Page 1
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN BERDASARKAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA UNTUK BUDIDAYA
TIRAM MUTIARA, Pinctada maxima (Jameson, 1901) DI PERAIRAN
PULAU LELANGGA LUNIK KABUPATEN PESAWARAN
PROVINSI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
RAHMADI HAMIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Page 2
ABSTRACT
ANALYSIS OF MARINE SUITABILITY BASED ON
PHYSICAL AND CHEMICAL PARAMETERS FOR THE CULTURE OF
PEARL OYSTER, Pinctada maxima (Jameson, 1901) AT THE SEA OF
LELANGGA LUNIK ISLAND PESAWARAN DISTRICT
LAMPUNG PROVINCE
By
Rahmadi Hamijaya
The aim of this research is to identify and describe twater condition of Lelangga
Lunik Island, Pesawaran District, Lampung Province as a potential location for
the cultivation of pearl oysters (Pinctada maxima). This research was conducted
in September 2017 (transition season I), January 2018 (rainy season), May 2018
(transition season II), and August 2018 (dry season). The research used descrip-
tive analytic through measurement of water quality which includes physical para-
meters (current velocity, temperature, depth, brightness, water base substrate)
and chemical parameters (DO, pH, salinity) as primary data. Data was analyzed
using the scoring and matching method.
Station 1 and 5 are at the level of S1 suitability level (highly suitable) with total
score of 470 and suitability percentage of 94%. Station 2, 4 and 6 are at the level
of S2 suitability (moderately suitable). Station 2 has a total score of 390 and the
suitability percentage of 78%. Station 4 has total score of 380 and the suitability
percentage of 76%. Station 6 has total score of 410 and the suitability percentage
of 82%. Station 3 is in the S3 suitability level (marginally suitable) with a total
score of 350 and 70% suitability percentage. It can be concluded that the waters
of Lelangga Lunik Island are suitable for cultivation of pearl oysters (Pinctada
maxima).
Keywords : Lelangga Lunik island, pearl oyster, aquaculture, water quality,
scoring and matching method
Page 3
ABSTRAK
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN BERDASARKAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA UNTUK BUDIDAYA
TIRAM MUTIARA, Pinctada maxima (Jameson, 1901) DI PERAIRAN
PULAU LELANGGA LUNIK KABUPATEN PESAWARAN
PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Rahmadi Hamijaya
Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi dan juga mendes-
kripsikan kawasan perairan di Pulau Lelangga Lunik, Kabupaten Pesawaran,
Provinsi Lampung sebagai lokasi potensial untuk kegiatan pembudidayaan tiram
mutiara (Pinctada maxima). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September
2017 (musim peralihan I), Januari 2018 (musim hujan), Mei 2018 (musim per-
alihan II), dan Agustus 2018 (musim kemarau). Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif analitik melalui pengukuran kualitas perairan yang meliputi pa-
rameter fisika (kecepatan arus, suhu, kedalaman, kecerahan, substrat dasar per-
airan) serta parameter kimia (DO, pH, salinitas) sebagai data primer yang akan di-
analisa. Data hasil pengukuran dianalisa dengan menggunakan metode scoring
and matching.
Page 4
Dari hasil analisa yang dilakukan, diketahui bahwa stasiun 1 dan 5 memi-
liki tingkat kesesuaian S1 (sangat sesuai) dengan total skor 470 dan persentase
kesesuaian 94%. Stasiun 2, 4, dan 6 berada pada tingkat kesesuaian S2 (cukup se-
suai). Stasiun 2 memiliki total skor 390 dan persentase kesesuaian 78%. Stasiun 4
memiliki total skor 380 dan persentase kesesuaian 76%. Stasiun 6 memiliki total
skor 410 dan persentase kesesuaian 82%. Stasiun 3 berada pada tingkat kesesuai-
an S3 (sesuai marginal) dengan total skor 350 dan persentase kesesuaian 70%.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perairan pulau Lelangga Lunik
sesuai untuk dilakukan budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima).
Kata kunci : pulau Lelangga Lunik, tiram mutiara, budidaya, kualitas air, metode
scoring and matching.
Page 5
ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN BERDASARKAN
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA UNTUK BUDIDAYA
TIRAM MUTIARA, Pinctada maxima (Jameson, 1901) DI PERAIRAN
PULAU LELANGGA LUNIK KABUPATEN PESAWARAN
PROVINSI LAMPUNG
Oleh
RAHMADI HAMIJAYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Page 9
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1993,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Abdul Hamid dan Ibu Purwantini. Penulis mengawali
pendidikan pada tahun 1999 di SD Negeri 1 Terbanggi Besar
diselesaikan pada tahun 2005, SMP Negeri 1 Terbanggi Besar
diselesaikan pada tahun 2008, dan SMA Negeri 1 Terbanggi
Besar diselesaikan pada tahun 2011. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan
S1 ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung di Fakultas Pertanian, Jurusan
Budidaya Perairan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri) pada tahun 2011.
Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa
Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) sebagai anggota Bidang Minat dan Bakat
pada periode 2012/2013 serta sebagai ketua Bidang Minat dan Bakat pada periode
2013/2014. Selain itu, penulis mengikuti organisasi pada UKM U Mahasiswa
Pecinta Alam (MAPALA) UNILA sebagai anggota divisi Petualangan Alam
Bebas pada periode 2012/2013. Penulis juga pernah menjadi staff Kementerian
Kesejahteraan Mahasiswa BEM U KBM UNILA pada periode 2014/2015.
Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata
kuliah Avertebrata Akuatik pada tahun 2013/2014 dan asisten praktikum pada
mata kuliah Mikrobiologi Akuatik pada tahun 2013/2014. Penulis mengikuti
kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di awal tahun 2015 selama 40 hari di Desa
Ngarip, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Penulis
mengikuti kegiatan Praktik Umum (PU) dengan judul “Pembenihan Ikan Soro
(Tor soro)” di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Air Tawar Cijeruk, Bogor, Jawa
Barat pada tanggal 15 Juli 2014 sampai dengan tanggal 12 Agustus 2014.
Page 10
Penulis melakukan penelitian pada akhir tahun 2017 dengan judul “Analisis
Kesesuaian Perairan Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia Untuk Budidaya
Tiram Mutiara, Pinctada Maxima (Jameson, 1901) di Perairan Pulau Lelangga
Lunik Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung”.
Page 11
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.”
(QS. Al-Insyirah,6-8)
“Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terekapitulasi dari
keberhasilan menciptakan perubahan pada diri sendiri dan
lingkungan. Itulah fungsi dari pendidikan sesungguhnya”
(Lenang Manggala)
“Hiduplah seakan kamu akan mati besok. Belajarlah seakan kamu
dapat hidup selamanya.”
(Mahatma Gandhi)
“Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu
tidak akan mendapatkannya. Jika kamu tidak bertanya maka
jawabannya akan selalu tidak. Jika kamu tidak melangkah maju,
kamu akan tetap berada di tempat yang sama”
(Nora Roberts)
Page 12
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan
(S.Pi) pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung dengan judul “Analisis Kesesuaian Perairan Berdasarkan Parameter
Fisika dan Kimia Untuk Budidaya Tiram Mutiara, Pinctada Maxima (Jameson,
1901) di Perairan Pulau Lelangga Lunik Kabupaten Pesawaran Provinsi
Lampung”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung,
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc, selaku ketua Jurusan Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si. selaku ketua Program Studi budidaya
Perairan, Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung
4. Bapak Herman Yulianto, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing Utama yang
memberikan motivasi penuh dan memberikan bimbingan, kritik dan saran
yang membangun dalam penulisan skripsi.
5. Ibu Henni Wijayanti M., S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing Anggota dan
dosen pembimbing akademik atas bimbingan, kritik dan saran yang
membangun dalam penulisan skripsi.
6. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P. selaku dosen pembahas atas segala kritik,
saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.
7. Seluruh jajaran Dosen dan seluruh Staff Jurusan Perikanan dan Kelautan yang
telah memberikan ilmu dan semangat.
8. Seluruh Keluarga Besar Budidaya Perairan UNILA angkatan 2004 - 2015.
Page 13
9. Teman - teman Budidaya Perairan UNILA angkatan 2011: Puraka, Maryani,
Mutakin yang saling memberikan semangat selama penyelesaian skripsi.
10. Adik-adik Program Studi Budidaya Perairan UNILA angkatan 2013, 2014,
dan 2015 atas bantuannya selama penyelesaian skripsi.
11. Adik-adik Program Studi Ilmu Kelautan UNILA angkatan 2017 atas
bantuannya selama penyelesaian skripsi.
12. Teman-teman dari komunitas X3X Freediving Lampung dan Lampung Dive
Club yang telah memberikan bantuan selama masa penelitian sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
13. Keluarga tercinta Mama, Bulek Tantri, Bulek Siwi, Bapak, Ibu, Anti, Tyas,
dan seluruh keluarga di Poncowati yang telah memberikan kasih sayang,
motivasi, dukungan, dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
14. Indah Apriliya Damayanti yang selalu menemani serta memberikan motivasi,
dukungan, dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, semoga Allah SWT
memberikan yang terbaik untuk kita semua. Semoga skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 30 Januari 2019
Penulis,
Rahmadi Hamijaya
Page 14
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3 C. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
D. Kerangka Teoritis ........................................................................................ 3 E. Hipotesis ...................................................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6
A. Kondisi Umum Pulau Lelangga Lunik ......................................................... 6
B. Tiram Mutiara (Pinctada maxima) ............................................................... 6
1. Klasifikasi Tiram Mutiara (Pinctada maxima) ......................................... 8 2. Morfologi dan Anatomi Tiram Mutiara (Pinctada maxima) ..................... 6
3. Habitat dan Penyebaran Tiram Mutiara (Pinctada maxima) ................... 10
4. Aspek Biologis Tiram Mutiara (Pinctada maxima) ................................ 10
C. Kualitas Perairan ....................................................................................... 13
1. Parameter Fisika .................................................................................... 13
a. Kedalaman ........................................................................................ 13
b. Kecerahan ......................................................................................... 14
c. Kecepatan Arus ................................................................................. 15
d. Suhu ................................................................................................. 15
e. Substrat Dasar Perairan ..................................................................... 16
2. Parameter Kimia.................................................................................... 17
a. Derajat Keasaman (pH) ..................................................................... 17
b. Oksigen Terlarut (DO) ...................................................................... 18
c. Salinitas ............................................................................................ 18
D. Analisis Kesesuaian Lahan ........................................................................ 19
Page 15
ii
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 22
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 22 B. Peralatan Dalam Penelitian ........................................................................ 23
C. Metode Penelitian ...................................................................................... 23 1. Metode Penentuan Lokasi...................................................................... 24
2. Metode Pengambilan Data ..................................................................... 25
D. Analisis Kesesuaian Perairan ..................................................................... 26
1. Penilaian Kesesuaian Perairan (Scoring) ................................................ 26
2. Penentuan Tingkat Kesesuaian Perairan (Matching) .............................. 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 32
A. Keadaan Lokasi Penelitian ........................................................................ 32 B. Kualitas air ................................................................................................ 33
1. Kedalaman Perairan Pulau Lelangga Lunik ........................................... 34 2. Kecerahan Perairan Pulau Lelangga Lunik ............................................ 37
3. Kecepatan Arus Perairan Pulau Lelangga Lunik .................................... 40 4. Suhu Perairan Pulau Lelangga Lunik ..................................................... 43
5. Derajat Keasaman (pH) Perairan Pulau Lelangga Lunik ........................ 46 6. Oksigen Terlarut (DO) Perairan Pulau Lelangga Lunik.......................... 49
7. Salinitas Perairan Pulau Lelangga Lunik................................................ 51
8. Substrat Dasar Perairan Pulau Lelangga Lunik ...................................... 54
C. Kesesuaian Perairan Pulau Lelangga Lunik ............................................... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 60
A. Kesimpulan ............................................................................................... 60 B. Saran ......................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 16
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram kerangka pikir penelitian.................................................................... 4
2. Tiram mutiara (Pinctada maxima) (Poppe, 2008) ............................................. 7
3. Anatomi tiram mutiara (Pinctada maxima) (Nababan, 2009) ............................ 9
4. Peta lokasi stasiun pengambilan data .............................................................. 22
5. Grafik nilai hasil pengukuran kedalaman di perairan pulau Lelangga Lunik
(a) awal bulan, (b) tengah bulan, (c) akhir bulan ............................................ 35
6. Grafik nilai hasil pengukuran tingkat kecerahan di perairan pulau Lelangga
Lunik (a) awal bulan, (b) tengah bulan, (c) akhir bulan .................................. 38
7. Grafik nilai hasil pengukuran kecepatan arus di perairan pulau Lelangga Lunik
(a) awal bulan, (b) tengah bulan, (c) akhir bulan ............................................ 41
8. Grafik nilai hasil pengukuran suhu di perairan pulau Lelangga Lunik (a) awal
bulan, (b) tengah bulan, (c) akhir bulan .......................................................... 44
9. Grafik nilai hasil pengukuran derajat keasamaan (pH) di perairan pulau
Lelangga Lunik (a) awal bulan, (b) tengah bulan, (c) akhir bulan ................... 47
10.Grafik nilai hasil pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) di perairan pulau
Lelangga Lunik (a) awal bulan, (b) tengah bulan, (c) akhir bulan ................... 50
11.Grafik nilai pengukuran salinitas di perairan pulau Lelangga Lunik (a) awal
bulan, (b) tengah bulan, (c) akhir bulan .......................................................... 53
Page 17
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Peralatan dalam penelitian .............................................................................. 23
2. Deskripsi stasiun penelitian ............................................................................ 24
3. Matrik penilaian kesesuaian perairan .............................................................. 28
4. Rekapitulasi persentase penilaian kesesuaian perairan .................................... 31
5. Kualitas perairan pulau Lelangga Lunik ......................................................... 33
6. Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya tiram mutiara
(Pinctada maxima) pada Stasiun 1 di perairan pulau Lelangga Lunik............. 55
7. Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya tiram mutiara
(Pinctada maxima) pada Stasiun 2 di perairan pulau Lelangga Lunik............. 56
8. Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya tiram mutiara
(Pinctada maxima) pada Stasiun 3 di perairan pulau Lelangga Lunik............. 56
9. Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya tiram mutiara
(Pinctada maxima) pada Stasiun 4 di perairan pulau Lelangga Lunik............. 57
10.Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya tiram mutiara
(Pinctada maxima) pada Stasiun 5 di perairan pulau Lelangga Lunik............. 57
11.Pembobotan dan skoring kesesuaian perairan untuk budidaya tiram mutiara
(Pinctada maxima) pada Stasiun 6 di perairan pulau Lelangga Lunik............. 58
12.Penentuan tingkat kesesuaian (matching) perairan pulau Lelangga Lunik ...... 58
Page 18
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budidaya tiram mutiara dewasa ini semakin menarik untuk dikembangkan
seiring dengan semakin terkenalnya jenis mutiara South Sea Pearl yang di-
hasilkan oleh tiram mutiara (Pinctada maxima) yang berasal dari wilayah
perairan Indonesia (Sujoko, 2010). Indonesia termasuk ke dalam 10 besar
negara penghasil mutiara dengan kualitas terbaik dan telah mendominasi
43% pangsa pasar dunia dengan mutiara South Sea Pearl sebagai produk
andalan. Mutiara jenis South Sea Pearl menjadi produk andalan karena di-
nilai memiliki kualitas terbaik di antara jenis mutiara yang lain sehingga
mendapatkan penawaran harga tertinggi di pasar dunia dengan harga pada
kisaran antara Rp 375.000 – Rp. 1.500.000 per gram. Walaupun memiliki
harga yang cukup tinggi di pasar dunia, permintaan akan jenis mutiara ini
tetap mengalami peningkatan sebesar 1,19% per tahun (KEMENDAG RI,
2016).
Peningkatan harga yang disertai dengan peningkatan peminat mutiara dari
tahun ke tahun menjadikan mutiara sebagai salah satu komoditi dari sektor
perikanan kelautan yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta memiliki pros-
pek pengembangan usaha yang sangat baik di masa mendatang. Dengan ber-
Page 19
2
landaskan pada fakta tersebut, upaya peningkatan produksi mutiara semakin
gencar dilakukan dengan mengembangkan usaha budidaya tiram mutiara di
beberapa wilayah kawasan perairan Indonesia.
Menurut Wiryawan (1999), Provinsi Lampung dengan cakupan wilayah per-
airan laut yang luas mulai dilirik oleh para pelaku usaha budidaya sejak awal
tahun 1990 sebagai daerah potensial kegiatan pembudidayaan tiram mutiara.
Pemerintah Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung mencatat produksi ti-
ram mutiara di kawasan perairan Teluk Lampung pernah mencapai 25,77 kg
butir mutiara dan 2000 benih tiram mutiara (PEMKAB Pesawaran, 2017).
Namun, selama kegiatan usaha budidaya berjalan timbul keluhan dari para
pelaku usaha budidaya tiram mutiara di kawasan perairan Teluk Lampung
menyatakan bahwa perairan tersebut mulai mengalami penurunan kualitas
sehingga mengakibatkan kondisi tidak sesuai untuk pengembangan budidaya
tiram mutiara. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang muncul sebagai
akibat dari tumpang tindih penggunaan lahan di kawasan perairan Teluk
Lampung antara kegiatan industri, kegiatan perikanan, serta kegiatan pari-
wisata (BPLHD Prov. Lampung, 2009). Kegiatan pencarian dan pemilihan
lokasi ideal untuk kegiatan budidaya tiram mutiara di Provinsi Lampung di-
lakukan kembali. Analisis kesesuaian perairan menjadi salah satu tahapan
awal yang penting untuk mengetahui informasi dalam pemilihan lokasi yang
ideal bagi kegiatan budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima).
Page 20
3
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan ka-
wasan perairan di Pulau Lelangga Lunik, Kabupaten Pesawaran, Provinsi
Lampung sebagai lokasi potensial untuk budidaya tiram mutiara (Pinctada
maxima).
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang lokasi po-
tensial budidaya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai referensi pengem-
bangan budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) di Provinsi Lampung.
D. Kerangka Teoritis
Pulau Lelangga Lunik merupakan salah satu pulau yang terletak pada kawa-
san perairan Teluk Lampung yang secara administratif termasuk wilayah di
kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pulau
ini merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan
sebagai lokasi untuk kegiatan budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) di-
karenakan kawasan ini memiliki kualitas perairan yang masih baik serta ber-
lokasi cukup jauh dari daerah kawasan industri. Namun, minimnya informa-
si data kualitas perairan di kawasan Pulau Lelangga Lunik merupakan salah
satu hambatan bagi para pembudidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) un-
tuk dapat melakukan kegiatan pemanfaatan dan pembudidayaan di kawasan
perairan tersebut. Berdasarkan kondisi dan hambatan yang ada, perlu dilaku-
Page 21
4
kan penelitian tentang analisis kesesuaian perairan berdasarkan parameter
fisika kimia air laut sebagai dasar penentuan lokasi untuk kegiatan budidaya
tiram mutiara (Pinctada maxima). Kerangka pikir dari penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram kerangka pikir penelitian
Data Parameter
Fisika Kimia
Perairan Pulau
Lelangga Lunik
Kisaran Optimal
Budidaya
Tiram Mutiara
(Pinctada maxima)
Pemanfaatan dan Pengelolaan
Perairan Pulau Lelangga Lunik
Budidaya Tiram Mutiara
(Pinctada maxima)
Pengolahan Data dan
Pembobotan dengan
Metode Scoring
Analisis Kesesuaian
dengan Menggunakan
Metode Matching
Kesesuaian Lahan
untuk Budidaya
Tiram Mutiara
(Pinctada maxima)
Page 22
5
E. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah perairan Pulau Lelangga Lunik diduga
sesuai sebagai lokasi untuk budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima).
Page 23
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kondisi Umum Pulau Lelangga Lunik
Pulau Lelangga Lunik termasuk wilayah di kecamatan Padang Cermin, Ka-
bupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Secara geografis, pulau ini terletak
pada koordinat 05°43’4.953” LS dan 105°14’37.263” BT dengan luas area
±3 ha (PPK KKP, 2002).
Wilayah tutupan terumbu karang di kawasan gugus pulau di sekitar pulau
Lelangga Lunik dikatakan cukup baik dengan luasan relatif anatara 20-60
meter. Jenis terumbu karang yang mendominasi di wilayah perairan pulau
Lelangga Lunik adalah jenis “fringing reef”. Pertumbuhan terumbu karang
berhenti pada ke-dalaman 10 - 17 meter. Dasar perairan di bawah kedalam-
an tersebut berupa hamparan pasir (BPLHD Prov. Lampung, 2009).
B. Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
1. Klasifikasi Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
Tiram mutiara, secara taksonomi termasuk ke dalam jenis hewan mollusca
(hewan lunak) berkeping dua dengan sepasang cangkang yang memiliki
bentuk yang tidak sama (asimetris) dari kelas Pelecypoda atau Bivalvia,
Page 24
7
ordo Pterioidea, famili Pteriidae, yang mampu membentuk butiran mutiara
bila ada suatu benda asing yang masuk baik sengaja maupun tidak ke dalam
tubuhnya (Lind, 2009).
Menurut Jameson (1901) dalam Lind (2009), tiram mutiara dapat diklasi-
fikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia (invertebrata)
Phyllum : Mollusca
Kelas : Pelecypoda / Bivalvia / Lamellibrancia
Ordo : Pterioidea
Family : Pteriidae
Genus : Pinctada
Spesies : Pinctada maxima
Gambar 2. Tiram Mutiara (Pinctada maxima) (Poppe, 2008).
Page 25
8
2. Morfologi dan Anatomi Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
Menurut Sintawati (1987), tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan he-
wan invertebrata bertubuh lunak yang tubuhnya dilindungi oleh dua keping
cangkang yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam tubuh yang lunak
agar terhindar dari benturan atau serangan hewan lain. Dua keping cangkang
tiram mutiara berbentuk tidak simetris, tebal, dan sangat keras yang disatu-
kan pada bagian punggung dengan engsel. Dua keping cangkang pada tiram
mutiara memiliki bentuk yang tidak sama dimana cangkang sebelah kanan
lebih pipih dan cangkang sebelah kiri lebih cembung. Cangkang dari tiram
mutiara memiliki ketebalan berkisar antara 1-5 mm. Pada bagian luar cang-
kang terdapat garis-garis melingkar yang jumlahnya bervariasi antara 6-8
garis yang berwarna merah tua, coklat kemerahan dan merah kecoklatan.
Warna-warna ini terlihat sangat jelas pada tiram muda, sedangkan pada
tiram dewasa, warna akan memudar.
Cangkang tiram mutiara terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan periostrakum,
lapisan prismatik, dan lapisan nacre. Lapisan periostrakum, merupakan la-
pisan kulit terluar yang kasar yang tersusun dari zat organik yang menye-
rupai tanduk. Lapisan prismatik, merupakan lapisan kedua yang tersusun
dari Kristal-kristal kecil yang berbentuk prisma dari hexagonal calcite dan
tersusun padat pada kerangka conchiolin (C32H48N2O11). Lapisan nacre me-
rupakan lapisan kelit sebelah dalam yang tersusun dari kalsium karbonat
(CaCO3) (Chaturvedi, 2013).
Page 26
9
Secara umum, organ tubuh kerang mutiara terbagi menjadi tiga bagian yaitu
kaki, mantel, dan organ dalam. Kaki pada tiram mutiara memiliki fungsi se-
bagai alat gerak dan berbentuk seperti lidah yang dapat memanjang dan me-
mendek. Bagian kaki tersusun dari jaringan otot yang dapat menuju ke ber-
bagai arah yang merupakan alat gerak pada tiram mutiara sebelum tiram mu-
tiara hidup menetap dan menempel pada substrat. Mantel merupakan jaring-
an yang dilindungi oleh sel - sel epithelium yang membungkus organ tubuh
bagian dalam. Jaringan mantel terletak di antara cangkang bagian dalam dan
organ dalam atau visceral mass. Sedangkan organ dalam pada tiram mutiara
terletak tersembunyi karena terlindungi oleh mantel dan menjadi pusat dari
aktivitas kehidupan yang terdiri dari ctenidia (insang), perut, hati, gonad,
kaki, bagian inti, serta otot adductor dan otot retractor (Sintawati, 1987).
Gambar 3. Anatomi tiram mutiara (Pinctada maxima) (Nababan, 2009).
1. Gonad
2. Hati
3. Perut
4. Kaki
5. Inti
6. Mantel
7. Otot adductor
8. Otot retractor
9. Insang
Page 27
10
3. Habitat dan Penyebaran Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
Tiram mutiara (Pinctada maxima) memiliki habitat yang tersebar di kawa-
san perairan tropis Filipina, Myanmar, Thailand, Australia utara, Papua
Nugini, dan Indonesia. Sementara di Indonesia umumnya dapat ditemukan
di wilayah seperti Irian jaya, kepulauan Arafura, Halmahera, Laut Banda,
Maluku Utara, Maluku Tenggara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat,
Nusa Tenggara Barat, pantai Utara Jawa Barat dan Banten, Lampung dan,
Bangka Belitung. Namun, populasi terbesar berada di perairan Indonesia
bagian Timur dan Tengah (Lind et al., 2009).
Habitat alami tiram mutiara (Pinctada maxima) berada pada kawasan per-
airan dangkal dengan dasar perairan berpasir atau pasir berkarang yang di-
tumbuhi tanaman lamun sampai pada kawasan perairan laut dalam yang ber-
karang. Umumnya hidup menempel pada karang dengan kedalaman antara
10 - 75 m, namun dapat ditemukan juga individu tergeletak tanpa memiliki
byssus (benang-benang penempel yang disekresikan oleh kelenjar byssal)
di perairan laut dalam dengan substrat bersedimen pada daerah yang berde-
katan dengan landas kontinen dan paparan pulau dengan intensitas cahaya
yang rendah (Yukihira et al., 2006).
4. Aspek Biologis Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
Tiram mutiara (Pinctada maxima) membutuhkan persediaan makanan yang
cukup untuk dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Seperti halnya pada jenis kerang yang lain, tiram mutiara mampu meman-
Page 28
11
faatkan phytoplankton sebagai pakan alami. Tiram mutiara bersifat filter
feeder atau mengambil makanan dengan cara menyaring makanan di dalam
perairan. Getaran silia pada insang menimbulkan arus air yang akan masuk
ke dalam ronga mantel. Gerakan silia tersebut memindahkan phytoplankton
yang berada di sekeliling insang dan selanjutnya dengan bantuan labial palp
atau melalui simpul bibir yang bergerak akan membawa masuk makanan ke
dalam mulut (Gosling, 2004). Makanan yang masuk dari bagian mulut mela-
lui kerongkongan yang pendek masuk ke dalam lapisan kantong pada perut
dengan cuticle (kulit luar) kasar yang berfungsi memisahkan makanan. Dari
perut, sisa makanan akan dibuang melalui saluran pencernaan yang relatif
pendek dengan bentuk seperti hurus S yang akan berakhir keluar lewat anus
(Velayudhan, 1987 dalam Winanto, 2009).
Pertumbuhan tiram mutiara (Pinctada maxima) sangat tergantung pada suhu
air, salinitas, ketersediaan pakan serta persentase unsur kimia air laut. Tiram
mutiara (Pinctada maxima) dapat tumbuh dengan baik dan mengalami per-
tumbuhan yang pesat pada musim panas dimana kondisi suhu air dan salini-
tas yang meningkat. Pertumbuhan optimal tiram mutiara (Pinctada maxima)
akan berjalan sangat pesat hingga mencapai diameter cangkang 110-160 mm
pada tahun kedua. Untuk tahun berikutnya laju pertumbuhan lebih fluktuatif
tergantung pada kondisi lingkungan. Jenis tiram mutiara (Pinctada maxima)
akan mengalami kematangan gonad setelah memiliki ukuran cangkang 110 -
120 mm (Hamzah, 2007).
Page 29
12
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tiram mutiara (Pinctada maxima) yang memi-
liki pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dicirikan dengan bentuk
cangkang yang tumbuh mekar serta memiliki daya lekat byssus yang mele-
kat kuat pada substrat (Nababan, 2009).
Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan jenis organisme protandrous-
hermaphrodite dengan kecenderungan perbandingan jantan : betina = 1 : 1.
Pada fase awal kehidupan, tiram mutiara (Pinctada maxima) tumbuh sebagai
individu jantan dan selanjutnya kelamin betina mulai keluar seiring dengan
masa pertumbuhan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
kelamin tersebut adalah jumlah makanan yang tersedia dalam tubuh, apabila
persediaan makan cukup tinggi maka individu akan menjadi betina dan juga
sebaliknya (Sintawati 1989 dalam Harramain 2008).
Pemijahan sering terjadi akibat dari perubahan suhu yang ekstrem atau per-
ubahan lingkungan secara tiba-tiba. Masa pemijahan dari tiram mutiara jenis
Pinctada maxima di perairan tropis tidak terbatas hanya satu musim, tapi da-
pat terjadi sepanjang tahun. Proses pemijahan pada Pinctada maxima terjadi
secara eksternal. Telur-telur akan menempel pada lipatan mantel induk beti-
na dan kemudian dibuahi oleh sperma induk jantan yang telah dilepaskan di
perairan (Gosling, 2004).
Page 30
13
C. Kualitas perairan
Mayunar (1995) menyatakan bahwa faktor-faktor yang sangat perlu untuk
diperhatikan dalam penempatan unit budidaya laut adalah keadaan pasang
surut, kondisi dasar perairan, dan baku mutu air laut. Adapun parameter ku-
alitas air laut yang berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup dan
pertumbuhan biota akuatik antara lain adalah suhu, kecerahan, kekeruhan,
padatan tersuspensi, derajat keasaman (pH), salinitas, kadar oksigen terlarut,
senyawa nitrogen, fosfat, dan logam berat.
1. Parameter Fisika
a. Kedalaman
Habitat alami tiram mutiara (Pinctada maxima) berada pada kedalaman per-
airan antara 10-75 meter (Yukihira et al., 2006). Pada kegiatan budidaya, ke-
dalaman yang diperlukan untuk pemeliharaan biasanya berkisar antara 8-10
meter, tergantung pada teknik budidaya yang digunakan dan kecerahan di-
lokasi budidaya tersebut. Tiram mutiara juga diketahui tumbuh dengan baik
pada lokasi budidaya dengan kedalaman perairan berkisar antara 15-20
meter. (Nababan, 2009).
Kedalaman suatu perairan berhubungan erat dengan produktivitas, penetrasi
cahaya, suhu vertikal, densitas, kandungan oksigen, serta unsur hara. Hal ini
sangat berhubungan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan biota laut
itu sendiri (Hutabarat, 2008). Pada kegiatan pembudidayaan tiram mutiara
Page 31
14
(Pinctada maxima) kedalaman perairan di lokasi budidaya juga dapat memi-
liki pengaruh terhadap kualitas mutiara yang dihasilkan (Sutaman, 1993).
b. Kecerahan
Menurut Hamzah (2013), tingkah laku tiram mutiara (Pinctada maxima) da-
pat dikatakan cenderung bersifat phototaxis negatif (tidak tertarik pada caha-
ya). Persentase jumlah tiram mutiara (Pinctada maxima) lebih banyak ter-
amati menempel pada kolektor berwarna hitam ataupun warna gelap seperti
biru gelap atau coklat gelap. Cangkang tiram mutiara akan terbuka sedikit
apabila terdapat cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan terlalu gelap. Pe-
meliharaan tiram mutiara sebaiknya dilakukan pada kecerahan air 4,5-6,5
meter untuk pemeliharaan spat dan >6,5 meter untuk pemeliharaan indukan.
Kecerahan berperan penting dalam proses fotosintetis dan juga tingkat pro-
duksi primer di suatu perairan. Tingkat kecerahan suatu perairan berkaitan
erat dengan keberadaan phytoplankton (Perkins, 1974). Keberadaan dari
phytoplankton sebagai pakan alami bagi tiram mutiara (Pinctada maxima)
sangat diperlukan dalam proses pembudidayaan, terlepas dari kecenderung-
an sifat phototaxis negatif tiram mutiara (Sugiono, 2013).
c. Kecepatan Arus
Tiram mutiara (Pinctada maxima) hidup dengan baik di daerah perairan
yang terlindung dari pengaruh arus yang terlalu kuat. Pembentukan lapisan
mutiara lebih cepat terjadi pada perairan dengan arus kuat, namun kualitas
Page 32
15
mutiara yang dihasilkan kurang baik. (Sutaman, 1993). Sinaga (2015) me-
nyatakan tiram mutiara hidup pada habitat asli dengan kecepatan arus 10-30
cm/detik. Kecepatan arus yang optimal untuk budidaya kerang mutiara
berkisar antara 15-25 cm/detik (KLH, 2004).
Arus memiliki pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan biota perairan.
Pada budidaya Tiram mutiara (Pinctada maxima), pada perairan dengan arus
kuat pembentukan lapisan mutiara lebih cepat terjadi, namun kualitas mutia-
ra yang dihasilkan menjadi kurang baik (Sutaman, 1993).
Kecepatan arus yang terlalu lemah juga dapat menghambat terjadinya proses
penyebaran plankton, kelarutan oksigen, dan reduksi produk sisa sehingga
menyebabkan pertumbuhan tiram mutiara (Pinctada maxima) menjadi tidak
optimal (Hamzah, 2007).
d. Suhu
Tiram mutiara (Pinctada maxima) diketahui akan aktif melakukan kegiatan
metabolisme serta mengalami pertumbuhan terbaiknya pada daerah perairan
yang memiliki iklim tropis dengan kisaran suhu 25-30 0C sepanjang tahun
(Harramain, 2008).
Hamzah (2007) menyatakan bahwa kisaran suhu optimal untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram mutiara pada kegiatan budidaya
adalah antara 28-29 0C.
Page 33
16
Menurut Gosling (2004), kisaran ambang toleransi variasi kondisi suhu mu-
siman untuk pemeliharaan tiram mutiara (Pinctada maxima) pada lokasi bu-
didaya antara 26-30 0C.
Kelangsungan hidup biota akuatik sangat dipengaruhi oleh suhu, mulai dari
telur, benih, sampai ukuran dewasa. Rentang toleransi serta suhu optimum
tempat pemeliharaan biota akuatik berbeda-beda untuk setiap spesies hingga
stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu memberikan dampak terhadap biota
akuatik seperti mempengaruhi aktivitas makan, peningkatan aktivitas meta-
bolisme, penurunan gas atau oksigen terlarut (Nybakken, 1992). Suhu pada
suatu kawasan perairan dapat berfluktuasi rendah apabila terdapat penyebar-
an suhu merata pada kawasan perairan tersebut. Penyebaran suhu dapat dise-
babkan oleh beberapa faktor seperti absorbsi panas matahari pada badan air,
laju angin yang berpengaruh sebagai penggerak permindahan massa air, dan
aliran vertikal (Wyrtki, 1961).
e. Substrat Dasar Perairan
Menurut Sudjiharno (2001), habitat alami tiram mutiara (Pinctada maxima)
berada pada kawasan perairan dengan dasar perairan berpasir atau pasir ber-
karang yang ditumbuhi tanaman lamun. Dasar perairan yang cocok untuk
budidaya tiram mutiara adalah dasar perairan yang berkarang atau mengan-
dung pecahan - pecahan karang. Dasar perairan yang terbentuk dari gugusan
karang yang sudah mati atau gunungan karang juga dikatakan baik bagi pe-
meliharaan tiram mutiara (Pinctada maxima).
Page 34
17
Dasar perairan yang berlumpur harus dihindari untuk budidaya tiram mutia-
ra karena sangat beresiko mengakibatkan kematian massal pada tiram mutia-
ra yang dibudidayakan. Oleh karena itu, kawasan perairan laut yang berde-
katan dengan kawasan muara sungai sebaiknya dihindari untuk kegiatan bu-
didaya tiram mutiara (Radiarta, 2004).
2. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Menurut Matsui (1960) dalam Winanto (2009), pada perairan budidaya yang
memiliki pH 7,9-8,2 tiram mutiara (Pinctada maxima) mengalami pertum-
buhan dan berkembang dengan baik. Habitat alami tiram mutiara berada di
perairan dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat mempro-
duksi mutiara apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas tiram meningkat pada pH
6,75-7,00 dan mengalami penurunan drastis pada pH 4,0-6,5 (Liang et al.,
2016).
Kondisi perairan yang bersifat terlalu asam maupun terlalu basa akan mem-
bahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan ter-
jadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Derajat keasaman (pH) yang
sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat
yang bersifat toksik semakin tinggi dan tentu akan mengancam kelangsung-
an hidup organisme akuatik (Nybakken, 1992).
Page 35
18
b. Oksigen Terlarut (DO)
Tiram mutiara (Pinctada maxima) dapat hidup dan berkembang dengan baik
pada kawasan budidaya dengan kandungan oksigen terlarut berkisar antara
5,2 - 6,6 mg/l (Imai, 1982 dalam Supii, 2007). Menurut Sujoko (2010), kan-
dungan oksigen terlarut yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pemeli-
haraan tiram mutiara berkisar antara 4,9 - 6 mg/l. Pada kondisi ini diketahui
bahwa tingkat produktivitas tiram mutiara (Pinctada maxima) dapat dikata-
kan masih baik.
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat
kualitas perairan. Suatu kawasan perairan diharuskan memiliki kandungan
oksigen terlarut (DO) minimal 5 mg/l agar biota akuatik dapat hidup dan
berkembang dengan baik (Romimuhtarto, 1991). Darmaraj (1983) dalam
Gosling (2004) menyatakan bahwa tiram mutiara jenis Pinctada maxima
mampu bertahan pada kandungan oksigen terlarut di dasar perairan antara
4,22 - 4,37 mg/l, namun tidak diketahui tingkat produktivitas dan kualitas
mutiara yang dihasilkan.
c. Salinitas
Menurut Hamzah (2007), jenis tiram mutiara (Pinctada maxima) lebih me-
nyukai hidup pada perairan dengan salinitas tinggi antara 32-35o/oo. Kondisi
ini terbukti sangat optimal untuk kelangsungan hidup dan produktivitas dari
tiram mutiara. Salinitas perairan antara 30-33 o/oo juga dinyatakan baik pada
budidaya tiram mutiara. Dari hasil riset yang telah dilakukan, tiram mutiara
Page 36
19
diketahui dapat hidup pada salinitas 24 o/oo dan 50 o/oo untuk jangka waktu
yang pendek, yaitu 2-3 hari (Liang et al., 2016).
Penggunaan lokasi budidaya yang berdekatan dengan muara sungai tidak
dianjurkan karena kondisi salinitas yang berfluktuasi sehingga dapat mem-
pengaruhi sifat fisiologis tiram mutiara (Pinctada maxima). Stratifikasi per-
bedaan salinitas juga akan berdampak pada fluktuasi parameter fisika dan
kimia lainnya (Sudjiharno, 2001).
D. Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan merupakan suatu proses penilaian sumber daya la-
han yang digunakan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pen-
dekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil dari proses analisis kesesuaian la-
han akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai
dengan keperluan. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat
ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian la-
han potensial) (Ritung, 2007).
Analisis kesesuaian lahan perairan adalah suatu proses pendugaan potensi
lahan perairan yang telah dipertimbangkan menurut kegunaannya dan mem-
bandingkan serta menginterprestasikan serangkaian data dari hasil suatu la-
han yang dikaji. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi lahan tersebut
berdasarkan parameter yang akan di uji. Parameter tersebut antara lain ting-
kat kecerahan, suhu permukaan, oksigen terlarut (DO), pH, kandungan nitrat
Page 37
20
dan fosfat, kecepatan arus, topografi, vegetasi, klimat, transportasi dan wila-
yah pemasaran (Supratno, 2006).
Analisis kesesuaian ini dilakukan dengan membandingkan beberapa persya-
ratan penggunaan lahan dengan karateristik lahan yang ada dan terkualifika-
si, sehingga lahan tersebut terkualifikasi antara kelompok yang sesuai atau
yang tidak sesuai ke dalam penggunaan lahan yang akan dikaji. Apabila ke-
nampakan karakteristik lahan tersebut dinyatakan tidak sesuai maka lahan
tersebut tidak dapat digunakan (Hardjowigeno, 2003 dalam Supratno, 2006)
Analisis kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode yang serupa. Menurut Hadmoko (2012), beberapa metode
kualifikasi kemampuan lahan adalah sebagai berikut:
1. Metode kualitatif/deskriptif
Metode ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan
langsung di lapangan yang telah disepakati. Metode ini bersifat subyek-
tif dan pada beberapa kasus tergantung pada kemampuan peneliti dalam
menganalisis.
2. Metode statistik
Metode ini didasarkan pada analisis statistik variabel penentu kualitas
lahan yang disebut diagnostic land characteristic (variabel x) terhadap
kualitas lahannya (variabel y).
3. Metode matching
Metode ini didasarkan pada pencocokan yang terjadi antara kriteria ke-
sesuaian lahan terhadap data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan
Page 38
21
dengan cara matching dilakukan dengan pencocokkan karakteristik
lahan dengan syarat penggunaan lahan tertentu.
4. Metode pengharkatan (scoring)
Metode ini didasarkan pada pemberian nilai pada masing-masing satuan
lahan yang sesuai dengan karakteristiknya dan telah mendapatkan hasil
yang sudah sesuai pada lahan tersebut.
Menurut Widowati (2004), hasil yang diperoleh terhadap tingkat kesesuaian
lahan dibagi menjadi 4 kelas yaitu:
1. Sangat sesuai (S1), jika lahan ini tidak memiliki faktor pembatas yang
berarti untuk suatu penggunaan lestari.
2. Sesuai (S2), jika lahan memiliki faktor pembatas yang dapat mengu-
rangi tingkat produksi namun fakor pembatas tersebut masih dapat di-
atasi.
3. Sesuai bersyarat (S3), jika lahan memiliki faktor pembatas yang besar
untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
4. Tidak sesuai (TS1), jika lahan memiliki faktor pembatas yang besar
untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.
5. Sangat tidak sesuai (TS2), jika lahan yang disarankan untuk tidak di-
kelola karena faktor pembatasnya bersifat permanen.
Page 39
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus 2017 hingga September
2018 meliputi survei lapang, pengambilan data kualitas air, pengolahan data
hasil lapangan, serta pengolahan peta lokasi penelitian.
Wilayah penelitian berada di perairan Pulau Lelangga Lunik, Kecamatan
Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Lokasi peneliti-
an terletak pada koordinat 05°43’4.953”LS dan 105°14’37.263”BT.
Gambar 4. Peta lokasi pengambilan data
Page 40
23
B. Peralatan dalam Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Peralatan dalam penelitian.
No Parameter Satuan Alat Keterangan
1 Koordinat lapangan - GPS In situ
2 Kedalaman meter Tali Ukur,
Depth Gauge In situ
3 Kecerahan meter Secchi disk In situ
4 Arus cm/det Current meter In situ
5 Suhu oC Termometer In situ
6 Substrat dasar
perairan
- Pengamatan visual In situ
7 pH - pH meter In situ
8 Oksigen terlarut mg/l Do Meter In situ
9 Salinitas o/oo Refraktometer In situ
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik
melalui pengamatan terhadap data kualitas perairan yang meliputi parameter
fisika dan kimia sebagai data primer. Data dari hasil pengukuran kemudian
dianalisis dengan menggunakan metode scoring and matching sehingga da-
pat diketahui tingkat kesesuaian perairan dengan objek budidaya.
Page 41
24
1. Metode Penentuan Lokasi
Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 6 stasiun yang mewakili kondisi
perairan yang ada di lokasi penelitian. Untuk penentuan lokasi titik pengam-
bilan data pengukuran ditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling, mempertimbangkan kondisi dan nilai guna kawasan perairan di
sekitar lokasi penelitian. Titik koordinat pengambilan sampel dicatat dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS) dengan format: latitude;
longitude. Deskripsi stasiun pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Deskripsi stasiun penelitian.
No Koordinat
Keterangan LS BT
1 05042’57” 105014’56” Letak stasiun berada di sekitar
terumbu karang hidup
2 05043’14” 105014’58” Letak stasiun berada di perairan
yang memiliki dasar pasir
3 05043’25” 105014’27”
Letak stasiun berada di perairan
yang memiliki gelombang yang
tinggi pada musim hujan
4 05043’05” 105014’09” Letak stasiun berada di sekitar jalur
pariwisata
5 05042’46” 105014’25” Letak stasiun berada di dekat KJA
skala kecil
6 05042’38” 105014’46” Letak stasiun berada di dekat jalur
perlintasan kapal nelayan
Page 42
25
2. Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara in situ dengan melakukan pengukuran
parameter fisika dan kimia di setiap stasiun penelitian yang terletak di kawa-
san perairan pulau Lelangga Lunik pada bulan September 2017 (musim pe-
ralihan I), Januari 2018 (musim hujan), Mei 2018 (musim peralihan II), dan
Agustus 2018 (musim kemarau). Pengambilan data dilakukan sebanyak 3
kali pada setiap awal, tengah, dan akhir bulan.
Dasar penentuan hari pengambilan data mengacu pada hasil prakiraan cuaca
harian yang diterbitkan oleh Stasiun Meteorologi Maritim Kelas IV Tanjung
Karang. Pengambilan data dilakukan pagi hari pukul 10.00 - 12.00 WIB.
Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan pada kedalaman 13 meter
di bawah permukaan laut. Proses pengukuran ini berdasar pada kedalaman
optimal budidaya tiram mutiara untuk jenis Pinctada maxima yang mengacu
pada teknis budidaya dengan teknik budidaya long-line pada lokasi budidaya
di beberapa wilayah di Indonesia.
Parameter fisika yang diukur pada penelitian ini meliputi kedalaman,
kecerahan, arus, suhu, dan substrat dasar perairan.
a) Pengukuran kedalaman perairan menggunakan tali ukur dan depth gauge
dive comp. Suunto D9.
b) Pengukuran kecerahan perairan diukur dengan secchi disk.
c) Pengukuran suhu di perairan dilakukan dengan termometer.
d) Pengukuran kecepatan arus dengan current meter Flowatch FL-03.
Page 43
26
e) Pengamatan substrat dasar perairan dilakukan dengan pengamatan visual
yang kemudian didokumentasikan menggunakan kamera Nikon AW130.
Pengukuran parameter kimia meliputi oksigen terlarut, derajat keasaman
(pH), dan salinitas.
a) Oksigen terlarut diukur dengan DO meter YSI 550A.
b) Derajat keasaman atau pH diukur dengan menggunakan pH meter
Eutech 150.
c) Salinitas diukur menggunakan refraktometer ATC.
D. Analisis Kesesuaian Perairan
Proses analisis kesesuaian perairan diketahui dengan menggunakan metode
scoring and matching. Penyusunan matrik penilaian kesesuaian perairan me-
rupakan dasar dari analisis keruangan melalui proses scoring. Total nilai ha-
sil scoring kemudian dicocokkan (matching) dengan kelas kesesuaian lahan
sehingga diketahui tingkat kesesuaian perairan dengan objek budidaya.
1. Penilaian Kesesuaian Perairan (Scoring)
Proses penilaian kesesuaian perairan membutuhkan batas-batas nilai yang
disesuaikan dengan standar budidaya. Untuk dapat lebih mempermudah pro-
ses penilaian dibuat matrik kesesuaian perairan yang disusun dari beberapa
kajian pustaka dan pertimbangan teknis budidaya, sehingga dapat diketahui
peubah syarat yang dijadikan acuan dalam pemberian bobot.
Page 44
27
Proses ini diawali dengan mengumpulkan berbagai referensi mengenai kon-
disi kualitas perairan yang harus dipenuhi untuk pembudidayaan tiram muti-
ara (Pinctada maxima) yang menggunakan metode budidaya long-line.
Dalam penelitian ini, parameter yang diamati untuk kelayakan lahan budi-
daya meliputi kedalaman, kecerahan, arus, suhu, substrat dasar perairan, pH,
oksigen terlarut, dan salinitas. Parameter tersebut kemudian akan digunakan
sebagai dasar skala penilaian dan bobot pada kelayakan lahan budidaya.
Parameter yang dapat memberikan pengaruh lebih kuat sebagai faktor pem-
batas bagi organisme budidaya diberi bobot lebih tinggi. Bobot terbesar di-
tentukan 3 dan terkecil 1. Untuk setiap faktor pembatas yang ada dalam ko-
lom matriks kesesuaian dibuat skala penilaian (rating) dengan angka 1 (ku-
rang sesuai), 3 (sesuai bersyarat), dan 5 (sesuai). Untuk menentukan nilai
akhir (skor) dari faktor-faktor tersebut, dilakukan perkalian bobot dengan
skala penilaian (rating).
Penjelasan tentang matrik penilaian kesesuaian perairan dalam budidaya
tiram mutiara dapat dilihat pada Tabel 3.
Page 45
28
Tabel 3. Matrik penilaian kesesuaian perairan.
Parameter Kelas
Batas
Nilai
(A)
Bobot
(B)
Skor
Max
(A x B)
Sumber
Kedalaman
(meter) 10 - 20 5
10 50 Hamzah, 2007
Sutaman, 1993
Sinaga, 2015
21 - 60 3
<10 dan >60 1
Kecerahan
(meter)
4,5 - 6,5 5
20 100 Hamzah, 2013
Sinaga, 2015
Yulianto, 2016
3,5-4,4 dan 6,6-7,7 3
<3,5 dan >7,7 1
Arus
(cm/s)
15 - 25 5
20 100 KLH, 2004
Sinaga, 2015
Yulianto, 2016
10 -14 dan 26-30 3
<10 dan>30 1
Suhu
(0C)
28 - 29 5
10 50 Gosling, 2003
Hamzah, 2007
Sinaga, 2015
23-27 dan 30-34 3
<22 dan ≥35 1
Substrat
Dasar
Perairan
Berkarang 5
15 75 Radiarta, 2004
Sudjiharno, 2001
Sinaga, 2015
Karang berpasir 3
Pasir 1
pH 7,9 - 8,2 5
5 25
Liang et al., 2016
Sinaga, 2015
Winanto, 2009 6,75-7,8 dan 8,3-9 3
<6,75 dan >9 1
Oksigen
Terlarut
(mg/l)
>6,6 5
10 50
Sinaga, 2015
Sujoko, 2010
Supii, 2007
Yulianto, 2016
4,9 - 6,6 3
<4,9 1
Salinitas
(o/oo)
32 - 35 5 10 50
Hamzah, 2007
Liang et al., 2016
Sinaga, 2015
29-31 dan 35-36 3
<29 dan >36 1
SKOR TOTAL MAKSIMAL 500
Keterangan :
1. Angka penilaian untuk batas nilai mengacu pada petunjuk DKP (2002) yaitu 5 = baik,
3 = sedang, dan 1 = kurang.
2. Pemberian bobot berdasar pada pertimbangan pengaruh variabel dominan yang
mengacu pada hasil studi pustaka.
Page 46
29
Setelah batas nilai dan bobot telah ditentukan, kemudian dilakukan proses
scoring. Proses scoring merupakan proses perkalian nilai bobot yang telah
ditentukan dengan skala penilaian (rating) dengan menggunakan perhitung-
an (Kangkan, 2006):
∑ 𝐴 (𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖) 𝑥 𝐵 (𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡)
𝑛
𝑖=1
Total skor dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobot tersebut yang
kemudian dipakai untuk menentukan nilai akhir kesesuaian lahan dan dapat
dihitung dengan perhitungan (Kangkan, 2006) :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑖𝑛𝑔 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥 𝑋 100%
2. Penentuan Tingkat Kesesuaian Perairan (Matching)
Hasil proses scoring kemudian dicocokkan dengan kelas kesesuaian perair-
an. Hal ini dilakukan untuk mengetahui titik stasiun pengambilan data yang
memiliki tingkat kesesuaian terbaik. Penentuan tingkat kesesuaian perairan
adalah sebagai berikut (Trisakti, 2003):
86% - 100% = Sangat Sesuai (S1)
76% - 85% = Cukup Sesuai (S2)
66% - 75% = Sesuai Marginal (S3)
0% - 65% = Tidak Sesuai (N)
Page 47
30
1) Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable)
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan
perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak
berarti atau tidak berpengaruh secara nyata dan tidak akan menaikan
masukan atau tingkat perlakukan yang diberikan.
2) Kelas S2 : Sesuai (Moderately Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk bisa
mempertahankan tingkat perlakukan yang harus diterapkan. Pembatas -
pembatas ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang
diperlukan.
3) Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang dikatakan serius untuk
dapat mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pem-
batas akan lebih meningkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang
diperlukan.
4) Kelas N : Tidak Sesuai (Not Suitable)
Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala
kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Total nilai dari proses scoring dan matching yang telah didapat, kemudian
dimasukkan ke dalam tabel rekapitulasi persentase kesesuaian perairan, se-
hingga diketahui persentase kesesuaiandari setiap stasiun pengambilan data.
Penjelasan tentang rekapitulasi penilaian kesesuaian perairan dapat dilihat
pada Tabel 4.
Page 48
31
Tabel 4. Rekapitulasi persentase penilaian kesesuaian perairan.
Parameter Skor
Max
Stasiun
1 2 3 4 5 6
Kedalaman (meter)
N n n n n n n
Kecerahan
(meter) N n n n n n n
Arus
(cm/s) N n n n n n n
Suhu
(0C) N n n n n n n
pH. N n n n n n n
DO
(mg/l) N n n n n n n
Salinitas
(o/oo) N n n n n n n
Substrat Dasar
Perairan N n n n n n n
Skor Total N n n n n n n
Skor Akhir N% n% n% n% n% n% n%
(Yulianto, 2016)
Page 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis kesesuaian perairan berdasar-
kan parameter fisika dan kimia kualitas air laut adalah kawasan perairan pu-
lau Lelangga Lunik sesuai untuk dapat digunakan sebagai lokasi kegiatan
budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima). Namun, perlu perhatian khusus
pada pengaruh hujan pada kawasan perairan ini.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan untuk materi
pengukuran terhadap variabel TAN (Total Ammonia Nitrogen), BOD (Bio-
chemical Oxygen Demand), penyebaran Klorofil-A, dan analisis spasial
untuk lebih mengetahui kualitas perairan serta daya dukung lingkungan di
perairan pulau Lelangga Lunik.
Page 50
DAFTAR PUSTAKA
[KEMENDAG] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2016. Indonesian
South Sea Pearl – Glimmering Maritime Richness from The Sea. Export
News Indonesia. Ditjen Pengembangan Ekspor Negara : PEN/MJL/16/
III/03/2016. Jakarta.
[BPLHD] Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Lampung.
2009. Buku Data Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Lampung.
Pemerintah Provinsi Lampung. Bandar Lampung, Lampung.
[PPK KKP] Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. 2002.
Modul Sosialisasi dan Orientasi Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil. Edisi Tahun 2002. Kementerian Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia RI. Jakarta.
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2004. Baku Mutu Air
Laut untuk Biota Laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
51 tentang Baku Mutu Air Laut. KLH. Jakarta.
[PEMKAB] Pemerintah Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. 2017.
Laporan Pemasukan Keuangan Sektor Perikanan Kelautan. Laporan
Tahunan Keuangan Kabupaten Pesawaran tahun 2017; Hal.277 -
Perikanan Kelautan.
Chaturvedi, R., Singha, P.K., Dey, S. 2013. Water Soluble Bioactives of Nacre
Mediate Antioxidant Activity and Osteoblast Differentiation. PLoSONE
8(12): e84584. doi:10.1371/journal.pone.0084584.
Chin, David A. 2006. Water-Quality Engineering in Natural Systems. John Wiley
and Sons, Inc. Hoboken, New Jersey. ISBN-10: 0-471-71830-0.
Gosling, Elizabeth. 2004. Bivalve Molluscs: Biology, Ecology, and Culture.
Fishing News Books, a division of Blackwell Publishing. Oxford.
ISBN-13: 978-0852382349
Hadmoko, D. S. 2012. Evaluasi Sumber Daya Lahan, Suatu Prosedur dan Teknik
Evaluasi Lahan : Aplikasi teknik skoring dan matching. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Page 51
62
Hamzah, M. S. 2007. Variasi Musiman Beberapa Parameter Oseanografi serta
Kaitannya Dengan Kisaran Batas Ambang Toleransi Kehidupan Kerang
Mutiara (Pinctada maxima) dari Beberapa Lokasi di Kawasan Tengah
Indonesia. Semarang : Prosiding Seminar Nasional. Pusat Riset Perikanan
Budidaya Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan
Perikanan dan Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro.
Hamzah, M.S. 2007. Studi Tingkat Mortalitas Anakan Kerang Mutiara Pinctada
maxima Dikaitkan Variasi Musiman Kondisi Suhu Laut Di Perairan Teluk
Kombal, Lombok Barat dan Teluk Kapontori, Pulau Buton. Prosiding
Seminar Moluska dalam Penelitian, Konservasi dan Ekonomi.
Hamzah, MS. 2013. Intensitas Cahaya Lampu Pijar Terhadap Perkembangan
Embriogenesis dan Kelangsungan Hidup Larva Kerang Mutiara
(Pinctada maxima). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Ikatan
Sarjana Oseanologi Indonesia dan Dep. Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB-Bogor, 5(2): 391-399.
Harramain, Eric Y. 2008. Kajian Faktor Lingkungan Habitat Kerang Mutiara
(Stadia Spat) di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Skripsi pada
Program Studi Ilmu Dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan, IPB-Bogor.
Iida, Takahiro., Odate, Tsuneo., Fukuchi, Mitsuo. (2013). Long-Term Trends of
Nutrients and Apparent Oxygen Utilization South of the Polar Front in
Southern Ocean Intermediate Water from 1965 to 2008. PloS one. 8.
e71766. 10.1371/journal.pone.0071766.
Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya
Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia Dan Biologi Di Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Tesis. UNDIP, Semarang.
Kordi dan Ghufran, 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Cetakan
Pertama. PT Rineka Cipta; Jakarta.
Kusumaningtyas, Sheila., Aldrian, Edvin., Wati., Dwi Atmoko., Sunaryo. 2017.
The Recent State of Ambient Air Quality in Jakarta, Indonesia. Aerosol
and Air Quality Research, 18: 2343–2354, 2018. Taiwan Association for
Aerosol Research ISSN: 1680-8584 print / 2071-1409 DOI:
10.4209/aaqr.2017.10.0391
Liang, Feilong., Xie, Shaohe., Fu, Sao., Li, Junhui., Deng, Yuewen. 2016. Growth
Pattern and Biometric Relationship of Pearl Oyster (Pinctada maxima)
cultured in Beibu Bay, China. Journal of Applied Aquaculture, 28:2, 110-
108, DOI: 10.1080/10454438.2016.1172535.
Page 52
63
Lind, CE., Evans, BS., Taylor, JJU., and Jerry, DR. 2009. Population Genetics
of a Marine Bivalve, Pinctada maxima, Throughout The Indo-Australian
Archipelago Shows Differentiation and Decreased Diversity at Range
Limits. Molecular Ecology, 16: hal.5193-5203. James Cook University.
Townsville, Queensland, Australia.
Mayunar, R. Purba., Imanto, P.T. 1995. Pemilihan Lokasi untuk Usaha Budidaya
Perikanan Laut. Prosiding temu usaha pemasyarakatan teknologi keramba
jaring apung bagi budidaya laut. Puslitbang Perikanan, Badan Litbang
Kementerian Pertanian.
Metcalf And Eddy, Phillips. 1995. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal,
Reuse. 4th ed. (Revised by: G. Tchobanoglous and F.L. Burton). McGraw-
Hill, Inc. New York. 1334 hal. ISBN-10: 007124140X
Millero, F. J., And M. L. Sohn. 1992. Chemical oceanography. CRC Press, Boca
Raton. 53 hal. ISBN-13: 084-9388406.
Mudjito, 1997. Evaluasi Penginderaan Jauh untuk Studi Dasar Lingkungan
Wilayah Kerja UNOCAL Indonesia company Kalimantan Timur. Bidang
Litbangtek Eksplorasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Kilang Minyak dan Gas Bumi. LEMIGAS, Jakarta.
Nababan, Bisman dan M.S., Hamzah, 2009. Studi Pertumbuhan Dan
Kelangsungan Hidup Kerang mutiara (Pinctada maxima) Pada
Kedalaman Berbeda Di Teluk Kapontori, Pulau Buton. Makalah
dipresentasikan dalam Seminar Nasional, Perhimpunan Biologi Indonesia
XIX, pada Tgl. 9-10 Juli 2008 di Univ. Hasanuddin, Makassar.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan
oleh Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S Sukarjo.
Gramedia, Jakarta.
Perkins, E.J. 1974. The Biology of Estuarine and Coastal Water. Academic Press,
London, England. ISBN-13: 978-0125507509
Poppe, Guido T. 2008. Philippine Marine Molluscs vol.1. Conchbooks:
Hackenheim, Germany. ISBN-13: 978-3939767084.
Radiarta, I.N, A. Saputra, B. Pariono. 2004. Pemetaan Kelayakan Lahan Untuk
Pengembangan Usaha Budidaya Laut di Teluk Saleh, Nusa Tenggara
Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
Page 53
64
Ritung, S., Wahyunto., F. Agus., dan H. Hidayat. 2007. Panduan Evaluasi
Kesesuaian Lahan Dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan
Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry
Centre (ICRAF). Bogor, Indonesia.
Sastrawijaya, A. Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta.
VIII - 274 hal.
Sinaga, Simon G., Hartoko, A., Wisnu, Restiana. 2015. Analisa Kesesuaian
Perairan Pulau Pari sebagai Lahan Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada
maxima) menggunakan Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis. Journal of Aquaculture Management and Technology
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Hal. 100-108. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jamt.
Sintawati. 1987. Proses dan Tahapan Perkembangan dan Pertumbuhan Tiram
Mutiara (Pictada maxima). Karya Ilmiah. Jurusan Biologi. Universitas
Nasional. Jakarta. 61 hal.
Sudjiharno, L. Erawati dan Muawanah. 2001. Pemilihan Lokasi. Juknis 6.
Pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada maxima). Balai Budidaya Laut
Lampung.
Sugiono, Rhandie J., Alamsjah, M. Amin. 2013. Pearl Oyster (Pinctada maxima)
Growing Technique at Lombok Sea Cultivation Bureau, Gili Genting,
Sekotong Barat, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Journal of Marine
and Coastal Science Vol.2 No.2. ISSN 2301-6159.
Sujoko, A. 2010. Membenihkan Kerang Mutiara. Insan Madani. Yogyakarta
Supii, A.I. 2007. Uji Coba Pembenihan Kerang Mutiara (Pinctada maxima) pada
Hatchery Skala Rumah Tangga/Backyard (HSRT). Dalam: Prosiding
Seminar Nasional Kelautan III, Univ. Hang Tuah. Muh Taufiqurrohman,
Urip Prayogi, Giman dan A. Winarno (eds.). Pembangunan Kelautan
Berbasisi IPTEK Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Pesisir. Surabaya: 49-58 hal.
Supratno K.P. 2006. Evaluasi Lahan Tambak Wilayah Pesisir Jepara Untuk
Pemanfaatan Budidaya Ikan Kerapu. Semarang.Universitas Diponegoro.
Sutaman, 1993. Tiram Mutiara Teknik Budidaya Dan Proses Pembuatan Mutiara.
Kanisius. Yogyakarta. 93 hal.
Thomson, Richard E., Emery, William. 2014. Data Analysis Methods in Physical
Oceanography, 3rd Edition. Amsterdam. Elsevier Science. 728 hal. ISBN-
13: 978-0123877833
Page 54
65
Tomczak, Matthias., Godfrey, J. 1994. Regional Oceanography: Introduction.
Oxford. Pergamon press. VII +422 hal. ISBN-10: 008041020
Trisakti, B. 2003. Pemanfaatan Pengindraan Jauh Untuk Budidaya Perikanan
Pantai. Teknologi Pengindraan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dan Lautan. Jakarta.
Widowati. 2007. “Aplikasi Teknologi Geomatik Kelautan Untuk Analisa
Kesesuaian Lahan Tambak Di Kabupaten Demak”. Indonesian Journal of
Marine Science Vol. 12 No. 4 Des 2007. ISSN: 0853-7291.
Winanto, T., Dedi S., Ridwan, A., Harpasis S. Sanusi. 2009. Pengaruh Suhu dan
Salinitas Terhadap Respon Fisiologi Larva Tiram Mutiara (Pinctada
maxima). Jurnal Biologi Indonesia. Vol. 6, no.1. 19 hal.
Wiryawan, B., B. Marsden, H.A. Susanto, A.K. Mahi, M. Ahmad, H. Poespitasari.
1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama PEMDA
Propinsi Lampung dengan Proyek Pesisir (Coastal Resources Center,
University of Rhode Island dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Institut Pertanian Bogor). Bandar Lampung. Indonesia. 109 hal.
Whipple, George C., Whipple Melville C. 1991. Solubility of Oxygen in Sea
Water. Journal of The American Chemical Society. Vol.33: Issue 3 hal.
362-365.
Wyrtki, Klaus. 1962. Physical Oceanography of the Southeast Asian Waters.
NAGA Report Volume 2. Scientific Results of Marine Investigations of
the South China Sea and the Gulf of Thailand, 1959–1961. Journal of the
Marine Biological Association of the United Kingdom. S.I.O., La Jolla,
California, DOI 42.707.10.1017/S0025315400054370.
Yukihira, Hideki & Lucas, J.S. & Klumpp, D.W. (2000). Comparative effects of
temperature on suspension feeding and energy budgets of the pearl oysters
P. margaritifera and P. maxima. Marine ecology progress series Vol. 195:
hal.179-188. JSTOR, Inter-Research Science Center.
Yukihira, Hideki & Lucas, J.S. & Klumpp, D.W. (2006). The pearl oysters,
Pinctada maxima and P. margaritifera, respond in different ways to
culture in dissimilar environments. Japan Aquaculture. Hal. 208-224.
10.1016/j.aquaculture.2005.06.032.
Yulianto H., Hartoko A., Anggoro S., Delis P. C., 2016 Suitability analysis of
pearl oyster farming in Lampung Bay, Pesawaran, Lampung Province,
Indonesia. AACL Bioflux, 2016, Volume 9, Issue 1. 9(6):1208-1219.