ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI PESISIR KOTA AGUNG KABUPATEN TANGGAMUS (Skripsi) Oleh SRI WAHYUNI JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018
ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI PESISIR
KOTA AGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
(Skripsi)
Oleh
SRI WAHYUNI
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI PESISIR
KOTA AGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
SRI WAHYUNI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan rumah tangga
nelayan, struktur pendapatan rumah tangga dan menganalisis tingkat kesejahteraan
rumah tangga nelayan di Pesisir Kota Agung. Penelitian menggunakan metode survei.
Sampel diambil secara purposive sampling sebanyak 43 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga nelayan berbeda menurut ukuran
armada kapal. Pendapatan rumah tangga nelayan pemilik armada kapal berada pada
tingkat sejahtera, sedangkan pendapatan rumah tangga nelayan ABK motor tempel
dan jukung berada pada kondisi miskin. Pendapatan rumah tangga nelayan sebagian
besar (91,78%) dari usaha penangkapan ikan. Pengeluaran rumah tangga nelayan
pemilik berada pada tingkat sejahtera, sedangkan untuk nelayan ABK motor tempel
dan jukung berada dibawah garis kemiskinan. Berdasarkan kriteria BPS dan garis
kemiskinan, 76,74 persen rumah tangga nelayan masuk golongan sejahtera dan 23,26
persen rumah tangga nelayan berada dalam golongan belum sejahtera.
Kata kunci: nelayan, pendapatan, pengeluaran
ABSTRACT
ANALYSIS OF FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN KOTA AGUNG
COASTAL TANGGAMUS REGENCY
By
SRI WAHYUNI
This research aims to find out the income of fisherman household, structure of
household income and analyze the welfare level of fishermen household in Kota
Agung Coastal. The study using survey method. The sample is taken by purposive
sampling method as many as 43 respondent. The result shows that, there is a different
of fisherman household income base on fleet sizes. The income of fisherman
household fleet owner at prosperous level, while the income of fisherman household
crews motor tempel and jukung at the poverty level. The income of fishermen
households (91.78%) from fishing businesses. The expenditure of fisherman
household fleet owners is at the level of prosperity, whereas for crews motor tempel
and jukung are below the poverty line. Therefore, based on BPS and poverty line,
76,74 percent of household fisherman at prosperous level and 23,26 percent of
household in the less prosperous.
Keywords : expenditures, fisherman, revenue
ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI PESISIR
KOTA AGUNG KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
SRI WAHYUNI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Agung pada 22 Desember1993 yang
merupakan putri bungsu dari pasangan Bapak Abdul Salam dan
Ibu Nurhayati. Penulis adalah anak ke sepuluh dari sepuluh
bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri 2 Kuripan Kota Agung tahun 2000-2006, Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Kota Agung tahun 2006-2009 dan Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Kota Agung tahun 2009-2012. Penulis diterima sebagai
mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada
tahun 2012 melalui jalur PMPAP dan memperoleh beasiswa Bidik Misi pada
semester ke 5.
Penulis aktif di kegiatan Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMASEPERTA)
2013/2014, sekretaris bidang dana dan usaha UKM F Fosi Fakultas Pertanian
tahun 2014/2015, bendahara umum UKM U Birohmah 2015/2016, anggota
komisi III DPM U KBM Unila 2016/ 2017. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata di Pekon Paku Kelumbayan Tanggamus bulan Januari-Februari 2015 dan
melaksanakan Praktik Umum di PT. Siger Jaya Abadi Tanjung Bintang Lampung
Selatan bulan Juli-Agustus 2015. Penulis telah menyelesaikan skripsi pada
tanggal 18 Desember 2018 yang berjudul “Analisis Pendapatan Rumah Tangga
Nelayan di Pesisir Kota Agung Kabupaten Tanggamus”
MOTTO
“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf:87)
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya” (QS. An-Najm:39)
“Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak
ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan kedisiplinan”
(Chairul Tanjung)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap” (QS. Al-Insyirah:6-8)
“Tidak sama antara dua buah lautan. Ini tawar, segar dan mudah diminum,
sedangkan yang itu asin lagi pahit. Dan dari masing-masing itu kamu dapat
memakan daging yang segar dan mengeluarkan perhiasan untuk kamu pakai serta
melihat bahtera yang membelahnya agar kamu mencari karuniaNya dan mudah-
mudahan kamu bersyukur” (QS. Fathir:12)
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini untuk:
Ayahanda dan Ibunda tersayang
Bapakku Abdul Salam dan Ibuku Nurhayati
Kakakku tercinta
Kang Ilham, Kang Taufik, Teh Piah, Kang Irul, Teh diah,
Kang Mancha, Kang Ipul, Kang Izul dan Kang Ahmad
Terima kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran,
keikhlasan, motivasi dan doa yang tiada henti
dalam menanti keberhasilanku
Para pendidik yang telah membimbing, mengajarkan dan mendidik dengan
ketulusannya
Sahabat, teman, dan almamater tercinta yang telah mendewasakan dalam berpikir dan
bertindak serta memberikan pengalaman yang tak terlupakan
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Rumah Tangga Nelayan di Pesisir
Kota Agung Kabupaten Tanggamus”. Sholawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan dalam setiap sisi
keidupan manusia, semoga kelak kita semua akan mendapatkan syafaatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan,
nasihat, dorongan semangat, kritik dan saran yang membangun kepada penulis dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Pror. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis dan dosen
pembimbing kedua atas bimbingan, saran, nasihat, dukungan dan perhatian kepada
penulis selama penyelesaian skripsi.
3. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku dosen pembimbing pertama atas
semua bimbingan, saran, nasihat, dukungan dan perhatian kepada penulis selama
penyelesaian skripsi maupun selama perkuliahan.
4. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Dosen Pembahas atas masukan,
arahan dan nasihat yang diberikan sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik.
5. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan arahan terkait proses akademik.
6. Bang Rio Tantalo (BR/mantan WD 3) yang telah memberikan saya kesempatan
untuk mendapatkan beasiswa Bidik Misi.
7. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
ilmu yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa.
8. Seluruh Staf Administrasi dan karyawan Universitas Lampung yang telah
membantu dengan baik dalam persoalan administrasi selama proses skripsi.
9. Bapak dan Ibu masyarakat Desa Kelurahan Pasar Madang yang telah membantu
dalam proses penelitian di lapangan.
10. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Abdul Salam dan Ibu
Nurhayati terima kasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi, dan
dukungan moral yang telah diberikan.
11. Keluarga besar Abah Salam dan saudaraku tercinta Kang Ilham, Kang Taufik, Teh
Piah, Kang Irul, Teh diah, Kang Mancha, Kang Ipul, Kang Izul dan Kang Ahmad
dengan cinta dan kasih sayangnya selalu mendukung dan mendoakan
keberhasilanku.
12. Tanti Meliani, A.Md., terima kasih telah memberikan semangat yang tidak henti-
hentinya agar menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat-sahabat terbaik Heni, S.E., Riska, S.T.P, Rofiiqoh, S.P., Karindra,S.Farm.,
Gita,S.Pi, Selvia,S.Ptk, Ngah Yola, Eka, S.P., Jeje, S.Si., Maya P.S., Lina,
Parastry,S.P., Ika,S.E., Ekarani,S.P., Devi,S.T.P., Sunarti,S.P., Aanisah,S.P.,
Neneng, S.Hut., Kiki,S.Pd., Yuni Purwanti,S.Pd., Rina Handayani,S.Pd.,
Sunarni,S.Pd., Erni, S.P., Fitri, S.P., Aulia, S.Si., Andi Wirman, A.Md., Faisal,
S.I.P., dan Salam atas kebersamaan, ketulusan serta do’a yang kalian berikan
semoga ukhuwah ini mempersatukan kita di jannahNya.
14. Temen-teman Agribisnis angkatan 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu, terima kasih telah memberikan semangat, motivasi, kekompakan dalam
suka dan duka selama masa kuliah.
15. Keluarga Besar UKM U Birohmah, DPM U, Fosi FP, Himaseperta, IMAMTA..
Suskes dan Jaya selalu.
16. Lingkaran syurgaku yag senantiasa memberikan nasihat kepada penulis.
17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang tepat atas segala bantuan yang telah
diberikan.. Semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Akhir kata penulis meminta maaf dan memohon ampun kepada Allah
SWT.
Bandar Lampung,
Penulis,
Sri Wahyuni
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah ..................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 9
1. Agribisnis Perikanan Tangkap ........................................... 9
2. Rumah Tangga Perikanan .................................................. 10
3. Teori Ekonomi Rumah Tangga .......................................... 13
4. Analisis Tingkat Kesejaheteraan ...................................... 17
5. Penanggulangan Kemiskinan Nelayan .............................. 18
6. Penelitian Terdahulu ......................................................... 20
B. Kerangka Pemikiran.................................................................. 22
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ................................... 25
B. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data ................................ 26
C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Peneltian ................ 27
D. Metode Analisis ........................................................................ 28
1. Analisis Pendapatan ........................................................... 29
2. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan . 30
E. Sistem Bagi Hasil ....................................................................... 31
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus ................................ 33
B. Gambaran Umum Kecamatan Kota Agung ............................... 34
C. Keadaan Umum Kelurahan Pasar Madang ................................ 36
1. Geografis ............................................................................. 36
2. Mata Pencaharian ................................................................ 38
3. Kehidupan Sosial Ekonomi ................................................. 38
4. Sarana dan Prasarana ........................................................... 40
5. Potensi Perikanan ................................................................ 41
6. Karakteristik Kebudayaan ................................................... 42
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Usaha Penangkapan ..................................... 50
B. Karakteristik Nelayan Responden ............................................. 52
1. Umur Nelayan Responden ................................................... 52
2. Tingkat Pendidikan .............................................................. 54
3. Pengalaman Bernelayan ...................................................... 55
4. Jumlah Tanggungan Keluarga Nelayan Responden ............ 56
5. Pekerjaan Sampingan Nelayan Responden ......................... 57
C. Kondisi Nelayan dan Keluarganya ............................................ 58
D. Biaya Produksi Usaha Penangkapan ......................................... 61
E. Hasil Tangkapan Nelayan .......................................................... 64
F. Penerimaan Nelayan dari Usaha Perikanan ............................... 66
G. Sistem Bagi Hasil ..................................................................... 67
H. Pendapatan Nelayan dari Usaha Perikanan Tangkap ................ 68
I. Pendapatan Rumah Tangga Nelayan ......................................... 70
J. Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan........................................ 73
K. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan ....................... 76
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 79
B. Saran .......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 81
LAMPIRAN
Tabel 26 s/d 55 ................................................................................ 85 s/d 165
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi perikanan tangkap menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung ...................................................................................... 4
2. Persentase penduduk miskin di Provinsi Lampung menurut
Kabupaten tahun 2011-2014 ........................................................ 5
3. Produksi perikanan laut di Kabupaten Tanggamus menurut
kecamatan tahun 2011-2014 ......................................................... 6
4. Jumlah penduduk menurut pekon di Kecamatan Kota Agung ..... 36
5. Jumlah penduduk menurut usia di Kelurahan Pasar Madang ...... 37
6. Distrubusi penduduk menurut mata pencaharain tahun 2017 ...... 38
7. Kinerja penangkapan menurut jenis alat tangkap ......................... 51
8. Distribusi nelayan responden menurut golongan umur di Desa
Pesisir Kelurahan Pasar Madang .................................................. 53
9. Tingkat pendidikan nelayan responden berdasarkan jenis
armada nelayan ............................................................................. 54
10. Sebaran nelayan responden berdasarkan penglaman usaha
penangkapan ikan di Kelurahan Pasar Madang ........................... 55
11. Sebaran nelayan responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga di Kelurahan Pasar Madang ........................................... 56
12. Sebaran nelayan responden berdasarkan pekerjaan sampingan
di Kelurahan Pasar Madang ......................................................... 57
13. Kondisi fisik rumah nelayan responden berdasarkan jenis
armada nelayan ............................................................................. 60
14. Rincian biaya produksi usaha penangkapan ikan per armada per
trip per musim .............................................................................. 63
15. Hasil tangkapan per trip per musim penangkapan ...................... 64
16. Rata-rata harga ikan dalam skala musim di Pesisir Kelurahan
Pasar Madang ............................................................................... 65
17. Penerimaan hasil tangkapan nelayan per trip per musim
penangkapan ................................................................................. 66
18. Pola sistem bagi hasil nelayan di Pesisir Kota Agung ................. 67
19. Pendapatan nelayan per trip pada setiap musim penangkapan ..... 68
20. Pendapatan rumah tangga nelayan per bulan ............................... 70
21. Struktur pendapatan rumah tangga nelayan ................................. 72
22. Pengeluaran rumah tangga nelayan armada per bulan ................. 75
23. Perbandingan kesejahteraan rumah tangga nelayan berdasarkan
garis kemiskinan 2017 .................................................................. 77
24. Perbandingan kesejahteraan rumah tangga nelayan berdasarkan
UMR Tanggamus 2017 ................................................................ 78
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1. Kerangka analisis pendapatan rumah tangga nelayan di
Pesisir Kota Agung Kabupaten Tanggamus ................................ 24
2. Pola musim ikan di Pesisir Kelurahan Pasar Madang ...................... 52
3. Peta kelurahan pasar madang ......................................................... 166
4. Armada kapal motor ...................................................................... 166
5. Armada motor tempel .................................................................... 167
6. Armada jukung .............................................................................. 167
7. Alat tangkap jaring ........................................................................ 168
8. Tempat pelelangan ikan ................................................................. 168
9. Pasar ikan pesisir pantai ................................................................. 169
10. Depot es ........................................................................................ 169
11. Drainase 1 ..................................................................................... 170
12. Drainase 2...................................................................................... 170
13. Pelelangan lama ............................................................................. 171
14. Tempat pengasinan ikan ................................................................ 171
15. Pemukiman nelayan tampak depan ................................................ 172
16. Pemukiman nelayan tampak belakang ............................................ 172
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Isi dari tujuan pembangunan yang termaktub di dalam UUD 1945 salah satunya
adalah mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang sejahtera, lahiriah
maupun batiniah. Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa,
yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara
berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk
memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan
yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju.
Sektor kelautan mulai diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dalam
pembangunan sejak PELITA VI rezim orde baru. Upaya Perencanaan
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019 terkait kelautan dan
perikanan adalah menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki
kedaulatan pangan, energi dan pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan,
menikmati peningkatan kesejahteraan berkelanjutan, menjadikan warganya
berkepribadian dan berjiwa gotong royong dan masyarakatnya memiliki
2
keharmonisan antarkelompok sosial, antarsektor ekonomi, antarwilayah serta
menjadikan Indonesia menjadi poros maritim dunia.
Wilayah laut yang luasnya 70% dari luas wilayah Indonesia memiliki potensi
lestari sumber daya ikan laut sebesar 6,5 juta ton per tahun tersebar di perairan
wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indoensia (ZEEI) yang
terbagi dalam sembilan wilayah peraiaran utama Indonesia. Potensi tersebut
belum termanfaatkan secara optimal dilihat dari jumlah tangkapan yang hanya
diperbolehkan 5,12 juta ton per tahun. Sumberdaya perikanan tersebut
didominasi oleh perikanan skala kecil. Peranan sub sektor perikanan skala
kecil cukup penting di Indonesia. Potensi tersebut diharapkan dapat
dimanfaatkan secara optimal dan lestari guna meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat nelayan. (Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional, 2014).
Kendala-kendala yang menyebabkan terpeliharanya kemiskinan nelayan atau
masyarakat pinggiran pantai, diantaranya kebijakan pemerintah yang tidak
memihak masyarakat miskin, banyak kebijakan terkait penanggulangan
kemiskinan bersifat top down dan selalu menjadikan masyarakat sebagai objek,
bukan subjek. Kondisi bergantung pada musim sangat berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan nelayan, terkadang beberapa pekan nelayan tidak melaut
dikarenakan musim yang tidak menentu. Rendahnya Sumber Daya Manusia
(SDM) dan peralatan yang digunakan nelayan berpengaruh pada cara dalam
menangkap ikan, keterbatasan dalam pemahaman akan teknologi, menjadikan
kualitas dan kuantitas tangkapan tidak mengalami perbaikan serta rendahnya
3
akses permodalan dan pemasaran. Kondisi lain yang turut berkontribusi
memperburuk tingkat kesejahteraan nelayan adalah mengenai kebiasaan atau pola
hidup konsumtif, dimana pada saat penghasilan banyak tidak ditabung untuk
persiapan paceklik, melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan
sekunder. Namun ketika paceklik pada akhirnya berhutang termasuk kepada lintah
darat yang justru semakin memperberat kondisi.
Rendahnya produktivitas dan berbagai kendala tersebut di atas pada gilirannya
akan mempengaruhi tingkat pendapatan per kapita nelayan khususnya buruh
nelayan. Faktor lain yang sangat mempengaruhi pendapatan nelayan adalah
pola bagi hasil dalam usaha penangkapan ikan. Statuts kepemilikan unit
penangkapan ikan dan peranan dalam kegiatan usaha akan menentukan
besarnya bagi hasil yang diterima baik oleh nelayan maupun pemilik unit
penangkapan ikan (Hermanto, 1986 ).
Sejak krisis mulai merambah keberbagai wilayah pertengahan tahun 1997,
Nelayan tradisional boleh dikatakan kelompok masyarakat pesisir paling
menderita dan merupakan korban pertama dari perubahan situasi sosial-ekonomi
yang terkesan tiba-tiba namun berkepanjangan. Banyak studi yang telah
membuktikan nelayan tradisional umumnya lebih miskin daripada keluarga
petani, pengrajin dan pekerja sektor informal (Kusnadi, 2002).
Kompleksitas persoalan nelayan saat ini berdampak pada perekonomian mereka
yang semakin menurun sehingga menyebabkan kemiskinan dikalangan nelayan
dan masyarakat pesisir. Padahal, nelayan adalah salah satu mata pencaharian
utama yang paling mendominasi dan berkontribusi besar dalam memperoleh
4
pendapatan guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menafkahi anggota
keluarga. Banyaknya permasalahan kemiskinan yang menimpa nelayan, membuat
hidup mereka pasang surut.
Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki
luas laut 1.779,50 km2dan panjang pantai 210 km
2 yang tersebar di sembilan ( 9 )
kecamatan pesisir di Kabupaten Tanggamus. Potensi sumberdaya perikanan yang
cukup tinggi dan menjanjikan menjadikan Tanggamus sebagai kabupaten
penyumbang produksi perikanan terbesar keempat di Provinsi Lampung. Hal ini
dapat dilihat dari data produksi perikanan tangkap Provinsi Lampung menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2015 (BPS, 2015).
Tabel 1. Produksi perikanan tangkap menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Lampung, 2015 (ton)
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2015
Dilihat dari potensi laut yang terdapat di Kabupaten Tanggamus, seharusnya
pengelola kekayaan laut Tanggamus dari nelayan hingga pedagang eceran ikan
No. Kabupaten/Kota Jumlah Produksi Perikanan Tangkap (ton)
2014
1 Lampung Timur 42.089
2 Lampung Selatan 38.704
3 Bandar Lampung 27.270
4 Tanggamus 15.558
5 Tulang Bawang 12.651
6 Pesisir Barat 12.006
7 Pesawaran 8.141
8 Lampung Tengah 3.475
9 Lampung Utara 1.931
10 Mesuji 1.159
11 Way Kanan 578
12 Tulang Bawang Barat 337
13 Lampung Barat 173
14 Pringsewu 84
15 Metro -
Provinsi Lampung 73.372,7
5
atau produk olahannya memiliki tingkat kesejahteraan yang baik. Kenyataan yang
terjadi adalah pada umumnya masyarakat pesisir memiliki kesejahteraan yang
rendah. Pendapatan perkapita Kabupaten Tanggamus tercatat sebagai penerima
PDRB perkapita terendah kedua setelah Lampung Barat yakni hanya sebesar
19,90 juta berada dibawah PDRB perkapita penduduk lampung yang rata-rata
sebesar 31,19 juta serta menempati urutan penduduk miskin keenam se-Provinsi
Lampung dengan persentase 15,24% pada tahun 2014 (BPS Lampung 2015).
Tabel 2. Persentase penduduk miskin di Provinsi Lampung menurut kabupaten,
tahun 2011-2014
No. Kabupaten/Kota Tahun
2011 2012 2013 2014
1 Lampung Utara 28,96 28,19 25,16 23,67
2 Lampung Selatan 20,61 19,23 18,19 17,09
3 Lampung Timur 21,06 19,66 18,56 17,83
4 Pesawaran 20,48 19,06 18,01 17,86
5 Way Kanan 18,81 17,63 16,54 15,36
6 Tanggamus 18,30 17,06 16,10 15,24
7 Lampung Barat 17,12 15,99 15,33 13,96
8 Lampung Tengah 16,88 15,76 14,96 13,37
9 Bandar Lampung 14,58 13,61 12,65 10,85
10 Metro 13,77 12,90 12,09 11,08
11 Pringsewu 12,45 11,62 11,01 9,81
12 Tulang Bawang 10,80 10,11 9,43 8,04
13 Mesuji 8,65 8,07 7,69 5,81
14 Pesisir Barat
15 Tulang Bawang Barat 7,63 7,11 6,37 6,31
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011-2014
Penyumbang produksi perikanan Tanggamus terbesar berasal dari Kecamatan
Kota Agung yang merupakan Ibu Kota dari Kabupaten Tanggamus yaitu
mencapai 40.9% (10.453,74) ton/tahun dari total produksi yang mencapai
25.548,64 ton/tahun dengan jumlah nelayang terbanyak yakni sebesar 1.358 dari
total rumah tangga perikanan laut Tanggamus (BPS, 2015).
6
Tabel 3. Produksi perikanan laut di Kabupaten Tanggamus menurut kecamatan
tahun 2011-2014
Kecamatan Produksi(ton)
2011 2012 2013 2014
Wonosobo 1.733,83 278,14 297,86 274,93
Kota Agung 4.623,55 10.868,65 11.401,78 10.453,74
Pematang Sawa 2.697,07 3.615,35 3.799,27 3.542,84
Kota Agung Barat 1.483,39 970,35 1.128,35 951,04
Kota Agung Timur 1.926,48 479,35 500,41 434,76
Cukuh Balak 1.464,12 1.801,40 1.881,89 1.556,79
Kelumbayan 2.735,60 6.811,75 7.164,57 6.346,73
Limau 2.600,75 2.116,82 2.213,29 1.987,81
Jumlah 19.264,79 26.941,81 28.387,42 25.548,64
Sumber : DKP Kabupaten Tanggamus, 2015
Ironisnya Kecamatan Kota Agung sebagai salah satu wilayah pesisir yang menjadi
sentra perikanan sekaligus Ibukota Kabupaten Tanggamus yang juga memiliki
fasilitas sarana dan prasarana yang baik dan didukung dengan adanya sekolah
usaha perikanan, balai budidaya ikan, TPI, koperasi, terminal, akses pasar dekat,
transportasi yang baik seharusnya dapat meningkatkan pendapatan nelayannya
namun pada kenyataanya masih terdapat rumah tangga nelayan di pesisir Kota
Agung yang miskin dan anggota keluarganya yang putus sekolah. Rendahnya
pendidikan kepala rumah tangga nelayan menjadi faktor utama yang berakibat
pada rendahnya produtivitas hasil tangkapan sehingga berdampak pada
pendapatan dan kesejahteraan yang rendah.
Pendapatan rumah tangga nelayan akan menentukan pola pegeluaran baik pangan
maupun non pangan dan tingkat kesejahteraan nelayan itu berada, akan tetapi
sampai saat ini belum diketahui seberapa besar pendapatan rumah tangga,
besarnya kontribusi pendapatan dari perikanan dan non perikanan, pengeluaran
konsumsi dan tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan yang ada di Pesisir
Kota Agung Kabupaten Tanggamus.
7
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pendapatan rumah tangga nelayan di Pesisir Kota Agung
Kabupaten Tanggamus?
2. Bagaimana struktur pendapatan rumah tangga nelayan di Pesisir Kota Agung
Kabupaten Tanggamus?
3. Bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan di Pesisir Kota Agung
Kabupaten Tanggamus
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Mengetahui besarnya pendapatan rumah tangga nelayan di Pesisir Kota Agung
Kabupaten Tanggamus
2. Mengetahui struktur pendapatan rumah tangga nelayan di Pesisir Kota Agung
Kabupaten Tanggamus
3. Menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan di Pesisir Kota
Agung Kabupaten Tanggamus
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut di atas maka penelitian ini diharapkan
dapat menjadi:
1. Sebagai salah satu media latih untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mahasiswa dalam mengamati dan mempelajari serta menganalisis
permasalahan yang dijumpai sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh
8
2. Sebagai bahan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan serta meningkatkan
pembinaan kepada nelayan dan pengusaha dalam upaya meningkatkan
pendapatan nelayan dan peningkatan produksi perikanan.
3. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan masukan bagi penelitian terkait.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Agribisnis Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap menurut Direktorat Jenderal Perikanan (2003) adalah
kegiatan dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air
yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan bahwa semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan
pemasaran dilaksanakan dalam suatu bisnis perikanan. Usaha perikanan dapat
dipandang sebagai suatu perpaduan faktor produksi atau suatu barang antara
yang dihasilkan faktor-faktor produksi klasik tenaga kerja dan barang-barang
modal atau apapun yang dianggap sejenisnya (Walangadi, 2003).
Menurut Ditjen Perikanan (1994), secara konseptual sistem agribisnis perikanan
terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu:
1) Sub sistem penyediaan sarana dan prasarana produksi, teknologi dan
pengembangan sumberdaya
2) Sub sistem usaha perikanan(usaha penangkapan ikan)
3) Sub sistem pengolahan
4) Sub sistem pemasaran
10
5) Sub sistem prasarana (pelabuhan)
6) Sub sistem pembinaan (kelembagaan)
Agribisnis perikanan sering dihadapkan pada masalah resiko dan ketidakpastian
usaha yang tinggi, yang biasanya hal ini bersifat eksternalitas yaitu di luar
jangkauan nelayan. Resiko produksi misalnya selalu dihadapi oleh para nelayan
karena produksi ikan di laut tunduk pada milik umum (property rights), di mana
biasanya mereka yang kuat selalu memenangkan peroleh ikan di laut.
2. Rumah Tangga Perikanan
Menurut Ditjen Perikanan (2000 dalam Ulfa), nelayan adalah orang yang secara
aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air. Sedangkan menurut Sujarno (2008), nelayan adalah orang
yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Sedangkan rumah tangga perikanan
adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan, budidaya
ikan/binatang air lainnya/tanaman laut dengan tujuan sebagian/seluruh hasilnya
untuk dijual. Di Indonesia nelayan biasa bermukim di daerah pinggir pantai atau
pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata
pencaharian hasil laut dan tinggal di desa- desa pantai atau pesisir
(Sastrawidjaya 2002 dalam Sujarno 2008).
Ciri Komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut:
a) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah orang- orang yang segala
aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau yang
menjadikan perikanan sebagai mata pencahariannya.
11
b) Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komonitas gotong royong.
Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada
saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan
pengarahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah
atau tanggul penahan gelombang disekitar desa.
c) Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat
namun pada umumya nelayan hanya memiliki keterampilan sederhana.
Menurut Hermanto (1986) terdapat tiga klasifikasi nelayan dilihat dari segi
kepemilikan alat tangkap yaitu nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan
perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap
milik orang lain. Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap
yang dioperasikan oleh orang lain, sedangkan nelayan perorangan adalah
nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dalam mengoperasikannya
tidak melibatkan orang lain.
Menurut Ditjen Perikanan (2000 dalam Ulfah, 2011), nelayan berdasarkan
kapasitas teknologi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Nelayan tradisional: nelayan yang belum menggunakan teknologi
penangkapan ikan dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri
b. Nelayan semi modern: nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan
ikan (motor tempel atau kapal motor)
c. Nelayan komersil: nelayan yang berorientasi pada peningkatan keuntungan.
Menurut Nainggoan (2007), alat penangkapan ikan sangat banyak jenis dan
ragamnya, namun pada prinsipnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
12
a. Alat tangkap yang terbuat dari jarring
b. Alat tangkap yang terdiri atas tali dan pancing
c. Alat tangkap yang terbuat dari bahan lainnya.
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2009), kegiatan penangkapan
ikan dilaut dapat diklasifikasikan menurut jenis armada, yaitu:
a. Perahu tanpa motor
1. Jukung: Sampan atau perahu dengan bentuk yang sederhana
2. Perahu papan
a) Kecil (panjangnya < 7m)
b) Sedang (panjangnya 7-10m)
c) Besar (panjangnya > 10m)
b. Perahu motor tempel
c. Perahu motor
1. <5 GT
2. 5-10 GT
3. 10-20 GT
4. 20-30 GT
5. 20-50 GT
6. 50-100 GT
7. 100-200 GT
8. 200 GT ke atas
13
3. Teori Ekonomi Rumah Tangga
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha atau
sebagainya). Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya
penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan
seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu.
Seperti halnya yang dikemukakan oleh Toweulu bahwa “Untuk memperbesar
pendapatan, seseorang anggota keluarga dapat mencari pendapatan dari sumber
lain atau membantu pekerjaan kepala keluarga sehingga pendapatannya
bertambah”. Sedangkan menurut Boediono pendapatan seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain dipengaruhi:
1) Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada hasil-hasil
tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.
2) Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh
penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.
3) Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan.
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga
yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan
pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani
adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang
dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar
14
usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan
diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai
berikut :
π = Y. Py – Σ Xi.Pxi - BTT
Keterangan :
π = Pendapatan (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)
BTT= Biaya tetap total (Rp)
Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat
kesejahteraan petani adalah pandapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari
kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan
petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.
a) Pendapatan Nelayan
Pendapatan yang dimaksud adalah berapa besar jumlah hasil tangkapan yang
diperoleh nelayan yang dinyatakan dalam rupiah selama satu tahun. Untuk
meningkatkan pendapatan nelayan (jumlah hasil tangkapan) diperlukan
cukup banyak persyaratan, disamping pengetahuan/tingkat pendidikan dan
keterampilan dan juga berbagai jenis modal seperti tersedianya peralatan dan
15
sarana-sarana produksi. Sampai saat ini nelayan di Indonesia tergolong
sebagai kelompok masyarakat yang tingkat pendidikan terendah.
Peningkatan pendidikan berkelanjutan sangat di perlukan dalam penyerapan
teknologi, baik teknologi penangkapan maupun teknologi budidaya.
Hal ini dijelaskan pula oleh Smith dalam Rahmawati(1990) dalam Zubair
dan Yasin (2011) , bahwa kemampuan nelayan untuk memaksimumkan hasil
tangkapan ikan ditentukan oleh berbagai faktor anatara lain:
1. Modal kerja atau investasi yaitu perahu/motor dan jenis alat tangkap
2. Potensi Sumberdaya Perikanan/daerah operasi penangkapan ikan di laut
3. Hari kerja Efektif melaut (HKE)
4. Kemudahan untuk memasarkan hasil tangkapan dengan harga yang wajar
5. Biaya operasional/produksi antara lain: bahan bakar, perawatan alat
tangkap dan biaya konsumsi waktu melaut.
Menurut Walangadi (2003) bahwa berpengaruhnya pengalaman nelayan
terhadap pendapatan berhubungan dengan lamanya nelayan tersebut dalam
usaha penangkapan ikan di laut dengan demikian penguasaan terhadap jenis
alat tangkap maupun daerah operasi akan menyebabkan semakin tingginya
produktivitas hail tangkapan ikan di laut. Tingkat produksi hasil tangkapan
nelayan mempengaruhi total penerimaannya. Hal ini dapat dihitung dengan
perkalian antara produksi dengan harga jual berbagai jenis ikan yang
dihasilkan. Jadi:
TR = Y.Py
16
Di mana:
TR = Total Penerimaan
Y = Produksi hasil tangkapan nelayan
Py = Harga (Soekartawi, 1986).
b) Pendapatan Rumah Tangga Nelayan
Untuk memaksimalkan pendapatan, maka nelayan tidak hanya
menggantungkan pendapatan dari perikanan saja. Oleh karena itu, menurut
Diah Pitaloka (2006) diperlukan sumber pendapatan yang lain, yaitu:
1) Pendapatan perikanan selain menjadi buruh atau pemilik
Pendapatan ini berasal dari usaha lain nelayan di luar pendapatannya
menjadi nelayan buruh atau nelayan juragan, seperti berdagang ikan,
menjual olahan ikan dan pengrajin ikan asin. Pendapatan ini akan masuk
ke dalam pendapatan perikanan.
2) Pendapatan sampingan (non perikanan)
Pendapatan sampingan dapat berasal dari luar perikanan( contoh: ojek,
tukang cuci, dll).
Dari uraian pendapatan di atas maka pendapatan rumah tangga nelayan
merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan dalam kegiatan perikanan,
pendapatan kegiatan sampingan dan pendapatan dari anggota keluarga satu
rumah yang lain yang juga bekerja, secara sistematis dirumuskan sebagai
berikut:
Y = y1 + y2 + y3
17
Di mana:
Y = jumlah pendapatan rumah tangga nelayan
y1 = jumlah pendapatan dari kegiatan perikanan
y2 = jumlah pendapatan dari kegiatan sampingan
y3 = jumlah pendapatan anggota keluarga
4. Analisis Tingkat Kesejahteraan
Pola pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, jumlah
anggota keluarga, umur dan jenis kelamin. Masyarakat yang tergolong
berpenghasilan rendah pada umumnya proporsi pengeluaran terbesar digunakan
untuk memenuhi kebutuhan makan. Pola pengeluaran terkait dengan tingkat
kesejahteraan. Kesejahteraan masyarakat merupakan suatu hal yang bersifat
subjektif yang artinya setiap orang mempunyai pedoman hidup, tujuan hidup dan
cara-cara hidup yang berbeda dengan demikian memberikan nilai-nilai yang
berbeda terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka
(Sukirno, 1985).
Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasaan yang diperoleh seseorang dari
hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima. Keterkaitan antara konsep
kesejahteraan dan konsep kebutuhan adalah dengan terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan tersebut, maka seseorang dikatakan sejahtera apabila tingkat
kebutuhan tersebut secra tidak langsung sejalan dengan indikator kesejahteraan.
Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dapat diukur dengan bermacam-macam
alat pengukur, misalnya dengan patokan konsumsi beras, konsumsi sembilan
bahan pokok, kadar gizi dalam makanan atau dengan pendapatan per kapita yang
18
kemudian data yang diperoleh akan dibandingkan dengan UMR Kabupaten
Tanggamus sebagai acuan tingkat kesejahteraan nelayan di Kecamatan Kota
Agung.
Menurut kategori Badan Pusat Statistik (BPS) suatu penduduk dikategorikan
miskin atau tidak miskin berdasarkan Garis Kemiskinan (GK). GK merupakan
jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
minimum makanan dan bukan makanan. Penduduk dikategorikan miskin apabila
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan.
Oleh karena itu, nilai GK berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin pada
suatu waktu. Selama periode 2013-2017, garis kemiskinan Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahun, pada tahun 2013 Rp 271.626,- menjadi Rp 373.559,-
pada bulan maret 2017. Jika ditinjau dari segi daerah tempat tinggal, garis
kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dari perdesaan dengan selisih sekitar
6,21 persen di tahun 2017, selisih ini lebih kecil jika dibandingkan tahun 2016
yang sebesar 6,23 persen. Kabupaten Tanggamus memiliki garis kemiskinan
pada tahun 2017 sebesar Rp 332.502,- naik dari tahun sebelumnya Rp 309.569,-
pada tahun 2016.
5. Penanggulangan Kemiskinan Nelayan
Pengentasan kemiskinan nelayan tradisional harus dengan pendekatan terpadu
(integrated approach). Modernisasi ditempuh dengan motorisasi alat tangkap,
pemutakhiran teknologi pengawetan ikan, pembangunan infrastruktur wilayah
pantai, dan peningkatan SDM dengan pelatihan dan pendidikan, serta bantuan
modal kerja dan usaha nelayan. Masalah kemiskinan nelayan menjadi semakin
19
rumit diatasi karena fenomena alam (musim, angin, siklus ikan), dan nilai-nilai
sosial budaya yang menyertai struktur masyarakat pantai. Oleh karena itu, perlu
adanya sebuah kebijakan sosial yang berisikan keterpaduan penanganan
kemiskinan nelayan sebagaimana yang mereka butuhkan, kebijakan tersebut juga
harus didukung oleh kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten atau
kota dimana terdapat masyarakat miskin khususnya masyarakat yang berprofesi
sebagai nelayan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan keegoan dari masing-
masing pemangku kepentingan. Keterpaduan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Keterpaduan sektor dalam tanggung jawab dan kebijakan. Keputusan
penanganan kemiskinan nelayan harus diambil melalui proses koordinasi di-
internal pemerintah, yang perlu digaris bawahi adalah kemiskinan nelayan
tidak akan mampu ditangani secara kelembagaan oleh sektor kelautan dan
perikanan, melainkan seluruh pihak terkait.
2) Keterpaduan keahlian dan pengetahuan, untuk merumuskan berbagai
kebijakan, strategi, dan program harus didukung berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dan keahlian, tujuannya adalah agar perencanaan yang disusun
betul-betul sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat nelayan.
3) Keterpaduan masalah dan pemecahan masalah sangat diperlukan untuk
mengetahui akar permasalahan yang sesungguhnya, sehingga kebijakan yang
dibuat bersifat komprehensif, dan tidak parsial.
4) Keterpaduan lokasi, memudahkan dalam melakukan pendampingan,
penyuluhan dan pelayanan (lintas sektor), sehingga program tersebut dapat
dilakukan secara efektif dan efesien.
20
5) Pendampingan, monitoring dan evaluasi. Pendampingan harus dilakukan
awal kegiatan dilaksanakan, sampai pasca kegiatan, sehingga akan menjadi
bahan evaluasi, apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
6. Penelitian Terdahulu
Pebyanggi (2014), dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan nelayan
tradisional dibandingkan dengan upah minimum regional di Kecamatan
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat menyatakan bahwa tingkat pendapatan nelayan
tradisional di daerah penelitian adalah tinggi. Faktor pengalaman melaut dan
biaya produksi berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan, sedangkan
variael umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan biaya investasi tidak
berpengaruh nyata secara parsial terhadap variabel pendapatan. Pendapatan
nelayan sampel di daerah penelitian berada diatas upah minimum regional
provinsi NAD, di mana rata-rata pendapatan nelayan sampel sebesar Rp
3.911.1000,-.
Himpon Doli (1996), dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan dan pola
pengeluaran rumah tangga nelayan gillnet (nylon dan sirang) di Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat menyatakan bahwa
pengeluaran untuk kebutuhan pangan masih merupakan bagian terbesar dari total
pengeluaran rumah tangga yaitu sebesar 60,88% pada rumah tangga nelayan
pemilik dan 70,62% pada rumah tangga nelayan buruh. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa hanya variabel pengalam usaha yang memiliki pengaruh
yang nyata pada rumah tangga nelayan pemilik maupun rumah tangga nelayan
21
buruh. Perbedaan tingkat pendapatan nyata terlihat pada rumah tangga yang
memiliki kegiatan non perikanan sebagai kegiatan sampingan dengan rumah
tangga yang hanya mengandalkan kegiatan perikanan saja sebagai sumber
pendapatannya.
Zalmi (2015), dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan dan pola
pengeluaran rumah tangga nelayan di wilayah Sasak Ranah Pasisia Kabupaten
Pasaman Barat menyatakan bahwa tingkat pendapatan rata-rata nelayan dari
hasil melaut adalah sebesar Rp 1.200.000 per bulan, sebesar 71% didistribusikan
dari keseluruhan total pendapatan untuk pengeluaran rumah tangga dimana
pengeluaran pangan76% dan non pangan 24%.
Maulana Firdaus (2013), dalam penelitiannya tentang analisis pengeluaran
rumah tangga nelayan dan kaitannya dengan kemiskinan di Desa Ketapang Barat
Kabupaten Sampang Jawa Timur menggambarkan kondisi kemiskinan rumah
tangga nelayan yaitu dengan menggunakan pendekatan garis kemiskinan. Hasil
penilitiannya menyatakan bahwa proporsi pengeluaran rumah tangga terbesar
yaitu untuk pengeluaran pangan yang mencapai 72,88 persen dan non pangan
sebesar 27,12 persen. Terkait dengan tingkat kemiskinan yang ditinjau
berdasarkan nilai garis kemiskinan yang ditetapkan BPS, maka rumah tangga
nelayan di Desa Ketapang Barat yang tergolong miskin sebanyak 15 persen,
sedangkan untuk nilai indeks kedalaman kemiskinan (P1) sebesar 0,007 dan
indeks keparahan kemiskinan (P2) sebesar 0,002. Rendahnya nilai P1 dan P2
menunjukkan bahwa besarnya nilai pengeluaran pada setiap rumah tangga tidak
jauh berbeda antar satu dan lainnya.
22
B. Kerangka Pemikiran
Tujuan pembangunan nasional salah satunya adalah mewujudkan kehidupan
masyarakat Indonesia yang sejahtera lahiriah maupun batiniah sebagaimana yang
termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Sebagai poros maritim dunia, dengan
memiliki laut yang luas dengan segala potensi perikanan yang melimpah seharusnya
mampu menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dengan kesejahteraan
masyarakat yang tinggi. Namun sayang semuanya hanya teori yang terbalut dalam
mimpi indah yang berbingkaikan harapan yang tak tahu kapan kan terwujud.
Berbagai program pembangunan kelautan dan perikanan sejak PELITA VI rezim
orde baru masih belum memberikan manfaat yang maksimal untuk mensejahterkan
masyarakat, khusunya masyarakat nelayan. Potensi wilayah laut yang luasnya 70%
dari luas wilayah Indonesia belum termanfaatkan secara optimal serta masih
banyaknya kapal asing yang dengan leluasa masuk ke perairan Indonesia.
Pemerintah masih terus berpaku pada pertanian, industri, dan usaha berbasis
pembangunan darat untuk meningkatkan kesejahteraan negara, padahal potensi
perikanan Indonesia masih sangat besar untuk dimanfaatkan menjadi tulang
punggung perekonomian Indonesia.
Masyarakat pesisir masih disibukkan dengan persoalan kemiskinan, padahal menjadi
nelayan adalah salah satu mata pencaharian utama guna memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan menafkahi anggota keluarganya. Kompleksitas persoalan berdampak
pada perekonomian mereka yang semakin menurun. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya nelayan melakukan berbagai kegiatan untuk
memperoleh pendapatan tambahan selepas mereka pergi melaut.
23
Upaya untuk meningkatkan pendapatan nelayan dari hasil melaut melibatkan
beberapa faktor diantaranya meliputi umur, pendidikan, pengalaman, frekuensi
melaut, jumlah anggota keluarga, kepemilikan kapal, peralatan dan biaya
operasional. Lebih jelasnya alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan
pada gambar 1.
24
Gambar 1. Kerangka Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Nelayan di Pesisir Kota Agung Kabupaten Tanggamus
Potensi perikanan
Usaha non penangkapan
ikan ( usaha sampingan) Usaha Perikanan :
Usaha penangkapan
-buruh
-pemilik
Sumberdaya Alam
Kota Agung
Potensi non perikanan
Pendapatan usaha
non penangkapan Pendapatan usaha
penangkapan ikan
Pendapatan rumah
tangga nelayan
Tingkat kesejahteraan
Pangan
Pola pengeluaran
tangga ne layan
Non pangan
Garis
Kemiskinan
UMR
25
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional yang mencakup semua pengertian
dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
Pendapatan rumah tangga merupakan pendapatan segenap anggota keluarga yang
dapat berasal dari kegiatan penangkapan ikan dan non penangkapan ikan dalam
Rp/tahun.
Pengeluaran rumah tangga adalah jumlah pengeluaran semua anggota rumah tangga
untuk keperluan konsumsi pangan, sandang, pemukiman, kesehatan, pendidikan,
rekreasi/liburan atau sosialisasi yang dinyatakan dalam Rp/tahun.
Rumah tangga menurut BPS adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
keseluruhan bangunan dimana biasanya mereka tinggal dirumah tersebut dan makan
dari satu dapur. Anggota rumah tangga meliputi semua orang yang tinggal disuatu
rumah termasuk pembantu maupun orang lain yang menetap disana. Rumah tangga
merupakan kesatuan dasar dalam kegiatan produksi, konsumsi dan reproduksi dalam
masyarakat. Rumah tangga merupakan kesatuan yang menentukan atau mengambil
keputusan dalam berbagai aspek kehidupan anggota-anggotanya.
26
Nelayan pemilik adalah orang atau badan hukum yang dengan hak ataupun berkuasa
atas sesuatu kapal atau perahu yang dipergunakan dalam usaha penagkapan ikan dan
alat-alat penangkapan ikan.
Nelayan buruh/penggarap adalah semua orang yang sebagai satu kesatuan dengan
menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha penangkapan ikan laut.
Perahu motor tempel adalah perahu yang menggunakan mesin (motor tempel)
sebagai alat penggerak dan motonya diletakkan di luar baik di buritan maupun sisi
perahu. Motor tempel ini dapat dipasang pada jukung ataupun perahu papan.
Usaha penangkapan ikan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di
perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat, cara atau apapun
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya.
Pendapatan usaha penangkapan ikan nelayan juragan adalah pendapatan yang
diperoleh dengan menghitung selisih total penerimaan dan pengeluaran usaha
penangkapan ikan tersebut sedangkan bagi nelayan buruh pendapatan dari usaha
penangkapan ikan tersebut diperoleh melalui bagi hasil.
Usaha non penangkapan adalah kegiatan usaha yang dilakukan selain dari kegiatan
melaut misalnya berdagang, menjadi buruh bangunan, buruh cuci, ojek dan lainnya.
B. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer
27
diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner)
dan data sekunder diperoleh dari lembaga atau intansi terkait dengan penelitian ini.
C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Pesisir
Kota Agung Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus yang memiliki potensi
perikanan yang melimpah dan luas serta menjadi sentra perikanan dari Kabupaten
Tanggamus dengan beberapa daerah pesisirnya salah satunya yaitu Kelurahan Pasar
Madang dari 16 kelurahan/pekon yang ada di Kecamatan Kota Agung. Pengambilan
data ini dilakukan mulai bulan Februari-April 2017. Responden dalam penelitian ini
adalah nelayan yang berstatus sebagai pemilik/juragan laut dan ABK nelayan yang
tinggal di Pesisir Pantai Kelurahan Pasar Madang yaitu Dusun Kapuran dan Dusun
Pantai Laut yang menggunakan alat tangkap jaring dari jenis armada kapal motor
<5GT, motor tempel dan jukung. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling dengan pertimbangan sampel sebagai
berikut :
1. Mayoritas rumah tangga nelayan tinggal di bibir pantai Kelurahan Pasar
Madang tepatnya di Dusun Kapuran dan Pantai Laut
2. Mayoritas rumah tangga nelayan yang tinggal di daerah penelitian menggunakan
beragam armada kapal (kapal motor, motor tempel dan jukung)
3. Rumah tangga nelayan yang tinggal pada daerah penelitian terdiri dari pemilik
armada maupun ABK (anak buah kapal)
Penentuan jumlah sampel mengacu pada rumus slovin dengan rumus sebagai berikut
:
28
n = N
1 + Ne2
Di mana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (15%)
Dengan jumlah populasi sebesar 1.358 rumah tangga nelayan dan standard error
sebesar 0,15 (15%) maka jumlah sampel minimal adalah :
n = 1.358
1 + 1.358 (0,15)2
= 43,03 = 43 sampel
Dengan demikian jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 43
responden yang dilihat berdasarkan jenis armada (kapal motor, motor tempel,
jukung) serta status kepemikannya (pemilik dan anak buah kapal).
D. Metode Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang
berdasarkan atas analisis tabel frekuensi dan rata-rata dan diharapkan dapat
diperoleh gambaran umum tentang pola pendapatan pada daerah penelitian.
Metode pengolahan data dilakukan dengan menghitung penerimaan, pengeluaran,
dan pendapatan usaha perikanan tangkap serta menganalisis kesejahteraan rumah
tangga nelayan berdasarkan kriteria BPS yang dilihat dari nilai garis kemiskinan
serta membandingkan pendapatan rumah tangga dengan UMR Kabupaten
Tanggamus. Pendapatan nelayan anak buah kapal dari kegiatan perikanan tangkap
diperoleh dari sistem bagi hasil yang disepakati dengan nelayan pemilik. Data yang
29
diperoleh akan disederhanakan dalam bentuk tabulasi yang selanjutnya diolah secara
komputerisasi. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan
rumah tangga nelayan, struktur pendapatan rumah tangga, pola pengeluaran dan
tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan.
1. Analisis Pendapatan
a. Analisis Pendapatan Usaha Perikanan
Untuk menjawab tujuan pertama yakni menganalisis besarnya pendapatan
nelayan dari usahaa perikanan, maka menghitung selisih antara penerimaan yang
diterima oleh nelayan dengan biaya produksi yang di keluarkan dalam satu tahun
dengan rumus sebagai berikut (Suratiyah, 2009) :
π = TR – TC dimana TR = P.Q dan TC = TFC+TVC ……………….(1)
Keterangan :
Π = pendapatan (Rp/tahun)
TR = total penerimaan (Rp/tahun)
TC = total biaya (Rp/tahun)
P = harga produk (Rp/kg)
Q = jumlah produksi (kg/tahun)
TFC = total biaya tetap (Rp/tahun)
TVC = total biaya variabel (Rp/tahun)
b. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Nelayan
Untuk menghitung pendapatan rumah tangga nelayan digunakan rumus sebagai
berikut :
Pn = P1 + P2 +P3………………………………………………………….. (2)
30
Di mana :
Pn = pendapatan rumah tangga nelayan (Rp/tahun)
P1 = pendapatan usaha perikanan (Rp/tahun)
P2 = pendapatan usaha non perikanan (Rp/tahun).
P3 = pendapatan anggota rumah tang (Rp/tahan)
2. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan
a. Analisis Pengeluaran Rumah Tangga
Analisis pengeluaran rumah tangga adalah total pengeluaran rumah tangga baik
pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan non makanan. Menurut BPS (2009),
analisi pengeluaran rumah tangga dirumuskan dengan :
Ct = C1 + C2…………………………………………………………… (3)
Keterangan :
Ct = Total pengeluaran rumah tangga nelayan (Rp/tahun)
C1 = Pengeluaran untuk kebutuhan pangan (Rp/tahun)
C2 = Pengeluaran untuk kebutuhan non pangan (Rp/tahun)
Tingkat pengeluaran per tahun rumah tangga nelayan adalah total pengeluaran
rumah tangga nelayan baik pengeluaran makanan dan non makanan dalam satu
tahun dibagi jumlah tanggungan rumah tangga digunakan untuk mengetahui
tingkat pengeluaran per kapita per tahun. Secara matematis tingkat pengeluaran
per kapita per tahun tiap keluarga dapat dirumuskan sebagai berikut :
C / kapita / th (Rp) = C
∑ keluarga ………………………………………. (4)
31
b. Analisis Badan Pusat Statistik (2017)
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemiskinan rumah
tangga nelayan di Pesisir Kota Agung adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan kriteria kemiskinan BPS (2017). Pengukuran tingkat kesejahteraan
rumah tangga dapat dilakukan dengan pendekatan objektif, menggunakan garis
kemiskinan atau standar hidup minimum suatu masyarakat sebagai pembanding
yang dikenal dengan garis kemiskinan. Garis kemiskinan dihitung melalui
penjumlahan rupiah minimum yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
pokok minimum makanan dan bukan makanan. Penduduk dikatakan miskin
apabila memiliki rata-rata pengeluran per kapita per bulan dibawah garis
kemiskinan Kabupaten Tanggamus 2017 yaitu sebesar Rp 332.502 per bulan.
Indikator lainnya dalam menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan
adalah membandingkan pendapatan rumah tangga nelayan dengan UMR
Kabupaten Tanggamus sebagai acuan tingkat kesejahteraan nelayan di
Kecamatan Kota Agung pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp 1.908.447,50.
E. Sistem Bagi Hasil
Pola bagi hasil nelayan cenderung lebih menguntungkan para pemilik perahu
(juragan), karena salah satu cara untuk menghindari kerugian dari kegiatan
penangkapan tersebut dengan kata lain jika menggunkana sistem upah, juragan
akan melakukan pengeluaran yang pasti. Sementara hasil usaha penangkapan
ikan di laut bersifat tidak pasti bisa jadi menghasilkan atau bahkan tidak
menghasilkan apa-apa dalam waktu yag cukup lama dan itu berarti kerugian
untuk para pemilik (juragan). Untuk mengetahui besarnya sistem bagi hasil
32
nelayan di Pesisir Kota Agung Tanggamus, peneliti menggunakan teknik
wawancara kepada semua responden dengan membagi berdasarkan ukuran jenis
kapal. Pola bagi hasil yang di terapkan oleh nelayan pesisir kota agung sebesar
50% untuk nelayan pemilik dan 50% untuk nelayan ABK. Pola sistem bagi hasil
50:50 berlaku untuk semua nelayan.
33
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus
Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 pada
tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah satu dari 11 kabupaten di Provinsi
Lampung. Kabupaten Tanggamus terdiri dari wilayah daratan dan wilayah laut
dengan luas masing-masing 2.855,46 km² dan 1.799,50 km² dengan garis pantai
sepanjang 210 km di sekitar Teluk Semangka yang terbagi dalam 302
desa/kelurahan dan 20 kecamatan dengan jumlah penduduk sebanyak 580.383
jiwa yang terdiri atas 302.474 jiwa penduduk laki-laki dan 277.909 jiwa
penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk 201 jiwa/km2. Topografi
wilayah darat merupakan daerah berbukit sampai bergunung, sekitar 40% dari
keseluruhan wilayah tersebut memiliki ketinggian dari permukaan laut hingga
2.115 mdpl sedangkan secara geografis, letak Kabupaten Tanggamus berada pada
104°18’ hingga 105°12’ BT dan 5°05’ hingga 5°56’ LS. Secara administratif,
Kabupaten Tanggamus dibatasi oleh tiga wilayah daratan dan satu wilayah laut :
1. Sebelah barat dengan Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir Barat
2. Sebelah timur dengan Kabupaten Pringsewu
3. Sebelah utara dengan Kabupaten Lampung Barat dan Lampung Tengah
4. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.
34
Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Tanggamus sebagian besar
dimanfaatkan untuk perikanan dan pertanian. Selain itu masih terdapat beberapa
potensi sumber daya alam lain yang potensial untuk dikembangkan antara lain
pertambangan emas, granit, batu pualam atau marmer. Di samping itu terdapat
pula sumber air panas dan panas bumi serta terdapat bendungan terbesar di Asia
yakni bendungan batutegi yang memungkinkan untuk dikembangkan menjadi
pembangkit energi listrik alternatif. Komoditi uggulan Kabupaten Tanggamus
yaitu sektor perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan jasa.
Berdasarkan data BPS 2017 Kabupaten Tanggamus memiliki rasio jenis kelamin
sebesar 109. Penggunaan lahan di Kabupaten Tanggamus tahun 2017 yang
mencapai 67,65% dari total luas wilayah kabupaten ini digunakan sebagai lahan
pertanian, baik lahan sawah maupun lahan bukan sawah.
Kabupaten Tanggamus merupakan daerah tropis dengan curah hujan rata-rata
161,7 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan 15 hari/bulan. Temperaturnya
berselang antara 21,3°C sampai 33,0°C, selang kelembapan relatif di
KabupatenTanggamus adalah 39% sampai dengan 100% sedangkan rata-rata
tekanan udara minimal dan maksimal di Kabupaten Tanggamus adalah 1.007,4
Nbs dan 1.013,7Nbs.
B. Gambaran Umum Kecamatan Kota Agung
Kecamatan Kota Agung merupakan salah satu kecamatan yang berada dalam
wilayah administrasi Kabupaten Tanggamus. Kecamatan Kota Agung terletak di
35
bawah kaki Gunung Tanggamus dan di sisi pantai Teluk Semaka. Kecamatan ini
terletak 100 km di barat ibukota Provinsi Lampung. Kecamatan Kota Agung
terbagi atas tiga kelurahan (Kelurahan Baros, Kelurahan Pasar Madang dan
Kelurahan Kuripan), sepuluh pekon (Pekon Kedamaian, Pekon Kelungu, Pekon
Kotaagung, Pekon Kusa, Pekon Negri Ratu, Pekon Penanggungan, Pekon
Pardasuka, Pekon Teratas, Pekon Terbaya dan Pekon Terdana) dengan luas
wilayah 10.130 Ha atau 76,93 km2. Secara geografis Kecamatan Kota Agung
terletak pada posisi 104o18'-105
o12' Bujur Timur dan 5
o05'-5
o56' Lintang Selatan.
Kecamatan Kota Agung memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Tanggamus
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wonosobo
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gisting
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Semaka
(Pemerintah Kabupaten Tanggamus, 2015).
Penduduk Kecamatan Kota Agung terdiri dari penduduk asli (lampung) dan
penduduk pendatang dari luar daerah seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura,
Palembang dan Bengkulu dengan jumlah penduduk sebanyak 42.339 jiwa
( Kota Agung dalam Angka, 2017).
Jumlah penduduk menurut pekon di Kecamatan Kota Agung dapat dilihat pada
Tabel 4.
36
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pekon di Kecamatan Kota Agung
No Desa/Kelurahan Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)
1. Negeri Ratu 1.476 1.407 2.883
2. Penanggungan 727 686 1.413
3. Terdana 376 338 714
4. Baros 2.205 2.203 4.408
5. Pasar Madang 3.640 3.423 7.063
6. Kuripan 4.926 4.769 9.695
7. Kelungu 357 323 680
8. Pardasuka 318 283 601
9. Teratas 791 729 1520
10. Kusa 1.709 1.591 3.300
11. Terbaya 1.090 1.060 2.150
12. Kedamaian 976 951 1927
13. Kota Agung 1.518 1.465 2.983
14. Kota Batu 636 610 1.246
15. Camping Tiga 358 332 690
16. Benteng Jaya 563 503 1.066
Jumlah 21.666 20.673 42.339
Sumber : Kecamatan Kota Agung dalam Angka, 2017
C. Keadaan Umum Kelurahan Pasar Madang
1. Geografis
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasar Madang yang merupakan salah
satu daerah pesisir di Kecamatan Kota Agung yang menjadi pusat
perekonomian pesisir tepatnya berada di Dusun Kapuran dan Pantai Laut.
Kelurahan Pasar Madang berada pada ketinggian 20 m diatas permukaan laut
dengan luas wilayah seluas 46 ha.
Batas wilayah Kelurahan Pasar Madang sebelah utara berbatasan dengan
Kelurahan Kuripan, Teluk Semangka di sebelah selatan, Kelurahan Baros di
sebelah barat dan Pekon Terbaya di sebelah timur. Berdasarkan profil
37
Kelurahan Pasar Madang 2017, Kelurahan Pasar Madang terdiri dari 17 RT
dan 12 dusun. jumlah penduduk di Kelurahan Pasar Madang sebesar 5.641
jiwa dengan 1.624 kepala keluarga yang terdiri dari 2.767 jiwa penduduk laki-
laki dan 2.874 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk menurut usia di
Kelurahan Pasar Madang dijelaskan pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah penduduk menurut usia di Kelurahan Pasar Madang
Kabupaten Tanggamus
No Usia
(tahun)
Jumlah
(jiwa)
1 0-14 325
2 15-50 2.807
3 >51 2.509
Total 5.641
Sumber : Profil Kelurahan Pasar Madang, 2017
Penggunaan lahan di Kelurahan Pasar Madang meliputi pemukiman,
perindustrian, perkantoran, pasar, terminal dan lain-lain. Penggunaan lahan di
Kelurahan Pasar Madang tersebut disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Penggunaan lahan di Kelurahan Pasar Madang tahun 2017
No Penggunaan Lahan Kelurahan Pasar Madang
Luas (ha) Persentase (%)
1. Sawah - -
2 Perkebunan - -
3. Pemukiman 41 89,13
4. Rawa - -
5. Perkantoran 1,20 2,61
6. Industri 0,70 1,52
7. Pasar 2,67 5,80
8. Terminal 0,43 0,94
Jumlah 46 100
Sumber : Profil Kelurahan Pasar Madang, 2017
38
2. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain keadaan fisik alam, letak wilayah daerah tersebut dengan daerah
lain dan pola hidup masyarkatnya. Topografi Kelurahan Pasar Madang yang
berada di pesisir pantai yang umumnya akan mendorong penduduknya untuk
bermatapencaharian sebagai nelayan. Dari tabel 7 dapat kita lihat bahwa
penduduk bekerja sebagai nelayan, swasta, pegawai kantor dan lainnya.
Persentase jumlah nelayan terbilang besar 36,98% di Kelurahan Pasar
Madang. Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian tahun 2017
No Jenis Pekerjaan Kelurahan Pasar Madang
Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. Petani - -
2. Nelayan 894 36,98
3. PNS 573 23,70
4. Karyawan 384 15,89
5. Wiraswasta/pedagang 73 3,02
6. Sektor Jasa 275 11,39
7. Buruh 218 9,02
Jumlah 2.417 100,00
Sumber : Profil Kelurahan Pasar Madang, 2017
3. Kehidupan Sosial Ekonomi
Sebagia masyarakat di Kelurahan Pasar Madang merupakan masyarakat yang
tinggal di daerah pesisir yang sumber kehidupannya bergantung secara
39
langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Hampir seluruh
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pantai berprofesi sebagai
nelayan. Nelayan di daerah tersebut terdiri dari nelayan pemilik dan buruh
nelayan dengan variasi penggunaan armada jukung, motor tempel dan kapal
motor<5GT. Selain nelayan, ada beberapa kelompok masyarakat di
Kelurahan Pasar Madang yang juga menggantungkan hidupnya pada
sumberdaya laut seperti pembudidayaan ikan dan organisme laut lainnya,
pedagang ikan, pengolah ikan, dan supplier faktor sarana produksi perikanan.
Dalam bidang non-perikanan masyarakat di daerah tersebut terdiri dari buruh
di pelabuhan, penjual jasa transportasi, buruh bangunan, pedagang skala kecil
dan pegawai.
Sebagian besar masyarakat pesisir masih menempati rumah-rumah yang
sederhana dengan kondisi drainase yang sangat tidak layak dan kumuh, hanya
ada beberapa rumah yang cukup baik. Rumah-rumah yang sederhana di
permukaan sepanjang pantai adalah rumah yang dimiliki oleh anak buah kapal
ataupun pengolah ikan dan buruh perikanan. Sedangkan rumah-rumah yang
permanen dengan jumlah relatife sedikit adalah rumah milik juragan. Secara
sekilas terdapat perbedaan yang mencolok bila di bandingkan antara
keduanya. Rumah milik anak buah kapal umumnya masih memiliki sanitasi
yang buruk bahkan ada yang tidak memiliki sanitasi dan harus memakai
sanitasi umum seperti WC cemplung, dinding rumuh geribik/papan atau
paduan keduanya dan alas rumahnya tanah atau papan dan campuran
40
keduanya . Sedangkan untuk rumah juragan dapat dikatakan cukup baik,
sarana MCK yang memadai, lantai keramik dan cukup luas.
Perbedaan keadaan yang mencolok ini tidak terlepas dari keadaan ekonomi
rumah tangga nelayan yang cukup sulit. Hal ini berbeda dengan juragan yang
memiliki banyak sumber penghasilan seperti usaha skala menengah di bidang
pertanian, toko-toko dan lainnya. Bagi anak buah kapal, hasil yang didapat
dari melaut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari jadi
cukup sulit untuk memperbaiki rumah dan sebagainya. Bahkan masih ada
nelayan anak buah kapal yang masih menyewa tanah untuk mendirikan
tempat tinggalnya. Berbeda dengan juragan darat maupun laut yang
penghasilannya lebih dari cukup, sehingga memiliki kemampuan untuk
memperbaiki rumah, biaya pendidikan dan sebagainya. Tetapi dianatara
keduanya sama-sama mendapatkan pengahasilan yang tidak menentu dari
hasil melaut. Meskipun begitu, sebagai juragan pasti akan lebih
menguntungkan daripada anak buah kapal.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang terdapat di Kecamatan Kota Agung terdiri dari
sarana dan prasarana perhubungan, pemerintahan, pemasaran, sosial dan
pendidikan. Kecamatan Kota Agung memiliki prasarana perhubungan berupa
jalan aspal, jalan diperkeras dan jalan tanah yang semuanya dapat dilalui
sepanjang tahun. Sarana perhubungan berupa alat transportasi yang terdiri
dari bus, angkot, ojek dan becak. Prasarana pemerintah yang ada di kecamatan
41
ini berupa balai pekon sebanyak 22 kantor, kantor kelurahan sebanyak tiga
kantor dan satu kantor kecamatan.
Prasarana pemasaran di Kecamatan Kota Agung berupa pasar yang terletak di
pusat kecamatan. Prasarana sosial kecamatan berupa 30 masjid, 27 mushola,
1 kantor pos, 1 puskesmas, 1 poliklinik/balai pengobatan, 1 kantor polisi, 1
kantor Telkom, 1 kantor PLN, 2 bank (Bank BRI dan Bank Lampung).
Sedangkan sarana pendidikan yang dimiliki adalah 8 TK, 25 SDN, 4
Madrasah, 2 SD swasta, 4 SD swasta Islam, 6 SLTPN, 3 SLTP swasta umum,
3 SLTP swasta islam, 3 SMUN, 1 MAN, 1 SMU swasta umum, dan dua SMK
(Kecamatan Kota Agung dalam Angka, 2017).
Karena letaknya yang tidak jauh dari ibukota kabupaten, daerah pesisir
kelurahan ini dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat sekitar maupun
pengunjung yang sekedar ingin menawar ikan di tempat pelelangan ataupun
sekedar berekreasi di pantai baik dengan kendaraan roda dua maupun roda
empat.
5. Potensi Perikanan
Karena letaknya yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan
dekat dengan Selat Sunda, wilayah perairan laut Kabupaten Tanggamus
umumnya memiliki gelombang yang besar. Perairan laut ini merupakan
habitat bagi berbagai jenis ikan laut komersial, terutama ikan-ikan pelagis
besar dan ikan-ikan yang bermuara dari Samudera Hindia ke Samudera
42
Pasifik atau sebaliknya. Ikan-ikan pelagis besar ini merupakan sasaran
penangkapan utama bukan hanya bagi para nelayan di Kabupaten Tanggamus,
tetapi juga bagi nelayan dari perairan Teluk Lampung, bahkan dari provinsi
lain yang melakukan penangkapan ikan di perairan Kabupaten Tanggamus.
Beberapa jenis-jenis ikan hias air laut ini sangat potensial untuk
dikembangkan masyarakat sebagai komoditas baru di bidang penangkapan
ikan dan jenis-jenis lainnya merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai
jual tinggi di pasaran internasional. Kabupaten Tanggamus mempunyai cukup
banyak pulau-pulau kecil dan semuanya mempunyai potensi sebagai daerah
ekowisata bahari , salah satunya adalah Teluk Kiluan yang berada di
Kecamatan Kelumbayan. Keberadaan lumba-lumba di sekitar Teluk Kiluan
menjadi daya tarik utama kunjungan wisatawan ke kawasan ini. Peran
pemerintah sangat penting sebagai fasilitator dan akselerator pembangunan
suatu wilayah dengan berprinsip pembangunan setara terpadu dan
berwawasan lingkungan, transparan dan akuntabel untuk kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Tanggamus (Dinas Perikanan dan Kelautan, 2015).
6. Karakteristik kebudayaan
Berdasarkan latar belakang etnis, mayoritas penduduk kelurahan Pasar
Madang adalah Suku Jawa, Suku Sunda (dalam istilah lokal disebut Jaseng),
Bugis dan minoritas penduduk merupakan Suku Lampung, Padang, Batak dan
Tionghoa. Keberagaman suku ini tidak menjadi penghalang terjalinnya
kedekatan antar masyarakat. Hal ini terlihat dengan seringnya terjadi
43
perkawinan antar suku. Lokasi penelitian ini berada pada daerah pesisir
Kelurahan Pasar Madang tepatnya di Dusun Kapuran berada di RT 10, RT 14,
dan RT 16 dan Dusun Pantai Laut
Dusun Kapuran dan Dusun Pantai Laut merupakan dua dusun pemukiman
nelayan terbesar di Kelurahan Pasar Madang. Mayoritas suku di dusun ini
ialah pendatang yang berasal dari berbagai daerah di Jawa dan Sulawesi. Para
pendatang ini umumnya sudah tiga generasi tinggal di dusun ini. Dusun
Kapuran dan Dusun Pantai Laut tepatnya berada di salah satu gang dekat
pantai dan komplek Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Kota Agung. Gang ini
tampak kurang teratur dan rapi. Gang ini merupakan lokasi perumahan
nelayan yang mayoritas penduduknya merupakan nelayan dan pengolah ikan.
Bangunan rumah saling berhimpitan dan gang-gang yang ada sebenarnya
merupakan halaman rumah warga yang dijadikan gang. Oleh karena itu, lebar
gang hanya sekitar 1,5 meter dan hanya cukup di lalui oleh 1 mobil saja. Gang
di Dusun Kapuran dan Dusun Pantai Laut ini sudah di semen dengan bantuan
dari Pemerintah Kabupaten Tanggamus.
Kebersihan lingkungan di komplek perumahan nelayan di kedua dusun
kurang memadai. Hal ini terlihat dengan tidak adanya tempat pembuangan
sampah. Keadaan sungai sangat kotor, airnya berwarna hitam serta banyak
sampah plastik dan sampah rumah tangga yang dibuang oleh warga ke sungai.
Ketika musim hujan, sungai ini sering meluap dan memenuhi ruas jalan di
gang ini. Namun terkadang, warga bergotong royong untuk membersihkan
44
sampah di sungai ini. Sebagai suatu kelompok sosial, masyarakat nelayan
memiliki pola-pola perilaku budaya atau karakteristik budaya yang berbeda
dengan kelompok masyarakat yang lain,. Perbedaan budaya ini terjadi karena
kehidupan nelayan lingkungan yang khas, seperti karakteristik pekerjaan
mereka, yakni menangkap ikan.
Masyarakat nelayan di dusun ini memiliki etos kerja yang mengharuskan
nelayan bekerja keras untuk memperoleh tangkapan yang banyak. Kerja keras
yang dilakukan nelayan bisa dilihat berdasarkan aktivitas yang dilakukan
nelayan yang berkaitan dengan kenelayanan. Nelayan dalam melakukan
aktivitasnya tidak memandang usia, karena aktivitas melaut hanya
mengandalkan kekuatan fisik saja dan tidak ditentukan berdasarkan usia agar
bisa ikut melaut, hanya disyaratkan kepada laki-laki yang sudah mahir
berenang. Apabila sudah mahir berenang maka seorang anak berusia 10 tahun
pun bisa ikut serta melakukan aktivitas melaut bersama orang tuanya. Dalam
melakukan aktivitas melaut, nelayan melakukannya dengan cara berkelompok
dalam satu kelompok biasanya ada sekitar 5 sampai 7 orang untuk kapal
motor berukuran kurang dari 5GT.
Kapal yang melaut dengan berkelompok ialah kapal bagan dan kapal payang,
dalam satu kelompok terdiri dari nahkoda, tukang lelang, juru mesin,
pemantau ikan dan penarik jaring dan untuk kapal purse seine atau kursin ada
sekitar sekitar 15 sampai 20 orang anak buah kapal (ABK), dibutuhkan lebih
banyak anak buah kapal (ABK) karena ukuran kapal, kapasitas mesin dan
45
kapasitas muatannya besar sedangkan untuk motor tempel biasa di isi dengan
4-5 orang dan jukung 2-3 orang. Sebelum berangkat melaut, nelayan
mempersiapkan peralatan melaut bersama dengan para anak buah kapal
lainnya. Adapun peralatan yang disiapkan diantaranya ialah jaring (peralatan
utama yang dibutuhkan nelayan untuk menjaring ikan di laut), pancing,
umpan, batu (untuk pemberat jaring), pelampung, bambu, fiber untuk tempat
menyimpan ikan, keranjang atau bakul, es balok, golok, solar, lampu, bontot,
peralatan makan. Ketika di laut, untuk menentukan lokasi menebar jaring,
nelayan terutama nahkoda melihat keadaan angin dan tanda-tanda alam
lainnya.
Adapun tanda-tandanya ialah pada saat musim ikan yang terjadi pada bulan
Februari-Juni, nelayan bisa menghabiskan waktu di laut selama 8-15 jam dan
hanya melaut sekitar 5-8 jam saat musim sepi ikan, nelayan banyak yang
cepat pulang ke rumah apabila tidak terlihat tanda-tanda ikan di air atas
permukaan laut, seperti ada buih-buih atau gelembung udara dipermukaan air,
warna air akan telihat lebih gelap dibandingkan dengan warna air disekitarnya
karena banyak ikan yang bergerombol, adanya burung yang berkeliaran di
atas permukaan laut. Akan tetapi ada juga nelayan yang hanya menggunakan
feeling ketika menentukan lokasi menebar jarring. Musim sepi ikan terjadi
pada bulan Oktober-Januari karena pada bulan tersebut terjadi angin kencang
dan gelombang laut yang besar sehingga nelayan tidak semua pergi melaut.
46
Gelombang besar di laut dapat terjadi kapan saja baik pada saat musim ikan
maupun saat musim sepi ikan.
Menangkap ikan dilakukan dengan mengunakan jaring yang cukup lebar.
Untuk menyebut ukuran, nelayan mengenal istilah depa. Saat melaut
membawa jaring berukuran 37x25 depa atau sama dengan 66,6 x 45 meter.
Ikan dikepung kemudian dikurung saat jaring ditebar keliling. Setelah ikan
berhasil dijaring, jaring diangkat dan ikan yang tersangkut kemudian
dipindahkan ke dalam keranjang atau bakul yang yang diberi es batu agar ikan
tetap segar sampai dibawa kembali ke darat. Saat di darat, ikan biasanya
diangkut oleh buruh angkut tempat pelelangan ikan (TPI) untuk di bawa dan
di lelang. Terlihat juga anak-anak kecil yang memungut ikan yang terjatuh di
badan kapal atau dijalan dermaga, lalu ikan yang berhasil dikumpulkan ada
yang dijual ada juga yang dijadikan lauk makan dirumah sendiri.
Pada pagi hari aktivitas yang terlihat di sekitar PPI Kota Agung yaitu dengan
adanya berbagai kegiatan nelayan yang baru pulang dari menangkap ikan.
Mulai dari yang masih ada di perahunya, mengangkut hasil tangkapan,
menimbang hasil tangkapan, melelang hasil tangkapan di TPI Kota Agung,
memperbaiki atau mengkiteng jaring hingga aktivitas lainnya seperti aktivitas
jual beli di pasar ikan yang berada di komplek PPI Kota Agung. Setelah
aktivitas itu selesai, para nelayan pulang ke rumah masing-masing.
47
Solidaritas sosial dan integrasi sosial masyarakat nelayan di keempat dusun
ini memiliki solidaritas sosial dan integrasi sosial yang kuat antar sesama
nelayan. Hal ini terjadi dikarenakan nelayan menyadari bahwa sebagai bagian
dari masyarakat harus mempunyai rasa solidaritas antar sesama. Rasa
solidaritas tidak hanya terjalin ketika di laut saja, akan tetapi di darat juga. Di
darat, solidaritas sosial ini dikokohkan lagi dengan hubungan-hubungan
kekerabatan, ketetanggaan dan pertemanan untuk menghadapi berbagai
masalah sosial ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi perilaku sosial
terlihat dari pola perilaku sosial masyarakat nelayan, dimana ada hubungan
emosional dalam aktivitas kehidupan berkelompok sebagai nelayan. Salah
satu pengaruhnya adalah secara bersama-sama menggunakan kapal dalam
aktivitas menangkap ikan, membagi hasil tangkapan berdasarkan kesepakatan.
Ikatan kekeluargaan masyarakat nelayan masih terjaga, hal ini terlihat dari
kegiatan gotong royong dan tolong menolong diantara warga masyarakatnya
dalam menjalani kehidupan bersama seperti ketika ada yang mengadakan
hajatan atau tertimpa musibah. Masih ada rasa senasib sepenanggungan dan
rasa kepedulian terhadap sesama nelayan. Dalam kegiatan kenelayanan,
nelayan dibagi menjadi tiga status berdasarkan atas peran dan tanggung jawab
masing-masing nelayan, yaitu juragan, nahkoda dan anak buah kapal (ABK).
Sistem pembagian hasil yang berlaku pada masyarakat nelayan di dusun ini
yaitu nelayan yang bergabung dalam perahu kapal tidak mendapatkan upah
berupa uang dengan ketentuan tetap, akan tetapi besarnya upah tidak diterima
48
tergantung besarnya hasil yang didapat sebab dari hasil tersebut akan dibagi
sesuai dengan perjanjian antara anak buah kapal atau ABK dengan pemilik
perahu yang ditetapkan sebelumnya, cara penghitunganya adalah dari hasil
penangkapan ikan sebagian disisihkan untuk biaya operasional, perbekalan,
pemeliharaan serta perbaikan alat dan biaya lain yang berhubungan dalam
penangkapan ikan. Sehingga tinggal hasil bersih dan hasil bersih itu dibagi
berdasarkan banyaknya anak buah kapal dengan pembagian yang ditentukan
berdasarkan posisi masing-masing dan berdasarkan kesepakatan.
Sistem bagi hasil yang berlaku pada masyarakat nelayan di Dusun Kapuran,
Pantai Laut Kelurahan Pasar Madang dan Kecamatan Kota Agung Kabupaten
Tanggamus ialah dengan cara hasil dari penjualan ikan dikurangi biaya
operasional setelah itu sisanya dibagi menjadi 50% untuk pemilik kapal
(juragan), 50% untuk ABK. Misalnya dalam sekali melaut total
penghasilannya tersisa 10 juta setelah dikurangi biaya operasional, maka 5
juta untuk pemilik kapal (juragan) dan sisanya 5 juta dibagi rata sesuai jumlah
anak buah kapal dan nahkoda yang ikut melaut.
Adapun kegiatan para istri nelayan diantaranya adalah ada yang membuka
warung-warung kecil di rumah, berjualan ikan di pasar ikan atau berkeliling,
ada juga yang bekerja di pabrik pengasinan ikan. Istri nelayan ada yang
mengasinkan ikan secara perorangan dan ada juga yang bekerja sebagai
karyawan dengan pengusaha pengolah ikan asin. Sementara itu, anak-anak
laki-laki dan perempuan ada pergi masuk ke sekolah pagi dan ada juga yang
49
masuk sekolah siang. Kegiatan anak-anak yang sekolah berbeda dengan
kegiatan anak-anak yang tidak sekolah atau putus sekolah. Anak-anak laki-
laki yang putus sekolah berusaha mencari kegiatan untuk mengisi waktu luang
dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kenelayanan seperti
membersihkan kapal dan tidak jarang mereka juga mengambil ikan-ikan yang
tersisa di kapal untuk dijual kembali. Ada juga yang ikut pergi melaut
bersama orang tuanya. Anak-anak perempuan yang putus sekolah membantu
pekerjaan rumah tangga dan mengasuh adik. Ada juga yang bekerja
mengasinkan ikan membantu ibu mereka.
79
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pendapatan rumah tangga nelayan responden di daerah penelitian sebagian
besar berada pada tingkatan sejahtera, hanya responden nelayan anak buah
kapal (ABK) dari armada motor tempel dan jukung yang masih tergolong
rendah berada di bawah Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten
Tanggamus.
2. Struktur pendapatan dari usaha penangkapan ikan memberikan kontribusi
sebesar 91,78% dari total pendapatan rumah tangga, pekerjaan sampingan
nelayan memberikan kontribusi sebesar 6,35% dan kontribusi pendapatan
dari anggota keluarga hanya 1,87%.
3. Pengeluaran rumah tangga nelayan pemilik dan anak buah kapal (ABK)
kapal motor per kapita berada di atas garis kemiskinan Kabupaten
Tanggamus 2017, sedangkan untuk pengeluaran rumah tangga nelayan
anak buah kapal (ABK) motor tempel dan jukung berada di bawah garis
kemiskinan. Pengeluaran kebutuhan pangan masih merupakan bagian
80
terbesar dari total pengeluaran rumah tangga anak buah kapal nelayan
yaitu sebesar 81,50% dan non pangan sebesar 18,50%.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Perlu adanya pembekalan rutin terkait penyuluhan perikanan serta bantuan
armada kapal dan alat tangkap bagi nelayan yang kurang mampu serta
perlu adanya penjaminan stabilitas harga ikan ditingkat produsen, karena
pada saat musim panen kecenderungan harga ikan akan menjadi murah..
2. Perlu adanya pendampingan yang intensif dari tenaga pendamping
keluarga harapan dalam memandirikan masyarakat nelayan dalam hal
menambah nilai produksi perikanan melalui peningkatan nilai tambah
produk perikanan yang dihasilkan.
3. Pada kondisi panen raya sebaiknya pendapatan yang diperoleh disisihkan
atau disimpan dalam bentuk tabungan, emas maupun barang lainnya yang
bisa diuangkan ketika musim paceklik.
4. Perlu adanya alternatif mata pencaharian disektor non perikanan untuk
dapat meningkatkan pendapatn rumah tangga, sehingga nelayan tidak
sepenuhnya tergantung pada pekerjaannya menangkap ikan yang bersifat
musiman..
5. Perlu adanya pengawasan dan kebijakan dari pemerintah pusat maupun
daerah yang memihak kepada masyarakat sekitar pesisir/masyarakat
pribumi terkait adanya perusahaan yang mendirikan perusahaannya yang
kiranya dapat merusak ekosistem air maupun habitat biota laut yang itu
dapat mengurangi perkembangbiakan ikan.
81
DAFTAR PUSTAKA
A.T Mosher. 1985. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna.
Jakarta.
Aulia, Tessa . F. 2009. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dan Kemiskinan
Aspek Sosial Budaya. Draft Laporan Final Hibah Multidisiplin UI.
Badan Pusat Statistik. 2009. Klasifikasi Jenis Perahu. BPS Provinsi Lampung.
Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2015. Provinsi Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi
Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Tanggamus Dalam Angka. BPS Tanggamus.
Badan Pusat Statistik. 2017. Garis Kemiskinan. BPS Provinsi Lampung. Bandar
Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Tanggamus Dalam Angka. BPS Tanggamus.
Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Kota Agung Dalam Angka. BPS Tanggamus.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2016. Kabupaten Tanggamus Dalam Angka. BPS
Tanggamus.
Ditjen Perikanan. 1994. Pelabuhan Perikanan Wahana Penyaluran Investasi Usaha.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Ditjen Perikanan Tangkap. 2003. Penyebaran Beberapa Sumberdaya Perikanan di
Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta.
Firdaus, Maulana. 2013. Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan dan Kaitannya
dengan Kemiskinan. Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan. Jakarta.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
82
Gustiyana, H. 2003. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.
Salemba Empat. Jakarta.
Hakop, Walangadi. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan
Di Provinsi Gorontalo Thesis Program Pasca Sarjana Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Hermanto. 1986. Analisis Pendapatan dan Curahan Tenaga Kerja Nelayan di Desa
Pantai. Pusat Penelitian Agroekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
Himpun, Doli. 1996. Analisis Pendapatan dan Pola Pengeluaran Rumah Tangga
Nelayan Gillnet (Nylon dan String) di Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Ciamis Provinsi Jawa Barat. Skripsi. IPB. Bogor.
Kusnadi. 2002. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta. LKIS.
Kementerian Perencanaan Pembanguanan Nasional. 2014. Perencanaan
Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia. 2014. Potensi Perikanan
Tangkap Provinsi di Indonesia. KKP Jakarta.
Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mubyarto. 1983. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. Yogyakarta. LP3ES
Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.
Mulya Lubis, Todung. 1986. Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktrural. LP3ES.
Jakarta.
Nainggoan, Chandra. 2007. Materi Pokok Metode Penangkapan Ikan. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Pebyanggi. 2014. Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional dibandingkan dengan
Upah Minimum Regional di Kecamatan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
Skripsi. USU. Medan.
Pitaloka, Diah. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pendapatan
Nelayan Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Laksana Mustika di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Binuangeun Kabupaten Lebak Banten. Skripsi
Sarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
83
Reksoprayitno. 2004. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Bina Grafika
Jakarta. hlm. 79
RPJMN 2015-2019. 2014. Buku III Agenda Pembangunan Wilayah. Jakarta.
Soekartawi, dkk. 1986. Ilmu Usahatani. UI Press. Jakarta.
Solihin, Akhmad. Musim Paceklik Nelayan dan Jaminan Sosial.
Sudarman,Toweulu. 2011. Ekonomi Indonesia. Raja Grafindo .Jakarta. hlm. 3
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian
Strategis Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Refika Aditama.
Bandung.
Sujarno. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di
Kabupaten Langkat. Tesis S2. PPS USU. Medan.
Sugiarto, dkk. 2005. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehansif. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ulfah, Maria. 2011. Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional pada Daerah dengan
Kerapatan Vegetasi Mangrove yang Berbeda di Kabupaten Lampung Selatan.
Skripsi Sarjana. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
Zalmi. 2015. Analisis Pendapatan dan Pola Pengeluaran Rumah Tangga Nelayan
di Wilayah Sasak Ranah Pasisia Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi. Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi. Pasaman Barat
Zubair, Sofyan. Muhammad Yasin. 2011. Analisis Pendapatan Nelayan pada Unit
Alat Tangkap Payang di Desa Pabbaressang Kec. Bua Kab. Luwu. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.