Page 1
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dengan Pemanfaatan
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Wilayah Kota
Salatiga
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Pandu Gemilang (682014038)
Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
Page 2
Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Dengan Pemanfaatan
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Wilayah Kota
Salatiga
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Peneliti:
Pandu Gemilang (682014038)
Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
Page 7
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN PEMANFAATAN
PENGINDRAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH
KOTA SALATIGA
Pandu Gemilang1), Frederik Samuel Papilaya, S.Kom., M.Sc2)
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
E-mail: [email protected] ), [email protected] ),
ABSTRAK
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perlukan guna meningkatkan kualitas
lingkungan hidup di wilayah perkotaan secara ekologis , estetis, dan sosial. RTH yang sudah
ada di Perkotaan Salatiga, mempunyai kriteria yang sudah di atur dalam Peraturan Mentri
Pekerjaan Umum (PERMEN-PU) Nomor 05/PRT/M/2008 Pasal 2 tentang Penyedian dan
pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan. Melakukan analisis RTH
menggunakan sistem informasi geografis dan metode proyeksi untuk menetukan kebutuhan
RTH. Hasil analisis SIG berupa Peta Rencana RTH dan RTH dan prediksi jumlah penduduk
dari hasil proyeksi.
KATA KUNCI: Ruang Terbuka Hijau, Sistem Informasi Geografis , Proyeksi , PERMEN-PU
ABSTRACT
The existence of Green Open Space (RTH) is needed with the intention to improve
the quality of the urban areas environment ecologically, aesthetically, and socially. The Green
Open Space which already exists in Salatiga itself has criteria which have been regulated in
the Minister Regulation of Public Works (PERMEN-PU) Number 05 / PRT / M / 2008 in article
2 concerning about providing and utilizing Green Open Space in urban areas. The analysis of
Green Open Space is engaging geographic information systems and projection methods to
determine green space requirements. Finally, by conducting this observation the GIS results
are in the form of Green Open Plan, Green Open Space (RTH) Map and also the prediction of
population from the projection results.
KEYWORDS: Green Open Space, Geographic Information System, Projection, PERMEN-
PU
Page 8
1)Pendahuluan
Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperlukan guna meningkatkan kualitas
lingkungan hidup di wilayah perkotaan secara ekologis, estetis, dan sosial. Secara ekologis,
ruang terbuka hijau berfungsi sebagai pengatur iklim mikro kota yang menyejukkan. Secara
estetis, ruang terbuka hijau menciptakan kenyamanan, harmonisasi, kesehatan, dan kebersihan
lingkungan. Secara sosial, ruang terbuka hijau mampu menciptakan lingkungan rekreasi dan
sarana pendidikan alam. Ruang terbuka hijau yang dikelola sebagai tempat pariwisata dapat
membawa dampak ekonomis seperti meningkatkan pendapatan masyarakat [1] . Menurut UU
No 26 Tahun 2007, setiap wilayah kota/ kabupaten harus menyisakan 30% dari luas wilayah
untuk dijadikan sebagai Ruang Terbuka Hijau.
Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau telah mengakibatkan
menurunya kualitas lingkungan perkotaan seperti tingginya polusi udara, dan menurunya
produktivitas masyarakat akibat stres karena terbatasnya ruang publik yang tersedia untuk
interaksi sosial [2]. Dalam hal ini, diperlukan pemikiran jauh ke depan dan perlu re-orientasi
visi pembangunan kota yang lebih mempertimbangkan lingkungan dan keberlanjutan
pembangunan. Strategi pemanfaatan ruang untuk kawasan budi daya maupun kawasan lindung
perlu dilakukan secara kreatif, sehingga konversi lahan produktif atau kawasan hijau menjadi
kawasan non hijau dan non produktif, dapat dikendalikan sehingga dapat menambah rasa
nyaman bagi tempat bermukim penduduk [3].
Penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk
menghasilkan rencana umum tata ruang. Berdasarkan wilayah administrasi, penataan ruang
terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah kota, penataan ruang
wilayah kabupaten/kota. Di dalam Undang undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, dijelaskan bahwa perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana
penyedian dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luasnya minimal 30% dari luas wilayah
kota yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau
privat. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau selain dimuat dalam RTRW
Kota, RDTR Kota, atau RTR Kawasan Strategis Kota, juga dimuat dalam RTR Kawasan
Perkotaan yang merupakan rencana rinci tata ruang wilayah Kota [2].
Page 9
Kota Salatiga memerlukan adanya penataan ruang khususnya penyediaan ruang terbuka
hijau publik yang berdasarkan kebutuhan penduduk di Kota Salatiga sehingga penelitian terkait
kondisi ruang terbuka hijau di Kota Salatiga dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis
kebutuhan ruang terbuka hijau yang sesuai dengan kriteria dari Peraturan Mentri Pekerjaan
Umum (PERMEN-PU).
2)Tinjaun pustaka
Penelitian terkait analisis SIG sudah pernah dilakukan sebelumnya seperti di lakukan
oleh Sri Sutarni Arifin dengan judul “Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan
Kota Tengah Kota Gorontalo” dalam penelitian ini mengunakan analisis spasial melalui
aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mengidentifikasi RTH yang telah ada dan
aplikasi matematis melalui perhitungan luas area RTH yang di butuhkan per jumlah penduduk
serta perhitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan rumus geometri proyeksi jumlah
penduduk. [4]
Penelitian terkait analisis SIG juga pernah dilakukan oleh Ir. Irina Mildawani, MT,
Diana Susilowati, ST, MT, Lia Rosmala Schiffer, ST, MT dengan judul “Aplikasi Sistem
Informasi Geografis (SIG) Dalam Analisis Pemanfaatan Dan Pengelolaan Ruang Terbuka
Hijau Kota (RTHK) Studi Kasus: Kota Depok” dalam penelitian ini bersifat kualitatif
descriptive (pemaparan) untuk dapat mendeskripsikan, menginterpretasikan dan mengevaluasi
masalah untuk mendapatkan pengetahuan mengenai persoalan yang terbatas dan tidak untuk
membuktikan teori-teori pendukung tertenatu. [5]
Hubungan antara ke dua penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama
menganalisis kebutuhan RTH setiap kota, seperti yang dilakukan kedua penelitian tersebut
menggunakan aplikasi berbasis SIG. Hal yang membedakan kedua penelitian sebelumnya
adalah penelitian yang dilakukan Sri Sutarni Arifin bertujuan untuk analisis kebutuhan RTH di
Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, sedangkan penelitian oleh Ir. Irina Mildawani, MT,
melakukan penelitian untuk membuat analisis RTHK dengan dukungan aplikasi SIG untuk
melakukan identifikasi potensi RTHK dalam kerangka Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTRK). Sedangkan pada penelitian ini untuk menguji kesesuaian RTH berdasarkan
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum (PERMEN-PU) Nomor 05/PRT/M/2008 Pasal 2. Penelitian
ini fokus terhadap kesesuain RTH yang ada di salah satu kecamatan yang ada di Kota Salatiga.
Page 10
Sedangkan PERMEN-PU adalah sebuah pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang
terbuka hijau di kawasan perkotaan yang berlaku secara nasional yang disusun oleh
Pemerintahan dan di tetapkan oleh Mentri pekerjaan umum. RTH merupakan adalah bagian
dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak
langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengintregasikan dan menganalisa informasi-informasi yang berhubungan
dengan permukaan bumi. Berdasarkan penalitian diatas bahwa SIG dirancang untuk
membentuk suatu data yang terorganisasi dari berbagai data keruangan dan data atribut yang
mempunyai Geo Code dalam suatu basis data agar dapat dengan mudah dimanfaatkan dan
dianalisis [6]
Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang lain
dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot. Secara singkatnya, overlay
menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan
menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta
tersebut.[7]
Saat ini, teknologi penginderaan jauh citra satelit mampu menyediakan data dengan
cakupan yang luas, secara cepat dan tepat waktu. Dengan didukung sistem informasi geografis,
maka perencanaan spasial pembangunan hutan kota dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
cepat. Ketersediaan citra IKONOS dan SPOT 5 yang mempunyai resolusi spasial yang tinggi
telah membuka peluang untuk mendapatkan informasi tutupan lahan detail. Citra IKONOS
telah digunakan oleh banyak pemerintah daerah kabupaten dan atau perusahaan swasta
nasional untuk memetakan sumber daya alam yang ada di wilayahnya. [8]
Analisis RTH Publik sudah di tentukan dalam ketetapan Peraturan Mentri Pekerjaan
Umum No.05/PRT/M/2008, sehingga peneliti lebih mudah dalam melakukan analisis. Formula
yang di gunakan dalam menentukan Kebutuhan RTH Publik berdasaerkan Luas wilayah
sebagai berikut [9] :
Persamaan(1)
Kebutuhan RTH Publik berdasarkan luas
wilayah
Luas wilayah x 20% (RTH Publik )
Page 11
Sebaran RTH Publik yang nantinya akan di isi sesuai hasil analisi data. Perhitungan
publik selanjutnya adalah dengan membandingan RTH Publik sekarang dengan kebutuhan
RTH Publik untuk jumlah penduduk 2017 dan perhitungan proyeksi jumlah penduduk 2022
serta perkiraan kebutuhan RTH Publik pada tahun tersebut. Tabel 1 menunjukan luas minimal
RTH berdasarkan jumlah Persamaan (1). [9]
NO Unit Lingkungan Luas min/kapita (m2)
1 250 jiwa 1,0
2 2500 jiwa 0,5
3 30.000 jiwa 0,3
4 120.000 jiwa 0,2
Tabel 1 nantinya akan di gunakan dalam perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan
Persamaan (2), berikut formula untuk menghitung kebutuhan RTH Publik berdasarkan
Persamaan (2). [9]
Persamaan(2)
Persamaan (3) selanjutnya adalah menghitung kebutuhan RTH publik untuk proyeksi
penduduknya. Berikut formula yang digunakan dalam perhitungan proyeksi penduduk, dimana
disini sudah ditentukan laju pertumbuhan penduduk Kota Salatiga adalah 0,64%. [9]
Persamaan (3)
Pn = jumlah penduduk tahun ke n
Po = jumlah penduduk tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah interval
Tabel 1
Kebutuhan RTH Publik berdasarkan
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk x luas minimal/kapita
Pn = Po(1 + r)n
Page 12
3)Metode Penelitian
Pada bab ini akan menejelaskan tahap penelitian ini dilakukan. Gambar dibawah ini
akan menunjukkan bagaimana tahapan penelitian ini dilakukan dalam pencapaian tujuan
penelitian ini.
Tahapan penelitian merupkan langkah-langkah penyelesaian masalah yang akan di
bahas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan melakukan
studi pendahuluan terlebih dahulu untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai objek
penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah berupa proyeksi untuk mengetahui bahwa RTH dapat
dikatankan sesuai dan tidak sesuai berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum (PERMEN-
PU) Nomor 05/PRT/M/2008 Pasal 2.
Rumusan Masalah
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Penyimpulan Hasil
Gambar 1 Tahapan Penelitin
Page 13
Tahapan yang akan di gunakan dalam mengalanalisis uji kesesuaian ruang terbuka
hijau terdiri dari 5 tahapan, antara lain (1) Rumusan masalah, (2) Tinjauan pustaka, (3)
Pengumpulan data, (4) Analisis Poyeksi, (5) Kesimpulan.
Tahapan pertama dimaksudkan untuk merumuskan masalah kesesuaian RTH yang ada.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuain ruang terbuka
hijau yang ada berdasarkan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum (PERMEN-PU) Nomor
05/PRT/M/2008 Pasal 2.
Tahapan kedua adalah sebagai pendukung permasalahan dan acuan untuk dijadikan
landasan penelitian ,dilakukan studi literatur dari buku-buku yang ada dan beberapa jurnal yang
memiliki topik yang sama.
Tahapan ketiga adalah pengumpulan data , data yang di kumpulkan yaitu data spasial
dan non spasial . Penelitian ini menggunakan data non spasial berdasarkan Peraturan Mentri
Pekerjaan Umum (PERMEN-PU) Nomor 05/PRT/M/2008 Pasal 2 yang didapat dari
wawancara kepada Dinas Lingkungan Hidup. Data spasial yang dikumpulkan peta lokasi RTH
yang didapat dari Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
Kota Salatiga. Dalam penelitian Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK) ini, setelah data spasial
dan non spasial terkumpul, maka dilakukan analisis data spasial dan atribut terkaitnya
(nonspasial) dengan dukungan piranti lunak ArcMap 10.3. dan Qgis 2.16.2. Kedua software
tersebut dipilih karena tools yang di gunakan cukup lengkap dan memudahkan pengerjaan
penelitian . Di samping analisis SIG terhadap peta-peta digital tersebut, dilakukan perhitungan
proyeksi jumlah laju pertumbuhan penduduk untuk mendapatkan hasil dari laju pertumbuhan
jumlah penduduk dari tahun tersebut.
Tahapan keempat mengenai analisis metode proyeksi dan pengolahan data. Pengolahan
data non spasial akan di keluarkan dalam bentuk tabel dan di kelompokan berdasarkan
kebutuhan. Analisis data menggunakan metode proyeksi untuk menentukan kebutuhan RTH
pada tahun tersebut.
Tahapan kelima adalah setelah semua data melalui tahap pemrosesan sampai
menemukan hasil yang sesuai maka akan menghasilkan berupa paparan kesesuain RTH yang
ada berdasarkan kriteria.
Page 14
4)Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk menunjukan kesesuaian rencana RTH dan RTH yang
sudah ada di Kota Salatiga sesusai dengan Peraturan Mentri Pekerjaan Umum (PERMEN-PU)
Nomor 05/PRT/M/2008 Pasal 2. Adapun kriteria yang menjadi pertimbanga dalam penilitian
ini yaitu penyedian RTH berdasarkan luas wilayah dan peneyedian RTH berdasakan jumlah
penduduk. Peneyedian RTH berdasarkan luas wilayah membutuhkan minimal 30% dari luas
wilayah. Peyedian RTH berdasarkan jumlah penduduk dengan cara mengalikan anatar jumlah
penduduk dengan standar luas RTH per kapita sesuai peraturan yang berlaku.
Letak geografis dan tataguna lahan kota Salatiga yang terbagi menjadi 4 kecamatan
yaitu kecamatan Argomulyo, kecamatan Tingkir, kecamatan Sidomukti, kecamatan Sidorejo.
Salatiga berada diantara 1100.27’.56,81”-1100.32’.4,64” bujur timur dan 0070.17’.-
0070.17’.23” lintang selatan sehingga berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-
700 meter dari permukaan laut. Luas wilayah kota salatiga mencapai 56,78 km2.
Analisa kebutuhan RTH publik Kota Salatiga dengan jumlah penduduk tahun 2017
serta proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2022. Dengan rentang waktu 5 tahun ,
diharapakan dapat memperkirakan rencana dalam penyedian RTH publik kedepannya. Tabel
berikut menunjukan kebutuhan RTH publik wilayah perkotaan Salatiga terhadapa jumlah
penduduk dan proyeksi jumlah penduduk.
Gambar 2 Peta Administrasi Salatiga
Page 15
Analisis kebutuhan RTH Publik dilakukn untuk mengetahui apakah suatu RTH Publik
dapat memenuhi kapasitas atau tidak. Persamaan (1) merupakan formula yang dgunakan untuk
perhitungan RTH publik berdasarka luas wilayah ,persamaan sebagai berikut:
Diketahui salah satu luas wilayah di Kota Salatiga adalah sebesar 423,8 Ha dan untuk
kebutuhan RTH publik sebsar 30% makan dari hasil Persamaan (1) adalah sebesar 127,14 Ha.
Selanjutnya pendudkung keputusan yang lainnya berdasarkan Persamaan (2) dimana
Persamaan (2) digunakan untuk menghitung kebutuhan RTH Publik berdasarkan jumlah
penduduk sebagai berikut:
Dari persamaan diatas bisa dilihat di salah satu wilayah Kota Salatiga pada Tahun 2017
dengan jumalah penduduk sebesar 12.837 jiwa dan dikalikan dengan luas minimal/kapita
sebesar 0,3 akan mendapatkan hasil 3851,1. Selajutnya setalah melakukan proyeksi pada tahun
2022 dengan jumlah penduduk sebesar 13.148 jiwa dikalikan dengan luas minimal/kapita
sebesar 0,3 akan mendapatnkan hasil 3944,4.
Persamaan (1)
Luas wilayah = 423,8 x 30% = 127,14
Persamaan (2)
Jumlah penduduk Tahun 2017= 12.837 x 0,3 = 3851,1
Jumlah penduduk Tahun 2022 = 13.148 x 0,3 = 3944,4
Page 16
Tabel 2
Kecamatan Kelurahan Luas (Ha) Jumlah Pendududk Kebutuhan RTH (Ha)
Thn 2017 Thn 2022 Thn 2017 Thn 2022
Sidorejo Blotongan 423,8 12837 13148 3,851 3,944
Sidorejo Lor 271,6 14226 14467 4,267 4,340
Salatiga 202 14682 15057 4,404 4,517
Bugel 294,4 3333 3478 0,999 1,043
Kauman Kidul 195,8 4115 4330 1,234 1,299
Pulutan 237,1 4357 4562 1,307 1,368
Tingkir Kutowinangun
Kidul
102 8318 8592 2,495 2,577
Gendongan 68,9 5506 5681 1,651 1,704
Sidorejo Kidul 277,5 6772 7005 2,031 2,101
Kalibening 99,6 2181 2356 0,654 0,706
Tingkir Lor 177,3 4954 5217 1,486 1,565
Tingkir Tengah 137,8 5268 5511 1,580 1,653
Kutowinangun Lor 191,8 13118 13499 3,935 4,049
Argomulyo Noborejo 332,2 6485 6754 1,945 2,026
Ledok 187,3 10924 11208 3,277 3,362
Tegalrejo 188,4 12193 12466 3,657 3,739
Kumpulrejo 629 8016 8217 2,404 2,465
Randuacir 377,6 6169 6404 1,850 1,921
Cebongan 138,1 5007 5242 1,502 1,572
Sidomukti Kecandran 399,2 6379 6642 1,913 1,992
Dukuh 377,2 13565 13811 4,069 4,143
Magunsari 290,8 17165 17396 5,149 5,218
Kalicacing 78,7 6508 6751 1,952 2,025
Jumlah 5678,1 192.078 197.794 57,623 59,338
Jumlah penduduk yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan RTH Publik wilayah
perkotaan Salatiga menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) SalatigaTahun 2017
yaitu Kecamata Dalam Angka. Dimana jumlah total penduduk wilayah Perkotaan Salatiga pada
Tahun 2017 adalah 192.078 jiwa dengan kebutuhan RTH publik sebesar 57,623 Ha atau sekitar
Page 17
0,101% dari luas wilayah perkotaan Salatiga. Sedangka untuk proyeksi 5 tahun kemudian atau
pada tahun 2022 adalah 197.794 jiwa dengan kebutuhan RTH Publik sebesar 59,338 Ha atau
sekitar 0,104% dari luas wilayah perkotaan Salatiga. Peningkatan jumlah penduduk dari tahun
2017 sampai 2022 mengalami peningkatan sebesar 8,8% per tahun. Luas RTH publik wilayah
Perkotaan hasil indentifikasi adalah sebesar 159,975 Ha, sehingga perbandingan kebutuhan
RTH publik untuk jumlah penduduk dan proyeksi penduduknya dengan jumlah RTH Publik
yang ada adalah sudah mencukupi. Selain itu berdasarkan perbandingan antara RTH publik
dengan jumlah penduduk, untuk kebutuhan RTH sekarang adalah 60m2 /kapita, sedangkan
berdasarka peraturan adalah 0,3m2/kapita.
Analisis kebutuhan RTH Publik dalam penelitian ini tidak mempertibangkan aktifitas
penduduk yang dari wilayah lain, mengingat wilayah perkotaan Salatiga merupkan wilayah
yang dilintasi jalan arteri yang merupan jalan utama menghubungkan Kota Semarang dengan
Kota Solo atau sebaliknya. Selain itu Wilayah perkotaan Salatiga Terdapat Universitas, Pasar,
Berbagai Industri kantor pemerintahan maupun swasta dimana mobilitas dilakukan masyarakat
untuk kegiatan tersebut.
Peta yang diproses dengan overlay adalah seluruh data sekunder yang di dapatkan baik
dari BAPPEDA , BPS Kota Salatiga dan Dinas Pekerjaan Umum. Hasil dari overlay berupa
peta dengan atribut yang sudah tergabung dari semua kriteria yang di butuhkan untuk analisis.
Berikut adalah peta yang akan di overlay.
Gambar3 – Peta Kota Salatiga
Page 18
Bisa di lihat di Gambar 3 yang merupakan peta Kota salatiga yang akan di overlay
akan menghasilkan seperti Gambar 4. Dimana proses ini mengambungkan dua peta menjadi
satu menggunakan tools union maka data peta yang di hasilkan memiliki atribut gabungan dari
kedua tersebut seperti Gambar 4.
Gambar 4 merupakan hasil overlay dari peta Salatiga dengan peta Rencana Ruang
Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Hijau kota yang sudah ada. Warna merah muda pada
Gambar4 menunjukan lokasi Rencana Ruang Terbuka Hijau dan warna Hijau muda menujukan
Ruang Terbuka Hijau Kota.
5)Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan uraian yang telah dikemukaka pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Luas RTH publik wilayah
perkotaan Salatiga adalah sebesar 159,975 Ha atau sekitar 0,28% dari luas wilayah perkotaan
Salatiga 56.780 Ha. Sehingga Kebutuhan RTH publik berdasarkan luas wilayahnya masih
kurang 19,72 %, dimana untuk luas minimal RTH Publik adalah 20%. Kebutuhan RTH publik
Rencana Ruang terbuka hijau
Taman kota/ Hutan kota
Gambar4- Peta Hasil Overlay
Page 19
wilayah Perkotaan Salatiga menurut penduduk pada tahun 2017 adalah sebesar 57,623 Ha atau
sekitar 0,101% dari luas wilayah perkotaan Salatiga, untuk proyeksi penduduk pada tahun
2022 adalah sebesar 197.794 jiwa dengan kebutuhan RTH Publik sebesar 59,338 Ha atau
sekitar 0,104% dari luas wilayahnya. Berdasarkan kebutuhan RTh publik untuk jumlah
penduduk masih mencukupi dikarenakan luas publik yang teridentifikasi di wilayah perkotaan
Salatiga adalah 159,975 Ha. Saran untuk penelitian selajutnya diperlukan menambah
perbandingan analisis kebutuhan RTH Publik yang ada , sehingga nantinya akan lebih mudah
dalam melakukan perencanaan kedepannya.
Page 20
Dafatar pustaka
[1]. Hardika Putra ,Erwin. 2012. Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan
Pendekatan Kebutuhan Oksigen Menggunakan Citra Satelit EO-1 ALI (EARTH
OBSERVER-1 ADVANCED LAND IMAGER) Di Kota Manado,
[2]. Permen PU No. 5 Tahun 2008
[3]. Romadhoni, Muhammad Ali Majidhi. 2013. Analisis Prioritas Penaataan Ruang
Terbuka Hijau Daerah Permukiman MelaluiPemanfaatan Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Kotagede. Surakarta : Fakultas Geografi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[4]. Sri Sutarni Arifin, S.Hut., M.Si. Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Negeri
Gorontalo
[5]. Ir. Irina Mildawani, MT1 Diana Susilowati, ST, MT2 Lia Rosmala Schiffer, ST, MT
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM ANALISIS
PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA (RTHK)
STUDI KASUS: KOTA DEPOK
[6]. (Damers dalam Prahasta, 2002: 85). Prahasta, E. 2002. Konsep-konsep, Dasar Sistem
Informasi Geografis. Informatika, Bandung
[7]. ESRI. http://desktop.arcgis.com/en/arcmap/10.3/analyze/commonly-used tools/overlay-
analysis.htm [Diakses pada 20 Januari 2017]
[8]. Jaya, I N S, 2003. Prospek Pemanfaatan Citra Resolusi Tinggi dalam rangka Identifikasi
Jenis Pohon: Studi kasus menggunakan Citra CASI (Compact Airborne Spectographic
Imager) dan IKONOS di Kebun Raya Bogor. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan
(PIT) XII dan Kongres III Mapin. Bandung.
[9]. Dimas Santoso Rahmadi, Yuli Priyana, Agus Anggoro Sigit, 2015. Identifikasi
Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis di Wilayah Perkotaan Boyolali.