ANALISIS KESEJAHTERAAN CLEANING SERVICE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CUT NYAK DHIEN MEULABOH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATENACEH BARAT SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Oleh : MUKRIANI NIM: 09C20201064 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH – ACEH BARAT TAHUN 2016
112
Embed
ANALISIS KESEJAHTERAAN CLEANING SERVICE DI ...repository.utu.ac.id/582/1/I-V.pdffokus yang menjadi masalah penelitian terhadap kesejahteraan karyawan secara umum, maka kali ini peneliti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KESEJAHTERAAN CLEANING SERVICE
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) CUT NYAK DHIEN
MEULABOH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATENACEH BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
Oleh :
MUKRIANI
NIM: 09C20201064
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH – ACEH BARAT
TAHUN 2016
vi
ABSTRAK
Mukriani Nim: 09C20201064 Analisis Kesejahteraan Cleaning Service Di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Di bawah bimbingan Bapak Drs.
Moenawar Iha, MM dan Bapak Triyanto, MA
Kesejahteraan adalah harapan setiap pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Setiap pekerja berhak memperolehnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana hambatan dan tingkat kesejahteraan yang diperoleh para pekerja di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Metode yang digunakan adalah metode
pendekatan kualitatif, dengan tipe deskriptif. Adapun populasi dalam penelitian
adalah koordinator yang membidangi cleaning service 1 orang, pekerja 8 orang
dan semuanya berjumlah 9 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah cara observasi, wawancara, serta kajian perpustakaan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, memberikan hasil kompensasi/gaji dan insentif sangat
berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan seorang pekerja, semakin tinggi
kebutuhan rumah tangga, makin tinggi pula gaji yang diharapkan, tingkat
kedisiplinan seorang pekerja sangat mempengaruhi terhadap kinerja pekerja yang
lain. Tingkat kepuasan kerja dan kepercayaan diri pekerja juga bisa dipengaruhi
oleh faktor perlindungan diri/keselamatan kerja, tidak tersedianya alat pelindung
seperti pakaian seragam dan safety lainnya. Mengacu pada Undang-Undang
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, upah yang diperoleh tenaga cleaning service
juga masih dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP). Sesuai dengan teori, faktor
yang mempengaruhi atau hambatan kenaikan kompensasi pekerja diakibatkan
oleh kemampuan pengelola untuk membayar masih kurang dan serikat buruhnya
tidak kuat, maka kompensasi yang dibayar tetap masih dibawah standar. Para
pekerja cleaning service, sebagian besar berkesimpulan belum memperoleh
tingkat kesejahteraan yang memadai.
Kata Kunci : Cleaning Service, Kesejahteraan, Upah.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan pelayanan kebersihan (Cleaning Service) pada suatu instansi
pemerintah atau swasta merupakan suatu keharusan. Jasa Cleaning Service sangat
penting dalam mencapai tujuannya. Indikator keberhasilan pada suatu organisasi
dapat dilihat pada kebersihan lingkungan, sehingga terciptanya kenyamanan bagi para
karyawan/pekerja.
Dalam menjalankan tugasnya, para Cleaning Service bekerja penuh resiko
terutama di instansi atau gedung bertingkat yang mengharuskan membersihkan kaca
jendela dan dinding-dinding di bagian luarnya. Cleaning Service juga sering kali
harus bekerja ekstra saat acara-acara tertentu yang diadakan oleh kantor. Tuntutan
loyalitas dan penuh tanggung jawab sangat ditekankan pada pekerja Cleaning
Service, terutama di tempat pelayanan umum seperti rumah sakit.
Pada rumah sakit, baik Rumah Sakit Badan Usaha Milik Negara (RS BUMN)
atau Rumah Sakit milik swasta, beban pekerjaan Cleaning Service lebih berat. Ini
disebabkan karena pasien datang dan keluar silih berganti. Tentunya pasien-pasien
memiliki sampah di dalam ruangan, baik sampah makanan maupun yang lain.
Kebiasaan masyarakat di Indonesia, terutama di Kabupaten Aceh Barat,
masyarakat akan datang menjenguk kerabat yang sakit ke rumah sakit. Secara
otomatis akan meninggalkan sampah sisa makanan atau yang lainnya. Pekerjaan
cleaning service sangat diperlukan untuk mewujudkan kondisi rumah sakit yang
2
bersih dan sehat yang berdampak secara langsung terhadap peningkatan kualitas
pelayanan di rumah sakit. Setiap sudut ruangan dan lantai rumah sakit harus selalu
dalam keadaan bersih, terutama di Instalasi Gawat Darurat dan Ruang Bedah.
Kegiatan cleaning service termasuk sistem kegiatan di rumah sakit yang harus
mendapat perhatian yang spesifik. Untuk itu pekerja dituntut kedisiplinan yang tinggi.
Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan dalam bentuk
peningkatan produktivitas kerja, disiplin yang baik memungkinkan terciptanya
kerjasama yang harmonis dalam membangun kebanggaan kelompok pekerja.
Penerapan peraturan yang adil sebagai dasar untuk perlindungan baik individu
maupun kelompok, karena tanpa peraturan yang jelas dapat dipastikan kerjasama
dalam organisasi akan kacau.
Dalam kegiatannya yang dituntut loyal, para cleaning service di rumah sakit
dihadapkan pada tingkat kesejahteraannya. Dalam hal ini, peneliti memilih Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pada kesempatan ini peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kesejahteraan Cleaning Service di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pokok masalah dalam
pembahasan ini adalah:
3
1. Bagaimana Cleaning Service melakukan pekerjaan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh?
2. Bagaimana kesejahteraan karyawan para cleaning service di RSUD Cut Nyak
Dhien Meulaboh?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara para Cleaning Service melakukan pekerjaan di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
2. Untuk mengetahui kesejahteraan para cleaning service di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai kesejahteraan pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
b. Sebagai salah satu sumber referensi bagi kepentingan ilmu dalam mengatasi
masalah yang berhubungan atau sama di masa mendatang.
2. Bagi Praktisi
a. Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai tambahan sumber
referensi bagi pihak manajemen pengelolaan atau penyedia jasa Cleaning
Service di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
4
b. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi penting tentang
upaya kesejahteraan pekerja Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini, maka
sistematika skripsi ini ditulis dengan struktur sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang mendasari masalah dan teori-teori yang
mendukung.
Bab III : Metodelogi Penelitian
Bab ini berisi tentang metodelogi penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisa data dan pengujian
kredibilitas data.
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini memuat uraian hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Kajian pustaka tentang penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara penelitian yang akan dilakukan sebelumnya dengan yang akan
dilakukan. Di bawah ini peneliti akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang
pernah dilakukan.
Penelitian tentang kesejahteraan karyawan sudah pernah diteliti oleh Ayu Mega
Yesica Sukirman (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Kesejahteraan
Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan (Survey Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta”. Menurut penelitian Mega Yesica Sukirman, hasil yang diperoleh dari
penelitiannya menyatakan bahwa variabel kesejahteraan (pendapatan atau gaji,
pemberian intensif, lingkungan kerja, dan promosi jabatan) berpengaruh positif
terhadap kinerja karyawan.
Penelitian tentang kesejahteraan karyawan juga pernah diteliti oleh Putra Adri
Ananda P (2010) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan
Karyawan di PTPN IV Kebun Air Batu”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh gaji, intensif, bonus, dan layanan kesehatan terhadap kesejahteraan
karyawan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gaji, insentif, dan bonus
berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan layanan kesehatan berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap kesejahteraan karyawan disebabkan kurangnya saranan
dan prasarana layanan kesehatan yang didapatkan.
6
Persamaan penelitian yang peneliti lakukan dengan peneliti yang dilakukan
oleh Ayu Mega Yesica Sukirman dan Putra Adri Ananda P terletak pada pengaruh
kinerja karyawan. Sedangkan perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan
penelitian Ayu Mega Yesica Sukirman dan Putra Adri Ananda P adalah terletak pada
fokus yang menjadi masalah penelitian terhadap kesejahteraan karyawan secara
umum, maka kali ini peneliti lebih spesifik tinjauannya pada pekerja Cleaning
Service di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
2.2 Kesejahteraan
Pada hakekatnya suatu perusahan dan karyawan saling membutuhkan.
Karyawan adalah aset perusahaan karena tanpa adanya sumber daya manusia maka
perusahaan tidak akan bisa berjalan, begitu juga karyawan tidak dapat menunjang
kesejahteraan hidupnya tanpa adanya perusahaan sebagai tempat mencari nafkah
sekaligus implementasi dari disiplin ilmu yang mereka miliki sendiri. Maka
kesejahteraan karyawan harus diperhatikan oleh pihak perusahaan.
2.2.1 Definisi Kesejahteraan
Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial
tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh
dan keluarganya, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan. Penyediaan
fasilitas kesejahteraan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja/buruh dan ukuran
kemampuan perusahaan.
7
Setiap orang yang hidup selalu menginginkan kesejahteraan dalam hidup sebab
dengan kesejahteraan hidupnya akan menjadi tenang dan tentram. Menurut Hasibuan
(2005: h.186), kesejahteraan adalah balas jasa lengkap (materi dan non materi yang
diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan kebijaksanaan). Tujuannya untuk
mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar
produktifitas meningkat.
Berdasarkan pengertian di atas, maka diasumsikan bahwa kesejahteraan
karyawan merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan,
baik yang berbentuk uang, barang maupun jasa layanan lainnya yang dapat
memberikan kepuasan kepada karyawan dalam bekerja. Kesejahteraan karyawan
merupakan suatu program yang menitik beratkan terhadap pekerjaan dan lingkungan
kerja. Kesejahteraan adalah asal kata dari sejahtera, bahwa sejahtera adalah aman
sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran dan
sebagainya) (Dessy Anwar, 2001: h.412).
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Program Kesejahteraan
Program kesejahteraan karyawan adalah tunjangan-tunjangan dan peningkatan
kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja pegawai tetapi
didasarkan kepada keanggotanya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai sebagai
seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat menjalankan
kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik (Mariot, 2005: h.279). Tujuannya
untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan, agar
produktivitas kerjanya meningkat.
8
Program kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan, lembaga atau
organisasi kepada pegawai hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong
tercapainya tujuan perusahaan yang efektif. Program kesejahteraan karyawan
sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak
melanggar peraturan pemerintah. Adapun tujuan program kesejahteraan pada pegawai
menurut Malayu S.P. Hasibuan (2000: h.187) adalah :
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai dengan perusahaan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pegawai beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas pegawai.
4. Menurunkan tingkat absensi, dan labour turnover (perputaran tenaga kerja).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk ke dalam
kesejahteraan karyawan dapat berupa uang bantuan seperti bantuan untuk
keperawatan karyawan yang sakit, bantuan uang untuk tabungan, pembagian saham,
asuransi dan pensiun. Kesejahteraan buruh/pekerja adalah suatu pemenuhan
kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat (UU
RI tentang Ketenagakerjaan Tahun 2003).
Program kesejahteraan karyawan adalah tunjangan-tunjangan dan peningkatan
kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja pegawai tetapi
didasarkan pada keanggotaannya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai sebagai
9
seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat menjalankan
kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik (Efendi Hariandja, 2002: h.76).
Adapun persamaan dan perbedaan antara kompensasi langsung (gaji/upah)
dengan kesejahteraan karyawan (kompensasi tidak langsung) yaitu.
a) Persamaannya :
1. Gaji/upah dan kesejahteraan karyawan adalah sama-sama merupakan
pendapatan bagi karyawan.
2. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan bertujuan sama yakni untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan keterkaitan karyawan.
3. Gaji/upah dan kesejahteraan adalah biaya bagi perusahaan.
4. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan dibenarkan oleh peraturan legal, jadi
bisa dimasukkan dalam neraca finansial perusahaan tersebut (Hasibuan,
2005:h.45).
b). Perbedaannya :
1. Gaji/upah adalah hak karyawan untuk menerimanya dan menjadi kewajiban
perusahaan untuk membayarnya.
2. Gaji/upah wajib dibayar perusahaan sedangkan kesejahteraan diberikan hanya
atas kebijaksanaan saja, jadi bukan kewajiban perusahaan atau sewaktu-waktu
dapat ditiadakan.
3. Gaji/upah harus dibayar dengan financial (uang/barang), sedangkan
kesejahteraan diberikan dengan financial dan non financial (fasilitas).
4. Gaji/upah waktu dan besarnya tertentu, sedangkan kesejahteraan waktu dan
besarnya tidak tentu (Malayu S.P. Hasibuan, 2005: h.32).
10
Hal-hal tersebut mendorong manajer yang kreatif memberikan balas jasa secara
langsung dan tidak langsung untuk tindakan berjaga-jaga, jika sewaktu-waktu
perusahaan mengalami kesulitan karyawan tetap bersikap loyal. Kesejahteraan yang
diberikan hendaknya bermanfaat dan mendorong untuk tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat serta tidak melanggar peraturan legal
pemerintah. Salah satu indikator perusahaan memperhatikan karyawannya adalah
membayar upah pekerja sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP), serta jaminan sosial
dan hal lain yang diatur dalam UU Republik Indonesia tentang Ketenagakerjaan.
Tujuan pemberian kesejahteraan antara lain sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan kepada karyawan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas kerja bagi karyawan.
4. Menurunkan tingkat absensi dan trun over karyawan.
5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik dan nyaman.
6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
9. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas
manusia.
10. Mengurangi kecelakaan kerja dan kerusakan peralatan perusahaan.
11. Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya (Hasibuan, 2005:
h.54).
11
2.2.3 Kompensasi
Program kesejahteraan terdiri dari dua komponen utama yaitu : kompensasi
yang berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan serta kompensasi yang tidak
berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan serta kompensasi yang tidak
berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan tetapi diberikan oleh pihak
perusahaan kepada karyawan yang dipandang sebagai penghasilan tambahan.
Kompensasi adalah faktor pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung
atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan (Hasibuan, 2005: h.118). Imbalan atau kompensasi adalah faktor
penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu
organisasi dan bukan pada organisasi yang lainnya.
Menurut Suryo (2007, h.28), kompensasi dapat diberikan kepada karyawan
dalam empat macam, yaitu:
1. Upah dan gaji, merupakan bentuk pembayaran yang biasanya diberikan
berdasarkan jumlah jam kerja, semakin banyak jam kerja semakin besar upah
yang diterima. Sedangkan gaji besarnya tetap tanpa mempertimbangkan jam
kerja
2. Program insentif, imbalan yang diterima karyawan selain gaji dan upah antara
lain dalam bentuk insentif, yang biasanya diberikan berdasarkan tingkat
keberhasilan perusahaan baik dalam mencapai tingkat penjualan, tingkat
keuntungan atau tingkat produktivitas.
12
3. Employee benefit program/ tunjangan, merupakan imbalan tidak langsung yang
diberikan perusahaan kepada karyawan seperti program asuransi jiwa dan
kesehatan, program pensiun, biaya liburan dan sebagainya.
4. Perquisites, umumnya hanya diberikan kepada karyawan yang menduduki level
cukup tinggi dalm bentuk fasilitas yang diberikan perusahaan seperti kendaraan
dinas, perumahan, keanggotaan klub olahraga, biaya perjalanan dinas dan
bentuk-bentuk fasilitas lainnya.
Adapun tujuan pemberian kompensasi menurut Hasibuan (2005, h.121) antara
lain:
1. Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
majikan dengan karyawan.
2. Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan fisik, status
sosial, dan egoistik sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3. Pengadaan efektif
Jika pengadaan kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
4. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan lebih mudah
memotivasi bawahannya.
5. Stabilitas Karyawan
13
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif
kecil.
6. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan akan
lebih baik.
7. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan.
8. Pengaruh Pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang
berlaku, maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
Menurut Hasibuan (2005: h.127), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
kompensasi antara lain sebagai berikut:
1. Penawaran dan permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari kerja lebih banyak dari pada lowongan pekerjaan, maka
kompensasi relatif lebih kecil. Sebaliknya jika pencari kerja lebih sedikit dari
pada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif semakin besar.
2. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik,
maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya, jika kemampuan
perusahaan untuk membayar kurang maka tingkat kompensasi relatif kecil.
3. Serikat Buruh/Organisasi Karyawan
14
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi
semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat maka tingkat
kompensasi relatif kecil.
4. Produktivitas Kerja Karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik maka kompensasi akan semakin besar.
Sebaliknya jika produktivitas kerja buruk maka kompensasinya relatif kecil.
5. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppres
Pemerintah dengan Undang-Undang menetapkan besarnya batas upah
minimum. Peraturan ini sangat penting untuk melindungi masyarakat dari
tindakan sewenang-wenang perusahaan.
6. Biaya Hidup/ Cost of Living
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi, maka tingkat kompensasi semakin
besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah rendah maka tingkat
kompensasi relatif kecil.
7. Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima
kompensasi/gaji lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan
lebih rendah akan memperoleh kompensasi lebih kecil. Ini disebabkan
wewenang karyawan yang menduduki jabatan tinggi lebih berat secara
tanggung jawabnya.
8. Pendidikan dan Pengalaman Kerja
15
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas
jasa akan semakin besar. Sebaliknya karyawan yang berpendidikan lebih rendah
dan minimnya pengalaman kerja maka tingkat kompensasinya relatif kecil.
9. Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka tingkat
kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya jika kondisi perekonomian kurang
maju (depresi) maka tingkat upah akan rendah, karena terdapat banyak
pengangguran (disqueshed unemployment).
10. Jenis dan Sifat Pekerjaan
Apabila jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan penuh resiko (finansial,
keselamatan) maka tingkat kompensasi semakin besar karena membutuhkan
kecakapan dan keahlian untuk mengerjakannya. Sebaliknya bila jenis dan sifat
pekerjaannya mudah resiko (finansial, kecelakaannya) kecil, maka tingkat
kompensasinya relatif rendah.
2.2.4 Insentif
Menurut Rivai (2004: h.384) insentif dapat diartikan sebagai bentuk
pembayaran yang dikaitkan dengan kinerja dan gain sharing, sebagai pembagian
keuntungan bagi karyawan akibat peningkatan produktivitas atau penghematan biaya.
Sistem ini merupakan bentuk lain dari kompensasi langsung di luar gaji dan upah
yang merupakan kompensasi tetap, yang disebut sistem kompensasi berdasarkan
kinerja (pay for performance plan).
16
Tujuan utama insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan
kepada karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya.
Sedangkan bagi perusahaan, insentif merupakan strategi untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengahadapi persaingan yang semakin
kuat, dimana produktivitas menjadi satu hal yang sangat penting.
Insentif dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Insentif Individu bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain gaji
pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi tertentu. Insentif
individu bisa berupa upah per output (misalkan menggunakan per potong) dan
upah per waktu (misalkan menggunakan jam).
2. Insentif Kelompok
Insentif kelompok akan diberikan kepada kelompok kerja apabila kinerja
melebihi standar yang ditetapkan. Para anggota kerja dapat dibayar dengan tiga
cara, yaitu (a) seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang
diterima oleh mereka yang paling tinggi prestasi kerja, (b) semua anggota
kelompok menerima pembayaran yang sama dengan pembayaran yang diterima
oleh mereka yang paling rendah prestasi kerjanya, (c) seluruh anggota
menerima pembayaran yang sama rata dengan rata-rata pembayaran yang
diterima kelompok.
Program insentif adalah salah satu cara untuk memungkinkan seluruh pekerja
merasakan bersama kemakmuran perusahaan. Maka pembayaran perlu dihubungkan
dengan kinerja sedemikian rupa sehingga pembayaran itu mengikuti tujuan karyawan
dan perusahaan.
17
2.2.5 Kinerja
Menurut Moh.Pabundu Tika (2010: h.121) kinerja didefiniskan sebagai hasil-
hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai suatu tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu.
Kinerja sering disebut juga dengan prestasi kerja, unjuk kerja atau
performance. Kata kinerja merupakan kata yang sering mendapat perhatian khusus
oleh setiap individu, kelompok maupun perusahaan. Hal ini berarti kata kinerja
menunjukkan suatu hasil perilaku kualitatif dan kuantitatif yang terpilih. Kinerja
adalah perangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta
pelaksanaan suatu pekerjaan yang ada pada diri pekerja yang diminta. Kinerja
dinyatakan baik dan jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan baik.
Keberhasilan sistem penilaian kinerja yang mempengaruhi kinerja dapat
sepenuhnya dikendalikan oleh manajemen seperti desain kerja (tugas atau aktivitas
yang dijalankan, isi pekerjaan, kondisi-kondisi fisik pekerjaan, komputerisasi, jam
kerja, dan sebagainya), dan tujuan-tujuan kinerja (yang seharusnya terkait dengan
tujuan-tujuan pekerjaan). Itu semua memiliki efek langsung pada tingkat dan sifat
usaha individual yang ditujukan kepada suatu pekerjaan.
Kinerja menghasilkan outcomes produktivitas bagi oraganisasi dan ganjaran
bagi personil dalam bentuk gaji, tunjangan, jaminan pekerjaan, pengakuan dari teman
kerja dan atasan, serta kesempatan promosi bagi karyawan. Para karyawan umumnya
sering mengukur kepuasan kerja dari sudut pandang ini.
18
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: h.67), faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor
motivasi (motivation).
a. Faktor kemampuan. Secara psikologis, kemampuan pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya
pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan
yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
Oleh sebab itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan
keahliannya (the right man in the righ place, the right man on the right job).
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
2.2.6 Kepuasan Kerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: h.117), kepuasan kerja adalah
suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya. Perasaaan yang
berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang
diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya,
penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan.
Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi
19
kesehatan, kemampuan, pendidikan. Pegawai akan merasa puas dalam bekerja bila
aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong dan sebaliknya jika
aspek-aspek tersebut tidak menyokong, pegawai akan merasa tidak puas.
Teori-teori tentang kepuasan kerja, yaitu:
a. Teori keseimbangan (Equity Theory)
Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari
membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan input-
outcome pegawai lain (comparison person). Jadi, jika perbandingan tersebut
dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi,
apabila terjadi tidak seimbang (inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan,
yaitu over compensation inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan
dirinya) dan sebaliknya, under compensation inequity (keseimbangan yang
menguntungkan pegawai lain menjadi pembanding atau comparison).
b. Teori perbedaan (Discrepancy theory)
Menurut teori ini mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai.
c. Teori pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment theory)
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau
tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapat
apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin
puas pula pegawai tersebut.
d. Teori pandangan kelompok (Social reference group theory)
20
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada
pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan
kelompok yang oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan.
e. Teori Dua faktor dari Herzberg
Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas
menurut Herzberg, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor
pemotivasian (motivational factors).
f. Teori pengharapan (Exceptancy theory)
Pengharapan merupakan kekuatan keyakinan pada suatu perlakuan yang diikuti
dengan hasil khusus. Hal ini menggambarkan bahwa keputusan pegawai yang
memungkinkan mencapai suatu hasil dapat menuntun hasil lainnya.
Pengharapan merupakan suatu aksi yang berhubungan dengan hasil, dari range
0-1. Jika pegawai merasa tidak mungkin mendapatkan hasil maka harapannya
adalah 0. Jika aksinya berhubungan dengan hasil tertentu maka harapannya
bernilai 1. Harapan pegawai secara normal adalah diantara 0-1.
Kepuasan kerja berhubungan dengan variabel-variabel seperti:
a. Turnover
Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover pegawai yang
rendah. Sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turnover-nya
lebih tinggi.
b. Tingkat absen kerja
21
Pegawai-pegawai yang kurang puas cenderung tingkat ketidakhadirannya
(absen) tinggi. Mereka sering tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis
dan subjektif.
c. Umur
Ada kecenderungan pegawai yang tua lebih merasa puas dari pada pegawai
yang berumur relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang tua lebih
berpengalaman menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan. Sedangkan
pegawai usia muda biasanya mempunyai harapan ideal tentang dunia kerjanya,
sehingga apabila antara harapannya dengan realita kerja terdapat kesenjangan
atau ketidakseimbangan dapat menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
d. Tingkat pekerjaan
Pegawai-pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi
cenderung lebih puas dari pada pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan
yang lebih rendah. Pegawai-pegawai yang tingkat pekerjaannya lebih tinggi
menunjukkan kemampuan kerja yang baik dan aktif dalam mengemukakan ide-
ide serta kreatif dalam bekerja.
e. Ukuran organisasi perusahaan
Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan pegawai. Hal ini
karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi,
komunikasi, dan partisipasi pegawai.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Edi Sutrisno
(2009: h.80) adalah:
22
a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan
karyawan, yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja, bakat dan
keterampilan.
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar
karyawan dengan atasan.
c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhungan dengan kondisi fisik karyawan
meliputi jenis pekerjaan,pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan
kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan
karyawan, umur, dan sebagainya.
d. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan
sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan
sebagainya.
Kepuasan dan ketidakpuasan kerja akan berdampak, antara lain:
a. Dampak terhadap produktivitas
Produktivitas adalah sikap mental yang selalu disertai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini.
Patokannya adalah sikap mental dan upaya peningkatan (Boy S Sabarguna,
2008: h.13). Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan ganjaran intrinsik dan
eksintrik berasosiasi dengan prestasi kerja, maka kenaikan dalam prestasi tak
akan berkorelasi dengan kenaikan dalam kepuasan kerja.
b. Dampak terhadap ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja
23
Motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi dengan
tekanan-tekanan internal dan eksternal untuk datang pada pekerjaan. Misalnya
karyawan selalu mengeluh, membangkang, menghindari sebagian tanggung
jawab pekerjaan.
c. Dampak terhadap kesehatan
Tingkat dari kepuasan kerja dan kesehatan mungkin saling mengukuhkan
sehingga peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan
sebaliknya yang satu mempunyai akibat yang negatif juga pada yang lain.
2.3 Cleaning Service
2.3.1 Definisi Cleaning Service
Cleaning Service adalah pekerjaan yang memberikan jasa kebersihan untuk
mendapatkan penghasilan (Hutauruk, 2010: h.23). Secara umum definisi Cleaning
Service adalah memberikan pelayanan kebersihan, kerapihan dan hygenisasi
dari sebuah gedung atau bangunan baik di dalam (indoor) atau pun di luar
(outdoor) sehingga terciptanya suasana yang nyaman (comfortable) dalam menunjang
dalam aktifitas sehari-hari sebagai tujuan jangka pendeknya, dan sebagai tujuan
jangka panjangnya adalah untuk mempertahankan (life of time) semua benda yang
termasuk dalam lingkup kerja cleaning service tersebut.
2.3.2 Cleaning Service Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 1988 No. 159b/Men-
Kes/Kes/II/1988 Bab II pasal 3 dinyatakan:
24
a. Rumah sakit dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta
b. Rumah sakit pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh:
a) Departemen Kesehatan
b) Pemerintah Daerah
c) ABRI
d) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
c. Rumah sakit swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh:
a). Yayasan
b). Badan hukum lain yang bersifat sosial.
Keuangan rumah sakit BUMN dan rumah sakit pemerintah prosedurnya hampir
sama yaitu income akan disetor ke induk BUMN bersangkutan. Semuanya ditunjang
oleh BUMN bersangkutan, mulai dari bangunan rumah sakitnya sampai fasilitas
kesehatan serta keuangannya. Maka dalam mengelola asetnya harus mengikuti aturan
pemerintah melalui Keppres. Disamping itu juga harus dianggarkan paling sedikit
satu tahun sebelumnya dan minta persetujuan dari pihak-pihak terkait lainnya. Bila
disetujui baru bisa diadakan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan.
Menurut Pasal 7 UU NO 44/2009, rumah sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus berbentuk
unit Pelaksana Teknis dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan, instansi
tertentu, atau lembaga daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) atau
25
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sesuai dengan ketentuan peratuan
perundang-undangan.
Jika rumah sakit berubah menjadi BLUD, maka dapat menggunakan
pendapatan fungsional sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Ia boleh menggunakan
pendapatan itu untuk membelanjakan pengeluaran yang bahkan tidak terdapat dalam
anggaran. Bisa melakukan pengadaan barang tanpa harus mengacu pada regulasi
pemerintah tentang pengadaan barang/jasa. Bebas melakukan perikatan dengan pihak
ketiga dalam bentuk utang untuk membiayai investasi atau hanya sekedar menutup
belanja barang/jasanya. Ia berhak menentukan sendiri besaran remunerasi bagi
karyawan rumah sakit dan sederet fleksibilitas lainnya yang hanya ia peroleh tatkala
berubah menjadi BLUD.
Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri dari :
1. Kelas A
Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau
penanaman modal dalam negara diberikan oleh menteri setelah mendapatkan
rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada pemerintah
daerah provinsi
2. Kelas B
Izin rumah sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah
mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan
Pemerintah Daerah kabupaten/ kota
3. Kelas C
4. Kelas D
26
Izin rumah sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota setelah mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang di
bidang kesehatan Pemerintah Daerah/Kota.
Pekerja Cleaning Service di rumah sakit adalah orang yang dibayar pihak
rumah sakit atau pihak ketiga (perusahaan) untuk selalu menjaga situasi rumah sakit
dalam keadaan bersih. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Menurut Suparto Adikoesoemo (2003: h.22), ada tiga jenis tenaga kerja di
rumah sakit yaitu:
a. Tenaga full timer (purna waktu)
Karyawan full timer adalah karyawan yang termasuk di dalam core business
(bisnis inti) misalnya: perawat, analis, pinata rontgen, dokter dan sebagainya.
b. Tenaga part timer (paruh waktu)
Tenaga part timer (paruh waktu) biasanya dokter ahli yang tidak banyak atau
tidak mudah untuk di dapat.
c. Tenaga contract (kontrak)
Kontrak adalah karyawan yang tidak begitu penting dalam usaha ini dan
sewaktu-waktu mudah dilepas/diganti, misalnya tenaga untuk renovasi
gedung/kamar serta tenaga cleaner (petugas kebersihan dan sebagainya)
Adapun tugas-tugas yang harus dilakukan oleh setiap Cleaning Service adalah
sebagai berikut :
27
1. Kamar Mandi
Kebersihan kamar mandi rumah sakit harus sangat dijaga sebagai salah satu
tujuan untuk sanitasi lingkungan. Sangat perlu diperhatikan disini adalah mangkuk
toilet dan tuas menyiram urine yang merupakan tempat yang sangat potensial bagi
kuman dan bakteri yang berbahaya, gagang pintu kamar mandi dan daun pintu kamar
mandi juga harus sering dibersihkan mengingat adanya bakteri dari sentuhan tangan
dari seorang pasien yang dapat menular ke pasien lainnya. Kemudian kamar mandi
umum dan kamar mandi karyawan.
2. Kamar Pasien
Kebersihan kamar pasien harus sangat signifikan dengan penggunaan
disinfektan. Disini ditujukan pada pasien yang dapat membawa kuman menular dan
kemudian dipindahkan ke seluruh daerah ruangan baik berupa sentuhan dan lain-lain.
Sisi dan depan tempat tidur harus selalu didisinfeksi. Terutama tempat tidur pasien
membutuhkan sanitasi dan benda-benda lainnya seperti remote televisi, tombol
bantuan, meja, laci, dan gagang pintu. Pembersihan barang-barang tersebut bertujuan
untuk menghindari resiko baik itu virus dan bakteri yang dapat menginfeksi pasien
lainnya dan pengunjung pasien.
3. Mengangkut sampah
Menurut Yoga dkk, (2007: h.19) pengangkutan sampah dalam gedung dimulai
dengan pengosongan bak sampah di pengangkutan biasanya dengan kereta,
sedangkan untuk bangunan bertingkat dapat dibantu dengan menyediakan cerobong
sampah atau lift pada setiap sudut bangunan. Dalam strategi pembuangan limbah
rumah sakit hendaknya memasukkan prosedur pengangkutan limbah internal maupun
28
eksternal. Pengangkutan internal biasanya berasal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau incinerator di dalam rumah sakit (onsite insinerator)
dengan menggunakan kereta dorong. Peralatan pengangkutan harus terpisah dengan
peralatan pengangkutan limbah klinis. Peralatan pengangkutan harus jelas dan diberi
label, dibersihkan secara regular dan hanya digunakan untuk mengangkut sesuai
jenisnya.
2.3.3 Perlengkapan Perlindungan Diri Cleaning Service di Rumah Sakit
Agar tidak tertular penyakit di rumah sakit, petugas cleaning service harus
menggunakan alat pelindung diri. Perlengkapan pelindung diri yang dipakai oleh
petugas cleaning service harus menutupi bagian-bagian tubuh petugas mulai dari
kepala hingga telapak kaki. Alat atau perlengkapan pelindung diri yang dipakai oleh
petugas cleaning service adalah sebagai berikut :
a) Sarung tangan
Terbuat dari bahan lateks atau nitril, dengan tujuan :
Mencegah penularan flora/penyakit dari penderita di Rumah Sakit lewat
tangan petugas.
Mencegah resiko kepada petugas terhadap kemungkinan transmisi
mikroba pathogen dari penderita di Rumah Sakit.
Agar sarung tangan dapat dimanfaatkan dengan baik, maka sarung tangan
sebaiknya steril, atau tidak robek dan berlubang, serta ukurannya sesuai dengan
ukuran tangan petugas agar gerakan tangan atau jari selama melaksanakan
pekerjaan dapat bergerak bebas.
29
b) Masker
Masker merupakan alat/perlengkapan yang menutup wajah bagian bawah harus
cukup lebar karena harus menutup hidung, mulut, hingga rahang bawah.
c) Alas kaki
Alas kaki digunakan untuk melindungi kaki petugas dari perlukaan,
bersentuhan dengan cairan yang menetes atau benda tajam yang terjatuh. Alas
kaki tersebut dapat berupa sepatu bot terbuat dari bahan kulit atau karet.
d) Tudung kepala (penutup kepala)
Termasuk di dalamnya pengikat rambut, penutup kepala, topi dan berbagai
material. Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, terbang,
korosit, debu, iklim yang buruk serta menjaga kebersihan kepala dan rambut.
e) Pakaian
Pakaian yang baik adalah yang melindungi pekerja dan sangat baik bila
memiliki pakaian seragam.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan
kualitatif secara deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial. Pada pendekatan ini, peneliti menekankan pada sifat realitas yang terbangun
secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.
Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian berlangsung di lapangan. Pada metode penelitian
kualitatif, peneliti adalah kunci. Oleh sebab itu, peneliti harus memiliki pemahaman
teori dan referensi yang kuat, serta wawasan yang luas. Sehingga menguasai bahan
saat wawancara, mampu menganalisa dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi
lebih jelas dan terarah.
Penelitian metode ini memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaannya,
dimulai dengan adanya masalah, menentukan jenis informasi yang dibutuhkan,
menentukan prosedur pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan,
pengolahan data, dan mengambil kesimpulan penelitian.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, penelitian ini diharapkan mampu
menggambarkan tentang kesejahteraan cleaning service di Rumah Sakit Umum
(RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat.
31
3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis data,
yaitu:
1. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data yang diperoleh di lapangan. Pada
penelitian ini, dikumpulkan data melalui observasi langsung ke objek yang
diperlukan yaitu para pekerja cleaning service di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien
Meulaboh. Wawancara dan dokumentasi, khususnya menyangkut kesejahteraan para
karyawan/pekerja cleaning service.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari studi kepustakaan,
internet dan sumber lainnya yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti
penulis. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari dokumen yang ada pada
bidang Instalasi Pengelolaan Sanitasi Lingkungan (IPSL) di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan berhadapan secara langsung pada sumber informasi dengan menyiapkan
daftar pertanyaan terlebih dahulu. Teknik wawancara yang digunakan pada penelitian
kualitatif adalah dalam bentuk wawancara mendalam.
32
Saat mewawancarai responden, peneliti harus memperhatikan intonasi bicara,
kecepatan bicara, sensitivitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan non verbal.
2. Observasi
Informasi diperoleh dari hasil observasi antara lain: tempat, pelaku, kegiatan,
objek, perbuatan, kejadian, waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi
adalah untuk menyajikan gambaran realitas perilaku.
3. Dokumentasi
Secara detail, bahan dokumentasi terbagi beberapa macam, yaitu foto, daftar
pekerja atau absensi, kontrak kerja, dan file penting lainnya.
3.3 Instrumen Penelitian
Peneliti merupakan instrumen kunci utama, karena peneliti yang menentukan
keseluruhan penelitian yang secara langsung turun ke lapangan untuk melakukan
pengamatan dan wawancara. Untuk kelancaran penelitian, peneliti membuat panduan
wawancara terlebih dahulu berupa catatan, dokumen laporan dan dokumen lainnya.
Menurut Suyanto dan Sutinah, (2006: h.59) mengemukan bahwa instrumen
penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden sebagai
sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survey. Instrumen penelitian ilmu
sosial umumnya berbentuk kuesioner dan pedoman pertanyaan (interview guide).
Semua jenis instrumen penelitian ini berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal
atau suatu masalah yang menjadi tema pokok penelitian.
33
3.4 Teknik Analisa Data
Analis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja (Moleong, 2002: h. 103).
Pada penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu menjabarkan hasil penelitian
sebagaimana adanya. Pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan
dokumentasi yang diperoleh dari penelitian lapangan diolah dan dianalisis dengan
mendeskripsikan dan memberikan komentar berdasarkan hasil di lapangan.
Menurut Miles Huberman, (2007: h.17) analisis data dalam penelitian
kualitatif berlangsung secara interaktif, dimana pada setiap penelitian dilakukan
sesuai dengan kegiatan yang direncanakan. Ada tiga komponen analisis yang harus
dilakukan sebagai proses siklus, yaitu reduksi data, penyajian data, serta verifikasi
atau penarikan suatu kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif
dapat digambarkan pada skema berikut:
Gambar: 3.1 Proses Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Reduksi data
Kesimpulan
Penyajian data
34
Pada Gambar 3.1 Proses analisis interaktif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis di lapangan (Miles Huberman, 2007: h.17). Reduksi data ini bertujuan untuk
menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data agar diperoleh kesimpulan atau mengumpulkan data dari
hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya dipilih dan
dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
2. Penyajian Data
Menurut Miles Huberman (2007: h.19) penyajian data adalah pengumpulan
informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data yang telah dikategorikan tersebut, diorganisasikan
sebagai bahan penyajian data.
3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-
makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya, kekokohannya,
dan kecocokannya (Miles Huberman, 2007: h.19). Penarikan kesimpulan berdasarkan
pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat
dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti.
3.5 Pengujian Kredibilitas Data
Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:
35
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai.
Menurut Moleong (2007: h.327) perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal di
lapangan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.
2. Peningkatan ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih mendalam
untuk memperoleh keakuratan data. Peningkatan ketekunan dilakukan dengan cara
membaca berbagai sumber referensi yang mempunyai keterkaitan dengan objek
penelitian untuk memeriksa kebenaran data.
3. Triangulasi
Triangulasi dimaksudkan untuk mendapatkan keterangan dari beberapa pihak
secara terpisah namun karakteristiknya tetap sama. Hasilnya kemudian dilakukan
cross check antara yang satu dengan lainnya. Jawaban dari beberapa pihak tersebut
dilihat persamaan dan perbedaan antara keduanya, sehingga dapat dijadikan acuan
dalam mengambil kesimpulan.
4. Pemeriksaan teman sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan data hasil
penelitian lapangan dengan rekan mahasiswa maupun teman lainnya. Melalui hasil
diskusi dan sharing ini diharapkan diperoleh saran dan memperkaya masukan yang
berguna.
36
5. Member Check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara mendiskusikan
hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan data untuk mengecek
kebenaran data.
Menurut Moleong, (2007.h.336) pengecekan dilakukan dengan jalan :
1. Penilaian dilakukan oleh informan
2. Mengoreksi kekeliruan
3. Menyediakan tambahan informasi secara suka rela
4. Memasukkan informan dalam lingkup penelitian, menciptakan kesempatan untuk
mengikhtiarkan sebagai langkah awal analisa data.
Pengujian kredibilitas (credibility) bertujuan untuk menilai kebenaran dari
temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan
mengungkapkan bahwa transkrip penelitian memang benar-benar sebagai
pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah
ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.
3.6 Pemilihan Informan Penelitian
Pada penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap
mempunyai informasi (key-informan) yang dibutuhkan pada penelitian. Cara yang
digunakan untuk menentukan informasi adalah purposive sampling, yaitu teknik
sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Noor, 2009: h.155).
37
Berdasarkan purposive sampling, maka yang menjadi informan bagi penulis
dalam penelitian ini adalah 1 orang koordinator cleaning service dan 8 orang pekerja
cleaning service. Jadi, jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang.
Alasan pemilihan informan tersebut karena subjek yang telah ditetapkan ini dianggap
mengetahui dan memahami masalah penelitian.
Penentuan informan ini juga sesuai dengan metode purposive sampling, yaitu
teknik penarikan dengan sengaja atau menunjuk langsung kepada orang yang
dianggap dapat mewakili populasi dan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
tertentu.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah
rumah sakit memiliki pemerintah yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat.
Dibangun pada tahun 1968 di atas tanah seluas 2,8 Ha dengan status tipe D yang
mulai berfungsi sejak tahun 1971. Kemudian berdasarkan SK Menkes RI No
233/Menkes/VI/1985 tangal 11 juni 1985 menjadi tipe C. Saat ini, di tahun 2016
Rumah Sakit Cut Nyak Dhien naik kelas menjadi Kelas B setelah keluarnya
sertifikasi kenaikan kelas dari Pemerintah Aceh dengan nomor
445.1/BP2T/593/2016.
Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah serta
diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit mengharuskan Pemerintah Daerah, termasuk Kabupaten Aceh Barat supaya
manajemen Rumah Sakit menganut Pola PPK-BLUD dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Sehingga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh
juga sudah menganut pola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit
kerja pada satuan kerja perangkat daerah dilingkungan pemerintah daerah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan
39
barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efesiensi dan produktivitas.
Adapun tujuan dibentuknya BLUD adalah sebagaimana untuk meningkatkan
kualitas pelayanan masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintah dan/ atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, ada 3 syarat
utama yang harus di tempuh daerah dalam rangka mewujudkan rumah sakit menuju
BLUD yaitu:
1. Syarat teknis
Persyaratan terpenuhi apabila (1) kinerja pelayanan dibidang tugas dan fungsinya
layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya atas rekomendasi sekretaris daerah
untuk SKPD atau Kepala SKPD untuk unit kerja. (2) Kinerja keuangan SKPD sehat.
(3) memiliki potensi untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan secara efektif,
efesien dan produktif. (4) memiliki spesifikasi teknis yang terkait langsung dengan
layanan umum kepada masyarakat. (5) tingkat kemampuan pendapatan dari layanan
yang cenderung meningkat dan efisien dalam membiayai pengeluaran.
2. Syarat substantif
Persyaratan ini terpenuhi apabila, (1) tugas dan fungsi SKPD atau unit kerja
bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan
semi barang/jasa publik, (2) penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan masyarakat, (3) pengelolaan
wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau
40
layanan umum, (4) pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi
dan/atau pelayanan masyarakat.
3. Syarat administrasi
Persyaratan ini meliputi; (1) surat pernyataan kesanggupan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan manfaat bagi masyarakat, (2) pola