Page 1
1
ANALISIS PENERAPAN UANG MUKA (URBUN) MURABAHAH
PADA BNI SYARIAH KANTOR CABANG BANJARMASIN
SKRIPSI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA SAINS
TERAPAN (DIPLOMA IV) PROGRAM SRUDI AKUNTANSI LEMBAGA
KEUANGAN SYARIAH PADA JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH:
NOR LAINA ADZKA A04140020
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
Page 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nor Laina Adzka
NIM : A04140020
Telp : 0813-5157-5688
Email : [email protected]
Tempat dan Tanggal Lahir : Landasan Ulin, 6 Februari 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl.A.Yani Km 19,200 Liangangang RT 011 RW 04
Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan,
Kode Pos : 70123
Nama Orang Tua ( Ayah ) : Rachman
( Ibu ) : Sadariah
Riwayat Pendidikan : SDN Sungai Miai 10 Banjarmasin (2002-2008)
SMP Negeri 10 Banjarbaru (2009-2011)
SMA Negeri 1 Gambut (2011-2014)
Pengalaman Kerja : Praktik Kerja Lapangan di BNI Syariah Kantor
Cabang Banjarmasin (2018)
Page 5
Motto
“Yang Terpenting Dalam Hidup
ini Bukan Impian, Tapi
Bagaimana Berjuang Merengkuh
Impian Jadi Kenyataan”
Page 6
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah saya
lakukan. Segala kutipan dan bantuan dari berbagai sumber telah diungkapkan
sebagaimana mestinya. Skripsi ini belum pernah dipublikasikan untuk keperluan
lain oleh siapapun juga.
Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi hukum dari ketidakbenaran pernyataan tersebut.
Saya memberikan hak sepenuhnya bagi Politeknik Negeri Banjarmasin Jurusan
Akuntansi untuk minimal membatalkan skripsi saya.
Banjarmasin, . . . . Agustus 2018
Yang membuat pernyataan
Nor Laina Adzka
A04140020
Page 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Penerapan Uang Muka Murabahah Pada BNI Syariah
Cabang Banjarmasin”.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
pendidikan Diploma IV Prodi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah pada
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban). Pembuatan skripsi
ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, arahan maupun bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak H. Edi Yohannes, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri
Banjarmasin,
2. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin.
3. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Ketua Program Studi Akuntansi Lembaga
Keuangan Syariah (ALKS).
4. Ibu Manik Mutiara Sadewa, SE, AK, CA, SAS. M.Buss (ACC) selaku Wali
Kelas yang sudah membimbing selama menjadi mahasiswa.
5. Bapak M. Arif Budiman, S. Ag, M.EI selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan saran, masukan dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
Page 8
6. Pimpinan Bank BNI Syariah Banjarmasin yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melakukan penelitian pada Bank BNI Syariah
Banjarmasin.
7. Bapak Deny Stiawan bagian pemasaran Bank BNI Syariah Banjarmasin yang
telah menjadi narasumber dalam penulisan ini.
8. Seluruh staf pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Banjarmasin telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu dosen pada Jurusan Akuntansi khususnya Program Studi
Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS).
10. Bapak dan Ibu penulis yang menjadi motivasi dan senantiasa mendidik
dengan penuh kesabaran, tulus dalam mendoakan, dan memberi semangat
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini,
11. Kakak penulis yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-teman seangkatan Pada Prodi DIV Akuntansi Lembaga Keuangan
Syariah (ALKS) angkatan tahun 2014,
13. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Banjarmasin, …. Agustus 2018
Page 10
DAFTAR ISI
Hlm
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................... iv
MOTTO .............................................................................................. v
SURAT PERNYATAAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
ABSTRAK .......................................................................................... xi
ABSTRACT ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Batasan Masalah....................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 5
A. Landasan Teori ........................................................................ 5
1. Bank Umum Syariah ......................................................... 5
2. Pembiayaan ....................................................................... 5
3. Pengertian Murabahah ....................................................... 6
4. Jenis Akad Murabahah ....................................................... 8
5. Dasar Hukum Murabahah ................................................. 10
6. Rukun dan Syarat Murabahah ........................................... 11
7. Syarat Murabahahah .......................................................... 12
8. Tujuan Pembiayaan Murabahah ......................................... 13
9. Uang Muka Murabahah ..................................................... 14
10. Dasar Hukum Uang Muka ................................................ 16
11. Tujuan Dari Uang Muka (Urbun) ...................................... 14
12. Uang Muka Menurut Fatwa DSN ...................................... 18
13. Pengakuan Dan Pengukuran ............................................. 19
14. Diskon Murabahah ............................................................. 19
Page 11
15. Harga Jual Bank ................................................................. 20
B. Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 23
A. Identifikasi dan Pemberian Devinisi Operasional Variabel ..... 23
B. Jenis Penelitian ........................................................................ 23
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 24
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 24
E. Teknik Analisa Data ................................................................ 24
F. Kerangka Pemikiran ................................................................ 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................. 26
A. Profil Perusahaan .................................................................... 26
1. Sejarah Singkat BNI Syariah ............................................ 26
2. Visi dan Misi ..................................................................... 28
3. Sruktur Organisasi ............................................................. 29
4. Job Description .................................................................. 31
5. Produk dan Layanan BNI Syariah .................................... 35
6. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................. 54
A. Simpulan ................................................................................. 54
B. Saran ......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 56
Page 12
ABSTRAK
NOR LAINA ADZKA/ A04140020/ 2014/ ANALISIS PENERAPAN UANG
MUKA (URBUN) MURABAHAH PADA PT. BANK BNI SYARIAH
CABANG BANJARMASIN/ Perbankan Syariah/ uang muka/ Murabahah/BNI
SYARIAH.
Salah satu produk yang dikembangkan di Bank Syariah adalah pembiayaan
murabahah yang merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati di antara penjual dan
pembeli. Penulis memfokuskan penelitian pada penerapan uang muka (urbun)
murabahah pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan akuntansi uang muka
murabahah yang diterapkan oleh BNI Syariah Cabang Banjarmasin, baik sebagai
pembeli maupun sebagai penjual yang sesuai dengan PSAK, PAPSI, dan Fatwa
DSN-MUI. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif
kualitatif, dimana peneliti menggunakan wawancara dan dokumentasi untuk
pengumpulan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa porsi uang muka pada BNI Syariah
Cabang Banjarmasin ditetapkan berdasarkan harga barang dan kesepakatan. Uang
muka diakui sebagai bagian dari pembayaran piutang murabahah. Sedangkan
untuk pembatalan uang muka tidak dikenakan ganti rugi sehingga menguntungkan
bagi nasabah karena uang mukanya dikembalikan sepenuhnya. Penerapan uang
muka murabahah pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin pada dasarnya sudah
memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan akad murabahah sebagaimana
diatur dalam PSAK, PAPSI, dan Fatwa DSN-MUI.
Kata kunci: akuntansi, uang muka, murabahah
Page 13
ABSTRACT
NOR LAINA ADZKA / A04140020 / 2014 / ANALYSIS OF DOWN
PAYMENT (URBUN) OF MURABAHAH CONTRACT AT PT. BANK BNI
SYARIAH BRANCH BANJARMASIN / Islamic Banking / down payment /
Murabahah / BNI SYARIAH.
One of the products developed in Bank Syariah is murabahah financing
which is a contract of sale and purchase of goods by stating the price of
acquisition and profit (margin) agreed between the seller and the buyer. The
researcher focuses the research on the application of down payment (urbun)
murabaha at BNI Syariah Branch Banjarmasin.
This study aims to analyze the accounting treatment of down payment in
murabaha contract applied by BNI Syariah Branch Banjarmasin, both as a buyer
and as a seller in accordance with PSAK, PAPSI, and Fatwa DSN-MUI. The type
of research is a qualitative descriptive field research, where the researcher used
interviews and documentation for data collection.
The results of the study show that the portion of the down payment at BNI
Syariah Banjarmasin Branch is determined based on the price of the goods and the
agreement of both parties. Down payment is recognized as part of murabahah
receivables payments. As for the cancellation of the down payment is not subject
to compensation so that it is beneficial for the customer because the down
payment is fully refunded. The application of down payment in murabaha
contract at BNI Syariah Branch of Banjarmasin basically meets the applicable
provisions related to the murabaha contracts stipulated by PSAK, PAPSI, and
Fatwa DSN-MUI.
Keywords: accounting, down payment, murabahah
Page 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam produk yang dikembangkan oleh Bank Syariah, salah satunya yaitu
pembiyaan Murabahah yang merupakanakad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin)yang disepakati oleh
penjual dan pembeli. Bank Syariah masihmendominasikan pembiayaan akad
murabahah yang ditawarkan diperbankan syariah (Rochmanika, 2012)
Penggunaan Murabahah dalam Undang-Undang lebih terperinci lagi
dikemukakan dalam UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.
Dalam pasal 1 ayat 25 disebutkan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi jual beli dalam
bentuk piutang murabahah. Penggunaan murabahah dalam UU Nomor
tentang 21 Tahun 2008 lebih lanjut digunakan dalam pasal-pasal yang
menjelaskan tentang jenis dan kegiatan usaha perbankan syariah (Janwari,
2015).
Untuk produk pembiayaan murabahah dengan keuntungannya disepakati
oleh bank dan Nasabah, yaitu jika ingin membeli sebuah barang dan transaksi
jual beli ini jadi dilaksanakan, maka uang muka tersebut akan menjadi
sebagian dari harga yang dibayar, tetapi jika transaksinya batal, maka uang
muka itu akan dikembalikan kepada nasabah setelah diperhitungkan biaya
Page 15
administrasi dan kerugian yang mungkin akan diderita bank akibat
pembatalan itu.
Suatu kelaziman dalam dunia perbankan apabila hendak memberikan
pembiayaan yang pembayarannya dilakukan dengan kredit oleh nasabah bank
mensyaratkan agar sebagian total kredit itu ditutup dari modal nasabah
sendiri, yang dalam istilah perbankan syariah perbankan dikenal dengan self
financing. Salah satu bentuk self financing dalam akad perbankan syariah
adalah pembayaran uang muka dari nasabah kepada Bank
Down Payment (DP) merupakan parktik yang lazim dilakukan dalam
sebuah transaksi dan dalam masyarakat secara umum sering disebut dengan
istilah uang muka. Dalam bahasa Arab kata Down Payment atau uang muka
sinonim dengan kata “urbun” yang secara etimologi berarti sesuatu yang
digunakan sebagai pengikat jual beli. Dalam termologinya, jika seseorang
membeli barang dagangan dan membayar sebagian harganya kepada penjual,
dengan catatan jika ia mengambil barang dagangan maka ia melunasi harga
barang, dan jika ia tidak mengambilnya, maka barang itu menjadi pemilik
penjual(Naimah, 2013).
Namun dalam praktiknya uang muka murabahah sering disetorkan
langsung oleh pembeli (nasabah) ke supplier (pemasok) bukan ke bank, hal
ini karena supplier pada umumnya meminta komitmen dari pembeli atas
objek yang dimurabahahkan. Sementara itu pihak bank juga menetapkan uang
muka kepada calon nasabah sesuai azas kehati-hatian prudential banking
terhadap nasabah atau pembeli. Apabila ada nasabah yang membatalkan uang
Page 16
muka, maka pihak bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin
mengembalikan uang muka nasabah tersebut secara keseluruhan tanpa ada
potongan ataupun ganti rugi kepada pihak nasabah dan pihak bank. Namun
kenyataanya praktik uang muka yang ada di BNI Syariah Kantor Cabang
Banjarmasin yaitu ketika terjadi pembatalan, uang muka dikembalikan
sepenuhnya BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin tanpa ada pemotongan
sebagai ganti rugi biaya yang dilakukan bentuk bank. Sedangkan di fatwa
DSN menyatakan jika nasabah membatalkan uang mukanya maka harus
dikurangi biaya yang sudah dikeluarkan oleh bank atau menambah kerugian.
Hal inilah dengan fakta terjadi penulis perlu melakukan penelitian, untuk
mengetahui Praktik yang terjadi dilapangan sudah sesuainya atau belumnya
dengan teori fatwa DSN.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesesuaian uang muka murabahah pada BNI Syariah Kantor
Cabang Banjarmasin?
2. Sejauhmana kesesuaian pembatalan uang muka murabahah oleh nasabah
pada BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin. dengan ketentuan fatwa
DSN No. 13/DSN MUI/IV/2000?
C. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang ada karena keterbatasan
pengetahuan penulis, maka penulis membatasi permasalahan hanya pada
Page 17
kebijakan uang muka pada pembiayaan murabahah dan perlakuan akuntansi
uang muka.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya adalah jawaban yang ingin dicari dari
rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini diarahkan kepada:
1. Untuk menjelaskan penerapan uang muka pada BNI Syariah Kantor
Cabang Banjarmasin
2. Untuk menjelaskan tingkat kesesuaian penerapan uang muka
murabahah pada BNI Syariah Kantor Cabanag Banjarmasin dengan
ketentuan PSAK 102, PAPSI 2013 dan fatwa (DSN) No. 13/DSN
MUI/IV/2000.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapatkan dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penelitian tentang
Praktik uang muka murabahah terkait dengan proses dan penerapan
akuntansinya.
2. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu dan pegetahuan
kepada mahasiswa dan menambah literatur daftar pustaka bagi hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini diharapkan
Page 18
dapat dijadikan sebagai bahan diskusi dan informasi bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menghasilkan informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas penerapan
uang muka pada transaksi murabahah.
Page 19
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Umum Syariah
Pada UU No.21 2008 menyatakan Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dan istilah bank pengkreditan rakyat yang diubah menjadi bank
pembiayaan rakyat syariah. Perubahan ini untuk menegaskan adanya
perbedaan antara kredit dan pembiyaan berdasarkan prinsip syariah.
2. Pembiayaan
Pembiayaan adalah Penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa :
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam pentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna;
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qard; dan
Page 20
e. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
syariah dan/atau unit usaha syariah dan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untu
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujroh, tanpa imbalan, atau bagi hasil(Muhamad, 2015).
3. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual
dan pembeli. Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang
bisa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli
berapa harga pokok barang tersebut dan beberapa besar keuntungan yang
diinginkannya. Pembeli dapat melakukan tawar-menawar atas besaran
margin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan.(Wasilah,
2014).
PSAK 102 mendefinisikan, “Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan yang
disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
tersebut kepada pembeli”.
Menurut ahli lain seperti Antonio, pengertian Bai’al murabahah
adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
yang disepakati(Antonio, 2001). Imam nawawi juga mendefinisikan
pembiayaan murabahah sebagai pertukaran harta dengan harta yang lain
Page 21
untuk dimiliki.” Ibnu Qudamah mendefinisikan jual beli sebagai
pertukaran harta dengan harta yang lain untuk dimilikkan dan
dimiliki(Muthaher, 2012).
Akad murabahah sesuai dengan syariah karena merupakan transaksi
jual beli dimana kelebihan dari harga pokoknya merupakan keuntungan
dari penjualan barang. Sangat berbeda dengan praktik riba dimana
Nasabah meminjam uang muka sejumlah tertentu untuk membeli suatu
barang kemudian atas pinjaman tersebut Nasabah harus membayar
kelebihananya dan ini adalah riba. Menurut ketentuan syariah, pinjaman
uang harus dilunasi sebesar pokok pinjamannya dan kelebihannya adalah
riba, tidak tergantung dari besar kecilnya kelebihan yang diminta juga
tidak tergantung kelebihan tersebut nilainya tetap atau tidak tetap
sepanjang waktu pinjaman.
Dengan penjualan tangguh, maka akan muncul utang piutang,
pembeli mempunyai utang dan penjual mempunyai piutang. Untuk
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau untuk
menghindari resiko, penjual dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
pembeli dam meminta jaminan. Dalam hal ini, objek akad murabahah
yaitu barang yang diperjualbelikan dapat digunakakn sebagai
jaminan.Untuk penjualan tidak tunai (tangguh), sebaliknya dibuatkan
kontrak/perjanjiannya secara tertulis dan dihadiri saksi-saksi. Kontrak
memuat antara lain besarnya utang pembeli karena membeli barang,
jangka waktu akad, besarnya angsuran setiap periode, jaminan, siapa
Page 22
yang berhak atas diskon pembelian barang setelah akad pembeli atau
penjual dan lain sebagainya.
Salah satu skim yang paling popular digunakan oleh perbankan
syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim
dilakukan oleh Rasulullah Saw. beserta para sahabatnya. Dalam fikih
istilah murabahah diartikan sebagai bentuk jual beli tertentu ketika
penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan
biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut,
dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Tingkat keuntungan
ini bisa dalam bentuk lumpsum atau porsentase tertentu dari biaya
perolehan. Pembayaran bisa dilakukan secara tunai atau bisa dilakukan di
kemudian hari yang disepakati bersama. Oleh karena itu, murabahah
tidak dengan sendirinya mengandung konsep pembayaran tertunda
(deferred payment)(Naimah, 2013).
4. Jenis Akad Murabahah
Ada dua jenis akad murabahah yaitu:
a. Murabahah dengan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang
setelah ada pesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan
dapat bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang
yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus
membeli barang yang dipesannya. Jika asset murabahah yang telah
dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat
Page 23
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli
maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan
mengurangi nilai akad.
Bagan 1
Skema Murabahah dengan Pesanan
Sumber : (Wasilah, 2014)
Keterangan :
(1) Pembeli dan penjual melakuakan kesepakatan akad
murabahah.
(2) Penjual berperan sebagai pembeli kedua, untuk memesan dan
membeli barang yang diinginkan oleh pembeli kepada
supplier/produsen selaku penjual kedua.
(3) Barang yang menjadi objek murabahah kemudian diserahkan
oleh penjual kedua (supplier/produsen) dan berpindah
kepemilikannya menjadi milik penjual pertama.
Page 24
(4) Barang yang telah menjadi hak milik penjual kemudian
diserahkan kepada pembeli pertama.
(5) Pembayaran kemudian dilakukan oleh pembeli baik secara
tunai maupun secara tangguh.
b. Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah tanpa pesanan adalahmurabahah yang tidak mengikat.
Tabel 2
Skema Murabahah tanpa Pesanan (bersifat tidak mengikat)
Sumber : (Wasilah, 2014)
Keterangan :
(1) Pembeli dan penjual melakukan kesepakatan akad murabahah
(2) Barang yang menjadi objek murabahah diserahkan dan
berpindah kepemilikannya menjadi milik pembeli.
(3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli baik secara tunai maupun
secara tangguh.
5. Dasar Hukum Murabahah
Dalam Islam, jual beli merupakan salah satu sarana tolong menolong
antar sesama umat manusia yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan
demikian ditinjau dari aspek hukum islam, maka praktek murabahah ini
dibolehkan baik menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist
Page 25
a. Al-Qur’an
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS.Al-
Baqarah(2):275)
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu…”(QS.An
Nisa(4);29.
b. Al-Hadits
Dari Suhaib ar-Rumi ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(HR Ibnu
Majah).
6. Rukun dan Syarat Murabahah
Adapun rukun dan syarat murabahah yaitu:
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada Nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Page 26
Jual beli secara al-murabahah di atas hanya untuk barang atau
produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu
negosiasi dan berkontrak. Bila produk tersebut tidak memiliki penjual,
sistem yangdigunakan adalah murabahah kepada pemesan pembelian
(murabahah KPP)(Antonio, 2001).
7. Syarat murabahah
Agar terjadinya jual beli yang sah tentu ada syarat dan ketentuan
yang berlaku sesuai dengan ketentuan hukum islam menurut Fatwa
DSN No.04/DSN MUI/2000, yaitu sebagai berikut:
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba.
b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas dari riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam
kaitan ini bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
Page 27
g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan tersebut, pihak bank
dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
h. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang secara prinsip menjadi milik bank (DSN-MUI).
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, Syarat akad murabahah harus
diperhatikan oleh bank syariah agar akad murabahah tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Artinya, bila akad syariah dibuat oleh suatu
bank syariah dengan memperhatikan syarat-syaratnya, maka bank
syariah atau unit usaha syariah tidak melanggar ketentuan larangan
yang ditentukan dalam pasal 24 ayat (1) dan (2), atau pasal 25 UU
No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Sebagaimana diketahui
menurut UU perbankan Syariah, bank syariah dilarang melakukan
kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena
murabahah merupakan salah satu bentuk dari bai’, maka syarat-syarat
mengenai keabsahan transaksi bai’berlaku bagi transaksi
murabahah(Sjahdeini, 2014).
8. Tujuan Pembiayaan Murabahah
Murabahah tidak dapat digunakan sebagai modal pembiayaan
(mode of financing) selain untuk tujuan Nasabah memperoleh dana
Page 28
guna membeli barang/komoditas yang diperlukannya, dengan kata lain
Nasabah tidak diperbolehkan membeli barang selain kesepakatan yang
dilakukan pada awal akad(Sjahdeini, 2014).
9. Uang Muka Murabahah
Uang muka adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli (Nasabah)
kepada penjual sebagai bukti komitmen untuk membeli barang dari
penjual. Perlakuan uang muka pada perbankan syariah Bank dapat
meminta uang muka kepada Nasabah sebagai bukti komitmen
pembelian asset Murabahah sebelum akad disepakati dengan ketentuan:
a. Apabila akad murabahah disepakati, maka uang muka menjadi
bagian pelunasan piutang murabahah.
b. Apabila akad murabahah batal, maka uang muka dikembalikan
kepada Nasabah setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung
oleh Bank.
c. Apabila uang muka itu lebih kecil dari kerugian, maka bank dapat
meminta tambahan dari Nasabah (Muhammad, 2000)
Penjual dapat meminta uang muka kepada sipembeli sebagai bukti
komitmen pembeliansebelum akad disepakati. Uang muka
menjadibagian pelunasan piutang murabahah jika akadmurabahah
disepakati, jika murabahah batal makauang muka dikembalikan kepada
pembeli setelahdikurangi kerugian riil yang ditanggung olehpenjual.
Page 29
Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian,maka penjual dapat
meminta tambahan daripembeli (PSAK No. 102).
Menurut PAPSI 2013, Bank Syariah dapat meminta uang muka
pembelian kepada Nasabah setelah akad murabahah disepakati. Dalam
murabahah urbun harus disetorkan oleh Nasabah ke bank bukan kepada
pemasok. Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila
murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urbun
akan dikembalikan kepada Nasabah setelah dikurangi dengan kerugian
sesuai dengan kesepakatan antara lain:
a. Potongan urbun oleh pemasok
b. Biaya administrasi
c. Biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan lainnya.
Apabila terdapat uang muka dalam transaksi murabahah
berdasarkan pesanan, maka keuntungan murabahah didasarkan pada
porsi harga barang yang dibiayai oleh bank. (PAPSI, 2013)
Bank syariah menjalankan salah satu jenis akad murabahah, yaitu
murabahah dalam pesanan yang sifatnya mengikat. Bagaimana caranya
supaya transaksi murabahah tersebut bersifat mengikat Nasabah? Salah
satu cara untuk dapat melakukan tansaksi dengan cara meminta uang
muka dengan harga barang yang dibeli dari Nasabah.
Dalam jual beli ini, pembeli dibolehkan meminta pemesanan
membayar uang muka atau tanda jadi saat mendatangani kesepakatan
awal pemesanan. Uang muka adalah jumlah yang dibayar oleh pemesan
Page 30
yang menunjukkan bahwa ia bersungguh-sungguh atas pemesanannya
tersebut. Bila kemudian pemesan menolak untuk membeli asset
tersebut, biaya riil pembeli harus dibayar dari uang muka. Bila nilai
uang muka tersebut lebih sedikit dari kerugian yang harus ditanggung
pembeli, pembeli dapat meminta kembali sisa kerugiaanya pada
pemesan.
Beberapa bank islam menggunakan istilah urbun sebagai kata lain
dari uang muka. Dalam yurisprudens islam, urbun adalah jumlah uang
yang dibayar dimuka kepada penjual. Ringkasnya, urbun adalah uang
muka untuk sebuah pembelian. Bila pembeli memutuskan untuk tetap
membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. Bila ia batal
membeli, uang muka tersebut akan hangus menjadi penjual. Dengan
demikian, seluruh uang urbun akan menjadi milik pembeli (penerima
pesanan) yang telah membelikan barang pesanan tersebut. Adapun uang
muka akan diperhitungkan sesuai besar kerugian actual pembeli. Bila
uang muka melebihi kerugian, pembeli (penerima pesanan) harus
mengembalikan kelebihan itu kepada pemesan (Antonio, 2001).
10. Dasar Hukum Uang Muka
Dalam permasalahan ini para ulama berbeda pendapat mengenai
dasar hukum uang muka (urbun) ini. Di dalam bukunya yang berjudul
Fiqih Muamalat, 2009 Ahmad Sarwat, (2009) menyebutkan adanya
dua pendapat yaitu:
a. Jual beli dengan uang muka (urbun) ini tidak sah
Page 31
Ulama Malikiyyah dan Syafi’iyyah menyatakan ketidaksahannya,
karena adanya HR Amru bin Syuaib, HR Al Khomsah, serta
beberapa hadist lainnya. ‘Illat (sebab hukum) dari larangan ini
adalah jual beli ini mengandung dua syarat yang fasid, salah
satunya adalah syarat menyerahkan kepada penjual harta (uang
muka) secara gratis apabila pembeli gagal membelinya. Yang
kedua adalah syarat mengembalikan barang kepada penjual apabila
tidak terjadi keridhoan untuk membelinya. Juga hal ini masuk
dalam kategori memakan harta orang lain dengan bathil.
b. Jual beli dengan uang muka (urbun) ini sah
Ulama Hambaliyyah dan Al Khothobi menyatakan jual beli ini
diperbolehkan berdasarkan riwayat dari Umar, Ibnu Umar, Sa’id
bin Al Musayyib dan Muhammad bin Sirin yang menyatakan,
“Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau
memperbolehkan jual beli ini dan juga diriwayatkan dari Umar.
Ahmad cenderung mengambil pendapat yang membolehkannya
dan menyatakan, ‘Aku tidak akan mampu menyatakan sesuatu
sedangkan ini adalah pendapat Umar, yaitu tentang kebolehannya.’
Ahmad pun melemahkan (mendhoifkan) hadits larangan jual beli
ini, Karena terputus.
11. Tujuan dari Uang Muka (Urbun)
Adapun tujuan dari uang muka (urbun) yaitu sebagai berikut :
Page 32
a. Untuk proteksi hak kepemilikan, dengan membayar uang muka
(urbun) dengan harapan sipenjual tidak akan menjual komoditi
tersebut kepada orang lain.
b. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang
diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
c. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari
supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon karena itu
diskon adalah hak Nasabah.
d. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon
tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang
dimuat dalam akad.
e. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah
diperjanjikan dan ditandatangani(Muhammad, 2000)
12. Uang muka Murabahah Menurut Fatwa DSN
Menurut fatwa DSN No.13/DSN-MUI/IX/2000 dalam uang muka
murabahah yaitu sebagi berikut:
a. Dalam akad penyaluran dana murabahah, lembaga keuangan
syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua
belah pihak bersepakat.
b. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.
c. Jika Nasabah membatalkan akad murabahah, Nasabah harus
memberiakan ganti rugi kepada LKS dari uang tersebut.
Page 33
d. Jika uang muka lebih kecil dari kerugiaan, LKS dapat meminta
tambahan kepada Nasabah.
e. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus
mengembalikan kelebihannya kepada Nasabah (DSN-MUI)
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah. Fatwa ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana semestinya.
13. Pengakuan dan pengukuran
Dalam pengakuan dan pegukuranya yaitu bahwa di PAPSI 2013
menyatakan bahwa urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar
jumlah yang diterima, jika transaksi murabahah dilaksanakan maka
urbun diakui sebagai pelunasan piutang, dan jika transaksi murabahah
tidak dilaksanakan maka urbun dikembalikan kepada Nasabah setelah
dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh bank.
14. Diskon murabahah
Diskon murabahah menurut fatwa DSN No.16/DSN-MUI/IX/2000,
yaitu sebagi berikut:
a. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang
diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan.
Page 34
b. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari
supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon karena itu
diskon adalah hak Nasabah.
c. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon
tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang
dimuat dalam akad.
d. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah
diperjanjikan dan ditanda tangani.
15. Harga Jual Bank
a. Ketentuan harga jual bank ditetapkan pada awal perjanjian dan
tidak boleh berubah selama jangka waktu pembayaran angsuran
termasuk jika dilakukan perpanjangan.
b. Bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada
Nasabah berikut
c. Apabila Nasabah memberi uang muka (urbun), maka uang muka
Nasabah tersebut diperlukan sebagai pengurang hutang Nasabah
(Nasabah piutang murabahah). Namun demikian akad jual beli
yang dibuat antara bank dengan Nasabah tetap berpedoman kepada
harga jual beli awal yang telah disepakati.
d. Bank dapat meminta uang muka pembelian kepada Nasabah, dalam
murabahah uang muka harus dibayarkan oleh Nasabah kepada
bank buka kepada pemasok. Uang muka menjadi bagian pelunasan
piutang murabahah, apabila murabahah dilaksanakan (tidak
Page 35
diperkenankan sebagai pembayaran angsuran). Tetapi apabila
murabahah batal, uang muka dikembalikan kepada Nasabah setelah
dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan, antara lain :
1) Potongan uang muka bank oleh pemasok.
2) Biaya administrasi.
3) Biaya yang dikeluarkan alam proses pengadaan lainnya
(Muhammad, 2000).
Page 36
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 3
NO Penulis
(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Syabana,
Miftah
2014
Analisis Perlakuan
Urbun Murabahah
Pada Bank Kalsel Cab.
Syariah Banjarmasin
Porsi urbun pada Bank Kalsel
Cabang Syariah Banjarmasin,
ditetapakan berdasarkan harga
barang dan kondisi. Urbun
diakui sebagai bagian dari
pembayaran piutang murabahah.
2 Naimah
2013
Down Payment (Dp)
Dalam Pembiayaan
Murabahah (Perspektif
Fikih Mu’amalah)
Dalam transaksi ekonomi saat
ini, eksistensi Down Payment
dapat memberikan kemudahan
dalam transaksi perbankan`.
Adanya verifikasi terhadap
hadits yang melarang juga
dijadikan dasar tentang
ketidakmutlakan hukum haram
terhadap praktik urbun.
3 Hariyanto Analisis Perlakuan
Akuntansi Uang Muka
Murabahan Pada Bank
Kalsel Cabang Syariah
Banjarmasin
Porsi uang muka pada Bank
Kalsel Cabang Syariah
Banjarmasin ditetapkan
berdasarkan harga barang dan
kondisi barang. uang muka
diakui sebagai bagian dari
pembayaran piutang murabahah.
Uang muka yang diterapkan oleh
Bank Kalsel Syariah
Banjarmasin telah sesuai dengan
Fatwa DSN, PSAK, dan PAPSI.
Pembayaran uang muka ada 2
variasi, yang pertama nasabah
membayar uang muka ke bank,
dan yang kedua nasabah
membayar uang muka langsung
ke supplier.
Page 37
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Dan Pemberian Definisi Operasional Variabel
Difinisi operasional variable digunakan sebagai pedoman agar
tidak salah mengartikan atau memberikan maksud untuk suatu istilah
pokok yang penting dalam penelitian ini. Adapun variabel yang terdapat
dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Uang muka adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli (nasabah)
kepada penjual sebagai bukti komitmen untuk membeli barang dari
penjual.
b. Pembiayaan Murabahah adalah penyediaan dana dari Bank kepada
nasabah untuk membeli barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli (nasabah) dan pembeli (nasabah) membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai keuntungan Bank yang disepakati.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah study kasus dengan metode diskriptif
kualitatif. Study kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara
intensif,terperinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi,lembaga atau
gejala tertentu.di tinjau dari wilayah nya,maka penelitian study kasus ini
hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit.hasil penelitian
kasus ini hanya berlaku bagi kasus itu sendiri.
Page 38
38
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data ini yang digunakan adalah data kualitatif yang
bersumber dari wawancara dan dokumentasi terkait praktik pembiayaan
murabahah dengan uang muka.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik wawancara, adalah suatu tekhnik pengambilan data
menggunakan format pertanyaan yang terencana dan diajukan secara lisan
kepada responden dengan tujuan-tujuan tertentu. Teknik dokumentasi,
adalah mencari data-data atau variabel berupa catatan transkip, buku,
internet dan notulen.
E. Teknik Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan metode deskriptif analisis, yaitu penelitian dengan mengumpulkan
data sesuai dengan keadaan sebenarnya, serta memberikan gambaran dan
analisis. Mengenai masalah yang ada. Sedangkan penelitiannya dengan
menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu meneliti salah satu masalah
yang ada dalam perusahaan.
Page 39
39
Bagan 3
Kerangka Pemikiran
F. Kerangka Pemikiran
PSAK 102 dan
PAPSI 2013
DSN MUI
Analisis Penerapan
Uang Muka (Urbun)
Murabahah pada BNI
Syariah cabang
Banjarmasin
Hasil Penelitian
Gambaran mengenai penerapan uang muka (urbun) pada BNI Syariah
Cabang Banjarmasin
Praktek Uang Muka di BNI
Syariah Cabang Banjarmasin
Regulasi
Page 40
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan
1. Sejarah Singkat BNI Syariah
Bank ialah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang biasanya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang serta menerbitkan promes atau yang lebih dikenal
dengan banknote. Untuk di Indonesia awal mula berdirinya perbankan
tidak lepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda, ketika itu ada
beberapa bank di mana merupakan bank yang dibangun oleh orang
Belanda. Sistem perbankan syariah di Indonesia diatur dalam UU No.7
tahun 1992 (diubah dengan UU Ni.10 tahun 1998) tentang bahwa
perbankan di Indonesia terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu bank umum dan
bank perkreditan rakyat. Kedua jenis bank tersebut melaksanakan
kegiatan konvensional dan bank syariah beroperasi berdampingan.
Semenjak itu, bank syariah mulai tumbuh pesat di Indonesia dalam
bentuk bank umum syariah (full fleged Islamic bank)unit usaha syariah
(bank konvensional yang membuka cabang syariah), dan office
chanelling (gerai syariah dikantor bank konvensional).
Tahun 1997 terjadi krisis moneter yang hampir membuat seluruh
bank mengalami kebangkrutan namun krisis moneter ini tidak berdampak
untuk bank syariah, ini membuktikan ketangguhan sistem perbankan
Page 41
28
syariah. Dengan berlandaskan pada undang–undang no 1998. Pada
tanggal 20 april 2000 BNI mendirikan unit usaha syariah (UUS) dengan
5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan
Banjarmasin. Selanjutnya unit usaha syariah BNI terus berkembang
menjadi 28 kantor cabang dan 31 kantor cabang pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah
dikantor cabang BNI konvensional (office channeling) dengan lebih
kurang 1500 outlet yang terbesar diseluruh wilayah Indonesia di dalam
pelaksanaan operasional perbankan. BNI Syariah tetap memperhatikan
kepatuhan terhadap aspek syariah dengan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang saat ini diketuai oleh KH. Ma’ruf Amin, semua produk BNI
Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi
aturan syariah.
Berdasarkan keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dalam Corporate Plan UUS BNI
tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan
dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal
19 juni 2010, dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum
Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan juni 2010 tidak terlepas
dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang surat Berharga Syariah
Page 42
29
Negara (SBSN) dan UU no.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.
Disamping itu, komitmen pemerintah terhadap pengembangan perbankan
syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk
perbankan Syariah juga semakin meningkat. Pada Juni 2014 jumlah
cabang BNI syariah mencapai 65 kantor cabang, 161 kantor cabang
pembantu, 17 kantor kas, 22 mobil layanan Gerak dan 20 payment point.
Bank BNI syariah kantor cabang Banjarmasin terletak di jalan
ahmad yani km 4,5 No. 385 Banjarmasin. Bangunan BNI Syariah
Cabang Banjarmasin terdiri dari tiga lantai, yaitu lantai dasar terdiri dari
ruangan Consumer Sales, ruangan SME Financing, Operasional
Manager, ruangan Costumer Service dan toilet. Lantai tiga terdiri dari
ruangan Operasional, ruang General Affair, ruangan Costumer
Processing, musholla, dapur dan dua toilet. Selain itu terdapat pula satu
buah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan satu buah pos penjaga
keamanan yang terletak dihalaman depan kantor. Sekarang BNI Syariah
Kantor Cabang Banjarmasin memiliki dua cabang pembantu yaitu di
Sungai Danau dan Batu Licin.
2. Visi dan Misi
Visi BNI Syariah
Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan
kinerja.
Page 43
30
Misi BNI Syariah
a. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada
kelestarian lingkungan.
b. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan
syariah.
c. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
d. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
e. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
3. Struktur Organisasi
Gambar 1 struktur organisasi BNI Syariah Cabang Banjarmasin dapat
dilihat sebagai berikut:
Page 45
32
4. Job Description
Job description adalah gambaran dari tugas dan wewenang pihak
yang terkait dalam suatu jenis pekerjaan pada sebuah
instansi/perusahaan. Adapun job description dari pihak yang ada di BNI
Syariah Banjarmasin sebagai berikut :
a. Pimpinan Cabang (Branch Manager)
1) Memimpin dan bertanggung jawab penuh atas seluruh aktivitas
kantor cabang syariah dan kantor pembantu syariah terutama
dalam hal meningkatkan kualitas assets dan liabilities,
2) Bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan fungsi
manajemen secara optimal melalui pembentukan komite-komite
yang melibatkan kantor cabang syariah dan kantor cabang
pembantu syariah secara berkesinambungan sehingga berjalan
dan berfungsi secara efektif.
3) Memimpin dan berperan aktif terhadap perkembangan
implementasi Office Channeling produk BNI Syariah pada
Kantor Cabang Konvensional di bawah kelolanya.
4) Memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) atau Know Your Costumer
(KYC) sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Pemimpin Bidang Operasional (Operational Manager)
1) Menyelia kegiatan pelayanan administrasi di back office dengan
mengupayakan pelayanan yang optimal.
Page 46
33
2) Memeriksa dan bertanggung jawab penuh atas seluruh aktivitas
harian operasional front officer dalam rangka memberikan
pelayanan dan peningkatan bisnis untuk memaksimalkan
kontribusi laba terhadap BNI secara keseluruhan.
3) Mengembangkan perencanaan standar pelayanan bersama unsur
pemimpin untuk mencapai standar pelayanan.
4) Memberikan masukan kepada pemimpin cabang mengenai
pengelolaan dan pengalokasian sumberdaya (manusia, fasilitas
dan aktivitas pegawai).
c. Penyelia Pembiayaan Produktif (Small Medium Enterprise(SME))
1) Memasarkan produk pembiayaan produktif ritel.
2) Memproses permohonan pembiayaan produktif ritel.
3) Mengelola pemantauan nasabah pembiayaan produktif ritel,
kolektabiliti 1 dan 2.
4) Melakukan kerja sama dengan institusi/aliansi bisnis dalam
rangka pemasaran produk pembiayaan.
5) Melakukan kegiatan cross selling untuk produk-produk Bank
BNI Syariah lainnya.
6) Melakukan penelitian potensi ekonomi daerah dan menyusun
peta bisnis.
Page 47
34
d. Penyelia Pemasaran (Consumer Sales)
1) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
memasarkan produk dan jasa perbankan kepada nasabah/calon
nasabah.
2) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam mengelola
permohonan pembiayaan.
e. Penyelia Operasional (Operational)
1) Melaksanakan dan berperan aktif dalam kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan administrasi pembiayaan.
2) Melaksankan dan berperan aktif mengelola portopel
pembiayaan.
3) Berpartisipasi aktif dalam gugus tugas khusus dalam komite
yang dibentuk oleh Pemimpin Cabang Syariah dan Cabang
Pembantu Syariah.
4) Berpartisipasi aktif dalam hal penyelesaian temuan audit.
f. Penyelia Umum (Back Office)
1) Mengelola sistem otomasi di Kantor Cabang dan Kantor
Layanan.
2) Menyelia langsungdan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
mengelola transaksi dan administrasi kliring (termasuk
KU/Inkaso-DN).
3) Mengelola kebenaran dan sistem transaksi keuangan Kantor
Cabang Syariah dan Cabang Pembantu Syariah.
Page 48
35
4) Menyelia langsung dan berpartisipasi aktif dalam mengelola
kebutuhan logistik, akomodasi, kelengkapan kantor dan
transportasi.
5) Menyelia langsungdan berpartisipasi aktif dalam mengelola
administrasi umum dan kearsipan.
6) Melaksanakan dan berperan aktif dalam mengelola masalah
kepegawaian.
g. Penyelia Proses (Consumer Processing)
1) Melakukan verifikasi data-data pada aplikasi dan kelengkapan
dokumen penunjang pembiayaan konsumer.
2) Melakukan verifikasi on site untuk calon nasabah segmen non-
fixed income pembiayaan konsumer.
3) Mengkoordinasikan seluruh proses yang berkaitan dengan
penilaian agunan (taksasi/hertaksasi) pembiayaan konsumer-
skoring sehingga memperoleh nilai wajar dan tepat waktu.
4) Melakukan analisa pembiayaan, melakukan proses penagihan
dan membuat pengusulan pembiayaan.
5) Mendukung berjalannya program-program peningkatan
budaya pelayanan.
h. Penyelia Layanan Nasabah (Customer Service)
1) Pelayanan semua jenis transaksi kas/tunai, pemindahan,
setoran kliring dalam rangka memberikan pelayanan transaksi
keuangan terbaik kepada nasabah.
Page 49
36
2) Melakukan penyeliaan atas kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan produk jasa/transaksi yang dikelola oleh Kantor Besar
Syariah, atau pihak ketiga lainnya, yang dilakukan oleh
asisten/pelaksana, antara lain aktivitas pelayanan Payment
Point dalam sistem penerimaan pajak, PLN, Telkom, SPP, dll
dari nasabah pemegang/bukan pemegang rekening, serta
menyelesaikan pembukuannya.
i. Collection Of Remedial (COR)
1) Pemantauan proses penagihan (call atau visit) dan
pemantauan penyelesaian kewajiban pembiayaan khususnya
pembiayaan dengan kolektabilitas 3 (kurang lancar), 4
(diragukan), 5 (macet).
2) Pemantauan kewajiban nasabah pembiayaan konsumer.
3) Penyelamatan dan penyelesaian pembiayaan produktif ritel,
serta pembiayaan konsumer.
4) MAP (Memorandum Analisa Penyelematan) dan
memorandum perubahan kolektabilitas.
5) Penyusunan memorandum penghapus bukuan/penghapusan
pembiayaan.
5. Produk dan Layanan BNI Syariah
BNI Syariah merupakan lembaga keuangan bank yang
kegiatannya sama dengan bank syariah lainnya, yaitu dalam
menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyrakat/nasabah. Sebagai
Page 50
37
intermediasi BNI Syariah menghadirkan produk-produk yang menjawab
kebutuhan nasabah, mulai dari individu, usaha kecil, hingga institusi,
dilengkapi dengan kemudahan, fleksibilitas dan fasilitas untuk
kenyamanan dan kemudahan nasabah.
a. Produk Dana
1) Tabungan iB Hasanah
Tabungan iB Hasanah tersedia dengan dua pilihan akad
wadiah atau mudharabah (bagi hasil) dengan setoran awal Rp
100.000,-(seratus ribu) merupakan tabungan transaksional yang
dilengkapi dengan kartu ATM/Debit serta didukung E-Banking
seperti Internet Banking, SMS Banking, dan mobile Banking
untuk kebutuhan sehari-hari. Dapat digunakan untuk mahasiswa
dan community card, Bebas biaya tarik tunai dan cek saldo di
ATM BNI dan Bebas biaya tarik administrasi bulanan untuk
akad wadiah.
2) Tabungan iB Prima Hasanah
Tabungan iB Prima Hasanah setoran awal Rp 10.000.000,-
(sepuluh juta) dengan prinsip mudharabah didesain untuk
nasabah yang membutuhkan fasilitas lebih, dilengkapi dengan
asuransi jiwa dan fasilitas executive lounge di bandara kota-kota
besar Indonesia, serta dijamin LPS (Lembaga Penjamin
Simpanan). Kartu BNI SyariahGold dengan limit transaksi
penarikan tunai di ATM serta transfer lebih besar.
Page 51
38
3) Tabungan iB Bisnis Hasanah
Tabungan iB Bisnis Hasanah adalah tabungan dengan
prinsip mudharabah untuk usaha kecil atau usaha perorangan
dengan mutasi rekening yang lebih detail dalam buku tabungan
dilengkapi dengan kartu ATM gold dan fasilitas executive
lounge.
4) Tabungan iB Tapenas Hasanah
Tabungan iB Tapenas Hasanah adalah tabungan yang
dikelola berdasarkan prinsip mudharabah merupakan tabungan
berjangka, didesain untuk membantu perencanaan masa depan
nasabah yang dilengkapi dengan asuransi jiwa bebas premi.
Dapat digunakan sebagai tabungan perencanaan untuk umroh,
liburan hingga pendidikan. Dengan setoran awal Rp 100.000,-
(seratus ribu) dan setoran tetap bulanan minimal Rp 100.000,-
(seratus ribu) s/d Rp5.000.000,- (lima juta), dengan jangka
waktu 1 (satu) s/d 18 (delapan belas) tahun. Tabungan IB
Tapenas Hasanah memiliki bagi hasil lebih tinggi, dan
memilikiManfaat asuransi jiwa hingga Rp 1.000.000.000,- (satu
miliar) dengan asuransi kesehatan hingga Rp 1.000.000 (satu
juta) perhari untuk setiap peserta.
5) Giro iB Hasanah
Giro iB Hasanah adalah simpanan transaksional dalam mata
uang Rupiah (Rp) yang dikelola dengan prinsip syariah(wadiah
Page 52
39
yadh dhamanah), dengan alat pembayaran berupa cek dan bilyet
giro, Setoran awal untuk perorangan Rp 500.000,- ( lima ratus
ribu) dan Rp 1.000.000,- (satu juta) untuk perusahaan/badan
usaha. Dilengkapi dengan kliring lokal untuk mempermudah
transaksi antar wilayah, dan dapat bertransaksi dilebih dari 787
cabang BNI (Syraiah Channeling Outlet).
6) Deposito iB Hasanah
Deposito iB Hasanah merupakan investasi berjangka
dalam mata uang rupiah atau dollar yang dikelola dengan
prinsip mudharabah, bagi hasil yang kompetitif, dengan pilihan
jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan. Dan dijamin oleh LPS, serta
dapat dijadikan jaminan pembiayaan.
7) Tabungan iB Tunas Hasanah
Tabungan iB Tunas Hasanah merupakan tabungan yang
diperuntukan untuk anak-anak sampai usia 17 tahun, tabungan
ini disertai tabungan dan kartu ATM atas nama anak dan
transaksi dibatasi Rp 500.000,- (lima ratus ribu) perhari.
8) TabunganKu iB
TabunganKu iB adalah tabungan nasional dengan prinsip
wadiah, dan merupakan program pemerintah bekerjasama
dengan seluruh bank untuk menumbuhkan budaya menabung
masyarakat.Dapat dilengkapi dengan kartu ATM/Debit
(optional), bebas biaya pengelolaan rekening, bebas biaya
Page 53
40
transfer ke rekening BNI, hanya dengan setoran awal Rp
20.000,- (dua puluh ribu).
9) SimPel
Tabungan SimPel merupakan tabungan yang diperuntukan
bagi pelajar, dengan setoran awal Rp 20.000,- (dua puluh ribu),
dilengkapi dengan ATM nama dan saldo minimum Rp 2.000,-
(dua ribu).
10) Tabungan iB Baitullah Hasanah
Tabungan yang didesain untuk merencanakan perjalanan haji
yang dikelola secara syariah dengan setoran bebas atau bulanan,
terkoneksi dengan SISKOHAT Kementrian Agama sehingga
proses mendapatkan nomor porsi haji lebih mudah, dan dilindungi
asuransi kecelakaan diri. Dengan setoran awal minimal
Rp.500.00,- (lima ratus ribu) mudharabah, atau Rp.100.000,-
(seratus ribu) wadiah. bebas biaya pengelolaan rekening bulanan.
b. Produk Pembiayaan Konsumtif
1) Griya iB Hasanah
Pembiayaan Griya iB Hasanah merupakan fasilitas
pembiayaan konsumtif dengan akad murabahah (jual beli) untuk
membeli, membangun, merenovasi rumah/ruko ataupun untuk
membeli kavling siap bangun (KSB) dengan sistem angsuran
tetap hingga akhir masa pembiayaan sehingga memudahkan
nasabah mengelola keuangannya. Maksimum pembiayaan sampai
Page 54
41
dengan Rp 5 miliar, jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15
tahun, margin kompetitif, uang muka yang ringan (10% untuk
mitra developer BNI Syariah).
2) Fleksi iB Hasanah
Fleksi iB Hasanah merupakan fasilitas pembiayaan
konsumtif bagi Pegawai/Karyawan Perusahaan/Lembaga/Instansi
atau masyarakat dengan fixed income, yang diberikan atas dasar
akad murabahah (jual beli) untuk pembelian barang serta dengan
akad ijarah (sewa) untuk penggunaan jasa, misalnya pengurusan
biaya pendidikan, perjalanan ibadah umrah, travelling,
pernikahan dan lain-lain. Maksimal sampai dengan Rp 100 juta,
jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 tahun, margin
kompetitif dan angsuran tetap sampai dengan lunas.
3) Multiguna iB Hasanah
Multiguna iB Hasanah merupakan fasilitas pembiayaan
konsumtif bagi karyawan perusahaan/lembaga/instansi atau
profesional, dengan berlandaskan akad murabahah (jual beli)
untuk pembelian barang dengan agunan berupa fixed
asset.Pembiayaan 80% dari kebutuhan biaya (atau uang muka
20%), minimal pembiayaan Rp 25 juta s/d Rp 2 miliar, dan
jangka waktu pembiayaan sampai dengan 8 tahun dengan
angsuran tetap samapi lunas.
Page 55
42
4) Multijasa iB Hasanah
Multijasa iB Hasanah merupakan fasilitas pembiayaan
dengan prinsip Ijarah (sewa menyewa) diberikan kepada individu
untuk kebutuhan jasa dengan jaminan fixed asset atau kendaraan
bermotor. Pembiayaan 80% dari kebutuhan biaya (atau uang
muka 20%), maksimum pembiayaan sampai dengan Rp
500.000.000,- (lima ratus juta), jangka waktu pembiayaan sampai
dengan 3 tahun, dan angsuran tetap sampai dengan lunas.
5) Pembiayaan Emas iB Hasanah
Pembiayaan iB hasanah merupakan pembiayaan
konsumtif yang diberikan untuk membeli emas logam molia
dalam bentuk batangan yang diangsur secara rutin/atau tetap
setiap bulannya. Maksimum pembiayaan sampai dengan Rp
150.000.000,- (seratus limapuluh juta), dengan jangka waktu
sampai dengan 5 tahun.
6) Oto iB Hasanah
Oto iB Hasanah, merupakan pembiayaan konsumtif yang
ditujukan kepada masyarakat untuk pembelian kendaraan
bermotor dengan agunan kendaraan bermotor yang dibiayai
dengan pembiayaan ini. Minimal pembiayaan Rp 5.000.000,-
(lima juta) sampai dengan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar),
jangka waktun sampai dengan 5 tahun dan uang muka tidak
diwajibkan.
Page 56
43
7) iB Hasanah Card
iB Hasanah Card adalah kartu pembiayaan yang berfungsi
seperti kartu kredit berdsarkan prinsip syariah yaitu dengan
sistem perhitungan biaya bersifat tetap, adil, transparan dan
kompetitif, tanpa perhitungan bunga. iB Hasanah Card tidak
hanya digunakan untuk kegiatan konsumtif namun dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan ibadah umroh, pendidikan, dan
kegiatan usaha.
8) CCF iB Hasanah
CCF iB Hasanah merupakan pembiayaan yang dijamin
dengan simpanan dalam bentuk deposito, giro atau tabungan yang
diterbitkan BNI Syariah. Maksimal pembiayaan sampai dengan
95% untuk mata uang Rupiah serta maksimum 60% untuk mata
uang US Dollar dari nilai simpanan yang dijaminkan.Jangka
waktu pembiayaan sampai dengan 1 tahun dan dapat
diperpanjang, margin kompetitif, dan angsuran tetap sampai
dengan lunas.
c. Produk pembiayaan Produktif
1) Tunas Usaha iB Hasanah
Tunas Usaha iB Hasanah merupakan fasilitas pembiayaan
modal kerja dan atau investasi berlandaskan akad murabahah,
musyarakah, atau mudharabah yang diberikan untuk usaha
produktif yang feasible namun belum bankable dengan prinsip
Page 57
44
syariah.minimal pembiayaan Rp 20.000.000,- (dua puluh juta) s/d
Rp 500.000.000,- (lima ratus juta), jangka waktu pembiayaan
modal kerja maksimal s/d 3 tahun untuk pembiayaan modal kerja,
dan 5 tahun untuk pembiayaan investasi.
2) Wirausaha iB Hasanah (WUS)
Wirausaha iB Hasanah merupakan fasilitas pembiayaan
produktif berlandaskan akad murabahah, musyarakah, atau
mudharabah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan usaha produktif (modal kerja dan investasi) bagi
UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sesuai prinsip syariah. Uang
muka ringan, minimal 10%, minimal pembiayaan Rp 50 juta s/d
Rp 1 miliar, jangka waktu pembiayaan s/d 7 tahun.
3) Usaha Kecil iB Hasanah
Usaha kecil iB Hasanah merupakan fasilitas pembiayaan
syariah berlandaskan akad murabahah, musyarkah atau
mudharabah yang digunakan untuk tujuan produktif (modal kerja
maupun investasi) berdasarkan prinsip-prinsip pembiayaan
syariah.Minimal pembiayan Rp 150 juta s/d Rp 10 miliar dengan
jangka waktu pembiayaan s/d 7 tahun.
4) Usaha Besar iB Hasanah
Usaha Besar iB bisnis Hasanah adalah pembiayaan syariah
yang digunakan untuk tujuan produktif (modal kerja maupun
investasi) kepada pengusaha berbadan hukum skala menengah dan
Page 58
45
besar dalam mata uang Rupiah maupu valas.Maksimum
pembiayaan dari di atas Rp 10 miliar sampai Rp 200 miliar dengan
jangka waktu pembiayaan s/d 7 tahun.
5) Linkage Program iB Hasanah
Linkage Program iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan
dimana BNI Syariah sebagai pemilik dana menyalurkan
pembiayaan dengan pola executing kepada Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) seperti BMT, BPRS, KJKS, dan lainnya kemudian
disalurkan kepada end user (pengusaha mikro, kecil, dan menengah
syariah). Kerja sama dengan LKS dapat dilakukan secara langsung
ataupun melalui lembaga pendamping.
6) Kopkar/Kopeg iB Hasanah
Kopkar/Kopeg iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan
mudharabah dimana BNI Syariah sebagai pemilik dana
menyalurkan pembiayaan dengan pola executing kepada Koperasi
Karyawan (Kopkar)/Koperasi Pegawai (Kopeg) kemudian
disalurkan secara prinsip syariah kepada end user/karyawan.
d. Produk Jasa
1) Payrol Gaji
Payrol gaji adalah layanan pembayaran gaji yang dilakukan
oleh BNI Syariah atas dasar perintah dari perusahaan pembayar gaji
untuk mendebet rekeningnya ke rekening karyawan.
Page 59
46
2) Cash Management
Cash Management adalah jasa pengelelolaan seluruh rekening
seperti corporate internet banking yang dapat digunakan oleh
perusahaan/lembaga/instansi.Produk ini dilengkapi dengan fasilitas
virtual account.
3) Pembayaran Pajak & Penerimaan Negara Bukan Pajak
Melalui MPN (Modul Penerimaan Negara) BNI syariah dapat
melayani pembayaran setoran penerimaan negara (pembayaran
pajak).Transaksi lebih mudah karena menggunakan kode billing,
sehingga pembayaran lebih cepat dan akurat kerna pengisian data
dilakukan otomatis.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini, berikut dipaparkan hasil
penelusuran mengenai penerapan uang muka (urbun) murabahah pada
BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin. Murabahah merupakan skim
pembiayaan yang paling populer di perbankan syariah. Secara sederhana
murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut
ditambah keuntungan yang disepakati.
Murabahah dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan.
Suatu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah
bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberitahu kepada
pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan
Page 60
47
yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan nilai tersebut bisa
berupa nilai absoulut atau berdasarkan presentase.
Seperti diketahui bahwa pembiayaan murabahah jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan /margin yang disepakati.
Dalam jual beli ini, penjual harus tahu harga pokok pembelian barang
dan menetukan tingkat tertentu sebagai tambahan dan menjelaskan
kepada pembeli. Murabahah menekankan adanya pembelian komoditas
berdasarkan permintaan nasabah, bukan hanya pinjaman semata
sebagaimana dalam sistem kredit di perbankan konvensional. Dalam
praktek pembiayaan murabahah, nasabah datang mengajukan
pembiayaan atas komoditas dengan kriteria tertentu. Pada tahap ini
terjadi neogisasi dan penyertaan yang harus di penuhi oleh kedua pihak.
Kemudian bank memesan barang kepada supplier sesuai dengan kriteria
yang diinginkan nasabah. Setelah barang tersebut resmi menjadi milik
bank. Barang dan dokumen dikirimkan kepada nasabah, kemudian
nasabah melakukan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Dengan
demikian, jika melihat praktek pembayaran murabahah, tidak ditemukan
adanya unsur bunga, hanya margin sebagai tambahan atas harga pokok
pembelian sehingga tidak bertentangan dengan syariah.
Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual beli yang sama
sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun demikian
bentuk jualbeli ini kemudian digunkan oleh perbankan syariah dengan
menambah beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan
Page 61
48
dengan syarat yang benar-benar harus diperhatikan agar transaksi
tersebut diterima secara syariah. Dalam pembiayaan ini bank sebagai
pihak dana memberikan barang sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian
menjualnya ke nasabah tersebut dengan penambahan keuntungan tetap.
Sementara itunasabah akan mengembalikan utangnya di kemudian hari
secara tunai maupun cicil. Pembiayaan apabila dilihat dari sifat
penggunaanya dibagi menjadi dua yaitu pertama pembiayaan produktif,
yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dalam arti yang luas, seperti peningkatan usaha, baik usaha produksi,
perdagangan maupun investasi. Kedua, pembiayaan konsumtif yaitu
pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang
akan akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pembiayaan
murabahah, termasuk ke dalam jenis pembiayaan konsumtif tersebut.
1. Praktek Murabahah di BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin
Dalam kegiatan transaksi pembiayaan murabahah, BNI Syariah
Kantor Cabang Banjarmasin menganut sistem murabahah dengan pesanan
artinya BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin baru akan melakukan
transaksi jual beli apabila bila ada pesanan. Umumnya murabahah dengan
pesanan dapat dikategorikan dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Bersifat mengikat apabila telah dipesan maka harus dibeli.
b. Bersifat tidak mengikat, yaitu walaupun nasabah telah memesan
barang, tetapi nasabah tidak terikat artinya nasabah dapat menerima
Page 62
49
atau mengembalikan barang tersebut. Dalam murabahah ada tiga
komponen yang bertransaksi dengan saling keterkaiatan yaitu:
supplier (penyedia barang), bank (pembeli/penjual), nasabah (pembeli
akhir).
1A 2A
1B 2B
Adapaun simulasi atau gambaran perhitungan pembiayaan Griya
iB Hasanah pada BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin adalah
sebagai berikut. Misalnya, seorang nasabah inginmembeli rumah yang
terletak di daerah Banjarmasin. Rumah tersebut seharga
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dengan pengajuan
permohonan pembiayaanselama lima tahun. Dalam hal ini pihak bank
menyetujuipembiayaan tersebut BNI Syariah Kantor Cabang
Banjarmasin akan menfasilitasi nasabah pembiayaan rumah tersebut
dengan pembiayaan Griya iB Hasanah. Disepakati maksimum
pembiayaan oleh bank sebesar 70% dari harga rumah dengan margin
keuntungan bank sebesar 10%. nasabah juga sepakat membayar uang
muka sebesar 30%. Adapun struktur pembiayaan yaitu:
Pokok pembiayaan : 70% x Rp.100.000.000,00 = Rp.70.000.000,00
SUPPLIER
BANK
NASABAH
Page 63
50
Margin: 10% x Rp.70.000.000,00 x 5 tahun = Rp.35.000.000,00
Angsuran: Rp.70.000.000,00 + Rp.35.000.000,00 =
Rp.105.000.000,00
Angsuran perbulan: Rp.105.000.000,00/60 =Rp.1.750.000,00
Realisasi pembiayaan:
1. Jenis pembiayaan: Murabahah
2. Tujuan penggunaan: Pembelian 1 unit rumah tinggal
3. Harga beli: Rp.100.000.000,00
4. Margin bank (10%): Rp. 35.000.000,00
5. Harga jual bank: Rp.135.000.000,00
6. Uang Muka: Rp. 30.000.000,00
7. Total angsuran :Rp.105.000.000,00
8. Pembiayaan bank (70%) : Rp. 70.000.000,00
9. Jangka waktu : 60 bulan
10. Angsuran perbulan : Rp.1.750.000,00
11. Denda : Rp. 20.000,-
Jadi, angsuran bulanan yang harus dibayar oleh nasabah
pembiayan rumah tersebut selama lima tahun adalah sebesar satu juta
tujuh ratus lima puluh ribu rupiah. Angsuran tersebut akan didebet dari
rekening afiliasi nasabah pada BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin
setiap bulannya. Jumlah angsuran yang dibayar nasabah tersebut tidak
akan berubah sampai lunas.
a. Pengakuan dan Pengkuran
Page 64
51
1. Uang Muka (Urbun)
Dalam pembiayaan Murabahah pada BNI Syariah Kantor Cabang
Banjarmasin khususnya pada produk Griya iB Hasanah
menetapkan uang muka sebesar 30%.
2. Piutang Murabahah
Berdasarkan uraian di atas maka jurnalnya yaitu:
Akun Debet Kredit
Piutang Murabahah 135.000.000,-
Persediaan murabahah 100.000.000,-
Margin murabahah
ditangguhkan
35.000.000,-
3. Keuntungan (Margin)
Pada kasus ini maka jurnalnya yaitu:
Pada saat perode berakhir:
Akun Debet Kredit
Piutang Murabahah 135.000.000,-
Persediaan murabahah 100.000.000,-
Margin murabahah
ditangguhkan
35.000.000,-
Selama periode akad secara proporsional, apabila akad murabahah
melampaui suatu periode akuntansi, maka jurnalnya:
Akun Debet Kredit
Margin murabahah
ditangguhkan
xxx
Page 65
52
Pendapatan Margin
Murabahah
xxx
4. Denda
Apabila si nasabah mengalami keterlambatan dalam proses
pembayaran maka nasabah dikenakan denda sebesar 20.000,-
Jurnal untuk bank:
Akun Debet Kredit
Kas/rekening nasabah 20.000,-
Dana Kebijakan 20.000,-
5. Pelunasan dini
Jika nasabah melunasi pembayarannya sebelum masa
pelunasan maka nasabah mendapatkan potongan pelunasan sebesar
1 kali anggsuran. Maka jurnalnya yaitu
Akun Debet Kredit
Kas/rekening nasabah 1.750.000,-
Piutang Murabahah 1.750.000.,-
Akun Debet Kredit
Margin Murabahah
Ditangguhkan
1.750.000,-
Pendapatan Margin
Murabahah
1.750.000,-
Page 66
53
Akun Debet Kredit
Beban Operasional-
Potongan Pelunasan Dini
1.750.000,-
Kas/Rekening Nasabah 1.750.000,-
b. Penyajian
Berdasarkan laporan keuangan BNI Syariah maka penyajian
piutang murabahah sebagai berikut:
Piutang murabahah Rp. 22.724.109,-
Penyisihan Piutang Murabahah tak tertagih Rp. 458.748,- _
Nilai bersih piutang murabahah Rp. 22.265.361,-
Diakhir periode BNI Syariah melakukan jurnal penyesuaian
untuk mengakui penyisihan piutang tak tertagih yaitu:
Akun Debet Kredit
Kerugian Piutang
Murabahah
458.748,-
Penyisihan Piutang
Murabahah tak tertagih
458.748,-
c. Pengungkapan
Dalam BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin untuk
pengungkapan terlihat pada laporan keuangan neraca bahwa segala
bentuk, jenis dan jumlah serta murabahah yang dikeluarkan bank
sudah jelas. Hal ini pun di perjelas oleh bagain pembiayaan yang
menerangkan kepada calon nasabahnya terkait penyelesaian akad
Page 67
54
ketika nasabah bermasalah yaitu dengan melelang agunan yang
diberikan.
2. Analisis Praktik Murabahah pada Syariah Kantor Cabang Banjarmasin
a. Pengakuan dan pengukuran
1. Analisis Urbun
Sebagaimana data di atas bahwa BNI Syariah Kantor
Cabang Banjarmasin menetapkan uang muka sebesar 30% hal ini
diperbolehkan oleh Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/2000, PSAK
102 dan PAPSI 2013.
2. Analisis Piutang Murabahah
Sesuai dengan data yang diperoleh diatas, dapat dikatakan telah
mengikuti peraturan PSAK 102 karena terlihat dari jurnal bank
mengakui sebesar harga dan ditambah keuntungan.
3. Analisis Pengakuan Keuntungan
Terlihat dari data dan jurnal BNI Syariah Kantor Cabang
Banjarmasin telah mengakui keuntungan setelah periode berakhir
pada laporan keuangan dan selama perode akad secara
proporsional apabila akad murabahah melampaui suatu periode
berakhir.
4. Analisis Pelunasan Dini
Berdasarkan data di atas bahwasanya BNI Syariah Kantor
Cabang Banjarmasin telah melaksanakan peraturan PSAK 102
Page 68
55
paragraf 16 yang berisi “Penjual boleh memberikan potongan pada
saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli:
(a) melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
(b) melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang
telah disepakati”. dan PAPSI 2013 karena telah menyiapkan dana
sebesar 1 kali anggsuran kepada nasabah yang melunasi utang
murabahah sebelum waktu akad berakhir.
5. Analisis Denda
“Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang
murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, maka penjual dapat
mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli
tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur.
Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk
membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya
denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang
berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan”. (PSAK
102, Paragraf 15)
Sedangkan berdasarkan PAPSI 2013 dana yang diperoleh dari
denda diakui sebagai dana kebijakan.
Bersarkan data dan peraturan berarti BNI Syariah Kantor Cabang
Banjarmasin sudah sesuai.
Page 69
56
b. Penyajian
Berdasarkan data di atas perlakuan akuntansi penyajian piutang
murabahah yang dilakukan oleh BNI Syariah Kantor Cabang
Banjarmasin sudah sesuai dengan PSAK 102 dan PAPSI 2013.
Piutang murabahah disajikan pada neraca pos aktiva lancer dan
disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yaitu saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
c. Pengungkapan
Berdasarkan data dapat dikatakan BNI Syariah Kantor Cabang
Banjarmasin sudah sesuai dengan peraturan Fatwa DSN No. 13/DSN-
MUI/2000, PSAK 102 dan PAPSI 2013.
2. Praktik Uang Muka di BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin
a. Penetapan Uang Muka
BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin menetapkan bahwa
uang muka (urbun) murabahah diperbolehkan, bank dapat meminta
uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat. Uang muka yang
diterima bank tidak diperbolehkan berasal dari supplier, sehingga
uang muka yang diterima bank langsung dari nasabah yang terkait.
Konsep perlakuan uang muka di BNI Syariah Kantor Cabang
Banjarmasin menerapkan bahwa nasabah ingin mengajukan
pembiayaan murabahah, langsung mendatangi pihak bank.
Bank menetapkan besarnya uang muka acuan untuk
pembiayaan murabahah baik murabahah produktif maupun
Page 70
57
konsumtif yang berkisar antara 5% sampai dengan 40%. Berikut ini
merupakan besaran uang muka untuk pembiayaan murabahah yang
ditetapkan oleh Bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin,
antara lain:
1. Aktiva kendaraan bermotor:
a) Aktiva non produktif, berupa mobil baru 30% - 35%, mobil
bekas 40%, dan sepeda motor 20%.
b) Aktiva produktif baru, berupa mobil/sepeda motor 20% - 25%,
alat berat 20% - 30%, dan kapal 20%.
c) Aktiva produktif bekas, berupa mobil/ sepeda motor 30% -
40%, alat berat 30%- 40%, dan kapal 30%.
2. Objek pembiayaan lain:
a) Barang konsumsi 30%,
b) Barang modal 35%.
b. Perlakuan Uang Muka
BNI Syariah Kantor cabang Banjarmasin memperlakukan
uang muka yang diterima dari nasabah dalam transaksi pembiayaan
murabahah sebagai pengurang jumlah angsuran yang harus
dibayarkan oleh nasabah, sehingga pembayaran dari total
keseluruhan pembiayaan yang diterima nasabah akan dikurangi
sebesar uang muka yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Page 71
58
Perlakuan akuntansi uang muka yang dilakukan oleh BNI
Syariah Kantor Cabang Banjarmasin pada saat menerimaan dari
nasabah:
Akun Debet Kredit
Kas/rekening nasabah 30.000.000,-
Titipan uang muka
murabahah (kewajiban
segera)
30.000.000,-
Jurnal pada saat BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin
membayar uang muka kepada supplier sebesar Rp. 30.000.000,-:
Akun Debet Kredit
Uang muka pembelian
murabahah (Aktiva
Lainnya)
30.000.000,-
Kas/rekening supplier 30.000.000,-
Peneliti melakukan analisis dalam pengakuan dan pencatatan
setoran uang muka, nasabah wajib menyetorkannya kepada bank
sebelum akad murabahah, dan dicatat oleh bank sebagai kewajiban
segera pada perkiraan titipan uang muka murabahah.
Pada saat pelunasan pembayaran asset murabahah ke supplier
Akun Debet Kredit
Persedian Murabahah 100.000.000,-
Uang muka murabahah 30.000.000,-
Kas/rekening supplier 70.000.000,-
Page 72
59
Pada saat akad murabahah
Akun Debet Kredit
Piutang Murabahah 135.000.000,-
Persediaan murabahah 100.000.000,-
Margin murabahah
ditangguhkan
35.000.000,-
Pada saat pengakuan uang muka
Akun Debet Kredit
Titipan uang muka
murabahah
30.000.000,-
Piutang Murabahah 30.000.000,-
c. Pembatalan Uang Muka Murabahah
Dalam pembiayaan murabahah, nasabah di BNI Syariah
Kantor Cabang Banjarmasin dapat sewaktu-waktu membatalkan
transaksi yang disepakati, dalam pembatalannya uang muka yang
diterima pihak bank dikembalikan seutuhnya kepada nasabah
melalui rekening nasabah setelah dikurangi biaya-biaya riil yang
dikeluarkan oleh bank atau penjual. Biaya-biaya riil yang harus
dibayar nasabah adalah biaya-biaya yang dikenakan pemasok karena
pembatalan pembelian ditambah biaya yang dikeluarkan bank dalam
proses pembelian aset murabahah tersebut. Jurnal saat pembatalan
akad murabahah:
Page 73
60
Akun Debet Kredit
Uang muka Murabahah xxx
Kas/ Rekening Nasabah Xxx
Pendapatan Operasional
laiinya
Xxx
3. Kesesuaian penetapan Uang Muka Yang Ada Di BNI Syariah Kantor
Cabang Banjarmasin
a. Penetapan Uang Muka
Dalam hal ini penerapan uang muka (urbun) murabahah
pada BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin sudah sesuai
dengan peraturan Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/2000, PSAK 102
dan PAPSI 2013 yaitu tentang dibolehkan penetapan uang muka
pada transaksi murabahah. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/ IX/2000
tentang uang muka Murabahah sebagai berikut:
Fatwa tentang uang muka murabahah. Pertama: Ketentuan
umum uang muka :
Dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila
kedua belah pihak bersepakat.
Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus
memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut.
Page 74
61
Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan
kesepakatan.
Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat
meminta tambahan kepada nasabah.
Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS dapat
meminta dikembalikan kelebihannya kepada nasabah.
Kedua, Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya
atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui badan Pengadilan Agama setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ketiga, Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan
diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
b. Pembatalan Uang Muka Murabahah
Dalam hal ini di BNI Syariah Kantor cabang Banjarmasin
dipandang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Fatwa DSN No.
13/DSN MUI/2000 karena di fatwa tersebut dinyatakan bahwa jika
Nasabah membatalkan akad murabahah, maka nasabah harus
menggantikan ganti rugi kepada LKS dari uang tersebut. Adapun di
BNI Syariah Cabang Banjarmasin, jika nasabah ingin mengajukan
pembiayaan murabahah maka Nasabah menyetorkan uang muka
dalam bentuk rekening yang sifatnya adalah titipan. Jika kasus
pembatalan sebelum kontrak maka tidak ada pemotongan, jika
Page 75
62
terjadi pembatalannya sesudah kontrak maka di BNI syariah Kantor
Cabang Banjarmasin Belum pernah terjadi seperti membatalkan
sesudah akad, karena bila sudah berlanjut akad maka nasabah wajib
melakukan pembiayaan tersebut karena di BNI Syariah Kantor
Cabang Banjarmasin sifat akad murabahah nya mengikat.
Apabila murabahah disepakati, uang muka diperhitungkan
sebagai pembayaran piutang murabahah (porsi pokok). Ketentuan ini
diatur dalam PSAK No. 102 yang menyatakan: Penjual dapat
meminta urbun kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian
sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan
piutang murabahah jika akad murabahah disepakati, jika akad
murabahah batal maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung oleh penjual. Jika
urbun itu lebih kecil dari kerugian, maka penjual dapat meminta
tambahan dari pembeli. Demikian juga halnya jika akad murabahah
batal maka uang muka tersebut dikembalikan kepada nasabah setelah
dikurangi biaya-biaya riil yang dikeluarkan oleh bank atau penjual.
Biaya-biaya riil yang harus dibayar nasabah adalah biaya-biaya yang
dikenakan pemasok karena pembatalan pembelian ditambah biaya
yang dikeluarkan bank dalam proses pembelian aset murabahah
tersebut.
Page 76
63
Konsep perlakuan uang muka ini telah dipergunakan oleh
Bank BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin yang mengacu
kepada fatwa DSN, PSAK 102 dan PAPSI 2013.
c. Perlakuan tentang Uang Muka Akibat Pembatalan
Di BNI Syariah Kantor Cabang Banjarmasin tidak ada
kerugian jika Nasabah membatalkan uang mukanya, karena uang
muka tersebut langsung menjadi milik Nasabah dan dikembalikan
sepenuhnya. Pada peraturan tersebut dijelaskan juga bahwa uang
muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika akad
disepakati. Bagi pihak nasabah yang sudah menyetor uang muka ke
bank jika ia membatalkan transaksi maka tidak ada kerugian dari
pihak bank maupun nasabah.
Sejatinya uang muka harus menjadi milik penjual apabila
transaksi batal dilaksanakan. Tetapi para ulama melihat bahwa
dalam praktiknya, bank syariah mengenakan uang muka sampai
setengah dari harga yang disepakati, yang tentunya akan
memberatkan nasabah. Oleh karena itu, tidak adil jika uang muka itu
semuanya harus jadi milik bank. Jika diteliti lebih jauh, persoalan
uang muka dalam murabahah juga muncul dari sifat murabahah itu
sendiri.
Page 77
64
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil yang dilakukan, dapat diketahui penerapan uang
muka (urbun) murabahah pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin
sebagai berikut :
1. Dalam praktiknya di BNI Syariah Cabang Banjarmasin
khususnya pada uang muka (urbun) murabahah nasabah wajib
menyetorkan uang muka ke bank sebagai bukti komitmen untuk
mengajukan pembiayaan.
2. Dalam penerapan uang muka murabahah di BNI Syariah
Cabang Banjrmasin perlakuan terhadap pembatalan uang muka
murabahah kurang sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN-MUI
No.13./IX/2000 karena menurut fatwa tersebut jika Nasabah
membatalkan akad murabahah, Nasabah harus memberikan
ganti rugi kepada LKS dari uang tersebut, jika uang muka lebih
kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada
nasabah. Jika jumlah uang muka besar dari kerugian LKS harus
mengembalikan kelebihan kepada Nasabah. Sedangkan di BNI
Syariah Cabang Banjarmasin jika Nasabah membatalkan
pesanan uang muka tersebut akan dikembalikan sepenuhnya
Page 78
65
oleh pihak bank serta tidak merasa dirugikan sama sekali dan
Nasabah pun merasa diuntungkan karena tidak mengurangi atau
menambah uang dari harga pembiayaan tersebut.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka saran yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pihak Bank
Pada BNI Syariah Cabang Banjarmasin hendaknya dapat
tetap mempertahankan kebijakan untuk tidak membebankan
kerugian kepada Nasabah akibat pembatalan akad karena hal
tersebut dapat meningkatkan citra positif bagi BNI Syariah dalam
jangka panjang, kebijakan ini berpotensi menarik lebih banyak lagi
Nasabah untuk mengajuka pembiayaan ke BNI Syariah Cabang
Banjarmasin.)
2. Untuk peneliti selanjutnya
Penelitian lanjutan hendaknya dapat dilakukan dengan
membandingkan praktik uang muka pada sejumlah lembaga
keuangan syariah lainnya.
Page 79
66
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sarwat, L. (2009). Fiqih Muamalat. Kampus Syariah.
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah . Jakarta: Tazkia Cendekia.
DSN-MUI. (n.d.). Himpunan Fatwa keuangan Syariah Dewan Syariah Nasional
MUI.
Janwari, D. Y. (2015). Fikih Lembaga Keuangan Syariah . Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA.
Muhamad. (2015). Manajemen Dana Bank Syariah. jakarta: Rajawali pers.
Muhammad. (2000). Sistem dan Operasional Bank Syariah . Yogyakarta: UUI
Press.
Muhammad. (2016). Manajemen Pembiayaan Bank Syari'ah. Yogyakarta: UUP
STIM YKPN.
Muthaher, O. (2012). Akuntansi Perbankan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Naimah. (2013). Down payment (DP) dalam Pembiayaan Murabahah (Perspektif
Fikih Muamalah). Jurnal Ilmu Hukum, Vol 13, No 2 .
No.21, U. (2008). Tentang Perbankan Syariah. jakarta: Republik Indonesia.
PAPSI, B. I. (2013). Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia.
Rochmanika, R. (2012). Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi hasil,
dan Rasio Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah di Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
, 1 Volume 8.
Sjahdeini, S. R. (2014). Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya. Jakarta: Prenadamedia Group.
Wasilah, S. N. (2014). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Page 80
LAMPIRAN – LAMPIRAN