ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR AGUS SETIAWAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN
KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR
AGUS SETIAWAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Agus Setiawan
NIM H34134044
ABSTRAK
AGUS SETIAWAN. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di
Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
WAHYU BUDI PRIATNA.
Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler
karena memiliki permintaan yang tinggi. Kabupaten Bogor merupakan salah satu
daerah sentra produksi daging ayam broiler di Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk (1) menganalisis kelayakan usaha ternak ayam broiler ditinjau
dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial dan budaya serta aspek lingkungan (2) menganalisis
kelayakan usaha ternak ayam broiler ditinjau dari aspek finansial (3) menganalisis
tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha peternakan ayam broiler.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember 2015
dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara langsung dengan pemilik peternakan dan data sekunder melalui
internet dan literatur yang relevan. Adapun analisis yang digunakan yaitu analisis
kualitatif dan kuantitatif, dimana analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif
menggambarkan sistem usaha dan aspek nonfinansial serta analisis kuantitatif
yang digunakan yaitu analisis kelayakan finansial. Berdasarkan hasil analisis
aspek non finansial dan finansial usaha peternakan ayam broiler layak untuk
dilanjutkan, karena dilihat dari nilai NPV sebesar Rp632 149 173, Net B/C sebesar
3.23, IRR sebesar 71.68 persen dan PP sebesar 2.8 tahun, dengan discount rate
6.5 persen. Hasil analisis switching value menunjukkan usaha peternakan ayam
broiler sangat sensitif terhadap kenaikan harga pakan sebesar 15.53 persen
penurunan harga jual sebesar 47.42 persen, sedangkan kenaikan harga DOC
sebesar 65.22 persen pada peternakan ayam broiler ini tidak sensitif.
Kata kunci : kelayakan, broiler, switching value
ABSTRACT
AGUS SETIAWAN. Analysis feasibility of chicken farmer broiler in the village
Lulut, Klapanunggal, Bogor Sub-District. Supervised by WAHYU BUDI
PRIATNA.
Broiler chicken husbandry is the most favorited kind of husbandry because
it has high level of demand of its product. Bogor is one of regions in West Java t
has of the central areas of broiler meat production in West Java. The study aims to
(1) analyze feasibility enterprise of chicken farmer broiler look from non financial
aspects as aspects market, the technical aspects, aspect management and legal,
aspect social and cultural and environmental aspects (2) analyze feasibility
enterprise of chicken farmer broiler look from financial aspects (3) analyzed
levels of sensitivity feasibility of chicken farmer broiler. This research was
conducted in November to December 2015 by using primary and secondary data.
The primary data obtained from interviews with farm owner and secondary data
through the internet and relevant literature. The analysis used the analysis of
qualitative and quantitative, which is a descriptive qualitative analysis describes
the system as well as the business and non-financial aspects of the quantitative
analysis that is used is a financial analysis. Based on analysis of financial and
non-financial aspects of business broiler farms appropriate to proceed, as seen
from the NPV of IDR632 149 173, Net B / C by 3.23, amounting to 71.68 percent
IRR and PP of 2.8 years, with a discount rate of 6.5 percent. The results of the
analysis indicate switching value broiler chicken farm is very sensitive to rising
feed prices by 15.53 percent and the decrease in selling price by 47.42 percent,
while the DOC price increase of 65.22 percent in broiler chicken farms is not
sensitif.
Key words : feasibility, broiler, switching value
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER DI DESA LULUT KECAMATAN
KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR
AGUS SETIAWAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2015 ini adalah
kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam
Broiler di Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna,
M.Si selaku pembimbing, Ibu Prof. Dr. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji
utama di sidang skripsi, Bapak Ferryanto W. Karokaro, SP, M.Si selaku dosen
penguji komisi pendidikan di sidang skripsi, Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM
selaku dosen evaluator di kolokium, dan Priscilla Maulina Juliani Siregar selaku
pembahas di seminar hasil penelitian yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Ade Sumarna yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Sahundin), ibu (Endang
Setiawati), adik-adik (Meri Heryati dan Ussy Apriliani) serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada
seluruh rekan-rekan di Babakan Fakultas dan Alih Jenis Agribisnis IPB, yang
telah memberikan semangat serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2016
Agus Setiawan
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan 5
Manfaat 5
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Kajian Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Non Finansial 6
Kajian Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Finansial 9
KERANGKA PEMIKIRAN 11
Kerangka Pemikiran Teoritis 11
Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis 11
Aspek Non Finansial 12
Aspek Finansial 15
Kerangka Pemikiran Konseptual 17
METODE PENELITIAN 19
Lokasi dan Waktu Penelitian 19
Jenis dan Sumber Data 19
Metode Pengumpulan Data 19
Metode Pengolahan dan Analisis Data 20
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 20
Aspek Pasar 20
Aspek Teknis 20
Aspek Manajemen dan Hukum 21
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 21
Aspek Lingkungan 21
Analisis Kelayakan Aspek Finansial 21
Analisis Switching Value 24
Asumsi-Asumsi Dasar 25
GAMBARAN UMUM 25
Gambaran Umum Daerah Penelitian 25
Gambaran Umum Peternakan Ayam Broiler 26
HASIL DAN PEMBAHASAN 27
Analisis Aspek Non Finansial 27
Aspek Pasar 28
Aspek Teknis 29
Aspek Manajemen dan Hukum 35
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya 36
Aspek Lingkungan 36
Analisis Aspek Finansial 37
Arus Biaya (Outflow) 39
viii
Analisis Laba Rugi 43
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 43
SIMPULAN DAN SARAN 46
Simpulan 46
Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 46
RIWAYAT HIDUP 58
ix
DAFTAR TABEL
1 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional pada
tahun 2010-2014 1
2 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi
daging di Provinsi Jawa Barat (ton) 2
3 Populasi ayam broiler yang menjadi sentra peternakan di Provinsi
Jawa Barat tahun 2013 (ekor) 2
4 Populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor) tahun 2009 - 2013 di
Kabupaten Bogor terhadap populasi ayam broiler Provinsi Jawa Barat 3
5 Data penduduk Desa Lulut menurut mata pencaharian tahun 2015 26
6 Jumlah penggunaan pakan ayam broiler 31
7 Penerimaan penjualan ayam broiler hidup 38
8 Penerimaan penjualan kotoran ayam 38
9 Biaya investasi pada peternakan ayam broiler 39
10 Biaya tetap usaha peternakan ayam broiler 40
11 Biaya variabel usaha peternakan ayam broiler 42
12 Hasil analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler 45
13 Hasil analisis perhitungan switching value 45
DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan antara NPV dan IRR 16
2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha peternakaan
ayam broiler di Desa Lulut Kabupaten Bogor 18
3 Layout peternakan ayam broiler di lokasi penelitian 30
4 Kandang pada peternakan ayam broiler 31
5 Proses produksi pada peternakan ayam broiler 35
6 Surat perijinan usaha peternakan ayam broiler 36
7 Hubungan NPV dan IRR di lokasi penelitian 44
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rincian biaya penyusutan investasi peternakan ayam broiler 48
2 Proyeksi laba rugi peternakan ayam broiler 49
x
3 Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) ayam broiler 50
4 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga DOC
naik sebesar 65.22 persen 52
5 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga pakan
naik sebesar 15.53 persen 53
6 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga jual
ayam broiler turun sebesar 47.42 persen 54
7 Dokumentasi peternakan ayam broiler di lokasi penelitian 55
8 Pola produksi ayam broiler 57
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan luas wilayah
tercatat 37 173.97 Km2 dan merupakan salah satu sentra peternakan ayam broiler
di Indonesia (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015). Hal ini dapat
dilihat dari informasi pada Tabel 1 yang menunjukan kontribusi populasi ayam
broiler di Jawa Barat terhadap populasi ayam broiler nasional.
Tabel 1 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional pada
tahun 2010-2014
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2015)
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa populasi ayam broiler mengalami
fluktuasi dengan rata-rata kontribusi populasi ayam di Provinsi Jawa Barat
terhadap populasi nasional sebesar 49.45 persen, dalam kurun waktu lima tahun
dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Data Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan tahun 2015 ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2010
sampai dengan tahun 2013 terjadi penurunan kontribusi populasi ayam broiler
yang diakibatkan karena adanya perubahan kondisi cuaca yang menyebabkan
timbulnya penyakit pada ayam broiler yaitu penyakit flu burung (avian influenza/
H5N1), sehingga hal ini juga berdampak kepada tingkat konsumsi daging ayam
mengalami penurunan. Pada tahun 2014 kontribusi ayam broiler mulai mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena pada
tahun 2014 pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan melakukan program dimana salah satunya setiap peternakan mendapatkan
fasilitas pendampingan di dalam melakukan perawatan hewan ternak khususnya
pada aspek kesehatan hewan. Peningkatan pertumbuhan populasi ternak ayam
broiler di Provinsi Jawa Barat pada tahun tersebut mengindikasikan adanya
pertumbuhan populasi ternak yang akan meningkatkan produksi daging ayam
broiler (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015).
Daging ayam broiler merupakan produk dari subsektor peternakan yang
produksinya semakin meningkat dikarenakan untuk mengimbangi jumlah
permintaan daging ayam broiler yang semakin meningkat. Hampir seluruh
kalangan masyarakat menyukai daging ayam yang kaya akan protein mulai dari
anak-anak, orang dewasa maupun orang tua, serta daging ayam broiler juga
memiliki cita rasa yang enak dan memberikan kontribusi positif bagi kesehatan
tubuh manusia. Selain itu, daging ayam broiler memiliki kontribusi positif
Tahun Jawa Barat (Ekor) Nasional (Ekor) Kontribusi (%)
2010 497 814 154 986 871 712 50.44
2011 583 263 441 1 177 990 869 49.51
2012 610 436 303 1 244 402 016 49.05
2013 645 229 707 1 344 191 104 48.00
2014 744 833 919 1 481 871 723 50.26
Rata-rata 616 315 504 1 247 065 485 49.45
2
terhadap produksi daging secara keseluruhan di Provinsi Jawa Barat. Kontribusi
total produksi daging ayam broiler terhadap produksi daging di Jawa Barat pada
tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging
di Provinsi Jawa Barat (ton)
No Tahun Daging Ayam Broiler Produksi Daging Kontribusi (%)
1 2009 365 573 524 163 69.74
2 2010 399 745 550 717 72.59
3 2011 492 413 646 796 76.13
4 2012 498 862 648 112 76.97
5 2013 563 529 709 702 79.40
Rata-rata 464 024 615 898 74.97
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013)
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa daging ayam broiler memberikan
kontribusi sangat besar bagi produksi daging di Jawa Barat. Pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2013, kontribusi daging ayam broiler mengalami
peningkatan dengan rata-rata mencapai angka 74.97 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat penting untuk
dikembangkan karena dapat membantu perekonomian masyarakat terutama di
Provinsi Jawa Barat.
Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa kabupaten yang menjadi sentra
produksi ayam broiler dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor, pemilihan
Kabupaten Bogor didasarkan pada pertumbuhan populasi di daerah ini yang
paling tinggi. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kawasan yang memiliki
jumlah populasi ayam broiler terbesar dibandingkan dengan kawasan lainnya di
Provinsi Jawa Barat dengan jumlah populasi ternak dalam satu tahun sebanyak
158 265 152 ekor ayam broiler pada tahun 2013. Adapun populasi ayam broiler
dalam satu periode di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Populasi ayam broiler yang menjadi sentra peternakan di Provinsi Jawa
Barat tahun 2013 (ekor)
No Kabupaten/Kota Jumlah
1 Kab Bogor 158 265 152
2 Kab Sukabumi 69 286 216
3 Kab Indramayu 65 074 952
4 Kab Ciamis 112 239 336
5 Kab Karawang 84 506 104
Sumber : Badan Pusat Statistik Peternakan Provinsi Jawa Barat (2013)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Jawa Barat, secara statistik populasi ayam broiler di Kabupaten
Bogor sejak tahun 2009 hingga 2013 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat
dari populasi dan kontribusi ayam broiler Kabupaten Bogor terhadap populasi
ayam broiler di Jawa Barat tahun 2009 sampai tahun 2013 pada Tabel 4.
3
Tabel 4 Populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor) tahun 2009 - 2013 di
Kabupaten Bogor terhadap populasi ayam broiler Provinsi Jawa Barat
Tahun Kabupaten Bogor Jawa Barat Kontribusi
(%)
2009 114 907 968 455 258 895 25.24
2010 126 174 240 497 814 154 25.35
2011 137 400 256 583 263 441 23.56
2012 141 478 096 610 436 303 23.18
2013 158 265 152 645 229 707 24.53
Rata-rata 135 645 142 558 400 500 24.37
Sumber : Dinas peternakan dan kesehatan hewan Provinsi Jawa Barat (2013)
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa Kabupaten Bogor memiliki
perkembangan populasi yang baik pada peternakan ayam broiler. Hal ini
didukung dengan rata-rata kelajuan peningkatan populasi sebesar 135 645 142
ekor dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Selain itu, Kabupaten Bogor juga
termasuk salah satu kabupaten yang cukup memiliki kontribusi dalam
penambahan jumlah populasi di provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari
rata-rata kontribusi sebesar 24.37 persen dalam kurun waktu lima tahun, mulai
dari tahun 2009 hingga 2013. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten
Bogor cukup berperan penting bagi peternakan ayam broiler di Provinsi Jawa
Barat. Peningkatan populasi di Kabupaten Bogor tersebut berhasil karena
ditunjang dengan pengelolaan manajemen yang baik, mulai dari manajemen
produksi, keuangan, sumber daya manusia, dan manajemen pemasaran.
Pengelolaan manajemen yang baik di dalam usaha peternakan ayam broiler
tentunya akan meningkatkan tingkat produksi daging ayam, dimana kita ketahui
untuk saat ini permintaan ayam broiler terus mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan karena banyak masyarakat yang mulai beralih mengkonsumsi daging
ayam sebagai sumber protein hewani menggantikan daging sapi yang saat ini
harganya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam. Harga daging
ayam yang relatif lebih murah dibandingkan daging sapi sebagai sumber gizi bagi
masyakarat terjadi akibat mulai banyaknya bisnis di bidang peternakan ayam
broiler yang dilakukan oleh perusahaan peternakan yang berskala besar
(komersil), peternakan skala rakyat yang bekerja sama dengan perusahaan melalui
pola kemitraan dan peternakan skala rakyat non kemitraan atau mandiri. Hal
inilah yang mengakibatkan banyaknya produksi daging ayam broiler sehingga
ketersediaan daging ayam broiler cenderung lebih stabil dibandingkan dengan
produksi daging sapi.
Peternakan ayam broiler skala rakyat non kemitraan atau mandiri
menjadikan pemilik peternakan sebagai pengambil keputusan bisnis yang harus
memiliki kompetensi yang baik untuk mengelola usahanya, yang akan
berpengaruh besar terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen
yang baik harus ditunjang dengan infrastruktur peternakan yang memadai.
Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukan dengan kemudahan akses keluar dan
masuk peternakan, jaringan listrik dan telepon, sumber air, tersedianya peralatan
dan lain-lain. Selain itu, usaha pertanian sangatlah sensitif terhadap perubahan
lingkungan, baik lingkungan ekstenal maupun internal. Hal ini disebabkan
berbagai faktor diantaranya adalah kenaikan biaya bahan baku, adanya gangguan
4
penyakit, dan sebagainya. Perubahan tersebut diduga akan langsung
mempengaruhi komponen cashflow yang pada akhirnya akan mempengaruhi net
benefit dan mengubah kelayakan investasi yang dilakukan peternak atas kandang
yang didirikan.
Perumusan Masalah
Peternakan skala rakyat non kemitraan atau mandiri saat ini masih belum
banyak di usahakan oleh para peternak ayam broiler di Kabupaten Bogor. Di sisi
lain, Kapubaten Bogor memiliki potensi yang baik mulai dari kondisi alam dan
lingkungan yang mendukung serta akses yang mudah dari berbagai wilayah di
Jabodetabek. Selain itu, saat ini dapat diketahui bahwa produksi daging ayam
broiler memiliki potensi penjualan yang cukup baik, dimana banyak masyarakat
yang mulai beralih mengkonsumsi daging ayam sebagai sumber protein hewani
menggantikan daging sapi yang harganya relatif lebih tinggi. Adapun
pengusahaan peternakan ayam broiler ini dapat dilakukan secara non kemitraan
atau mandiri dan lokasi yang mudah terjangkau dari wilayah-wilayah perkotaan
yang cenderung masyarakatnya banyak mengkonsumsi daging ayam.
Salah satu lokasi yang dilakukan usaha peternakan ayam broiler yaitu di
Desa Lulut, kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor dengan melakukan
peternakan ayam broiler skala rakyat non kemitraan atau mandiri. Dimana
peternakan seperti ini dapat dikelola langsung oleh pemilik dan didukung oleh dua
orang tenaga kerjanya yang masing-masing memiliki tugas untuk mengurus setiap
kandang yang ada di peternakan. Jumlah produksi ayam yang usahakan sebanyak
10 000 ekor ayam. Peternakan ayam broiler ini memiliki lahan seluas kurang lebih
1 000 meter2. Usaha ini sudah berjalan sekitar empat tahun yang lalu tepatnya
pada Tahun 2011 sampai dengan sekarang. Namun pemilik usaha peternakan
ayam broiler ini belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit)
yang diperoleh atas investasi kandang yang telah dikeluarkan dengan sistem non
kemitraan atau mandiri. Hal ini dikarenakan belum pernah dilakukan perhitungan
secara khusus dari pihak pemilik sendiri. Walaupun telah berjalan selama empat
tahun, hal ini belum berarti usaha tersebut telah layak baik dilihat dari aspek non
finansial maupun aspek finansial. Pemilihan lokasi peternakan di daerah ini
didasari pada berbagai aspek pertimbangan.
Aspek pertama adalah skala usaha yang dikerjakan peternakan skala rakyat
dengan kapasitas produksi dibawah 15 000 ekor per siklus. Aspek kedua adalah
pengalaman kerja operasional pemilik peternakan dalam mengelola peternakan
ayam broiler. Dari kedua aspek pertimbangan tersebut diharapkan gambaran yang
muncul dari peternakan merupakan jawaban terbaik yang dapat menjawab
permasalahan yang diangkat. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba untuk
menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler non kemitraaan atau
mandiri di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.
Selain itu, pada usaha peternakan ini juga terdapat beberapa kemungkinan
terjadinya perubahan-perubahan yang dapat terjadi di dalam kegiatan usaha yang
tentu saja mempengaruhi kelayakan usaha peternakan ayam ini. Perubahan-
perubahan tersebut antara lain terjadi pada harga DOC, harga pakan, dan harga
jual ayam. Perubahan-perubahan tersebut tentu dapat mempengaruhi kelayakan
5
usaha ternak ayam broiler dari segi finansial sehingga perlu dilakukan analisis
sensitivitas karena adanya perubahan-perubahan tersebut. Di sisi lain, penentuan
kelayakan dari suatu usaha dilakukan melalui analisis-analisis lebih mendalam
terhadap berbagai aspek yang terkait. Menurut Nurmalina et al. (2014), terdapat
berbagai aspek utama yang harus dianalisa, yaitu aspek: pasar, teknis, manajemen
dan hukum, sosial-ekonomi-budaya, lingkungan, serta finansial. Aspek pasar,
teknis, manajemen dan hukum, sosial-ekonomi-budidaya, serta lingkungan
merupakan aspek non finansial yang akan dipaparkan secara deskriptif.
Sedangkan aspek finansial akan dipaparkan secara kuantitatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana tingkat kelayakan usaha peternakan ayam broiler di lokasi
penelitian jika dilihat dari aspek non finansial (aspek pasar, teknis, manajemen
hukum, sosial ekonomi budaya, dan lingkungan)?
2. Bagaimana tingkat kelayakan usaha peternakan ayam broiler di lokasi
penelitian jika dilihat dari aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, PP)
berdasarkan investasi kandang yang telah dilakukan?
3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan usaha peternakan ayam broiler di
lokasi penelitian dengan kemungkinan terjadinya kenaikan harga pakan, DOC
dan penurunan harga jual ayam?
Tujuan
Adapun tujuan dari adanya penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler berdasarkan aspek non
finansial.
2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler berdasarkan aspek
finansial dengan investasi kandang yang telah dilakukan.
3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha ternak ayam broiler terhadap
kemungkinan terjadinya kenaikan harga DOC, harga pakan dan penurunan
harga jual ayam.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak :
1. Bagi penulis meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu
studi kelayakan bisnis yang diperoleh dalam perkuliahan sekaligus sebagai
referensi bisnis yang dapat dilakukan di sektor peternakan.
2. Bagi perusahaan sebagai referensi bisnis dan pertimbangan dalam
pengembangan usaha ternak yang akan dijalankan sehingga dapat dijadikan
bahan evaluasi bagi kelangsungan usaha.
3. Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
bahan rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mengenai analisis kelayakan usaha ayam
broiler yang mencakup:
1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler
yang diusahakan oleh peternakan ayam broiler milik Bapak Ade Sumarna di
Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat.
2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan
diskusi langsung dengan pihak peternak ayam broiler dan data sekunder
berupa data mengenai harga pada Desember 2015.
3. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis kelayakan usaha ayam
broiler dan alat analisis switching value terhadap kemungkinan terjadinya
kenaikan harga DOC, harga pakan dan penurunan harga jual ayam.
TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Non Finansial
Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis kelayakan usaha
diantaranya dilakukan oleh Saputra (2011) dan Sianturi (2011). Saputra (2011)
meneliti mengenai kelayakan investasi pada peternakan ayam broiler sedangkan
Sianturi (2011) meneliti mengenai kelayakan usaha ayam ras petelur. Pada
penelitian yang dilakuan Saputra (2011) dan Sianturi (2011) jenis ayam yang
dijadikan penelitian berbeda yaitu ayam ras pedaging (broiler) dan ayam ras
petelur. Akan tetapi terdapat kesamaan diantara keduanya yaitu sama-sama ingin
melihat kelayakan usaha yang dijalankan. Analisis kelayakan usaha yang mereka
lakukan tidak hanya dari sisi aspek finansial saja tetapi dari aspek nonfinansial
juga. Aspek nonfinansial yang dilihat adalah aspek pasar, aspek teknis dan
teknologi, aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum, aspek sosial,
ekonomi,dan budaya serta aspek lingkungan.
Pada penelitian Saputra (2011) aspek pasar mengenai ayam broiler milik
Bapak Marhaya dapat dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan pemasaran
output, dimana peternakan Bapak Marhaya sudah terjalin kerjasama dengan
perusahaan Dramaga Unggas Farm. Berapapun jumlah ternak yang diusahakan
oleh Bapak Marhaya, Dramaga Unggas Farm pasti akan membeli ayam broiler
tersebut. Sehingga untuk pasar ayam broiler Bapak Marhaya sudah terjamin,
karena sudah memiliki pasar yang tetap. Pemasaran output yang dilakukan oleh
Bapak Marhaya hanya kepada Dramaga Unggas Farm saja. Hal ini dilihat dari
saluran pemasaran ayam broiler pada peternakan ayam broiler milik Bapak
Marhaya. Menurut Saputra (2011) usaha peternakan Bapak Marhaya layak
berdasarkan aspek pasarnya. Hal tersebut dilihat dari permintaan ayam broiler
kepada Bapak Marhaya oleh Dramaga Unggas Farm. Sedangkan pada penelitian
Sianturi (2011) mengenai ayam ras petelur pada Dian Layer Farm yang dilihat
7
dari peluang pasar dan bauran pemasarannya. Peluang pasar Dian Layer Farm
memiliki prospek yang baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya pesaing DLF dalam
usaha peternakan ayam ras petelur disekitar daerah peternakan yaitu Desa
Sukadamai. Selain itu, jumlah permintaan telur kepada DLF terus meningkat, hal
ini dilihat dari informasi permintaan telur atau market share dari DLF.
Menurut Sianturi (2011) DLF juga layak secara pasar, karena dilihat dari
jumlah permintaan dan penawaran yang ada sehingga dapat meningdikasikan
adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh DLF. Hingga
saat ini DLF belum mampu memenuhi keseluruhan permintaan yang ada di
perusahaan. Dari penelitian Saputra (2011) pada usaha peternakan Bapak
Marhaya yang pasarnya sudah terjamin dan penelitian Sianturi (2011) pada DLF
yang belum ada jaminan pasar yang pasti, keduanya menyimpulkan bahwa usaha
yang dijalankan oleh Bapak Marhaya maupun DLF layak secara aspek pasar
dilihat dari apabila output dari usaha tersebut masih memiliki permintaan maka
usaha tersebut dapat dikatakan layak secara pasar. Hasil analisis dari kedua
penelitian tersebut dapat ditarik sebuah indikator layaknya aspek pasar adalah
masih adanya permintaan dari output yang dihasilkan.
Selain itu, aspek teknis dan teknologi pada penelitian Saputra (2011)
mengenai kelayakan usaha peternakan Bapak Marhaya dilihat dari penentuan
lokasi budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana dan
prasarana, serta proses pembesaran ayam broiler. Dari lokasi budidaya, usaha
peternakan Bapak Marhaya memiliki lokasi yang cukup strategis. Hal ini dilihat
dari lokasi kandang yang didirikan cukup jauh dari pemukiman warga sehingga
tidak menimbulkan polusi. Disisi lain, lokasi menuju kekandang mudah dilalui
oleh sarana transportasi. Kualitas air di lokasi kandang memenuhi standar baku.
Luasan produksi usaha peternakan ayam broiler Bapak Marhaya sebanyak 6 000
ekor ayam broiler, yang mana sudah memenuhi skala ekonomis minimum. Letak
sumber bahan baku yang dipakai peternakan milik Bapak Marhaya adalah
pasokan dari sebuah perusahaan kemitraan Dramaga Unggas Farm yang terletak
di jalan Raya Dramaga, sehingga mudah untuk dijangkau. Sarana prasarana dan
pemeliharaan yang dilakukan pada peternakan Bapak Marhaya sudah sesuai
dengan teori budidaya ayam yang kebanyakan dilakukan oleh peternakan lainya.
Sehingga menurut Sianturi (2011) usaha peternakan ayam broiler milik Bapak
Marhaya layak secara teknis. DLF mampu memenuhi persyaratan yang ideal
dalam aspek teknis sehingga layak secara teknis. Sedangkan pada penelitian
Sianturi (2011) kelayakan aspek teknis dilihat dari lokasi kandang, budidaya dan
teknologi saja.
Tidak jauh berbeda dengan penelitian Saputra (2011) dimana untuk melihat
lokasi kandang yang baik dan strategis yaitu apabila kandang yang didirikan
berada jauh dari tempat pemukiman warga, kemudian budidaya ayam ras petelur
yang dilakukan oleh DLF sudah sesuai dengan prosedur. Teknologi yang
digunakan oleh DLF yaitu mesin pembuat pakan dan saluran instalasi air yang
memudahkan dalam proses produksi. Menurut Saputra (2011) DLF telah
memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis. Sehingga usaha DLF secara
teknis dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Dari kedua hasil penelitian Saputra
(2011) dan Sianturi (2011) kelayakan aspek teknis secara tidak langsung dapat
dikatakan layak apabila lokasi kandang yang didirikan berada jauh dari tempat
pemukiman warga, kemudian budidaya yang dilakukan harus sudah sesuai dengan
8
idealnya atau umumnya budidaya usaha ternak yang dilakukan, serta teknologi
yang digunakan sudah tepat guna. Hasil kedua penelitian, indikator yang dilihat
pada aspek teknis berbeda-beda, namun indikator utama aspek teknis dapat
dikatakan layak dilihat dari penentuan lokasi usahanya. Apabila lokasi usahanya
sesuai dengan usaha yang dijalankan maka secara teknis dapat dikatakan layak,
selain lokasi usaha indikator kedua adalah akses terhadap sarana dan prasarana,
kemudahan dalam akses terhadap sarana dan prasarana juga akan menentukan
layak atau tidaknya suatu usaha berdasarkan aspek teknisnya, indikator ketiga
adalah dilihat dari proses budidaya yang dilakukan. Apabila budidaya yang
dilakukan menghasilkan suatu output maka secara teknis dapat dikatakan layak.
Pada aspek organisasi dan manajemen penelitian yang dilakukan oleh
Saputra (2011) di peternakan Bapak Marhaya masih sangat sederhana. Struktur
organisasi yang disusun sangatlah sederhana yaitu Bapak Marhaya sebagai
pemilik peternakan dan satu orang yang mengurus kegiatan operasional
peternakan dengan bantuan dan pengawasan pemilik. Jika dilihat secara kasat
mata memang sangat sederhana, akan tetapi mampu membuat kegiatan
pembesaran ayam broiler mampu berjalan dengan lancar. Dilihat dari
pengelolaannya usaha milik Bapak Marhaya juga layak secara manajemen yaitu
sudah mampu menghasilkan output dari usaha yang dijalankannya. Penelitian
yang dilakukan Sianturi (2011) aspek manajemen yang dilakukan sudah sangat
baik. Struktur organisasi yang dimiliki sudah terdapat job description masing-
masing pekerja dan wewenang yang cukup jelas sehingga memberikan
kemudahan dan koordinasi diantara karyawan. Sehingga DLF layak secara
manajemennya. Dari kedua penelitan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
milik Bapak Marhaya dan DLF layak secara manajemen apabila mampu
menjalankan usaha dengan baik dan menghasilkan output dari usaha yang
dijalankan tersebut. Indikator layaknya aspek manajemen dari kedua penelitian
tersebut dapat dilihat dari struktur organisasinya. Meskipun struktur organisasinya
sederhana maupun tidak sederhana apabila dalam menjalankannya dapat
menghasilkan output dari usaha yang dijalankan, maka secara manajemen usaha
tersebut dapat dikatakan layak.
Pada aspek hukum penelitian Saputra (2011) Sampai saat ini Bapak
Marhaya belum terdaftar sebagai peternak ayam broiler di Dinas Kabupaten
Bogor. Ijin yang dilakukan baru berupa ijin lisan dari masyarakat sekitar melalui
Kepala Desa. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) perusahaan DLF telah
memiliki ijin yang cukup dalam menjalankan usahanya, akan tetapi ada beberapa
ijin yang perlu diurus agar tidak terjadi permasalahan nantinya. Dari kedua
penelitan aspek hukum usaha Bapak Marhaya dan DLF layak dilakukan dilihat
dari ijin yang dimiliki walaupun belum semuanya terpenuhi, tetapi setidaknya dari
lingkungan sekitar dan Kepala Desa sudah memberikan ijin. Sehingga akan
memudahkan untuk memproses ijin selanjutnya. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan indikator layaknya aspek hukum yang utama dilihat dari ijin
masyarakat sekitar, RT/RW, serta kepala desa. Apabila ijin tersebut sudah
didapatkan maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Indikator selanjutnya
adalah hukum lainnya yang diperlukan pada usaha yang dijalankan. Apabila
semua hukum yang harus dilakukan sudah dimiliki maka usaha tersebut dapat
dikatakan layak secara aspek hukum.
9
Pada aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan penelitian Saputra
(2011) pada ternak ayam broiler milik Bapak Marhaya memiliki dampak positif
dan negatif, dimana dampak negatifnya usaha ternak Bapak Marhaya
menghasilkan bau yang menyebabkan polusi, dan dampak positifnya mampu
mempekerjakan seorang karyawan sebagai anak kandang. Sampai saat ini usaha
ternak Bapak Marhaya belum mendapatkan komplain dari masyarakat sekitar
mengenai bau kotoran ayam, karena pada usaha peternakan Bapak Marhaya selalu
dibersihkan setiap kali habis panen, dan untuk menghindari timbulnya
permasalahan dengan warga dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial, Bapak
Marhaya memberikan ayam broiler saat panen pada rumah-rumah warga yang
berada disekitar lokasi kandang ternak. Pada aspek ekonominya dilihat dari
penyerapaan tenaga kerja. Sedangkan pada penelitian Sianturi (2011) juga layak
secara aspek sosial, hal ini dikarenakan lokasi DLF yang berada diatas bukit dan
sedikit terlindungi oleh pepohonan yang dapat mengurangi bau.
Selain itu DLF memiliki tenag kerja khusus untuk membersihkan kotoran
ayam setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit, dan
juga DLF memanfaatkan limbah kotorannya dengan baik yaitu dijadikan pupuk
kandang sama halnya pada peternakan milik Bapak Marhaya. Aspek ekonominya
dilihat dari penyerapan tenaga kerja yang dimiliki oleh Bapak Marhaya. Serta
aspek lingkungannya dilihat dari bagaimana Bapak Marhaya mengelola limbah
dari usaha yang dijalankannya. Dari kedua penelitian indikator aspek sosial adalah
dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari adanya usaha yang dijalankan dan
bagaimana menanganinya. Indikator aspek ekonomi dilihat dari penyerapan
tenaga kerja dari adanya usaha. Indikator aspek lingkungan adalah bagaimana
pengelolaan limbah yang dihasilkan dari usaha yang dijalankan. Apabila suatu
usaha dapat menangani dampak dari usahanya dengan baik, dan mampu menyerap
tenaga kerja, serta mampu mengelola limbah yang dihasilkannya dengan baik
maka secara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan layak untuk dijalankan.
Kajian Kelayakan Usaha Berdasarkan Aspek Finansial
Kajian pada penelitian ini juga akan melakukan analisis aspek kelayakan
finansial. Analisis kelayakan finansial tidak jauh berbeda dengan penelitan
sebelumnya. Pada aspek finansial akan dilakukan perhitungan semua biaya yang
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, dan akan dimasukan kedalam arus
kas (cashflow). Arus kas (cashflow) ini terdiri dari komponen arus penerimaan
(inflow) dan arus pengeluaran (outflow). Hasil arus kas yang diperoleh akan
dilakukan analisis aspek finansial melalui analisi laba rugi, penilian kriteria
investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C,
dan Payback Period (PP), serta dilakukan perhitungan analisis sensitivitas.
Perbedaan pada penelitian ini dilakukan pada peternakan ayam broiler milik
Bapak Ade Sumarna, dimana kepemilikan usaha hanya dimiliki oleh pemilik
sehingga keuntungan secara pasti akan dikuasai oleh pemilik usaha. Berbeda
halnya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada usaha ternak kelompok
dengan modal yang digunakan berasal dari pemerintah. Selain itu juga, perbedaan
pada penelitian sebelumnya dimana usaha yang dijalankan memiliki jumlah
ternak yang lebih banyak dari pada peternakan ayam broiler milik Bapak Ade
Sumarna, serta terdapat data historis mengenai perubahan- perubahan baik dari
10
komponen arus penerimaan (inflow) maupun dari arus pengeluaran (outflow).
Sehingga pada penelitian ini hanya dilakukan analisis sensitivitas saja. Hasil dari
analisis sensitivitas akan terlihat komponen mana yang lebih sensitif terhadap
layak atau tidaknya usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Ade Sumarna.
Perhitungan laba rugi per tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih
setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. Penelitian terdahulu yang menganalisis
laporan laba rugi untuk menilai analisis kelayakan usahanya yaitu Karmidi (2012)
yang meneliti tentang analisis kelayakan peternakan ayam broiler pada kemitraan
inti plasma studi kasus plasma Agus Suhendar dan penelitian Matjuri (2012) yang
meneliti tentang analisis kelayakan usaha ayam broiler berkualitas organik pada
perusahaan CV Tritunggal Sejahtera. Pada kedua penelitian modal yang
digunakan bersumber dari modal sendiri sehingga dalam perhitungan laporan laba
rugi tidak ada biaya bunga. Hasil penelitian Matjuri (2012) CV Tritunggal
Sejahtera memperoleh keuntungan sebesar Rp93 404 438 per tahun. Pada
penelitian Karmidi (2012) peternakan Agus Suhendar memperoleh laba bersih
selama 5 tahun sebesar Rp57 454 335. Dari kedua penelitian analisis laporan laba
rugi hanya digunakan untuk nilai pajak yang diperoleh. Karena nilai pajak
tersebut nantinya akan dimasukkan pada analisis cashflow.
Analisis kriteria penilaian investasi ini diperoleh dari hasil perhitungan
cashflow. Ada beberapa penelitian yang melakukan analisis kelayakan usaha
dengan menilai analisis kriteria investasi yang dilakukan. Penelitian Fakhrudin
(2013) melakukan analisis finansial budidaya ayam petelur di Desa Cihideung
Udik Kabupaten Bogor dengan hasil NPV pada skala usaha pemeliharaan 5 000
ekor ternak sebesar Rp232 226 621 dan NPV pada skala usaha pemeliharaan 90
000 ekor sebesar Rp2 698 694 890. Hasil perhitungan NPV yang didapatkan
berdasarkan jumlah ternak yang berbeda memberikan hasil yang berbeda. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa semakin besar skala usaha yang dijalankan maka hasil
NPV yang diperoleh semakin besar pula. IRR yang diperoleh pada skala
pemeliharaan 5 000 ekor sebesar 47 persen dan IRR pada skala pemeliharaan 90
000 ekor sebesar 30 persen. Dimana hal ini mununjukkan bahwa usaha tersebut
layak karena IRR lebih besar dari Discount Rate (DR) sebesar 10 persen. Hasil
Net B/C rasio pada skala pemeliharaan 5 000 ekor adalah 2.27 yang artinya
benefit yang diperoleh adalah 2.27 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Net B/C
rasio pada skala pemeliharaan 90 000 ekor adalah 1.53 yang artinya benefit yang
diperoleh adalah 1.53 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan. Hasil perhitungan
IRR dan Net B/C pada skala usaha yang lebih besar akan menghasilkan IRR dan
Net B/C yang semakin kecil. Pada hasil perhitungan payback periode (PP) pada
skala pemeliharaan 5 000 ekor yaitu 2 tahun 3 bulan dan pada skala pemeliharaan
90 000 ekor selama 2 tahun 10 bulan.
Setelah melakukan analisis kriteria investasi perlu dilakukan analisis
sensitivitas untuk melihat variabel atau komponen inflow atau outflow manakah
yang paling mempengaruhi kelayakan suatu usaha yang dijalankan. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Komalasari (2008) yang menggunakan
perhitungan switching value pada analisis kelayakan finansial peternakan ayam
broiler terpadu. Pada penelitian Komalasari (2008), usaha peternakan ayam broiler
terpadu tersebut dengan kapasitas 25 000 ekor. Perubahan-perubahan pada
komponen inflow adalah penurunan harga jual ayam broiler dan perubahan pada
komponen outflow adalah kenaikan harga DOC ayam broiler. Hasil penelitian
11
Komalasari (2008) menunjukkan hasil perhitungna analisis switching value pada
perubahan penurunan harga jual ayam broiler yang masih dapat terjadi yaitu
sebesar 11.08 persen dan kenaikan harga DOC yang boleh terjadi yaitu sebesar
62.73 persen. Dari hasil analisis switching value mengindikasikan bahwa usaha
peternakan ayam broiler terpadu lebih sensitif bila terjadi perubahan penurunan
harga jual ayam broiler dibandingkan dengan terjadinya kenaikan harga DOC.
Pada analisis nilai pengganti guna melihat perubahan maksimum yang boleh
terjadi agar usaha peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati
agar masih tetap layak untuk dijalankan. Variabel yang akan dilihat perubahannya
yaitu dari komponen inflow (penurunan harga jual ayam buras pedaging) dan
outfow (peningkatan harga pakan ayam buras pedaging). Dari hasil tersebut akan
terlihat seberapa besar perubahan maksimum yang akan terjadi.
Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam
menganalisis kelayakan usaha. Hasil penelitian terdahulu dapat memberikan
masukan bagi penulis mengenai sejauh mana penelitian sebelumnya mengkaji
studi kelayakan usaha. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan penulis sebagai
referensi dalam melakukan penelitian dengan topik analisis kelayakan usaha
peternakan ayam broiler.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Usaha merupakan suatu kegiatan investasi yang menggunakan sejumlah
sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dalam periode waktu
tertentu. Investasi adalah suatu kegiatan pengadaan barang modal dengan nilai
yang besar ataupun memiliki umur pakai ekonomis lebih dari satu tahun.
Perhitungan dalam analisis sebuah kegiatan investasi tidak dapat menggunakan
analisis laba rugi saja namun perlu dilakukan perhitungan yang memasukkan
komponen nilai uang terhadap waktu yang biasa disebut dengan studi kelayakan
usaha (Nurmalina et al. 2014).
Studi kelayakan usaha merupakan salah satu langkah awal yang dapat
digunakan untuk menilai tingkat kelayakan usaha yang akan dikerjakan. Selain itu
perhitungan ini juga dapat dipakai pada usaha yang sedang berjalan jika
perhitungan kelayakannya belum pernah dilakukan selama usaha berjalan. Dari
perhitungan analisis kelayakan finansial akan diperoleh informasi megenai
kelayakan usaha dari sisi finansial (Nurmalina et al. 2014).
Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis
Definisi usaha pertanian secara luas adalah kegiatan usaha yang rumit
karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat sedangkan definisi usaha pertanian secara sempit adalah suatu kegiatan
investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital
yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah
beberapa periode waktu (Gittinger 1986). Mengkaji kelayakan suatu usulan usaha
12
bertujuan mempelajari usaha tersebut dari segala segi secara profesional agar
nantinya setelah diterima dan dilaksankan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai
dengan yang direncanakan. Jika kedua definisi ini digabungkan maka kajian
kelayakan suatu usaha pertanian ditujukan untuk mempelajari penggunaan
sumberdaya khususnya sumberdaya alam utuk memperoleh manfaat dari berbagai
aspek sehingga ketika usaha tersebut dilaksanakan dapat memperoleh hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Analisis suatu kelayakan bisnis perlu
mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain
saling berkaitan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi
dalam dua kelompok yaitu aspek finansial dan aspek non finansial. Banyaknya
aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung
kepada karakteristik dari masing-masing bisnis (Nurmalina et al. 2014).
Aspek Non Finansial
Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak
terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat enam aspek
non finansial yang dibahas pada penelitian ini.
1. Aspek Pasar
Menurut Umar (2007) pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran
untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa
pasar merupakan suatu kelompok orang yang diorganisasikan untuk
melakukan tawar menawar sehingga dengan demikian terbentuk harga.
Menurut Rangkuti (2006) pemasaran merupakan suatu kegiatan yang
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya politik ekonomi dan manajerial.
Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut masing-masing individu
maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan
menciptakan menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai
komoditi. Terdapat unsur taktik pemasaran dalam aspek pemasaran dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Diferensiasi berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam
berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran
inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan
dengan dilakukan oleh perusahaan lain.
b. Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah kelompok kiat pemasaran yang
digunakan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran.
Konsep marketing mix merupakan segala usaha yang dapat perusahaan
lakukan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Komponen-
komponen pokok marketing mix yaitu produk (product), harga (price),
tempat (place), dan promosi (promotion). Produk (product) merupakan
kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan pada pasar sasaran. Harga
(price) merupakan jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk
mendapatkan produk. Tempat (place) menunjukan berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan dan tersedia bagi konsumen. Promosi
(promotion) merupakan bagian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mengkombinasikan manfaat dari produk dan untuk meyakinkan
konsumen sasaran agar membelinya.
13
2. Aspek Teknis dan Teknologi
Studi aspek teknis dan teknologi mengungkapkan kebutuhan apa yang
diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan.
Berdasarkan kajian teknologi perlu dipahami bahwa perkembangan teknologi
adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Antisipasi perkembangan teknologi
perlu dikaji agar teknologi yang akan digunakan nantinya dapat
meningkatkan efektivitas efisiensi dan ekonomi sehingga akhirnya produk
yang dihasilkan mampu bersaing di pasar. Menurut Umar (2007), tujuan studi
aspek teknik dan teknologi adalah untuk meyakini apakah secara teknis dan
pilihan teknologi rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau tidak
layak baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin.
Aspek teknis merupakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pembagunan
unit usaha secara teknis. Dalam aspek teknis ini akan dikaji mengenai
perencanaan kapasitas produksi ketersediaan bahan baku dan bahan
penunjang serta penentuan lokasi produksi atau lokasi usaha. Sedangkan pada
aspek teknologi akan dikaji mengenai teknologi yang digunakan dalam proses
produksi. Aspek teknis juga membahas tentang lokasi bisnis, luas produksi,
proses produksi, layout, pemilihan jenis teknologi dan equipment. (Nurmalina
et al. 2014).
a. Lokasi Usaha
Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi usaha
dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel
bukan utama. Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak
mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan
sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang bersangkutan. Variabel
utama antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga
listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan
varibel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan
keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan
perusahaan.
b. Luas Produksi
Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk
mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan,
tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja
pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen
perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa
yang akan datang.
c. Proses Produksi
Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam
menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi
dikenal adanya tiga jenis proses yaitu proses produksi yang terputus-putus
(intermiten), kontinu, dan kombinasi. Dalam hal ini sistem kontinu akan
lebih baik digunakan karena lebih mampu menekan risiko kerugian akibat
fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan
dengan sistem terputus. Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman
semusim yang umumnya mengacu kepada proses produksi yang terputus-
putus.
14
d. Layout
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan
untuk evaluasi layout khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi
dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar
dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal,
kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi,
minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk
keselamatan tenaga kerja.
e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi
adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat
ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria-kriteria yang lain sperti
ketepatan jenis teknologi, keberhasilan penggunaan jenis teknologi
tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi
dengan lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat)
setempat dan kemungkinan pengembangannya, pertimbangan
kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan
penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi
lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan
mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat
sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang
ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang akan
dipergunakan telah menjadi satu.
3. Aspek Organisasi dan Manajemen
Menurut Umar (2007), tujuan aspek manajemen adalah untuk mengetahui
apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan
dilaksanakan dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan
layak atau sebaliknya. Perencanaan organisasi dan manajemen dalam
pembangunan proyek dan implementasi berdasarkan perencanaan
pengorganisasian actuating dan pengendalian. Aspek organisasi dan
manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan
bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Apabila bentuk dan sistem
pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis dan berdasarkan pada
kegiatan usaha disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai
untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan struktur organisasi yang
ditetapkan kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang
diperlukan.
4. Aspek Hukum
Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan
digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan
menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat
dan izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah
dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerja sama
(networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2014).
5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Dalam aspek sosial dan ekonomi yang dinilai adalah seberapa besar bisnis
mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat
15
keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan
kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, serta adanya pemerataan
kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi
bisnis. Dari aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang
peningkatan pendapatan masyarakat, Pendapatan Asli Daerah (PAD),
pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu bisnis
tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima
dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al. 2014).
6. Aspek Lingkungan
Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting
diperhatikan sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Hal itu dilakukan
untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi
dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak positif. Dampak
yang timbul ada yang langsung memengaruhi pada saat kegiatan
usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian
dimasa yang akan datang. Aspek lingkungan mempelajari bagaimana
pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan. Pertimbangan tentang sistem
alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan
menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang
akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Nurmalina
et al. 2014).
Aspek Finansial
Menurut Umar (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi
kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan
biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran
dan pendapatan. Hasil pengolahan data kuantitatif yang digunakan untuk aspek
finansial yang disajikan dalam bentuk tabulasi yang dilakukan secara manual.
Metode analisis yang dianggap relevan untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai
dalam penulisan kajian pengembangan usaha ini adalah :
1. Analisis Kelayakan Investasi
Analisis kelayakan investasi yang akan digunakan adalah menggunakan
analisis cashflow yang disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu
periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut
dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-
penggunaannya (Umar 2007). Analisis kelayakan investasi terdiri dari :
a. Net Present Value (NPV)
Suatu usaha dapat dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang
diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan
biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih NPV atau nilai
kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value biaya atau
jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis
(Nurmalina et al. 2014). Tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut
metode NPV yaitu :
i. NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, usaha layak secara
finansial dan menguntungkan sehinnga dapat dilaksanakan.
16
ii. NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, usaha layak namun
keuntungan masih relatif kecil dari tingkat suku bunga yang
digunakan karena itu keputusan diserahkan kepada pihak manajemen.
iii. NPV lebih kecil dari no (NPV < 0) artinya, usaha tersebut tidak layak
secara finansial karena keuntungan lebih kecil dari biaya yang
dikeluarkan.
b. Manfaat biaya bersih atau Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif. Terdapat tiga kriteria ukuran
kelayakan investasi menurut metode Net B/C yaitu:
i. Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut
menguntungkan atau layak untuk dijalankan.
ii. Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut
tidak menguntungkan atau tidak merugikan.
iii. Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut
tidak menguntungkan atau tidak layak dijalankan (Nurmalina et al.
2014).
c. Internal Rate of Return (IRR)
Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian usaha
terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini dapat ditunjukan dengan
mengukur besaran IRR. IRR adalah tingkat discount rate yang
menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari
perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis
dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari Opportunity Cost of
Capital-nya. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan
metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang
menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi
(yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2014).
Gambar 1 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber: Nurmalina et al. (2014)
17
d. Payback Period (PP)
Menurut Umar (2007), Payback Period (PP) adalah suatu periode yang
diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash
investment) dengan menggunakan aliran kas dengan kata lain payback
period merupakan rasio initial cash investment dengan cash inflow-nya
yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini
dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Jika
payback period lebih pendek dari umur usaha maka usaha dikatakan
menguntungkan jika payback period lebih panjang dari umur usaha maka
usaha tersebut tidak menguntungkan.
e. Proyeksi Laba/Rugi
Proyeksi laba/rugi digunakan untuk menghitung besarnya pajak
penghasilan dari laba operasional yang digunakan untuk penentuan Net
B/C NPV dan IRR. Laba bersih dapat diperoleh dari selisih laba
operasional dan pajak penghasilan (Umar 2007).
f. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan analisis dalam menentukan bagaimana
distribusi pengembalian yang mungkin untuk usaha dipengaruhi oleh
perubahan salah satu variabel input (Keown et. al dalam Saputra, 2011).
Analisis sensitivitas dilakukan pada sebuah proyek dengan memakai tiga
kemungkinan perubahan, yaitu (Siahaan, 2009):
i. Variabel unit penjualan dinaikkan atau diturunkan sebesar presentase
tertentu, sementara lainnya konstan.
ii. Variabel penyusutan diubah, dinaikkan atau diturunkan sebesar
presentase tertentu, sementara variabel input lainnya dianggap
konstan.
iii. Cost of kapital (k) diubah, sementara variabel lainnya dianggap
konstan.
Kerangka Pemikiran Konseptual
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta peningkatan
pendapatan masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat
dalam pemenuhan gizi, khususnya protein hewani. Peristiwa ini tak diimbangi
dengan usaha pengembangan ternak potong lainnya, sehingga populasi ternak
besar seperti sapi, kerbau ataupun ternak kecil sebagai ternak potong akan sangat
menurun. Oleh karena itu berkembanglah usaha ternak ayam broiler untuk
mengimbangi kebutuhan protein hewani masyarakat. Usaha ternak ayam broiler
dipandang dapat memberikan keuntungan yang besar dalam kurun waktu yang
singkat, karena ayam broiler memiliki siklus hidup yang pendek.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan tahun 2015, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra
penghasil ayam broiler yang cukup besar di Indonesia. Kabupaten Bogor adalah
salah satu penghasil ayam broiler terbesar pertama setelah Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Sukabumi. Dalam
penelitian ini usaha peternakan non kemitraan atau mandiri berjalan dengan baik.
Namun peternak belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit)
18
yang diperoleh atas investasi kandang yang telah dikeluarkan. Hal ini dikarenakan
belum pernah dilakukan perhitungan secara khusus dari pihak pemilik sendiri.
Walaupun usaha telah berjalan, hal ini belum berarti usaha peternakan tersebut
telah layak baik dilihat dari aspek non finansial maupun aspek finansial.
Penelitian ini menggunakan studi kelayakan bisnis dengan analisis non finansial
dan analisis finansial. Analisis non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis,
aspek sosial dan ekonomi, aspek manajemen dan hukum serta aspek lingkungan
dan analisis finansial meliputi penilaian Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP).
Hasil penelitian kemudian akan dianalisis kembali dengan analisis switching
value untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi dalam usaha peternakan ayam broiler. Komponen yang digunakan
yaitu kenaikan harga DOC, harga pakan dan penurunan harga jual ayam menjadi
fokus pada analisis switching value. Sehingga pada kondisi-kondisi tertentu yang
menyebabkan peternak harus lebih bertindak secara efisien agar keuntungan
peternak tetap tinggi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan usaha yang
akan dilakukan.
Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi peternakan ayam broiler untuk
menjalankan pengembangkan usaha. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukan
bahwa pengembangan usaha ini layak, maka pengembangan usaha ini dilanjutkan,
dan apabila tidak layak, maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti.
Adapun kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha peternakaan
ayam broiler di Desa Lulut Kabupaten Bogor
analisis switching value Pengembangan usaha
Peternakan Ayam Brolier Skala Rakyat Non Kemitraan
Investasi Kandang yang telah dilakukan
Aspek Non Finansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Aspek Lingkungan
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Finansial
NPV
IRR
Net B/C
PP
Laba-Rugi
Belum dilakukan perhitungan cashflow oleh pemilik peternakan
Tidak Layak Layak
19
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di peternakan ayam broiler non kemitraan atau
mandiri yang terletak di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
beberapa pertimbangan yaitu skala usaha yang dikerjakan peternakan masih dalam
lingkup peternakan skala rakyat dengan kapasitas produksi dibawah 15 000 ekor
per siklus. Selanjutnya pengalaman kerja operasional pemilik peternakan dalam
mengelola peternakan ayam broiler. Selain itu, dimana Kabupaten Bogor
merupakan sentra peternakan ayam broiler terbesar di Provinsi Jawa Barat.
Peternakan ayam broiler ini juga dipilih berdasarkan pertimbangan adanya potensi
untuk pengembangan usaha karena bertambahnya permintaan dari pihak
konsumen. Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada
bulan November 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan
permasalahan yang dikaji. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di
lokasi penelitian dan wawancara langsung dengan pemilik, tenaga kerja, dan
masyarakat di sekitar lingkungan usaha peternakan. Kegiatan wawancara
dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan usaha yang dilakukan di
peternakan baik dari aspek non finansial maupun dari aspek finansial.
Data sekunder diperoleh melalui penelusuran studi pustaka dari berbagai
literatur baik dari buku internet hasil publikasi dinas atau instansi pemerintah
terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan dan Kesehatan
Kabupaten Bogor serta Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan LSI IPB dan berbagai
pustaka lainnya seperti majalah jurnal dan skripsi terdahulu yang relevan dengan
topik penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu dengan
cara pengamatan langsung atau observasi di lapangan serta melakukan wawancara
langsung dan mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner
kepada pihak pengelola peternakan yang terdiri dari pemilik dan karyawan serta
instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.
Metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pencarian di internet dan
studi literatur yang relevan. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu daftar
pertanyaan (kuesioner), alat pencatat, dan alat dokumentasi elektronik (foto
digital, dan foto handphone).
20
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara deskriptif
untuk menggambarkan sistem usaha dan aspek non finansial yang terdiri dari
aspek pasar, aspek teknis, manajemen dan hukum dari usaha budidaya ayam
broiler skala rakyat di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.
Analisis secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan
investasi. Metode kuantitatif yang akan digunakan adalah analisis kelayakan
finansial berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, PP, dan IRR serta analisis
sensitivitas. Data kuantitatif diolah menggunakan kalkulator dan komputer dengan
microsoft excel 2007.
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek non finansial disesuaikan
dengan skala usaha proyek, semakin besar skala usaha yang dilakukan maka
analisis kelayakan non finansial juga akan semakin kompleks. Pada penelitian ini
aspek yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.
Aspek Pasar
Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan
pengembangan usaha ternak ayam broiler dikatakan layak apabila tidak terdapat
masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya pengembangan usaha
peternakan ayam broiler sehingga seluruh hasil produksi ayam broiler yang
dihasilkan dapat diterima oleh pasar. Selain itu produk yang dihasilkan sesuai
dengan permintaan pasar dan dapat bersaing atau memiliki keunggulan
dibandingkan produk serupa yang dihasilkan oleh pesaing. Pendekatan yang
dilakukan dalam analisis aspek pasar menggunakan bauran pemasaran yang terdiri
dari produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).
Menurut Nurmalina et al. (2014) aspek pasar dan pemasaran dikatakan layak
apabila strategi yang digunakan efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan
terhadap komponen tersebut, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar yang
dimiliki perusahaan.
Aspek Teknis
Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada
pengembangan usaha peternakan ayam broiler ini dapat dikatakan layak dalam
aspek teknis bila lokasi peternakan mampu menunjang pengembangan usaha
tersebut luas produksi sudah optimal, layout peternakan seseuai sehingga mampu
memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sedah tepat, kondisi kandang,
pemberian pakan dan air, penanganan penyakit pada ayam broiler, serta
penanganan pasca panen telah tepat sehingga tidak menghambat jalannya
pengembangan usaha.
21
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen pada penelitian ini lebih difokuskan pada sumber daya
manusia yang akan mengelola usaha pengembangan ayam broiler. Aspek
manajemen yang dikaji terkait empat fungsi manajemen (perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) bentuk struktur organisasi,
deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sedangkan aspek
hukum yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan izin dalam menjalankan
usaha bentuk badan usaha maupun sertifikat-sertifikat yang dimiliki oleh pihak
peternak. Menurut Nurmalina et al (2014), aspek manajemen dikatakan layak
apabila alokasi pengorganisasian sumber daya dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan kebutuhan serta implementasi pekerjaan yang dapat mendukung
pencapaian tujuan dan target perusahaan. Aspek hukum dari suatu usaha sangat
diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat
menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Aspek sosial yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan dampak yang
ditimbulkan terhadap lingkungan sosial sekitar kegiatan usaha seperti perbaikan
mutu hidup masyarakat, ketersediaan lapangan kerja baru, peningkatan keahlian
masayarakat dalam budidaya ayam broiler, serta dapat mengurangi pengangguran.
Menurut Nurmalina et al. (2014) dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang
akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi,
dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Suatu bisnis dapat diterima oleh
masyarakat sekitar apabila secara sosial, budaya, dan ekonomi memberikan
kesejahteraan.
Aspek Lingkungan
Perlunya analisis dampak lingkungan dilakukan karena dapat memberikan
gambaran kepada pelaku usaha tentang dampak yang dapat ditimbulkan suatu
usaha terhadap lingkungan jika dijalankan. Menurut Nurmalina et al. (2014),
aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan apakah
dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin
buruk. Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis suatu pengembangan
usaha dikatakan layak apabila usaha yang didirikan tidak memberikan dampak
yang merugikan misalnya dengan pengelolaan limbah peternakan yang kurang
baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
Analisis Kelayakan Aspek Finansial
Aspek finansial mengkaji tentang perhitungan berapa jumlah dana yang
dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis.
Aspek finansial bertujuan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan
memiliki manfaat. Keadaan tersebut membuat pelaku usaha perlu mengkaji
rencana investasi secara tepat agar modal yang ada dikeluarkan sesuai dengan
rencana. Analisis aspek finansial pada pengembangan usaha peternakan ayam
broiler ini menggunakan kriteria kelayakan investasi yang meliputi Net Present
Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan
22
analisis switching value untuk melihat kepekaannya terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dalam mempengaruhi kelayakan investasi.
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima
perusahaan selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu usaha
dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya
yang dikeluarkan, atau jika NPV lebih besar dari pada nol. Nilai yang dihasilkan
oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah. Menurut Nurmalina
et al. (2014), rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai
berikut : n
tt
tt
i
CBNPV
1 1
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun ke-t
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t
n = Umur usaha (tahun)
t = Periode (1 2 3 … )
i = Discount rate (%)
Kriteria Penilaian :
NPV > 0 Usaha layak secara finansial dan menguntungkan sehingga dapat
dilaksanakan
NPV = 0 Usaha layak namun keuntungan masih relatif kecil dari tingkat suku
bunga yang digunakan karena itu keputusan diserahkan kepada pihak
manajemen
NPV < 0 Usaha ini tidak layak secara finansial karena keuntungan lebih kecil
dari biaya yang dikeluarkan
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif (Nurmalina et al. 2014) Secara matematis
Net B/C dapat dinyatakan sebagai berikut :
Net B/C =
t
ttn
1t
t
ttn
1t
i)(1
CB
i)(1
CB
dimana 0
0
tt
tt
CB
CB
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
i = Discount rate (%)
t = Tahun
n = Umur usaha
23
Kriteria penilaian :
Net B/C > 1 Usaha layak secara finansial dan menguntungkan sehingga dapat
dilaksanakan
Net B/C < 1 Usaha ini tidak layak secara finansial karena tambahan biaya yang
dikeluarkan lebih besar dari manfaat bersih yang diterima
Internal Rate of Return (IRR)
Kelayakan usaha juga dinilai dari seberapa besar pengembalian usaha
terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini dapat ditunjukan dengan mengukur
besaran IRR IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama
dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan
persentase (%). Sebuah usaha dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari
Opportunity Cost of Capital-nya. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah
(yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang
menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2014) berikut rumus IRR :
)( 12
21
11 iix
NPVNPV
NPViIRR
Keterangan :
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = Nilai NPV positif
NPV2 = Nilai NPV negatif
Payback Period (PP)
Payback period (PP) atau analisis waktu pengembalian investasi merupakan
perhitungan terhadap lamanya periode waktu yang diperlukan oleh suatu usaha
untuk dapat mengembalikan biaya invesatasi. Perhitungan dilakukan dengan cara
nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan
dikomulatifkan. Semakin kecil angka yang dihasilkan, semakin cepat tingkat
pengembalian suatu investasi, sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk
dikembangkan. Menurut Nurmalina et al. (2014) secara matematis rumus yang
digunakan dalam perhitungan PP adalah sebagai berikut :
Keterangan :
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
Kriteria penilaian :
Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih cepat
dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow, semakin cepat
pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha tersebut untuk dijalankan.
24
Analisis Switching Value
Analisis switching value digunakan untuk melihat dampak dari suatu
keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan
analisis ini adalah menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan usaha
apabila terjadi perubahan-perubahan dalam perhitungan biaya dan manfaat.
Apakah kelayakan usaha kegiatan investasi sensitif tidak terhadap perubahan yang
terjadi. Selain itu, analisis switching value merupakan slah satu perlakuan
terhadap kepastian (Gittinger,1968). Analisis switching value dilakukan dengan
cara mengubah besarnya variabel-variabel penting, masing-masing dapat terpisah
atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang diketahui
atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-
variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, Net B/C).
Analisis sensitivitas dilakukan karena adanya perubahan-perubahan harga
output dan biaya operasional. Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai
pengganti (switching value). Switching value ini merupakan perhitungan untuk
mengukur “perubahan maximum’ dari perubahan suatu komponen inflow
(penurunan harga output penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow
(peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat
ditoleransi agar usaha masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan tidak boleh
melebihi nilai tersebut. Bila melebihi nilai tersebut maka bisnis dinyatakan tidak
layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan
terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).
Perbedaan yang mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan
dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan
sudah diketahui secara empirik (misal penurunan harga output 20 persen)
bagaimana dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada perhitungan
switching value perubahan tersebut harus dicari misalnya berapa perubahan
maksimum dari penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis
masih tetap layak. Hal ini menunjukan bahwa harga output tidak boleh turun
melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti (switching value)
tersebut maka bisnis tersebut tidak layak atau NPV<0. Analisis switching value
dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang
boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow misal
kenaikan biaya produksi penurunan volume produksi dan penurunan harga
output (Nurmalina et al. 2014).
Komponen yang umum digunakan dalam perhitungan switching value
adalah kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual atau penurunan
jumlah penerimaan sehingga didapat batas minimum kelayakan usaha yang
disebabkan terjadinya penurunan harga produk yang sering berubah dan
disesuaikan. Dalam analisis switching value secara langsung dapat dipilih
sejumlah nilai yang dapat melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap
penting. Nilai switching value diperoleh dengan cara trial and error yaitu
melakukan perubahan pada variabel switching yang besar pengaruhnya pada
tingkat kelayakan usaha dan sangat mungkin mengalami perubahan diwaktu yang
akan datang selama umur usaha. Perubahan dilakukan dengan cara menurunkan
atau meningkatkan variabel switching sehingga nilai NPV menjadi sama dengan
nol, IRR sama dengan nilai discount rate, dan Net B/C sama dengan satu.
25
Asumsi-Asumsi Dasar
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Harga dan biaya variabel diasumsikan sama setiap tahun (konstan) selama
umur usaha, tidak ada kenaikan walaupun dalam kenyataan fluktuasi atau
pengaruh faktor lain mempengaruhi terjadinya fluktuasi pada harga dan
biaya variabel.
2. Harga lahan pada usaha peternakan ini apabila dijual di asumsikan dengan
minimal harga yang sama pada saat pembelian.
3. Umur proyek analisis kelayakan usaha peternakan ayam ini adalah 5 tahun
berdasarkan aset penting yaitu kandang.
4. Discount Rate (DR) yang digunakan 6.5 persen hal ini disebabkan karena
seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan ayam broiler ini
adalah modal sendiri, sehingga mengacu pada suku bunga deposito Bank
Rakyat Indonesia sebagai bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR)
dengan per Desember 2015 sebesar 6.5 persen.
5. Kapasitas maksimal kandang adalah adalah 10 000 ekor ayam broiler.
6. Siklus produksi selama 26 hari dengan berat ayam yang dihasilkan pada saat
panen 1.2 kg/ekor.
7. Jumlah periode produksi di tahun pertama sebanyak tujuh periode
sedangkan untuk tahun berikutnya delapan periode karena di periode
pertama tahun pertama digunakan untuk persiapan kegiatan usaha.
8. Harga jual ayam broiler yang digunakan adalah Rp20 500 per ekor berupa
ayam hidup.
9. Penyusutan investasi dihitung berdasakan metode garis lurus
10. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum PPH Wajib Pajak
Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1 persen per tahun
dari hasil penerimaan, dengan ketentuan total penerimaan tidak melebihi 4.8
miliar dan pajak sebesar 25 persen dengan ketentuan total penerimaan
melebihi 4.8 miliar. Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur
usaha..
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Daerah Penelitian
Desa Lulut merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Klapanunggal
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 2 271 350
Ha yang terdiri dari empat Dusun, delapan Rukun Warga (RW) dan 41 Rukun
Tetangga (RT). Desa ini berbatasan dengan beberapa wilayah, antara lain:
Sebelah Utara : Desa Bantarjati dan Nambo Kec. Klapanunggal
Sebelah Timur : Desa Ligarmukti Kec. Klapanunggal
Sebelah Selatan : Desa Leuwikaret Kec. Klapanunggal
Sebelah Barat : Desa Gunung Sari Kec.Citeureup
26
Desa ini memiliki potensi alam yang baik, yaitu penggunaan lahan untuk
ladang atau huma sebesar 897 022 Ha. Selain itu, lahan juga digunakan untuk
perumahan dengan luas sebesar 454 905 Ha dan untuk persawahan sebesar 38 Ha.
Lahan yang tersisa dari Desa Lulut ini digunakan untuk jalan, pemakaman,
perkantoran, lapangan olahraga, bangunan pendidikan dan bangunan peribadatan
(Data Monografi Desa Lulut Tahun 2015). Berdasarkan data demografi tahun
2015, diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Lulut adalah sebesar 13 119 jiwa.
Selain itu, Penduduk Desa Lulut memiliki mata pencaharian ekonomi yang paling
dominan terdapat di Desa Lulut adalah pegawai swasta, buruh pabrik, pedagang,
buruh bangunan, usaha pertanian. Usaha pertanian tersebut akan potensial bagi
pertumbuhan ekonomi pedesaan jika dapat dikembangkan dengan
memberdayakan sumberdaya manusia produktif. Adapun data penduduk Desa
Lulut menurut mata pencaharian tahun 2015 di tunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Data penduduk Desa Lulut menurut mata pencaharian tahun 2015
No. Keterangan Jumlah (Orang) %
1. Petani 591 13.63
2. Pedagang 548 12.64
3. Pegawai Negeri 21 0.48
4. TNI/Polri 2 0.05
5. Pensiunan/Purnawirawan 7 0.16
6. Swasta 1 569 36.19
7. Buruh Pabrik 625 14.42
8. Pengrajin 5 0.12
9. Buruh Bangunan 415 9.57
10. Penjahit 10 0.23
11. Tukang Las 7 0.16
12. Tukang Ojek 73 1.68
13. Bengkel 5 0.12
14. Sopir Angkutan 52 1.20
15. Lain-lain 405 9.34 Sumber : Data Monografi Kantor Desa Lulut (2015)
Gambaran Umum Peternakan Ayam Broiler
Peternakan ayam broiler dalam penelitian ini milik Bapak Ade Sumarna dan
merupakan peternakan ayam broiler dengan skala rakyat serta tidak melakukan
kerjasama atau kemitraan dengan pihak lain. Peternakan ayam broiler ini berada
di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Peternakan ini hanya
melakukan kegiatan pembesaran ayam broiler, dimulai sejak tahun 2011.
Pemilihan lokasi yang berada jauh dari lingkungan masyarakat, dan dekat sumber
air berupa sungai dan dekat dengan jalur transportasi menjadi dasar penetuan
lokasi, jarak dari jalan raya desa sampai dengan lokasi peternakan sekitar ± 350
meter dan jarak lokasi peternakan dengan rumah penduduk sekitar ± 1.5 km. Hal
tersebut cukup baik dalam mendukung kelangsungan usaha karena cukup jauh dan
cukup hening untuk ayam dapat berproduksi dengan baik. Peternakan ini memiliki
lahan sekitar 1 000 m2. Jumlah produksi ayam broiler mencapai 10 000 ekor per
27
produksi, dengan jumlah kandang satu unit. Peternakan dilengkapi dengan tempat
tinggal bagi pekerja, gudang sebagai tempat penyimpanan peralatan kegiatan
operasional, penyimpanan pakan dan kandang.
Kandang yang dimiliki adalah berupa bangunan berbentuk persegi panjang,
bertingkat dengan tinggi sekitar tiga meter, dan untuk rangka kandang terbuat dari
kayu bambu yang panjangnya sekitar empat meter, atap kandang sendiri terbuat
dari asbes. Asbes dipilih karena kuat, tahan lama, dan mudah dalam perbaikan
jika terjadi kerusakan. Peternakan ini melakukan pemasaran dengan para
pedagang pengumpul ayam broiler di daerah jabodetabek. Proses pemasaran
dilakukan dengan cara pihak pedagang pengumpul akan menelpon kepada pemilik
peternakan yaitu Bapak Ade Sumarna, lalu Bapak Ade Sumarna akan
mempersiapakan ayam broiler untuk dikirim.
Selain itu, pada peternakan ini juga memiliki kondisi lingkungan yang
hening dan nyaman bagi ayam agar produksi dapat optimal, seluruh lingkungan
kandang berada didalam area yang di batasi pagar kayu, dengan tinggi sekitar
empat meter, tujuannya dibuat adalah agar seluruh aktivitas atau kegiatan dapat
terkontrol dengan baik, dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti
pencurian, gangguan hama, dan memudahkan dalam mengontrol orang yang
masuk dan keluar perusahaan, karena hanya terdapat satu pintu keluar dan masuk.
Bangunan gudang pakan dan peralatan untuk kegiatan produksi dalam perusahaan
ini adalah satu bagian, dan dekat dengan tempat tinggal karyawan. Hal ini dibuat
agar kegiatan dalam gudang tersebut mudah diamati, baik ketika pakan datang
maupun kegiatan produksi lainnya.
Pada peternakan ayam broiler ini juga terdapat dua orang tenaga kerja,
dimana tenaga kerja merupakan hal yang penting dalam usaha peternakan ayam
broiler karena mereka akan menentukan bagaimana perusahaan ini akan berjalan,
jika perusahaan memiliki tenaga kerja yang baik dan berkualitas baik pengetahuan
dan mentalnya maka usaha ini akan maju dan berkembang, tetapi jika tenaga kerja
hanya mampu bekerja saja tanpa memiliki integritas dalam hal kecil sekalipun
maka perusahaan akan sulit berkembang. Tenaga kerja di perusahaan ini berasal
dari daerah sekitar peternakan, proses perekrutan tenaga kerja ini dilakukan oleh
pihak pemilik peternakan dan proses penerimaan tenaga kerja di peternakan ini
tidak begitu sulit, hanya memenuhi syarat yaitu bersedia bekerja diposisi yang
telah ditentukan oleh pemilik, dan mempunyai mental yang baik artinya jujur,
ulet, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Aspek Non Finansial
Analisis dari aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
usaha peternakan ayam broiler di lokasi penelitian yang terletak di Desa Lulut,
Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat layak untuk
dilaksanakan. Aspek nonfinansial yang dikaji terdiri dari dari aspek pasar, aspek
28
teknis, aspek manajaemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya dan
aspek lingkungan.
Aspek Pasar
Pasar merupakan aspek yang penting karena akan menentukan
keberlangsungan usaha peternakan ini dimasa yang akan datang, sehingga
perusahaan dapat menentukan seberapa besar atau target yang akan diproduksi.
Selain itu, aspek ini juga adalah salah satu aspek yang menjadi sumber
pendapatan bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional. Pada
penelitian ini akan dilihat permintaan, penawaran, dan strategi pemasaran.
1. Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa permintaan lebih
besar dari pada penawaran yang ada. Menurut pemilik pada awalnya untuk
permintaan ayam broiler dipengaruhi oleh kondisi seperti hari besar atau
hari raya, namun melihat kondisi saat ini dimana banyak masyarakat yang
mulai banyak beralih mengkonsumsi daging ayam sebagai pengganti daging
sapi akibat daging sapi yang mahal sehingga menyebabkan permintaan pada
kondisi normal yang mencapai 10 000 ekor ayam broiler dengan berat ayam
adalah 1.2 kg/ekor. Jumlah ayam yang dipelihara di batasi dengan kapasitas
kandang ayam yang dimiliki peternakan ini. Rata-rata per periode
peternakan ini mampu memelihara DOC sebanyak 10 000 ekor. Ayam
broiler dari peternakan ini di distribusikan kepada pemilik usaha rumah
makan dan para penjual daging ayam yang berada di daerah Depok,
Cibinong, Bogor, dan Jakarta.
Kondisi berbeda terjadi ketika memasuki hari besar atau hari libur
permintaan ayam broiler dapat mencapai lebih dari 10 000 ekor per
produksi sehingga peluang pasar masih ada. Selain itu, pemilik sendiri
mengatakan bahwa dimasa yang akan datang konsumsi daging ayam broiler
akan terus naik dikarenakan pendapatan masyarakat rata-rata meningkat,
dan daging ayam broiler juga memiliki harga yang murah dibandingkan
sumber protein hewani yang lain seperti daging sapi. Selain itu lebih efisien
dalam pengolahan dan penyimpanan artinya konsumen tidak perlu
pengolahan yang kompleks dalam mengolahnya untuk dikonsumsi. Selama
ini, berdasarkan keterangan pemilik peternakan seluruh produksi habis
terjual dan peternakan ini masih belum mampu memenuhi permintaan ayam
broiler dari para konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa menurut aspek
pasar bahwa usaha ini dikatakan layak untuk dilaksanakan dan
dikembangkan.
2. Pemasaran Output
Produk atau output peternakan ini adalah daging ayam dan kotoran ayam.
Kotoran ayam dijual dalam bentuk karungan dengan berat sekitar 50 kg
dengan harga Rp4 000 per karung. Daging ayam adalah produk utama dari
usaha ini, dimana harga daging sebesar Rp20 500 per ekor. Pemasaran
dilakukan dengan cara menelepon kepada pihak konsumen minimal satu
hari sebelum panen. Produk berupa ayam broiler yang masih hidup dan
dimuat ke dalam mobil pick up dan dikirim dengan biaya pengiriman atau
transportasi ditanggung oleh pembeli atau konsumen sehingga konsumen
hanya menunggu di tempat atau rumah makan miliknya. Peternakan ayam
29
broiler ini sudah memiliki pelangan tetap atau saluran pemasaran yang tetap
dengan sistem pembayaran tunai yaitu setelah ayam broiler diterima
konsumen maka konsumen tersebut langsung melunasi pembayaran,
sehingga aspek pemasaran layak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan analisis aspek pasar yang
terdiri dari permintaan, penawaran dan startegi pemasaran yang dilakukan oleh
Peternakan ini adalah layak untuk dilaksanakan. Menurut Jumingan (2009) salah
satu indikator usaha dikatakan layak secara aspek pasar adalah terdapat
permintaan dari produk yang dihasilkan. Permintaan terhadap ayam broiler yang
dihasilkan oleh Peternakan Ayam Broiler di lokasi penelitian masih belum dapat
dipenuhi atau masih banyak. Pemasaran produk atau output ini sudah memiliki
pelanggan tetap dan strategi pemasaran yang baik sehingga pemasaran dapat
dikatakan layak.
Aspek Teknis
1. Lokasi peternakan dan kandang
Lokasi peternakan adalah aspek penting karena jika lahan atau lokasi
tidak layak maka usaha tidak dapat dilaksanakan dengan baik, lokasi usaha
yang baik bagi peternakan adalah jauh dari pemukiman masyarakat. Hal ini
agar masyarakat tidak terkena dampak negatif dari usaha peternakan usaha ini
seperti bau dari limbah yang dihasilkan. Lokasi juga harus mempunyai sumber
air bersih yang cukup karena air adalah hal penting yang akan mendukung
kegiatan budidaya dan operasional peternakan, akses transportasi yang baik
dan jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan sehingga proses pengiriman dapat
berjalan dengan baik. Selain itu, lokasi peternakan juga harus memiliki
jaringan listrik yang memadai untuk mendukung kegiatan usaha peternakan
yang sedang berjalan seperti untuk mesin, penerangan dan mempermudah
proses kegiatan dimalam hari.
Usaha peternakan ayam broiler ini memiliki jarak dari jalan raya desa
sampai sekitar ± 350 meter dan jarak lokasi peternakan dengan rumah
penduduk sekitar ± 1.5 km. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan agar usaha
dapat berjalan dengan baik dengan aman dalam jangka waktu yang cukup
lama, dan lokasi tersebut terhindar dari kebisingan akibat lalu lintas kendaraan
sehingga ayam akan dapat tenang dalam proses pembesaran. Akses jalan dari
kandang sampai jalan raya besar sudah cukup baik, walaupun belum dilapisi
dengan aspal tapi sudah cukup aman bagi kendaraan untuk membawa ayam
broiler dengan aman. Ketersedian sumber air sudah cukup baik terdapat dua
sumber air yang digunakan yaitu sumber air sungai dan air sumur yang
ditampung dalam tandon berukuran 10 000 liter yang digunakan ketika sumber
air sungai kotor atau tidak layak digunakan. Pasokan listrik sudah mempunyai
gardu listrik tersendiri yang difasilitasi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sehingga kebutuhan listrik sudah terpenuhi jika terjadi pemadaman listrik oleh
PLN. Peternakan ini mempunyai sebuah Generator Set (Genset) untuk
memenuhi ketika pemadaman terjadi. Luas peternakan ayam broiler ini yaitu
1 000 m2
, digunakan untuk satu kandang bertingkat dengan ukuran 7 x 49
meter yang diisi 10 000 ekor ayam. Terdapat mess tempat para pekerja
beristirahat, gudang yang digunakan untuk peralatan kegiatan operasional
30
maupun pakan yang terdiri dalam satu bangunan. Layout peternakan ayam
brolier pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Keterangan :
K : Kandang
M : Mess Karyawan
G : Gudang
T : Tower Air/ Tendon Air
PK : Pintu Kandang
TK : Tempat Karantina
S : Sumur
PM : Pintu Masuk
Gambar 3 Layout peternakan ayam broiler di lokasi penelitian
Kandang ayam pada peternakan ayam broiler ini bertingkat atau memiliki
dua lantai dengan menggunakan atap dari asbes dengan kerangka yang terdiri
dari kayu bambu dengan panjang rata-rata empat meter, sedangkan pondasinya
terbuat dari bagunan tembok beton dengan tinggi 4 meter. Kandang yang
digunakan yaitu berukuran 49 x 7 meter dan kandang tersebut ditutup
menggunakan terpal sebagai pelindung kandang dari hujan serta kandang ini
dapat menampung sekitar 10 000 ekor ayam. Bagian dasar kandang dilapisi
oleh terpal sehingga kotoran dapat tertampung sehingga kotoran akan mudah
dibersihkan dan akan lebih cepat kering. Selain itu pada setiap penjuru kandang
diletakkan blower yang berfungsi untuk mengeringkan kotoran ayam. Lokasi
kandang dibuat atau didesain agar matahari dapat masuk di pagi hari dan ayam
tidak kepanasan disiang hari. Dilihat dari lokasi kandang yang ada, peternakan
ayam broiler ini sudah sesuai dengan ketentuan perkandangan. Adapun umur
ekonomis kandang yaitu 10 tahun dan kandang pada peternakan ayam broiler
ini dapat dilihat pada Gambar 4.
K
M
G
S
P
M
TK
P
K T
31
Gambar 4 Kandang pada peternakan ayam broiler Sumber : Dokumentasi di lokasi penelitian, 2015
2. Bibit Ayam Broiler (DOC)
Usaha peternakan ayam broiler ini menggunakan bibit ayam berumur
satu hari atau DOC (Day Old Chick). Bibit yang digunakan oleh Peternakan
Ayam Broiler di lokasi penelitian adalah jenis Strain Cobb-500 yang dibeli
dari beberapa perusahaan seperti PT Charoen Pokphand dengan harga Rp3
000,- per ekor. Jenis yang biasa digunakan adalah Strain Cobb karena dirasa
lebih baik dalam kemampuan bertahan hidup karena tingkat kematian yang
rendah sekitar 0.3 sampai 3 persen.
3. Pakan
Manajemen pemberian pakan haruslah sangat baik agar tidak ada pakan
yang terbuang begitu saja, pemberian pakan harus disesuaikan dengan
kebutuhan ayam untuk hidup karena kelebihan atau kekurangan pakan yang
diberikan akan berakibat pada Food Convertion Rate (FCR). Semakin tinggi
maka ayam akan mengkonsumsi pakan lebih banyak sehingga biaya akan
lebih banyak atau besar. Pakan yang digunakan di peternakan ini diperoleh
dari PT Charoen Pokphand, dimana pakan ini terdiri dari jenis pakan 510
(boster) untuk umur 1-10 hari dan 511 L untuk umur 11-21 hari dan 512 L
(jenis pelet) yang diberikan umur 22 hari sampai panen dengan harga Rp6
000 per kg. Adapun jumlah penggunaan pada peternakan ayam broiler
dilokasi penelitian dapat di lihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah penggunaan pakan ayam broiler
Umur Feed Intake Ayam Strain Cobb-500
Kg gr/ekor/hari gr/ekor/minggu
Minggu 1 (7 hari) 21 147 0.147
Minggu 2 (7 hari) 65 455 0.455
Minggu 3 (7 hari) 106 742 0.742
Minggu 4 (5 hari) 144 720 0.720
Total Penggunaan Pakan 2 064 2.1
Berdasarkan jumlah penggunaan pakan ayam broiler Strain Cobb-500
yang ditunjukkan pada tabel 6, maka jumlah pakan yang digunakan dalam
32
setiap periode produksi ayam broiler di lokasi penelitian yaitu sebesar 2.1
kg per ekor atau 21 000 kg pakan yang digunakan untuk 1 000 ekor ayam
broiler per satu periode produksi selama 26 hari.
4. Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin
Obat-obatan dan vaksin merupakan bagian dari pencegahan dan
penanggulangan penyakit yang terjadi pada suatu peternakan ayam.
Sementara vitamin digunakan untuk membantu meningkatkan kekebalan
tubuh ayam dari penyakit, mengurangi tingkat stress pada ayam, dan
meningkatkan performa ayam. Pemberian vaksin pada peternakan ini terdiri
dari dua macam vaksin yaitu ND (new castle disease) dan gumboro.
Pelaksanaan vaksinasi di peternakan menggunakan aturan yang berlaku
sesuai dengan kebutuhan. Vaksinasi sudah dimulai sejak ayam berumur
empat hari, DOC diberikan vaksin ND dengan cara tetes mata dan suntik
bawah kulit (subcutaneous) pada sore hari dengan suhu ruang 27 oC.
Tujuannya agar vaksin yang digunakan tetap hidup karena tidak terkena
matahari langsung dan fase ini adalah fase yang menjadi awal dalam
keberhasilan terhadap kesehatan ternak dan persentase ayam terkena
penyakit relatif rendah. Vaksinasi dilanjutkan pemberian vaksin gumboro
pada ayam berumur 14 hari dengan cara memberikannya melalui air minum.
Vaksinasi diberikan melalui air minum pada waktu sore hari yaitu pukul
18.00 WIB. Untuk pengendalian terhadap hama dan ekstoparasit seperti
kutu ataupun lalat dilakukan penyemprotan dengan desinfektan setiap
harinya. Pemberian vitamin dilakukan secara terus menerus mulai dari ayam
berumur satu hari sampai panen yang disesuaikan dengan berat badan ayam
dan standar pakan. Vitamin yang digunakan di peternakan ini bermacam-
macam, salah satunya yaitu vitamin elektrolit. Vitamin ini berbentuk serbuk
halus berwarna kuning kemerahan. Cara pemberian vitamin ini pada pagi
hari bersamaan dengan pakan.
5. Proses Produksi
Proses produksi dalam usaha budidaya ayam broiler dilakukan secara
kontinyu, dimana ayam broiler yang diproduksi setiap periode dan tidak
mengenal musim kawin pada bulan-bulan tertentu. Sehingga ayam broiler
ini tersedia setiap bulannya sepanjang tahun. Proses produksi ayam broiler
mulai dari DOC hingga ayam broiler siap dipanen (siap dijual)
membutuhkan waktu selama 26 hari. Berikut adalah proses produksi ayam
broiler di lokasi penelitian :
a. Persiapan kandang
Persiapan kandang merupakan kegiatan paling awal dari usaha
budidaya ayam broiler dalam setiap periode produksi. Persiapan untuk
kandang baru lebih mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan
kandang yang telah dipakai pada periode produksi sebelumnya.
Persiapan kandang yang dilakukan di peternakan ayam broiler ini
dimulai dengan membuang segala kotoran dari kandang, mengeluarkan
seluruh peralatan, menyapu bersih semua bagian kandang, lalu
menyemprot seluruh bagian kandang dengan mesin penyemprot
bertekanan tinggi sehingga tidak ada kotoran yang tertinggal,
dilanjutkan dengan menyikat lantai menggunakan cairan detergen.
33
Hal ini dilakukan untuk membersihkan kandang dari kuman
penyakit. Terlebih lagi untuk kandang yang telah digunakan dalam
periode sebelumnya. Seluruh peralatan kandang dicuci dengan
desinfektan kemudian dikeringkan. Kandang yang telah bersih,
kemudian disemprot dengan formalin dan setelah kering seluruh
permukaan kandang ditaburi kapur. Kegiatan selanjutnya adalah
memasang lingkar pembatas, alat pemanas, menaburkan sekam setebal
lima centimeter. Penyemprotan desinfektan dilakukan sekali lagi,
kemudian meletakkan alas koran di atas sekam dan memasang peralatan
kembali. Kandang diistirahatkan selama tujuh sampai sepuluh hari.
b. Proses pemeliharaan
Proses pemeliharaan ayam dimulai sejak DOC yang baru berumur
satu hari diantarkan ke lokasi peternakan. DOC yang digunakan oleh
peternakan ini yaitu strain Hobb. Menurut peternak, setelah sepuluh
hari kandang diistirahatkan, DOC didatangkan. Hal pertama yang
dilakukan oleh pihak peternakan ketika DOC datang adalah dengan
memberikan air minum yang dicampur dengan air gula, kemudian jenis
pakan yang diberikan yaitu 510 (Boster). Hal ini dilakukan selama satu
minggu untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam agar terhindar dari
penyakit, selain itu juga sebagai upaya untuk mengurangi tingkat stres
DOC ketika dalam perjalanan menuju peternakan. Pemeliharaan DOC
pada minggu pertama atau biasa disebut dengan periode pemanasan
adalah periode paling penting dalam siklus kehidupan ayam, karena
DOC mengalami proses adaptasi dengan lingkungan baru.
Periode ini juga merupakan masa pembentukan kekebalan tubuh
dan masa awal pertumbuhan semua organ tubuh. Pemanas dipasang
baik siang dan malam, tirai penutup tidak dibuka untuk mencapai suhu
yang diinginkan. Pada umur empat sampai enam hari dilakukan
vaksinasi ND, kemudian terpal sebagai lapisan di atas sekam diangkat
dengan maksud untuk mengganti sekam. Sekam diganti secara rutin
jika dirasa bau amoniak menyengat dan mulai basah serta luas brooder
disesuaikan dengan pertambahan berat badan dan kepadatan. Sekam
sudah mulai diangkat sedikit demi sedikit agar ayam tidak stres dan bau
amoniak dapat berkurang. Sekam sudah mulai diangkat sedikit demi
sedikit agar ayam tidak stres dan bau amoniak dapat berkurang. Pada
minggu kedua tirai dibuka sepertiga bagian bawahnya, pemanas hanya
digunakan pada malam hari saja atau pada saat udara dingin, dan
dilakukan vaksin Gumboro pada umur 13-14 hari.
Pemberian pakan mulai diberikan langusng pada tempat pakan,
jenis pakan yang digunakan pada minggu kedua adalah 511 L (propan).
Pada minggu ini dilakukan penimbangan berat badan ayam dengan
mengambil beberapa sampel ayam broiler. Pemeliharaan minggu
ketiga, pada saat cuaca panas di siang hari bagian bawah tirai dibuka
2/3 bagian, pemberiaan pakan yang digunakan pada minggu ketiga dan
seterusnya adalah 512 L (pelet), pakan diletakkan pada tempat pakan
yang digantung setinggi jangkauan ayam untuk memudahkan ayam
makan. Setelah itu dilakukan penyemprotan desinfektan dan antiseptik.
Penggunaan pemanas sudah dapat diberhentikan pada saat minggu
34
keempat dan minggu kelima, begitupun tirai sudah dapat dibuka
seluruhnya, dan hanya digunakan apabila suhu udara dingin atau pada
saat hujan. Menjelang panen, penimbangan berat badan dilakukan
setiap minggunya demi mengetahui perkembangan pertumbuhan pada
ayam. Kegiatan umum yang dilakukan setiap hari mulai dari minggu
pertama hingga minggu kelima adalah mengamati tingkat laku ayam,
tinja, keseragaman pertumbuhan, mendengar suara ayam, memisahkan
ayam yang kerdil dan yang sakit, membuang ayam jauh dari kandang
dan menghitung mortalitas dan penggunaan pakan.
c. Proses pemanenan
Proses pemanenan merupakan proses akhir dari pemeliharaan ayam
untuk sampai kepada pelanggan atau konsumen yaitu pedagang ayam
dan pemilik rumah makan. Proses pemanenan harus dilakukan dengan
hati-hati dan dengan tenaga kerja yang ahli di bagiannya, Hal yang
harus dilakukan pada saat akan panen adalah mempersiapkan peralatan
(timbangan dan sekat bambu) dan tenaga kerja panen. Biasanya
konsumen atau pelanggan peternakan ini datang sendiri ke peternakan.
Peralatan yang dibutuhkan pada saat pemanenan sudah disediakan dan
pada saaat penimbangan dilakukan sedikit demi sedikit dengan
menggunakan sekat bambu sebagai pembatas sesuai dengan jumlah
tenaga kerja pada saat panen dan jenis kendaraan.
Waktu pemanenan sudah direncanakan sebelumnya pada saat awal
pemeliharaan, karena biasanya pada waktu ayam berumur 26 hari
sampel ayam yang sudah ditimbang dengan rata-rata 1.2 kilogram per
ekor adalah sebagai patokan peternak sesuai dengan permintaan
konsumen. Waktu panen yang sudah direncanakan dapat berubah
karena situasi dan kondisi saat sebelum pemanenan dimulai, seperti
karena pengaruh cuaca yang dapat membuat ayam rentan terkena
penyakit dan akhirnya ayam memiliki bobot yang tidak sesuai dengan
permintaan konsumen. Harga hasil produksi ayam broiler bagi peternak
ditentukan oleh harga yang berlaku dipasaran.
Berdasarkan analisis aspek teknis dan produksi, lahan dan kandang
produksi yang memenuhi kriteria, pengadaan bibit dan pakan yang tepat
waktu dan berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang
disiplin dan teratur, pengadaan bahan-bahan penunjang tanpa
mengesampingkan kegunaannya tetap mengutamakan bahan yang
terbaik dan tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang cekatan dan
berpengalaman dalam bidangnya, jujur dan pekerja keras, dan proses
produksi yang sistematis dapat disimpulkan usaha peternakan ayam
broiler ini layak untuk dijalankan. Adapun proses produksi pada
peternakan ayam broiler dapat dilihat pada Gambar 5.
35
Gambar 5 Proses produksi pada peternakan ayam broiler
Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen berkaitan dengan manajemen dan tata kelola usaha
peternakan ayam broiler. Usaha peternakan ayam broiler ini merupakan usaha
milik perorangan berdasarkan kepemilikan modalnya, namun dalam menjalankan
seluruh kegiatan operasional peternakan, pemilik peternakan dibantu oleh dua
orang tenaga kerja. Kekuasaan dan wewenang dalam mengambil keputusan serta
pengarahan mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh tenaga kerja
menyangkut seluruh kegiatan di peternakan, dikoordinir langsung oleh pemilik
peternakan. Meskipun masih sederhana, struktur organisasi di peternakan ayam
broiler ini sudah mampu memisahkan jenis pekerjaan dan pembagian tugas
dengan cukup jelas.
Pemilik hanya bertindak sebagai pengawas dan pengambil keputusan,
datang seminggu sekali atau dua kali untuk mengecek kondisi dan jalannya usaha
peternakan. Selain sebagai pemilik modal, pemilik juga melakukan komunikasi
dengan pihak Konsumen. Beliau menyerahkan pelaksanaan pekerjaan lapangan
kepada kedua tenaga kerjanya tersebut yang tinggal di mess, dan sudah
mendapatkan tugas untuk menjaga kandang. Penanggung jawab lapangan dalam
hal ini kedua tenaga kerja tersebut bertugas mengontrol manajemen pemeliharaan
yang terjadi di peternakan ayam broiler, memastikan seluruh proses produksi
berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan yang ditetapkan oleh pemilik peternakan
itu sendiri. Penanggung jawab lapangan yaitu kedua tenaga kerja tersebut harus
segera melapor ke pemilik apabila terjadi permasalahan pada kandang jika terjadi
permasalahan seperti kondisi ayam yang terkena penyakit dan menyebabkan
kematian. Angka mortalitas di atas yang ditetapkan (3 persen). Pemilik peternakan
biasanya akan mendatangkan petugas penyuluh lapangan dokter hewan (PPL)
untuk mengecek atau mengontrol keadaan ayam di peterakan. Selain itu, kedua
tenaga kerja juga diwajibkan mencatat seluruh kegiatan produksi dan pada saat
panen. Dilihat dari aspek manajemen dan organisasi, usaha peternakan ayam
broiler ini layak untuk dijalankan, karena memiliki pembagian tugas yang jelas
kepada penanggung jawab lapang yaitu kedua tenaga kerja tersebut, terperinci dan
tertulis, sehingga organisasi dan manajemen usaha berjalan dengan baik.
Persiapan kandang (7- 10 hari)
- Pembersihan kandang
- Penyemprotan kandang
- Pemasangan peralatan
(lingkar pembatas, alat
pemanas, penaburan
sekam)
Proses Pemeliharaan (13-14 hari)
- Pemberian pakan dan
minum
- Pemberian vaksinasi
- Pemantauan secara rutin
- Penimbangan berat ayam Proses pemanenan (pada umur 26 hari)
- Melakukan penyortiran
ayam sesuai berat badan
- Menghubungi pihak
konsumen
36
Peternakan ayam broiler ini adalah peternakan mandiri atau non kemitraan
dan sudah berbentuk perusahaan perorangan. Pada kegiatan usaha ini, pemilik
peternakan tidak melakukan kerjasama dengan pihak manapun sehingga tidak
terdapat ketentuan-ketentuan yang disepakati dengan pihak lain. Mengenai
perizinan peternakan sendiri, peternakan ayam broiler ini telah mendapatkan izin
dari RT/RW setempat dan penduduk sekitar, dimana izin yang diperoleh dari
penduduk sekitar yaitu berupa tanda tangan dari 70 KK yang ada di sekitar
peternakan tersebut, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadi konflik akibat
limbah usaha. Selain itu, dari aspek hukum, usaha peternakan ayam broiler ini
telah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Keterangan Domisili
Usaha (SKDU), dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), sehingga berdasarkan hal
tersebut dari sisi aspek hukum usaha ini layak untuk dijalankan.
Gambar 6 Surat perijinan usaha peternakan ayam broiler
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Usaha peternakan ayam broiler pasti memiliki dampak bagi lingkungan
sekitar baik secara ekonomi maupun sosial. Peternakan ayam broiler ini terletak di
Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor berdiri di atas lahan
seluas 1 000 meter² yang merupakan lahan milik sendiri kemudian dijadikan
usaha peternakan ayam broiler. Peternakan ayam broiler ini memiliki dua tenaga
kerja yang berasal dari penduduk sekitar yang membuktikan bahwa peternakan
ayam broiler ini memiliki dampak secara ekonomi pada daerah sekitar dalam hal
pengurangan jumlah pengangguran walaupun hanya dua orang ditambah lagi jika
pengembangan usaha ini dilakukan maka akan menambah kesempatan kerja untuk
masyarakat sekitar. Selain itu, pemilik juga berkontribusi terhadap masyarakat
sekitar dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat sekitar yang dikelola
oleh pihak RT/RW maupun pengelola masjid dan memberikan ayam broiler yang
telah dipanen kepada penduduk sekitar ketika panen sebanyak satu ekor per KK
pada setiap periode produksinya.
Aspek Lingkungan
Dampak dari peternakan ayam broiler ini adalah limbah kotoran ayam dan
sekam padi. Pada peternakan ayam broiler ini, limbah-limbah kotoran ayam dan
sekam padi tersebut dijual ke petani-petani yang memiliki sawah dan kebun di
daerah sekitar. Biasanya pembeli langsung mengambil sendiri ke peternakan
untuk membeli kotoran ayam tersebut. Dari hasil penjualan kotoran ayam tersebut
maka pemilik peternakan dapat menambah penghasilan selain dari hasil penjualan
produksi ayamnya itu sendiri. Peternakan ayam ini berdiri di radius 1.5 Km dari
37
rumah penduduk, sehingga peternakan ini tidak menimbulkan polusi udara yang
membuat perumahan warga di sekitar mencium bau tidak sedap karena limbah
udara yang dihasilkan dari peternakan dan kotoran ayam tersebut. Selain itu,
pemilik sudah mendapatkan izin dari seluruh warga yang rumahnya dekat maupun
jauh dengan peternakan dan memberikan bantuan kepada warga sekitar melalui
RT/RW sehingga warga tidak protes. Selain itu peternakan ini juga dapat
dijadikan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian bagi pihak-pihak yang ingin
mengetahui lebih dalam mengenai usaha peternakan ayam broiler. Hasil dari
analisis aspek ekonomi dan sosial dapat dikatakan bahwa usaha peternakan ayam
broiler yang dilakukan oleh peternakan ini tidak merugikan lingkungan sekitar,
sehingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
Analisis Aspek Finansial
Peternakan ini merupakan usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang
menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha
peternakan ayam broiler ini adalah skala usaha peternakan rakyat dengan jumlah
ayam yang dipelihara sebanyak 10 000 ekor per periode. Pada penelitian ini
analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui kelayakan investasi usaha
peternakan yang telah dilakukan. Berikut komponen arus kas (cashflow) yang ada
dalam usaha peternakan ayam broiler di lokasi penelitian:
Arus Penerimaan (Inflow)
Arus penerimaan (Inflow) pada usaha peternakan ayam broiler ini terdiri
dari tiga sumber yaitu penerimaan dari penjualan ayam broiler hidup, penjualan
kotoran ayam, dan nilai sisa. Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat
meningkatkan pendapatan sebuah usaha.
1. Penerimaan Penjualan
Penerimaan penjualan yang diperoleh peternakan berasal dari penjualan
ayam broiler, penjualan kotoran ayam, dan perolehan insentif FCR. Penjualan
ayam dihitung dari 10 000 DOC yang dipelihara dikurangi dengan angka
mortalitas tiga persen, dikalikan dengan harga pada bulan Desember 2015
yaitu Rp20 500 per ekor. Kapasitas pemeliharaan ayam broiler per periodenya
adalah 10 000 ekor. Pada setiap pembelian DOC sebanyak 10 000 ekor,
pemilik peternakan memperoleh DOC sebanyak 10 200 ekor. Hal ini
disebabkan karena setiap pembelian 1 box DOC terdiri dari 102 DOC sehingga
dengan pembelian DOC sebanyak 100 box maka DOC yang diperoleh
sebanyak 10 200 DOC.
Selain itu, peternakan ayam broiler ini juga menggunakan batas angka
mortalitas dengan riwayat kematian ayam di peternakan ini maka angka
mortalitas setiap periode adalah 3 persen, sehingga ayam broiler yang
dihasilkan adalah 9 894 ekor, dengan harga Rp20 500 per ekor yang diambil
dari harga ayam broiler di pasaran pada Bulan Desember 2015. Pemanenan
dilakukan saat ayam berumur 26 hari, bobot rata-rata mencapai 1.2 kilogram
per ekornya. Dalam satu tahun terjadi delapan kali masa panen. Pembeli
langsung datang ke kandang untuk membeli ayam broiler dari peternakan ini
38
dan dibantu oleh penanggung jawab lapang. Adapun penerimaan penjualan
ayam broiler hidup di peternakan ayam broiler ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Penerimaan penjualan ayam broiler hidup Tahun Panen
per
periode
(ekor)
Bobot
panen
(kg/ekor)
Harga
(Rp/
ekor)
Jumlah
periode
produksi
Penerimaan per
periode
(Rp)
Penerimaan per
tahun
(Rp)
1 9 894 1.2 20 500 7 202 827 000 1 419 789 000
2 9 894 1.2 20 500 8 202 827 000 1 622 616 000
3 9 894 1.2 20 500 8 202 827 000 1 622 616 000 4 9 894 1.2 20 500 8 202 827 000 1 622 616 000 5 9 894 1.2 20 500 8 202 827 000 1 622 616 000
Total penerimaan ayam broiler hidup 7 910 253 000
Berdasarkan perhitungan penerimaan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa
penerimaan yang berasal dari penjualan ayam hidup selama lima tahun pada
tahun adalah sebesar Rp7 910 253 000. Hasil tersebut didapat dari perkalian
antara jumlah ayam broiler yang dipanen per periode setelah dikurangi angka
mortalitas 3 persen yaitu 9 894 ekor dengan bobot panen sebesar 1.2 kilogram
per ekor dengan harga jual tetap Rp20 500 per ekor dengan jumlah periode
yang dilakukan dalam satu tahun yaitu delapan periode namun untuk tahun
pertama sebanyak tujuh periode karena satu periode digunakan untuk persiapan
kegiatan usaha.
2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam
Penerimaan peternakan ayam broiler ini juga bersumber dari hasil
penjualan kotoran ayam yang dijual dengan harga Rp4 000 per karung atau per
50 kilogram. Setiap periode rata-rata menghasilkan 120 karung kotoran ayam.
Pembeli datang dan mengambil sendiri kotoran ayam yang akan dibelinya.
Penerimaan peternakan yang berasal dari penjualan kotoran ayam dapat dilihat
pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Penerimaan penjualan kotoran ayam Tahun Kotoran per
periode
(Karung)
Harga
(Rp/karung)
Jumlah
periode
Penerimaan
per periode
(Rp)
Penerimaan
per tahun
(Rp)
1 120 4 000 7 480 000 3 360 000
2 120 4 000 8 480 000 3 840 000
3 120 4 000 8 480 000 3 840 000
4 120 4 000 8 480 000 3 840 000
5 120 4 000 8 480 000 3 840 000
Total penerimaan penjualan kotoran ayam 18 720 000
3. Nilai sisa
Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama umur
usaha. Nilai sisa dihitung di akhir proyek dan dimasukkan ke dalam komponen
inflow. Nilai sisa ini digolongkan menjadi salah satu komponen penerimaan
usaha yang diperoleh dari sisa biaya modal investasi yang tidak terpakai
setelah umur ekonomis habis pada saat akhir umur usaha. Penentuan umur
39
ekonomis alat investasi berdasarkan pengalaman pemilik peternakan dalam
pemakaian alat investasi tersebut. Perkiraan nilai sisa didasarkan pada harga
jual pada tingkat penjual barang bekas (tukang loak). Perhitungan nilai sisa ini
dilakukan dengan metode garis lurus dimana penentuan nilainya berdasarkan
nilai beli barang investasi dibagi dengan umur ekonomisnya kemudian
dikalikan tahun sisanya. Total nilai sisa pada usaha peternakan ayam broiler ini
adalah sebesar Rp313 470 000 yang perhitungannya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Arus Biaya (Outflow)
Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan usaha. Outflow usaha peternakan
ayam broiler dibagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional.
Outflow menunjukkan pengeluaran biaya-biaya yang mengakibatkan pengurangan
kas pada aliran cashflow. Pengurangan ini diakibatkan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha seperti kegiatan investasi dan
kegiatan operasional usaha. Biaya investai dikeluarkan pada saat awal pendirian
usaha dan kemudian dilakukan re-investasi jika umur ekonomis telah habis
sementara usaha masih terus berjalan. Sedangkan biaya operasional usaha adalah
biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel.
1. Biaya Investasi
Tabel 9 Biaya investasi pada peternakan ayam broiler No Alat investasi Satuan Jumlah Harga Satuan Nilai total
1 Lahan meter2 1000 300 000 300 000 000
2 Kandang Unit 1 80 000 000 80 000 000
3 Mess tenaga kerja Unit 1 57 000 000 57 000 000
4 Instalasi air Unit 1 300 000 300 000
5 Drum air Unit 10 100 000 1 000 000
6 Tempat pakan Unit 120 27 000 3 240 000
7 Tempat minum Unit 120 25 000 3 000 000
8 Sapu lidi Unit 2 10 000 20 000
9 Mesin diesel Unit 1 1 500 000 1 500 000
10 Pompa air Unit 1 450 000 450 000
11 Terpal plastik Meter 1030 11 500 11 845 000
12 Sumur Unit 1 2 000 000 2 000 000
13 Instalasi listrik Unit 1 500 000 500 000
14 Ember plastik Unit 2 50 000 100 000
15 Timbangan Unit 2 600 000 1 200 000
16 Sekop Unit 2 60 000 120 000
17 Blower Unit 4 2 000 000 8 000 000
18 Lampu Unit 20 23 000 460 000
19 Alat pembatas/seng Meter 40 7 000 280 000
20 Cangkul Unit 2 60 000 120 000
21 Alat seprot/steam Unit 1 3 700 000 3 700 000
22 Motor Unit 1 16 000 000 16 000 000
23 Handphone Unit 1 1 500 000 1 500 000
Total 492 335 000
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan barang
modal ketika memulai suatu usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan pada
usaha peternakan ayam broiler meliputi biaya pembangunan kandang, mess
40
tenaga kerja, gudang, instalasi air, drum air, tempat pakan, tempat minum, sapu
lidi, mesin diesel, pompa air, terpal plastik, sumur, instalasi listrik, ember
plastik, timbangan,sekop, blower, lampu, alat pembatas/seng, cangkul, alat
semprot/steam, motor, dan handphone.
Total biaya investasi yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha
peternakan ayam broiler yaitu Rp492 335 000 dimana keseluruhan biaya
investasi dikeluarkan dari modal sendiri tanpa bantuan pinjaman dari pihak
bank atau lembaga keuangan lain. Reinvestasi juga dilakukan untuk mengganti
peralatan atau komponen invesatasi yang umur ekonomisnya sudah habis
dalam paruh perjalanan usaha dimana umur usaha pada analisis cashflow
belum berakhir. Kegiatan reinvestasi pada usaha peternakan ayam broiler ini
terjadi pada tahun keempat, keenam, ketujuh, kesepuluh, dan untuk barang-
barang tertentu reinvestasi setiap tahun. Biaya investasi pada peternakan ayam
broiler dapat dilihat pada Tabel 9.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan.
Biaya operasional usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua jenis
yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak dipengaruhi
langsung oleh jumlah produksi. Ada atau tidaknya produksi, biaya tetap
akan terus dikeluarkan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha peternakan
ayam broiler ini terdiri dari gaji tenaga kerja, biaya listrik, tunjangan hari
raya, pajak motor, PBB, biaya pulsa, biaya pemeliharaan kandang, dan
biaya penyusutan. Rincian untuk biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha
peternakan ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Biaya tetap usaha peternakan ayam broiler
No Jenis Biaya
Tetap Satuan Jumlah
Nilai per
Periode
Produksi
(Rp)
Nilai Total
per Periode
Produksi
(Rp)
Nilai Total
per Tahun
(Rp)
1 Gaji tenaga
kerja orang 2 4 850 000 9 700 000 77 600 000
2 Biaya listrik bulan 1 850 000 850 000 10 200 000
3 Biaya Sosial periode 1 1 000 000 1 000 000 8 000 000
4 Tunjangan hari
raya orang 2 1 000 000 2 000 000 2 000 000
5 Pajak :
a. Motor
200 000
b. PBB
210 000
6 Biaya pulsa bulan 1 200 000 200 000 1 600 000
7
Biaya
pemeliharan
kandang
unit 1 250 000 250 000 2 000 000
8 Biaya
penyusutan 37 055 000
Total Biaya Tetap
138 865 000
41
i. Gaji tenaga kerja
Biaya tetap terbesar pada usaha peternakan ayam broiler ini adalah untuk
gaji tenaga kerja. Gaji tenaga kerja di pertenakan ayam broiler ini di
tentukan berdasarkan jumlah ayam broiler yang hidup pada saat di panen
dengan gaji untuk tenaga kerja yaitu Rp490 per ekor, sehingga untuk setiap
tenaga kerja pada setiap periodenya dengan jumlah 10 000 ekor dengan
mortalitas 3 persen menjadi 9 894 ekor yaitu sebesar Rp4 850 000. Tenaga
kerja pada peternakan ayam broiler ini terdiri dari 2 orang, sehingga biaya
tetap tenaga kerja yang harus dikeluarkan per periodenya adalah Rp4 850
000 dikali 2 yaitu sebesar Rp9 700 000. Dalam setahun terjadi delapan kali
periode, maka biaya gaji karyawan dalam setahun Rp77 600 000.
ii.Biaya listrik
Biaya listrik yang dikeluarkan per periode kurang lebih Rp850 000 per
bulan sehingga dalam satu tahun biaya listrik yang dikeluarkan adalah
sebesar Rp10 200 000.
iii.Biaya sosial
Biaya sosial ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternakan ayam
broiler ini sebagai kontribusi untuk masyarakat sekitar kandang. Setiap
periode produksi, pemilik mengeluarkan Rp1 000 000 untuk kegiatan
masyarakat sekitar peternakan.
iv.Tunjangan hari raya
Biaya tunjangan hari raya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja di
peternakan ayam broiler ini kurang lebih Rp2 000 000 per tahun untuk 2
orang tenaga kerja.
v.Pajak
Biaya pajak yang dikeluarkan per tahun adalah sebesar Rp410 000 untuk
pajak motor dan pajak bumi dan bangunan (PBB).
vi. Biaya pulsa
Biaya pulsa yang dikeluarkan sebagai sarana komunikasi pada peternakan
ayam broiler ini per periode produksi adalah sebesar Rp200 000, maka
dalam setahun pemilik peternakan ayam broiler ini mengeluarkan biaya
pulsa sebesar Rp1 600 000.
vii. Biaya pemeliharaan kandang
Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kandang per periode sebesar
Rp250 000, maka biaya yang dikeluarkan dalam setahun adalah sebesar Rp2
000 000.
viii. Biaya penyusutan
Biaya penyusutan yang dikeluarkan per tahun adalah sebesar Rp37 055 000,
maka total biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pemilik peternakan
ayam broiler ini sebesar Rp138 865 000.
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah
produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam
broiler ini terdiri dari biaya DOC, pakan, obat-obatan, sekam, kayu bakar
dan BBM. Rincian harga dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 11.
42
Tabel 11 Biaya variabel usaha peternakan ayam broiler
No Jenis Biaya
Variabel Satuan Jumlah
Nilai Satuan
(Rp)
Nilai Total Per
Tahun (Rp)
1 Pembelian DOC ekor 10 000 3 000 240 000 000
2 Pembelian pakan
Pakan 510 (boster) kg 5 500 6 000 264 000 000
Pakan 511 L kg 7 000 6 000 336 000 000
Pakan 512 L kg 8 500 6 000 408 000 000
Total biaya pakan kg 21 000 6 000 1 008 000 000
3 Pembelian obat-
obatan ekor 10 000 300 24 000 000
4 Pembelian sekam karung 200 5 000 8 000 000
5 Pembelian kayu
bakar unit 3 350 000 8 400 000
6 BBM liter 20 7 400 1 184 000
Total Biaya Variabel 1 289 584 000
i. Day Old Chick (DOC)
Harga DOC diasumsikan sama pada setiap tahunnya yaitu sebesar Rp3 000
per ekor, yang merupakan harga rata-rata DOC yang sering digunakan
oleh peternakan.
ii. Pakan
Harga pakan diasumsikan sama yaitu sebesar Rp6 000 per kg, untuk
menghasilkan 1.2 kg ayam maka dibutuhkan 2.1 kg pakan per periode,
maka biaya pakan untuk satu ekor DOC yaitu 2.1 kg per ekor dikalikan
harga pakan Rp6 000 yaitu sebesar Rp12 600.
iii. Obat-obatan
Harga obat-obatan diasumsikan sama tiap periodenya untuk jumlah DOC
sebanyak 10 000 ekor. Setiap DOC menghabiskan biaya sebesar Rp300,
maka biaya obat-obatan yang dikeluarkan peternakan ini per tahun yaitu
sebesar Rp24 000 000.
iv.Biaya sekam
Kebutuhan sekam untuk satu kali produksi sebanyak 200 karung. Biaya
yang dikeluarkan untuk pembelian sekam adalah Rp5 000 per karung,
sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk sekam per tahun adalah
sebesar Rp8 000 000.
v. Biaya kayu bakar
Pemanas kandang yang digunakan pada peternakan ayam broiler ini adalah
kayu bakar yang dimasukkan ke drum. Kebutuhan biaya untuk pemanas
kandang ini adalah Rp350 000 per periode, sehingga dalam satu tahun
biaya yang dikeluarkan untuk pemanas kandang yaitu Rp8 400 000.
vi.Biaya BBM
Kebutuhan BBM untuk satu kali produksi sebanyak 20 liter. Hal ini
digunakan untuk kendaraan yaitu motor dan mesin diesel. Biaya yang
dikeluarkan untuk pembelian BBM adalah Rp7 400 per liter, sehingga
total biaya yang dikeluarkan untuk sekam per tahun adalah sebesar Rp1
184 000.
43
Dalam perhitungan cash flow peternakan ayam broiler ini diasumsikan
bahwa nilai dari biaya variabel adalah sama cateris paribus sehingga nilainya
akan sama. Besarnya nilai biaya variabel mempengaruhi produk secara langsung
dan pada usaha peternakan ayam broiler ini biaya variabel yang paling tinggi
adalah biaya pembelian DOC dan pakan.
Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan usaha pada periode waktu tertentu, komponen yang terdapat di
analisis laba rugi adalah penerimaan, biaya operasional, penyusutan, dan pajak
penghasilan. Laba bersih diperoleh dari penerimaan total yang dikurangi oleh
biaya variabel dan operasional. Terdapat juga komponen yang mengurangi
penerimaan yaitu penyusutan dan pajak penghasilan. Penyusutan adalah biaya atas
barang investasi yang disusutkan setiap tahunya dengan mengetahui nilai sisa
barang investasi tersebut, perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan metode
garis lurus yaitu nilai beli dikurangi nilai sisa lalu dibagi umur ekonomis barang
tersebut. Nilai sisa adalah komponen penerimaan yang dihitung pada akhir
periode. Selain itu, nilai sisa merupakan nilai suatu barang yang telah habis masa
ekonomisnya tetapi masih memiliki nilai ekonomi jika dijual. Pada usaha
peternakan perusahaan ayam broiler ini besarnya penyusutan dari tahun pertama
sampai tahun ke lima adalah sebesar Rp37 055 000.
Hasil perhitungan analisis laba rugi digunakan untuk perhitungan cashflow
yaitu komponen pajak penghasilan yang diperoleh di laporan laba rugi. Pajak
penghasilan akan mengurangi penerimaan, besarnya pajak sudah diatur pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif umum
PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 1 persen
per tahun dari hasil penerimaan yang berjumlah lebih kecil dari 4.8 Milyar dan 25
persen dari hasil penerimaan yang berjumlah lebih besar dari 4.8 Milyar.
Ketentuan ini diasumsikan tetap hingga akhir umur bisnis. Berdasarkan laporan
laba rugi pada usaha peternakan ayam broiler ini pada tahun pertama usaha
peternakan ini sudah memperoleh keuntungan sebesar Rp153 551 000, sedangkan
pada tahun berikutnya peternakan memperoleh keuntungan sebesar Rp181 742
440. Rincian analisis laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi
Analisis kriteria kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan
usaha peternakan ayam broiler ini dilihat dari aspek finansial. Modal usaha
peternakan ini seluruhnya adalah modal sendiri, sehingga penentuan DF
berdasarkan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai
bank utama didalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 6.5 persen.
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam analisis ini adalah Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
dan Payback Period (PP).
1. Net Present Value (NPV)
Nilai NPV didapatkan dari proyeksi cashflow, nilai ini menjadi kriteria
kelayakan investasi karena merupakan gambaran bagaimana usaha ini dapat
menghasilkan keuntungan bagi pengusahanya. Pada peternakan ayam
broiler ini nilai NPV didapatkan sebesar Rp632 149 173 dalam lima tahun,
44
6.5 %
IRR
71.68 % DR
Rp4 671 012 904
artinya dalam setiap tahun nya manfaat yang diperoleh pada usaha
peternakan ayam broiler ini yaitu Rp126 429 835 atau Rp15 803 729 setiap
periode, sehingga usaha peternakan ini layak untuk dijalankan karena usaha
peternakan memiliki nilai NPV lebih dari nol.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR mengambarkan kemampuan peternakan ini dalam melakukan
pengembalian atas modal yang telah dikeluarkan. Maka ketika IRR sama
dengan nilai DR yaitu 6.5 persen maka usaha peternakan ini tidak
menghasilkan keuntungan bersih, karena NPV yang dihasilkan bernilai nol.
Pada usaha peternakan ini didapatkan nilai IRR sebesar 71.68 persen,
sehingga usaha ini layak dijalankan karena nilai IRR lebih besar dari DR,
hubungan IRR dengan NPV dapat dilihat pada Gambar 9.
NPV
Gambar 7 Hubungan NPV dan IRR di lokasi penelitian
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Kriteria kelayakan investasi Net B/C adalah kriteria kelayakan yang
mengambarkan seberapa besar manfaat atau benefit yang diterima dari
investasi yang dikeluarkan atau cost. Usaha dikatakan layak jika nilai Net
B/C>1. pada usaha peternakan ayam broiler ini nilai Net B/C adalah 3.23
yang berarti setiap Rp1 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan
manfaat bersih Rp3.23, sehingga usaha peternakan ayam broiler ini layak
untuk dijalankan karena nilai Net B/C >1.
4. Payback Periode (PP)
Payback Period adalah salah satu kriteria kelayakan investasi yang
menunjukan seberapa lama modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali
atau secara umum Payback Period melihat seberapa cepat waktu
pengembalian modal investasi. Penentuan kelayakan usaha ini adalah jika
Payback Period kecil dari umur proyek maka usaha layak dijalankan. Pada
usaha peternakan ayam broiler ini nilai Payback Period yang diperoleh
sebesar 2.8 artinya modal investasi kembali dalam waktu sekitar dua tahun
delapan bulan, setelah usaha dijalankan. Usaha peternakan ini memiliki
umur usaha 5 tahun, sehingga usaha ini layak dijalankan karena Payback
Period lebih kecil dari umur usaha.
Rp632 149 173
45
Tabel 12. Hasil analisis kelayakan investasi peternakan ayam broiler
Kriteria Kelayakan Hasil Penilaian Keterangan
NPV Rp632 149 173 Layak
NET B/C 3.23 Layak
IRR 71.68 persen Layak
PP 2.8 Layak
Berdasarkan hasil dari kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, Net B/C,
IRR, dan payback period (PP) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12. Maka
dapat dikatakan bahwa usaha peternakan ayam broiler ini layak untuk dijalankan,
karena sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi yaitu NPV lebih besar dari
nol, IRR lebih besar dari discount rate, Net B/C lebih besar dari satu dan payback
period (PP) lebih kecil dari umur bisnis. Secara terperinci arus kas (cash flow)
dilihat pada Lampiran 3.
Analisis Switching Value
Analisis switching value digunakan untuk mengukur perubahan maksimum
dari perubahan suatu komponen inflow ataupun outflow yang masih dapat
ditoleransi agar usaha masih tetap layak untuk dijalankan. Perubahan ini
ditentukan dengan menguji secara coba-coba sampai berapa % perubahan yang
bisa terjadi dengan masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi seperti
NPV sama dengan nol, IRR sama dengan umur usaha, dan Net B/C sama dengan
satu.
Nilai peubah dalam analisis ini adalah perubahan terhadap kenaikan harga
DOC, kenaikan harga pakan, dan penurunan harga jual ayam broiler.
Pertimbangan penggunaan nilai pengganti (switching value) kenaikan harga pakan
dikarenakan pakan merupakan komponen biaya terbesar dari keseluruhan biaya
yang dikeluarkan peternakan dan begitu pula harga DOC. Selain itu, harga pakan
dari perusahaan yang fluktuasi ini membuat pihak peternakan perlu
memperhatikan komponen ini, dikarenakan input pakan merupakan komponen
utama dalam kegiatan operasional produksi ayam broiler, karena ayam broiler
sangat membutuhkan pakan untuk tumbuh dan berkembang biak. Penurunan
harga jual ayam dilakukan untuk melihat berapa penurunan harga jual ayam yang
dapat ditoleransi. Hasil analisis perhitungan switching value dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Hasil analisis perhitungan switching value
Kriteria Persentase (%)
Kenaikan Harga DOC 65.22
Kenaikan Harga Pakan 15.53
Penurunan Harga Jual 47.42
Berdasarkan analisis switching value terhadap kenaikan harga DOC,
kenaikan harga pakan, dan penurunan harga jual, maka dapat dilihat bahwa
batasan terhadap kenaikan harga DOC yaitu sebesar 65.22 persen, kenaikan harga
pakan 15.53 persen, serta penurunan harga jual ayam 47.42 persen. Hal ini
46
menunjukkan bahwa kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual ayam sangat
sensitif terhadap usaha peternakan ayam broiler, sedangkan kenaika harga DOC
tidak sensitif terhadap peternakan ayam broiler. Jika usaha menghadapi kondisi
perubahan melebihi batas tersebut maka usaha tidak layak untuk terus dijalankan
secara finansial.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan November sampai
Desember 2015 pada usaha peternakan ayam broiler di lokasi penelitian yaitu di
Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor Jawa Barat dapat
disimpulkan:
1. Analisis aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial budaya lingkungan usaha
peternakan ayam broiler ini layak untuk dijalankan.
2. Analisis aspek finansial dengan investasi kandang yang telah dilakukan
pada usaha peternakan ayam broiler ini telah memenuhi kriteria kelayakan
sehingga dikatakan layak untuk dilaksanakan.
3. Analisis switching value pada usaha peternakan broiler ini sangat sensitif
terhadap kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual, sedangkan pada
kenaikan harga DOC pada usaha peternakan ayam broiler yang dijalankan
tidak sensitif.
Saran
Hasil analisis sensitivitas peternakan ayam broiler ini cukup sensitif
terhadap kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual, sehingga untuk
mengantisipasi hal tersebut, pihak peternak dapat melakukan kerjasama dengan
perusahaan penyedia pakan agar memiliki harga tetap untuk penyediaan pakan
dan peternak harus dapat melihat kondisi pasar terhadap perubahan harga jual
ayam.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Populasi ayam broiler yang menjadi sentra
peternakan di Provinsi Jawa Barat: Jakarta.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Barat. 2013. Kontribusi
produk daging tahun 2012. Jawa Barat: Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Jawa Barat.
47
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Statistik peternakan.
Jakarta: Direktorat Jendral Peternakan.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Statistik peternakan.
Jakarta: Direktorat Jendral Peternakan.
Fakhruddin, RS. 2013. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan
Ayam Broiler Di Desa Cihideung Udik, Kabupaten Bogor [Skrpsi]. Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.
Gittinger, JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah
Slamet Utomo dan Komel Mangiri. Jakarta (ID): Universitas Indonesia-
Press.
Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Teori & Pembuatan Proposal
Kelayakan. Yustianti F, editor. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Kantor Kelurahan Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal. 2015. Data monografi
Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal Jawa Barat.
Karmidi JSM. 2012. Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pada
kemitraan inti plasma [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Komalasari L. 2008. Kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: Prehalindo.
Matjuri. 2012. Analisis kelayakan usaha ayam broiler berkualitas organik pada
perusahaan CV Tritunggal Sejahtera Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Departemen Agribisnis FEM-IPB.
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID):
PT Gramedia Pustaka Utama
Rasyaf M. 2008. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Saputra EE. 2011. Analisis kelayakan investasi peterakan ayam broiler pada
kodisi risiko (Studi kasus : Peternakan rakyat milik Bapak Marhaya
Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.
Siahaan H. 2009. Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokarasi. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Sianturi ECJ. 2011. Analisis kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer
Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta (ID): PT.
Gramedia Pustaka Utama.
48
Lampiran 1 Rincian biaya penyusutan investasi peternakan ayam broiler
Sumber : Peternakan Ayam Broiler, 2015
No Alat investasi Satuan Jumlah Harga persatuan Nilai total Umur
ekonomis
Tahun
sisa Nilai sisa
Penyusutan per
tahun
1 Lahan :
Lahan milik sendiri meter2 1000 300 000 300 000 000 - - 319 500 000 0
2 Kandang :
Kandang untuk kapasitas 10.000
ekor unit 1 80 000 000 80 000 000 10 0
0 8 000 000
3 Mess tenaga kerja unit 1 57 000 000 57 000 000 10 0 0 5 700 000
4 Instalasi Air unit 1 300 000 300 000 10 0 0 30 000
5 Drum air unit 10 100 000 1 000 000 5 0 0 200 000
6 Tempat pakan unit 120 27 000 3 240 000 3 2 2 160 000 360 000
7 Tempat minum unit 120 25 000 3 000 000 3 2 2 000 000 333 333
8 Sapu Lidi unit 2 10 000 20 000 1 0 0 20 000
9 Mesin diesel unit 1 1 500 000 1 500 000 5 0 0 300 000
10 Pompa air unit 1 450 000 450 000 5 0 0 90 000
11 Terpal Plastik meter 1030 11 500 11 845 000 3 2 7 896 667 1 316 111
12 Sumur unit 1 2 000 000 2 000 000 10 0 0 200 000
13 Instalasi listrik unit 1 500 000 500 000 10 0 0 50 000
14 Ember Plastik unit 2 50 000 100 000 3 2 66 667 11 111
15 Timbangan unit 2 600 000 1 200 000 5 0 0 240 000
16 Sekop unit 2 60 000 120 000 3 2 80 000 13 333
17 Blower unit 4 2 000 000 8 000 000 5 0 0 1 600 000
18 Lampu unit 20 23 000 460 000 1 0 0 460 000
19 Alat Pembatas/Seng meter 40 7 000 280 000 3 2 186 667 31 111
20 Cangkul unit 2 60 000 120 000 3 2 80 000 13 333
21 Alat Seprot/Steam unit 1 3 700 000 3 700 000 5 0 0 740 000
22 Motor unit 1 16 000 000 16 000 000 10 0 0 1 600 000
23 Handphone unit 1 1 500 000 1 500 000 3 2 1 000 000 166 667
Total 492 335 000 332 970 000 21 475 000
48
49
Lampiran 2 Proyeksi laba rugi peternakan ayam broiler
URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5
PENERIMAAN
1. Penjualan ayam 1.419.789.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000
2. Penjualan kotoran 3.360.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000
TOTAL PENERIMAAN 1.423.149.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.626.456.000
BIAYA OPERASIONAL
BIAYA VARIABEL
Pembelian DOC 210.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000
Pembelian pakan 882.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000
Pembelian obat-obatan 21.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Pembelian sekam 7.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000
Pembelian Kayu Bakar 7.350.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000
BBM 1.036.000 1.184.000 1.184.000 1.184.000 1.184.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 1.128.386.000 1.289.584.000 1.289.584.000 1.289.584.000 1.289.584.000
BIAYA TETAP
Gaji tenaga kerja :
Penanggung jawab lapang 67.900.000 77.600.000 77.600.000 77.600.000 77.600.000
Biaya listrik 9.350.000 10.200.000 10.200.000 10.200.000 10.200.000
Biaya Sosial 7.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000
Tunjangan hari raya 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Pajak :
a. Motor 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
b. PBB 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000
Biaya pulsa 1.400.000 1.600.000 1.600.000 1.600.000 1.600.000
Biaya pemeliharan kandang 1.750.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Biaya penyusutan 37.055.000 37.055.000 37.055.000 37.055.000 37.055.000
TOTAL BIAYA TETAP 126.865.000 138.865.000 138.865.000 138.865.000 138.865.000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.255.251.000 1.428.449.000 1.428.449.000 1.428.449.000 1.428.449.000
LABA KOTOR 167.898.000 198.007.000 198.007.000 198.007.000 198.007.000
BUNGA (0%) 0 0 0 0 0
LABA OPERASIONAL 167.898.000 198.007.000 198.007.000 198.007.000 198.007.000
PAJAK PENGHASILAN (1%) 14.231.490 16.264.560 16.264.560 16.264.560 16.264.560
LABA BERSIH 153.666.510 181.742.440 181.742.440 181.742.440 181.742.440
TOTAL
880.636.270
RATA-RATA
176.127.254
Sumber : Peterrnakan Ayam Broiler, 2015
49
50
Lampiran 3 Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) ayam broiler
URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5
INFLOW
1. Penjualan ayam 1.419.789.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000
2. Penjualan kotoran 3.360.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000
3. Nilai sisa 313.470.000
TOTAL INFLOW 1.423.149.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.939.926.000
OUTFLOW
BIAYA INVESTASI
Lahan :
Lahan milik sendiri 300.000.000
Kandang : Kandang untuk
kapasitas 10.000 ekor 80.000.000
Mess tenaga kerja 57.000.000
Instalasi Air 300.000
Drum air 1.000.000
Tempat pakan 3.240.000 3.240.000
Tempat minum 3.000.000 3.000.000
Sapu Lidi 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
Mesin diesel 1.500.000
Pompa air 450.000
Terpal Plastik 11.845.000 11.845.000
Sumur 2.000.000
Instalasi listrik 500.000
Ember Plastik 100.000 100.000
Timbangan 1.200.000
Sekop 120.000 120.000
Blower 8.000.000
Lampu 460.000 460.000 460.000 460.000 460.000
Alat Pembatas/Seng 280.000 280.000
Cangkul 120.000 120.000
Alat Seprot/Steam 3.700.000
Motor 16.000.000
Handphone 1.500.000 1.500.000
TOTAL INVESTASI 492.335.000 480.000 480.000 20.685.000 480.000
BIAYA OPERASIONAL
BIAYA VARIABEL
Pembelian DOC 210.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000
Pembelian pakan 882.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000
Pembelian obat-obatan 21.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Pembelian sekam 7.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000
50
51
Pembelian Kayu Bakar 7.350.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000
BBM 1.036.000 1.184.000 1.184.000 1.184.000 1.184.000
TOTAL BIAYA
VARIABEL 1.128.386.000 1.289.584.000 1.289.584.000 1.289.584.000 1.289.584.000
BIAYA TETAP
Gaji tenaga kerja : Penanggung jawab
lapang 67.900.000 77.600.000 77.600.000 77.600.000 77.600.000
Biaya listrik 9.350.000 10.200.000 10.200.000 10.200.000 10.200.000
Biaya Sosial 7.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000
Tunjangan hari raya 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Pajak :
a. Motor 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
b. PBB 210.000 210.000 210.000 210.000 210.000
Biaya pulsa 1.400.000 1.600.000 1.600.000 1.600.000 1.600.000
Biaya pemeliharan kandang 1.750.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
TOTAL BIAYA
TETAP 89.810.000 101.810.000 101.810.000 101.810.000 101.810.000 Pajak penghasilan
(1%) 14.231.490 16.264.560 16.264.560 16.264.560 16.264.560
TOTAL OUTFLOW 1.724.762.490 1.408.138.560 1.408.138.560 1.428.343.560 1.408.138.560
NET BENEFIT (Infllow-outflow) (301.613.490) 218.317.440 218.317.440 198.112.440 531.787.440
Discount Factor 6,5%
0,939
0,882
0,828
0,777
0,730
PV per tahun
(283.205.155)
192.481.598
180.733.894
153.997.374
388.141.462
PV B
1.336.290.141
1.433.980.030
1.346.460.122
1.264.281.805
1.415.914.812
PV C
1.619.495.296
1.241.498.433
1.165.726.228
1.110.284.431
1.027.773.350
PV (+)
915.354.328
PV(-)
(283.205.155)
NPV Rp632.149.173
NET B/C 3,23
IRR 71,68%
RATA-RATA NET BENEFIT 172.984.254
TOTAL INVESTASI 492.335.000
PP 2,8
Sumber : Peterrnakan Ayam Broiler, 2015
52
Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) ayam broiler (lanjutan)
52
Lampiran 4 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga DOC
naik sebesar 65.22 persen
URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5
INFLOW
1. Penjualan ayam 1.419.789.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000
2. Penjualan kotoran 3.360.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000
3. Nilai sisa 313.470.000
TOTAL INFLOW 1.423.149.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.939.926.000
TOTAL
INVESTASI 492.335.000 480.000 480.000 20.685.000 480.000
BIAYA VARIABEL
Pembelian DOC 346.970.843 396.538.106 396.538.106 396.538.106 396.538.106
Pembelian pakan 882.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 Pembelian obat-
obatan 21.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Pembelian sekam 7.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000
Pembelian Kayu Bakar 7.350.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000
BBM 1.036.000 1.184.000 1.184.000 1.184.000 1.184.000
TOTAL BIAYA
VARIABEL 1.265.356.843 1.446.122.106 1.446.122.106 1.446.122.106 1.446.122.106 TOTAL BIAYA
TETAP 89.810.000 101.810.000 101.810.000 101.810.000 101.810.000
Pajak penghasilan (1%) 14.231.490 16.264.560 16.264.560 16.264.560 16.264.560
TOTAL OUTFLOW 1.861.733.333 1.564.676.666 1.564.676.666 1.584.881.666 1.564.676.666
NET BENEFIT
(Infllow-outflow) (438.584.333) 61.779.334 61.779.334 41.574.334 375.249.334 Discount Factor
6,5%
0,939
0,882
0,828
0,777
0,730
PV per tahun
(411.816.275)
54.468.323
51.143.965
32.316.690
273.887.298
PV B
1.336.290.141
1.433.980.030
1.346.460.122
1.264.281.805
1.415.914.812
PV C
1.748.106.416
1.379.511.707
1.295.316.157
1.231.965.116
1.142.027.514
PV (+)
411.816.275
PV(-)
(411.816.275)
NPV (Rp0)
NET B/C 1,00
IRR 6,50% RATA-RATA NET
BENEFIT 20.359.600
TOTAL INVESTASI 492.335.000
PP 24,2
Sumber : Peterrnakan Ayam Broiler, 2015
53
53
Lampiran 5 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga pakan
naik sebesar 15.53 persen
URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5
INFLOW
1. Penjualan ayam 1.419.789.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000
2. Penjualan kotoran 3.360.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000
3. Nilai sisa 313.470.000
TOTAL INFLOW 1.423.149.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.939.926.000 TOTAL
INVESTASI 492.335.000 480.000 480.000 20.685.000 480.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 1.265.356.843 1.446.122.106 1.446.122.106 1.446.122.106 1.446.122.106
TOTAL BIAYA
TETAP 89.810.000 101.810.000 101.810.000 101.810.000 101.810.000 Pajak penghasilan
(1%) 14.231.490 16.264.560 16.264.560 16.264.560 16.264.560
TOTAL OUTFLOW 1.861.733.333 1.564.676.666 1.564.676.666 1.584.881.666 1.564.676.666
NET BENEFIT (Infllow-outflow) (438.584.333) 61.779.334 61.779.334 41.574.334 375.249.334
Discount Factor 6,5%
0,939
0,882
0,828
0,777
0,730
PV per tahun
(411.816.275)
54.468.323
51.143.965
32.316.690
273.887.298
PV B
1.336.290.141
1.433.980.030
1.346.460.122
1.264.281.805
1.415.914.812
PV C
1.748.106.416
1.379.511.707
1.295.316.157
1.231.965.116
1.142.027.514
PV (+)
411.816.275
PV(-)
(411.816.275)
NPV Rp0
NET B/C 1,00
IRR 6,50%
RATA-RATA NET BENEFIT 20.359.600
TOTAL
INVESTASI 492.335.000
PP 24,2
Sumber : Peterrnakan Ayam Broiler, 2015
54
54
Lampiran 6 Analisis switching value peternakan ayam broiler karena harga jual
ayam broiler turun sebesar 47.42 persen
URAIAN TAHUN
1 2 3 4 5
INFLOW
1. Penjualan ayam 746.550.131 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000 1.622.616.000
2. Penjualan kotoran 3.360.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000 3.840.000
3. Nilai sisa 313.470.000
TOTAL INFLOW 749.910.131 1.626.456.000 1.626.456.000 1.626.456.000 1.939.926.000 TOTAL
INVESTASI 492.335.000 480.000 480.000 20.685.000 480.000
BIAYA VARIABEL
Pembelian DOC 210.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000
Pembelian pakan 882.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000 1.008.000.000
Pembelian obat-obatan 21.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Pembelian sekam 7.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000
Pembelian Kayu
Bakar 7.350.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000
BBM 1.036.000 1.184.000 1.184.000 1.184.000 1.184.000 TOTAL BIAYA
VARIABEL 1.128.386.000 1.289.584.000 1.289.584.000 1.289.584.000 1.289.584.000
TOTAL BIAYA TETAP 89.810.000 101.810.000 101.810.000 101.810.000 101.810.000
Pajak penghasilan (1%) 14.231.490 16.264.560 16.264.560 16.264.560 16.264.560
TOTAL OUTFLOW 1.724.762.490 1.408.138.560 1.408.138.560 1.428.343.560 1.408.138.560
NET BENEFIT
(Infllow-outflow) (974.852.359) 218.317.440 218.317.440 198.112.440 531.787.440 Discount Factor
6,5%
0,939
0,882
0,828
0,777
0,730
PV per tahun
(915.354.328)
192.481.598
180.733.894
153.997.374
388.141.462
PV B
704.140.968
1.433.980.030
1.346.460.122
1.264.281.805
1.415.914.812
PV C
1.619.495.296
1.241.498.433
1.165.726.228
1.110.284.431
1.027.773.350
PV (+)
1.166.534.760
PV(-)
(915.354.328)
NPV Rp0
NET B/C 1,27
IRR 6,50% RATA-RATA NET
BENEFIT 38.336.480
TOTAL INVESTASI 492.335.000
PP 12,8
Sumber : Peterrnakan Ayam Broiler, 2015
55
55
Lampiran 7 Dokumentasi peternakan ayam broiler di lokasi penelitian
Pemberian pakan dan minum ayam broiler di lokasi penelitian
Kandang dan mess tenaga kerja
Peralatan pemeliharaan kandang dan tempat minum ayam broiler
56
Kayu bakar dan tendon air di lokasi peternakan
Ayam Broiler yang siap di panen dan lokasi sekitar kandang
Pemilik peternakan Bapak Ade Sumarna dan gudang penyimpanan peralatan
peternakan
57
Lampiran 8 Pola produksi ayam broiler
Periode Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan : warna merah adalah kegitan pemeliharaan ayam broiler
warna kuning adalah kegiatan panen ayam broiler
warna hitam adalah kegiatan persiapan kandang
58
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di di Desa Gunung Agung, Kecamatan Sekampung Udik,
Kabupaten Lampung Timur tanggal 11 Agustus 1992. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Sahundin dan Ibu Endang Setiawati.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Al-Kautsar Bandar Lampung. Setelah lulus
SMA penulis melanjutkan kuliah di Politeknik Negeri Lampung pada Jurusan
Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Agribisnis melalui jalur PMKAB dan setelah
satu semester kegiatan kuliah berlangsung, penulis memperoleh beasiswa PPA
(Peningkatan Prestasi Akademik) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Perguruan
Tinggi (Dirjen DIKTI). Penulis aktif di Organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) English Club Politeknik Negeri Lampung serta menjabat sebagai Leader
Division of Membership dalam periode 2010-2011 dan menjabat sebagai Vice
President pada periode 2011-2012.
Setelah lulus dari Diploma dan memperoleh gelar Ahli Madya pada Tahun
2013, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana pada Program Alih Jenis
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (IPB) pada tahun yang sama. Selama menjadi mahasiswa, penulis bekerja
di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Kantor Cabang Pembantu Mayor
Oking Cibinong, Bogor dan Kantor Cabang Pembantu Sentul, Bogor.