Page 1
ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 TENTANG AKUNTANSI ZAKAT
INFAK/SEDEKAH DAN AKUNTABILITAS PADA PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN LAZIS MUHAMMADIYAH (LAZISMU)
KALIMANTAN BARAT
Rasbi Usman
[email protected]
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura
Abstract
This study aims to analyze accountability in the presentation of financial statements
that are applied Lazismu West Kalimantan. In addition, the purpose of this study is also to find
out how it conforms to PSAK No. 109, as well as the application of zakat and infaq / alms
accounting to Lazismu West Kalimantan. The research method used is a qualitative method with
descriptive analysis. The results of the study concluded that the application of accountability by
Lazismu West Kalimantan in the presentation of financial statements and reporting was in
accordance with indicators of honesty and legal accountability, process accountability,
program accountability, and policy accountability. Whereas the application of zakat and infaq /
alms accounting is not fully in accordance with PSAK No. 109. As for the accounting treatment
of zakat and infaq / alms which are not yet suitable there are on the presentation and
disclosure. While in the presentation, Lazismu Kalbar only made financial reports in the form of
recapitulation of receipt of funds, distribution of funds and infrastructure in Lazismu West
Kalimantan, this shows that Not in accordance with PSAK No. 109
Keywords: Zakat , infaq and Alms, Accountability, PSAK No. 109, LAZIS
Muhammadiyah
1. Latar Belakang
Secara demografik penduduk negara Indonesia mayoritas beragama Islam.
Dengan perihal ini menyebabkan banyaknya berdiri organisasi yang bergerak dibidang
keagaaman. Salah satu organisasi tersebut adalah baitul mal atau lembaga amil zakat
dan infak/sedekah. Lembaga amil zakat, infaq, sedekah (LAZIS) yaitu suatu lembaga
yang beroperasi dalam kegiatan penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak dan
sedekah. Zakat adalah suatu yang bersifat fardu (wajib), serta umat islam sangat erat
hubungannya dengan hal ini, disisi zakat merupakan rukun Islam yang ke empat, yang
memuat perintah untuk setiap umat Islam menunaikan zakat. Dasar hukum umat islam
dalam menunaikan zakat salah satunya terdapat pada surah Al- Baqarah ayat 110 yang
artinya ;
“Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”
Sedangkan infak/sedekah merupakan suatu hal yang istimewa didalam ajaran
Islam, dimana infaq/sedekah ini sangat banyak hikmahnya dalam berhubungan
Page 2
langsung dengan Allah dan sesama manusia, infaq/sedekah merupakan suatu yang
dikeluarkan disaat mendapatkan atau memperoleh rezeki dan bersifat sukarela. Dasar
hukum dalam berinfak/sedekah didalam Al- Qur’an salah satunya terdapat di surah Ali
Imran ayat 134 yang artinya sebagai berikut :
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
DiIndonesia, penghimpun dan pengelola dana ZIS telah diatur dalam UU Nomor
23 Tahun 2011, yang sebelum diamandemen terdapat di dalam UU Nomor 38 Tahun
1999. Pelaksanaan atas UU zakat tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14
tahun 2014, UU tersebut mengatur pengelolaan zakat yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, terhadap pengumpulan dan pendistribusian
serta pendayagunaan zakat. UU ini juga mengatur mengenai tentang Badan Amil Zakat
(BAZ), unit pengelola zakat (UPZ) yang dibentuk pemerintah baik tingkat nasional
sampai daerah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Lembaga amil zakat harus akuntabel dan transparan dalam menghimpun dan
mengelola dana. maksudnya, dalam suatu proses menghimpun dan mengelola dana
harus sungguh-sungguh dilaksankan secara bertanggung jawab dan sesuai syariat.
Dengan akuntabilitas suatu LAZ, masyarakat bisa menilai apakah dalam suatu
organisasi tersebut bisa dikatakan akuntabel atau tidaknya. Sesuai dengan peraturan
badan amil zakat nasional No. 02 Tahun 2014 Bab II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa
‘LAZ’ harus bersedia diaudit syariah dan keuangan secara berkala.
Adanya laporan keuangan yang akuntabel diharapkan dapat menumbuhkan serta
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Badan Pengelola Zakat sehingga
penyerapan potensi zakat masayarakat bisa berjalan dengan baik dan
berkesinambungan, sebab masyarakat lebih ingin memilih dalam menyalurkan zakatnya
melalui lembaga yang bisa mendistribusikan zakat tepat pada sasaran. Pendapat di atas
semakin diperkuat oleh survei nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Survei tersebut menunjukkan bahwa 97%
masyarakat menginginkan LAZ bekerja secara akuntabel dan transparan, 90% meminta
adanya kemudahan akses untuk melakukan pengawasan terhadap dana yang dikelola,
90% menuntut pempublikasian laporan keuangan di media massa. Selanjutnya, 88%
masyarakat merasa perlunya pendataan donatur. Selain itu, 75% masyarakat tidak ingin
menyalurkan zakat ke lembaga zakat yang kurang dikenal akuntabilitasnya. Bahkan
sebesar 63% masyarakat ingin mengetahui ke mana dana zakat diserahkan
(demustaine.blogdetik.com).
Pada Badan Amil Zakat/Lembaga Amil Zakat, masih ada beberapa Badan Amil
Zakat/Lembaga Amil Zakat masih belum seutuhnya menerapkan atau mengalami
masalah dalam penerapan PSAK 109, yakni memahami pengaplikasian aturan tersebut
pada proses pelaporan keuangannya. Diantara permasalah yang biasa terjadi salah
satunya adalah penggabungan dana zakat dan dana non zakat menjadi satu dalam
Page 3
pelaporan keuangannya, serta tidak dibuatnya laporan keuangan yang lengkap sesuai
dalam PSAK 109. Ketidakpahaman Lembaga Amil Zakat/Badan Amil Zakat mengenai
pembagian porsi dana zakat dan dana amil, dan bahkan terdapat Lembaga Amil
Zakat/Badan Amil Zakat yang belum memahami mengenai pelaporan keuangan yang
wajib dipublikasikan.
Lazismu Kalbar merupakan lembaga amil zakat yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas. Namun lazismu Kalbar juga masih belum seutuhnya menerapkan
standar PSAK No. 109. Hanya menyajikan laporan berupa laporan rekapitulasi
penerimaan dan rekapitulasi penyaluran dana saja. Serta untuk dana kas yang masuk
pada lazismu Kalbar hanya dana sedekah dan dana zakat saja yang dipisahkan,
sedangkan golongan dana amil dan dana non halal masih digabungkan dan dianggap
sebagai penambah dana zakat dan infak/sedekah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya,
masih menemukan bahwa didalam Organisasi Pengelola ZakaT belum seutuhnya
menerapkan PSAK 109 dalam penyajian laporan keuangannya. Menurut Pertiwi,dkk
(2015), Tiara saputri, dkk (2019), Sabrina sahnaz (2015), dimana dalam proses
penerapan PSAK 109 perlakuan akuntansi zakat infaq/sedakah di OPZ masih tergolong
sederhana (manual), belum lagi dana kas yang masuk tidak dipisahkan antara dana
zakat, dana amil, dana infaq/sedekah dan dana non halal, serta dalam penyajian laporan
keuangan yang diterapkan oleh OPZ masih belum lengkap sesuai dengan PSAK 109.
Dari latar belakang uraian diatas, penulis melakukan penelitian terhadap
“Penerapan Psak No. 109 Tentang Akuntansi Zakat Infak/Sedekah Dan Akuntabilitas
Pada Penyajian Laporan Keuangan Lazis Muhammadiyah Kalimantan Barat”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan Akuntabilitas pada penyajian laporan keuangan LAZISMU
KALBAR ?
2. Bagaimana kesesuaian dalam penerapan PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat
Infaq dan Sedekah pada LAZISMU KALBAR ?
3. Bagaimana penerapan Akuntansi Zakat Infaq dan sedekah pada Lembaga Amil
Zakat Infaq dan Sedekah (LAZISMU) KALBAR berdasarkan PSAK 109 ?
2. Kajian Literatur
2.1. Konsep Zakat, Infak, dan Sedekah
a. Zakat
Dilihat dari sisi segi bahasa, kata zakat mempunyai bermacam arti makna yakni
albarakatu (keberkahan), al-namaa (pertumbuhan) dan (perkembangan), at-thaharatu
(kesucian), dan as-shalahu (keberesan). Sedangkan dilihat dari istilah zakat merupakan
suatu aktivitas yang diwajibkan Allah untuk mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki
dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (Nurhayati, 2015 : 282).
Muin (2011 : 12) syarat dan objek yang wajib dipenuhi oleh para wajib zakat menurut
jumhur ulama adalah :
Page 4
a) Merdeka
b) Islam.
c) Baliq dan berakal.
d) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib di zakati.
e) Harta yang di zakati telah mencapai nisbah.
f) Harta yang dizakati adalah milik penuh.
g) Kepemilikan harta telah mencapai setahun, menurut hitungan bulan qamariyah.
h) Harta tersebut bukan merupakan harta hasil utang.
i) Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.
Selain syarat wajib dan objek zakat, hal lain mengenai zakat yaitu tentang jenis
zakat, ada dua jenis zakat yaitu:
1. Zakat fitrah (zakat jiwa) adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim setelah
matahari terbenam akhir bulan Ramadhan yang dibayarkan sebelum shalat Idul Fitri,
karena jika dibayarkan setelah shalat Idul Fitri maka sifatnya seperti sedekah biasa
bukan zakat fitrah.
2. Zakat harta (zakat mal) adalah zakat yang dibayarkan pada waktu yang tidak tertentu.
Zakat harta terdiri dari beberapa macam yaitu:
a) Zakat emas dan perak, Zakat emas dan perak Syariat Islam memandang emas dan
perak merupakan harta yang potensial disamping dapat berfungsi sebagai
perhiasan yang indah, emas dan perak juga dapat berfungsi sebagai alat tukar dari
masa ke masa. Hal tersebut menjadikan syariat Islam memandang perlunya
dikeluarkan zakat emas dan perak.
b) Zakat pertanian, Zakat pertanian adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil
pertanian setiap kali panen.
c) Zakat perniagaan, Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta
niaga. Nishab harta perniagaan adalah menurut komoditasnya. Apabila komoditas
perniagaan tersebut adalah emas maka nishabnya mengikuti nishab emas yaitu 85
gram.
d) Zakat profesi, Zakat profesi atau zakat pendapatan adalah zakat harta yang
dikeluarkan dari hasil pendapatan seseorang atau profesinya bila telah mencapai
nishab. Profesi tersebut dapat meliputi karyawan, dokter, notaris, dan lain
sebagainya. Nishab zakat profesi adalah disetarakan dengan 653 kg makanan
pokok dengan kadar yang wajib dikelurkan zakatnya sebesar 2,5%.
e) Saham dan Obligasi (Investasi), Zakat saham dan obligasi adalah zakat yang
dikeluarkan dari hasil pembelian saham dan obligasi. Zakat investasi dikeluarkan
dari nilai investasi ditambah dengan keuntungan. Nishab dan kadarnya sebesar 85
gram emas dan 2,5% dari total investasi dan keuntungan Al Muhsin, (2011:65).
f) Zakat hadiah, Hadiah adalah sesuatu yang didapatkan oleh seseorang setelah ia
sukses dalam menyelesaikan suatu pekerjaan ataupun didapatkan secara cuma-
cuma. Nishab zakat hadiah adalah sebesar 85 gram emas dan kadar zakatnya 2,5%
dari hadiah yang diterima.
Page 5
g) Zakat peternakan, Syarat-syarat ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah
milik yang sempurna, mencapai nishab, dimiliki selama satu tahun, dan
digembalakan.
b. Infak
Menurut bahasa, infaq adalah membelanjakan, sedangkan menurut terminology
artinya “mengeluarkan harta karena taat dan patuh kepada Allah SWT dan menurut
kebiasaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan”. Pengeluaran infaq dapat dilakukan oleh
seorang muslim sebagai rasa syukur ketika menerima rezeki dari Allah dengan jumlah
sesuai kerelaannya dan kehendak muslim tersebut Nurhayati dan Wasilah, (2014:279).
c. Sedekah
Sedekah dalam syariat Islam memiliki arti yang sama dengan infak, akan tetapi
dalam hal cakupan berbeda, jika infak lebih mengarah kepeda pengertian materil,
sedangkan sedekah memiliki cakupan yang lebih luas menyangkut hal-hal yang bersifat
meteril dan imateril. Shadaqah adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt (Parman, 2012:125).
2.2. Organisasi Pengelola Zakat, Infak, dan Sedekah
Widodo dan Kustiawan (2001) mendefinisikan OPZ sebagai “institusi yang
bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah.” Pengelolaan zakat yang
dimaksud di sini adalah merujuk pada apa yang didefinisikan UU nomor 23 Tahun
2011, yaitu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
2.3. Konsep Akuntabilitas
Pengertian Akuntabilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
kegiatan pertanggungjawaban. Sedangkan di dalam kamus baru kontemporer juga
memiliki arti yang sama yaitu pertanggungjawaban.
Akuntabilitas yang harus dilakukan organisasi sektor publik maupun organisasi
nirlaba terdiri atas beberapa dimensi. Ellwood pada tahun 1993 menjelaskan terdapat
empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik maupun
organisasi nirlaba lainnya adalah:
1. Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan
sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber
dana publik.
2. Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
3. Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif
program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
Page 6
4. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik
pusat maupun daerah, atau kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
masyarakat luas.
2.3. Akuntansi ZIS Berdasarkan PSAK No. 109
PSAK 109 merujuk kepada beberapa fatwa MUI, sebagai berikut:
1. Fatwa MUI No. 18/2011 tentang amil zakat, menjelaskan tentang kriteria tugas
amil zakat serta pembebanan biaya operasional kegiatan amil zakat yang dapat
diambil dari bagian amil atau dari bagian fisabilillah dalam batas kewajaran,
proporsional serta sesuai dengan kaidah Islam.
2. Fatwa MUI No. 13/2011 tentang hukum zakat atas harta haram, dimana zakat
harus ditunaikan dari harta yang halal baik jenis maupun cara perolehannya.
3. Fatwa MUI No. 14/2011 tentang penyaluran harta zakat dalam bentuk aset
kelolaan. Yang dimaksud aset kelolaan adalah sarana atau prasarana yang
diadakan dari harta zakat dan secara fisik berada didalam pengelolaan sebagai
wakil mustahik zakat. Jika digunakan oleh bukan mustahik zakat, maka pengguna
harus membayar atas manfaat yang digunakannya dan diakui sebagai dana
kebajikan oleh amil zakat.
4. Fatwa MUI No. 15/2011 tentang penarikan, pemeliharaan, dan penyaluran harta
zakat. Tugas amil zakat melakukan penghimpunan, pemeliharaan, dan penyaluran.
Jika amil menyalurkan zakat tidak langsung kepada mustahik zakat, maka tugas
amil dianggap selesai pada saat mustahik zakat menerima dana zakat. Amil harus
mengelola zaat sesuai dengan prinsip syariah dan tata kelola yang baik.
2.4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109
Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam sistem akuntansi
sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos. Pengukuran adalah penentuan
jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu
transaksi keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan dasar dalam
penyusunan statement keuangan.
Penyajian adalah menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos
dalam seperangkat statement keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif.
Pengungkapan berkaitan dengan cara pembeberan penjelasan hal-hal informatif yang
dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan
melalui statement keuangan utama.
Komponen laporan keuangan amil terdiri dari:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Perubahan Dana
3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Page 7
3. Metode Penelitian
3.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan keadaan objek penelitian yang sesungguhnya untuk mengetahui dan
menganalisa tentang permasalahan yang dihadapi oleh objek penelitian, kemudian
dibandingkan dengan standar yang ada pada saat ini, selanjutnya dideskripsikan
bagaimana laporan keuangan organisasi pengelola zakat berdasarkan PSAK 109 yang
meliputi analisis terhadap pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan pelaporannya.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Amil Zakat Infak/sedekah Muhammadiyah
(LAZISMU) Kalimantan Barat yang beralamat di jalan Jend. A. Yani komp. LP.
Muhammadiyah Pontianak. Dimulai dari Bulan Februari 2019 hingga penelitian ini
selesai.
3.3. Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini yang menggunkan sumber data yaitu data
primer dan data sekunder. Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari
LAZISMU Kalimantan Barat sebagai lembaga pengelola zakat yang mempublikasikan
laporan keuangannya sebagai bentuk dari transparansi dan akuntabilitasnya dalam
mengelola dana zakat yang diperolehnya.
3.3.2. Metode Pengambilan Data
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Merupakan teknik pegumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau
lokasi penelitian, teknik ini dapat dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.
Teknik Pengumpulan Data Sekunder
2. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang
dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan
dengan menggunakan instrumen yakni:
a. Studi kepustakaan
Dalam teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi kepustakaan juga
cukup membantu memperkuat dan memperjelas sebuah data atau penelitian. Studi
kepustakaan merupakan pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
literatur, internet dan sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian ini. Dalam
hal ini penulis menggunakan PSAK 109, buku-buku referensi dalam melakukan
penelitian.
b. Studi dokumentasi
Dalam studi dokumentasi teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang
Page 8
terkait dengan objek penelitian. Data yang dikumpulkan peneliti meliputi laporan
keuangan dari LAZIS Muhammadiyah (LAZISMU) Kalbar.
3.4. Metode Analisis
Analisis data yang akan dilakukan terdiri atas deskripsi yaitu peneliti akan
memaparkan data-data atau hasil-hasil penelitian melalui teknik pengumpulan data. Dari
semua data yang terkumpul, kemudian penulis analisis dengan menggunakan metode
deskripsi, dengan analisis kualitatif. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan
keadaan atau status fenomena. Dalam hal ini, penulis menganalisis serta menjelaskan
hal-hal yang berhubungan dengan keadaan di LAZISMU Kalbar, terutama dalam
menggambarkan bagaimana penerapan akuntansi zakat serta akuntabilitas pada
LAZISMU Kalbar.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Lazismu (Muhammadiyah) Kalimantan Barat merupakan lembaga keagamaan
nirlaba yang berkhidmat bertujuan untuk mengangkat derajat kehidupan manusia baik
secara ekonomi, sosial kemanusiaan, maupun spiritual kaum dhufa yang bersandar pada
pengembangan sumber daya lokal yang berbasis dana zakat, infak, wakaf, CSR serta
dana kemanusiaan lainnya.
4.2. Akuntabilitas pada Penyajian Laporan Keuangan LAZISMU Kalimantan Barat
Penerapan akuntabilitas, maka yang harus dilakukan organisasi sektor publik
maupun organisasi nirlaba terdiri atas beberapa dimensi. Terdapat empat dimensi
akuntabilitas yang harus dipenuhi dan dijadikan sebagai indikator dalam akuntabilitas
organisasi sektor publik maupun organisasi nirlaba lainnya yang terdapat dalam buku
Mardiasmo (20, 2009) adalah sebagai berikut:
a) Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan.
Pihak-pihak yang mengelola Lazismu Kalbar sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran
serta berusaha menghindari penyalahgunaan jabatan seperti korupsi dan kolusi. Hal ini
dibuktikan dengan setiap transaksi yang terjadi di Lazismu Kalbar langsung dicatat dan
dipindah bukukan dalam laporan keuangan yang terkait. Dan laporan keuangan ini
nantinya akan dipertanggungjawabkan pada pihak yang berkaitan seperti auditor,
pemerintah pusat, donatur, dan masyarakat luas. Dan untuk mengindari dari kecurigaan
oleh pihak lain Lazismu sendiri mencantumkan laporan-laporan penyaluran serta
kegiatan Lazismu dilaporkan di media sosial.
Page 9
Sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana
publik. Lazismu Kalimantan Barat mematuhi hukum baik itu berdasarkan syariah,
berdasarkan hukum yang dibuat oleh pemerintah, serta berdasarkan standar yang
ditetapkan yaitu:
1. Berdasarkan dasar hukum dan ketentuan agama Islam, Lazismu
mengaplikasikan pengelolaan dana zakat, infak dan sedekah dengan mengacu
kepada Al-qur’an dan hadist.
2. Peraturan perundang-undangan, Lazismu dalam hal ini mengacu pada UUD No.
23 tahun 2011 hasil amandemen dari UUD No. 38 tahun 1999.
3. Laporan keuangan disusun dengan pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK No. 109), walaupun belum sepenuhnya diterapkan namun Lazismu akan
terus membenahi diri supaya bisa menerapkan PSAK No.109 sepenuhnya.
b) Akuntabilitas proses (procces accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi,
sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Terkait dengan perwujudan
dari akuntabilitas proses, Lazismu pusat sebenarnya memiliki aplikasi sistem komputer
akuntansi namun belum bisa di gunakan oleh Lazismu Kalbar dikarena masih ada error
terhadap sistem, namun Lazismu Kalbar akan berusaha supaya program tersebut dapat
digunakan untuk laporan periode akhir tahun 2019. Aplikasi ini merupakan sebuah
sistem yang dibangun dan dikembangkan untuk keperluan penyimpanan data dan
informasi yang dimiliki oleh Lazismu secara nasional. Selain itu program ini juga
dilengkapi dengan fitur pencetakan pelaporan keuangan. Sedangkan untuk prosedur
administrasi, Lazismu Kalbar jika dalam penerimaan dan penyaluran dana selalu
mengedepankan prosedur yang baik serta sesuai dengan ketentuan dan kebijakan dari
Lazismu Kalbar.
c) Akuntabilitas program (program accountability)
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang
ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternatif
program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. Salah satu
misi dari Lazismu Kalbar adalah optimalisasi pelayanan donatur dimana dalam
Page 10
pelayanan baik dari penerimaan dana dari segi layanan penerimaan dana maupun dalam
layanan penyaluran pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat, infak dan sedekah
Lazismu selalu memberikan pelayananan yang optimal dan biaya yang minimal dalam
arti salah satunya total biaya disalurkan tidak melebihi dana yang dihimpun.
Selain itu, Lazismu sebagai pengelola zakat, infak dan sedekah memiliki
program-program seperti program dalam bidang kemanusiaan, bidang dakwah, bidang
pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang kesehatan. Dengan adanya program yang
dimiliki oleh Lazismu mengungkapkan dan mempertanggungjawabkan program-
program didalam laporan serta di sampaikan di media sosial.
d) Akuntabilitas kebijakan (policy akuntabilitas)
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban Lazismu, baik pusat
maupun daerah, atau kebijakan-kebijakan yang diambil Lazismu Kalbar terhadap
masyarakat luas. Terkait hal ini, Lazismu memiliki akuntansi kebijakan dalam
menyusun laporan keuangan. Lazismu Kalbar masih mengikuti kebijakan membuat
laporan rekapitulasi penerimaan dana dan penyaluran dana sesuai dari pusat dan rujukan
format BAZNAS. Namun untuk tahun 2019 tuntutan bagi Lazismu Kalbar bahwa tahun
2019 akan diaudit oleh auditor eksternal maka kebijakan yang diambil oleh pihak
Lazismu akan membuat format sesuai dengan PSAK No. 109.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
akuntabilitas yang diterapkan oleh Lazismu Kalimantan Barat sebagian besar sudah
sesuai dengan indikator yang dijelaskan Elwood dalam buku Mardiasmo yaitu
akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas
program, serta akuntabilitas kebijakan.
4.4. Kesesuaian dan Penerapan Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah Menurut PSAK
No. 109
4.4.1. Pengakuan
Secara konseptual, pengakuan adalah penyajian suatu informasi melalui
statement keuangan sebagai ciri sentral pelaporan keuangan. Secara tekhnis, pengakuan
merupakan pencatatan secara resmi (penjurnalan) secara kuantitas (jumlah rupiah) hasil
pengukuran kedalam sistem akuntansi sehingga jumlah rupiah tersebut akan
mempengaruhi suatu pos yang terefleksi ke dalam laporan keuangan.
Page 11
Pengakuan akuntansi zakat, infak dan sedekah berdasarkan PSAK No. 109,
termuat didalam paragraf-paragraf sebagai berikut :
a) Pengakuan Untuk Penerimaan Dana Zakat
1. Lazismu Kalimantan Barat melakukan pencatatan disaat donatur atau orang wajib
membayar zakat (muzakki) yang ingin mengeluarkan dana zakat untuk diserahkan
kepada orang yang berhak untuk menerimanya (mustahiq). Hal ini sudah sesuai
dengan PSAK No. 109 dimana penerimaan zakat diakui pada saat kas atau lainnya
diterima.
2. Lazismu Kalimantan Barat telah mengakui penerimaan dana zakat diukur
berdasarkan sebesar jumlah yang diterima dalam bentuk uang atau sebesar nilai
wajar bila nonkas, dan pada Lazismu juga mengakui penerimaan dana zakat sebagai
penambah dana zakat dengan jumlah yang telah diserahkan oleh donatur dan orang
yang wajib membayar zakat (muzakki) apabila dalam bentuk kas. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Lazismu Kalimantan Barat telah sesuai dengan PSAK No.
109.
3. Lazismu Kalimantan Barat mengakui bahwa nilai wajar yang dihitung berdasarkan
harga pasar, apabila tidak terdapat harga pasar maka dapat menggunakan metode
penentuan nilai wajar.
4. Lazismu Kalimantan Barat telah menyajikan program-program kerja dan disertai
dengan persentase atau penentuan jumlah dari macam-macam zakat yang
disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq). Dimana penentuan
jumlah merupakan hal yang penting dalam suatu lembaga atau organisasi yang
bergerak dibidang penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah.
b) Pengakuan Untuk Penerimaan Dana Infak dan Sedekah
Pengakuan untuk dana infak dan sedekah tidak jauh berbeda dengan pengakuan
dana zakat. Dimana dana infak dan sedekah akan diakui pada saat dana tersebut telah
diterima dari para donatur dan orang yang berhak membayar zakat (muzakki), dan akan
dicatat sebagai penambah dana infak dan sedekah. Dana infak dan sedekah biasanya
digunakan untuk kepentingan operasional, dan digunakan untuk masing-masing
mustahiq. Pada Lazismu Kalimantan Barat hal ini telah sesuai dengan PSAK No. 109
dimana dana infak dan sedekah yang telah disalurkan akan diakui sebagai pengurang
dana infak dan sedekah sesuai dengan jumlah yang telah disalurkan.
Page 12
4.4.2. Pengukuran
Pengukuran adalah proses penentuan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur laporan keuangan kedalam laporan posisi keuangan maupun
laporan sumber dan penggunaan dana.
Adapun dana zakat, infak dan sedekah yang diterima oleh Lazismu Kalimantan
Barat berbentuk barang berupa aset tetap diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat
penerimaannya. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No. 109, serta dapat dilihat dari
laporan sumber dan penggunaan dana yang telah disajikan.
Tabel 4.1
Analisis Kesesuaian Pengakuan dan Pengukuran
Komponen PSAK N0. 109 Kesesuaian
1 2 3
Penerimaan
Zakat
a) Penerimaan dana zakat diakui
pada saat kas atau aset non kas
diterima.
b) Zakat yang diterima diakui
penambah dana zakat:
1) Jumlah yang diterima jika
dalam bentuk kas.
2) Nilai wajar jika dalam bentuk
non kas
c) Penentuan nilai wajar aset nonkas
yang diterima menggunakan
harga pasar.
d) Jika muzakki menentukan
mustahik penyaluran zakat
melalui amil, maka tidak ada
bagian amil atas zakat yang
diterima.
e) Jika terjadi penurunan nilai asset
zakat nonkas, maka jumlah
kerugian yang ditanggung
diperlakukan sebagai pengurang
dana zakat.
f) Penurunan nilai asset zakat diakui
sebagai:
1) Pengurang dana zakat, jika
tidak disebabkan oleh
kelalaian amil.
2) Kerugian dan pengurangan
dana amil, jika disebabkan
oleh kelalaian amil.
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Page 13
1 2 3
Penyaluran
Zakat
a) Zakat yang disalurkan kepada
mustahik, termasuk amil diakui
sebagai pengurang dana zakat
sebesar:
1) Jumlah yang diserahkan, jika
dalam bentuk kas.
2) Jumlah tercatat, jika dalam
bentuk asset nonkas.
b) Efektivitas dan efisiensi
pengelolan zakat bergantung pada
profesionalisme amil.
c) Penentuan jumlah dan persentase
bagian untuk mustahik ditentukan
oleh amil sesuai dengan prinsip
syariah, kewajaran, etika dan
ketentuan yang berlaku.
d) Beban penghimpunan dan
penyaluran zakat harus diambil
dari porsi amil.
e) Bagian dana zakat yang
disalurkan untuk amil diakui
sebagai penambah dana amil.
f) Zakat telah disalurkan kepada
mustahiq nonamil jika sudah
diterima oleh mustahik non-amil
tersebut.
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
1 2 3
Penerimaan
Infak/Sedekah
a) Infaq/sedekah yang diterima
diakui sebagai penambah dana
infaq/sedekah terikat atau tidak
terikat sesuai dengan tujuan
pemberian infaq/sedekah sebesar:
1) Jumlah yang diterima, jika
dalam bentuk kas.
2) Nilai wajar, jika dalam bentuk
non kas.
b) Penentuan nilai wajar aset non kas
yang diterima menggunakan
harga pasar jika tidak tersedia,
maka dapat menggunakan metode
penentuan nilai wajar.
c) Infaq/sedekah yang diterima dapat
berupa kas atau aset nonkas.
d) Asset tidak lancar yang diterima
atau diamanahkan untuk dikelola
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Page 14
oleh amil diukur sebesar nilai
wajar saat penerimaan dan diakui
sebagai asset tidak lancar
infaq/sedekah.
e) Amil dapat pula menerima aset
non kas yang dimaksudkan oleh
pemberi untuk segera disalurkan.
f) Aset nonkas dinilai sebesar nilai
perolehan, sedangkan aset non kas
tidak lancar dinilai sebesar nilai
wajar.
g) Penurunan nilai aset
infaq/sedekah tidak lancar diakui
sebagai:
1) Pengurang dana infaq/sedekah,
jika tidak disebabkan oleh
kelalaian amil.
2) Kerugian dan pengurang dana
amil, jika disebabkan oleh
kelalaian amil.
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
1 2
3
Penyaluran
Infaq/sedekah
a) Penyaluran dana infak/sedekah
diakui sebagai pengurang dana
infaq/sedekah sebesar:
1) Jumlah yang diserahkan, jika
dalam bentuk kas.
2) Nilai tercatat aset yang
diserahkan, jika dalam bentuk
aset nonkas.
b) Bagian dari dana infaq/sedekah
yang disalurkan untuk amil diakui
sebagai penambah dana amil.
c) Penentuan jumlah dan persentase
untuk penerima infaq/sedekah
ditentukan oleh amil.
d) Penyaluran infaq/sedekah kepada
penerima akhir dalam skema
bergulir dan tidak mengurangi
dana infaq/sedekah
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Belum
sesuai
(Lazismu
tidak
mengelola
dana
bergulir)
4.4.3. Penyajian
Dalam PSAK No. 109 menyebutkan “Amil zakat menyajikan dana zakat,
infaq/sedekah, dan dana amil secara terpisah dalam laporan posisi keuangan”.
Page 15
Tabel 4.2
Analisis Kesesuaian Penyajian
Komponen PSAK No.109 Sesuai/
belum
Ket.
Penyajian Amil zakat menyajikan dana zakat,
dana infak/sedekah dan dana amil
secara terpisah dalam laporan
posisi keuangan
Belum
Sesuai
Lazismu
Kalbar
melakukan
pemisahan
dana zakat
dan
infak/sedekah
dan akan
tetapi tidak
membuat
laporan posisi
keuangan
4.4.4. Pengungkapan
PSAK No. 109 mensyaratan setiap organisasi pengelola zakat melakukan
pengungkapan mengenai aktivitas lembaga yang dicantumkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi penjelasan mengenai kebijakan
dan prosedur penyaluran dana zakat, infaq dan sedekah, kebijakan mengenai pembagian
dananya, penentuan nilai wajar yang digunakan jika menerima dana dalam bentuk aset
non kas dan dana nonhalal, pengungkapan mengenai hubungan istimewah, serta hal lain
yang dianggap penting dan perlu diungkap.
Tabel 4.3
Analisis Kesesuaian Pengungkapan
PSAK No.109 Kesesuaian
a) Kebijakan penyaluran zakat, infaq/ sedekah seperti
penentuan skala prioritas penyaluran dana zakat,
dan infaq/sedekah dan penerimaan dana zakat, dan
infaq/sedekah.
b) Kebijakan penyaluran zakat dan infaq/ sedekah
skala prioritas seperti persentase pembagian alasan
dan konsistensi kebijakan.
c) Amil mengungkapkan rincian jumlah penyaluran
dana zakat, infak dan sedekah untuk masing-
masing mustahiq.
d) Amil mengungkapkan metode penentuan nilai
wajar yang digunakan.
e) Keberadaan zakat dan infaq/sedekah yang tidak
langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu,
Belum Sesuai
Belum Sesuai
Sesuai
Belum Sesuai
Belum Sesuai
Page 16
diungkap jumlah dan persentase.
f) Penggunaan dana zakat dan infaq/ sedekah menjadi
aset kelolaan jika ada diungkap jumlah dan
persentasenya serta alasannya.
g) Hubungan pihak-pihak yang berelasi seperti: sifat
hubungan, jumlah yang disalurkan, dan
persentasenya.
h) Keberadaan dana non halal, jika ada diungkap
mengenai kebijakan penerimaan, peyaluran, alasan
dan jumlahnya.
i) Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana
zakat, infaq dan sedekah.
Belum Sesuai
Belum Sesuai
Belum sesuai
Sesuai
Dilihat dari tabel yang mana penjelasannya sebagai berikut :
a) Amil mengungkapkan kebijakan penyaluran zakat dan infak/ sedekah seperti
penentuan skala prioritas penyaluran zakat infaq/sedekah dan penerimaan zakat dan
infaq/sedekah. Dalam penyaluran dana zakat, infak/sedekah Lazismu Kalimantan
Barat memiliki skala prioritas, yaitu mustahiq. Dimana mustahiq merupakan orang
yang berhak menerima zakat. Namun tidak diungkapkan kebijakan dan tidak
membuat laporan yang diisyaratkan oelh PSAK No. 109 yaitu catatan atas laporan
keuangan.
b) Amil mengungkapkan kebijakan penyaluran zakat dan infak/sedekah skala prioritas
seperti persentase pembagian alasan dan konsistensi kebijakan. Lazismu Kalbar
telah mempresentasikan bagian amil dan mustahiq sesuai dengan syariat islam yaitu
2,5 % dari pendapatan bersih muzakki. Namun tidak diungkapkan kebijakannya
dan tidak membuat laporan yang diisyaratkan oleh PSAK No.109 yaitu catatan atas
laporan keuangan.
c) Amil mengungkapkan rincian jumlah penyaluran dana zakat, infak dan sedekah
untuk masing-masing mustahiq. Lazismu Kalbar telah menyajikan rincian
penyaluran dana zakat, infak dan sedekah yang disajikan kepada masing-masing
mustahiq. Serta dapat dilihat di laporan hasil rekapitulasi penyaluran dana.
d) Amil mengungkapkan metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk
penerimaan zakat, infak/sedekah berupa aset nonkas. DiLazismu Kalbr tidak hanya
menerima penerimaan berbentuk kas. Serta Lazismu juga menggunakan metode
penentuan nilai wajar aset non kas yang diterima menggunakan harga pasar. Namun
Page 17
tidak diungkapkan dilaporan yang diisyaratkan oleh PSAK No.109 yaitu catatan
atas laporan keuangan.
e) Keberadaan zakat, infak dan sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola
terlebih dahulu, diungkap jumlah dan persentase. Lazismu membuat dalam laporan
rakapitulasi mengenai jumlah dan persentase terhadap seluruh dana zakat,infak dan
sedekah yang dikelola oleh Lazismu. Namun Lazismu tidak mengungkapkan
keberadaannya dan tidak membuat laporan diisyaratkan oleh PSAK No.109 yaitu
catatan atas laporan keuangan.
f) Penggunaan dana infaq/sedekah menjadi aset kelolaan jika ada diungkap jumlah
dan persentasenya serta alasannya. Lazismu tidak memiliki aset kelolaan serta tidak
mengungkapkan keberadaan aset kelolaan yang berasal dari dana infak/sedekah
yang dikelola di catatan atas laporan keuangan.
g) Hubungan pihak-pihak yang berelasi seperti: sifat hubungan, jumlah yang
disalurkan, dan persentasenya. Lazismu Kalbar tidak mengungkapkan pihak yang
memiliki hubungan istimewa dengan Lazismu Kalbar.
h) Keberadaan dana non halal, jika ada diungkap mengenai kebijakan penerimaan,
peyaluran, alasan dan jumlahnya. Lazismu tidak ada mengungkapkan keberadaan
dana non halal. Dana non halal melalui bank konvensional yaitu bank Kalbar dan
itu ada bukti buku tabungan atau transaksi, namun untuk pelaporannya pihak
Lazismu masih digabungkan dalam dana Infak/sedekah dan laporannya tidak
dipisahkan antara dana non halal dan dana lainya.
i) Amil mengungkapkan efektivitas kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana
zakat, infaq dan sedekah. Lazismu Kalbar mengungkapkan efektivitas kinerja amil
atas penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah.
4.3.5. Penyajian Akuntansi Zakat, Infak dan Sedekah
Dari penyajian komponen penyusunan laporan keuangan yang ada pada PSAK
No.109, Lazismu Kalimantan Barat belum membuat laporan keuangan yang sesuai
dengan PSAK No. 109. Lazismu Kalimantan Barat hanya membuat laporan rekapitulasi
penghimpunan dana, penyaluran dana, dan sarana prasarana yang ada di Lazismu
Kalbar. Berikut ini laporan sumber dana dan pendistribusian dana Lazismu Kalimantan
Barat.
Page 18
Tabel 4.4
Laporan Sumber Dana dan Pendistribusian Dana
Lazismu Kalimantan Barat 2017-2018
Keterangan 2017 2018
DANA ZAKAT
Penerimaan bulan Januari
Penerimaan bulan Februari
Penerimaan bulan Maret
Penerimaan bulan April
Penerimaan bulan Mei
Penerimaan bulan Juni
Penerimaan bulan Juli
Penerimaan bulan Agustus
Penerimaan bulan September
Penerimaan bulan Oktober
Penerimaan bulan November
Penerimaan bulan Desember
Jumlah
9.398.340
23.889.000
11.796.000
3.313.686
12.767.843
69.229.432
21.796.000
25.938.305
13.696.107
4.881.100
7.926.107
16.033.013
220.664.933
3.485.107
8.671.875
2.742.000
7.247.000
11.434.294
101.998.000
3.659.852
1.000.000
2.241.538
3.734.826
1.800.000
10.940.576
158.955.068
DANA INFAK/SEDEKAH
Penerimaan bulan Januari
Penerimaan bulan Februari
Penerimaan infak Qurban Februari
Penerimaan bulan Maret
Penerimaan infak Qurban Maret
Penerimaan bulan April
Penerimaan infak Qurban April
Penerimaan bulan Mei
Penerimaan infak Qurban Mei
Penerimaan bulan Juni
Penerimaan infak Qurban Juni
Penerimaan bulan Juli
Penerimaan infak Qurban Juli
Penerimaan bulan Agustus
Penerimaan infak Qurban Agustus
Penerimaan bulan September
Penerimaan infak Qurban September
Penerimaan bulan Oktober
Penerimaan bulan November
Penerimaan bulan Desember
Jumlah
Jumlah Dana Zakat & Infak
9.213.900
6.830000
200.000
153.094.626
300.000
15.603.531
300.000
15.811.031
300.000
61.051.970
200.000
12.639.504
200.000
17.861.879
79.400.000
152.431.564
2.300.000
28.557.000
40.788.187
116.741.668
713.824.860
934.489.793,00
96.819.288
32.541.720
-
77.178.322
-
99.800.439
-
86.561.269
-
50.761.190
-
66.841.341
2.500.000
155.585.030,89
32.400.000
56.133.168,13
-
258.413.267
52.503.171
37.745.597
1.105.783.803,02
1.264.738.871,02
Page 19
Penyaluran Dana program & 8 Asnaf
Pendidikan
Sosial
Ekonomi
Dakwah
Operasional
Pemasyarakatan Ziswaf
Kesehatan
Kemanusian
Inventaris
Pelatihan
Lainnya
Jumlah
77.327.800
176.918.364
149.048.180
157.836.874
40.763.821
30.471.400
16.832.700
125.243.400
23.320.000
5.420.000
803.182.539
128.351.000
447.801.100
35.718.500
253.736.480
67.103.710
38.855.150
112.939.467
174.828.407
50.631.300
5.331.500
8.339.966
1.323.636.580
Sumber: data Olahan (2017-2018)
5.1. Kesimpulan
1. Penerapan akuntabilitas yang dilakukan Lazismu Kalbar dalam penyajian laporan
keuangan serta pelaporannya sudah sesuai dengan indikator akuntabilitas kejujuran
dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas
kebijakan.
2. Lazismu Kalimantan Barat belum sepenuhnya sesuai dalam penerapan akuntansi
zakat dan infak/sedekah dengan menggunakan standar PSAK No. 109. Namun
Lazismu Kalbar melakukan pencatatan langsung ketika menerima dana ZIS pada
buku harian kas zakat dan infak/sedekah disertai dengan bukti setorannya. Proses
pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh Lazismu Kalimantan Barat bersumber
dari bukti transaksi yang di peroleh dari kegiatan pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan dana zakat, infaq dan sedekah. Bukti yang diperoleh dijadikan
sebagai dasar dalam penyusunan laporan rekapitulasi penerimaan dan penyaluran
dana.
3. Lazismu Kalimantan Barat telah menerapkan PSAK No. 109. Dimana dalam
pengakuan, pengukuran dan pengungkapan dana zakat, infak dan sedekah, Lazismu
Kalimantan Barat hampir sepenuhnya telah menerapkan sesuai dengan PSAK
No.109, namun ada beberapa yang belum sesuai yaitu sebagai berikut :
a) Dalam pengungkapan Lazismu tidak ada hubungan istimewa (khusus) terhadap
pihak-pihak yang berelasi. Kemudian keberadaan dana non halal, tidak diungkap
mengenai kebijakan penerimaan, peyaluran, alasan dan jumlahnya serta dana
Page 20
non halal digabungkan atau dijadikan dana infak/sedekah yang penyalurannya
sesuai ketentuan dan syariat islam. Serta kinerja amil atas penerimaan dan
penyaluran dana zakat, infaq dan sedekah tidak ada diungkapkan oleh Lazismu
Kalimantan Barat.
b) Sedangkan dalam penyajian Lazismu Kalimantan Barat telah melakukan
pemisahan antara dana zakat, dana infaq dan sedekah dalam laporan
penghimpunan dan penyalurannya. PSAK No. 109 mensyaratkan lembaga amil
zakat menyajikan laporan posisi keuangan, namun Lazismu tidak membuat
laporan posisi keuangan (neraca). Lazismu Kalbar hanya membuat laporan
keuangan berupa penghimpunan dan penyaluran saja.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain :
1. Dalam melakukan penelitian penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik yang disengaja maupun tidak disengaja dalam menyampaikan
hasil penelitian. Hal ini disebabkan data yang diperoleh sangat terbatas.
2. Dalam melakukan penelitian penulis tidak dapat melihat langsung proses
pembuatan laporan tahun 2018 yang dilakukan oleh Lazismu Kalimantan Barat.
Seingga penulis belum dapat memastikan kesesuaian hasil wawancara dan
kuesioner dengan proses pembuatan laporan keuangan sampai laporan telah
disajikan.
5.3. Saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan yang telah disajikan, maka saran yang dapat
penulis berikan Lazismu Kalimantan Barat antara lain :
1. Lazismu Kalbar diharapkan untuk memberikan pelatihan maupun sosialisasi
terhadap staf yang terkait dengan PSAK No. 109 sehingga para staf bisa
memahami PSAK No. 109 khususnya pada bagian keuangan. Ini bertujuan agar
semua staf yang ada pada Lazismu Kalbar dapat lebih mengerti dan memahami
terhadap PSAK No. 109.
2. Bagi Lazismu Kalbar, supaya dapat mengaudit laporan keuangannya pada
kantor akuntan publik yang bertujuan untuk memeriksa dan memperbaiki
Page 21
laporan keuangannya sesuai dengan penerapan prinsip transparansi,
akuntabilitas, dan kewajaran laporan keuangan yang telah dibuat.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk bisa lebih memperhatikan objek
penelitian bagaimana proses pencatatan penerimaan dan penyaluran dana zakat,
infak dan sedekah, serta pembuatan laporan keuangan hingga laporan tersebut
telah disusun.
Daftar Pustaka
Afifudin.dkk.(2018). “Analisis Penerapan PSAK 109 Pada Lembaga Amil Zakat (Studi
Kasus Pada LAZIS Sabilillah Kota Malang)”. Fakultas Ekonomi Bisnis
Universitas Islam Malang vol 07 No. 04 Tahun 2018.
Alfi., Mohamad .(2018). “Akuntabilitas dan Transparansi Lembaga Amil Zakat (Studi
Terhadap Rumah Peduli Nurul Fikri Kota Palangka Raya).” Skripsi. Palangka
Raya. Fakultas Syari’ah IAIN Palangka Raya.
Al Muhsin., Fakhruddin. (2011). ” Ensiklopedi Mini Zakat”. Bogor : Darul Ilmi
Publishing.
Hafidhuddin, D .(2002). “Zakat Dalam Perekonomian Modern.” Jakarta: Gema Insani.
Hakim, Muhamamad Munirul. (2014). “Pengaruh Transparansi Dan Akuntabilitas
Pengelolaan Zakat Terhadap Minat Muzakki Di Rumah Zakat Cabang
Semarang.” IAIN Walisongo Semarang.
Hery. (2014). “Cara Mudah Memahami Akuntansi Inti Sari Konsep Dasar Akuntansi.”
Jakarta: Prenada.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109
Pelaporan Keuangan Akuntansi Zakat,infak/sedekah.” Jakarta.
Khasanah. (2010). “Manajemen Zakat Modern (Instrumen Pemberdayaan Ekonomi
Umat.” Malang: UIN Maliki Press.
Khaddafi, Muammar et. al. (2016). “Akuntansi syariah meletakkan nilai-nilai syariah
Islam dalam ilmu akuntansi”. Medan: Penerbit Madenatera.
Kurnia dan Hidayat. (2008). ”Panduan Pintar Harta Berkah Pahala Bertambah Plus
Cara Tepat Dab Mudah Menghitung Zakat.” Jakarta: Qultum Media.
Mardani. (2012). “Fiqih Ekonomi Syariah” Jakarta: prenadamedia group.
Mardiasmo. (2009). “Akuntansi Sektor Publik.” Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Page 22
Muin, Rahmawati. (2011). “Manajeman Zakat”. Makassar: Alauddin University Press.
Nikmatuniayah dan Marliyati. (2015). “Akuntabilitas Laporan Keuangan Lembaga
Amil Zakat di Kota Semarang.” Politeknik Negeri Semarang Vol 31, No. 2
Tahun 2015.
Nurhayati dan Wasilah. (2014 ). “Akuntansi Syariah di Indonesia.” Jakarta: Salemba
Empat.
Parman, Ali. (2012). “Pengelolaan Zakat Disertai Contoh Perhitungan”. Makassar:
Alauddin University Press.
Purwanto, Agus dkk. (2017). “Analisis Implementasi PSAK 109 Pada Organisasi Non
Profit Berbasis Religius (Studi Kasus Pada BAZNAS Kabupaten Buleleng).” e-
Journal Universitas Pendidikan Ganesha Vol 7 No 1 Tahun 2017.
Rida. (2018). “Analisis Penerapan Akuntansi Zakat Infaq dan Sedekah Pada Pelaporan
Keuangan IZI (Inisiatif Zakat Indonesia ) SULSEL Berdasarkan PSAK No.
109.” Skripsi. SULSEL. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
RI, Departemen Agama. (2009). “Mushaf Al-Qur’an Dan Terjemahannya.” Depok:
Penerbit Sabiq.
Saputri, Tiara Dewi. dkk. (2019). “Analisis Penerapan PSAK 109 Pada Lembaga Amil
Zakat Di Kota Batu (Studi Kasus pada LAZIS Al-Haromain dan Lesma An-Nuur
Kota Batu).” Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Malang vol.08
Tahun 2019.
Shahnaz, sabrina. (2016) “Penerapan PSAK NO. 109 Tentang Pelaporan Keuangan
Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah Pada BAZNAS Provinsi Sulawesi Utara.”
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi, Manado. Jurnal
Berkala Ilmiah Efisiensi Vol 16 No. 01 Tahun 2016.
Siregar, S (2013). “Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah Sesuai PSAK 109 Untuk
BAZNAS Dan LAZ.” Medan: Wal Ashari Publishing.
Sugiyono. (2013). “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.” Bandung:
Alfabeta.
Sukti, S. (2013). “Hukum Zakat dan Wakaf Di Indonesia.” Yogyakarta: Kanwa
Publisher.
Syakir, Syaikh Ahmad. (2017). Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir Jilid VI. Jakarta: Darus
Sunnah.
Page 23
Tim penyusun kamus pusat bahasa. (2005). “Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Jakarta:
Balai Pustaka.
The Liang Gie, et al. (1989). “Ensiklopedia Administrasi.” Jakarta: CV Haji Masagung
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011. Tentang Pengelolaan
Zakat. Indonesia.
Wibisono, Y, (2015). “Mengelola Zakat Indonesia Diskusi Pengelolaan Zakat Nasional
Dari Rezim Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Ke Rezim Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011.” Jakarta: Pranadamedia Group.
Widodo, Hertanto dan Kustiawan,T. (2001). “Akuntansi dan Manajemen Keuangan
Untuk Organisasi Pengelola Zakat”. Jakarta: Institut Manajemen Zakat.