka
di
Indonesia secara formal pada saat itu terdapat dua bank
sirkulasi yaitu De
Javasche Bank di samping Bank Negara Indonesia.
Didasarkan pada pertimbangan pragtisme dan mengingat
keterikatan pemerintah Indonesia terhadap keputusan KMB,
diputuskan
untuk tetap meneruskan De Javasche Bank sebagai bank sirkulasi
dan
kelak menjadi bank sentral Indonesia. Keputusan tersebut pada
dasarnya
cukup rasional mengingat De Javasche Bank sudah beroperasi
dan
berfungsi secara baik di samping telah memilki sumber daya
manusia
yang memadai dan jaringan operasional lokal dan internasional
yang
sudah mapan. Namun pada waktunya, namanya perlu diganti
menjadi
Bank Indonesia.
2. Restrukturisasi Sistem Perbankan Indonesia
Dalam rangka menciptakan sistem dan pengawasan perbankan
yang sehat serta untuk pengamanan keuangan Negara,
pemerintah
selanjutnya mengeluarkan berbagai undang – undang antara
lain
-
51
Undang – Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok – Pokok
Perbankan. Undang – Undang ini menjadi “mile stone” bagi
penataan
kembali sistem perbankan Indonesia. Selanjutnya, setahun
kemudian
beberapa undang – undang disahkan sehingga semakin
menciptakan
system perbankan yang sehat dan memperjelas arah sistem
perbankan
Indonesia. Undang – Undang tersebut adalah :
a. UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral menggantikan UU
No. 11 Tahun 1953. Undang – undang ini menggantikan fungsi
BNI-UnitI dengan kembali menjadi Bank Indonesia sebagai bank
sentral Indonesia,
b. UU No. 27 Tahun 1968 tentang Bank Negara Indonesia 1946
menggantikan BNI – Unit III;
c. UU No. 18 Tahun 1968 tentang Bank Dagang Negara
menggantikan
d. UU No. 19 Tahun 1968 tentang Bank Bumi Daya menggantikan
BNI- Unit IV;
e. UU No. 20 Tahun 1968 tentang Bank Tabungan Negara
menggantikan BNI- Unit V;
f. UU No. 21 Tahun 1968 tentang Bank Rakyat Indonesia yang
menampung BNI- Unit II;
g.UU No. 22 Tahun 1968 tentang Bank Ekspor Impor Indonesia
menampung BNI- Unit II ( Eksim );
-
52
Dengan dikeluarkannya undang – undang pendirian masing –
masing bank tersebut di atas, maka semua bank pemerintah
yang
sebelumnya merupakan unit – unit yang dilebur ke dalam Bank
Tunggal, yaitu Bank Negara Indonesia, maka secara otomatis
berdasarkan undang – undang menjadi bank – bank yang masing
–
masing memiliki badan hukum sendiri. Bank Indonesia sebagai
bank
sentral berdasarkan UU No. 13 Tahun 1968, diharuskan
berkonsentrasi
sebagai bank sentral dan melepaskan fungsi dualitisnya, yaitu
di
samping sebagai bank sirkulasi juga melakukan kegiatan
komersial.
Fungsi Bank Indonesia menurut UU No. 13 Tahun 1968 antara
lain
adalah :
a. Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah;
b.Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas
kesempatan kerja ( fungsi BI sebagai agent of development );
c. Bankers’ bank and lender of the last resort;
d.Membina dan mengawasi bank dan urusan kredit.
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan efektivitas penyaluran
kreditnya dan peningkatan pelayanan perbankan guna mendorong
produktivitas masyarakat, kepada masing – masing bank
pemerintah
diberikan penekanan prioritas atau konsentrasi dalam
melaksanakan
pembiayaan pada sektor – sektor tertentu, yaitu :
a. BNI 1946 – sektor industri;
b. Bank Rakyat Indonesia – sektor koperasi, tani dan
nelayan;
-
53
c. Bank Bumi Daya – sektor perkebunan dan kehutanan;
d. Bank Dagang Negara – sektor pertambangan;
e. Bank Ekspor Impor Indonesia – sektor produksi pengolahan
dan
pemasaran bahan – bahan ekspor.
Meskipun ada penekanan konsentrasi atau prioritas pada masing
–
masing sektor, dalam pelaksanaannya dilakukan secara fleksibel
dan
bukan sebagai pembatasan operasi masing – masing bank.
Selanjutnya dengan diundangkannya UU No.7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun
1998,
penekanan konsentrasi untuk masing – masing bank pemerintah di
atas
tidak lagi diatur dan bank dibiarkan melakukan persaingan bebas
tanpa
adanya intervensi pemerintah terhadap operasional masing –
masing
bank. Demikian pula pada jenis bank yang sebelum UU ini
diberlakukan berdasarkan jenisnya, yaitu : Bank Sentral, Bank
Umum,
Bank Tabungan, Bank Pembangunan dan Bank – Bank Sekunder.
Dengan UU No. 7 Tahun 1992 tersebut, jenis bank
disederhanakan
menjadi 2, yaitu : Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
B. Hasil Perhitungan Efisiensi Bank Persero
Efisiensi bank persero dihitung dengan menggunakan metode
DEA
selama sembilan tahun mulai dari tahun 2001 sampai dengan 2009.
DEA
mengukur efisiensi relatif yang mengukur inefisiensi suatu bank
dengan
membandingkannya dengan bank lain yang paling efisien. Dalam
analisa
-
54
DEA, bank dengan tingkat efisiensi 1 atau 100 persen menunjukan
bank
tersebut adalah bank paling efisien pada waktu tertentu.
Sedangkan bank
yang mempunyai tingkat kurang dari 100 persen dapat
meningkatkan
efisiensi dengan melihat sumber efisiensinya dan melakukan
benchmarking pada bank yang efisien ( Zaenal Abidin,2007 ).
1. Bank Negara Indonesia ( BNI )
Tabel 4.1
Efisiensi Bank BNI
Tahun Efisiensi Efficient Reference Set Multipliers
2001 100% Tidak ada Tidak ada
2002 100% Tidak ada Tidak ada
2003 100% Tidak ada Tidak ada
2004 100% Tidak ada Tidak ada
2005 96.82% BNI tahun 2002
BNI tahun 2003
0.987
0.013
2006 94.22% BNI tahun 2002
BNI tahun 2003
0.996
0.004
2007 93.55% BNI tahun 2002
BNI tahun 2003
0.152
0.808
2008 91.61% BNI tahun 2002
BNI tahun 2003
0.473
0.527
2009 89.18% BNI tahun 2002
BNI tahun 2003
0.989
0.011
Rata – rata 96.15%
Sumber : Data diolah dengan software DEAWIN
-
55
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa dalam kurun waktu 9
tahun
yaitu dari tahun 2001 sampai 2009, Bank BNI mengalami
penurunan
tingkat efisiensi dimulai pada tahun 2005 sampai tahun 2009.
Pada tahun
2001 hingga 2004 tingkat efisiensi bank BNI selalu pada tingkat
100%,
dan memiliki tingkat rata – rata efisiensi sebesar 96.15%.
Dari 9 tahun penelitian, terdapat 5 tahun yang tidak efisien,
yaitu dari
tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 dengan tingkat efisiensi
masing
– masing sebesar 96.82%, 94.22%, 93.55%, 91.61%, dan 89.18%.
Pada
tahun 2009 tingkat efisiensi bank BNI mencapai titik terendah
bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 89.18%.
Gambar
4.1 akan memperlihatkan grafik tingkat efisiensi bank BNI dari
tahun
2001 sampai 2009.
Gambar 4.1
Grafik Tingkat Efisiensi Bank BNI tahun 2001 – 2009
Sumber : data diolah
-
56
Terlihat dari gambar 4.1 bahwa tingkat efisiensi bank BNI
semakin
menurun sejak tahun 2005 hingga tahun 2009. Agar ke lima
tahun
tersebut menjadi efisien maka usaha untuk meningkatkan efisiensi
dapat
dilakukan dengan melihat Efficient Reference Set, yaitu tahun
yang
dijadikan sebagai acuan bagi tahun yang inefisien, di mana tahun
tersebut
dapat melakukan benchmarking. Tahun yang dijadikan acuan
tersebut
memiliki shadow price, shadow price tersebut berfungsi sebagai
angka
pengganda ( multiplier ) yang digunakan sebagai dasar untuk
menyesuaikan input dan output tahun yang inefisien agar menjadi
efisien.
Tabel 4.2
Table of peer units BNI 2009
Peers for Unit BNI09 efficiency 89.18% radial
BNI09 BNI02 BNI03
ACTUAL LAMBDA 0.989 0.011
5.4 -TOTALASET 4.8 0.1
5.2 -DPK 4.5 0.0
4.8 -KYD 3.6 0.0
1.7 +ROA 2.0 0.0
16.3 +ROE 41.5 0.1
84.9 +BOPO 83.8 1.0
Sumber : data diolah
Dari tabel di atas di ketahui bahwa efisiensi Bank BNI tahun
2009
sebesar 89.18%. Agar Bank BNI tahun 2009 menjadi efisien
perlu
melihat Efficient Reference Set yaitu BNI 2002 dan BNI 2003,
dengan
memiliki shadow price 0.989 dan 0.011. Shadow price berfungsi
sebagai
angka pengganda ( multiplier ) yang digunakan sebagai dasar
untuk
menyesuaikan input dan output BNI 2009 agar menjadi efisien.
Sedangkan BNI 2002 dan BNI 2003 merupakan acuan efisiensi bagi
BNI
2009, di mana BNI 2009 dapat melakukan benchmarking.
-
57
Mengacu Efficient Reference Set, yaitu menggunakan angka
pengganda ( multiplier ) dari setiap bank yang menjadi acuan
efisiensi.
BNI02 BNI03
TOTAL ASET =0.989(4.83196) + 0.011(4.87707) = 4.83245621
DPK =0.989(4.57629) + 0.011(4.65693) = 4.57717704
KYD =0.989(3.62437) + 0.011 (3.82685)= 3.62659728
ROA = 0.989 (2.04) +0.011(0.77) =2.02603%
ROE = 0.989 (41.93) +0.011(11.83) =41.5989%
BOPO =0.989(84.75) +0.011(95.01) =84.86286%
Melihat table of target values, tanpa menghitung dari tabel
tersebut
dapat diperoleh bila Bank BNI 2009 akan efisien, maka target
variabel
input output harus dirubah dan disesuaikan menjadi seperti :
Tabel 4.3
Table of target values
Targets for Unit BNI09 efficiency 89.18% radial
VARIABLE ACTUAL TARGET TO GAIN ACHIEVED
-TOTALASET 5.4 4.8 10.8% 89.2%
-DPK 5.2 4.6 12.7% 87.3%
-KYD 4.8 3.6 23.9% 76.1%
+ROA 1.7 2.0 17.8% 84.9%
+ROE 16.3 41.6 154.6% 39.3%
+BOPO 84.9 84.9 0.0% 100.0%
Sumber : data diolah
-
58
Tidak terdapat perbedaan apabila dihitung secara manual dengan
hasil
table of target value untuk solusi meningkatkan efisiensi bank
yang
inefisiensi, contoh untuk total asset, apabila dihitung secara
manual
hasilnya sebesar 4.83245621 dibulatkan menjadi 4.8, hasilnya
sama
dengan hasil table of target value. BNI 2009 akan menjadi
efisien apabila
merubah total asset yang semula sebesar 5.4 menjadi 4.8, dana
pihak
ketiga menjadi sebesar 4.6, kredit yang diberikan 3.6, ROA 2.0%,
ROE
41.6% dan BOPO sebesar 84.9%.
Apabila dilihat dari rata – rata efisiensi Bank BNI sebesar
96.15%,
yang artinya Bank BNI relatif beroperasi secara kurang efisien
karena
tingkat efisiensi Bank BNI belum mencapai 100%.
2. Bank Rakyat Indonesia ( BRI )
Tabel 4.4
Efisiensi Bank BRI
Tahun Efisiensi Efficient Reference Set Multiplier
2001 100% Tidak ada Tidak ada
2002 100% Tidak ada Tidak ada
2003 100% Tidak ada Tidak ada
2004 100% Tidak ada Tidak ada
2005 95.88% BRI tahun 2001
BRI tahun 2004
0.176
0.824
2006 90.36% BRI tahun 2001 0.340
-
59
BRI tahun 2004 0.660
2007 86.08% BRI tahun 2001
BRI tahun 2004
0.280
0.720
2008 82.47% BRI tahun 2001
BRI tahun 2004
0.383
0.617
2009 78.29% BRI tahun 2001
BRI tahun 2004
0.492
0.508
Rata – rata 92.56%
Sumber : Data diolah dengan software DEAWIN
Efisiensi pada Bank BRI tidak jauh berbeda dengan Bank BNI,
karena
Bank BRI mulai menurun tingkat efisiensinya pada tahun 2005
hingga
2009, tingkat efisiensinya-pun cenderung semakin menurun
disetiap
tahunnya.
Gambar 4.2
Grafik Tingkat Efisiensi Bank BRI Tahun 2001 – 2009
Sumber : data diolah
-
60
Tahun yang mengalami penurunan tingkat efisiensi yaitu tahun
2005,
2006, 2007, 2008, dan 2009. Dengan tingkat efisiensi masing –
masing
sebesar 95.88%, 90.36%, 86.08%, 82.47%, dan 78.29%. Solusi
untuk
mengatasi inefisiensi pada Bank BRIpun sama dengan Bank BNI,
yaitu
dengan melihat Efficient Reference Set.
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa pada tahun 2007 efisiensi Bank
BRI
sebesar 86.08%, dan dapat meningkatkan efisiensinya dengan
melihat
Efficient Reference Set yaitu BRI 2001 dan BRI 2004, dengan
memiliki
shadow price 0.280 dan 0.720. shadow price berfungsi sebagai
angka
pengganda ( multiplier ) yang digunakan sebagai dasar untuk
menyesuaikan input dan output BRI 2007 agar menjadi efisien.
Sedangkan BRI 2001 dan BRI 2004 merupakan acuan efisiensi bagi
BRI
2007.
Tabel 4.5
Table of peer units
Peers for Unit BRI07 efficiency 86.08% radial
BRI07 BRI01 BRI04
ACTUAL LAMBDA 0.280 0.720
5.3 -TOTALASET 1.2 3.4
5.1 -DPK 1.1 3.2
4.7 -KYD 1.0 3.0
4.6 +ROA 0.5 4.2
31.6 +ROE 8.5 30.8
69.8 +BOPO 25.4 49.6
Sumber : data diolah
Mengacu Efficient Reference Set,